Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

HUKUM ISLAM DI LIBYA


Matakuliah: Hukum Islam di Dunia Modern
Dosen Pengampuh: Dr. H. Sudriman L, M.H

OLEH:

MINDRIANI AMIN
2220203874130012

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PAREPARE
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah rahmat dan limpahannya sehingga kita

dapat menyelesaikan makalah ini dan tak lupa pula kita kirimkan shalawat serta salam atas

junjungan nabi besar Muhammad SAW nabi yang telah menjadi surih tauladan bagi kita

semua.

Adapun proses pembuatan makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan

tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan

makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan

baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang

dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin

memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Hukum Islam di Negara

Libya ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi

terhadap pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Penulis

i
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR.......................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat Negara Libya...............................................................3


B. Aspek-Aspek Hukum Keluarga Islam di Libya....................................7
C. Pemberlakukan Undang-Undamg Keluarga di Negara Libya.............10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .........................................................................................18
B. Saran....................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Libya adalah Negara republik rakyat yang terletak di tepi laut tengah Afrika

utara. Rebublik ini termasuk Negara nomor empat terluas di benua afrika. Sebelah

selatan berbatasan dengan Chad, sebelah barat dengan Aljazair , barat laut dengan

Tunisia, barat daya dengan Niger, timur dengan Mesir dan tenggara dengan sudan.

Luas: 1.757.000 km,2. Jumlah penduduk: 4.206.000 (1990). Kepadatan penduduk:

2,4/km2. ibukota: Tripoli. Bahasa resmi adalah bahasa Arab. Agama: Islam (97

persen, merupakan agama resmi) lain-lain (3 persen). Satuan mata uang adalah

Dinar Libya (LD).1

Serangkaian invasi pada abad ke-7 menimbulkan proses Arabisasi dan

Islamisasi penduduk negeri di sekitar dataran benua Afrika utara, tetapi tetapi hal

ini tidak diiringi pembentukan rejim yang memusat. Otoritas Almohad bersifat

nominal (sekedar nama; Mamluk Mesir bersekutu dengan suku-suku di Cyrenaica

sehingga mengantarkan klaim mereka sebagai menguasa nereni di dataran Afrika

Utara tersebut.. Klaim ini diwarisi oleh Usmani yang menaklukkan Mesir pada

tahun 1517 dan Tripoli pada tahun 1551. sejak tahun 1551-1711 tripoli diperintah

oleh pasha usmani dan tentara Jenisari.

Sampai abad ke-16 Libiya masih merupakan bagian dari khalifah Ustmaniyah.

Tahun 1911 Tentara Itali masuk ke Libiya dan menjadikannya sebagai salah satu

1
PT, Ictiar Baru Van Hoeve Jakarta , Ensiklopedi Muslim 3, Cet. 4, Jakarta, PT. Ikrar Mandiri
Abadi. 2001.

1
daerah koloninya. Pada tahun 1943 Itali maengadopsi nama Libya (nama yang

digunakan oleh orang Yunani untuk maenyebut daerah Afrika Utara, kecuali

Inggris) sebagai nama resmi daerah koloninya. Wilayah libiya meliputi propinsi

Cyrenaica, Tripoltania, dan Fezzan. Raja Idris, pemimpin daerah Cyrenaica,

memimpin perlawanan rakyat Libiya terhadap penjajah Itali sepanjang perang dunia

I dan II. 2 Kolonel Muammar khadafi menjadi pimpinan dewan komando revolusi

yang secara defakto sekaligus sebagai pemimpin Negara Libya.

Lewat dewan komando revolusi ini, terjadilah perubahan arah Negara Libya.

Dengan moto, kebebasan, sosialisme, dan persatuan, Libya bersemangat untuk

melepaskan diri dari keterbelakangan, mengambil peran aktif dalam kasus Palestina,

mempromosikan persatuan Arab, serta menekankan kebijakan domestic yang

berdasarkan kesejahteraan sosial, non –eksploitasi dan pendistribusian

kesejahteraan yang sama. Saat itu juga, pemerintah baru ini maenuntut pengunduran

diri seluruh instalasi militer asing di Libya. Sejak mengambil alih pada tahun 1969

lewat kudeta militer, Kolonel Muammar Khadafi telah membentuk sistim

polotiknya sendiri, yang diklaimnya sebagai gabungan dari sosialismae dan Islam,

yang disebut oleh Khadafi sebagai teori internasional ketiga (the third

internationale theory). Kadafi membentuk dirinya sebagai pemimpin revolusi. 3

Perbincangan tentang tentang Negara libya dalam tulisan ini sengaja dibatasi pada

aspek perkembangan Hukum Islam di Libya. Karena hal tersebut memang sengaja

dijadikan ruang lingkup bagi tulisan ini.

