Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TINJAUAN SOSIOLOGI HUKUM TERHADAP TINDAKAN


EKSPLOITASI ANAK JALANAN
Matakuliah: Sosiologi Hukum
Dosen Pengampuh: Dr. Zainal Said., M. H

OLEH:

AIDIL MUSTAMIN
2220203874130002

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PAREPARE
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah rahmat dan limpahannya sehingga kita

dapat menyelesaikan makalah ini dan tak lupa pula kita kirimkan shalawat serta salam atas

junjungan nabi besar Muhammad SAW nabi yang telah menjadi surih tauladan bagi kita

semua.

Adapun proses pembuatan makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan

tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan

makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan

baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang

dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin

memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Tinjauan Sosiologi Hukum

Terhadap Tindakan Eksploitasi Anak Jalanan ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya

sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Penulis

i
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR.......................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Bentuk Eksploitasi Anak Jalanan..........................................................3


B. Faktor-faktor Penyebab Ekpsloitasi Anak Jalanan..............................13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .........................................................................................15
B. Saran....................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus

kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hakhak sebagai manusia yang

harus dijunjung tinggi.1 Anak-anak merupakan generasi penerus bangsa yang perlu

mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat karena masa depan bangsa

berada di tangan anak-anak tersebut. Anak-anak mempunyai undang-undang tentang

perlindungan hak mereka yang berhak mereka peroleh. Undang-undang yang mengatur

adalah UUD 1945 pasal 28 ayat 2 dan UU RI No. 23 tahun 2002.2 Salah satu hak dasar

anak yaitu dalam mendapatkan pendidikan yang layak. Anak juga harus di

pertanggungjawabkan oleh setiap orang tua dalam berbagai aspek kehidupannya diantaranya

bertanggung jawab dalam pendidikan, kesehatan, kasih sayang, perlindungan yang baik, dan

berbagai aspek lainnya.

Eksploitasi anak adalah merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang untuk memanfaatkan atau memeras tenaga kerja orang lain demi

kepentingan bersama maupun pribadi.4 Perkembangan populasi manusia di segala penjuru

bumi yang kian hari selalu meningkat sehingga angka eksploitasi anak juga ikut meningkat.
Hal ini menyebabkan pertumbuhan penduduk tiap harinya makin mengkhawatirkan

sehingga menyebabkan banyak anak-anak kecil yang turun ke jalan mencari nafkah dengan

berbagai cara yang semestinya mereka mendapatkan hak hidup mereka yang sesuai masa

usianya berupa kasih sayang orang tua. Secara garis besar keberadaan anak di jalan dapat

dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, salah satu di antaranya adalah anak jalanan

yang masih memiliki orang tua.2

Permasalahan mengenai anak jalanan merupakan salah satu permasalahan anak yang

marak terjadi di Indonesia. Anak jalanan adalah anak yang menghabiskan waktunya sehari-

hari di jalanan dengan berpenampilan kusam yang bertujuan untuk mencari uang yang biasa

1
Sri Widoyati Soekito, Anak dan Wanita dalam Hukum (Jakarta: Diadit Media, 2002), h. 76
2
Endang Sumiarni, Diskusi Panel “Perlindungan Anak Jalanan ditinjau dari aspek HAM,
Hukum,Psikologi, dan Prakteknya” (FH-UAJY:2001)
3
dilakukan dengan cara mengemis. Anak-anak miskin seringkali haknya terabaikan. Anak-

anak yang hidup dalam kemiskinan seringkali terperangkap dalam situasi penuh

penderitaan, kesengsaraan, dan masa depan yang suram.

Anak tidak lagi mendapatkan haknya dengan baik dan benar. Ia tidak sempat

menikmati masa-masanya untuk belajar dan bermain di sekolah. Pemanfaatan anak juga

banyak dilakukan di dalam dunia keartisan, dimana seorang anak dimanfaatkan orang

tuanya untuk bekerja dan mendapatkan materi yang akan dinikmati oleh keluarganya.

