Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PERNIKAHAN DALAM ISLAM

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu : Sun Choirol Ummah, S.Ag. M.S.I.

Disusun Oleh :
1 Tri Avivah Kusuma Dewi (15103241045)
2 Muhammad Faris (15103241047)
3 Nur Azizatur Rohim (15103241048)
4 Nidya Sindi A (15103241050)
5 Siti Marfuah (15103241054)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015

KATA PENGANTAR

1
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah tentang
Pernikahan dalam Islam dengan baik dan lancar. Makalah ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas dari mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dari berbagai
pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka, atas selesainya penyusunan
makalah ini kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu yaitu Ibu Sun Choirol
Ummah.
Kami menyadari bahwa keterbatasan kemampuan dan pengetahuan, telah menjauhkan
makalah ini dari kesempurnaan. Untuk itu sumbang saran serta kritik yang membangun dari
para pembaca senantiasa kami harapkan.
Akhirnya kata kami berharap, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak pada umumnya, pembaca dan penulis pada khususnya.

Yogyakarta ,22 Oktober 2015

Penulis

DAFTAR ISI

2
JUDUL.......................................................................................................1
KATA PENGANTAR.................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang......................................................................................4
B Rumusan Masalah.................................................................................4
C Tujuan....................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian...............................................................................6
BAB III PENUTUP
A Kesimpulan............................................................................11
B Saran......................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................12

BAB I
PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang
Pernikahan atau nikah artinya adalah terkumpul dan menyatu. Menurut
istilah lain juga dapat berarti Ijab Qobul (akad nikah) yang mengharuskan
perhubungan antara sepasang manusia yang diucapkan oleh kata-kata yang ditujukan
untuk melanjutkan ke pernikahan, sesusai peraturan yang diwajibkan oleh Islam.
Allah menjadikan manusia itu saling berpasangan, menghalalkan pernikahan dan
mengharamkan zina. Dalam Islam, terdapat beberapa hal yang harus dipenuhi dan
dipersiapkan oleh seseorang pasangan sebelum melangsungkan pernikahan antara lain
: rukun nikah, syarat calon istri dan suami, syarat wali, syarat saksi, ijab dan qobul.

Hikmah dari pernikahan itu sendiri merupakan cara yang halal dan suci untuk
menyalurkan nafsu syahwat melalui selain perzinahan, pelacuran, dan lain sebagainya
yang dibenci Allah dan amat merugikan. Menikah bertujuan untuk memperoleh
ketenangan hidup, kasih sayang dan ketenteraman, memelihara kesucian diri,
melaksanakan tuntutan syariat, memperoleh keturunan yang berguna bagi agama,
bangsa dan negara. Akan tetapi, dalam masyarakat masih belum paham tentang
pernikahan yang Islami. Sehingga dalam makalah ini akan kami jelaskan tentang
ketentuan-ketentuan pernikahan yang Islami

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat kami ambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertianpernikahan menurut Islam?
2. Bagaimana rukun dan syarat pernikahan menurut Islam?
3. Bagaimana hukum melaksanakan pernikahan menurut Islam?
4. Bagaimana hikmah pernikahan menurut Islam?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut dapat diketahui tujuan dari pembahasan makalah ini:
1. Mengetahui dan memahami pengertian pernikahan menurut Islam.
2. Mengetahui tentang rukun dan syarat pernikahan menurut Islam.
3. Memahami hukum melaksanakan pernikahan menurut Islam.

4
4. Mengetahui tentang hikmah pernikahan menurut Islam.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pernikahan Menurut Islam

5
Definisi pernikahan secara umum adalah upacara pengikatan janji nikah yang
dirayakan atau dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan ikatan perkawinan
secara norma agama, norma hukum, dan norma sosial. Sedangkan, menurut bahasa Indonesia
berarti berkumpul atau bersatu. Sedangkan menurut agama pernikahan adalah bentuk dari
ibadah yang kesucianya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami yang bertujuan untuk
membentuk keluarga yang bahagia, sejahtera dan kekal selamanya.

