Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PERNIKAHAN
Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah munakahat dan mawaris

Dosen pengampu :
Drs. Ali makhfud,MA

Di susun oleh kelompok 4

 Ahmad mujazad
 Rizki

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BINAMADANI TANGERANG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. Yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan
karya ilmiah tentang "Mu‟tazilah Dan Syiah ".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini.
Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari
berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik


dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh
karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Tangerang, 26 Mei 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang……………………………………………………………4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian nikah…………………………………………………………5
B. Hukum pernikahan…..…………………………………………………...5
C. khitbah…………………………………………………………...............6
D. syarat pernikahan…………………………………………………………7
E. tujuan pernikahan…………………………………………………….....10
BAB III
PENUTUP…………………………………………………………………..19
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………20

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Awal mula tumbuhnya Aliran-Aliran dalam islam adalah karena
masalah politik yang terus menerus meningkat menjadi persoalan teologi. Hal
ini sebenernya sudah terjadi pada saat wafatnya nabi Muhammad saw yaitu
mengenai permasalahan siapakah yang nantinya pantas menjadi pengganti
beliau disinilah awal mulanya benih aliran syiah muncul dan masalah ini
mencapai mencapai puncaknya pada masa pemerintahan khalifah Ali ibn
Thalib tepatnya pada saat perang Shiffin .
Persoalan orang yang berbuat dosa inilah kemudian yang memicu
tumbuuhnya Aliran-aliran teologi lain. Aliran Mu‟tazilah yang berpendapat
bahwa orang yang berbuat berdosa besar itu bukanlah kafir tetapi bukan pula
mukmin(al-manzilah- bain al- manzilatain).
Syi‟ah mengikuti islam sesuai yang diajarkan oleh Nabi Muhammad
dan Ahlul-Baitnya.
Menurut terminologi syi‟ah berarti “Mereka yang menyatakan bahwa
Ali ibn Abi Thalib kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula anak cucu
sepeninggalanya”
Mu‟tazilah memiliki lima ajaran dasar teologi mu‟tazilah,yang dikenal
dengan Al-Ushul Al-Khamsah, dan dalam syi‟ah terdapat yang namanya
ushuluddin(pokok-pokok agama) dana furu‟uddi(masalah penerapan agama).

BAB II

4
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERNIKAHAN
Pernikahan atau Munahakat artinya dalam bahasa adalah terkumpul dan
menyatu. Menurut istilah lain juga dapat berarti akad nikah (Ijab Qobul) yang
menghalalkan pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim
sehingga menimbulkan hak dan kewajiban diantara keduanya yang diucapkan
oleh kata-kata , sesusai peraturan yang diwajibkan oleh Islam. Kata zawaj
digunakan dalam al-Quran artinya adalah pasangan yang dalam penggunaannya
pula juga dapat diartikan sebagai pernikahan, Allah s.w.t. menjadikan manusia itu
saling berpasangan, menghalalkan pernikahan dan mengharamkan zina.

B. HUKUM PERNIKAHAN
Menurut sebagian besar Ulama‟, hukum asal menikah adalah mubah, yang
artinya boleh dikerjakan dan boleh tidak. Apabila dikerjakan tidak mendapatkan
pahala, dan jika tidak dikerjakan tidak mendapatkan dosa. Namun menurut saya
pribadi karena Nabiullah Muhammad SAW melakukannya, itu dapat diartikan
juga bahwa pernikahan itu sunnah berdasarkan perbuatan yang pernah dilakukan
oleh Beliau. Akan tetapi hukum pernikahan dapat berubah menjadi sunnah, wajib,
makruh bahkan haram, tergantung kondisi orang yang akan menikah tersebut.
• Pernikahan Yang Dihukumi Sunnah
Hukum menikah akan berubah menjadi sunnah apabila orang yang ingin
melakukan pernikahan tersebut mampu menikah dalam hal kesiapan jasmani,
rohani, mental maupun meteriil dan mampu menahan perbuatan zina walaupun
dia tidak segera menikah. Sebagaimana sabda Rasullullah SAW :
“Wahai para pemuda, jika diantara kalian sudah memiliki kemampuan untuk
menikah, maka hendaklah dia menikah, karena pernikahan itu dapat menjaga
pandangan mata dan lebih dapat memelihara kelamin (kehormatan); dan barang
siapa tidak mampu menikah, hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu menjadi
penjaga baginya.” (HR. Bukhari Muslim)
• Pernikahan Yang Dihukumi Wajib

