Anda di halaman 1dari 52

Psikologi Pendidikan

Makalah
Psikologi Pendidikan
“Pendidikan Seks Usia Din
Kata Pengantar
Pertama-tama penulis panjatkan Puji syukur kepada tuhan yang maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga makalah yang berjudul “Pendidikan Seks
Usia Dini” dapat diselesaikan dengan baik. Adapun maksud dari penyusunan makalah
ini ialah sebagai salah satu agenda akademis yang harus di tempuh pada mata kuliah
psikologi pendidikan.
Dalam kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih kepada semua yang
sudah mendukung, membimbing dalam menyelesaikan makalah ini. penulis sangat
mengharapkan saran dan kritikan yang membangun demi perbaikan makalah ini, dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, Oktober 2014.

Penulis
Daftar isi
Kata pengantar…………………………………………………………….
Daftar isi……………………………………………………………….......
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Apa itu pendidikan seks
B. Apa tujuan dan manfaat penerapan pendidikan seks usia dini
C. cara penyampaian dan penerapan pendidikan seks usia dini
D. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memberikan pendidikan seks
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar pustaka……………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Di era globalisasi yang terus berkembang seperti sekarang, pendidikan seks
merupakan sesuatu yang sangat penting untuk diterapkan dalam kehidupan manusia, terutama
pada anak-anak sejak dini. Akan tetapi disisi lain masyarakat terutama orangtua sangat sulit
untuk membicarakan apa lagi menerapkan pendidikan seks usia dini pada anak-anaknya.
Orangtua cenderung berpikir bahwa seks adalah sesuatu yang sangat tabu dan tidak pantas
jika dibicarakan pada anak-anak. padahal dengan menerapakan pendidikan ini, orangtua
telah memberikan sumbangsi besar bagi perkembangan dan pengetahuan sang anak di masa
yang akan datang. Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan sulitnya orangtua
menerapkan pendidikan seks pada sang buah hati diantaranya karena pengetahuan yang
kurang cukup, paradigma budaya yang salah dan ketidak-tahuan orangtua bagaimana cara
untuk menyampaikannya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kita akan membahas
pentingnya penerapan pendidikan seks usia dini.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, kita dapat merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Apa itu pendidikan seks?
2. Apa tujuan dan manfaat penerapan pendidikan seks usia dini?
3. Bagaimana cara penyampaian dan penerapan pendidikan seks usia dini?
4. apa saja hal yang harus diperhatikan dalam memberikan pendidikan seks?
BAB II
PEMBAHASAN
A. pengertian pendidikan seks
Pendidikan seks (sex education) adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan pemberian
informasi tentang masalah seksual. Informasi yang diberikan di antaranya pengetahuan
tentang fungsi organ reproduksi dengan menanamkan moral, etika, komitmen, agama agar
tidak terjadi "penyalahgunaan" organ reproduksi tersebut. Itu sebabnya, pendidikan seks
dapat dikatakan sebagai cikal bakal pendidikan kehidupan berkeluarga yang memiliki makna
sangat penting. Para ahli psikologi menganjurkan agar anak-anak sejak dini hendaknya mulai
dikenalkan dengan pendidikan seks yang sesuai dengan tahap perkembangan kedewasaan
mereka.
Pendidikan seks didefinisikan sebagai pendidikan mengenai anatomi organ tubuh yang dapat
dilanjutkan pada reproduksi seksualnya dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi
aturan hukum, agama, dan adat istiadat, serta kesiapan mental dan material seseorang.
Sementara Dr. Warih A Puspitosari, M.Sc, Sp.K.J. menjelaskan bahwa “Pendidikan seks
usia dini bukan berarti mengajarkan bagaimana cara melakukan seks. Namun pendidikan seks
pada usia dini menjelaskan tentang organ-organ yang dimiliki manusia dan apa fungsinya”.
Pendapat lain mengatakan bahwa Pendidikan Seks (sex education) adalah suatu
pengetahuan yang kita ajarkan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis
kelamin. Ini mencakup mulai dari pertumbuhan jenis kelamin (Laki-laki atau wanita).
Bagaimana fungsi kelamin sebagai alat reproduksi. Bagaimana perkembangan alat kelamin
itu pada wanita dan pada laki-laki. Tentang menstruasi, mimpi basah dan sebagainya, sampai
kepada timbulnya birahi karena adanya perubahan pada hormon-hormon. Termasuk nantinya
masalah perkawinan, kehamilan dan sebagainya. Pendidikan seks dapat di bedakan menjadi
seks instruction dan education in sexuality Yaitu:
1. Sex Intruction ialah penerangan mengenai anatomi seperti pertumbuhan rambut pada ketiak,
dan mengenai biologi dari repoduksi, yaitu proses berkembang biak melalui hubungan untuk
mempertahankan jenisnya termasuk didalamnya pembinaan keluarga dan metode kontrasepsi
dalam mencegah terjadinya kehamilan.
2. Education in sexuality meliputi bidang–bidang etika, moral, fisiologi, ekonomi, dan
pengetahuan lainnya yang di butuhkan agar seseorang dapat memahami dirinya sendiri
sebagai individual sexual serta mengadakan interpersonal yang baik
B. tujuan dan manfaat penerapan pendidikan seks
a) tujuan pendidikan seks.
pendidikan seks memiliki tujuan yang berbeda-beda. Seperti pada usia balita,
tujuannya adalah untuk memperkenalkan organ seks yang dimiliki, seperti menjelaskan
anggota tubuh lainnya, termasuk menjelaskan fungsi serta cara melindunginya. Jika tidak
dilakukan lebih awal maka ada kemungkinan anak akan mendapatkan banyak masalah seperti
memiliki kebiasaan suka memegang alat kemaluan sebelum tidur, suka memegang payudara
orang lain atau masalah lainnya.
Untuk usia sekolah mulai 6-10 tahun bertujuan memahami perbedaan jenis kelamin
(laki-laki dan perernpuan), menginformasikan asal-usul manusia, membersihkan alat genital
dengan benar agar terhindar dari kuman dan penyakit.
Sedangkan usia menjelang remaja, pendidikan seks bertujuan untuk menerangkan
masa pubertas dan karakteristiknya,serta menerima perubahan dari bentuk tubuh. Pendidikan
seks berguna untuk memberi penjelasan mengenai perilaku seks yang merugikan (seperti seks
bebas), menanamkan moral dan prinsip "say no" untuk seks pranikah serta membangun
penerimaan terhadap diri sendiri. Bahkan, pendidikan seks juga penting diberikan pada anak
di usia pranikah untuk pembekalan pada pasangan yang ingin menikah tentang hubungan
seks yang sehat dan tepat.
b) Manfaat pendidikan seks.
1. Membantu jalannya komunikasi tentang topik yang berhubungan dengan
seksualitas. Akan datang saat anda, sebaga orang tua, harus menjelaskan tentang beberapa
topik terkait seksualitas dengan anak-anak anda. Jikalau mereka sudah mengerti dasar-dasar
dari topik tersebut, komunikasi tersebut tidak akan mengalami kesulitan yang berarti.
2. Membuat pikiran anak-anak lebih terbuka pada topik terkait seksualitas
tersebut. Dengan adanya pendidikan seksual ini, anak-anak tidak akan merasa malu untuk
membicarakan topik-topik yang berkaitan dengan seksualitas tersebut dengan orang tua
mereka.
3. Menghapus rasa ingin tahu yang tidak sehat. Rasa penasaran para remaja mengenai
seksualitas perlu di tampung dalam wadah yang memadai dan tidak menyesatkan. Salah
satunya tentu dengan edukasi seks yang diberikan secara rutin baik di sekolah maupun di
rumah. Rasa penasaran mereka tentang seksualitas pun terbayar dengan mendapatkan
pengetahuan dari sumber yang terpercaya. Dengan demikian anak tidak akan terjerumus
dalam pengetahuan yang menyesatkan seperti yang terdapat pada komik atau pun video
porno.
4. Memperkuat rasa percaya diri. Dengan adanya pendidikan seks, rasa percaya diri anak
akan timbul dengan sendirinya. Mengetahui setiap inci bagian tubuhnya sendiri membuat
mereka merasa nyaman. Si anak akan memahami batasan yang penting dalam pergaulan
tentang apa yang boleh dan tak boleh dilakukan. Manfaat pendidikan seks ini membuat
mereka lebih bertanggung jawab terhadap perilaku seksualitas yang dimiliki.
C. Cara penyampaian dan penerapan pendidikan usia dini.
Cara memberikan penjelasan pendidikan seks kepada anak sesuai dengan umur mereka :
 Balita 1-5 tahun
Pada usia ini, Anda bisa mulai menanamkan pendidikan seks. Caranya cukup mudah,
yaitu dengan mulai memperkenalkan kepada si kecil organ-organ seks miliknya secara
singkat. Tidak perlu memberi penjelasan detail karena rentang waktu atensi anak biasanya
pendek. Misalnya saat memandikan si kecil, Anda bisa memberitahu berbagai organ tubuh
anak, seperti rambut, kepala, tangan, kaki, perut, dan jangan lupa penis dan vagina atau
vulva. Lalu terangkan perbedaan alat kelamin dari lawan jenisnya, misalnya jika si kecil
memiliki adik yang berlawanan jenis. Selain itu, tandaskan juga bahwa alat kelamin tersebut
tidak boleh dipertontonkan dengan sembarangan, dan terangkan juga jika ada yang
menyentuhnya tanpa diketahui orang tua, maka si kecil harus berteriak keras-keras dan
melapor kepada orang tuanya. Dengan demikian, anak-anak Anda bisa dilindungi terhadap
maraknya kasus kekerasan seksual dan pelecehan seksual terhadap anak.
 Umur 3-5 tahun
Pada rentang umur ini, mengajarkan mengenai organ tubuh dan fungsi masing-masing
organ tubuh, jangan ragu juga untuk memperkenalkan alat kelamin si kecil. Saat yang paling
tepat untuk mengajarkannya adalah di saat Anda sedang memandikannya. Diharapkan untuk
hindari penyebutan yang dianggap tidak sopan di masyarakat untuk menyebut alat kelamin
yang dimilikinya. Misalkan seperti vagina atau penis, jangan diistilahkan dengan kata lain
seperti “apem” atau “burung”. Anda tidak perlu membahas terlalu detail mengenai jenis
kelamin anak Anda atau mengajarkannya dalam kondisi belajar yang serius.
Pertanyaan yang sering dilontarkan anak pada usia ini , seperti “mama, kita lahir dari
mana?”, Anda juga bisa memberikan penjelasan mengenai darimana bayi berasal dengan
menggunakan sebuah cerita agar si buah hati bisa lebih memahami dan tertarik untuk
mendengarkannya. Di usia ini juga, seorang anak sudah bisa diajarkan apa itu perempuan dan
laki-laki. Jadi bila Anda memiliki dua anak yang berlawanan jenis, akan lebih mudah untuk
Anda menjelaskan perbedaan penis dan vagina kepadanya.
Ajarkan juga kepada anak bahwa seluruh tubuhnya, termasuk alat kelaminnya, adalah
milik pribadinya yang harus dijaga baik-baik. Dengan demikian, anak harus diajarkan untuk
tidak menunjukkan kelaminnya secara sembarangan. Tekankan kepada mereka bahwa
mereka memiliki hak dan bisa saja menolak pelukan atau ciuman dan segala macam bentuk
kasih sayang yang dinyatakan melalui sentuhan fisik. Hal ini menjadi penting, karena disukai
atau tidak, banyak pelaku pelecehan seksual adalah orang-orang yang dekat dengan
kehidupan si anak. Orang tua juga diharapkan untuk tidak memaksa seorang anak untuk
memeluk atau mencium orang lain jika dia tidak menginginkannya agar si anak bisa belajar
untuk menyatakan penolakannya.
 Umur 6 - 9 tahun
Anak-anak sering sekali menjadi korban pelecehan dan kekerasan seksual dari orang
dewasa karena ketidakberdayaan dan ketidaktahuan yang bisa dimanfaatkan dengan mudah
oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Masalah utama dalam kasus pencabulan
anak adalah anak kecil tidak sadar bahwa dirinya telah mengalami pencabulan, baik karena
keluguan si anak atau karena pelaku berdalih bahwa hal yang dilakukan adalah tanda “kasih
sayang”.
Di rentang umur ini, si kecil diajarkan mengenai apa saja yang harus dilakukan untuk
melindungi dirinya sendiri. Orang tua bisa mengajarkan anak menolak untuk membuka
pakaian bahkan jika ada imbalan sekalipun atau menolak diraba alat kelaminnya oleh
temannya. Anak Anda harus diajarkan untuk berteriak sekencang mungkin meminta
pertolongan dan melapor ke orang tua jika orang dewasa yang berada di sekitar mereka
mengancam untuk memberikan hukuman atau mengintimidasi mereka di saat mereka
menolak untuk melakukan hal-hal yang menurut anak tidak nyaman untuk dilakukan.
Selain itu, di rentang umur ini, Anda bisa menggunakan hewan tertentu yang tumbuh
dengan cepat dan terlihat jelas perbedaan jenis kelaminnya (seperti: anak ayam) di saat
bertumbuh dewasa untuk mengajarkan mengenai perkembangan alat reproduksi. Ajaklah
anak anda untuk turut mengamati perkembangannya. Jika mereka tidak terlalu
memperhatikan hingga detail terkecil, Anda bisa berikan informasi lebih lanjut nanti sembari
menekankan bahwa alat kelamin mereka juga akan berubah seiring mereka bertumbuh
dewasa nanti.
Orang tua harus memperhatikan suasana hati anak agar saat menyampaikan materi
seksualitas, si anak tidak merasa terpojokkan, malu, bodoh, ataupun menjadi terlalu liar
dalam menyikapi seks.
 Umur 9 - 12 tahun
Berikan informasi lebih mendetail apa saja yang akan berubah dari tubuh si anak saat
menjelang masa puber yang cenderung untuk berbeda-beda di setiap individu. Ajarkan
kepada anak bagaimana menyikapi menstruasi ataupun mimpi basah yang akan mereka alami
nanti sebagai bagian normal dari tahap perkembangan individu. Pada umur 10 tahun, sebelum
menjelang masa puber, Anda sudah bisa memulai topik mengenai kesehatan alat kelamin.
Pastikan juga pada anak Anda, jika dia mengikuti semua peraturan kesehatan ini, maka
mereka tak perlu banyak khawatir.
 Umur 12 - 14 tahun
Data yang dikeluarkan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) pada tahun 2010 menunjukkan bahwa 51 persen remaja di Jakarta, Bogor,
Tangerang, dan Bekasi telah berhubungan seksual sebelum menikah. Penulis memang tidak
mendapatkan angka pasti untuk data di tahun 2012, tetapi dengan adanya berita di berbagai
media massa yang menyatakan adanya peningkatan dalam tingkat aktivitas seksual remaja,
maka tentunya harus ada pendidikan yang memadai untuk menanggulangi hal ini.
Dorongan seksual di masa puber memang sangat meningkat, oleh karena itu, orang
tua sebaiknya mengajarkan apa itu sistem reproduksi dan bagaimana caranya bekerja.
Penekanan terhadap perbedaan antara kematangan fisik dan emosional untuk hubungan
seksual juga sangat penting untuk diajarkan. Beritahukan kepada anak segala macam
konsekuensi yang ada dari segi biologis, psikologis, dan sosial jika mereka melakukan
hubungan seksual. Orang tua selain mengajarkan keterbukaan komunikasi dengan anak
terutama dalam membicarakan seksualitas, juga perlu menambahkan keuntungan
menghindari aktivitas seksual terlalu dini sebelum mencapai masa dewasa.
Hindari penggunaan kata-kata yang menghakimi remaja agar ia tidak merasa ragu,
takut, enggan ataupun marah saat membicarakan pengalaman seksual mereka. Jika orang tua
merasa agak berat untuk membicarakan topik-topik seksual dengan anak, orang tua bisa
meminta bantuan psikolog atau konselor untuk memberikan pendidikan seksual kepada anak
dan membantu orang tua merasa nyaman membicarakan topik ini.
 Usia Menjelang Remaja
Saat anak semakin berkembang, mulai saatnya Anda menerangkan mengenai haid, mimpi
basah, dan juga perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada seorang remaja. Anda bisa
terangkan bahwa si gadis kecil akan mengalami perubahan bentuk payudara, atau terangkan
akan adanya tumbuh bulu-bulu di sekitar alat kelaminnya.
 Usia Remaja
Pada saat ini, seorang remaja akan mengalami banyak perubahan secara seksual. Anda
perlu lebih intensif menanamkan nilai moral yang baik kepadanya. Berikan penjelasan
mengenai kerugian seks bebas seperti penyakit yang ditularkan dan akibat-akibat secara
emosi.
Diharapkan, pendidikan seks sejak dini akan menghindari kehamilan di luar
pernikahan saat anak-anak bertumbuh menjadi remaja dan saat dewasa kelak. Tidak perlu
tabu membicarakan seks dalam keluarga. Karena anak Anda perlu mendapatkan informasi
yang tepat dari orang tuanya, bukan dari orang lain tentang seks.
Karena rasa ingin tahu yang besar, jika anak tidak dibekali pendidikan seks, maka
anak tersebut akan mencari jawaban dari orang lain, dan akan lebih menakutkan jika
informasi seks didapatkan dari teman sebaya atau Internet yang informasinya bisa jadi salah.
Karena itu, lindungi anak-anak Anda sejak dini dengan membekali mereka pendidikan
mengenai seks dengan cara yang tepat.
D. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memberikan pendidikan seks.
1. Harus dilakukan orang terdekat
"Dalam hal ini, orangtua menjadi tombak utama. Anak laki-laki diajari ayah, sedangkan anak
perempuan mendapat informasi dari ibu," kata Seto. Dalam prosesnya, orangtua harus
komunikatif, rendah hati, dan mau mendengarkan. Orangtua dengan tiga kriteria tersebut
akan membuat anak nyaman bertanya dan mendengarkan saran atau jawaban yang diberikan.
2. Disesuaikan dengan daya tangkap anak
"Setiap anak memiliki daya tangkap berbeda. Namun, bagaimanapun daya tangkap anak,
pastikan dia memperoleh informasi yang maksimal," ujar Seto. Pendidikan seks untuk usia
TK tentu berbeda dengan SD dan SMP.
Untuk usia TK, kata Seto, pastikan anak mengetahui perbedaan jenis kelamin antara dia dan
teman yang lain. Selanjutnya anak juga harus mengetahui perbedaan organ kelamin yang
dimiliki, antara laki-laki dan perempuan. Pada tahap ini anak juga harus tahu bagaimana
membersihkan dan merawat alat kelamin. Misalnya membersihkan kelamin seusai buang air
kecil dan rutin mengganti pakaian dalam. Beranjak usia sekolah dasar, pengetahuan anak
tentang seks harus makin bertambah. Pada usia ini anak harus tahu, tidak boleh sembarang
orang meraba atau memegang alat kelamin miliknya. Bila perlu, maka berikan pengetahuan
ini pada usia TK sehingga anak terhindar dari tindak pencabulan dini yang makin kerap
terjadi. Di tahap pra-pubertas ini, anak juga harus mengetahui fungsi alat kelaminnya.
Dengan pengetahuan ini diharapkan anak tidak sembarangan menggunakan alat kelamin
tersebut. Tindakan ini akan menjaga kesehatan reproduksi dan mencegah terjadinya berbagai
hal yang tidak diinginkan, misalnya kehamilan dini, saat anak memasuki masa pubertas.
3. Pemantauan terus-menerus
"Orangtua harus mengetahui kapan anaknya mengalami mimpi basah atau menstruasi
pertama kali. Saat itu pastikan orangtua ada di sisi anak dan siap menghadapi berbagai
pertanyaan yang diajukan," ujar Seto. Saat anak mengalami menstruasi atau mimpi basah,
orangtua harus menjadi sahabat yang baik. Dengan menjadi sahabat, orangtua lebih mudah
mengingatkan kembali fungsi alat kelamin dan tidak menggunakannya sembarangan.
4. Segamblang mungkin
Seks sebaiknya dijelaskan segamblang mungkin kepada anak. Dengan penjelasan yang benar
dan menyeluruh, anak tidak akan berimajinasi atau memiliki sudut pandang sendiri.
Penjelasan yang tidak utuh justru akan memancing rasa penasaran anak.
Untuk memulai suatu penjelasan, Vera menyarankan orangtua memancing rasa ingin tahu
anak. Selanjutnya penjelasan bisa dimulai dari titik yang dipahami anak. "Ingat, anak
sekarang memiliki akses informasi yang lebih luas. Sering terjadi, apa yang kita kira mereka
tidak tahu, ternyata mereka mengetahuinya dengan lebih jelas termasuk untuk seks. Bila anak
sudah mengetahui sampai tahap sperma dan ovum, maka jangan ragu menjelaskan, tentunya
dengan bahasa yang mudah dimengerti," kata Vera.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan seks merupakan upaya pengajaran, penyadaran, dan pemberian informasi tentang
masalah seksual yang sangat penting dan baik jika diterapkan pada anak-anak sejak dini.
dengan memberikan pemahaman tentang pendidikan seks anak-anak akan lebih peka pada
berbagai kondisi mengenai seks terutama pada dirinya sendiri dan individu lain disekitarnya.
Selain itu pendidikan seks dapat membuka wawasan positif anak-anak dan menghindarkan
diri mereka dari berbagai ancaman kejahatan seksualitas.
B. Saran
Diharapkan pembaca dapat mengerti tentang apa itu pendidikan seks, bagaimana cara
menerapkan pendidikan seks pada anak usia dini dan terus memperluas wawasan dan kazanah
ilmu pengetahuan dalam bidang psikologi.
Daftar pustaka
http://deskamudina.blogspot.com/2013/04/perkembangan-dalam-menerapkan.html
https://www.google.co.id/search?sourceid=chrome-
psyapi2&rlz=1C1HOPT_enID565ID565&ion=1&espv=2&ie=UTF-
8&q=cara%20menerapkan%20pendidikan%20seks%20usia%20dini
http://health.kompas.com/read/2013/10/30/0847589/Bagaimana.Terapkan.Edukasi.Seks.kepa
da.Anak.
http://www.chandrakusuma.com/postnews/workshopmengenalkanpendidikansekspadaanakus
iadini

