Anda di halaman 1dari 2

Assalamualaikum wr.

wb , Shalom, om swastiastu, namo buddhaya, salam


kebajikan.
Yang saya hormati bapak ibu guru pembina kepramukaan
Serta teman teman generasi muda Indonesia yang penuh semangat, sebagai
insan yang percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa marilah kita bersyukur
karena atas hikmat dan karunianya kita semua dapat hadir dan berkumpul
bersama dalam keadaan sehat walafiat.
Perkenalkan nama saya Yusuf Nomi Saripudin dari kelas XI Mipa 3, saat ini
izinkan saya menyampaikan beberapa pendapat dan juga pesan terkait
“Kesehatan Mental Bagi Para Remaja” .

Hadirin yang saya hormati


Seperti yang kita ketahui Setiap tanggal 10 Oktober sejak tahun 1992 ditetapkan
sebagai Hari Kesehatan Jiwa Sedunia.
Menurut sudut pandang saya, masih banyak orang yang acuh tak acuh atau
bahkan tidak peduli dengan topik yang sekiranya sedikit berat ini.
Tujuan hadirnya saya di sini, untuk menyampaikan apa yang masi samar di
dengar oleh kita semua.
Masyarakat Indonesia belum sepenuhnya paham mengenai betapa pentingnya
kesehatan mental dibandingkan dengan kesehatan fisik. Sama halnya dengan
kesehatan fisik yang harus segera diobati, segera ditangani bila terjadi
gangguan.

Hal tersebut bertujuan agar orang dengan gangguan mental tidak melakukan
tindak kejahatan atau hal-hal yang tidak kita inginkan. Orang dengan gangguan
mental yang sudah lama dapat menimbulkan stres bahkan depresi.
Menurut riset kesehatan dasar pada tahun 2021 menunjukkan bahwa gangguan
mental di Indonesia yang dialami remaja usia 15 tahun ke atas menunjukkan
angka 6,1 persen dari total jumlah penduduk Indonesia.

Seperti yang kita ketahui bahwa masih bnyk org yang melakukan tindakan
menyakiti diri sendiri dengan menyayat pergelangan tangan, menyiksa diri
untuk tdk makan berhari hari, bahkan masih ada seseorang yang setiap harinya
menangisin takdir hidup sampai berfikir untuk mengakhiri hidup Agar masalah
itu selesai dan tidak ada orang yg terbebanin.
Jika ada orang bertanya “umur 16 tahun kok ngerasa masalahnya paling berat
banget sih?”
Manusianya saja berbeda, apalagi masalahnya kan? Kita tidak akan percaya jika
tidak ikut merasakannya.

Maka dari itu untuk kamu yang mengalami, rasakan apa yang kamu rasakan.
Jangan menutupi atau mengelak.
Untuk kita yang berdampingan dengan mereka, kita sama sama berusaha sebaik
mungkin menjalani hidup ini, Tidak saling menghakimi, bersikap baik pada diri
sendiri & orang lain, atau setidaknya, tidak saling menyakiti.

Ini adalah akhir dari pidato saya semoga bermanfaat dan berguna bagi kita
semua, sebagai penutup saya mengutip peribahasa dari sang proklamator ir.
Soekarno yang berbunyi “menaklukan ribuan manusia tidak disebut sebagai
pemenang, tetapi dapat menaklukan diri sendiri disebut sebagai penakluk yang
brilliant”.

Saya Yusuf Nomi Saripudin meminta maaf atas kata kata dari pidato yang saya
sampaikan kurang berkenan dihati teman teman.
Wabilahitaufik Walhidayah Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatu

Anda mungkin juga menyukai