Akibatnya anak-anak tersebut menjadi tersingkirkan, terlantar, memaksa mereka yang

dalam usia belianya berusaha keras memenuhi sendiri kebutuhan hidupnya dengan turun ke

jalan guna mencari nafkah tentu di sana terdapat banyak macam-macam orang yang berada

di sekeliling anak-anak kecil tersebut yang semestinya bergelut dengan buku dan berbagai

macam permainan anak yang menantinya. Namun, fenomena yang ada menunjukkan masih

banyak orang tua yang tidak bertanggung jawab terhadap anak-anaknya. Masih banyak

anak-anak yang tidak memperoleh haknya dari orang tua mereka seperti; hak mendapatkan

perawatan dengan penuh kasih sayang, hak memperoleh pendidikan yang baik dan benar,

hak menerima nafkah yang halal dan baik, dan sebagainya. Dalam kesempatan ini akan di

bahas hal tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalahnya meliputi:

1. Bagaimana bentuk eksploitasi anak jalanan?

2. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan maraknya eskploitasi anak?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui bentuk bentuk eksploitasi anak jalanan.

2. Untuk mengetahui Faktor-faktor apakah yang menyebabkan maraknya eskploitasi anak.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. BENTUK-BENTUK EKSPLOITASI ANAK JALANAN

1. Pengertian Eksploitasi Anak

Eksploitasi anak menunjuk pada sikap diskriminatif atau perlakuan sewenang-wenang

terhadap anak yang dilakukan oleh keluarga ataupun masyarakat memaksa anak untuk

melakukan sesuatu demi kepentingan ekonomi, sosial ataupun politik tanpa memperhatikan

hak-hak anak untuk mendapatkan perlindungan sesuai dengan perkembangan fisik, psikis &

status sosialnya. Kecenderungan eksploitasi terhadap anak boleh jadi berkaitan dengan ranah

eksternal makro yang saling mempengaruhi (inter play) dengan keterdesakan dan atau

marginalitas kelompok anak-anak baik secara sosial, psikologis, dan ketahanan mental dari

serangan budaya atau gaya hidup materialistis yang semakin meluas. 3

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) eksploitasi adalah pengusahaan,

pendayagunaan, atau pemanfaatan untuk keuntungan sendiri. Dengan kata lain pemerasan

(tenaga orang) atas diri orang lain merupakan tindakan yg tidak terpuji. Selanjutnya menurut

penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 pasal 13 ayat (1)
huruf b tentang perlindungan anak menyebutkan tentang perlakuan eksploitasi adalah misalnya

tindakan atau perbuatan yang memperalat memanfaatkan, atau memeras anak untuk

memperoleh keuntungan pribadi, keluarga, atau golongan.18 Menurut pasal 13 UU no. 23 tahun

2002 menanyakan seriap anak dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain manapun yang

bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan:

Diskriminasi; Eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual; Penelantaran; Kekejaman, kekerasan,

dan penganiayaan; Ketidak adilan dan Perlakuan salah lainnya.19 Setiap anak berhak untuk

memperoleh perlindungan dari penyalahgunaan dalam kegiatan politik, pelibatan dalam

sengketa bersenjata, pelibatan dalam kerusuhan sosial, pelibatan dalam peristiwa yang

mengandung unsur kekerasan dan pelibatan dalam peperangan.4 Bagi anak yang dieksploitasi
3
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, (Jakarta : Kencana, 2010), h. 132.
4
Emeliana Krisnawati, Aspek Hukum Perlindungan Anak, (Bandung : CV. Utomo, 2005), h. 47.
5
secara ekonomi dan seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban narkoba,

alkohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya (napza), penculikan, korban kekerasan baik fisik

maupun mental, anak yang menyandang cacat, korban penelantaran, pemerintah dan lembaga

negara lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab memberikan perlindungan khusus.5