http://stella-maris.sch.id/detail-article-568-1-manfaat-pendidikan-seks-sejak-dini.htm

abtu

Perkembangan dalam menerapkan pendidikan seks anak usia dini

Perkembangan Peran Seks (AUD)

Pendidikan seks usia dini dapat memberikan pemahaman anak akan kondisi tubuhnya,
pemahaman akan lawan jenisnya, dan pemahaman untuk menghindarkan dari kekerasan seksual.
Pendidikan seks yang dimaksud di sini adalah anak mulai mengenal akan identitas diri dan keluarga,
mengenal anggota-anggota tubuh mereka, serta dapat menyebutkan ciri-ciri tubuh. Cara yang dapat
digunakan mengenalkan tubuh dan ciri-ciri tubuh antara lain melalui media gambar atau poster, lagu
dan permainan. Pemahaman pendidikan seks di usia dini ini diharapkan anak agar anak dapat
memperoleh informasi yang tepat mengenai seks. Hal ini dikarenakan adanya media lain yang dapat
mengajari anak mengenai pendidikan seks ini, yaitu media informasi. Sehingga anak dapat
memperoleh informasi yang tidak tepat dari media massa terutama tayangan televisi yang kurang
mendidik. Dengan mengajarkan pendidikan seks pada anak, diharapkan dapat menghindarkan anak
dari risiko negatif perilaku seksual maupun perilaku menyimpang.

Tidak ada cara instan untuk mengajarkan seks pada anak kecuali melakukannya setahap
demi setahap sejak dini. Kita dapat mengajarkan anak mulai dari hal yang sederhana, dan
menjadikannya sebagai satu kebiasaan sehari-hari. Tanamkan pengertian pada anak layaknya kita
menanamkan pengertian tentang agama. Kita tahu tidak mungkin mengajarkan agama hanya dalam
tempo satu hari saja dan lantas berharap anak akan mampu menjalankan ibadahannya, maka
demikian juga untuk seks. Pengenalan seks pada anak dapat dimulai dari pengenalan mengenai
anatomi tubuh. Kemudian meningkat pada pendidikan mengenai cara berkembangbiak makhluk
hidup, yakni pada manusia dan binatang. Nah, kalau sudah tahu, orangtua dapat memberi tahu apa
saja dampak-dampak yang akan diterima bila anak begini atau begitu,”Salah satu cara
menyampaikan pendidikan seksual pada anak dapat dimulai dengan mengajari mereka
membersihkan alat kelaminnya sendiri. Dengan cara “Mengajari anak untuk membersihkan alat
genitalnya dengan benar setelah buang air kecil (BAK) maupun buang air besar (BAB), agar anak
dapat mandiri dan tidak bergantung dengan orang lain. Pendidikan ini pun secara tidak langsung
dapat mengajarkan anak untuk tidak sembarangan mengizinkan orang lain membersihkan alat
kelaminnya. Cara menyampaikan pendidikan seksual itu pun tidak boleh terlalu vulgar, karena justru
akan berdampak negatif pada anak. Di sini orangtua sebaiknya melihat faktor usia. Artinya ketika
akan mengajarkan anak mengenai pendidikan seks, lihat sasaran yang dituju. Karena ketika anak
sudah diajarkan mengenai seks, anak akan kristis dan ingin tahu tentang segala hal.

Berikut adalah cara yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk menyampaikan informasi
mengenai pendidikan seks pada anak.

 Bersikap jujur dan terbuka; Kita harus menyampaikan informasi yang benar dan apa adanya. Tidak
boleh menjawab pertanyaan anak dengan asal-asalan, tidak akurat apalagi sampai melenceng dari
subjek pertanyaan. Jangan takut memberikan informasi yang jujur karena ini akan mengajari anak
untuk mau juga bersikap jujur dan terbuka kepada orang tuanya.

Dengan jujur, kita tidak menyesatkan anak dengan informasi yang tidak benar, karena bisa
melahirkan rasa tidak percaya anak pada orang tuanya. Faktanya banyak orang tua yang tidak
besikap jujur ketika memberikan informasi seks pada anak, seperti menyebutkan organ seksual
dengan istilah-istilah yang lain.

 Santai;Belajarlah bersikap santai, wajar, dan biasa-biasa saja.Jangan membesar-besarkan masalah,


karena menganggap seks merupakan topik yang berat. Usahakan untuk rileks dengan menjaga
intonasi suara ketika menjawab pertanyaan anak.

 Tidak boleh bersikap heboh dan berlebih-lebihan. Kualitas kata atau kalimat sangat bergantung
kepada cara pengucapannya. Kata yang sama namun di ucapkapkan dengan intonasi yang berbeda
akan memberikan dampak yang juga berbeda pada si penerima pesan. Dalam hal seks, kita harus
belajar untuk menghilangkan rasa risih dan takut ketika menjelaskannya pada anak.

 Jangan biarkan anak terkontaminasi pesan non verbal yang keliru hanya karena orang tua tidak
mampu mengikis keresahannya setiap kali membiacarakan seks. Sangat disarankan agar selaku
orang tua kita lebih dulu melepaskan diri dari semua persepsi seks dewasa yang erotis dan mesum
ketika menginformasikannya pada anak agar anak tidak menangkap pesan yang keliru.

 Hindari kemarahan yang negatif; Kemarahan negatif berarti marah dan menolak pertanyaan anak
melalui hardikan dan umpatan kata-kata kasar. Ini sangat berpengaruh buruk pada anak. Hindari
juga kebiasaan mengatakan pada anak bahwa seks itu dosa, kotor, dan tak pantas untuk dibicarakan.
Semua sikap negatif semacam ini akan menanamkan persepsi negatif tentang seks pada anak yang
pada akhirnya akan memicu timbulnya pemahaman keliru tentang seks. Tentu anda tidak ingin anak
Anda tumbuh dengan persepsi yang negatif tentang seks. Mari ajarkan mereka mengenai pendidikan
seks yang dimulai sejak usia dini.
Ada beberapa tips dalam memberikan pemahaman anak tentang seks antara lain:

 Menanamkan rasa malu, misalnya dengan membiasakan anak untuk ganti baju di tempat tertutup;
 Menanamkan jiwa maskulinitas pada anak laki-laki dan jiwa feminitas pada anak perempuan,
misalnya dengan berpakaian sesuai dengan jenis kelaminnya;
 Memisahkan tempat tidur mereka, terutama dengan saudara yang berjenis kelamin berbeda;
 Mengenalkan waktu berkunjung (meminta izin dalam 3 waktu), untuk menanamkan dan
menghormati privasi masing-masing saat berada di dalam kamar;
 Mendidik anak untuk menjaga pandangan matanya dari hal-hal yang mengandung unsur pornografi;
 Mengajari anak untuk menjaga kebersihan alat kelamin sekaligus juga mengajari anak tentang najis,
membiasakan anak buang air kecil pada tempatnya (toilet), dengan begitu anak akan terbiasa
mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Selain itu, secara tidak langsung mengajari anak untuk
tidak sembarangan mengizinkan orang lain membersihkan alat kelaminnya.
Pendidikan seks untuk anak-anak walaupun diberikan sejak dini juga harus memperhatikan
faktor usia dan tingkat pemahaman anak. Beri penjelasan dengan bahasa yang dimengerti oleh anak.
Pendidikan dapat diawali dengan mengenalkan identitas anak, mengenalkan perbedaan ciri-ciri
tubuh anak perempuan dan laki-laki. Selanjutnya jelaskan pada anak tentang bagian tubuh yang
tersembunyi, yang dianggap tabu untuk disebutkan namanya. Menjelaskan pada anak apa adanya
bukan berarti jorok. Memang tidak gampang memberikan penjelasan tersebut. Yang penting sesuai.
Yang tidak kalah penting adalah menciptakan hubungan yang baik dengan anak, dengan begitu anak
akan mudah menerima masukan dari orangtua, dan yang tidak ketinggalan adalah membina
hubungan kerjasama dengan pihak sekolah, dengan tujuan pergaulan anak di sekolah dapat
terpantau, dan tidak ada salahnya pendidikan seks untuk anak juga diadakan di sekolah.

