Oleh:
Kelompok 4
Melawati (17011165)
Dosen pengampu:
Duryati, S. Psi., M. A.
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt. Atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sikap Bersahabat
(Ramah) terhadap Anak dan Remaja Korban Pelecehan Seksual”.
Dalam penulisan makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang kami miliki masih sangat terbatas. Oleh karena itu kami
harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 13
B. Saran ............................................................................................................... 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja dimulai dengan perubahan fisik, kognitif, dan sosial yang
dimulai dengan masa pubertas. Orang dewasa adalah subjek yang seharusnya
mengawal dan membimbing remaja dari kompleksitas sosial komunitas mereka.
Dalam masa pubertas, perkembangan seksualitas akan membuat remaja mencari
sumber informasi untuk memenuhi rasa penasarannya. Menurut mereka berbicara
seputar seksualitas kepada orang tua, guru dan teman membuat mereka tidak
nyaman.
Child Sexual Abuse (CSA) yang sering dikatakan sebagai pelecehan seksual
pada anak merupakan salah satu bentuk kekerasan terhadap anak yang paling
umum yang secara global telah diakui sebagai krisis kesehatan masyarakat (Ige &
Fawole, dalam Mantula & Saloojee, 2016). Dengan pelakunya adalah orang-orang
1
yang lebih tua dan biasanya dikenal dan dipercaya oleh anak tersebut (World
Health Organization, dalam Mantula & Saloojee, 2016).
Pelecehan seksual pada anak dan remaja sebagian besar dilakukan oleh orang
dewasa yang dikenal akrab atau berelasi dengan korban yang mengalami
pelecehan. Anak dan remaja sebagai korban tidak mudah untuk mengungkapkan
apa yang telah terjadi pada mereka. Banyak kekhawatiran yang mereka alami
yang membuat anak atau remaja lebih memilih untuk tidak memberitahu orang
dewasa seperti orang tua atau pengasuhnya. Ketika anak memperlihatkan perilaku
yang menunjukkan bahwa mereka telah mengalami pelecehan seksual oleh orang
dewasa, orang tua atau pengasuh sebagai orang paling dekat dengan anak harus
mampu membantu anak untuk lebih terbuka dan menceritakan apa yang telah
mereka alami. Disinilah perlunya keterampilan bersikap bersahabat, hangat
(ramah) pada anak dan remaja sebagai korban pelecehan seksual. Orang dewasa
seperti orang tua, pengasuh atau penyedia layanan kesehatan mental harus dapat
memahami bagaimana menciptakan perasaan nyaman dan sikap bersahabat serta
menerima apapun yang akan anak atau remaja katakana tentang pelecehan seksual
yang mereka alami. Hal tersebut bertujuan untuk membantu anak membangun
kepercayaan dan rasa aman dari orang terdekat.
Menurut data yang dikumpulkan dan dianalisa oleh Pusat Data dan Informasi
Komisi Nasional Perlindungan Anak (KPAI), tercatat 21.689.797 kasus
pelanggaran hak anak. Hampir separuh kasus merupakan kejahatan seksual
terhadap anak. Presentase setiap tahun untuk angka kekerasan seksual pada anak
pun semakin meningkat. Maraknya pelecehan seksual yang terus menerus terjadi
mengakibatkan keresahan dari masyarakat. Anak-anak yang seharusnya
dilindungi malah menjadi korban dari penyimpangan yang sangat tidak
manusiawi. Para korban dari kekerasan seksual ini adalah anak-anak yang belum
memahami apa yang terjadi, namun hal tersebut membawa dampak yang sangat
serius bagi perkembangan dan psikologis seorang anak. Anak akan menutup
dirinya dari lingkungan, orang-orang luar, takut terhadap orang-orang baru
bahkan orang yang disekitarnya. Disinilah peran orang dewasa harus digunakan,
sebagai orang yang dapat melinduungi dan menjalin hubungan yang hangat
2
kepada si anak, agar dapat membantunya untuk melewati masa-masa sulit yang
dihadapinya.
