Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH CLINICAL PROSEDUR KEGAWATDARURATAN KEBIDANAN

SELAMA NIFAS (BENDUNGAN ASI)


Disusun Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Kegawatdaruratan Kebidanan
Program Studi Sarjana Terapan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:
Siti Nurhajah (1610104034)
Wiwin Setyaningsih (1610104042)
Wahyu Setianungrum (1610104043)
Shera Triandani (1610104044)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
TAHUN 2019
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Memberi ASI pada bayi merupakan proses alami sebagai kewajiban seorang ibu
yang mengasuh anaknya. Karena ASI merupakan makanan utama untuk bayi umur 0-6
bulan pertama kehidupannya. Proses alami untuk memberikan ASI sudah dimulai saat
terjadi kehamilan, karena bersama dengan hamil, payudara telah disiapkan sehingga
setelah bayi lahir ibu bisa segera memberikan ASI pada bayinya. Sejak hari ketiga sampai
hari keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi
sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan penghisapan yang efektif dan
pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun keadaan ini
bisa menjadi bendungan, pada bendungan payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan
cairan jaringan. Aliran vena dan limfotik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan
tekanan pada saluran ASI dan alveoli meningkat.
Payudara yang terbendung membesar, membengkak, dan sangat nyeri. Payudara
dapat terlihat mengkilat dan edema dengan daerah eritema difus. Puting susu teregang
menjadi rata, ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi sulit mengenyut untuk
menghisap ASI, wanita kadang- kadang menjadi demam akibat ASInya tidak keluar
dengan baik. Keluhan ibu menurut Prawirohardjo, (2017) adalah payudara bengkak,
keras, panas dan nyeri. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan
payudara untuk mencegah terjadinya kelainan.
Bila terjadi pembendungan ASI maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya
(analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa,
sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol atau lynoral tablet 3 kali sehari
selama 2-3 hari untuk membendung sementara produksi ASI.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari bendungan ASI?
2. Apa penyebab dari bendungan ASI?
3. Bagaimana tanda dan gejala bendungan ASI?
4. Bagaimana pencegahan bendungan ASI?
5. Bagaimana penatalaksanaan bendungan ASI?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari bendungan ASI
2. Untuk mengetahui penyebab dari bendungan ASI
3. Untuk memahami tanda dan gejala bendungan ASI
4. Untuk mengetahui cara pencegahan terjadinya bendungan ASI
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan terhadap bendungan ASI
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus
laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena
kelainan pada putting susu. Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada
payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan
ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. (Sarwono, 2015). Pembendungan ASI
adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-
kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu
(Buku Obstetri Williams). Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena
penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan
sempurna atau kelainan pada putting susu.
Keluhan ibu menurut Prawirohardjo, (2017) adalah payudara bengkak, keras,
panas dan nyeri. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan
payudara untuk mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi
simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui
pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan
stilbestrol atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk membendung
sementara produksi ASI. Pada bendungan, payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan
cairan jaringan. Aliran vena limpatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan
tekanan pada saluran ASI dengan alveoli meingkat. Payudara menjadi bengkak, merah
dan mengkilap.
Jadi dapat diambil kesimpulan perbedaan kepenuhan fisiologis maupun
bendungan ASI pada payudara adalah :