Dengan demikian anak sudah mempunyai bekal untuk kehidupannya kelak ketika menginjak
masa remaja dengan menjaga dirinya sebaik mungkin. Selain itu anak menjadi tahu batasan dan
sebab akibat dari bahaya pergaulan bebas. Beberapa tahapan umur dan cara memberikan
pendidikan seks sesuai dengan tingkat usia anak anda.

A. Balita (1-5 tahun)

Pada usia ini, Anda bisa mulai menanamkan pendidikan seks. Caranya cukup mudah, yaitu
dengan mulai memperkenalkan kepada si kecil organ-organ seks miliknya secara singkat. Tidak perlu
memberi penjelasan detail karena rentang waktu atensi anak biasanya pendek. Misalnya saat
memandikan si kecil, Anda bisa memberitahu berbagai organ tubuh anak, seperti rambut, kepala,
tangan, kaki, perut, dan jangan lupa penis dan vagina atau vulva. Lalu terangkan perbedaan alat
kelamin dari lawan jenisnya, misalnya jika si kecil memiliki adik yang berlawanan jenis. Selain itu,
tandaskan juga bahwa alat kelamin tersebut tidak boleh dipertontonkan dengan sembarangan, dan
terangkan juga jika ada yang menyentuhnya tanpa diketahui orang tua, maka si kecil harus berteriak
keras-keras dan melapor kepada orang tuanya. Dengan demikian, anak-anak Anda bisa dilindungi
terhadap maraknya kasus kekerasan seksual dan pelecehan seksual terhadap anak.

B. Usia 3 - 10 tahun

Pada usia ini, anak biasanya mulai aktif bertanya tentang seks. Misalnya anak akan bertanya
dari mana ia berasal. Atau pertanyaan yang umum seperti bagaimana asal-usul bayi. Jawaban-
jawaban yang sederhana dan terus terang biasanya efektif. Contoh #1: "Bayi berasal dari mana?"
Anda bisa menjawab dari perut ibu. Atau Anda bisa tunjukkan seorang ibu yang sedang hamil dan
menunjukkan lokasi bayi di perut ibu tersebut. Contoh #2: "Bagaimana bayi keluar dari perut Ibu?"
Anda bisa menjawab bayi keluar dari lubang vagina atau vulva supaya bisa keluar dari perut ibu.
Contoh #3: "Mengapa bayi bisa ada di perut?" Anda bisa menjawab

bahwa bayi di perut ibu karena ada benih yang diberikan oleh ayah kepada ibu. Caranya
adalah ayah memasukkan benih tersebut menggunakan penis dan melalui vagina dari ibu. Itu yang
dinamakan hubungan seks, dan itu hanya boleh dilakukan oleh pria dan wanita yang telah menikah.

C. Usia Menjelang Remaja

Saat anak semakin berkembang, mulai saatnya Anda menerangkan mengenai haid, mimpi
basah, dan juga perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada seorang remaja. Anda bisa terangkan
bahwa si gadis kecil akan mengalami perubahan bentuk payudara, atau terangkan akan adanya
tumbuh bulu-bulu di sekitar alat kelaminnya.

D. Usia Remaja

Pada saat ini, seorang remaja akan mengalami banyak perubahan secara seksual. Anda perlu
lebih intensif menanamkan nilai moral yang baik kepadanya. Berikan penjelasan mengenai kerugian
seks bebas seperti penyakit yang ditularkan dan akibat-akibat secara emosi.

Diharapkan, pendidikan seks sejak dini akan menghindari kehamilan di luar pernikahan saat
anak-anak bertumbuh menjadi remaja dan saat dewasa kelak. Tidak perlu tabu membicarakan seks
dalam keluarga. Karena anak Anda perlu mendapatkan informasi yang tepat dari orang tuanya,
bukan dari orang lain tentang seks.

Karena rasa ingin tahu yang besar, jika anak tidak dibekali pendidikan seks, maka anak
tersebut akan mencari jawaban dari orang lain, dan akan lebih menakutkan jika informasi seks
didapatkan dari teman sebaya atau Internet yang informasinya bisa jadi salah. Karena itu, lindungi
anak-anak Anda sejak dini dengan membekali mereka pendidikan mengenai seks dengan cara yang
tepat.

Menurut Zulia Ilmawati, psikolog, pemerhati masalah anak dan remaja di antara pokok-
pokok pendidikan seks yang bersifat praktis, yang perlu diterapkan dan diajarkan kepada anak
adalah sebagai berikut:

1. Menanamkan rasa malu pada anak. Rasa malu harus ditanamkan kepada anak sejak dini. Jangan
biasakan anak-anak, walau masih kecil, bertelanjang di depan orang lain; misalnya ketika keluar
kamar mandi, berganti pakaian, dan sebagainya. Membiasakan anak perempuan sejak kecil
berbusana Muslimah menutup aurat juga penting untuk menanamkan rasa malu sekaligus mengajari
anak tentang auratnya.

2. Menanamkan jiwa maskulinitas pada anak laki-laki dan jiwa feminitas pada anak perempuan.
Secara fisik maupun psikis, laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan mendasar. Perbedaan
tersebut telah diciptakan sedemikian rupa oleh Allah. Adanya perbedaan ini bukan untuk saling
merendahkan, namun semata-mata karena fungsi yang berbeda yang kelak akan diperankannya.
Mengingat perbedaan tersebut, Islam telah memberikan tuntunan agar masing-masing fitrah yang
telah ada tetap terjaga. Islam menghendaki agar laki-laki memiliki

3. kepribadian maskulin, dan perempuan memiliki kepribadian feminin. Islam tidak menghendaki
wanita menyerupai laki-laki, begitu juga sebaliknya. Untuk itu, harus dibiasakan dari kecil anak-anak
berpakaian sesuai dengan jenis kelaminnya. Mereka juga harus diperlakukan sesuai dengan jenis
kelaminnya. Ibnu Abbas ra. berkata: Rasulullah saw. melaknat laki-laki yang berlagak wanita dan
wanita yang berlagak meniru laki-laki. (HR al-Bukhari).

3. Memisahkan tempat tidur mereka. Usia antara 7-10 tahun merupakan usia saat anak mengalami
perkembangan yang pesat. Anak mulai melakukan eksplorasi ke dunia luar. Anak tidak hanya
berpikir tentang dirinya, tetapi juga mengenai sesuatu yang ada di luar dirinya. Pemisahan tempat
tidur merupakan upaya untuk menanamkan kesadaran pada anak tentang eksistensi dirinya. Jika
pemisahan tempat tidur tersebut terjadi antara dirinya dan orangtuanya, setidaknya anak telah
dilatih untuk berani mandiri. Anak juga dicoba untuk belajar melepaskan perilaku lekatnya
(attachment behavior) dengan orangtuanya. Jika pemisahan tempat tidur dilakukan terhadap anak
dengan saudaranya yang berbeda jenis kelamin, secara langsung ia telah ditumbuhkan kesadarannya
tentang eksistensi perbedaan jenis kelamin.

4. Mengenalkan waktu berkunjung (meminta izin dalam 3 waktu). Tiga ketentuan waktu yang tidak
diperbolehkan anak-anak untuk memasuki ruangan (kamar) orang dewasa kecuali meminta izin
terlebih dulu adalah: sebelum shalat subuh, tengah hari, dan setelah shalat isya. Aturan ini
ditetapkan mengingat di antara ketiga waktu tersebut merupakan waktu aurat, yakni waktu ketika
badan atau aurat orang dewasa banyak terbuka (Lihat: QS al-Ahzab [33]: 13). Jika pendidikan
semacam ini ditanamkan pada anak maka ia akan menjadi anak yang memiliki rasa sopan-santun
dan etika yang luhur.

5. Mendidik menjaga kebersihan alat kelamin. Mengajari anak untuk menjaga kebersihan alat
kelamin selain agar bersih dan sehat sekaligus juga mengajari anak tentang najis. Anak juga harus
dibiasakan untuk buang air pada tempatnya (toilet training). Dengan cara ini akan terbentuk pada
diri anak sikap hati-hati, mandiri, mencintai kebersihan, mampu menguasai diri, disiplin, dan sikap
moral yang memperhatikan tentang etika sopan santun dalam melakukan hajat.

6. Mengenalkan mahram-nya. Tidak semua perempuan berhak dinikahi oleh seorang laki-laki. Siapa
saja perempuan yang diharamkan dan yang dihalalkan telah ditentukan oleh syariat Islam.
Ketentuan ini harus diberikan pada anak agar ditaati. Dengan memahami kedudukan perempuan
yang menjadi mahram, diupayakan agar anak mampu menjaga pergaulan sehari-harinya dengan
selain wanita yang bukan mahram-nya. Inilah salah satu bagian terpenting dikenalkannya kedudukan
orang-orang yang haram dinikahi dalam pendidikan seks anak. Dengan demikian dapat diketahui
dengan tegas bahwa Islam mengharamkan incest, yaitu pernikahan yang dilakukan antar saudara
kandung atau mahram-nya. Siapa saja mahram tersebut, Allah Swt telah menjelaskannya dalam
surat an-Nisa’ (4) ayat 22-23.

7. Mendidik anak agar selalu menjaga pandangan mata. Telah menjadi fitrah bagi setiap manusia
untuk tertarik dengan lawan jenisnya. Namun, jika fitrah tersebut dibiarkan bebas lepas tanpa
kendali, justru hanya akan merusak kehidupan manusia itu sendiri. Begitu pula dengan mata yang
dibiarkan melihat gambar-gambar atau film yang mengandung unsur pornografi. Karena itu, jauhkan
anak-anak dari gambar, film, atau bacaan yang mengandung unsur pornografi dan pornoaksi.

8. Mendidik anak agar tidak melakukan ikhtilât. Ikhtilât adalah bercampur-baurnya laki-laki dan
perempuan bukan mahram tanpa adanya keperluan yang diboleh-kan oleh syariat Islam. Perbuatan
semacam ini pada masa sekarang sudah dinggap biasa. Mereka bebas mengumbar pandangan, saling
berdekatan dan bersentuhan; seolah tidak ada lagi batas yang ditentukan syariah guna mengatur
interaksi di antara mereka. Ikhtilât dilarang karena interaksi semacam ini bisa menjadi mengantarkan
pada perbuatan zina yang diharamkan Islam. Karena itu, jangan biasakan anak diajak ke tempat-
tempat yang di dalamnya terjadi percampuran laki-laki dan perempuan secara bebas.

9. Mendidik anak agar tidak melakukan khalwat. Dinamakan khalwat jika seorang laki-laki dan wanita
bukan mahram-nya berada di suatu tempat, hanya berdua saja. Biasanya mereka memilih tempat
yang tersembunyi, yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Sebagaimana ikhtilât, khalwat pun
merupakan perantara bagi terjadinya perbuatan zina. Anak-anak sejak kecil harus diajari untuk
menghindari perbuatan semacam ini. jika bermain, bermainlah dengan sesama jenis. Jika dengan
yang berlainan jenis, harus diingatkan untuk tidak ber-khalwat.

10. Mendidik etika berhias. Berhias, jika tidak diatur secara islami, akan menjerumuskan seseorang
pada perbuatan dosa. Berhias berarti usaha untuk memperindah atau mempercantik diri agar bisa
berpenampilan menawan. Tujuan pendidikan seks dalam kaitannya dengan etika berhias adalah agar
berhias tidak untuk perbuatan maksiat.

11. Ihtilâm dan haid. Ihtilâm adalah tanda anak laki-laki sudah mulai memasuki usia balig. Adapun
haid dialami oleh anak perempuan. Mengenalkan anak tentang ihtilâm dan haid tidak hanya sekadar
untuk bisa memahami anak dari pendekatan fisiologis dan psikologis semata. Jika terjadi ihtilâm dan
haid, Islam telah mengatur beberapa ketentuan yang berkaitan dengan masalah tersebut, antara lain
kewajiban untuk melakukan mandi. Yang paling penting, harus ditekankan bahwa kini mereka telah
menjadi Muslim dan Muslimah dewasa yang wajib terikat pada semua ketentuan syariah. Artinya,
mereka harus diarahkan menjadi manusia yang bertanggung jawab atas hidupnya sebagai hamba
Allah yang taat.

Kesimpulan

Pemahaman pendidikan seks di usia dini ini diharapkan anak agar anak dapat memperoleh
informasi yang tepat mengenai seks. Hal ini dikarenakan adanya media lain yang dapat mengajari
anak mengenai pendidikan seks ini, yaitu media informasi. Sehingga anak dapat memperoleh
informasi yang tidak tepat dari media massa terutama tayangan televisi yang kurang mendidik.
Dengan mengajarkan pendidikan seks pada anak, diharapkan dapat menghindarkan anak dari risiko
negatif perilaku seksual maupun perilaku menyimpang. Dengan sendirinya anak diharapkan akan
tahu mengenai seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum,
agama, dan adat istiadat, serta dampak penyakit yang bisa ditimbulkan dari penyimpangan tersebut.

Tingginya kasus kekerasan seksual pada anak (child abuse) yang dilakukan oleh orang-orang
terdekat anak termasuk keluarga menunjukkan pentingnya pemahaman akan pendidikan seks usia
dini. Masalah pendidikan seks kurang diperhatikan orang tua pada masa kini sehingga mereka
menyerahkan semua pendidikan termasuk pendidikan seks pada sekolah.. Padahal yang
bertanggungjawab mengajarkan pendidikan seks di usia dini adalah orang tua, sedangkan sekolah
hanya sebagai pelengkap dalam memberikan informasi kepada si anak. Peranan orang tua, terutama
ibu sangat strategis dalam mengenalkan pendidikan seks sejak dini kepada anak-anak mereka.