5
Hukum menikah akan berubah menjadi wajib apabila orang yang ingin melakukan
pernikahan tersebut ingin menikah, mampu menikah dalam hal kesiapan jasmani,
rohani, mental maupun meteriil dan ia khawatir apabila ia tidak segera menikah ia
khawatir akan berbuat zina. Maka wajib baginya untuk segera menikah
• Pernikahan Yang Dihukumi Makruh
Hukum menikah akan berubah menjadi makruh apabila orang yang ingin
melakukan pernikahan tersebut belum mampu dalam salah satu hal jasmani,
rohani, mental maupun meteriil dalam menafkahi keluarganya kelak
• Pernikahan Yang Dihukumi Haram
Hukum menikah akan berubah menjadi haram apabila orang yang ingin
melakukan pernikahan tersebut bermaksud untuk menyakiti salah satu pihak
dalam pernikahan tersebut, baik menyakiti jasmani, rohani maupun menyakiti
secara materiil.

C. PEMINANGAN (KHITBAH)
Pertunangan atau bertunang merupakan suatu ikatan janji pihak laki-laki dan
perempuan untuk melangsungkan pernikahan mengikuti hari yang dipersetujui
oleh kedua pihak. Meminang merupakan adat kebiasaan masyarakat Melayu yang
telah dihalalkan oleh Islam. Peminangan juga merupakan awal proses pernikahan.
Hukum peminangan adalah harus dan hendaknya bukan dari istri orang, bukan
saudara sendiri, tidak dalam iddah, dan bukan tunangan orang. Pemberian seperti
cincin kepada wanita semasa peminangan merupakan tanda ikatan pertunangan.
Apabila terjadi ingkar janji yang disebabkan oleh sang laki-laki, pemberian tidak
perlu dikembalikan dan jika disebabkan oleh wanita, maka hendaknya
dikembalikan, namun persetujuan hendaknya dibuat semasa peminangan
dilakukan. Melihat calon suami dan calon istri adalah sunat, karena tidak mau
penyesalan terjadi setelah berumahtangga. Anggota yang diperbolehkan untuk
dilihat untuk seorang wanita ialah wajah dan kedua tangannya saja.
Hadist Rasullullah mengenai kebenaran untuk melihat tunangan dan meminang:
"Abu Hurairah RA berkata,sabda Rasullullah SAW kepada seorang laki-laki yang
hendak menikah dengan seorang perempuan: "Apakah kamu telah
melihatnya?jawabnya tidak(kata lelaki itu kepada Rasullullah).Pergilah untuk

6
melihatnya supaya pernikahan kamu terjamin kekekalan." (Hadis Riwayat
Tarmizi dan Nasai)
Hadis Rasullullah mengenai larangan meminang wanita yang telah bertunangan:
"Daripada Ibnu Umar RA bahawa Rasullullah SAW telah bersabda: "Kamu tidak
boleh meminang tunangan saudara kamu sehingga pada akhirnya dia membuat
ketetapan untuk memutuskannya". (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim(Asy-
Syaikhan))
D. SYARAT PERNIKAHAN
1.Rukun nikah
•Pengantin laki-laki
•Pengantin perempuan
•Wali
•Dua orang saksi laki-laki
•Mahar
•Ijab dan kabul (akad nikah)
2.Syarat calon suami
• Islam
• Laki-laki yang tertentu
• Bukan lelaki muhrim dengan calon istri
• Mengetahui wali yang sebenarnya bagi akad nikah tersebut
• Bukan dalam ihram haji atau umroh
• Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan
• Tidak mempunyai empat orang istri yang sah dalam suatu waktu
• Mengetahui bahwa perempuan yang hendak dinikahi adalah sah dijadikan istri
3.Syarat calon istri
• Islam
• Perempuan yang tertentu
• Bukan perempuan muhrim dengan calon suami
• Bukan seorang banci
• Bukan dalam ihram haji atau umroh
• Tidak dalam iddah
• Bukan istri orang