2
John L Esposito, 1992, The Islamic Threat: Myth or Reality, Penerjamah: Alwiah Abd. Rahman
dan Missi, Cet. III, Bandung, Mizan 1996.
3
Beni Nursari, Muammar Khadafi dan Eksistensi Negara Libya, Internet, 4 Desember 2022.

2
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalahnya meliputi:

1. Bagaimana sejarah singkat Negara Libya?

2. Bagaimana Aspek-Aspek Hukum Keluarga Islam di Libya?

3. Bagaimana Pemberlakuan Undang-undang Keluarga di Negara Libya?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui sejarah sejarah singkat Negara Libya.

2. Untuk mengetahui Aspek-Aspek Hukum Keluarga Islam di Libya.

3. Untuk mengetahui Pemberlakuan Undang-undang Keluarga di Negara Libya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH SINGKAT NEGARA LIBYA

Nama Libya berasal dari bahasa Mesir yaitu Lebu4sebutan bagi orang-

orang Berber yang tinggal di sebelah barat Sungai Nil, kemudian diadopsi

oleh bahasa Yunani sebagai Libya. Pada zaman Yunani kuno, istilah ini memiliki

arti yang lebih luas mencakup seluruh Afrika Utara di sebelah barat Mesir dan

kadang ditujukan untuk seluruh benua Afrika.Libya termasuk Negara yang berada

dikawasan benua Afrika bagian utara. Sebagian besar (90 %) wilayah berupa gurun

pasir yang lebih dikenal dengan gurun sahara. Libya mempunyai banyak kandungan

minyak.

Abad pertama tahun masehi Libya menjadi daerah jajahan Roma. Atas

kekuasannya kota Tripolania diubah menjadi sebuah kota yang penting yang banyak

menghasilkan pohon zaitun. Perkembangan yang pesat tersebut dipimpin oleh

Kaisar Septimus Severus. Islam masuk ke Libya tatkala agama Kristen mengalami

kemunduran. Pada awal masuknya Islam berkembang didaerah Cyrenaica. 5 Pada

4
5
http://www.fatwa.org.za/Muslim_Personal_Law/Countries/Muslim/Libya/Libya_emory_law.htm .
Diakses tanggal 4 Desember 2022

4
abad ke-16 Turki Ottoman menaklukan beberapa wilayah Libya seperti Fezzan,

Cyrenaic dan Tripolitania sampai akhirnya berhasil menguasai seluruh Libya untuk

berada dibawah kekuasaan Turki.

Setelah terjadi Perang antara Italia dan Turki pada tahun 1911-1912, Libya

dikuasai oleh Italia pada tahun 1934 dalam perang yang menewaskan lebih dari

150.000 korban jiwa dan mengasingkan orang-orang penting di Libya dibawah

pimpinan Sanusiyyah. Libya terus menjadi koloni Italia hingga Perang Dunia II.

Ketika pasukan Sekutu dan para pejuang Libya kembali ke negaranya, mereka

berhasil menggulingkan pasukan Italia, kemudian Libya berada dibawah kontrol

Inggris dan Perancis. Libya memperoleh kemerdekaan pada tahun 1951 di bawah

raja pertama, Syed Idris al-Sanusi. Namun, tidak lama kemuadian pada tahun yang

sama Kolonel Muhammad Muammar Al Qadhafi melakukan kudeta militer dan

memenangkannya, dengan kemenangan tersebut menjadikan Qadhafi sebagai

presiden Libya.

Pada tanggal 11 Desember 1969 Libya mengesahkan Konstitusinya, pada

Pasal 2 menyatakan bahwa agama Islam merupakan agama resmi negara. Negara

melindungi kebebasan beragama sesuai dengan kebiasaan yang telah disepakati.

Deklarasi Pembentukan Otoritas Rakyat diterbitkan pada bulan Maret 1977, Pasal 2

menyebutkan bahwa Al Qur'an adalah Konstitusi Libya dengan bermazhab Maliki.