Diposting oleh Deska Mudina di 17.43

Pendidikan Seks ( artikel PPKN )

ABSTRAK

Anak adalah wujud dari kepolosan dunia. Ketidaktahuan anak tentang seks sering kali
menjadi alasan pelecehan oleh orang dewasa. Anak memandang seks sebagai sesuatu yang
tabu atau vulgar. Berdasar fakta kasus semakin meningkat karena anak tidak mendapat
pendidikan seks dengan jelas. Pendidikan seks pada anak usia dini mungkin merupakan
solusi. Akan tetapi anak mungkin belum bisa menerima secara mental. Tak jarang anak lebih
condong ke pikira joroknya dari pada efek yang dia dapat ketika dia mengerti apa itu seks.
Dalam perkembangan bahasapun kata seks malah disalah artikan menjadi hal yang tabu.
Anak harus mendapatkan pendidikan seks yang sesuai dengan umurnya. Secara psikologi
anak sangat membutuhkan bimbingan orang dewasa untuk mengerti definisi seks secara
layak, karena anak masih belum bisa selektif kepada setiap informasi yang didapat. Pengajar
maupun orang tua mampu mengikuti langkah proses konsuling ketika menerangkan kepada
anak. Ada banyak hal yang harus dihindari ketikan menerangkan kepada anak. Itu
dikarenakan anak masih awam dalam hal itu. Keterbukaan orang tua sangat penting demi
kemajuan dan keselamatan anak dari gagap seks. Pendidikan seks adalah upaya pengajaran,
penyadaran, dan pemberian informasi tentang masalah seksual. Informasi yang diberikan di
antaranya pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi dengan menanamkan moral, etika,
komitmen, agama agar tidak terjadi "penyalahgunaan" organ reproduksi tersebut. Pendidikan
seks itu sangat penting diberikan sejak dini. Pengetahuan tentang seks pada anak-anak dapat
mencegah terjadinya penyimpangan seksual pada anak. Pendidikan seks pada anak juga dapat
mencegah agar anak tidak menjadi korban pelecehan seksual, dengan dibekali pengetahuan
tentang seks, mereka menjadi mengerti perilaku mana yang tergolong pelecehan seksual.
Selanjutnya, pengetahuan tentang seks juga dapat mencegah anak-anak mencoba-coba hal-hal
yang seharusnya belum boleh mereka lakukan karena ketidaktauannya.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketika kita mendengar kata seks apa yang terpikir di benak kita? Pornografi, vulgar,
menjijikkan dll. Memang sebagian besar masyarakat menganggap membicarakan seks itu
adalah sesuatu hal yang tabu dan tak layak dibicarakan. Ketika anak kita bertanya soal
seksualitasnya pasti kita dengan cepat akan mengalihkannya dan akan mengatakan “ehhhhh
tidak baik ngomong gitu, masih kecil nanti kalo sudah besar kan tau sendiri”. Sikap seperti
itulah yang salah, karena anak memiliki rasa ingin tahu tentang banyak hal, bila kita sebagai
orang tua tidak bisa mengarahkan dengan baik, tidak bisa memberikan informasi yang jelas
cenderung mereka akan mencari informasi dari orang lain dan teman-temannya, informasi
tersebut belum tentulah informasi yang baik.
Sedikit sekali masyarakat terutama orang tua yang peduli akan pendidikan seks dan
menempatkan bahwa seks adalah sesuatu yang penting. Bahkan banyak orang tua yang tidak
memberikan pendidikan seks pada anak, dengan alasan anak akan tabu dengan sendirinya.
Selama ini seks identik dengan orang dewasa saja.
Membahas masalah seks pada anak memang tidak mudah. Namun, mengajarkan
pendidikan seks pada anak harus diberikan agar anak tidak salah melangkah dalam hidupnya.
Pendidikan seks wajib diberikan orangtua pada anaknya sedini mungkin. Tepatnya dimulai
saat anak usia 3-4 tahun, karena pada usia ini anak sudah bisa melakukan komunikasi dua
arah dan dapat mengerti mengenai organ tubuh mereka dan dapat pula dilanjutkan
pengenalan organ tubuh internal. Pendidikan seks untuk anak usia dini berbeda dengan
pendidikan seks untuk remaja. Pendidikan seks untuk remaja lebih pada seputar gambaran
biologi mengenai seks dan organ reproduksi, masalah hubungan, seksualitas, kesehatan
reproduksi serta penyakit menular seksual, sedangkan pada anak usia dini lebih pada
pengenalan peran jenis kelamin dan pengenalan anatomi tubuh secara sederhana.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Seks

Pendidikan adalah suatu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
latihan, proses, perbuatan dan cara mendidik.[1] Sedangkan istilah seks dalam pengertian
sempit berarti kelamin. Adapun menurut para ahli adalah sebagai berikut :
Mugi Kasim mengartikan seks sebagai sumber rangsangan baik dari dalam maupun
luar yang mempengaruhi tingah laku syahwat yang bersifat kodrati.[2]
Syamsudin mendefinisikan pendidikan seks sebagai usaha untuk membimbing
seseorang agar dapat mengerti benar-benar tentang arti kehidupan seksnya, sehingga dapat
mempergunakannya dengan baik selama hidupnya.[3]
Dr. A.Nasih Ulwan menyebutkan bahwa pendidikan seks adalah upaya pengajaran
penyadaran dan penerangan tentang masalah-masalah seks yang diberikan kepada anak agar
ia mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri dan pekawinan, sehingga
jika anak telah dewasa dan dapat memahami unsur-unsur kehidupan ia telah mengetahui
masalah-masalah yang dihalalkan dan diharamkan bahkan mampu menerapkan tingkah laku
islami sebagi akhlak, kebiasaan, dan tidak mengikuti syahwat maupun cara-cara
hedonistic.[4]
B. Mengapa Pendidikan Seks Penting Pada Anak?

Maraknya kasus kekerasan seksual yang terjadi belakangan ini tidak lagi hanya
mengancam para anak-anak dan remaja yang rentan terhadap informasi yang salah mengenai
seks. Meningkatnya kasus kekerasan merupakan bukti nyata kurangnya pengetahuan anak
mengenai pendidikan seks yang seharusnya sudah mereka peroleh dari tahun pertama oleh
orang tuanya. Pendidikan seks menjadi penting mengingat banyaknya kasus-kasus yang
terjadi mengenai tindak kekerasan seksual terhadap anak dan remaja.
Hasil penelitian yang dikutip dari sebuah Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan
mengenai Pendidikan Seks pada Usia Dini oleh Moh. Roqib menunjukkan bahwa 97,05%
mahasiswa di Yogyakarta telah kehilangan keperawanannya.[5] Nyaris 100% atau secara
matematis bisa disepadankan dengan 10 gadis dari 11 gadis sudah tidak perawan yang
diakibatkan oleh hubungan seksual. Fakta yang sangat memprihatinkan melihat kondisi
remaja saat ini yang tengah terancam dalam mempertahankan kesucian dirinya baik karena
paksaan atau karena sama-sama suka saat melakukannya (free sex). Hal ini menunjukkan
bahwa perlunya pendidikan seks untuk diberikan sejak usia dini guna memberikan informasi
dan mengenalkan kepada anak bagaimana ia harus menjaga dan melindungi organ tubuhnya
dari orang yang berniat jahat terhadap dirinya.
C. Tujuan Pendidikan Seks Pada Anak

Tujuan pendidikan seks sesuai usia perkembangan pun berbeda-beda. Seperti pada
usia balita, tujuannya adalah untuk memperkenalkan organ seks yang dimiliki, seperti
menjelaskan anggota tubuh lainnya, termasuk menjelaskan fungsi serta cara melindunginya.
Jika tidak dilakukan lebih awal maka ada kemungkinan anak akan mendapatkan banyak
masalah seperti memiliki kebiasaan suka memegang alat kemaluan sebelum tidur, suka
memegang payudara orang lain atau masalah lainnya.
Untuk usia sekolah mulai 6-10 tahun bertujuan memahami perbedaan jenis kelamin
(laki-laki dan perernpuan), menginformasikan asal-usul manusia, membersihkan alat genital
dengan benar agar terhindar dari kuman dan penyakit.
Sedangkan usia menjelang remaja, pendidikan seks bertujuan untuk menerangkan
masa pubertas dan karakteristiknya, serta menerima perubahan dari bentuk tubuh.
Jadi secara garis besarnya pendidikan seks diberikan sejak usia dini (dan pada usia
remaja) dengan tujuan sebagai berikut:[6]
1. Membantu anak mengetahui topik-topik biologis seperti pertumbuhan, masa puber, dan
kehamilan
2. Mencegah anak-anak dari tindak kekerasan.
3. Mengurangi rasa bersalah, rasa malu, dan kecemasan akibat tindakan seksual.
4. Mencegah remaja perempuan di bawah umur dari kehamilan.
5. Mencegah remaja di bawah umur terlibat dalam hubungan seksual Mengurangi kasus infeksi
melalui seks.
6. Membantu anak muda yang bertanya tentang peran laki-laki dan perempuan di masyarakat.

D. Pendidikan Seks Berdasarkan Usia

1. Umur 3-5 tahun


Pada rentang umur ini, mengajarkan mengenai organ tubuh dan fungsi masing-masing organ
tubuh, jangan ragu juga untuk memperkenalkan alat kelamin si kecil. Saat yang paling tepat
untuk mengajarkannya adalah di saat sedang memandikannya. Diharapkan untuk hindari
penyebutan yang dianggap tidak sopan di masyarakat untuk menyebut alat kelamin yang
dimilikinya. Misalkan seperti vagina atau penis, jangan diistilahkan dengan kata lain seperti
“apem” atau “burung”. Anda tidak perlu membahas terlalu detail mengenai jenis kelamin
anak Anda atau mengajarkannya dalam kondisi belajar yang serius.
Ajarkan juga kepada anak bahwa seluruh tubuhnya, termasuk alat kelaminnya, adalah milik
pribadinya yang harus dijaga baik-baik. Dengan demikian, anak harus diajarkan untuk tidak
menunjukkan kelaminnya secara sembarangan. Tekankan kepada mereka bahwa mereka
memiliki hak dan bisa saja menolak pelukan atau ciuman dan segala macam bentuk kasih
sayang yang dinyatakan melalui sentuhan fisik. Hal ini menjadi penting, karena disukai atau
tidak, banyak pelaku pelecehan seksual adalah orang-orang yang dekat dengan kehidupan si
anak. Orang tua juga diharapkan untuk tidak memaksa seorang anak untuk memeluk atau
mencium orang lain jika dia tidak menginginkannya agar si anak bisa belajar untuk
menyatakan penolakannya.
2. Umur 6 - 9 tahun
Di rentang umur ini, si kecil diajarkan mengenai apa saja yang harus dilakukan untuk
melindungi dirinya sendiri. Orang tua bisa mengajarkan anak menolak untuk membuka
pakaian bahkan jika ada imbalan sekalipun atau menolak diraba alat kelaminnya oleh
temannya. Selain itu, di rentang umur ini, Anda bisa menggunakan hewan tertentu yang
tumbuh dengan cepat dan terlihat jelas perbedaan jenis kelaminnya (seperti: anak ayam) di
saat bertumbuh dewasa untuk mengajarkan mengenai perkembangan alat reproduksi. Ajaklah
anak anda untuk turut mengamati perkembangannya. Jika mereka tidak terlalu
memperhatikan hingga detail terkecil, Anda bisa berikan informasi lebih lanjut nanti sembari
menekankan bahwa alat kelamin mereka juga akan berubah seiring mereka bertumbuh
dewasa nanti. Orang tua harus memperhatikan suasana hati anak agar saat menyampaikan
materi seksualitas, si anak tidak merasa terpojokkan, malu, bodoh, ataupun menjadi terlalu
liar dalam menyikapi seks.
3. Umur 9 - 12 tahun
Berikan informasi lebih mendetail apa saja yang akan berubah dari tubuh si anak saat
menjelang masa puber yang cenderung untuk berbeda-beda di setiap individu. Ajarkan
kepada anak bagaimana menyikapi menstruasi ataupun mimpi basah yang akan mereka alami
nanti sebagai bagian normal dari tahap perkembangan individu. Pada umur 10 tahun, sebelum
menjelang masa puber, Anda sudah bisa memulai topik mengenai kesehatan alat kelamin.
Pastikan juga pada anak Anda, jika dia mengikuti semua peraturan kesehatan ini, maka
mereka tak perlu banyak khawatir.
4. Umur 12 - 14 tahun
Dorongan seksual di masa puber memang sangat meningkat, oleh karena itu, orang tua
sebaiknya mengajarkan apa itu sistem reproduksi dan bagaimana caranya bekerja. Penekanan
terhadap perbedaan antara kematangan fisik dan emosional untuk hubungan seksual juga
sangat penting untuk diajarkan. Beritahukan kepada anak segala macam konsekuensi yang
ada dari segi biologis, psikologis, dan sosial jika mereka melakukan hubungan seksual. Orang
tua selain mengajarkan keterbukaan komunikasi dengan anak terutama dalam membicarakan
seksualitas, juga perlu menambahkan keuntungan menghindari aktivitas seksual terlalu dini
sebelum mencapai masa dewasa.
Hindari penggunaan kata-kata yang menghakimi remaja agar ia tidak merasa ragu,
takut, enggan ataupun marah saat membicarakan pengalaman seksual mereka. Jika orang tua
merasa agak berat untuk membicarakan topik-topik seksual dengan anak, orang tua bisa
meminta bantuan psikolog atau konselor untuk memberikan pendidikan seksual kepada anak
dan membantu orang tua merasa nyaman membicarakan topik ini.[7]

E. Pendidikan Seks pada Anak dalam Pendidikan Agama Islam

Pokok-pokok pendidikan seks pada anak dalam Pendidikan Agama Islam meliputi beberapa
hal :[8]
1. Menanamkan jiwa maskulin dan feminim
Kesadaran tentang perbedaan hakiki dalam penciptaan manusia secara berpasangan laki-laki
dan perempuan karena hal tersebut akan sangat berguna bagi pergaulannya. Pembentukan
jiwa feminism pada wanita dan maskulin pada laki-laki dapat dilakukan dengan pemberian
peran kepada anak sesuai dengan jenis kelaminnya. Dengan memberikan tugas sesuai dengan
jenis kelaminnya, seseorang akan menjadi laki-laki atau wanita sejati.[9]
2. Mendidik menjaga pandangan mata
Di samping penerapan etika memandang, hendaknya kepada anak dijelaskan pula mengenai
batasan aurat dan muhrim bagi dirinya. Aurat merupakan anggota tubuh yang yang harus
ditutupi dan tidak boleh dilihat atau diperlihatkan kepada orang lain.[10]
3. Mengenalkan mahrom-mahromnya
Mencegah anak bergaul secara bebas dengan teman-teman yang berlawanan jenis denga
memberikan batasan-batasan tertentu bertujuan agar anak mampu memahami etika bergaul
dalam islam mampu membedakan antara muhrim dengan yang bukan muhrim sehingga
pemahaman tersebut akan selalu melekat di hati dan menjadi self control pada waktu anak
memasuki usia remaja.[11]
4. Mendidik cara berpakaian dan berhias
Hendaknya anak dibiasakan untuk senantiasa mengenakan pakaian islami, model-model
pakaian yang baik, serta meluruskan konsep-konsep mengenai model pakaian pada diri anak,
agar mereka tidak terjerumus pada konsep model pakaian barat yang lebih menonjolkan
erotikannya.

5. Mendidik cara menjaga kebersihan kelamin


Bimbingan praktis mengenai adab istinja’, adab mandi, dan adab wudhu dimaksudkan agar
anak secaran langsung belajar membersihkan diri, belajar membersihkan alat kelaminya, dan
belajar mengenali dirinya.
6. Memberikan pengertian tentang ikhtilam dan haidh
Pengertian tentang ikhtilam dan haid sebaiknya diberikan dan difahami oleh anak sebelum ia
benar-benar mengalaminya, agar dalam perkembangan seksualnya dapat berjalan secara
wajar dan tidak ada beban-beban kejiwaan. Lebih dari itu agar anak dapat menjalankan
ketentuan syar’i yang telah mulai berlaku bagi dirinya.
7. Pemisahan tempat tidur
Memisahkan tempat tidur anak laki-laki dan perempuan bertujuan agar mereka mampu
memahami dan menyadari tentang eksistensi perbedaan antara laki-laki dan perempuan,
terbiasa menghindari pergaulan bebas antar jenis kelamin yang berbeda.