7
4.Syarat wali
• Islam, bukan kafir dan murtad
• Lelaki dan bukannya perempuan
• Telah pubertas
• Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan
• Bukan dalam ihram haji atau umroh
• idak fasik
• Tidak cacat akal pikiran, gila, terlalu tua dan sebagainya
• Merdeka
• Tidak dibatasi kebebasannya ketimbang membelanjakan hartanya
Sebaiknya calon istri perlu memastikan syarat WAJIB menjadi wali. Jika syarat-
syarat wali terpenuhi seperti di atas maka sahlah sebuah pernikahan itu.Sebagai
seorang mukmin yang sejati, kita hendaklah menitik beratkan hal-hal yag wajib
seperti ini.Jika tidak, kita hanya akan dianggap hidup dalam berzinahan
selamanya.
5.Jenis-jenis wali
• Wali mujbir: Wali dari bapaknya sendiri atau kakek dari bapa yang mempunyai
hak mewalikan pernikahan anak perempuannya atau cucu perempuannya dengan
persetujuannya (sebaiknya perlu mendapatkan kerelaan calon istri yang hendak
dinikahkan)
• Wali aqrab: Wali terdekat yang telah memenuhi syarat yang layak dan berhak
menjadi wali
• Wali ab‟ad: Wali yang sedikit mengikuti susunan yang layak menjadi wali,
jikalau wali aqrab berkenaan tidak ada. Wali ab‟ad ini akan digantikan oleh wali
ab‟ad lain dan begitulah seterusnya mengikut susunan tersebut jika tidak ada yang
terdekat lagi.
• Wali raja/hakim: Wali yang diberi hak atau ditunjuk oleh pemerintah atau pihak
berkuasa pada negeri tersebut oleh orang yang telah dilantik menjalankan tugas
ini dengan sebab-sebab tertentu.
6.Syarat-syarat saksi
• Sekurang-kurangya dua orang
• Islam

8
• Berakal
• Telah pubertas
• Laki-laki
• Memahami isi lafal ijab dan qobul
• Dapat mendengar, melihat dan berbicara
• Adil (Tidak melakukan dosa-dosa besar dan tidak terlalu banyak melakukan
dosa-dosa kecil)
• Merdeka
7.Syarat ijab
• Pernikahan nikah ini hendaklah tepat
• Tidak boleh menggunakan perkataan sindiran
• Diucapkan oleh wali atau wakilnya
• Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti mutaah(nikah kontrak atau
pernikahan (ikatan suami istri) yang sah dalam tempo tertentu seperti yang
dijanjikan dalam persetujuan nikah muataah)
• Tidak secara taklik(tidak ada sebutan prasyarat sewaktu ijab dilafalkan)
Contoh bacaan Ijab:Wali/wakil Wali berkata kepada calon suami:"Aku nikahkan
Anda dengan Diana Binti Daniel dengan mas kawin berupa seperangkap alat salat
dibayar tunai".
8.Syarat qobul
• Ucapan mestilah sesuai dengan ucapan ijab
• Tidak ada perkataan sindiran
• Dilafalkan oleh calon suami atau wakilnya (atas sebab-sebab tertentu)
• Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti mutaah(seperti nikah kontrak)
• Tidak secara taklik(tidak ada sebutan prasyarat sewaktu qobul dilafalkan)
• Menyebut nama calon istri
• Tidak ditambahkan dengan perkataan lain
Contoh sebutan qabul(akan dilafazkan oleh bakal suami):"Aku terima nikahnya
dengan Diana Binti Daniel dengan mas kawin berupa seperangkap alat salat
dibayar tunai" ATAU "Aku terima Diana Binti Daniel sebagai istriku".

9
Setelah qobul dilafalkan Wali/wakil Wali akan mendapatkan kesaksian dari para
hadirin khususnya dari dua orang saksi pernikahan dengan cara meminta saksi
mengatakan lafal "SAH" atau perkataan lain yang sama maksudya dengan
perkataan itu.

