Anda di halaman 1dari 14

1

MAKALAH KARYA ILMIAH


MENGENAI PENTINGNYA MENANAM EDUKASI SEKS PADA
ANAK SEJAK USIA DINI

Disusun Oleh:

 M. Sheva Raynatiou
 Nadia Putri M.
 Salsabila Mutiara L. C.
 Yohanes Anggra D. S.
 Yulia Nur A.

SMA NEGERI 1 LAWANG, MALANG, JAWA TIMUR

Jl. Pramuka No. 152, Krajan, Kalirejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa
Timur 65216
2

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................................2

KATA PENGANTAR...................................................................................................................3

PENDAHULUAN..........................................................................................................................4

A. Latar Belakang....................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah..............................................................................................................4

C. Tujuan Penelitian................................................................................................................4

D. Manfaat Penelitian..............................................................................................................5

PEMBAHASAN.............................................................................................................................6

A. Acuhnya Kepedulian Orang Tua Pada Edukasi Seks.....................................................6

B. Adanya Kesadaran Tentang Pentingnya Edukasi Seks..................................................8

C. Apakah Edukasi Seks Membawa Dampak Negatif Pada Anak?.................................10

PENUTUP....................................................................................................................................12

A. Kesimpulan........................................................................................................................12

B. Saran..................................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................14
3

KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, rahmat, dan
petunjuk-Nya sehingga makalah karya ilmiah mengenai “Penanaman Edukasi Seks Pada Anak
Usia Dini” dapat kami selesaikan. Tujuan dari pembuatan makalah ini tidak lain tidak bukan
untuk memenuhi tugas Kesastraan Indonesia tentang bab mengenai “Makalah Karya Ilmiah.”

Selain itu, kami juga ingi berterima kasih kepada teman-teman yang turut memberikan masukan
dan dukungan selama proses penulisan makalah ini. Tanpa dukungan mereka, pengerjaan
makalah ini tidak akan berjalan dengan lancar. Kami juga berterima kasih kepada Bapak Rifqy
Najich yang memberi tugas untuk pemenuhan nilai rapor sisipan. Juga kami berterima kasih
kepada orang tua kami semua yang selalu memberi dukungan juga turut memimbing. Kami juga
mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada bapak dan ibu guru yang mengajar kami.
Kami sangat bersyukur karena jasa mereka, kami memiliki wawasan yang luas. Juga terima
kasih untuk opini ahli, jurnal-jurnal literatur yang kami baca sebagai referensi untuk pemenuhan
dan kelengkapan informasi yang kami perlu dalam makalah ini.

Akhir kata, kami berharap dengan makalah yang kami susun dapat menjadi sarana informasi,
ilmu pengetahuan, literatur yang berguna bagi pembaca agar pembaca tahu pentingnya
penanaman seks pada anak usia dini terutama orang tua. Kami juga meminta maaf sebesar-
besarnya jika makalah yang kami buat jauh dari kata sempurna maka dari itu kritik dan saran
kami terima.
4

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Edukasi seks atau biasa disebut dengan sex education merupakan suatu ilmu penting yang harus
ditanamkan pada anak-anak sejak usia belia. Ilmu ini mengajarkan pada anak-anak mengenai
dunia seks seperti pengenalan organ reproduksi, pengenalan apa itu alat kontrasepsi, bahayanya
seks bebas, penyakit HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syncrome) yang dapat menimbulkan kematian bagi penderitanya. Tak hanya
itu, mereka juga mempelajari bagaimana merawat diri agar tidak impoten, menopause, stigma,
dan lain sebagainya. Juga mereka dikenalkan mengenai kepuasan duniawi, kekerasan pada
perbedaan gender, hubungan antar manusia secara komprehensif.

Banyak orang tua yang sudah menerapkan ilmu ini ke anaknya agar mereka tahu dan bisa
membedakan mana seks yang baik dan seks yang buruk. Namun, tidak sedikit pula atau bahkan
tergolong rata-rata orang tua di dunia lebih memilih bungkam akan hal ini karena menganggap
anak mereka belum cukup umur untuk mengetahui hal-hal seperti itu. Padahal nyatanya, ilmu ini
sudah harus ditanamkan pada anak sebelum menginjak usia pubertas.