September 1969, terjadi Revolusi Pimpinan Konsil (Majelis Tinggi) mengambil alih

urusan-urusan kenegaraan. Pada tahun 1971, Konsil membentuk komite yang

dipimpin oleh Shaikh ‘Ali Mansur, selaku Presiden Peradilan Teringgi untuk

melakukan kodifikasi terhadap hukum sipil di Kerajaan Libya. Kemudian, pada

5
tanggal 28 Oktober 1971 Komisi tinggi mendeklarasikan pengumuman tentang

masa depan hukum Islam sebagai hukum yang utama di Kerajaan Libya

berdasarkan prinsip-prinsip hukum Islam Madzhab Maliki, seperti:

a. Pilihan (takhayur) terhadap prinsip-prinsip dari sekian banyak madzhab di

dalam Islam;

b. Doktrin Maliki sesuai dengan keinginan masyarakat Libya (masalih al-

mursalah);

c. Penetapan hukum mengacu kepada produk-produk hukum negara Islam

lainnya yang bermadzhab Maliki.6

Pada tahun 2011 aksi unjuk rasa besar-besaran terjadi di Libya. Aksi Demonstrasi ini

meniru aksi yang terjadi di Aljazair, Tunisia, dan Mesir. Rakyat Libya menuntut pemimpin

Libya Muammar al-Qaddafi turun dari jabatan yang telah dipimpinnya selama 42 tahun.

Unjuk rasa terjadi di berbagai kota di Libya, seperti  Tripoli, Tajoura,

Zawiyah, Zintan,  Ajdabiyah, Ras Lanuf, Sirte, Al Bayda, Benghazi, Bin Jawed,

Bani Walid, Ar Rajban, dan Misrata. Unjuk rasa ini telah memakan banyak korban

jiwa termasuk anak-anak. Kebanyakan penduduk Libya lari ke 2 negara terdekat,

Tunisia dan Mesir. Ada juga warga asing yang melarikan diri dari Libya, seperti

dari Indonesia, Cina, Filipina dan lain-lain. Beberapa hari kemudian, NATO dibantu

oleh pasukan tentara Amerika Serikat, Perancis, dan lain-lain melancarkan serangan

bertubi-tubi ke Tripoli, hingga akhir Oktober 2011 pemerintahan Muammar Qadaffi

jatuh.7

6
Tahir Mahmood, Personal Law in Islamic Countries (History, Text, and Comparative Analysis),
Academy of Law and Religion, New Delhi, 1987, h. 108.
7
http://alitrigiyatno.wordpress.com/2012/03/16/. Diakses tanggal 4Desember 2022

6
Pasca jatuhnya Qaddafi Terdapat dua entitas yang mengklaim sebagai

otoritas pemerintah  de jure di Libya.  Dewan Transisi Nasional yang berbasis

di Tripoli, dipimpin oleh Mustafa Abdul Jalil, mengendalikan sebagian besar negara

dan menggunakan nama dan bentuk Libya untuk negara Libya, tetapi juga sesekali

menyebutnya dalam bentuk panjang sebagai Republik Libya.

Dalam bidang pendidikan di Negara Libya Lebih dari 1,7 juta penduduk

Libya adalah pelajar dan lebih dari 270.000 di antaranya telah mencapai pendidikan

tinggi. Pendidikan di Libya gratis untuk semua warga negara, dan wajib sampai

tingkat menengah. Kemampuan baca tulis Libya tertinggi di Afrika Utara; lebih dari

82% penduduk Libya dapat membaca dan menulis. Setelah kemerdekaan Libya

tahun 1951, universitas pertama berdiri dengan nama University of Libya, didirikan

di kota Benghazi. Sejak tahun 1975 jumlah univeritas di Libya telah bertambah

menjadi sembilan dan pada tahun 1980 jumlah lembaga pendidikan teknis dan

kejuruan adalah 84 (12 universitas umum). 8

Pada tahun ajaran 1975 jumlah mahasiswa diperkirakan sebanyak 13.418

orang. Pada 2004 meningkat menjadi 200.000. Peningkatan yang cepat dalam

jumlah siswa di sektor pendidikan tinggi tercermin pada peningkatan jumlah

lembaga pendidikan tinggi. Biaya pendidikan di Libya, ditanggung oleh negara

dalam anggaran publik. Pada tahun 1998 anggaran nasional yang dialokasikan

untuk pendidikan mencapai 38,2%. Universitas utama di Libya diantaranya adalah

8
http://id.shvoong.com/humanities/history/2220739-negara-libya/. Diakses tanggal 4 Desember
2022

7
Al Fateh University di Tripoli, Garyounis University di Benghazi, Universitas Omar

Al-Mukhtar di Al Bayd dan Universitas-universitas terkenal lainnya.

Adapun terkait hak perempuan di dalam perkawinan dan perceraian diterbitkan

pada tahun 1972-1973. Ia dibentuk dengan latar belakang kodifikasi hukum sipil

yang dibentuk pada tahun 1971, Undang Undang Kerajaan Libya tahun 1972

memuat dua puluh satu artikel yang terbagi ke dalam tiga pasal yakni: Kapasitas

perkawinan dan perwalian (artikel 1-3), Perceraian (artikel 4-11), dan Khulu’

(artikel 12-21). Khusus mengenai Khulu’, ia merupakan amandemen di tahun 1973

sebagai nilai tambah terhadap kesetaraan hak perempuan di dalam hukum.