. Eksploitasi anak menunjuk pada sikap diskriminatif atau perlakuan sewenangwenang

terhadap anak yang dilakukan oleh keluarga ataupun masyarakat memaksa anak untuk

melakukan sesuatu demi kepentingan ekonomi, sosial ataupun politik tanpa memperhatikan

hak-hak anak untuk mendapatkan perlindungan sesuai dengan perkembangan fisik, psikis &

status sosialnya. Pengertian lain dari eksploitasi anak adalah memanfaatkan anak secara tidak

etis demi kebaikan ataupun keuntungan orang tua maupun orang lain6.

2. Bentuk-bentuk Eksploitasi Anak

a. Anak Sebagai Pengamen Jalanan

Pengamen jalanan menurut kristina (2009) dalam jurnal (Kembuan, Matheosz,

dan Pratiknjo 2021) pengamen itu berasal dari kata amen atau mengamen (menyanyi,

main musik, dsb) untuk mencari uang sedangkan amen atau pengamen merupakan

penari, penyanyi atau pemain musik yang bertempat tinggal tetap, berpindah-pindah dan

mengadakan pertunjukan di tempat-tempat umum. Pengamen merupakan suatu

pertunjukan keterampilan di bidang seni. Pengamen yang sebenrnya yaitu pengamen


yang betul-betul menghibur orang banyak dan miliki nilai seni yang tinggi.

Pengamen jalanan terdapat anak-anak di bawah umur yang terlibat ikut

melakukan aktivitas di jalanan dengan melakukan kegiatan mengamen dan anak jalanan

tersebut di lakukan pemantau oleh orang tua atau keluarganya, pengamen yang dilakukan

anak jalan seolah-olah sudah terbiasa dengan kegiatan sehari-hari mengamen di jalanan.

Menurut Goble berpendapat bahwa motif ekonomi yang dimaksud dalam aktivitas

jalanan seperti pengamen jalanan merupakan bentuk untuk memenuhi kebutuhan

fisiologisnya yaitu kebutuhan untuk bertahan hidup secara fisik yaitu merupakan

kebutuhan sandang, pangan, dan papan.


5
Abraham Fanggidae, Memahami masalah Kesejahteraan Sosial, (Jakarta : Puspa Swara, 1993), h. 150.
6
Serafina Shinta Dewi, “PERLINDUNGAN ATAS HAK ANAK DALAM UNDANG-UNDANG
NOMOR 23 Tahun 2002,” http://www.kumham-jogja.info/karya-ilmiah/37-karya-ilmiahlainnya/801-perlindungan-
atas-hak-anak-dalam-undang-undang-nomor-23-tahun-2002 (20 Juli 2016).
6
b. Anak Sebagai Badut Jalanan

Badut jalanan menurut (Maudinah 2017) adalah mereka yang bekerja di jalanan

untuk melakukan aktivitas mengamen dengan mengunakan pakaian badut berkarakter

seperti tokoh kartoon Mickey Mouse dan sejenisnya, ditambah dengan perlengkapan

lainya seperti tape MP3 dengan musik disco dan mereka menari-nari untuk menghibur

penguna jalan. Anak jalanan berprofesi sebagai badut jalanan, Badut Jalanan di Kota

Palembang banyak di dapatkan di wilayah- wilayah lampu merah kota, seperti terdapat

di jalan Soekarno Hatta simpang macan lindungan menuju jalan Parameswara, anak

tersebut mengatakan disuruh oleh orang tuanya dan orang tua anak tersebut hanya

memantau aktivitas anaknya, merka mulai bekerja dari pagi sampai sore hari, dengan

beraktivitas menghampiri mobil yang berhenti di lampu merah dengan mengunakan

seragam badut jalanan berkarakter, hasil dari menjadi badut sepenuhnya di serahka ke

orang tua.