Agama Islam adalah agama yang sangat manusiawi. Manusia memiliki sifat untuk
hidup bersama sehingga setiap orang diciptakan oleh Allah berpasang-pasangan. Oleh karena
itu manusia dianjurkan untuk menikah dengan tujuan agar jelas statusnya, jelas
nasabnya(keturunan) dan sah hubungannya secara hukum maupun agama.

Dasar nikah menurut agama Islam adalah Q.S. 24 An-Nuur:32 yang berbunyi Dan
kawinlah orang-orang yang sendiri di antara kamu dan mereka yang berpekerti baik.
Termasuk hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Dan menurut hadis :

Hadist Rasulullah: Apabila datang laki-laki (untuk meminang) yang kamu ridhoi agamanya
dan akhlaknya maka kawinkanlah dia, dan bila tidak kamu lakukan akan terjadi fitnah di
muka bumi dan kerusakan yang meluas. (HR. Tirmidzi dan Ahmad). Dan Hadis: Wahai
segenap pemuda, barangsiapa yang mampu memikul beban keluarga hendaklah kawin.
Sesungguhnya perkawinan itu lebih dapat meredam gejolak mata dan nafsu seksual, tapi
barangsiapa yang belum mampu hendaklah dia berpuasa karena (puasa itu) benteng
(penjagaan) baginya(HR. Bukhari).

B. Rukun dan Syarat Pernikahan menurut Islam

Dalam pernikahan terdapat rukun pernikahan, syarat pernikahan dan tata cara
pernikahan. Rukun dan syarat menentukan hukum suatu perbuatan, terutama yang
menyangkut dengan sah atau tidaknya perbuatan tersebut dari segi hukum.

1. Rukun Pernikahan

Rukun pernikahan adalah unsur-unsur yang harus dipenuhi untuk melangsungkan pernikahan,
yang terdiri dari :

a. Ijab-Qabul
Ijab adalah perkataan yang diucapkan wali seperti saya nikahkan engkau dengan
anak saya yang bernama .sedangkan Qabul adalah perkataan yang diucapkan
mempelai laki-laki saat akad nikah, Seperti saya terima nikahnya .. Sabda
Rasulullah Saw: tidak sah nikah kecuali dengan lafads nikah, tazwil, atau terjemahan
dari keduanya

( )

Takutlah kepada Allah dalam urusan perempuan, sesungguhnya kamu ambil mereka dengan
kepercayaan Allah, dan kamu halalkan kehormatan mereka dengan kalimat Allah (HR.
Muslim)

6
b. Adanya mempelai pria dan mempelai wanita yang tidak terhalang oleh status apapun.
c. Adanya wali
Wali adalah seorang laki-laki yang biasanya adalah ayah mempelai perempuan tapi
jika tidak ada ayah bias digantikan oleh laki-laki yang masih berhubungan darah
dengan ayah.
d. Adanya saksi (2 pria)
Semua yang dating saat akad nikah adalah saksi, tapi Islam mengajarkan tetap harus
ada 2 orang saksi pria yang jujur dan adil agar pernikahan menjadi sah.
e. Mahar
Mahar adalah pemberian wajib dari seorang suami kepada istri.
2. Syarat Pernikahan

a. Kepastian siapa mempelai laki-laki dan siapa mempelai wanita dengan isyarat
(membujuk) atau menyebutkan nama atau sifatnya yang khas. Sehingga tidak cukup
bila seorang wali hanya mengatakan, Aku nikahkan engkau dengan putriku,
sementara ia memiliki beberapa orang putri.

b. Keridhaan dari masing-masing pihak, dengan dalil hadits Abu Hurairah


radhiyallahu anhu secara marfu:

e
Tidak boleh seorang janda dinikahkan hingga ia diajak musyawarah/dimintai
pendapat, dan tidak boleh seorang gadis dinikahkan sampai dimintai izinnya.
(HR. Al-Bukhari no. 5136 dan Muslim no. 3458)

c. Adanya wali bagi calon mempelai wanita, karena Nabi Shallallahu alaihi wa sallam
bersabda:


