“SENI BUDAYA”
X IPA 5
DI SUSUN OLEH :
. RENDI SAPUTRA
. M DAVID SETIAWAN
. RURI SEPTAVIANUS
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………….
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………………………….
JUDUL…………………………………………………………………………………………………
TEMA………………………………………………………………………………………………….
MUSIK…………………………………………………………………………………………………
MAKSUD DAN TUJUAN……………………………………………………………………….
SETTING………………………………………………………………………………………………
NAMA-NAMA PEMAIN………………………………………………………………………
PERWATAKAN…………………………………………………………………………………….
DURASI WAKTU………………………………………………………………………………….
PROPERTI……………………………………………………………………………………………
DESAIN KOSTUM…………………………………………………………………………………
PROSES KERJA…………………………………………………………………………………….
ANGGARAN BIAYA………………………………………………………………………………
SINOPSIS…………………………………………………………………………………………….
DIALOG……………………………………………………………………………………………….
KRITIK DAN SARAN……………………………………………………………………………..
PENUTUP DAN BIOGRAFI…………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT. atas karunia
rahmat dan hidayah-Nya,kegiatan penyusun makalah dapat
terlaksana dengan baik. Penyusun makalah ini merupakan salah satu
kegiatan proses belajar-mengajar sebagai upaya meningkatkan
kemampuan siswa dalam meningkatkan rasa cinta terhadap seni dan
budaya Indonesia.
Sarolangun, , ,2017
HALAMAN PENGESAHAN
Dari drama yang kami buat, yang berjudul Asal Mula Nama
Sarolangun. Cerita ini kami ambil dari sebuah halaman yang ada di
Google yaitu dua orang suro dari musirawas yang ingin menuntut
ilmu kepada Datuk Bagindo Tuo, tetapi merka tidak dapat menuntut
ilmu dengan Datuk Bagindo Tuo.
Untuk itu dari kelompok drama kami yang ingin memohon kepada
Ibu “EKA PRASETIA S.sn” untuk mengesahkan drama dari kelompok
kami. Drama ini disahkan pada tanggal Bulan Tahun
2017 , oleh Ibu EKA PRASETIA S.sn kami dari kelompok yang
membuat drama ini mengucapkan terima kasih atas pengesahan
drama kami .
Sarolangun, , ,2017
DIKETAHUI
GURU PEMBIMBING
SINOPSIS
Pada zaman dahulu suatu ketika ada dua orang dari musirawas
yang bernama Jaka dan Adibah. Kedua orang ini ingin menghadap
Datuk Bagindo Tuo didusun lidung, menurut masyarakat lidung
siapa pun yang ingin bertemu sama Datuk Bagindo Tuo harus
melapor terlebih dahulu.
Karena mereka berdua hampir sampai di dekat dusun lidung
ternyata hari pun sudah hampir malam, jadi terpaksalah kedua
orang itu beristirahat dan bermalam di hutan yang dinamakan
hutan senaning. Tetapi mereka berdua berpindah tempat dari
hutan itu, dan mereka pun berpindah ke dusun ujung tanjung
saribulan. Bermalam dan berpindah dalam bahasa dusun itu
disebut MELANGUN, karena peristiwa melangun ini terjadi didusun
ujung tanjung saribulan maka dusun itu berubah nama menjadi
SURO MELANGUN. Lama kelamaan disebabkan logat dan ejaan
orang dusun suro melangun berubah menjadi SAROLANGUN.
“ASAL MULA NAMA
SAROLANGUN”
Pada zaman dulu, sebelum agama islam masuk ke daerah jambi,ada sebuah
dusun yang terletak dipinggir sungai batang asai,dusun ini bernama ujung
tanjung,kepala dusunnya dipimpin oleh seorang Rio yang bergelar Datuk
Bagindo Tuo.
Suatu ketika ada dua orang tamu dari daerah musirawas yang bersal dari
dusun suro. Kedua orang ini ingin bertemu dan menghadap Datuk Bagindo Tuo
di ujung tanjung tersebut.
Telah lama Adibah dan Jaka pun pergi ke tempat Datuk Bagindo Tuo
dan akhirnya mereka berdua hampir sampai ke desa lidung, tetapi
menurut tradisi rakyat tersebut siapa pun yang ingin bertemu sama
Datuk Bagindo Tuo, harus melapor kepada masyarakat desa lidung
tersebut, tetapi ketika kedua orang suro ini menuju ke desa lidung hari
pun sudah hampir malam.
Sore harinya kedua orang itu sempat bertemu dengan orang
penduduk desa lidung yang pulang dari mencari kayu.
Karena hari sudah senja dan desa lidung masih jauh, maka
bermalamlah kedua orang suro ini di tengah hutan senaning.
Adibah dan Jaka pun beristirahat di rumah kecil itu, dan orang yang
mencari rotan tadi pun telah sampai di lidung, dan orang itu pun
melaporkan kepada Datuk Bagindo Tuo.
Datuk : “Tingkir”
Tingkir : “Iya datuk ada apa ( sambil sedikit berlari)”
Datuk : “Sekarang kamu pergi ke hutan senaning untuk
menjemput dua orang suro yang sedang bermalam di
sana dan segera bawa mereka kesini.”
Datuk : “Tunggu dulu, ingat jika mereka berdua tidak ada disana
cari mereka sampai ketemu.”
Tingkir : “Baiklah datuk saya akan pergi.”
Datuk : “Silahkan”
Hari sudah tengah malam, kedua orang suro ini bangun dari tidurnya.
Beberapa hari kemudian didapat berita oleh pesuruh datuk bagindo tuo
bahwa kedua orang suro itu telah berpindah tempat ke dusun ujung
tanjung seribulan. Bermalam dan berpindah dalam bahasa dusun itu
disebut melangun.
KRITIK :
SARAN :