Dalam makalah ini sudah disusun sedemikian rupa agar tidak ada informasi, kalimat, atau kata
yang menyinggung beberapa pihak mengenai “tabu”-nya edukasi seks ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan orang lain mengenai pentingnya edukasi seks?
2. Pentingkah edukasi seks untuk ditanamkan di pikiran anak sejak usia dini?
3. Benarkah jika edukasi seks ditanamkan pada anak dapat membawa pengaruh buruk pada
tumbuh kembangnya?

C. Tujuan Penelitian
1. Memberi informasi bahwa edukasi seks penting bagi anak
2. Mengetahui persentase orang tua yang menanamkan edukasi seks pada anak
3. Mengetahui beberapa dampak yang didapat untuk anak
5

D. Manfaat Penelitian
1. Menjadi sarana informatika bagi para orang tua betapa pentingnya edukasi seks
ditanamkan pada anak sejak dini.
2. Menjadi literatur kualitatif menunjukan persentase edukasi seks di Indonesia sudah
diterapkan atau belum pada anak.
6

PEMBAHASAN
A. Acuhnya Kepedulian Orang Tua Pada Edukasi Seks
Belakangan ini kasus pemerkosaan, pelecehan seksual, kekerasan seksual, sesk bebas tengah
marak di era digital. Semua itu didasarkan minimnya pengetahuan parenting mengenai
pendidikan seksual pada anak. Namun, beberapa aspek jug dapat memicu ha-hal buruk di atas
terjadi seperti pada masa pandemi. Sekitar 60% kasus yang berhubungan tentang seksual
diterima dan pelakunya adalah orang terdekat.

Pendidikan seksual adalah suatu keterampilan dan pengetahuan yang perlu diberikan sedini
mungkin pada anak guna menghadapi hal-hal yang akan terjadi di masa depan seiring
bertambahnya usia anak yang mulai beranjak remaja dan melewati masa pubertas, serta dapat
membentuk karakter dan pola piker agar mampu terhindar dari segala macam perilaku yang
beresiko dari pelecehan seksual maupun menyimpang.

Menurut Sigmund Freud yang seorang ahli psiko analisa menyatakan bahwa anak memiliki 5
fase tahapan berkembang, fase oral, fase anal, fase phallic, fase laten, dan fase genital. Fase oral
adalah fase dimana bayi berumur 0-2 tahun sudah merasakan kenikmatan pada mulutnya,
contohnya menyusu pada ibu. Fase anal ketika bayi berumur 2-3 tahun merasakan kenikmatan
pada anusnya seperti buang air besar, sedangkan fase phallic adalah fase dimana bayi berumur 3-
6 tahun merasakan apa rangsangan ketika alat vitalnya tersetuh atau teraba. Di fase inilah anak
akan mengenali perbedaan lawan jenis.

Yang ke-empat ada fase laten, fase ketika anak umur 6-11 tahun aktivitas seksualnya mulai
menurun dan melemah karena anak akan lebih fokus pada perkembangan fisik dan batin karena
mereka sudah mulai memasuki jenjang sekolah. Dan fase terakhir, fase genital adalah fase
dimana anak mulai pubertas. Dimulai umur 12 tahun, anak akan aktif dan menikmati kenikmatan
seksual secara sadar.

Tahapan ini tidak bisa jika berdiri sendiri tanpa saling berkaitan. Perkembangan manusia selalu
terhubung antara perkembangan aspek biologis, sosial dan emosional. Aspek-aspek ini
mendukung terbentuknya kematangan seksual.
7

Akan tetapi, beberapa orang masih mengira bahwa kurangnya edukasi seks yang diberikan oleh
orang tua. Sehingga banyak anak itu masih melakukan hal tersebut, seperti menonton video
dewasa sampai melakukan hal yang tidak senonoh.