B. Rumusan Masalah
a. Apa itu Child Sexual Abuse (CSA)?
b. Bagaimana sikap penyedia layanan kesehatan mental terhadap CSA (Child
Sexual Abuse)?
c. Bagaimanakah bentuk-bentuk sikap bersahabat (ramah) pada anak atau
remaja korban pelecehan seksual?
C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui apa itu Child Sexual Abuse (CSA)
b. Mengetahui bagaimana sikap ramah yang haru ditampilkan oleh penyedia
layanan kesehatan mental terhadap CSA
c. Untuk mengetahui bentuk-bentuk sikap bersahabat pada anak atau remaja
yang mengalami pelecehan secara seksual
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
ketika ayah, ibu atau anggota keluarga di rumah melakukan kekerasan dan
menganggap ini hal biasa, atau takut akan melaporkan karena dianggap membuka
aib. Terkuaknya kasus-kasus yang ada, rata-rata setelah luka pada tubuh anak
ketika dibawa berobat atau anak tersebut meninggal. Kekerasan pada anak dapat
terjadi karena berbagai faktor atau mungkin saja beragam kejadian tersebut
terakumulasi dan dengan adanya faktor pencetus sedikit saja, mereka lantas
melakukan kekerasan. Pencetus yang sering terjadi salah satunya adalah tangisan
anak yang tanpa henti dan kenakalan anak.
Di Amerika Utara, sekitar 15% sampai 25% wanita dan 5% sampai 15% pria
yang mengalami pelecehan seksual saat mereka masih anak-anak. Sebagian besar
pelaku pelecahan seksual adalah orang yang dikenal oleh korban mereka, sekitar
30% adalah keluarga dari si anak, paling sering adalah saudara laki-laki, ayah,
paman, atau sepupu; sekitar 60% adalah kenalan lainnya seperti 'teman' dari
keluarga, pengasuh, atau tetangga, orang asing adalah pelanggar sekitar 10%
dalam kasus penyalahgunaan seksual anak. Kebanyakan pelecehan seksual anak
dilakukan oleh laki-laki; studi menunjukkan bahwa perempuan melakukan 14%
sampai 40% dari pelanggaran yang dilaporkan terhadap anak laki-laki dan 6%
dari pelanggaran yang dilaporkan terhadap perempuan. Sebagian besar pelanggar
yang pelecehan seksual terhadap anak-anak sebelum masa puber adalah pedofil,
meskipun beberapa pelaku tidak memenuhi standar diagnosis klinis untuk
pedofilia (Whealin, 2007).
UNICEF (2012) dalam buku yang berjudul ‘Caring for Child Survivors of
Sexual Abuse’ menyebutkan kasus pelecehan seksual pada anak dan remaja, sikap
(nilai dan keyakinan) dari penyedia layanan atau keluarga dan lingkungan yang
terkait dapat berdampak langsung pada penyembuhan dan pemulihan anak.
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dapat dipengaruhi secara positif atau
negatif berdasarkan orang yang membantu mereka. Penyedia layanan
penyembuhan harus memiliki dasar yang kuat tentang sikap positif pada anak-
anak dan penyintas pelecehan seksual pada anak guna memberikan perawatan
penuh kasih sayang dan tidak melukai.
5
Terdapat beberapa nilai-nilai yang penting bagi penyedia layanan yang
berkerja dengan anak-anak, diantaranya adalah: (a) anak-anak adalah individu
yang ulet; (b) anak-anak memiliki hak untuk perkembangan yang sehat; (c) anak-
anak memiliki hak untuk peduli, cinta, dan dudkungan; (d) anak-anak memiliki
hak untuk didengar dan dilibatkan dala keputusan yang mempengaruhi mereka;
(e) anak-anak berhak untuk hidup bebas dari kekerasan; dan (f) informasi harus
dibagikan kepada anak-anak dengan cara yang mereka pahami (UNICEF, 2012).