Tidak ada nikah kecuali dengan adanya wali.
(HR. Al-Khamsah kecuali An-Nasa`i, dishahihkan Al-Imam Al-Albani rahimahullahu
dalam Al-Irwa` no. 1839)

Beliau Shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda:


Wanita mana saja yang menikah tanpa izin wali-walinya maka nikahnya batil,
nikahnya batil, nikahnya batil. (HR. Abu Dawud no. 2083, dishahihkan Al-Imam Al-
Albani rahimahullahu dalam Shahih Abi Dawud)

C. HukumPernikahan

1) Hukum asal nikah adalah mubah


Menurut sebagian ulama hokum asal nikah adalah mubah artinya boleh dikerjakan
boleh tidak.
2) Nikah yang hukumnya sunah
Menurut sebagian besar ulama berpendapat bahwa pada prinsipnya nikah itu sunah.
Karena perintah nikah dalam berbagai Al-Quran dan hadis hanya merupakan anjuran

7
walaupun banyak kata-kata amar dalam ayat dan hadis, bukan semua amar itu artinya
wajib.
3) Nikah yang hukumnya Wajib
Hadis riwayat Ibnu Majah dalam Sabda Rasullulah Saw Barangsiapa yang tidak mau
melakukan sunnahku, maka tidaklah termasuk golonganku.
Nikah itu wajib sesuai dengan factor dan situasi.
4) Nikah yang hukumnya Makruh
Nikah menjadi makruh jika orang yang akan melakukan perkawinan telah mempunyai
keinginan atau hasrat yang kuat, tapi belum mempunyai bekal untuk memberi nafkah
tanggunganya.
5) Nikah yang hukumnya Haram
Nikah menjadi haram jika mempelai laki-laki mempunyai niat untuk menyakiti
perempuan yang dinikahinya.

Hadisriwayat Abdullah bin Masudra.: Dari Alqamah ia berkata: Aku sedang berjalan
bersama Abdullah di Mina lalu ia bertemu dengan Usman yang segera bangkit dan
mengajaknya bicara. Usman berkata kepada Abdullah: Wahai Abu Abdurrahman, inginkah
kamu kami kawinkan dengan seorang perempuan yang masih belia? Mungkin ia dapat
mengingatkan kembali masa lalumu yang indah. Abdullah menjawab: Kalau kamu telah
mengatakan seperti itu, maka Rasulullah saw. pun bersabda: Wahai kaum pemuda! Barang
siapa di antara kamu sekalian yang sudah mampu memberi nafkah, maka hendaklah ia
menikah, karena sesungguhnya menikah itu lebih dapat menahan pandangan mata dan
melindungi kemaluan (alat kelamin). Dan barang siapa yang belum mampu, maka hendaklah
ia berpuasa, karena puasa itu dapat menjadi penawar bagi nafsu. (Shahih Muslim No.2485)

Apabila kita berbicara tentang pernikahan, pernikahan adalah suatu peristiwa yang
pasti selalu diinginkan oleh semua orang, bahkan Allah SWT menciptakan manusia
berpasang-pasangan, jadi pada dasarnya semua orang pasti memiliki pasangan masing-
masing, untuk itu Allah mewajibkan manusia untuk menikah agar tidak melakukan hal-hal
yang dilarang Allah. Bahkan di dalam Al-Quran pernikahan itu diwajibkan untuk
dilaksanakan bagi yang mampu menafkahi istrinya kelak.

Pertumbuhan zaman yang semakin maju dan modern disertai pola pikir yang
berkembang cenderung membuat banyak orang bersikap individualis, mementingkan dirinya
sendiri, sibuk dengan urusanya sendiri dan berlomba-lomba mengejar duniawi, meskipun
pernikahan adalah suatu hal yang bersifat kemanusiawian bagi semua orang. Semua orang
pasti pernah bermimpi menikah dan mengarungi bahtera rumah tangga yang harmonis
dengan pasanganya. Tapi ada beberapa orang yang memilih untuk tidak menikah dengan alas

8
an tidak ingin repot, masih ingin menikmati waktu sendiri, dan lain sebagainya. Hal ini
tentunya tidak dibenarkan dalam padangan Islam.