c. Anak Sebagai Penjual Asoi Platik

Anak jalanan sangat beragam salah satunya adalah penjual asoi plastik. Penjual

asoi plastik merupakan kegiatan yang banyak di lakukan anak jalanan di kota Palembang

mereka menawarkan asoi plastik ke pengunjung pasar dan mereka biasanya melakukan

aktivitas di pasar-pasar seperti di pasar 16 Ilir. Penjual asio plastik di kota Palembang
tidak bisa di lepasakan dari tindakan eksploitasi karena tidak jarang dari mereka di suruh

oleh orang tua mereka bahkan sampai tidak peduli terhadap pendidikan anak tersebut,

anak penjual asio plastik banyak putus sekolah beberapa informan mengatakan bahawa

mereka di suruh oleh orang tua mereka ada juga yang hanya sekedar ikut-ikut teman.

d. Anak Jalanan Bulu Kemoceng

Kemoceng menurut (Safitri 2018) merupakan peralatan rumah tangga yang

terbuat dari bulu ayam yang berfungsi untuk membersihkan debu atau kotoran,

kemoceng yang terbuat dari bahan sintesis yang dirangkai dan disusun menempel

kesebuah tangkai kayu atau rotan.

Kemoceng merupakan sapu yang terbuat dari bulu-bulu seperti dari bulu

ayam, bulu kalkun, bulu burung unta maupun dari bahan rafia dan bahas halus lainya.

7
Bulu kemoceng banyak di gunakan anak jalanan di kota Palembang yang digunkan

untuk media mengamen atau meminta ke pada penguna jalan. Anak bulu kemoceng

merupakan pengamen jalanan yang beraktivitas di jalanan terdapat di lampu merah,

anak tersebut melakukan aktivitas dengan membersihkan kaca-kaca mobil penguna

jalan dengan maksud tujuan mendapatkan imbalan pemberian dari penguna jalan, anak

bulu kemoceng juga tidak lepas dari perbuatan tindakan eksploitasi dari sengaja di

suruh oleh orang tua atau keluarga dan juga ada yang terpengaru oleh lingkungan

sosial dengan ikut-ikutan.

e. Anak Penjual Tisu dan Air Mineral

Penjual air miner dan tisu merupakan aktivitas dagang yang dilakukan oleh

orang, dalam hal ini anak jalanan di kota Palembang juga ada beberapa yang

beraktivitas di jalanan seperti di lampu merah dan jembatan playover dan mereka

melakukan kegiatan dengan jualan air mineral dan tisu ke penguna jalanan, kegiatan

tersebut banyak dimanfaatkan dan di salah gunakan oleh keluarga anak tersebut

dengan memanfaatkan tenaga anak beraktivitas menawarkan dagangan mereka

terhadap penguna jalan, bahkan dari mereka di faksa untuk ikut beraktivitas di

jalanan.7

f. Pemulung
Pemulung menurut (Monicasari 2015) adalah orang yang mengempulkan

dan memperoses sampah ada di jalan-jalan, sungai-sungai, bak-bak sampah dan

lokasi terakhir sebagai komuditas pasar. Pemulung adalah sekelompok orang yang

kerjanya mengumpulkan atau memilih barang yang di anggap berguna dari sampah

baik yang ada di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) maupun diluar TPA.

Pemulung menurut (Ali Lukman) dalam jurnal (Sutardji 2009) adalah orang

yang memulung mencari nafkah di jalanan dengan memunggut serta memanfaatkan

barang-barang bekas berupa plastik, kertas, kardus, kaleng, besi dan barang lainya

kemudian menjualnya kepada pengusaha yang akan di olah kembali menjadi barang

komuditi.
7
Kertonogoro, “Penduduk, Angkatan Kerja, dan Kesempatan Kerja Trend Global Menuju Abad 21,”
(Jakarta:CV Intermedia).
8
B. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB MARAKNYA EKSPLOITASI ANAK

1) Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi merupakan faktor utama terjadinya tindakan eksploitasi anak

jalanan karena anak yang hidup di jalanan tentunya berdasarkan latar belakang keluarga

yang tidak mampu untuk dan keseharian mereka di jalanan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga, yang melakukan kegiatan bermacam-macam profesi baik dari seorang

pengamen, badut jalanan, manusia bulu kemoceng, penjual asoi plastik, dan penjual tisu,

yang mana seharusnya pertumbuhan anak harus mendapatkan hak-haknya sebagai mana

seharusnya sebagai hak pendidikan, hak sipil, hak kemerdekaan.

2) Rendahnya penghasilan orang tua

Anak merupakan tangguang jawab orang tua untuk keberlangsungan hidup akan

tetapi beda halnya yang terjadi di lingkungan anak jalanan di kota Palembangmereka harus

turun di jalanan dalam rangka membantu perekonomian keluarga hal tersebut karena

rendahnya pendapatan orang tua dan bahkan dari anak jalanan tersebut sengaja di

perlakukan dan di eksploitasi untuk mendapatkan penghasilan demi memenuhi kebutuhan

keluarga.
3) Pengangguran

Pengangguran salah satu penyebab orang tua melakukan tindakan eksploitasi pada

anak jalan yang terdapat di kota Palembang, yang mana seharusnya orang tua untuk

bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga akan tetapi berbeda yang terdapat di

lingkungan anak jalanan di kota Palembang justru anak yang melakukan pekerjaan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga, alasan orang tua tersebut karena di PHK dari tempat

bekerja dan pada masa pandemik covid-19 banyak terjadi pengurangan tenaga kerja.

4) Faktor Lingkungan Sosial

Faktor lingkungan sosial juga berpengaruh terhadap tindakan eksploitasi anak

jalanan di kota Palembang, hal ini banyak orang tua beranggapan bahwa bekerja

merupakan hal yang positif di terapakan sejak dini, bahkan perbuatan tersebut berlawanan

9
secara hukum yang berlaku di Indonesia, anak jalanan di kota Palembang mengataka

mereka juga ikut melakukan kegitan di jalan karena melihat dan ingin sekedar ikut-ikutan

pada teman sebayanya. Hal tersebut merupakan bentuk pengaruh anak jalanan terjerumus

dalam lingkungkan ekspolitasi berdasarkan faktor lingkungan sosial, seperti teori sosialiasi

bahwa media sosial yang berpengaruh setelah keluarga adalah lingkungan masyarakat

dimana mereka berada.

5) Faktor Pendidikan

Faktor pendidikan merupakan salah satu penyebab terjadinya tindakan eksploitasi

anak jalanan di kota Palembang, karena asumsi orang tua anak jalanan mengatkan bahwa

pendidikan tidak terlalu penting karena setelah sekolah nanti akan masih bekerja dan

asumsi ini membuat anak-anak jalanan di kota Palembang menerapkan bekerja seja dini.

Selain itu kurangnya pemahaman orang tua tentang sanksi terhadap perbuatan eksploitasi

anak jalanan.

6)Rendahnya pendidikan orang tua

Rendanya pendidikan orang tua juga merupakan faktor penyebab terjadinya tindakan

eksploitasi anak jalanan rendahnya pendidikan orang tua ini juga menyebakan anak jalanan

harus merelakan waktu pendidikan anak jalanan. Orang tua tidak sadar akan pentingnya

pendidikan bagi masa depan seorang anak dan hanya menyuruh anak bekerja karena
pemahaman mereka sekolah hanya menghabiskan uang dan waktu saja padahal uang untuk

makan pun sangat susah. Orang tua tidak sadar jika pendidikan anak mereka lebih baik hal

itu dapat membantu meningkatkan perekonomian keluarga mereka nantinya. Pemikiran

orang tua anak yang dapat bekerja itu saja sudah cukup karena pengalaman mereka yang

tidak berpendidikan pun masih bisa bertahan hidup dengan keterampilan mereka bekerja.