F. Metode Pendidikan Seks pada Anak dalam Pendidikan Agama Islam

Metode yang efektif dalam menyampaikan pendidikan seksual kepada anak antara
lain sebagai berikut:
1. Metode pembiasaan
Metode pembiasaan bisa diterapkan dalam pendidikan seks melalui cara membiasakan anak
agar menjaga pandangan mata dari hal-hal yang berbau porno, membiasakan anak tidur
terpisah dengan orang tuanya, membiasakan anak menjaga kebersihan alat kelaminnya,
membiasakan anak untuk tidak berkhalwat dengan lawan jenisnya tanpa didampingi
muhrimnya dimulai dengan hal kecil misalnya, pemisahan tempat duduk di kelas, serta
membiasakan anak berpakaian dan berhias sesuai dengan ajaran islam.[12]

2. Metode keteladanan
Metode pemberian contoh yang baik (Uswatun khasanah) terhadap anak-anak yang belum
begitu kritis akan banyak mempengaruhi tingkah laku sehari-harinya. Dalam pendidikan seks
anak harus diberikan keteladanan dalam pergaulan, berpakaian, serta dalam peribadatan. Apa
yang disampaikan guru akan lebih mudah diserap oleh peserta didik jika dibarengi dengan
upaya pemberian keteladanan dan contoh yang nyata terhadap siswa.
3. Metode pemberian hadiah dan hukuman
Dalam pendidikan seks, metode pemberian hadiah dan hukuman dapat diterapkan dalam
rangka menanamkan aturan-aturan islami menyangkut masalah ibadah dan etika, khususnya
etika seksual. Bagi anak yang telah mematuhi aturan yang dicanangkan kepada mereka,
mereka berhak mendapat hadiah meskipun hanya sanjungan dan pujian. Namun apabila
melanggar, mereka harus diberi hukuman meskipun hanya berupa teguran.
4. Metode Tanya jawab dan dialog
Metode Tanya jawab dan dialog sangat bermanfaat dalam menanamkan dasar-dasar
pendidikan seks pada anak, sebab salah satu naluri anak yang paling umum adalah selalu
ingin tahu terutama dalam hal-hal yang menarik perhatiannya. Metode tanya jawab tidak
hanya dilakukan di kelas, tetapi juga dapat dilakukan di luar kelas. Guru sebaiknya memberi
kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan sharing tentang hal-hal yang diluar
akademis, tentang permasalahan aktual seputar permasalahan remaja dan pendidikan seks.
5. Metode pengawasan
Anak hendaknya diberikan pengawasan agar senantiasa menutup aurat dan memberikan
pengertian mengenai bahaya yang timbul akibat aurat terlihat orang lain. Anak juga perlu
diawasi dalam pergaulannya agar terhindar dari pergaulan bebas dengan tujuan agar anak
mampu memahami etika bergaul dalam islam.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan seks diartikan sebagai usaha untuk membimbing seseorang agar dapat
mengerti benar tentang arti kehidupan seksnya, sehingga dapat mempergunakannya dengan
baik selama hidupnya. Pokok-pokok pendidikan seks pada anak dalam Pendidikan Agama
Islam meliputi beberapa hal, yaitu menanamkan jiwa maskulin dan feminism, mendidik
menjaga pandangan mata, mengenalkan mahrom-mahromnya, memberikan pengertian
tentang ikhtilam dan haidh, serta mendidik cara menjaga kebersihan kelamin. Adapun metode
yang dapat digunakan adalah metode pembiasaan, metode keteladanan, metode pemberian
hadiah dan hukuman, metode tanya jawab dan dialog, serta metode pengawasan.

B. Saran

Pendidikan seks sangat penting untuk diberikan sedini mungkin kepada anak. Namun
hal ini tidak semata-mata menjadi beban dan tanggung jawab bagi orang tua saja, namun juga
menjadi tanggung jawab guru sebagai orang tua kedua bagi anak. Pandidikan seks ini dapat
diberikan sesuai dengan tingkat perkembangan anak, mulai dari hal yang sifatnya sederhana
hingga pada hal yang sifatnya kompleks. Orang tua, guru, dan masyarakat memikul tanggung
jawab bersama dalam mendidik generasi muda agar mereka dapat memperoleh penjelasan
dan informasi tentang seks serta menegakan nilai-nilai manusiawi terhadap seks tersebut dan
dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
DAFTAR PUSTAKA

Madani, Yusuf. Pendidikan Seks untuk Anak dalam Islam : Panduan bagi Orang Tua, Guru,
Ulama, dan Kalangan Lainnya. Penerjemah: Irwan Kurniawan. 2003. Jakarta: Pustaka Zahra

M. Kasim Mugi Amin. Kiat Selamatkan Cinta. 1997. Yogyakarta: Titian Ilahi Press

Syamsudin, Pendidikan Kelamin dalam Islam, 1985. Solo: Ramadhani.

Nasikh ulwan, Pendidikan Seks, 1996. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Suraji, Pendidikan Seks bagi Anak, 2008. Yogyakarta: Pustaka Fahima.

Moh. Roqib. Pendidikan Seks pada Anak Usia Dini. Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan.
Vol. 13 No. 2. P3M STAIN Purwokerto.

http://ruangpsikologi.com/memberikan-pendidikan-seks-yang-sesuai-dengan-umur-anak/

Pendidikan Seks Untuk Anak Dalam Islam. http://ratuhati.com/index.php.

[1] Madani, Yusuf. Pendidikan Seks untuk Anak dalam Islam : Panduan bagi Orang Tua, Guru, Ulama, dan
Kalangan Lainnya. Penerjemah: Irwan Kurniawan. Jakarta: Pustaka Zahra. 2003, hlm 23
[2] M. Kasim Mugi Amin, Kiat Selamatkan Cinta, Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997, hlm. 38
[3] Syamsudin, Pendidikan Kelamin dalam Islam, Solo: Ramadhani, 1985, hlm. 14
[4] Nasikh ulwan, Pendidikan Seks, Bandung: remaja Rosda Karya, 1996, hlm. 72

[5]Moh. Roqib. Pendidikan Seks pada Anak Usia Dini. Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan. Vol. 13 No. 2.
P3M STAIN Purwokerto, hlm. 2.

[6] Moh. Roqib, Op. Cit, hlm. 5.


[7] http://ruangpsikologi.com/memberikan-pendidikan-seks-yang-sesuai-dengan-umur-anak/,diakses 30
Desember 2015, Jam 12.08 WIB.
[8] Pendidikan Seks Untuk Anak Dalam Islam. http://ratuhati.com/index.php.Diakses 30 Desember 2015. Jam
11: 45 WIB.
[9] Suraji, Pendidikan Seks bagi Anak, (Yogyakarta: Pustaka fahima, 2008), hlm. 132
[10] Nasikh Ulwan, Op. Cit., hlm.17
[11] Suraji, Op. Cit., hlm. 143.
[12] Suraji, Op. Cit., hlm. 168
Diposkan oleh Ganda Rusman Maulana Zebua di 9:49:00 AM

Baumbich, Charlene Ann. 2003. 365 Cara Menjalin Keakraban dengan Anak. Jakarta : Pustaka
Tangga
http://edukasi.kompasiana.com/2014/03/01/pentingnya-mengenalkan-pendidikan-seks-sejak-usia-
dini-635624.html
http://health.detik.com/read/2010/04/03/162239/1331267/764/pentingnya-pendidikan-seks-pada-
anak-kebutuhan-khusus

http://ruangpsikologi.com/memberikan-pendidikan-seks-yang-sesuai-dengan-umur-anak/

http://www.frisianflag.com/id/ruang-media/liputan-media/4669-pentingnya-pendidikan-seks-pada-
anak

http://www.referensimakalah.com/2012/11/definisi-seks-dan-seksualitas.html

Moh. Roqib. 2008. Pendidikan Seks pada Anak Usia Dini. Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan.
Vol. 13 No. 2. P3M STAIN Purwokerto.

Pr, P.Suwita. 1992. Kesulitan-kesulitan dalam Pendidikan Seks. Malang :Dioma

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam perkembangan remaja selalu disertai dengan keinginan untuk
mengetahui lebih lanjut tentang seks. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan kelenjar-
kelenjar seks bagi remaja, merupakan bagian integral dari pertumbuhan dan perkembangan
jasmani secara menyeluruh. Akan tetapi, banyak remaja yang mensalah gunakan
perkembangan tersebut ke jalan yang tidak semestinya, sehingga banyak kasus free sex dalam
pergaulan bebas remaja yang terkadang timbul perkelahian, bunuh diri dan sebagainya
terhadap hal tersebut. Apa lagi hal ini di dukung dengan adanya kemajuan teknologi
informasi yang membuat orang bisa berkomunikasi dari mana saja dan informasi dapat
tersebar dengan sangat cepat. Selain itu teknologi informasi juga membawa dampak negatif
pada jenis informasi yang berisi pornografi yang mendorong banyak pihak untuk melakukan
kemaksiatan. Saat ini, melalui situs internet atau VCD porno, orang dengan mudah dapat
mengakses hal-hal yang dulu sangat sulit didapat, termasuk pada para remaja yang belum
memiliki nilai agama dan moralitas yang kokoh sehingga mereka cenderung ingin mencoba
apa yang dilihatnya.
Pada masa sekarang akibat kurangnya anggota masyarakat mendapat pendidikan seks,
mengakibatkan mereka melakukan seks bebas (free sex) yang akibatnya banyak penyakit
yang tidak ada obatnya. Misalnya penyakit herpes yang dulu dikenal sebagai penyakit kotor
pada orang miskin saja. Akan tetapi yang sekarang dikenal dengan pergaulan free sex. Herpes
menyalar melalui ciuman, berpegangan dan permainan alat kelamin bersama dan
persetubuhan. Terdapat gatal-gatal pada pinggang sampai saat ini belum ada obatnya.
Selanjutnya, dari hasil penelitian, tercatat bahwa sekitar 20 % pelaku aborsi di Indonesia
berasal dari kelompok remaja. Bahkan yang lebih tragis lagi, jumlah pelaku aborsi ini
semakin meningkat dari tahun ketahun. Dan bahkan jumlah korban aborsi yang meninggal
dunia pun juga kian memperlihatkan grafik menanjak setiap tahunnya. Hal ini menandakan
bahwa, gaya berpacaran dan prilaku hidup seks bebas dikalangan remaja saat ini sudah masuk
ketahap amat memprihatinkan.
Cukup banyak faktor yang mendorong para remaja melakukan hal itu yang jelas-jelas
bertentangan dengan etika dan norma-norma terlebih agama. Maka salah satu faktornya ialah
telah kian merasuknya budaya asing atau galaknya westternisasi mempengaruhi budaya timur
yang selama ini sangat menjunjung tinggi nilai adab dan kesopanan serta menghormati nilai-
nilai dan norma-norma adat dan agama. Yang sangat menyedihkan lagi menurut penulis ialah
orang tua malah ikut-ikutan pula dengan cara mentolerir anak-anaknya untuk bergaul dengan
teman lawan jenisnya dengan mengatakan “mau bagaimana lagi sudah perkembangan
zaman”. Padahal perkembangan zaman tidak mesti harus 100 % untuk di ikuti, tetapi harus
ada pemilahan-pemilahan atau penyaringan-penyaringan yang harus dilakukan oleh seorang
anak serta orang tua.
Pendidikan seks bagi remaja sering kali dianggap sebagai sesuatu yang tabu, terutama
di negara dengan budaya timur seperti Indonesia. Pengetahuan mengenai masalah seks yang
seharusnya bersumber dari orang tua, tidak tersampaikan dengan baik. Akibatnya, banyak
remaja yang notabene sedang mengalami baik perubahan fisik maupun hormon berusaha
mencari tahu sendiri melalui berbagai sumber. Sayangnya, sebagian besar remaja memilih
sumber informasi yang salah dan kurang bisa dipertanggungjawabkan, seperti internet dan
media-media porno yang saat ini mudah diakses. Hal tersebut menyebabkan informasi serta
interpretasi yang didapat seringkali salah, tidak tepat sasaran, bahkan berakibat buruk.
Ketidaktahuan remaja mengenai seks akan menggiring mereka kepada perasaan ingin
mencoba-coba hal baru. Oleh karena itu, pendidikan seks sangat penting untuk diberikan,
mengingat pada saat remaja terjadi proses puberitas sehingga mereka mengalami dorongan
seks yang dipengaruhi hormon yang sedang meledak-ledak. Jika pendidikan seks tidak
diberikan saat anak menginjak masa remaja, maka akan berdampak negatif, tidak hanya
kurang pahamnya mereka mengenai dampak dari perilaku seks yang mereka lakukan, namun
juga tidak siapnya mereka menanggup akibat dari kegiatan seks tersebut. Remaja yang hamil
di luar nikah, tingkat aborsi yang tinggi, serta penyakit kelamin merupakan akibat dari
kurangnya pendidikan seks bagi remaja.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah pengertian pendidikan seks.
Selain itu juga tentang pentingnya pendidikan seks yang di kalangan remaja dan hukum
islamnya.

1.3 Tujuan
Pembuatan makalah dimaksudkan untuk memberikan informasi serta penjelasan
kepada pembaca mengenai hal-hal berikut :
a. Apa pengertian pendidikan seks.
b. Pentingnya pendidikan seks di kalangan remaja dan hukum islamnya.
c. Mengapa pendidikan seks itu penting.

1.4 Manfaat
Makalah ini dibuat dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak
yang membacanya, khususnya :
a) Penulis, penulis mendapatkan banyak pengetahuan selama proses pembuatan makalah ini
dan diharapkan penulis dapat membuat makalah yang lebih baik lagi di waktu yang akan
datang.
b) Orang tua, orang tua diharapkan dapat menyadari perannya sebagai pengajar dan pendidik
dirumah dan seberapa besar pengaruh lingkungan keluarga terhadap pendidikan seks.
c) Mahasiswa, mahasiswa diharapkan dapat mendapatkan banyak pengetahuan dari makalah ini
sehingga busa memahami maksud dari materi yang di sampaikan.
d) Dosen, dosen diharapkan dapat lebih sabar, ulet, serta disiplin dalam membimbing
mahasiswanya, karena dosen sangat berperan dalam proses pembelajaran mengenai materi ini
sehingga tidak adanya kekeliruan dan penyampaian dan pembuatan makalah ini.
1.5 Metode Penelitian
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam pembuatan makalah ini, yaitu :
Studi pustaka, yaitu dengan mengambil data dari internet untuk mendapatkan informasi dan
data yang relevan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan Seks (Sex Education)


Pendidikan seks (sex education) adalah suatu informasi mengenai persoalan
seksualitas manusia yang jelas dan benar. Informasi itu meliputi proses terjadinya
pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-
aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan
Pendapat lain mengatakan bahwa Pendidikan Seks (sex education) adalah suatu
pengetahuan yang kita ajarkan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis
kelamin. Ini mencakup mulai dari pertumbuhan jenis kelamin (Laki-laki atau wanita).
Bagaimana fungsi kelamin sebagai alat reproduksi. Bagaimana perkembangan alat kelamin
itu pada wanita dan pada laki-laki. Tentang menstruasi, mimpi basah dan sebagainya, sampai
kepada timbulnya birahi karena adanya perubahan pada hormon-hormon. Termasuk nantinya
masalah perkawinan, kehamilan dan sebagainya.
Menurut Dr.Abdullah Nashih Ulwan, pendidikan seks adalah upaya pengajaran,
penyadaran, dan penerangan tentang masalah-masalah seksual yang diberikan kepada anak
sejak ia mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri,dan perkawinan.