Adapun persoalan bagi anak usia dini mengenai pendidikan seks yaitu mendapatkan pengetahuan
dan pengajaran pun hanya sebatas announcement (pemberitahuan) dalam perbedaan toilet laki-
laki dan perempuan. Untuk pengenalan pendidikan seks hanya melalui media boneka. Disamping
itu orang tua dan guru kebingungan untuk mengajar pendidikan seks ke anak karena dirasa tabu
serta minimnya pengetahuan dan media tentang pendidikan seks dalam mengajarkan kepada
anak.

Cara sederhana untuk mengenalkan pendidikan seks pada anak yang pertama bisa melalui
boneka, nanti melalui boneka kita bisa tunjuk dan menjelaskan tentang nama organ
reproduksinya apa, selanjutnya kegunaan atau fungsinya apa, kemudian bagaimana cara kita
untuk menjaganya serta bagaimana cara untuk membersihkannya.

Jadi, memberikan pengenalan pendidikan seksual kepada anak harus dilakukan sedini mungkin.
Selanjutnya yang kedua kita bisa melakukan aktivitas sehari-hari contohnya seperti pada waktu
anak mandi, disana dijelaskan juga bahwa yang boleh melihat itu hanya orang tua dan dokternya
saja. Kemudian yang ketiga caranya juga bisa melalui permainan sederhana yang orang tua atau
pendidik ciptakan mengenai pengenalan organ reproduksi. Sebab anak usia dini itu mudah
mengingat suatu informasi dengan cara bermain sambil belajar.

Pendidikan seksual sangat penting bagi anak karena hal tersebut merupakan proses pembelajaran
yang berbasis kurikulum tentang aspek kognitif, emosional, fisik dan sosial seksualitas. Tujuan
pendidikan seksual untuk membekali dan menyadarkan anak pentingnya menjaga kesehatan,
kesejahteraan dan martabat mereka dengan cara penanaman perlindungan diri dalam
mengembangkan hubungan sosial dan seksual yang baik. Oleh karena itu penting pendidikan
seks untuk anak mengenai pengetahuan dan pembelajaran diberikan sedini mungkin.

Edukasi mengenai pendidikan seks pada anak ini akan sangat dibutuhkan bagi setiap orangtua.
Hal tersebut juga dapat memberikan manfaat dalam persiapan dimasa pubertas anak.

Oleh karena itu setiap proses pendidikan pada prinsipnya memerlukan materi yang disesuaikan
dengan kebutuhan anak, karakteristik usia, kematangan psikologi serta intelektualnya. Pada anak
8

usia dini, hendaknya materi pendidikan seks diberikan oleh pendidik maupun orang tua dengan
memahami rasa ingin tahu anak, memberikan penjelasan sesuai dengan kemampuan kognitif,
memberikan tanggapan dengan jujur dan bersikap proporsional, serta dapat diintegrasikan
dengan pembelajaran lainnya.

B. Adanya Kesadaran Tentang Pentingnya Edukasi Seks


Edukasi seks sampai saat ini masih saja mendapat image yang buruk di mata para orang tua
karena dianggap tabu, mencontohkan hal yang tidak senonoh, tidak sejalan dan menentang aliran
agama. Bahkan, ada kasus dimana sang anak sampai dewasa belum mengetahui apa itu seks
karena ibunya yang melarang keras anaknya mengintip sedikit tentang dunia seks. Karena inilah
banyak sekali remaja yang memiliki rasa ingin tahu yang besar mengenai seks. Mereka mencari
sendiri tanpa diketahui orang tua mereka, terjun ke cara yang salah dengan cara menonton video
porno, mencontohnya dan memberikan dampak yang signifikan.

Namun akhir-akhir ini banyak orang tua yang mulai menerapkan edukasi seks pada anaknya.
Pendirikan seks tidak melulu tentang organ reproduksi, berhubungan suami istri. Melainkan
bertujuan agar anak tahu kesehatan organ reproduksi, mengetahui apa yang baik dilakukan dan
buruk agar mereka tidak terjerumus ke cara yang salah, membedakan pergaulan yang baik dan
buruk. Dengan begitu anak dapat mewaspadai hal-hal yang dapat memberi pengaruh buruk pada
kehidupannya.