6
C. Bentuk Sikap Bersahabat terhadap CSA (Child Sexual Abuse)
a. Menekankan bahwa itu bukan kesalahan anak
Dengan membangun raport yang baik pada anak atau remaja yang mengalami
pelecehan seksual akan membantu mereka untuk merasa nyaman dalam bercerita.
Hal ini akan mengurangi rasa takut anak terhadap trauma dan membuat anak
merasa rileks. Hubungan akan dibangun melalui pengembangan hubungan yang
peduli, saling percaya, dan membimbing. Orang dewasa seperti penyedia layanan
kesehatan, orang tua atau pengasuh perlu untuk menunjukkan bahwa kita
memiliki waktu untuk mendengarkan mereka, tertarik pada mereka sebagai
individu, kita tahu apa yang harus dikatakan dan apa yang tidak boleh dikatakan,
dan kita adalah seseorang yang tidak akan dikejutkan dengan informasi apapun
yang akan diutarakan anak atau remaja (Ollier & Hobday, 2004).
7
adalah dengan memberikan anak atau remaja kekuatan sebanyak mungkin (Ollier
& Hobday, 2004). Sangat penting ketika kita memiliki kekhawatiran tentang
seorang anak yang mengalami pelecehan seksual, sehingga kita mendapatkan
bantuan terbaik bagi anak untuk memungkinkannya melewati pengalamannya
tanpa cedera. Orang tua atau pengasuh juga dapat mendukung anak dengan
menemui therapist (Sanderson, 2004).
Sangat diperlukan bagi orang tua atau pengasuh untuk menanamkan rasa
percaya pada anak dan remaja. Dengan adanya rasa percaya yang diberikan
kepada anak, akan memudahkan komunikasi anak kepada orang tua ketika terjadi
CSA (child sexual abuse). Malloy, et al. (dalam Townsend, 2016) menjelaskan
bahwa banyak anak mengungkapkan kepada orang tua mereka tentang pelecehan
seksual yang mereka alami, terutama kepada Ibu mereka. Hershkowitz yang
dikutip dari sumber yang sama menambahkan bahwa kurang dari setengah anak-
anak yang pelakunya bukan anggota keluarga, menceritakan kejadian pelecehan
pada orang tua mereka.
Anak-anak yang lebih kecil cenderung akan bercerita atau curhat dan lebih
percaya pada orang tua, sementara remaja lebih cenderung bergantung pada teman
yang seumuran atau sebaya (Esposito, 2014).
8
berlanjut. Menurut Radford, Allnock & Hynes (2016) ada dua aspek
perlindungan: (1) mengambil langkah-langkah untuk membuat anak-anak dan
remaja aman (seringkali oleh pekerjaan sosial atau agen perlindungan anak atau
layanan anak) dan (2) menghentikan pelaku dari melakukan pelanggaran lebih
lanjut (seringkali sistem kepolisian atau peradilan pidana tanggapan).
h. Yakinkan anak-anak
Anak-anak perlu diyakinkan bahwa mereka tidak bersalah atas apa yang telah
terjadi pada mereka dan bahwa mereka dipercaya. Anak-anak jarang berbohong
tentang pelecehan seksual dan penyedia layanan harus melakukan segala upaya
untuk mendorong mereka untuk berbagi pengalaman mereka. Pernyataan
penyembuhan seperti "Saya percaya Anda" dan "Itu bukan kesalahan Anda"
9
sangat penting untuk berkomunikasi pada awal pengungkapan dan selama
perawatan dan perawatan.
i. Tidak membahayakan
Cari ruang aman, yang pribadi, tenang dan jauh dari potensi bahaya. Tawarkan
kepada anak-anak pilihan untuk memiliki hadiah orang dewasa yang tepercaya,
atau tidak saat Anda berbicara dengan mereka. Jangan memaksa anak untuk
berbicara, atau di depan, seseorang yang tampaknya tidak mereka percayai.