2.2 Tujuan pendidikan seks


1. Tujuan pendidikan seks :
Pendidikan seks dapat diartikan sebagai penerangan tentang anatomi, fisiologi seks
manusia, dan bahaya penyakit kelamin.
Pendidikan seks adalah membimbing serta mengasuh seseorang agar mengerti tentang
arti, fungsi, dan tujuan seks sehingga ia dapat menyalurkan secara baik, benar, dan legal.
Pendidikan seks dapat di bedakan antara seks instruction dan education in sexuality.
Yaitu:
1) Sex Intruction ialah penerangan mengenai anatomi seperti pertumbuhan rambut pada
ketiak, dan mengenai biologi dari repoduksi, yaitu proses berkembang biak melalui hubungan
untuk mempertahankan jenisnya termasuk didalamnya pembinaan keluarga dan metode
kontrasepsi dalam mencegah terjadinya kehamilan.
2) Education in sexuality meliputi bidang – bidang etika, moral, fisiologi, ekonomi, dan
pengetahuan lainnya yang di butuhkan agar seseorang dapat memahami dirinya sendiri
sebagai individual sexual serta mengadakan interpersonal yang baik.
Tujuan pendidikan seks secara umum, yakni sesuai dengan kesepakatan internasional
”Conference Of Sex Education And Family Panning” pada tahun 1962, adalah untuk
menghasilkan manusia dewasa yang dapat menjalankan kehidupan yang bahagia serta
tanggung jawab terhadap dirinya dan terhadap orang lain.
Tujuan pendidikan seks menurut The Sex Information and Education Council The
United States (SIECUS) (dalam Subiyanto, 1996:79) sebagai berikut :
 Memberi pengetahuan yang memadai kepada siswa mengenai diri siswa sehubungan dengan
kematangan fisik, mental dan emosional sehubungan dengan seks
 Mengurangi ketakutan dan kegelisahan sehubungan dengan terjadinya perkembangan serta
penyesuaian seksual pada anak
 Mengembangkan sikap objektif dan penuh pengertian tentang seks
 Menanamkan pengertian tentang pentingnya nilai moral sebagai dasar mengambil keputusan
 Memberikan cukup pengetahuan tentang penyimpangan dan penyalahgunaan seks agar
terhindar dari hal-hal yang membahayakan fisik dan mental
 Mendorong anak untuk bersama-sama membina masyarakat bebas dari kebodohan

Kirby, Alter dan Scales (dalam Bruess, 1981:207), tujuan pendidikan seks antara lain :
 Memberikan informasi yang akurat tentang seksualitas
 Mengurangi rasa takut dan kecemasan mengenai perkembangan seksual
 Mendorong lebih bertanggung jawab dan berhasil dalam membuat keputusan
 Mengembangkan ketrampilan untuk mengelola masalah-masalah seksual
 Menciptakan hubungan interpersonal yang memuaskan
 Mengurangi problem-problem seksual seperti penyakit menular seksual dan kehamilan yang
tidak dikehendaki.

Sciller (dalam Bruess, 1987:209) menyebutkan tujuan pendidikan seks adalah :


 Memberikan informasi yang faktual seluruh aspek seksualitas dan perencanaan keluarga
 Meningkatkan pemahaman diri mengenai seksualitas sehingga menjadi percaya diri
 Meningkatkan pemahaman mengenai seks yang berlawanan jenis sehingga dapat
meningkatkan hubungan yang positif
 Mengembangkan seksualitas sebagai bagian dari kesehatan hidupnya

Tujuan pendidikan seks dapat dirinci sebagai berikut : Membentuk pengertian tentang
perbedaan seks antara pria dan wanita dalam keluarga, pekerjaan, dan seluruh kehidupan
yang selalu berubah dan berbeda dalam tiap masyarakat dan kebudayaan, membentuk
pengertian tentang peranan seks dalam
kehidupan manusia dan keluarga, mengembangkan pengertian diri sendiri sehubungan
dengan fungsi dan kebutuhan seks, dan membantu seseorang dalam mengembangkan
kepribadian sehingga mampu mengambil keputusan yang bertanggung jawab, yaitu :
a. Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental dan proses
kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada remaja.
b. Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan penyesuaian
seksual (peran, tuntutan dan tanggungjawab)
c. Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dalam semua manifestasi yang
bervariasi
d. Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan pada
kedua individu dan kehidupan keluarga.
e. Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk memberikan
dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual.
f. Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu dapat
menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan
mentalnya.
g. Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan eksplorasi
seks yang berlebihan.
h. Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan aktivitas
seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya sebagai istri atau suami,
orangtua, anggota masyarakat.
Dalam membicarakan masalah seksual adalah yang sifatnya sangat pribadi dan
membutuhkan suasana yang akrab, terbuka dari hati ke hati antara orangtua dan anak. Hal ini
akan lebih mudah diciptakan antara ibu dengan anak perempuannya atau bapak dengan anak
laki-lakinya, sekalipun tidak ditutup kemungkinan dapat terwujud bila dilakukan antara ibu
dengan anak laki-lakinya atau bapak dengan anak perempuannya.
1) Usahakan jangan sampai muncul keluhan seperti tidak tahu harus mulai dari mana,
kekakuan, kebingungan dan kehabisan bahan pembicaraan.
2) Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan terlihat ragu-ragu atau malu.
3) Isi uraian yang disampaikan harus objektif, namun jangan menerangkan yang tidak-tidak,
seolah-olah bertujuan agar anak tidak akan bertanya lagi.
4) Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan dengan
tahap perkembangan anak. Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun belum perlu menerangkan
secara lengkap mengenai perilaku atau tindakan dalam hubungan kelamin, karena
perkembangan dari seluruh aspek kepribadiannya memang belum mencapai tahap
kematangan untuk dapat menyerap uraian yang mendalam mengenai masalah tersebut.
5) Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya pengetahuan
dengan cepat lambatnya tahap-tahap perkembangan tidak sama buat setiap anak. Dengan
pendekatan pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan dengan keadaan khusus anak.
6) Usahakan melaksanakan pendidikan seksual perlu diulang-ulang (repetitif) selain itu juga
perlu untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga
perlu untuk mengingatkan dan memperkuat (reinforcement) apa yang telah diketahui agar
benar-benar menjadi bagian dari pengetahuannya.

Pendidikan seks di sekolah-sekolah sedang diberikan untuk memberi informasi siswa


tentang masalah yang berkaitan dengan seks. Hal ini dianggap penting bagi masyarakat
bahwa siswa memahami informasi yang tepat tentang seks, praktek seksual, pelecehan
seksual anak dan penyakit menular seksual. Namun, seperti semua ideologi, pendidikan seks
di sekolah juga memiliki pro dan kontra.

2.3 Pentingnya Pendidikan Seks (Sex Education) Bagi Remaja


Ada beberapa hal mengenai Pentingnya Pendidikan Seks bagi Remaja, diantaranya
yaitu:
1. Untuk mengetahui informasi seksual bagi remaja
2. Memiliki kesadaran akan pentingnya memahami masalah seksualitas
3. Memiliki kesadaran akan fungsi-fungsi seksualnya
4. Memahami masalah-masalah seksualitas remaja
5. Memahami faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah-masalah seksualitas

Selain itu ada dua faktor mengapa pendidikan seks (sex education) sangat penting
bagi remaja. Faktor pertama adalah di mana anak-anak tumbuh menjadi remaja, mereka
belum paham dengan sex education, sebab orang tua masih menganggap bahwa
membicarakan mengenai seks adahal hal yang tabu. Sehingga dari ketidak fahaman tersebut
para remaja merasa tidak bertanggung jawab dengan seks atau kesehatan anatomi
reproduksinya.

Faktor kedua, dari ketidak pahaman remaja tentang seks dan kesehatan anatomi
reproduksi mereka, di lingkungan sosial masyarakat, hal ini ditawarkan hanya sebatas
komoditi, seperti media-media yang menyajikan hal-hal yang bersifat pornografi, antara lain,
VCD, majalah, internet, bahkan tayangan televisi pun saat ini sudah mengarah kepada hal
yang seperti itu. Dampak dari ketidakfahaman remaja tentang sex education ini, banyak hal-
hal negatif terjadi, seperti tingginya hubungan seks di luar nikah, kehamilan yang tidak
diinginkan, penularan virus HIV dan sebagainya.
Mungkin kita baru menyadari betapa pentingnya pendidikan seks karena banyak
kasus pergaulan bebas muncul di kalangan remaja dewasa ini. Kalau kita berbicara tentang
pergaulan bebas, hal ini sebenarnya sudah muncul dari dulu, hanya saja sekarang ini terlihat
semakin parah. Pergaulan bebas remaja ini bisa juga karena dipicu dengan semakin
canggihnya kemajuan teknologi, juga sekaligus dari faktor perekonomian global. Namun
hanya menyalahkan itu semua juga bukanlah hal yang tepat

2.4 Pendidikan Seks Dalam Islam


Dalam Islam, seks bukanlah ciptaan setan. Seks juga buka sesuatu yang kotor, jahat,
atau pun yang harus dihindari, apapun bentuknya. Seks adalah karunia dan rahmat dari Tuhan
dan merupakan gambaran dan kenikmatan surgawi yang akan tiba. Sek adalah aspek yang
sangat penting dari perilaku manusia. Semua manusia memiliki tiga aspek sisi kepribadian,
yaitu agama, intelektual dan fisik, serta memiliki gairah untuk memuaskan ketiganya. Islam
menganjurkan bahwa ketiga aspek tersebut harus dipenuhi dengan cara yang suci dan sehat,
tanpa berlebihan, tanpa tekanan, dan tanpa penderitaan, sesuai dengan perintah Kitab Suci.

Perlunya pendidikan seks secara Islami dimaksudkan agar anak remaja dapat mengerti
tentang seks yang benar dan sesuai dengan landasan atau dasar agama. Tanpa ada landasan
agama yang kuat, generasi anak bangsa ini akan hancur terjerembab ke dalam kehinaan.
Padahal Islam sangat memperhatikan penyaluran hasrat seksual sesuai aturan dan etika yang
benar. Karena itu, Islam melalui syari'atnya mengajarkan pernikahan sebagai pintu yang
menyucikan hubungan seksual. Islam juga mengingatkan para remaja agar menjauhi khalwat
(berduaan dengan wanita atau laki-laki bukan muhrimnya).

Allah menata gerakan dan kecendrungan-kecendrungan jiwa manusia dalam fase-fase


pertumbuhan emosional, social, bahasa, moral, dan gerak. Begitu juga Allah menentukan
langkah-langkah detail untuk mengendalikan kecendrungan seksual pada setiap individu.
Mengingat betapa penting kecendrungan naluriah yang satu ini dalam perilaku kemanusiaan
yang terefleksikan darinya kami melihat pembuat syariat menetapkan aturan yang begitu
ketat. Barangkali hal ini kembali kepada kaitan kegiatan seksual dengan kehormatan diri dan
kehidupan suci dalam susunan tubuh manusia.

Tidak disangsikan lagi bahwa islam tidak sekedar menganjurkan perbaikan prilaku
seksual pada dunia anak-anak, melainkan juga dalam kehidupan orang dewasa. Sebab jika
seorang pendidik muslim berhasil dalam menata kegiatan seksual pada orang dewasa (orang
tua), hal itu akan berpengaruh terhadap pendidikan seksual pada anak, di mana orang tua
khususnya mengajarkan pada anak sikap-sikap seksual yang aman atau sehat.

Dalam hal ini islam mendeskripsikan bahwa pendidikan seks bagi anak yang
mendasar adalah perbaikan-perbaikan sikap bagi orang tua dalam melakukan hubungan seks,
dengan kata lain islam menganjurkan bagi orang tua untuk selalu memperhatikan sekitarnya
ketika hendak melakukan hubungan badan. Hal ini dapat dilihat dari hadits nabi yang artinya
“ Demi Tuhan yang diriku ada dalam genggaman-Nya, jika seorang suami menggauli
istrinya, sementara di rumah itu ada seorang anak kecil yang terbangun sehingga melihat
mereka, serta mendengar ucapan dan hembusan nafas mereka, ia tidak akan mendapatkan
keuntungan, jika anak itu baik laki-laki maupun perempuan melainkan menjadi pezina.”

Dalam Islam, pendidikan seks dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut ini
sebagaimana yang disampaikan oleh Nur Alim dalam “Pendidikan Seks Bagi Remaja Dalam
Islam” berikut ini:

1. Selalu menegakkan tata aturan baik aturan agama maupun aturan dalam keluarga yang
mengarah kepada batas menutup aurat.
Remaja yang memiliki iman yang kuat, memahami ajaran Islam secara sempurna
akan memiliki budi pekerti yang baik dan memiliki kemampuan untuk menghindari hal-hal
yang dilarang oleh Allah. Mereka selalu menjauhi jalan menuju kesesatan, karena secara
sadar takut akan siksa yang disebabkan perbuatan menyimpang tersebut. Demikian juga
aturan dalam keluarga, bahwa orang tua selalu mengajarkan agar berpakaian yang rapi dan
sopan sehingga tidak mengundang fitnah. Berpakaian yang rapi dan sopan, dalam ajaran
Islam telah dijelaskan yaitu agar wanita-wanita menutup auratnya dengan menggunakan
jilbab. Dengan memakai jilbab akan menghindarkan diri dari fitnah dan dapat menjaga diri
dari hal-hal yang mengarah kepada perbuatan zina.

2. Anak selalu diberi bimbingan tentang seks dan fungsinya, serta cara menanggulangi diri
dari penyimpangan seks yang dianggap tabu dan melanggar syariat Islam.
Pendidikan seks bagi remaja, diberikan jika mereka benar-benar siap dan ingin
mengetahui tentang seks dan problematikanya. Oleh karena itu selain diberikan tentang
pendidikan seks dan fungsi reproduksi, juga diberikan upaya penanggulangan secara Islam,
yaitu menghindarkan diri dari segala sesuatu yang mengundang fitnah dan kesesatan.

3. Selalu dibiasakan menjaga diri dalam keluarga, sehingga mereka mampu memiliki iman
yang kuat dan budi pekerti yang luhur.
Dalam hal ini peran orang tua dituntut agar menjadi teladan yang baik bagi anggota
keluarganya, khususnya bagi anak-anaknya yang sedang menginjak remaja. Mereka harus
selalu diberi bimbingan tentang perilaku yang baik dan menghindarkan diri dari perilaku
yang tidak sopan dan mengarah kepada pergaulan bebas, karena hal itu sangat dilarang oleh
Islam.