Menurut Rahman dan Fachrudin (2000) pendidikan seks adalah “perlakuan proses sadar dan
sistematis yang dilakukan oleh pihak keluarga, sekolah, dan masyarakat untuk menyampaikan
informasi mengenai perkembangan anak laki-laki atau perempuan, kemampuan personal,
perilaku seksual, perilaku sosial, kesehatan seksual, peran keluarga, sekolah, masyarakat dan
pemerintah, serta problema dan tantangan dalam perkembangannya.”

Menurut Sarwono (2002) mengatakan bahwa perilaku seksual adalah “segala tingkah laku yang
didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenisnya.” Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa
bermacam-macam, dimulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan
bersenggama. Objek seksualnuya bisa berupa orang lain (lawan jenis yang disukai, dikagumi,
atau bahkan pasangan).
9

Cole dalam Ocatviani (2009) mengatakan bahwa perilaku seksual pada remaja adalah “suatu
perkembangan pada remaja yang dipengaruhi oleh kematangan hormonal, salah satu tanda
yang muncul pada fase ini adalah dalam kegiatan remaja selalu berusaha membentuk kelompok
dengan teman sebaya yang berlawanan jenis.)

Hampir seluruh negara menganggap bahwa edukasi seks adalah hal yang tabu dan dilarang
diketahui sebelum mereka cukup umur. Walau begitu, ada beberapa negara yang memberi
edukasi seks sejak anak mereka masih usia belia. Di Indonesia, hampir 90% orang tua masih
enggan mengajarkan edukasi ini pada anak-anak. Mereka berpikir jika mereka menanamkan
edukasi ini, anak mereka akan melakukan hal yang tidak senonoh, tersesat ke jalan yang
menentang aliran agama. Nyatanya, edukasi ini begitu penting untuk tumbuh kembang anak
nantinya.

Menurut para psikolog D. Gunarsa, penyampaian materi pendidikan ini harus diberikan
semenjak kecil ketika anak mulai bertanya tentang perbedaan kelamin antara dirinya dan orang
lain, berkesinambungan dan bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan dan uur anak serta daya
tangkap anak” (2008). Sedangkan menurut Kriswanto (2009) mengingatkan, pendidikan seks
untuk anak harus dimulai sejak umur 0-5 tahun (masa balita). Poses ini akan berlangsung hingga
anak mencapai tahap akhir.

Pendidikan seks untuk anak usia dini berbeda dengan pendidikan seks untuk remaja. Pendidikan
seks untuk remaja lebih pada seputar gambaran biologi mengenai seks dan organ reproduksi,
masalah hubungan, seksualitas, kesehatan reproduksi serta penyakit menular seksual, sedangkan
pada anak usia dini lebih pada pengenalan peran jenis kelamin dan pengenalan anatomi tubuh
secara sederhana. Sebaiknya anak-anak sejak dini perlu diajarkan menghargai tubuhnya sebagai
barang berharga sehingga dapat menjauhkannya dari tindak pelecehan seksual. Masalah
pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di
masyarakat, apa yang dilarang, apa yang dilazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa
melanggar aturan-aturan yang berlaku di masyarakat (Sarwono, 2005)

Dari beberapa pernyataan para pakar ahli tersebut, dapat disimpulkan pula bahwa pendidikan
seks (sex education) adalah suatu pengetahuan mengenai segala sesuatu yang berhubungan
dengan jenis kelamin. Hal ini bisa mencakup tentang pertumbuhan jenis kelamin (Laki-laki atau
perempuan), bagaimana fungsi kelamin sebagai alat reproduksi, bagaimana perkembangan alat
10

kelamin itu pada laki-laki dan perempuan, tentang menstruasi ataupun mimpi basah, sampai
kepada masalah timbulnya birahi karena adanya perubahan pada hormon-hormon dalam tubuh
seiring perkembangan yang terjadi, termasuk nantinya masalah perkawinan, kehamilan dan
sebagainya.