B. ASPEK-ASPEK HUKUM KELUARGA KERAJAAN LIBYA

1. Hak Waris bagi Perempuan

Hukum Keluarga Libya menjelaskan bahwa di dalam Islam, hak waris dan

kepastian hukum pembagian waris bagi perempuan dijamin di dalam hukum Islam.

Dalam kasus penyalahgunan atau pelanggaran pembagian waris bagi perempuan yang

dilakukan oleh laki-laki, maka pihak dalam tiga bulan pihak laki-laki wajib

menunaikan pengembalian hak waris perempuan. Jika telah melampaui waktu tiga

bulan, maka perempuan yang dirugikan dalam hal pewarisan tersebut dapat mengklaim

sesuai hukum untuk memperoleh hak waris yang ia seharusnya dapatkan. Pada tahun

1959, rezim monarchi di Kerajaan Libya menetapkan hukum terhadap Perlindungan

Hak Waris Perempuan. mengacu kepada hukum waris Madzhab Maliki.

2.  Usia Perkawinan

Undang Undang Kerajaan Libya Nomor 176 Tahun 1972 yang kemudian

diamandemen dalam Undang Undang Kerajaan Libya Nomor 18 Tahun 1973,

8
bahwasanya pubertas atau masa puber/baligh merupakan kondisi yang memiliki

kapasitas legal dalam pernikahan dan pernikahan anak-anak yang belum baligh batal

demi hukum. Adapun batas minimal usia adalah 16 tahun bagi perempuan dan 18 tahun

bagi laki-laki; dengan toleransi izin pengadilan untuk perkawinan anak-anak di bawah

usia tersebut.

3. Perwalian

Perkawinan dikatakan sah jika dihadiri wali. Dalam hal ketiadaan wali, maka

pengadilan dibolehkan menunjuk wali atau mengambil alih demi kemaslahatan dan

kepastian hukum keabsahan perkawinan.9

4. Perceraian

Jika keinginan pembatalan perkawinan sebelum akad dilaksanakan, maka tidak

ada permasalahan terkait hukum tentang hal yang demikian. Namun demikian,

keinginan berpisah setelah akad berlangsung harus tetap melalui prosedur pengadilan.

Pemerintah juga mengakomodir aturan-aturan untuk dilakukannya arbitrase

(penengah) sesuai dengan hukum Islam.

5. Arbitrase

Penengah terdiri dari dua orang yang merupakan perwakilan dari kedua belah pihak

yang bersengketa (suami dan istri). Penengah tersebut merupakan representasi dari

keinginan kedua belah pihak yang dapat dipilih berdasarkan ikatan keluarga dan

memahami kondisi lingkungan dan mengetahui kasus dengan baik. Langkah arbitrase

ini dapat ditempuh sebelum kasus sengketa perceraian tersebut diajukan ke

9
Tahir Mahmood, Personal Law in Islamic Countries (History, Text, and Comparative Analysis),
Academy of Law and Religion, New Delhi, 1987, h. 113

9
pengadilan.10 Dalam kasus kegagalan arbitrase mendapatkan kata perdamaian bagi

kedua belah pihak, istri yang jika memang berkeninginan tetap bercerai dapat

mengajukan perceraian. Ajuan perceraian dari pihak istri ini merupakan jenis

perceraian yang bersifat tidak dapat dibatalkan jika telah diputuskan oleh pengadilan.

Kondisi yang berbeda jika keinginan perceraian datang dari pihak suami, jenis

perceraian yang diputuskan pengadilan masih merupakan jenis putusan yang dapat

dibatalkan, terutama jika terdapat pertimbangan-pertimbangan pengadilan tentang hal

itu.

6. Khulu’

Khulu’ dimaknai undang undang sebagai upaya perceraian atas kehendak istri

dengan pengembalian sejumlah uang kepada suami, di mana peristilahan khulu’ atau

thalaq atau pernyataan lain yang mengarah ke dalam pengertian dengan maksud yang

sama (mubara’ah).11 Efek terjadi setelah khulu’, dibebankan kepada pihak suami

termasuk masalah nafkah kepada anak-anak dan uang pemeliharaan anak-anak,

sedangkan hak asuh anak diambil alih oleh pihak istri.