Jangan memasukkan orang yang diduga melakukan pelecehan terhadap anak
dalam wawancara. beri tahu si anak kebenaran — bahkan ketika itu sulit secara
10
emosional. Jika Anda tidak tahu jawaban atas sebuah pertanyaan, beri tahu anak
itu, "Saya tidak tahu." Kejujuran dan keterbukaan mengembangkan kepercayaan
dan membantu anak-anak merasa aman.
Setiap kali penyedia layanan duduk untuk berkomunikasi dengan anak yang
selamat, ia harus meluangkan waktu untuk menjelaskan kepada anak tujuan rapat.
Penting untuk menjelaskan kepada anak mengapa penyedia layanan ingin
berbicara dengan mereka, dan apa yang akan ditanyakan kepada anak dan
pengasuhnya. Pada setiap langkah proses, jelaskan kepada anak-anak apa yang
terjadi untuk membantu mengamankan kesejahteraan fisik dan emosional mereka.
Pada prinsipnya, hanya penyedia layanan perempuan dan juru bahasa yang
harus berbicara dengan anak perempuan tentang pelecehan seksual. Penyintas
anak laki-laki harus ditawari pilihan (jika mungkin) untuk berbicara dengan
penyedia perempuan atau laki-laki, karena beberapa anak laki-laki akan merasa
lebih nyaman dengan penyedia layanan perempuan. Praktik terbaik adalah
bertanya kepada anak apakah dia lebih suka memiliki staf terlatih pria atau
wanita.
11
o. Menghormati pendapat anak, kepercayaan dan pemikiran Anak-anak
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelecehan seksual pada anak adalah keterlibatan seorang anak dalam aktivitas
seksual yang tidak sepenuhnya dia pahami, tidak mampu untuk memberikan
persetujuan, atau yang untuknya anak tidak dipersiapkan secara perkembangan
mengenai aktivitas seksual.
Penyedia layanan penyembuhan harus memiliki dasar yang kuat tentang sikap
positif pada anak-anak dan penyintas pelecehan seksual pada anak guna
memberikan perawatan penuh kasih sayang dan tidak melukai.
Beberapa bentuk sikap ramah dan bersahabat yang dapat dilakukan oleh orang
dewasa, pengasuh, atau penyedia layanan kesehatan mental diantaranya yaitu:
menekankan bahwa itu bukan kesalahan anak, membangun raport dengan anak,
memberi dukungan pada anak dan remaja, tanamkan rasa percaya, memberikan
rasa aman atau perlindungan, berikan rasa nyaman pada anak.
B. Saran
Penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, kritik dan saran dari
pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan makalah di kemudian
hari. Semoga dengan ditulisnya makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
13
Dan juga dapat mengetahui tentang sikap bersahabat (ramah) terhadap anak dan
remaja yang mengalami CSA (Child Sexual Abuse).
14
DAFTAR PUSTAKA
Esposito, C. (2014). Child sexual abuse and disclosure: what does the research tell
us?. Australia: NSW Government.
Hussey, D.L., Strom, G., & Singer, Mark. (1992). Male victims of sexual abuse:
An analysis of adolescent psychiatric inpatients. Child and Adolescent
Social Work Journal, 9(6).
Itzin, C.(2000). Home truths about child sexual abuse, influencing policy and
practice a reader. London & New York: Routledge.
Radford, L., Allnock, D. & Hynes, P. (2016). Preventing and responding to child
sexual abuse and exploitation: evidence review. USA: UNICEF.
UNICEF. (2012). Caring for Child Survivors of Sexual Abuse. New York:
International Rescue Committee.
Whealin, Julian. (2007). Child Sexual Abuse . National Center for Post Traumatic
Stress Disorder, US Department of Veterans Affairs.
15