Selanjutnya Wali/wakil Wali akan membaca doa selamat agar pernikahan suami
istri itu kekal dan bahagia sepanjang kehidupan mereka serta doa itu akan
diAminkan oleh para hadirin. Bersamaan itu pula, mas kawin/mahar akan
diserahkan kepada pihak istri dan selanjutnya berupa cincin akan dipakaikan
kepada jari cincin istri oleh suami sebagai tanda dimulainya ikatan kekeluargaan
atau simbol pertalian kebahagian suami istri.Aktivitas ini diteruskan dengan suami
mencium istri.Aktivitas ini disebut sebagai "Pembatalan Wudhu".Ini karena
sebelum akad nikah dijalankan suami dan isteri itu diminta untuk berwudhu
terlebih dahulu.

Suami istri juga diminta untuk salat sunat nikah sebagai tanda syukur setelah
pernikahan berlangsung. Pernikahan Islam yang memang amat mudah karena ia
tidak perlu mengambil masa yang lama dan memerlukan banyak aset-aset
pernikahan disamping mas kawin,hantaran atau majelis umum (walimatul
urus)yang tidak perlu dibebankan atau dibuang.

E TUJUAN PERNIKAHAN

1. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia yang Asasi


Pernikahan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi
kebutuhan ini adalah dengan „aqad nikah (melalui jenjang pernikahan), bukan
dengan cara yang amat kotor dan menjijikkan, seperti cara-cara orang sekarang
ini; dengan berpacaran, kumpul kebo, melacur, berzina, lesbi, homo, dan lain
sebagainya yang telah menyimpang dan diharamkan oleh Islam.
2. Untuk Membentengi Akhlaq yang Luhur dan untuk Menundukkan
PandanganSasaran utama dari disyari‟atkannya pernikahan dalam Islam di

10
antaranya adalah untuk membentengi martabat manusia dari perbuatan kotor dan
keji, yang dapat merendahkan dan merusak martabat manusia yang luhur. Islam
memandang pernikahan dan pembentukan keluarga sebagai sarana efektif untuk
me-melihara pemuda dan pemudi dari kerusakan, dan melindungi masyarakat dari
kekacauan.
3. Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami
Dalam Al-Qur-an disebutkan bahwa Islam membenarkan adanya thalaq
(perceraian), jika suami isteri sudah tidak sanggup lagi menegakkan batas-batas
Allah, sebagaimana firman Allah „Azza wa Jalla dalam ayat berikut:
‫ان ۗ َو ََل َي ِح ُّل لَ ُك ْم أَنْ َتأْ ُخ ُذوا ِممَّا آ َت ْي ُتمُوُُنَّ ََ ْي اًا ِِ ََّل أَنْ َي َخا َفا أَ ََّل ُيِِي َما‬
ٍ ‫ف أَ ْو َتسْ ِري ٌح ِبإِحْ َس‬ ٍ ‫ك ِب َمعْ رُو‬ ٌ ‫ان ۖ َفإِمْ َسا‬ َّ
ِ ‫الط ََل ُق مَرَّ َت‬
َّ ‫َّللا َف ََل َتعْ َت ُدو َُا ۚ َو َمنْ َي َت َع َّد ُح ُدو َد‬
ِ‫َّللا‬ ِ َّ ‫َت ِب ِه ۗ ت ِْل َك ُح ُدو ُد‬ ِ َّ ‫َّللا ۖ َفإِنْ ِخ ْف ُت ْم أَ ََّل ُيِِي َما ُح ُدو َد‬
ْ ‫َّللا َف ََل جُ َنا َح َع َلي ِْه َما فِي َما ا ْف َتد‬ ِ َّ ‫ُح ُدو َد‬
‫ُون‬
َ ‫الظالِم‬َّ ‫ك ُُ ُم‬ َ ًِ َ‫َفأُو َٰل‬