Namun demikian, ada opsi pemeliharaan pada pihak suami dengan syarat membayar

sejumlah uang kepada pihak istri sesuai dengan kesepakatan bersama; dan setelah habis

masa pemeliharan –saat anak sudah baligh, maka pemeliharaan dikembalikan kepada

pihak istri. Pihak istri dapat mengambil alih pemeliharaan anak setelah masa hadanah

oleh suami. Khulu’ yang diajukan oleh pihak istri diakomodir oleh hukum negara,

namun demikian opsi hadanah/pemeliharaan anak pada suami juga diakomodir sebagai
10
Tahir Mahmood, Personal Law in Islamic Countries (History, Text, and Comparative Analysis),
Academy of Law and Religion, New Delhi, 1987, h. 114
11
Tahir Mahmood, Personal Law in Islamic Countries (History, Text, and Comparative Analysis),
Academy of Law and Religion, New Delhi, 1987, h. 115

10
pengimbang kebijakan dan keadilan di depan hukum. Meskipun secara umum, hadanah

adalah hak pihak istri sepenuhnya, terutama dalam kasus talak.

D. PEMBERLAKUAN UNDANG-UNDANG HUKUM KELUARGA DI NEGARA

LIBYA

Setelah kemerdekaan Libya tahun 1951, Undang-undang Keluarga baru

diberlakukan pada tahun 1984 yang mengangkat masalah usia perkawinan, poligami

dibatasi dan perceraian dan untuk tingkat yang lebih kecil menyamakan hak dan

kewajiban timbal balik hubungan suami-istri. Pasal 72 dalam Undang-Undang

Keluarga mengarahkan pada jalan lain yang bersumber pada hukum-hukum

syariah sebagai sumber hukum residual dengan tidak adanya ketentuan-ketentuan

khusus dalam undang-undang.

a. Mahar

Permintaan mahar pernikahan di Libya umumnya tinggi (mahal). Akibat

tradisi mahar pernikahan yang mahal itu, pemerintah Libya menyediakan kredit

mahar untuk meringankan beban warganya yang mau nikah. Kredit mahar tersebut

sekitar 35.000 dollar AS (Rp 315 juta). Masa cicilannya pun relatif panjang

maksimal 20 tahun12

Menurut beberapa sumber, ada beberapa tradisi penyebab tingginya mahar

di Libya, antara lain pertama Tradisi walimatul usry (pesta) yang dilakukan

selama tujuh hari tujuh malam. Kedua, Tradisi calon istri meminta rumah sendiri

12
http://www.surabayapost.co.id/. Diakses 4 Desember 2022

11
ketika sudah menikah. Ketiga, Tradisi calon istri meminta kendaraan (mobil)

yang mewah kepada calon suami.

Semua biaya-biaya diatas dibebankan kepada mempelai laki-laki. Dapat

dibayangkan jika biaya pesta sehari saja habis 50 juta, maka jika dikalikan selama

7 hari berarti total biaya yang harus dikeluarkan adalah 350 juta. Itu hanya untuk

biaya resepsi saja, belum termasuk jika calon istri meminta rumah sendiri atau

mobil pribadi ketika sudah menikah. Bila dikalkulasikan semua, untuk menikah di

Libya seorang calon suami harus menyiapkan uang lebih kurang 500 juta. Berarti

budaya tradisi pernikahan diLibya benar-benar sangat mahal jika dibandingkan

dengan Indonesa. Maka dari itu, menjadi sangat wajar jika pemerintah

memberikan kredit mahar (nikah) kepada warganya.

Mahar yang mahal ini rupanya memiliki dampak baik dan buruk bagi

umunya kaum pria di Libya. Dampak baiknya adalah minimnya para suami

menceraikan istrinya dan jarang bahkan hampir tidak ada orang Libya yang

berpoligami. Mungkin kaum pria berfikir dua kali kalau mau menceraikan dan

berpoligami terhadap istrinya. Sebetulnya maharnya mahal ini tidak cuma di

Libya, tetapi hampir terjadi dimayoritas negara Timur Tengah yg juga negara

Islam. Sedangkan, dampak kurang baiknya adalah para lelaki menganggap

mereka sudah membayar mahal istrinya, sehingga para istri mudah dipermainkan

yang biasanya berujung pada perlakuan kekerasan dalam rumah tangga.