C. Apakah Edukasi Seks Membawa Dampak Negatif Pada Anak?


Sudah bukan rahasia lagi jika pendidikan ini masi dianaggap tabu oleh para orang tua. Seperti
yang dijelaskan di dua sub-bab sebelumnya bahwasanya ada beberapa aspek yang memengaruhi
mengapa para orang tua enggan menanamkan ilmu ini pada anak-anaknya. Yang pertama dan
sudah pasti acuhnya orang tua dengan pendidikan ini dan menganggap sepele. Kedua,
menganggap bahwa pendidikan ini dapat memberi dampak buruk pada anak nantinya. Yang
ketiga, mereka mengira pendidikan ini buruk dan menyimpang dari aliran agama.

Dalam acara talkshow yang diselengarakan oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta


(UMY) dalam memperingati hari Kesehatan Jiwa Sedunia yang jatuh pada 10 Oktober. Salah
satu narasumbernya, Eka, menyatakan bahwa orang tua merupakan faktor utama bagi anak,
karena orang tua lah yang paling tepatuntuk memberikan pendidikan seks pada usia dini. Eka
mengungkapkan bahwa anak usia belia memiliki rasa keingin-tahuan yang tinggi. Mereka akan
lebih banyak bertanya tentang apa yang tidak mereka ketahui, tinggal bagaimana orang tua
menjawabnya. Ada orang tua yang terang-terangan menjawab, ada yang secara halus atau
dengan perumpamaan, atau tidak dijawab sama sekali.

Eka mencontohkan pertanyaan yang anak-anak sering lontarkan seperti “ayah, mimpi basah itu
apa?” atau “mama, dari mana kita lahir?”. Eka menyatakan bahwa seharusnya orang tua tidak
perlu menyamarkan nama asli dari jawaban tersebut. Beliau menyarankan untuk menjawab
secara jelas namun dengan intonasi yang tenang dan halus.

“Seharusnya orang tua tidak perlu malu untuk menjawab pertanyaan anaknya, berikan jawaban
yang tepat kepada anak, bukan menjawabnya dengan istilah atau kata-kata lain. Misalkan
seperti vagina atau penis, jangan diistilahkan dengan kata lain seperti “apem” atau “burung.”

Dr. Warih A. Puspitasari, M.Sc, Sp. K. J. yang juga salah satu narasumber dalam acara talkshow
tersebut mengungkapkan bahwa pendidikan sesksual tidak semena-mena mengajarkan tentang
11

seks, bagaimana cara melakukannya. Melainkan pendidikan seks mengajarkan anak untuk
mengenal organ reproduksi, bagaimana cara merawatnya agar terhindar dari penyakit.

Pendidikan seksual tidak menyebabkan dampak yang negative jika para orang tua
menyampaikannya dengan baik. Justru pendidikan ini menimbulkan dampak yang begitu baik
untuk masa depan anak. Anak bisa mengetahui faktor-faktor positif maupun negative tentang
seks, waspada terhadap pergaulan yang tidak sehat, berhati-hati dengan segala kegiatan yang
dapat merusak diri mereka. Tujuan pendidikan ini agar anak dapat menjaga tubuh mereka dari
kenikmatan duniawi sampai mereka menikah nanti.
12

PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari edukasi seks sejak dini adalah pentingnya memberikan informasi yang akurat,
tepat usia, dan disesuaikan dengan perkembangan anak. Tujuannya adalah untuk membantu anak
memahami tubuh mereka, mempromosikan perilaku yang sehat, serta mencegah penyalahgunaan
dan risiko kesehatan. Pendidikan seks sejak dini juga dapat memperkuat hubungan orang tua-
anak dan membantu anak merasa lebih percaya diri dalam menghadapi isu-isu seksual saat
dewasa. Juga menjaga mereka agar tidak terjerumus ke hal-hal yang dapat merusak mereka.

B. Saran
Berikut beberapa saran untuk memberikan edukasi seks sejak dini:

1. Komunikasi Terbuka: Buka saluran komunikasi yang jujur dan terbuka dengan anak Anda
sehingga mereka merasa nyaman bertanya dan berbicara tentang pertanyaan seksual atau
kebingungan yang mereka alami.

2. Pertimbangkan Usia: Berikan informasi yang sesuai dengan usia dan perkembangan anak.
Anak-anak yang lebih kecil akan membutuhkan informasi dasar, sedangkan remaja mungkin
memerlukan detail yang lebih kompleks.