“Thalaq (yang dapat dirujuk) itu dua kali. (Setelah itu suami dapat) menahan
dengan baik, atau melepaskan dengan baik. Tidak halal bagi kamu mengambil
kembali sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali keduanya
(suami dan isteri) khawatir tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah. Jika
kamu (wali) khawatir bahwa keduanya tidak mampu menjalankan hukum-hukum
Allah, maka keduanya tidak berdosa atas bayaran yang (harus) diberikan (oleh
isteri) untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu
melanggarnya. Barangsiapa melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-
orang zhalim.” [Al-Baqarah : 229]
4. Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah
Menurut konsep Islam, hidup sepenuhnya untuk mengabdi dan beribadah hanya
kepada Allah „Azza wa Jalla dan berbuat baik kepada sesama manusia. Dari sudut
pandang ini, rumah tangga adalah salah satu lahan subur bagi peribadahan dan
amal shalih di samping ibadah dan amal-amal shalih yang lain, bahkan
berhubungan suami isteri pun termasuk ibadah (sedekah)
5. Untuk Memperoleh Keturunan Yang Shalih
Tujuan pernikahan di antaranya adalah untuk memperoleh keturunan yang shalih,
untuk melestarikan dan mengembangkan bani Adam, sebagaimana firman Allah
„Azza wa Jalla:

11
َ ‫ت ۚ أَ َف ِب ْالبَاطِ ِل ي ُْؤ ِم ُن‬
‫ون‬ َّ ‫ِين َو َح َف َد اة َو َر َز َق ُك ْم م َِن‬
ِ ‫الط ِّي َبا‬ ِ ‫َّللاُ َج َع َل لَ ُك ْم مِنْ أَ ْنفُسِ ُك ْم أَ ْز َواجا ا َو َج َع َل لَ ُك ْم مِنْ أَ ْز َو‬
َ ‫اج ُك ْم َبن‬ َّ ‫َو‬
‫ُون‬ ِ َّ ‫ت‬
َ ‫َّللا ُُ ْم َي ْك ُفر‬ ِ ‫َو ِبنِعْ َم‬

“Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau isteri) dari jenis kamu
sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta
memberimu rizki dari yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang bathil
dan mengingkari nikmat Allah?” [An-Nahl : 72]

F. PEMILIHAN CALON SUAMI/ISTRI


1. Ciri-ciri bakal suami
• beriman & bertaqwa kepada Allah s.w.t
• bertanggungjawab terhadap semua benda
• memiliki akhlak-akhlak yang terpuji
• berilmu agama agar dapat membimbing calon isteri dan anak-anak ke jalan yang
benar
• tidak berpenyakit yang berat seperti gila, AIDS dan sebagainya
• rajin bekerja untuk kebaikan rumah tangga seperti mencari rezeki yang halal
untuk kebahagiaan keluarga.
2. Ciri-ciri bakal istri
Wanita itu shalihah
• Wanita itu subur rahimnya. Tentunya bisa diketahui dengan melihat ibu atau
saudara perempuannya yang telah menikah.
• Wanita tersebut masih gadis, yang dengannya akan dicapai kedekatan yang
sempurna.
• Taat kepada Allah dan taat kepada Rasul-Nya,
• Taat kepada suami dan menjaga kehormatannya di saat suami ada atau tidak ada
serta menjaga harta suaminya,
• Menjaga shalat yang lima waktu,
• Melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan,
• Memakai jilbab yang menutup seluruh auratnya dan tidak untuk pamer
kecantikan (tabarruj) seperti wanita Jahiliyyah.
• Berakhlak mulia,