Pada kasus anak jalanan di kota Palembang, terlihat dari rendahnya pendidikan orang tua

anak jalanan. Dari penuturan anak jalanan dan orang tua anak jalanan sendiri, orang tua

anak jalanan rata-rata hanya tamatan sekolah dasar bahkan ada yang tidak pernah sekolah.

10
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Dari pemaparan di atas, dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut,

Pertama Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) eksploitasi adalah

pengusahaan, pendayagunaan, atau pemanfaatan untuk keuntungan sendiri.

Dengan kata lain pemerasan (tenaga orang) atas diri orang lain merupakan

tindakan yg tidak terpuji. Selanjutnya menurut penjelasan atas Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 pasal 13 ayat (1) huruf b

tentang perlindungan anak menyebutkan tentang perlakuan eksploitasi adalah

misalnya tindakan atau perbuatan yang memperalat memanfaatkan, atau

memeras anak untuk memperoleh keuntungan pribadi, keluarga, atau

golongan adapun bentuk-bentuk eksploitasi anak berbagai macam contohnya

anakjalanan, badun jalanan pemulung danlain sebagainya. .

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan Adapun faktor penyebab

terjadinya tindakan eksploitasi anak jalanan aktor utama merupakan faktor

ekonomi disebabkan rendahnya pendapatan keluarga dan orang tua yang

pengangguran, selain dari faktor ekonomi faktor lingungan sosial seperti

penanaman etos kerja pada anak sejak dini dan pengaruh lingkungan sosial

anak juga menjadi sebab munculnya anak-anak jalanan, selain dari faktor

penulis sebut di atas faktor pendidikan juga menjadi dampak terjadinya

tindakan eksploitasi pada anak karena rendahnya pendidikan orang tua dan

1
kurang pahamnya orang tua terhadap sanksi terhadap tindakan eksploitasi.

B. SARAN

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih sangat terdapat

kesalah masalah yang tentunya akan mengundang pertanyaan yang berupa kritik dan

saran yang sifatnya membangun. Oleh itu.


1. Dosen yang bersangkutan agar kiranya tetap senantiasa memberikan bimbingan
demi kesempurnaan makalah ini.
2. Teman-teman atau pembaca , kami dari penulis sangat mengharapkan agar apa
yang ada dalam makalah ini kita coba mengkaji, kemudian memberikan
tanggapan berupa kritik dan saran yang sifatnya membangun dan mengambil
nilai-nilai yang bias menjadi pengetahuan buat kita bersama.

2
DAFTAR PUSTAKA

Sri Widoyati Soekito, Anak dan Wanita dalam Hukum (Jakarta: Diadit Media,
2002)
Endang Sumiarni, Diskusi Panel “Perlindungan Anak Jalanan ditinjau dari
aspek HAM, Hukum,Psikologi, dan Prakteknya” (FH-UAJY:2001)
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, (Jakarta : Kencana, 2010)
Emeliana Krisnawati, Aspek Hukum Perlindungan Anak, (Bandung : CV.
Utomo, 2005)
Abraham Fanggidae, Memahami masalah Kesejahteraan Sosial, (Jakarta :
Puspa Swara, 1993).
Serafina Shinta Dewi, “PERLINDUNGAN ATAS HAK ANAK DALAM
UNDANG-UNDANG NOMOR 23 Tahun 2002,”
http://www.kumham-jogja.info/karya-ilmiah/37-karya-ilmiahlainnya/8
01-perlindungan-atas-hak-anak-dalam-undang-undang-nomor-23-
tahun-2002 (20 Juli 2016).
Kertonogoro, “Penduduk, Angkatan Kerja, dan Kesempatan Kerja Trend Global Menuju
Abad 21,” (Jakarta:CV Intermedia).

Anda mungkin juga menyukai