b. Poligami

Walaupun poligami jarang terjadi di Libya, namun pada dasarnya poligami

di Libya diperbolehkan hanya saja harus didaftarkan. Poligami diperbolehkan

12
dengan mendapat izin dari pengadilan berdasarkan atas kemampuan keuangan dan

fisik calon suami, mendapatkan persetujuan tertulis dari istri dapat melegalkan

suami untuk menikah lagi atau otoritas dapat diberikan oleh pengadilan untuk

alasan tertentu. Amandemen undang-undang tentang poligami juga mengizinkan

suami untuk menikah poligami dengan perjanjian tertulis dari istri pertama, atau

dengan izin pengadilan diberikan untuk alasan yang serius.13

Kewajiban menafkahi tetap menjadi tanggung jawab suami dalam batas

kemampuannya, kecuali apabila suami dalam kesulitan sedangkan istrinya kaya,

penyediaan nafkah disesuaikan dengan kemampuan yang ada.

c. Perceraian

Ketentuan perceraian terdapat dalam Undang-undang Law on Womens

Rights in Marriage and Divorce Nomor 18 Tahun 1973 pasal 4 yang berbunyi:

“Jika masing-masing suami-isteri mengadu, baik sebelum maupun sesudah dukhul

mengenai tindak kekerasan yang dilakukan satu pasangan terhadap yang lain yang

mengakibatkan kelangsungan hidup berumah tangga tidak mungkin

dilangsungkan, baik suami maupun isteri dapat mengajukan ke pengadilan untuk

meminta cerai, lantas pengadilan akan mengadakan sidang untuk mendamaikan

keduanya. Jika hal ini gagal, dua hakim dapat diangkat untuk mendamaikan

keduanya sesuai dengan ketentuan pasal-pasal berikutnya”

Dalam Pasal 28 dinyatakan semua kasus perceraian tidak akan ditetapkan

kecuali dengan keputusan oleh pengadilan yang relevan apakah dengan talak atau

13
Mardani. 2010. Hukum Perkawinan Islam di Dunia Islam Modern. Jakarta: Graha Ilmu. Hlm. 89

13
kesepakatan bersama atau perceraian melaui pengadilan.  Talak diucapkan oleh

suami seperti yang diterdapat dalam syarat kondisional talak. Istri juga dapat

memperoleh nafkah tanggungan dari suami untuk kompensasi yang sesuai.

Perceraian diperadilan tersebut karena beberapa alasan diantaranya kegagalan

suami atau ketidakmampuannya untuk mempertahankan rumah tangganya. Akan

tetapi, jika tidak adanya alasan yang tepat pengadilan tidak akan mengabulkannya.

Jika kedua belah pihak tidak terima dengan kesepakatan bersama, pengadilan akan

menunjuk arbitrator, jika upaya rekonsiliasi gagal, maka hakim memberikan

keputusan perceraian dengan efek membebankan biaya sidang kepada para

penuntut.

Adapun pasca perceraian di Negara Libya meliputi Ketentuan normatif hak-hak

anak pasca perceraian memang sudah ada dan dibahas dalam kitab-kitab fikih

klasik, termasuk dalam mazhab Maliki sebagai pegangan negara Libya. Aturan itu

akan mempertegas dan memperinci lebih jauh hak-hak itu. Khusus terkait dengan

hak-hak anak yang orang tuanya mengalami perceraian, pembuat undang-undang di

negeri ini sebenarnya telah menetapkan sejumlah ketentuan yang harus dilakukan

orang tua yang mengalami perceraian demi menjamin nasib dan masa depan anak-

anaknya.

Pasca perceraian di negara Libya isteri mendapatkan kompensasi (nafkah)

biaya hidup, yang diperintah oleh pengadilan kepada suami yang dianggap sebagai

tanggung jawab akibat terjadinya perceraian. Biaya hidup anak (hadhanah) juga

menjadi tanggung jawab suami sebagaimana diatur oleh prinsip mazhab Maliki.

Kewajiban itu berakhir pada saat anak masuk akil baligh.

14
d. Pernikahan dan Pencatatannya

Fikih klasik umumnya tidak menentukan batas usia minimal kapan seseorang

dapat melakukan sebuah pernikahan. Maka, tak mengherankan jika perkawinan

anak-anak diperbolehkan dan dihukumi sah. Dalam perkembangan lebih lanjut

batasan usia pernikahan adalah salah satu aspek dalam hukum perkawinan yang

mengalami modernisasi atau pembaruan. Jika dalam fikih klasik, tidak dijumpai

batasan minimal yang pasti. maka dalam UU perkawinan di hampir seluruh negeri

muslim memandang perlu untuk menetapkan batas minimal kapan seseorang

diperbolehkan melangsungkan pernikahan.

Perlunya pembatasan usia nikah ini dilatarbelakangi oleh pertimbangan

kesiapan dan kedewasaan seorang anak untuk memikul sebuah tanggung-jawab

berkeluarga. Pernikahan anak-anak dirasakan tidak akan mencapai sebuah tujuan

pernikahan yang dicita-citakan sehingga diperlukan upaya pembatasan usia

minimal.