D. Hikmah Pernikahan menurut Islam

1) Kebutuhan Biologis. Naluri seks adalah naluri yang paling kuat dan keras yang
selamanya menuntut adanya jalan keluar, dan kawin adalah jalan alami dan biologis yang
paling baik dan sesuai untuk menyalurkan dan memuaskan naluriah seks ini.
Dari Abu Hurairah : pernah Nabi saw bersabda: " Sesungguhnya perempuan itu
menghadap dengan rupa setan dan membelakangi dengan rupa setan pula. Jika seseorang
diantaramu tertarik kepada seorang perempuan, hendaklan ia datangi istrinya, agar
nafsunya bisa tersalurkan. " (HR. Muslim , Abu Daud dan Turmudzi ).
2) Membentuk keluarga mulia. Kawin adalah jalan terbaik untuk membuat anak-anak
menjadi mulia, memperbanyak keturunan, melestarikan hidup manusia yang oleh Islam
sangat diperhatikan. Sebagaimana sabda Rasulullah :" kawinlah dengan perempuan
pecinta lagi bisa banyak anak, agar nanti aku dapat membanggakan jumlahnya yang
banyak di hadapan para nabi pada hari kiamat nanti. "
3) Naluri kasih sayang. Tumbuhnya naluri ke-bapakan dan ke-ibuan yang saling
melengkapi, tumbuh perasaan cinta, ramah, dan sayang dalam suasana hidup dengan
anak-anak.
4) Menumbuhkan tanggung jawab. Adanya rasa tanggung jawab yang dapat mendorong ke
arah rajin bekerja, bersungguh-sungguh dan mencurahkan perhatian.
5) Pembagian tugas. Adanya pembagian tugas istri mengurusi dan mengatur rumah tangga,
membimbing dan mendidik anak-anak, sementara si suami bekerja.
6) Memperteguh silaturahim. Dapat membuahkan tali kekeluargaan, memperteguh
kelanggengan rasa cinta antara keluarga dan memperkuat hubungan kemasyarakatan.
7) Menunddukkan pandangan. Islam mendorong untuk menikah. Menikah itu lebih
menundukkan pandangan, lebih menjaga kemaluan, lebih menenangkan jiwa dan lebih
menjaga agama.

9
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Nikah termasuk perbuatan yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad
SAW dan Allah telah menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan, ada lelaki ada
perempuan. Salah satu ciri mahluk hidup adalah berkembang biak yang bertujuan
untuk melanjutkan keturunan. Oleh karena itu manusia diberikan karunia berupa
pernikahan untuk memasuki jenjang hidup baru.
Dalam Islam hokum nikah itu berbeda-beda tergantung keadaan masing-
masing orang dalam tingkat kemampuannya menghindari zina dan juga tergantung
kekuatan kesabaran masing-masing orang serta kemampuan menghilangkan
kegelisahan terhadap hal tersebut. Jika seseorang khawatir jatuh dalam kebinasaan

10
dalam agamanya atau dalam perkara dunia, maka nikah itu hukumnya wajib. Bagi
orang yang sudah mampu memberi nafkah dan berkehendak untuk menikah maka
hukumnya sunnah. Apabila orang yang akan melakukan pernikahan telah mempunyai
keinginan yang kuat namun belum bisa memberi nafkah maka hukumnya makruh.
Hukum nikah menjadi haram apabila niat dari nikah itu untuk menyakiti pasanganya.

DAFTAR PUSTAKA

Rafi, Baihaqi, Ahmad, Membangun Surga Rumah Tangga, (Surabaya: Gita


Mediah Press, 2006)

At-tihami, Muhammad, Merawat Cintah Kasih Menurut Syriat Islam,


(Surabaya : Ampel Mulia, 2004)

Muhammad uwaidah, Syaikh Kamil, Fiqih Wanita, (Jakarta: Pustaka Al-


Kautsar, 1998)

Dikutip dari http://www.asysyariah.com, Penulis : Al-Ustadz Abu Ishaq,


Judul : Rukun dan Syarat Akad Nikah

Kumpulan dan reverensi belajar hadis

11
12

Anda mungkin juga menyukai