3. Ajarkan Istilah yang Tepat: Gunakan istilah tubuh yang akurat, sehingga anak memahami
dengan benar bagian tubuh dan fungsi seksual mereka.

4. Hormati Privasi: Ajarkan anak tentang pentingnya privasi dan batasan dalam berbicara
tentang seks. Anak perlu tahu kapan dan di mana ini adalah topik yang sesuai.

5. Sumber Informasi yang Terpercaya: Pastikan bahwa anak Anda mendapatkan informasi
dari sumber yang akurat dan dapat dipercaya, seperti buku-buku yang ditujukan untuk anak-anak
atau sumber edukasi seks yang disetujui.

6. Diskusikan Nilai dan Etika: Bicarakan nilai-nilai keluarga, etika, dan tanggung jawab dalam
konteks seksualitas. Ini membantu anak Anda mengembangkan pemahaman tentang pentingnya
menghormati diri sendiri dan orang lain.
13

7. Bahas Konsep Persetujuan: Ajarkan anak tentang konsep persetujuan dalam hubungan
seksual. Anak perlu tahu bahwa setiap aktivitas seksual harus berdasarkan persetujuan dan saling
pengertian.

8. Identifikasi Bahaya dan Perlindungan: Ajarkan anak tentang bahaya pelecehan seksual dan
cara melindungi diri mereka. Ajarkan mereka untuk tidak takut melaporkan situasi yang tidak
aman.

9. Teknologi dan Media Sosial: Diskusikan dampak teknologi dan media sosial dalam konteks
seksualitas dan berbicaralah tentang praktik aman dalam dunia maya.

10. Jadwalkan Waktu: Buat jadwal waktu khusus untuk berbicara tentang seks, sehingga anak
merasa siap dan fokus.

Edukasi seks sejak dini adalah suatu hal yang penting, dan cara terbaik untuk melakukannya
akan bervariasi tergantung pada perkembangan anak dan nilai-nilai keluarga Anda.
14

DAFTAR PUSTAKA
Solihin, M. Pd. Pendidikan Seks Untuk Anak Usia Dini, Studi Kasus di TK Bina Anaprasa,
Jakarta Pusat

Afitaful Muariah, Trijhajo Danny Soesilo, Umbu Tagela, 2019, Universitas Kristen Jaya
Wacana, Jawa Tengah, Jurnal Hubungan Pengetahuan Tentang Pendidikan Seks Dengan
Perilaku Seksual Remaja

Imroatun Maulana Muslich, Mamluatun Ni’mah, Ivonne Hafidlatil Kiromi, 2023, Universitas
Islam Hasan Glonggong Probolinggo, Pentingnya Pengenalan Pendidikan Seks Dalam
Pencegahan Sexual Abuse Pada Anak Usia Sini

Risa Fitri Ratnasari, M. Alias, 2016, Pentingnya Pendidikan Seks Pada Anak Usia Dini

Helmi H. I. Yusuf, 2019, Pentingnya Pendidikan Seks Bagi Anak

Wahyudi Nadar, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Kusuma Negara. Persepsi
Orang Tua Mengenai Pendidikan Seks Untuk Anak Usia Dini

Fidya Ismiulya, Raden Rachmy Diana, Na’imaj, Siti Nurhayati, Nurazila Sari, Nurma, 2022,
Universitas Islam Negeri Kalijaga Yogyakarta. Analisi Pengenalan Edukasi Seks pada Anak
Usia Dini

Dewi Rahayu, Universitas Jambi. Pendidikan Seks Pada Anak Usia Dini di Era Digital
https://www.unja.ac.id/pentingnya-pendidikan-seks-pada-anak-usia-dini-di-era-digital/

2012, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pentingny Pendidikan Seks untuk Anak Usia
Dini https://www.umy.ac.id/pentingnya-pendidikan-seks-untuk-anak-usia-dini

2023. Cara Memberikan Pendidikan Seksual pada Anak Sesuai Usianya


https://www.orami.co.id/magazine/pendidikan-seksual

Anda mungkin juga menyukai