12
• Selalu menjaga lisannya,
• Tidak berbincang-bincang dan berdua-duaan dengan laki-laki yang bukan
mahramnya karena yang ke-tiganya adalah syaitan,
• Tidak menerima tamu yang tidak disukai oleh suaminya,
• Taat kepada kedua orang tua dalam kebaikan,
• Berbuat baik kepada tetangganya sesuai dengan syari‟at.
َ ‫ار َي اة ُتَلَعِ ُب َها َو ُتَلَعِ ُب‬
‫ك؟‬ ِ ‫َف َهَلَّ َج‬
“Mengapa engkau tidak menikah dengan gadis hingga engkau bisa mengajaknya
bermain dan dia bisa mengajakmu bermain?!”
3. Perempuan yang Haram dinikahi
• Perempuan yang diharamkan menikah oleh laki-laki disebabkan karena
keturunannya (haram selamanya) serta dijelaskan dalam surah an-Nisa: Ayat 23
yang berbunyi, “Diharamkan kepada kamu menikahi ibumu, anakmu, saudaramu,
anak saudara perempuan bagi saudara laki-laki, dan anak saudara perempuan bagi
saudara perempuan.”:
O Ibu
o Nenek dari ibu maupun bapak
o Anak perempuan & keturunannya
o Saudara perempuan segaris atau satu bapak atau satu ibu
o Anak perempuan kepada saudara lelaki mahupun perempuan, uaitu semua anak
saudara perempuan
• Perempuan yang diharamkan menikah oleh laki-laki disebabkan oleh susuan
ialah:
O Ibu susuan
o Nenek dari saudara ibu susuan
o Saudara perempuan susuan
o Anak perempuan kepada saudara susuan laki-laki atau perempuan
o Sepupu dari ibu susuan atau bapak susuan
• Perempuan muhrim bagi laki-laki karena persemendaan ialah:
O Ibu mertua
o Ibu tiri
o Nenek tiri

13
oMenantu perempuan
o Anak tiri perempuan dan keturunannya
o Adik ipar perempuan dan keturunannya
o Sepupu dari saudara istri
• Anak saudara perempuan dari istri dan keturunannya

G. THALAK (PERCERAIAN)
Di dalam Islam, penceraian merupakan sesuatu yang tidak disukai oleh
Islam tetapi dibolehkan dengan alasan dan sebab-sebab tertentu.Talak menurut
bahasa bermaksud melepaskan ikatan dan menurut syarak pula, talak membawa
maksud melepaskan ikatan perkahwinan dengan lafaz talak dan seumpamanya.
Talak merupakan suatu jalan penyelesaian yang terakhir sekiranya suami dan
isteri tidak dapat hidup bersama dan mencari kata sepakat untuk mecari
kebahagian berumahtangga. Talak merupakan perkara yang dibenci Allah s.w.t
tetapi dibenarkan.
Hukum talak
Hukum Penjelasan
Wajib a) Jika perbalahan suami isteri tidak dapat didamaikan lagi
b) Dua orang wakil daripada pihak suami dan isteri gagal membuat kata sepakat
untuk perdamaian rumahtangga mereka
c) Apabila pihak kadi berpendapat bahawa talak adalah lebih baik
d) Jika tidak diceraikan keadaan sedemikian, maka berdosalah suami
Haram a) Menceraikan isteri ketika sedang haid atau nifas
b) Ketika keadaan suci yang telah disetubuhi
c) Ketika suami sedang sakit yang bertujuan menghalang isterinya daripada
menuntut harta pusakanya
d) Menceraikan isterinya dengan talak tiga sekali gus atau talak satu tetapi disebut
berulang kali sehingga cukup tiga kali atau lebih
Sunat a) Suami tidak mampu menanggung nafkah isterinya
b) Isterinya tidak menjaga maruah dirinya
Makruh Suami menjatuhkan talak kepada isterinya yang baik, berakhlak mulia
dan mempunyai pengetahuan agama

14
Harus Suami yang lemah keinginan nafsunya atau isterinya belum datang haid
atau telah putus haidnya
Rukun talak
Perkara Syarat
Suami Berakal
Baligh
Dengan kerelaan sendiri
Isteri Akad nikah sah
Belum diceraikan dengan talak tiga oleh suaminya
Lafaz Ucapan yang jelas menyatakan penceraiannya
Dengan sengaja dan bukan paksaaan
Contoh lafaz talak
1. Talak sarih
Lafaz yang jelas dengan bahasa yang berterus-terang seperti “Saya talak awak”
atau “Saya ceraikan awak” atau “Saya lepaskan awak daripada menjadi isteri
saya” dan sebagainya.
2. Talak kinayah
Lafaz yang digunakan secara sindiran oleh suami seperti “Pergilah awak ke rumah
mak awak” atau “Pergilah awak dari sini” atau “Saya benci melihat muka awak”
dan sebagainya. Namun, lafaz kinayah memerlukan niat suaminya iaitu jika
berniat talak, maka jatuhlah talak tetapi jika tidak berniat talak, maka tidak
berlaku talak.
Jenis talak
1. Talak raj‟i
Suami melafazkan talak satu atau talak dua kepada isterinya. Suami boleh
merujuk kembali isterinya ketika masih dalam idah. Jika tempoh idah telah tamat,
maka suami tidak dibenarkan merujuk melainkan dengan akad nikah baru.
2. Talak bain
Suami melafazkan talak tiga atau melafazkan talak yang ketiga kepada isterinya.
Isterinya tidak boleh dirujuk kembali. Si suami hanya boleh merujuk setelah
isterinya berkahwin lelaki lain, suami barunya menyetubuhinya, setelah
diceraikan suami barunya dan telah habis idah dengan suami barunya.