Sebagai perbandingan, berikut disampaikan berbagai regulasi di beberapa

negeri muslim sehubungan dengan penetapan batasan minimal usia untuk dapat

melangsungkan pernikahan.14 Adapun tabelnya sebagai berikut

N Nama Batasa Batasan

o Negara n Usia Usia Wanita

m Pria

r
14
Djubaidah, 2010,  Pencatan perkawinan & Perkawinan tidak dicatat. Jakarta : Sinar Grafika.
Hlm. 89

15
1 Aljazair 21 18

2 Banglad 21 18

esh

3 Mesir 18 16

4 Indonesi 19 16

5 Irak 18 18

6 Yordani 16 15

7 Libanon 18 17

8 Libya 20 20

9 Malaysi 18 16

1 Maroko 18 15

1 Pakistan 18 16

1 Somalia 18 18

1 Syria 18 17

1 Tunisia 19 17

16
1 Turki 17 15

Dalam menyikapi batasan usia minimal tersebut beberapa negara muslim masih

memberikan celah atau toleransi untuk dilangsungkannya pernikahan dalam situasi-

situasi tertentu seperti Aljazair, Indonesia, Irak, Turki, dan negara-negara muslim

lainnya.

Dengan melihat  tabel di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:15

Pertama UU tersebut lebih tegas dalam menentukan batas minimal

dilangsungkannya perkawinan, dimana dalam kitab-kitab fiqih tidak secara tegas

ditetapkan.

Kedua, Usia minimal pria rata-rata ditetapkan lebih tinggi dari wanita

mengingat secara psikologis wanita lebih cepat kedewasaannya.

Dalam Undang-undang Libya mewajibkan pencatatan dalam setiap pernikahan

minimal usia pernikahan adalah 20 tahun untuk pria dan wanita, dibawah usia itu

Pengadilan bisa memberikan kebijaksanaan berupa dispensasi atas dasar manfaat

atau kondisi yang ada dengan persetujuan dan perjanjian walinya. Para wali nikah

tidak dapat memaksa calon mempelai untuk menikah dengan seseorang dan

sebaliknya tidak bisa menolak anaknya untuk menikah dengan pilihannya. Jika wali

menolak menyetujuinya, maka permasalahan itu dapat di bawa ke pengadilan untuk

mendapatkan izin.

15 ]
HM. Atho’ Mudzhar, 2003, Islam and Islamic Law in Indonesia A Socio-Historical Approach,
Jakarta : Religius Reseacrh and Development and Training. Hlm. 97

17
Sekalipun dalam fikih tidak ada ketentuan apakah sebuah pernikahan harus atau

perlu dicatatkan. Namun ada petunjuk al-Qur’an bahwa jika kamu bertransaksi

secara tidak tunai supaya dicatat. Jika hutang-piutang saja perlu dicatat, bukankah

pernikahan sebagai sebuah transaksi yang istimewa lebih perlu unutk dicatat.

Di Libya semua pernikahan baik pernikahan pertama maupun poligami

diwajibkan untuk dicatata melalui petugas pencatat nikah. Pencatatan perkawinan

merupakan salah satu materi reformasi hukum keluarga yang dilakukan di Libya.

Dalam hal ini, setiap perkawinan sebelum dilaksanakan harus dicatatkan pada

lembaga yang berwenang sesuai dengan aturan yang berlaku. Aturan tentang

pencatatan perkawinan ini merupakan pembaruan yang bersifat regulatory

(administratif).

Beberapa hal mengenai pentingnya suatu akad nikah dicatatkan:

a) Sebagaimana tersebut dalam tujuan Pencatatan nikah, dengan adanya

akta nikah maka seseorang memiliki bukti yang sah. Sehingga jika

terjadi suatu masalah, Negara dengan kekuasaannya dapat mengadili.

b) Dalam Syari’ah Islam  ketetapan seorang anak sah hanya dapat

dilakukan dengan ikrar atau  pembuktian dengan adanya dua orang saksi.

Namun ketika hal itu tidak dapat menjanjikan lagi maka penacatatan

nikah menjadi hal yang representatif untuk mencapai tujuan maslahah.

c) Begitu pentingnya alat bukti dalam satu perkawinan sehingga Rasulullah

pernah menyatakan bahwa nikah tanpa saksi identik dengan perbuatan

zina.