4. Memberi pengetahuan dan bimbingan tentang perkembangan biologisnya khususnya


menyangkut seks dan auratnya yang sedang dialami anak-anak mereka, sehingga anak-
anak tersebut tidak akan mengalami salah pergaulan yang mengarah kepada pelanggaran
seksualitas.
Dengan pengetahuan seperti ini, mereka akan semakin siap dan mampu menjaga diri
serta memiliki pengetahuan yang cukup untuk mempersiapkan diri menghadapi masa depan
yang cerah, khususnya persiapan untuk berumah tangga.
5. Selalu menanamkan pemahaman bahwa dibolehkannya melakukan hubungan seks
dengan lawan jenisnya jika telah melaksanakan akad nikah atau perkawinan, karena hal
ini memiliki tujuan yang utama yaitu membentuk keluarga bahagia san sejahtera.
Dalam hal ini remaja dibekali tentang larangan hubungan seks sebelum nikah, dan
dibekali pula kewajiban-kewajiban seorang wanita jika telah memiliki suami atau telah sah
menjadi suami istri.

6. Memberi penjelasan kepada anak usia remaja bahwa pemenuhan hasrat seks tidak
sekedar mendapatkan kesenangan saja, tetapi agar ditanamkan pula bahwa seks
merupakan kodrat Tuhan yang harus kita lakukan dengan mengikuti aturan yang telah
ditentukan agar tetap berada dalam jalan kebenaran.
Hal ini juga sangat relevan jika mereka dibekali pula tentang hidup berumah tangga
yang baik dan cara-cara membentuk sebuah rumah tangga yang bahagia dan terhidar dari
segala fitnah yang menyengsarakan.
Selain itu orang tua juga dituntut untuk memberikan pengetahuan-pengatahuan tentang
seks yang sesuai dengan syariat. Serta mengajarkan hukum-hukum islam, dengan mengaitkan
perbuatan-perbuatan seks yang terlarang (haram) untuk dilakukan dan yang diperbolehkan
(halal). Dan yang lebih penting lagi adalah menanamkan jiwa spiritual mereka kepada Allah
Azza wazalla.
Orang tua adalah pihak yang paling bertanggung jawab terhadap anak dalam masalah
pendidikan, termasuk pendidikan seks. Pokok-Pokok Pendidikan Seks Perspektif Islam Di
antara pokok-pokok pendidikan seks yang bersifat praktis, yang perlu diterapkan dan
diajarkan kepada anak sebagaimana yang dipaparkan oleh niken pratiwi dalam “Pendidikan
seks Untuk Anak Dalam Islam” (2011) adalah:
1. Menanamkan rasa malu pada anak.
Rasa malu harus ditanamkan kepada anak sejak awal lagi. Jangan biasakan anak-anak,
walau masih kecil, bertelanjang di depan orang lain; misalnya ketika keluar kamar mandi,
salin pakaian, dan sebagainya. Membiasakan anak perempuan sejak kecil berbusana
Muslimah menutup aurat juga penting untuk menanamkan rasa malu sekaligus mengajari
anak tentang auratnya.

2. Menanamkan jiwa kelelakian pada anak lelaki dan jiwa keperempuan pada anak
perempuan.
Secara fisik maupun psikologis, lelaki dan perempuan mempunyai perbedaan yang
diciptakan oleh Allah. Adanya perbedaan ini bukan untuk saling merendahkan, namun
semata-mata karena fungsi yang berbeda yang kelak akan dimainkannya. Islam menghendaki
agar lelaki memiliki keperibadian maskulin, dan perempuan memiliki keperibadian feminin.
Islam tidak menghendaki wanita menyerupai lelaki, begitu juga sebaliknya. Untuk itu, harus
dibiasakan dari kecil anak-anak berpakaian sesuai dengan jantinanya. Mereka juga harus
dilayan sesuai dengan jantinanya.
Ibnu Abbas ra. berkata: Rasulullah saw. melaknat laki-laki yang berlagak wanita dan
wanita yang berlagak meniru laki-laki. (HR al-Bukhari).

3. Memisahkan tempat tidur mereka.


Usia antara 7-10 tahun merupakan usia saat anak mengalami perkembangan yang pesat.
Anak mulai melakukan eksplorasi ke dunia luar. Anak tidak hanya berfikir tentang dirinya,
tetapi juga mengenai sesuatu yang ada di luar dirinya. Pemisahan tempat tidur merupakan
cara untuk menanamkan kesadaran pada anak tentang dirinya sebagai entiti yang berlainan
dan disamping melatihnya berdikari. Pemisahan tempat tidur juga dilakukan terhadap anak
dengan kakak atau adik perempuannya, supaya dia menyadari tentang perbedaan dirinya
4. Mengenalkan waktu berkunjung (meminta izin dalam 3 waktu).
Tiga ketentuan waktu yang tidak diperbolehkan anak-anak untuk memasuki ruangan
(kamar) orang dewasa kecuali meminta izin terlebih dulu adalah: sebelum solat subuh, tengah
hari, dan setelah solat isya. Aturan ini ditetapkan mengingat di antara ketiga waktu tersebut
merupakan waktu aurat, yakni waktu ketika badan atau aurat orang dewasa banyak terbuka
(Lihat: QS al-Ahzab [33]: 13). Jika pendidikan semacam ini ditanamkan pada anak maka ia
akan menjadi
anak yang memiliki rasa sopan-santun dan etika yang luhur. 5. Mendidik menjaga
kebersihan alat kelamin. Mengajari anak untuk menjaga kebersihan alat kelamin selain agar
bersih dan sehat sekaligus juga mengajari anak tentang najis. Anak juga harus dibiasakan
untuk buang air pada tempatnya. Dengan cara ini akan terbentuk pada diri anak sikap hati-
hati, mandiri, mencintai kebersihan, mampu menguasai diri, disiplin, dan sikap moral yang
memperhatikan tentang etika sopan santun dalam melakukan hajat.

5. Mengenalkan mahramnya.
Tidak semua perempuan berhak dinikahi oleh seorang laki-laki. Siapa saja perempuan
yang diharamkan dan yang dihalalkan telah ditentukan oleh syariat Islam. Ketentuan ini harus
diberikan pada anak agar ditaati. Didik anak agar menjaga pergaulan sehariannya dengan
selain wanita yang bukan mahramnya. Inilah salah satu bahagian terpenting dikenalkannya
kedudukan orang-orang yang haram dinikahi dalam pendidikan seks anak. Dengan demikian
dapat diketahui dengan tegas bahwa Islam mengharamkan sumbang mahram. Allah Swt telah
menjelaskan tentang siapa mahram dalam surat an-Nisa (4) ayat 22-23.

6. Mendidik anak agar selalu menjaga pandangan mata.


Telah menjadi fitrah bagi setiap manusia untuk tertarik dengan lawan jenisnya. Namun,
jika fitrah tersebut dibiarkan bebas lepas tanpa kendali, justru hanya akan merusak kehidupan
manusia itu sendiri. Begitu pula dengan mata yang dibiarkan melihat gambar-gambar atau
filem yang mengandung unsur pornografi. Karena itu, jauhkan anak-anak dari gambar, filem,
atau bacaan yang mengandung unsur pornografi dan pornoaksi.
7. Mendidik anak agar tidak melakukan ikhtilât.
Ikhtilât adalah bercampur-baurnya laki-laki dan perempuan bukan mahram tanpa
adanya keperluan yang dibolehkan oleh syariat Islam. Perbuatan semacam ini pada masa
sekarang sudah dianggap biasa. Mereka bebas berpandangan, saling berdekatan dan
bersentuhan; seolah tidak ada lagi batas yang ditentukan syariah yang mengatur interaksi di
antara mereka. Ikhtilât dilarang karena interaksi semacam ini boleh menjadi penyebab kepada
perbuatan zina yang diharamkan Islam. Kerana itu, jangan biasakan anak diajak ke tempat-
tempat yang di dalamnya terjadi percampuran laki-laki dan perempuan secara bebas.

8. Mendidik anak agar tidak melakukan khalwat.


Dinamakan khalwat jika seorang laki-laki dan wanita bukan mahram-nya berada di
suatu tempat, hanya berdua saja. Biasanya mereka memilih tempat yang tersembunyi, yang
tidak boleh dilihat oleh orang lain. Sebagaimana ikhtilât, khalwat pun merupakan perantara
bagi terjadinya perbuatan zina. Anak-anak sejak kecil harus diajari untuk menghindari
perbuatan semacam ini. jika bermain, bermainlah dengan sesama jenis. Jika dengan yang
berlainan jenis, harus diingatkan untuk tidak berkhalwat.

9. Mendidik etika berhias.


Berhias, jika tidak diatur secara islami, akan menjerumuskan seseorang pada perbuatan
dosa. Berhias bererti memperindah atau mempercantik diri agar berpenampilan menawan.
Tujuan pendidikan seks dalam kaitannya dengan etika berhias adalah agar berhias tidak untuk
perbuatan maksiat.

10. Ihtilâm dan haid.


Ihtilâm adalah tanda anak laki-laki sudah mulai memasuki usia baligh. Adapun haid
dialami oleh anak perempuan. Mengenalkan anak tentang ihtilâm dan haid tidak hanya
sekadar untuk dapat memahami anak dari pendekatan fisiologis dan psikologis semata. Jika
terjadi ihtilâm dan haid, Islam telah mengatur beberapa ketentuan yang berkaitan dengan
masalah tersebut, antara lain kewajiban untuk melakukan mandi. Yang paling penting, harus
ditekankan bahwa kini mereka telah menjadi Muslim dan Muslimah dewasa yang wajib
terikat pada semua ketentuan syariah. Ertinya, mereka harus diarahkan menjadi manusia yang
bertanggung jawab atas hidupnya sebagai hamba Allah yang taat. Itulah beberapa hal yang
harus diajarkan kepada anak berkaitan dengan pendidikan seks. Wallâhu a’lam bi ashshawâb.
2.5 Pro Pendidikan Seks di Sekolah mempunyai pandangan :
1. Pendidikan seks di sekolah-sekolah dapat membantu anak memahami dampak dari
seks dalam kehidupan mereka. Hubungan seks bebas dapat diatasi dengan memberi
dan memperluas cakrawala mereka tentang bahayanya.
2. Hal ini juga dapat menjawab semua pertanyaan yang ada dibenak mereka tentang
tubuh mereka yang berubah dan lonjakan hormonal.
3. Anak-anak sering ingin tahu tentang jenis kelamin lawan jenis. Pendidikan seks di
sekolah dapat membantu memberi pemahaman perbedaan dan menjaga keinginan
untuk mengeksplorasi hal-hal untuk diri mereka sendiri.
4. Pelecehan seksual terhadap anak adalah kejahatan sosial yang melanda ribuan anak di
seluruh dunia. Pendidikan seks di sekolah dapat berperan aktif dalam mengendalikan
peristiwa penganiayaan ini.
5. Adalah jauh lebih baik untuk mengajarkan anak tentang seks di sekolah, bukan
membiarkan mereka menggunakan sumber lain seperti materi pornografi dari internet.
Hal ini penting karena sumber seperti internet memiliki sejumlah informasi yang
mungkin menyesatkan dan menyebabkan informasi yang salah.
6. Dengan masalah seperti kehamilan remaja dan penularan penyakit yang meningkat,
dapat menyadarkan anak dari bahaya ini.
7. Pendidikan seks di sekolah adalah wadah mengubah anak menjadi orang dewasa yang
bertanggung jawab. Oleh karena itu, pendidikan seks bisa membantu mereka
memahami manfaat pantang seks bebas setidaknya menjadi anak yang lebih
bertanggung jawab.

2.6 Kontra Pendidikan Seks di Sekolah

1. Besar kemungkinan informasi yang diterima siswa pada usia dini tidak seperti yang
diharapkan, artinya pemahaman mereka justru ke arah yang salah.
2. Jika tidak diajarkan dengan benar, pendidikan seks di sekolah dapat menjadi masalah
ejekan dan menjadi sesuatu yang selalu mengalihkan perhatian seluruh kelas ketika
diajarkan.
3. Fakta bahwa sebagian besar sekolah dalam pendidikan seks memperlakukan hal ini
seperti kursus ekstrakurikuler dan bukan yang utama juga merupakan kontra utama.
4. Sebagian besar guru yang diberi tugas untuk mengajar pendidikan seks untuk siswa
tidak ahli dan tidak memiliki ide jelas tentang pendidikan seks itu sendiri. Hal ini
bahkan lebih berbahaya karena informasi yang salah ini sangat mematikan.
5. Pendidikan seks di sekolah mungkin bertentangan dengan ideologi keagamaan yang
juga dianut di rumah anak. Ini menyebabkan perbedaan masalah mendasar ketika
anak di rumah dan di sekolah, sementara seharusnya sekolah adalah rumah kedua
mereka.
2.7 Qur’an dan Pendidikan Seks

Surat Ath-Thaariq ayat 6 & 7 :

)7( ‫ب‬ ِ ‫ص ْل‬


ِ ِ‫ب َوالتَّ َرائ‬ ُّ ‫) يَ ْخ ُر ُج ِم ْن بَي ِْن ال‬6( ‫ق‬
ٍ ِ‫ُخلِقَ ِم ْن َماءٍ دَاف‬
Artinya : "Maka henaklah manusia memperhatikan dan apa ia diciptakan. Dia diciptakan dari
air yang terpancar, yang keluar diantara bagian seksual daripada laki-laki dan perempuan.“

Surat Al-Baqarah ayat 187 :

‫ّللاُ أَنَّ ُك ْم‬ ٌ َ‫اس لَ ُك ْم َوأ َ ْنت ُ ْم ِلب‬


َ ۗ َّ‫اس لَ ُهن‬
َّ ‫ع ِل َم‬ ُ َ‫الرف‬
َ ‫ث إِلَ ٰى ِن‬
ٌ ‫سائِ ُك ْم ۚ هُنَّ ِل َب‬ ِ َ‫أ ُ ِح َّل لَ ُك ْم لَ ْيلَة‬
َّ ‫الصيَ ِام‬

ُ‫ّللا‬
َّ ‫ب‬ ِ ‫ع ْن ُك ْم ۖ فَ ْاْلنَ بَا‬
َ َ‫ش ُروهُنَّ َوا ْبتَغُوا َما َكت‬ َ ‫علَ ْي ُك ْم َو‬
َ ‫عفَا‬ َ ‫اب‬ َ ُ‫ُك ْنت ُ ْم ت َ ْختَانُونَ أ َ ْنف‬
َ َ ‫س ُك ْم َفت‬

ْ َ‫ض ِمنَ ا ْل َخي ِْط ْاْل‬


‫س َو ِد ِمنَ ا ْلفَجْ ِر ۖ ث ُ َّم‬ ُ ‫ط ْاْل َ ْب َي‬
ُ ‫لَ ُك ْم ۚ َو ُكلُوا َواش َْربُوا َحتَّ ٰى َيت َ َب َّينَ َل ُك ُم ا ْل َخ ْي‬

َّ ‫اج ِد ۗ ِت ْلكَ ُحدُو ُد‬


ِ‫ّللا‬ ِ ‫س‬َ ‫ش ُروهُنَّ َوأ َ ْنت ُ ْم عَا ِكفُونَ فِي ا ْل َم‬ ِ ‫أَتِ ُّموا‬
ِ ‫الصيَا َم إِلَى اللَّ ْي ِل ۚ َو ََل تُبَا‬
ٰ
‫اس لَ َعلَّ ُه ْم يَتَّقُون‬ َّ ُ‫فَ ََل ت َ ْق َربُو َها ۗ َكذَ ِلكَ يُبَ ِين‬
ِ َّ‫ّللاُ آيَاتِ ِه ِللن‬

Artinya : "Dihalalkan bagi kamu pada malam hari puasa bercampur dengan istri-istri kamu;
mereka itu pakaian bagimu dan kamupun pakaian bagi mereka. Allah mengetahui
bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan
memberi keringanan bagimu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang
ditetapkan Allah untukmu."