15
3. Talak sunni
Suami melafazkan talak kepada isterinya yang masih suci dan tidak disetubuhinya
ketika dalam tempoh suci
4.Talak bid‟i
Suami melafazkan talak kepada isterinya ketika dalam haid atau ketika suci yang
disetubuhinya.
5 Talak taklik
Talak taklik ialah suami menceraikan isterinya bersyarat dengan sesuatu sebab
atau syarat. Apabila syarat atau sebab itu dilakukan atau berlaku, maka terjadilah
penceraian atau talak. Contohnya suami berkata kepada isteri, “Jika awak keluar
rumah tanpa izin saya, maka jatuhlah talak satu.” Apabila isterinya keluar dari
rumah tanpa izin suaminya, maka jatuhlah talak satu secara automatik.
FASAKH
Arti fasakh menurut bahasa ialah rosak atau putus. Manakala menurut syarak
pula, pembatalan nikah disebabkan oleh sesuatu sifat yang dibenarkan syarak,
misalnya, perkahwinan suami isteri yang difasakhkan oleh kadi disebabkan oleh
suaminya tidak mempu memberi nafkah kepada isterinya. Fasakh tidak boleh
mengurangkan bilangan talaknya.
Cara melakukan fasakh
• Jika suami atau isteri mempunyai sebab yang megharuskan fasakh
• Membuat aduan kepada pihak kadi supaya membatalkan perkahwinan mereka
• Jika dapat dibuktikan pengaduan yang diberikan adalah betul, pihak kadi boleh
mengambil tindakan membatalkannya
• Pembatalan perkahwinan dengan cara fasakh tidak boleh dirujuk kembali
melainkan dengan akad nikah yang baru.

KHULUK
Perpisahan antara suami dan isteri melalui tebus talak sama ada dengan
menggunakan lafaz talak atau khuluk. Pihak isteri boleh melepaskan dirinya
daripada ikatan perkahwinan mereka jika ia tidak berpuas hati atau lain-lain
sebab. Pihak isteri hendaklah membayar sejumlah wang atau harta yang

16
dipersetujui bersama dengan suaminya, maka suaminya hendaklah menceraikan
isterinya dngan jumlah atau harta yang ditentukan.
Tujuan khuluk
• Memelihara hak wanita
• Menolak bahaya kemudaratan yang menimpanya
• Memberi keadilan kepada wanita yang cukup umurnya melalui keputusan
mahkamah.
RUJUK
Menurut bahasa rujuk boleh didefinisikan sebagai kembali. Manakala menurut
syarak, ia membawa maksud suami kembali semula kepada isterinya yang
diceraikan dengan ikatan pernikahan asal (dalam masa idah) dengan lafaz rujuk.
Hukum rujuk
Hukum
Penjelasan
Wajib Bagi suami yang menceraikan isterinya yang belum menyempurnakan
gilirannya dari isteri-isterinya yang lain
Haram Suami merujuk isterinya dengan tujuan untuk menyakiti atau
memudaratkan isterinya itu
Makruh Apabila penceraian lebih baik antara suami dan isteri
Harus Sekirannya rujuk boleh membawa kebaikan bersama
Rukun rujuk
Perkara Syarat
Suami Berakal
Baligh
Dengan kerelaan sendiri
Isteri Telah disetubuhi
Berkeadaan talak raj‟i
Bukan dengan talak tiga
Bukan cerai secara khuluk
Masih dalam idah
Lafaz Ucapan yang jelas menyatakan rujuk
Tiada disyaratkan dengan khiar atau pilihan