18
Adapun beberapa undang-undang yang berlaku di Negara Libya Setelah

Revolusi, Qaddafi menghapuskan dua sistem pada tahun 1973, kemudian

menggabungkan Pengadilan Sipil dan Pengadilan Syariah.  4 tingkat pengadilan

Sipil meliputi Pengadilan Sumir, Pengadilan tingkat pertama, pengadilan banding

dan Mahkamah Agung. Sehingga, Pengadilan Sipil sekarang biasa mempekerjakan

hakim syariah yang duduk di pengadilan reguler banding dan mengkhususkan

dalam kasus banding syariah.  Diantara Undang-undang yang dihasilkan antara lain:

1) Undang-undang tentang Perlindungan Hak Perempuan untuk Warisan, disahkan

Tahun 1959

2) UU tentang Hak-hak Perempuan dalam Perkawinan dan Perceraian No 176 Tahun

1972

3) UU No. 87 Tahun 1973 tentang penggabungan pengadilan sipil dan  syariah

4) UU tentang Hukum Keluarga No. 10 Tahun 1984

5) UU No. 22 Tahun 1991 tentang mengubah hukum yang berkaitan dengan poligami

6) UU No. 9 Tahun 1994 tentang mengubah hukum yang berkaitan dengan poligami

Wills Act 1994.

7) Hukum membentuk komite untuk mengislamkan undang-undang

Libya 28/10/1970

8) UU Inseminasi Buatan 1972 (no. 175/1972, memperkenalkan hukuman.

9) UU Pelanggaran Seksual 1973 (No 70/1973, yang berkaitan denganzina)

10)UU Fitnah Seksual 1973 (No 52/1973, yang berkaitan denganqadhf)

11) UU Larangan 1973 (berkaitan dengan konsumsi alkohol)

12) UU Pembunuhan 1973 (berkaitan dengan qisas, diya dan kaffar

19
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pemaparan di atas, dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut, Mahar

perkawinan di Libya termasuk yang paling tinggi, karena tingginyamahar tersebut

pemerintah Libya mempunyai program pinjaman kredit mahar nikah. Dengan

mahalnya biaya mahar itu berdampak positif pada minimnya perceraian di Libya.

Poligami walaupun jarang terjadi di Libya, namun pada dasarnya diperbolekan

dengan izin ke pengadilan.

Pencatatan perkawinan telah diwajibkan di beberapa Negara Islam dengan

prosedur dan tatacara yang berbeda satu sama lain, sesuai kebutuhan negaranya,

begitu pula di Libya telah mewajibkan penduduknya untuk mendaftarkan

pencatatan perkawinan.

B. SARAN

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih sangat terdapat

kesalah masalah yang tentunya akan mengundang pertanyaan yang berupa kritik dan

saran yang sifatnya membangun. Oleh itu.


1. Dosen yang bersangkutan agar kiranya tetap senantiasa memberikan bimbingan
demi kesempurnaan makalah ini.
2. Teman-teman atau pembaca , kami dari penulis sangat mengharapkan agar apa
yang ada dalam makalah ini kita coba mengkaji, kemudian memberikan
tanggapan berupa kritik dan saran yang sifatnya membangun dan mengambil
nilai-nilai yang bias menjadi pengetahuan buat kita bersama.

20
DAFTAR PUSTAKA
Atho Mudzhar, HM. Islam and Islamic Law in Indonesia A Socio-Historical Approach.
Jakarta : Religius Reseacrh and Development and Training. 2003.
Beni Nursari, Muammar Khadafi dan Eksistensi Negara Libya, Internet, 4 Desember 2022.
Djubaidah. ,  Pencatan perkawinan & Perkawinan Tidak Dicatat. Jakarta: Sinar Grafika.
2010.

John L Esposito, 1992, The Islamic Threat: Myth or Reality, Penerjamah: Alwiah Abd.
Rahman dan Missi, Cet. III, Bandung, Mizan 1996.
Mammood, Tahir. Personal Law in Islamic Countries (History, Text, and Comparative
Analysis), Academy of Law and Religion. New Delhi. 1987.
Mardani. Hukum Perkawinan Islam di Dunia Islam Modern. Jakarta: Graha Ilmu. 2010.
PT, Ictiar Baru Van Hoeve Jakarta , Ensiklopedi Muslim 3, Cet. 4, Jakarta,
PT. Ikrar Mandiri Abadi. 2001.

http://www.fatwa.org.za/Muslim_Personal_Law/Countries/Muslim/Libya/
Libya_emory_law.htm. Diakses tanggal 4 Desember 2022.
http://alitrigiyatno.wordpress.com/2012/03/16/. Diakses tanggal 4 Desember 2022.
http://id.shvoong.com/humanities/history/2220739-negara-libya/. Diakses tanggal 4
Desember 2022.
http://www.surabayapost.co.id/. Diakses tanggal 4 Desember 2022.

21

Anda mungkin juga menyukai