• Pendidikan seks adalah membimbing serta mengasuh seseorang agar mengerti tentangarti,
fungsi, dan tujuan seks sehingga ia dapat menyalurkan secara baik, benar, dan legal.

• Pendidikan seks dapat di bedakan antara lain:

• Sex Intruction ialah penerangan mengenai anatomi seperti pertumbuhan rambut padaketiak,
dan mengenai biologi dari repoduksi, yaitu proses berkembang biak melaluihubungan untuk
mempertahankan jenisnya termasuk didalamnya pembinaan keluargadan metode kontrasepsi
dalam mencegah terjadinya kehamilan.

• Education in sexuality meliputi bidang bidang etika, moral, fisiologi, ekonomi,

danpengetahuan lainnya yang di butuhkan agar seseorang dapat memahami dirinya


sendirisebagai individual sexual serta mengadakan inter personal yang baik.
• Perbincangan tentang seks senantiasa dikaitkan dengan persoalan aqidah, akhlak, menjauhi
kemungkaran, dan tidak mendatangkan kemudahratan terhadap orang lain. Sebagai contoh,
Qur’an telah menggambarkan institusi perkawinan sebagai sebuah institusi yang suci yang
mampu memberikan ketenangan dan kasih sayang, hal ini sesuai dengan firman Allah SWT :

ٍ ‫س ُكنُوا ِإلَ ْيهَا َو َجعَ َل بَ ْي َن ُك ْم َم َو َّدةً َو َرحْ َم ًة ِإنَّ فِي ذَ ِلكَ َْلَ َيا‬
َ‫ت ِلقَ ْو ٍم يَتَفَك َُّرون‬ ْ َ ‫س ُك ْم أ َ ْز َوا ًجا ِلت‬
ِ ُ‫َو ِم ْن آَيَاتِ ِه أ َ ْن َخلَقَ لَ ُك ْم ِم ْن أ َ ْنف‬

• Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-
Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

• Apabila membicarakan perkara yang berkaitan dengan penyelewengan seks seperti zina, Allah
SWT menegaskan dalam Al-Qur’an :

• ً ‫س ِب‬
‫يَل‬ َ ‫احشَةً َو‬
َ ‫سا َء‬ ِ ‫الزنَا إِنَّهُ كَانَ َف‬
ِ ‫َو ََل ت َ ْق َربُوا‬
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang
keji dan suatu jalan yang buruk.

• Apabila menyentuh persoalan hubungan homoseksual seperti yang di kisahkah melalui kaum
Nabi Luth As, Allah SWT mengecam melalui dalil yang berbunyi :

• ‫اء بَ ْل‬
ِ ‫س‬ ِ ‫شه َْوةً ِم ْن د‬
َ ِ‫ُون الن‬ َ ‫الرجَا َل‬ َ ‫احشَةَ َما‬
ِ َ‫سبَقَ ُك ْم بِهَا ِم ْن أ َ َح ٍد ِمنَ ا ْلعَالَ ِمينَ () إِنَّ ُك ْم لَتَأْت ُون‬ ِ َ‫َولُو ًطا إِ ْذ قَا َل ِلقَ ْو ِم ِه أَتَأْت ُونَ ا ْلف‬
)( َ‫س ِرفُون‬ْ ‫أ َ ْنت ُ ْم قَ ْو ٌم ُم‬

• Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata
kepada mereka: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah (homoseksual) itu, yang
belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?. Sesungguhnya kamu
mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah
kamu ini adalah kaum yang melampaui batas

• Menurut sebagian ahli dalam pendidikan seks, pendidikan seks dapat mulai diberikan ketika
anak mulai bertanya tentang seks dan kelengkapan jawaban biasa diberikan sesuai dengan
seberapa jauh keingintahuan mereka dan tahapan umur sang anak. Ada juga yang
berpendapat pendidikan seks dimulai sejak dini, karena pendidikan seks tidak hanya
mencakup pada pertanyaan dan jawaban belaka. Contoh pembiasaan akhlak yang baik,
penghargaan terhadap anggota tubuh, menanamkan rasa malu bila aurat terlihat, dan lain
sebagainya. Hal ini perlu ditanamkan sejak dini misalnya ;

• Memisahkan tempat tidur antara anak perempuan dan laki-laki pada umur 10 tahun.

• Mengajarkan mereka memintaizin ketika memasuki kamar orang tuanya terutama dalam tiga
waktu,

• sesuai firman Allah SWT :

• َ‫ت ِم ْن َق ْب ِل ص َََل ِة ا ْل َفجْ ِر َو ِحين‬ َ ‫ستَأ ْ ِذ ْن ُك ُم ا َّل ِذينَ َم َلكَتْ أَ ْي َمانُ ُك ْم َوا َّل ِذينَ َل ْم َي ْبلُغُوا ا ْل ُحلُ َم ِم ْن ُك ْم ث َ ََل‬
ٍ ‫ث َم َّرا‬ ْ ‫َيا أ َ ُّيهَا الَّ ِذينَ آ َ َمنُوا ِل َي‬
َ َ‫ح بَ ْع َدهُنَّ َط َّوافُون‬
‫علَ ْي ُك ْم‬ ٌ ‫علَي ِْه ْم ُجنَا‬
َ ‫علَ ْي ُك ْم َو ََل‬
َ ‫ْس‬ َ ‫ت لَ ُك ْم لَي‬
ٍ ‫ث ع َْو َرا‬ ُ ‫َاء ث َ ََل‬
ِ ‫ير ِة َو ِم ْن بَ ْع ِد ص َََل ِة ا ْل ِعش‬ َ ‫ضعُونَ ثِيَابَ ُك ْم ِمنَ ال َّظ ِه‬ َ َ‫ت‬
َ‫ستَأْذَنَ الَّ ِذين‬
ْ ‫ستَأ ْ ِذنُوا َك َما ا‬
ْ َ‫ع ِلي ٌم َح ِكي ٌم () َوإِذَا بَلَ َغ ْاْلَ ْطفَا ُل ِم ْن ُك ُم ا ْل ُحلُ َم فَ ْلي‬
َ ُ‫ّللا‬
َّ ‫ت َو‬ َّ ُ‫ض َكذَ ِلكَ يُبَ ِين‬
ِ ‫ّللاُ لَ ُك ُم ْاْلَيَا‬ ٍ ‫علَى بَ ْع‬ ُ ‫بَ ْع‬
َ ‫ض ُك ْم‬
)( ‫ع ِلي ٌم ح َِكي ٌم‬
َ ُ‫ّللا‬ َّ ُ‫ِم ْن قَ ْب ِل ِه ْم َكذَ ِلكَ يُبَيِن‬
َّ ‫ّللاُ لَ ُك ْم آَيَاتِ ِه َو‬

• Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu
miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga
kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan
pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya’. (Itulah) tiga ‘aurat bagi
kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu.
Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain).
Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana. Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur balig, maka hendaklah
mereka meminta izin, seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin. Demikianlah
Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan seks adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan penerangan tentang
masalah-masalah seksual yang diberikan kepada anak sejak ia mengerti masalah-masalah
yang berkenaan dengan seks, naluri,dan perkawinan. Dan pendidikan seks bagi remaja
merupakan hal yang penting, hal ini dimaksudkan untuk menhindarkan remaja dari
perbuatan-perbuatan zina yang diharamkan oleh agama Islam.
Peran utama dalam pendidikan seks bagi remaja dipegang oleh orang tua, karena
orang tua bertanggung jawab atas perkembangan putra-putrinya agar tidak terjerumus dalam
lubang kenistaan. Adapun pendidikan seks dapat dilakukan dengan beberapa cara yang secara
globalnya yaitu memberikan pengertian seks bagi anak serta memberikan pengertian batasan-
batasan dalam bergaul, dan meningkatkan keimanan anak kepada Allah swt.

DAFTAR PUSTAKA

Dzulkifli. 2009. Psikologi Perkembangan. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung


Mappiare, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Usaha Nasional: Surabaya
Alim, Nur. 2011. Pendidikan Seks Bagi Remaja Dalam Islam. http://zona-
99.blogspot.com/2011/11/pendidikan-seks-bagi-remaja-menurut.html diakses pada tanggal
09 April 2012
Bee health. 2010. Pendidikan Seks Bagi Remaja. http://www.bee-
health.com/m/articles/view/Pendidikan-Seksual-Bagi-Remaja di akses pada tanggal 09 April
2012
LaskarCharles. 2011. Pendidikan Seks Bagi Remaja Masa Sekarang Dan Pendidikan Seks Menurut
Islam http://laskarcharles.wordpress.com/2011/06/15/pendidikan-seks-bagi-remaja-masa-
sekarang-dan-pendidikan-seks-menurut-islam/ diakses pada tanggal 09 April 2012
Mujtahid. (2011). Pendidikan Seks Bagi Remaja. http://www.uin-
malang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2477:pendidikan-seks-bagi-
remaja&catid=35:artikel-dosen&Itemid=210 diakses pada tanggal 09 April 2012
Pratiwi, Niken (2011). Pendidikan Sex Bagi Anak Dalam Islam.
http://zillamoslem.multiply.com/journal/item/125/Pendidikan_Seks_Untuk_Anak_Dalam_Isl
am diakses pada tanggal 09 April 2012
Septi Diana. (2011). Pentingnya Pendidikan Seks. http://belajarpsikologi.com/pentingnya-
pendidikan-seks-sex-education/ diakses pada tanggal 09 April 2012

.Pelecehan Seksual

Bentuk kekerasan seperti ini biasanya dilakukan oleh orang yang telah dikenal anak,
seperti keluarga, tetangga, guru maupun teman sepermainannya sendiri. Kasus
pelecehan eksual: persentase tertinggiusia 6-12 tahun (33%) dan

terendah usia 0-5 tahun (7,7%).Bentuk kekerasan seperti ini yaitu pelecehan,
pencabulan maupun pemerkosaan. Dampak kekerasan seperti ini selain menimbulkan
trauma mendalam, juga seringkali menimbulkan luka secara fisik.

Berikutnya hendak dikemukakan berbagai bentuk kekerasan terhadap anak yang


ditetapkan sebagai tindak pidana sebagaimana diatur dalam UU Perlindungan Anak. Seperti
dikemukakan di atas, bahwa ada beberapa bentuk kekerasan terhadap anak, yaitu kekerasan
fisik, psikis, dan seksual. Bentuk bentuk kekerasan terhadap anak tersebut dijabarkan ke
dalam berbagai tindak pidana, seperti diatur dalam Pasal 77 s/d Pasal 89. Berbagai bentuk
tindak pidana kekerasan pada anak dalam UU Perlindungan Anak adalah sebagai berikut:
(1) diskriminasi terhadap anak yang mengakibatkan anak mengalami kerugian
materiil maupun moril sehingga menghambat fungsi sosialnya (Pasal 77);
(2)penelantaran terhadap anak yang mengakibatkan anak mengalami sakit atau penderitaan
fisk, mental, maupun social (Pasal 77);
(3) membiarkan anak dalam situasi darurat, seperti dalam pengusian, kerusuhan, bencana
alam, dan/atau dalam situasi konflik bersengjata (Pasal 78);
(4) membiarkan anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan
terisolasi, anak tereksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual, anak yang diperdagangkan,
anakyang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkhohol, psikotropika, dan zat adiktif
lainya (napza), anak korban penculikan, anak korban perdagangan, padahal anak tersebut
memerlukan pertolongan dan harus dibantu (Pasal 78);
(5) pengangkatan anak yang tidak sesuai dengan Pasal 39 (Pasal 79);
(6)melakukan kekejaman, kekerasan atau penganiayaan terhadap anak (Pasal 80);
(7) melakukan kekerasan terhadap anak untuk melakukan persetubuhan (Pasal 81)
(8) melakukan kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau
membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan perbuatan cabul (Pasal 82);
(9) memperdagangkan, menjual, atau menculik anak untuk diri sendiri atau untuk dijual
(Pasal 83);
(10) melakukan transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh anak untuk pihak lain dengan
maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain, secara melawan hukum(Pasal 84);
(11) melakukan jual beli organ tubuh dan/atau jaringan tubuh anak(Pasal 85);
(12) melakukan pengambilan organ tubuh dan/atau jaringan tubuh anak, tanpa
memperhatikan kesehatan anak, atau penelitian kesehatan yang menggunakan anak sebagai
objeknya tanpa mengutamakan kepentingan yang terbaik bagi anak, secara melawan hukum
(Pasal 85);
(13) membujuk anak untuk memilih agama lain dengan menggunakan tipu muslihat atau
serangkaian kebohongan (Pasal 86);
(14) mengeksploitasi ekonomi dan seksual anak dengan maksud untuk menguntungkan diri
sendiri atau orang lain (Pasal 88);
(15) menempatkan, membiarkan, melibatkan,menuruh melibatkan anak dalam
penyalahgunaan produksi atau distribusi narkotika, psikotropika, alkhohol, dan/atau zat
adiktif lainya (napza) (Pasal89).

3.5 Dampak dari Kekerasan pada Anak

Dampak kekerasan pada anak yang diakibatkan oleh orangtuanya sendiri atau orang
lain sangatlah buruk antara lain:
1. Agresif.

Sikap ini biasa ditujukan anak kepada pelaku kekerasan. Umumnya ditujukan saat anak
merasa tidak ada orang yang bisa melindungi dirinya. Saat orang yang dianggap tidka bisa
melindunginya itu ada disekitarnya, anak akan langsung memukul datau melakukan tindak
agresif terhadap si pelaku. Tetapi tidak semua sikap agresif anak muncul karena telah
mengalami tindak kekerasan.

2. Murung/Depresi

Kekerasan mampu membuat anak berubah drastis seperti menjadi anak yang memiliki
gangguan tidur dan makan, bahkan bisa disertai penurunan berat badan. Ia akan menjadi anak
yang pemurung, pendiam, dan terlihat kurang ekspresif.

3. Memudah menangis

Sikap ini ditunjukkan karena anak merasa tidka nyaman dan aman dengan lingkungan
sekitarnya. Karena dia kehilangan figur yang bisa melindunginya, kemungkinan besar pada
saat dia besar, dia tidak akan mudah percaya pada orang lain.

4. Melakukan tindak kekerasan terhadap orang lain

Dari semua ini anak dapat melihat bagaimana orang dewasa memperlakukannya
dulu. Ia belajar dari pengalamannya, kemudian bereaksi sesuai dengan apa yang dia alami.

Anda mungkin juga menyukai