Disusun Oleh :
NIM : A1C119024
UNIVERSITAS JAMBI
2019/2020
Page 1 of 5
TEORI EVOLUSI MAKHLUK HIDUP
BERDASARKAN ILMU KIMIA
Teori Evolusi
Evolusi berasal dari kata evolve yang artinya perubahan. Dengan demikian, evolusi dapat diartikan
sebagai perubahan atau perkembangan struktur makhluk hidup menjadi lebih adaptif dalam waktu
yang lama. Evolusi ini terjadi secara perlahan dan terjadi pada populasi makhluk hidup.
Perkembangan teori evolusi terjadi pada abab ke–19, ketika banyak ditemukan berbagai fosil
makhluk hidup yang telah punah. Sebelumnya, pada awal abab ke 18, banyak ilmuwan yang
percaya bahwa spesies tidak mengalami perubahan sehingga penemuan-penemuan fosil makhluk
hidup yang telah punah tidak dapat dijelaskan oleh teori-teori pada saat itu. Pada akhir abab ke–18,
ilmuwan mengembangkan teori yang menjelaskan perubahan makhluk hidup dari waktu ke waktu.
Dalam bukunya The Descent of Man yang terbit tahun 1871, walaupun Darwin tidak menyatakan
secara langsung tentang asal usul manusia namun melalui teorinya,yang menyatakan bahwa
manusia berasal dari bentuk-bentuk yang bukan manusia, telah jelas bahwa yang dimaksud Darwin
sebagai nenek moyang manusia adalah makhluk sejenis kera.
Evolusi didefinisikan sebagai suatu perubahan atau perkembangan dari sederhana menjadi
kompleks dan membutuhkan waktu yang lama. Proses perubahan atau perkembangannya dari satu
tahap ke tahap lain. Menurut Saifuddin (2005) dalam bukunya Antropologi Kontemporer, ia
mengemukakan beberapa pokok argumentasi Darwin:
Pertama, Ia menyaksikan bahwa organisme itu bervariasi, bahkan ciri yang sangat dekat
sekali pun akan berbeda pada tingkat atau batas tertentu.
Page 2 of 5
beruntung mungkin menyimpang dari norma sedemikian sehingga menbantunya untuk tetap
hidup dan bereproduksi.
Darwin menyimpulkan bahwa jika ketiga pengamatan di atas sahih, maka ciri-ciri yang disukai
alam akan lebih umum ditemukan pada generasi-generasi ketimbang ciri yang tidak disukai alam.
Ciri-ciri yang tidak disukai alam akan hilang. Organisme akan beradaptasi dengan baik terhadap
lingkungannya karena varian yang sukara beradaptasi akan meninggalkan sedikit keturunan, dan
ciri-ciri mereka akan hilang. (Saifuddin: 2005). Hal inilah yang disebut dengan seleksi alam.
Menurut Darwin, evolusi merupakan akibat dari seleksi alam.
Teori ini mencoba menggali informasi asal usul makhluk hidup dari sisi biokimia. Menurut Oparin
dalam bukunya yang berjudul The Origin of Life (1936) menyatakan bahwa asal mula kehidupan
terjadi bersamaan dengan evolusi terbentuknya bumi beserta atmosfernya. Alexander Oparin adalah
ahli evolusi molekular berkebangsaan Rusia. Lebih lanjut, Oparin menjelaskan bahwa pada
mulanya atmosfer bumi purba terdiri atas metana (CH4), amonia (NH3), uap air (H2O), dan gas
hidrogen (H2). Oleh karena adanya pemanasan dan energi alam, berupa sinar kosmis dan halilintar,
gas-gas tersebut mengalami perubahan menjadi molekul organik sederhana, sejenis substansi asam
amino.
Selama berjuta-juta tahun, senyawa organik itu terakumulasi di cekungan perairan membentuk
primordial soup, seperti semacam campuran materi-materi di lautan panas. Tahap selanjutnya,
primordial soup ini membentuk monomer. Monomer bergabung membentuk polimer. Polimer
membentuk agregasi berupa protobion. Protobion adalah bentuk awal sel hidup yang belum mampu
bereproduksi, tetapi mampu memelihara lingkungan kimia dalam tubuhnya. Di samping itu,
protobion juga telah memperlihatkan sifat yang berhubungan dengan makhluk hidup, seperti dapat
melakukan metabolisme, kemampuan menerima rangsang, dan bereplikasi sendiri. Terbentuknya
polimer dari monomer-monomer telah dibuktikan oleh Sydney W. Fox. Dalam percobaannya, Fox
memanaskan 18–20 macam asam amino pada titik leburnya dan didapatkan protein.
Pendapat Alexander Oparin mendapat dukungan dari ahli kimia Amerika Serikat, bernama Harold
Urey. Urey menyatakan bahwa atmosfer bumi purba terdiri atas gas-gas metana (CH4), amonia
(NH3), uap air (H2O), dan gas hidrogen (H2). Dengan adanya energi alam (berupa halilintar dan
sinar kosmis), campuran gas-gas tersebut membentuk asam amino.
Page 3 of 5
Pada tahun 1953, seorang mahasiswa Harold Urey, yaitu Stanley Miller (USA) mencoba melakukan
eksperimen untuk membuktikan kebenaran teori yang dikemukakan Urey.
Percobaannya itu juga dikenal dengan eksperimen Miller-Urey.
Alat percobaan Miller-Urey Terdiri atas bagian yang berupa sebuah tabung tertutup yang
dihubungkan dengan 2 ruangan. Ruangan atas berisi beberapa gas yang menggambarkan keadaan
atmosfer bumi purba. Selanjutnya pada tempat ini diberi percikan listrik yang menggambarkan
halilintar. Kondensor berfungsi untuk mendinginkan gas, menyebabkan terbentuknya tetesan-
tetesan air dan berakhir pada ruangan pemanas kedua yang menggambarkan lautan. Beberapa
molekul kompleks yang terbentuk di ruangan atmosfer, dilarutkan dalam tetesan-tetesan air ini dan
dibawa ke ruangan lautan tempat sampel yang terbentuk diambil untuk dianalisis.
Page 4 of 5
Tahap 2 : Energi yang diperoleh dari aliran listrik halilintar dan radiasi sinar kosmis menyebabkan
zat-zat bereaksi membentuk molekul-molekul zat yang lebih besar.
Tahap 3 : Terbentuk zat hidup yang paling sederhana yang memiliki susunan kimia, seperti susunan
kimia pada virus.
Tahap 4 : Zat hidup yang terbentuk berkembang dalam waktu jutaan tahun menjadi organisme
(makhluk hidup) yang lebih kompleks.
Page 5 of 5