17
Disegerakan tanpa dikaitkan dengan taklik atau bersyarat
Dengan sengaja dan bukan paksaan
Contoh lafaz rujuk
1. Lafaz sarih
Lafaz terang dan jelas menunjukkan rujuk. Contoh : “Saya rujuk awak kembali”
atau “Saya kembali semula awak sebagai isteri saya.”
2. Lafaz kinayah
Lafaz kiasan atau sindiran. Contoh : “Saya jadikan awak milik saya semula” atau
“Saya pegang awak semula”. Lafaz kinayah perlu dengan niat suami untuk
merujuk kerana jika dengan niat rujuk, maka jadilah rujuk. Namun jika tiada niat
rujuk, maka tidak sahlah rujuknya.
H. IDDAH
Iddah adalah waktu menunggu bagi mantan istri yang telah diceraikan oleh
mantan suaminya, baik itu karena thalak atau diceraikannya. Ataupun karena
suaminya meninggal dunia yang pada waktu tunggu itu mantan istri belum boleh
melangsungkan pernikahan kembali dengan laki-laki lain. Pada saat iddah inilah
antara kedua belah pihak yang telah mengadakan perceraian, masing-masing
masih mempunyai hak dan kewajiban antara keduanya.Lamanya masa iddah bagi
perempuan adalah sebagai berikut:
a. Perempuan yang masih mengalami haid secara normal, iddahnya tiga kali suci
b. Perempuan yang tidak mengalami lagi haid (menopause) atau belum
mengalami sama sekali, iddahnya tiga bulan
c. Perempuan yang ditinggal mati suaminya, iddahnya empat bulan sepuluh hari
d Perempuan yang sedang hamil, iddahnya sampai melahirkan
BAB III
PENUTUP

18
A. KESIMPULAN
Pernikahan adalah akad nikah (Ijab Qobul) antara laki-laki dan perempuan yang
bukan muhrimnya sehingga menimbulkan kewajiban dan hak di antara
keduanya melalui kata-kata secara lisan, sesuai dengan peraturan-peraturan
yang diwajibkan secara Islam. Pernikahan merupakan sunnah Rasulullah Saw.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah:
“nikah itu Sunnahku, barang siapa membenci pernikahan, maka ia bukanlah
ummadku”.
Hadis lain Rasulullah Bersabda:
“Nikah itu adalah setengah iman”.
Maka pernikahan dianjurnya kepada ummad Rasulullah, tetapi pernikahan yang
mengikuti aturan yang dianjurkan oleh ajaran agama Islam. Adapun cangkupan
pernikahan yang dianjurkan dalam Islam yaitu adanya Rukun Pernikahan, Hukum
Pernikahan, Syarat sebuah Pernikahan, Perminangan, dan dalam pemilihan calon
suami/istri. Islam sangat membenci sebuah perceraian, tetapi dalam pernikahan itu
sendiri terkadang ada hal-hal yang menyebabkan kehancuran dalam sebuah rumah
tangga. Islam secara terperinci menjelaskan mengenai perceraian yang
berdasarkan hukumnya. Dan dalam Islam pun dijelaskan mengenai fasakh,
khuluk, rujuk, dan masa iddah bagi kaum perempuan.

19
DAFTAR PUSTAKA
Munarki, Abu. Membangun Rumah Tangga dalam Islam, Pekanbaru : PT. Berlian Putih,2006

Abdullah, Samsul. Tatacara Pernikahan, Jakarta: PT. Gramedia,2011

Suhaimi. Diktat Pendidikan Agama Islam. Banda Aceh: Unsyiah,2013

Nurcahya. Pernikahan secara Umum. Bandung: Husaini Bandung,1999

Ais, Chatamarrasjid,dkk. Proses Pernikahan.Solo: PT. Anugerah,2000

20

Anda mungkin juga menyukai