1. Payudara yang penuh terasa panas, berat dan keras. Tidak terlihat mengkilap. ASI
biasanya mengalir dengan lancar dengan kadang-kadang menetes keluar secara
spontan.
2. Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara
yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara terlihat
mengkilap dan puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan
mudah dan bayi sulit menghisap ASI sampai bengkak berkurang.
B. Etiologi
Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke dua atau ke tiga ketika payudara
telah memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang
tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu, produksi meningkat, terlambat
menyusukan, hubungan dengan bayi (bonding) kurang baik dan dapat pula karena
adanya pembatasan waktu menyusui. (Sarwono, 2015)
Pada bendungan ASI payudara yang terbendung membesar, membengkak dan
sangat nyeri. Payudara terlihat mengkilap dan puting susu teregang menjadi rata. ASI
tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit menghisap ASI sampai bengkak berkurang.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:
1. Pengosongan mamae yang tidak sempurna (Dalam masa laktasi, terjadi
peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila
bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka
masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak
dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI).
2. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (Pada masa laktasi, bila Ibu tidak
menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka
akan menimbulkan bendungan ASI).
3. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar (Teknik yang salah dalam menyusui
dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada
saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi
bendungan ASI).
4. Puting susu terbenam (Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam
menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau
menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI).
5. Puting susu terlalu panjang (Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan
pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan
merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan
dan menimbulkan bendungan ASI).
C. Tanda dan gejala bendungan ASI
1. Mamae panas serta keras pada saat perabaan dan nyeri.
2. Puting susu bisa mendatar sehingga bayi sulit menyusu.
3. Pengeluaran air susu kadang terhalang oleh duktus laktifer menyempit.
4. Payudara bengkak,keras,panas.
5. Nyeri bila ditekan.
6. Warnanya kemerahan.
7. Suhu tubuh sampai 38oc
D. Patofisiologi
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun
dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi prolaktin waktu
hamil, dan sangat di pengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi
prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae
terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkan dibutuhkan refleks yang menyebabkan
kontraksi sel-sel mioepitel yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-
kelenjar tersebut.
Refleks ini timbul bila bayi menyusui. Apabila bayi tidak menyusu dengan baik,
atau jika tidak dikosongkan dengan sempurna, maka terjadi bendungan air susu. Gejala
yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh terasa panas, berat
dan keras, terlihat mengkilat meski tidak kemerahan. ASI biasanya mengalir tidak
lancar, namun ada pula payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat
nyeri, puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi
sulit mengenyut untuk menghisap ASI. Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi
biasanya akan hilang dalam 24 jam (wiknjosastro,2010)
E. Diagnosis
1. Cara inspeksi.
Hal ini harus dilakukan pertama dengan tangan di samping dan sesudah itu
dengan tangan keatas,selagi pasien duduk kita akan melihat dilatasi pembuluh-
pembuluh balik di bawah kulit akibat pembesaran tumor jinak atau ganas di bawah
kulit.perlu diperhatikan apakah kulit pada suatu tempat menjadi merah.
2. Cara palpasi.
Ibu harus tidur dan diperiksa secara sistematis bagian medial lebih dahulu dengan
jari-jari yang harus kebagian lateral.palpasi ini harus meliputi seluruh payudara,dari
parasternal kearah garis aksila belakang,dan dari subklavikular kearah paling
distal.untuk pemeriksaan orang sakit harus duduk.tangan aksila yang akan diperiksa
dipegang oleh pemeriksa dan dokter pemeriksa mengadakan palpasi aksila dengan
tangan yang kontralateral dari tangan si penderita.misalnya kalau aksila kiri orang
sakit yang akan diperiksa,tangan kiri dokter mengadakan palpasi(prawirohardjo,2005)

F. Pencegahan terjadinya bendungan ASI


1. Gunakan teknik menyusui yang benar
2. Puting susu dan areola mamae harus selalu kering setelah selesai menyusui
3. Jangan pakai Bra yang tidak dapat menyerap keringat
4. Menyusui dini, susui bayi sesegera mungkin (setelah 30 menit) setelah dilahirkan
5. Susui bayi tanpa jadwal atau ( on demand)
6. Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi melebihi kebutuhan bayi
7. Perawatan payudara pasca (obserti patologi 169)
8. Menyusui yang sering
9. Hindari tekanan local pada payudara
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaa untuk bendungan ASI secara umum yaitu:
a. Kompres hangat payudara agar menjadi lebih lembek
b. Keluarkan sedikit ASI sehingga puting lebih mudah ditangkap dan dihisap oleh bayi.
c. Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI
d. Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres dingin
e. Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh getah bening lakukan pengurutan
(masase) payudara yang dimulai dari putin kearah korpus. Sebaiknya selama hamil
atau dua bulan terakhir dilakukan masase atau perawatan puting susu dan areola
mamae untuk mencegah terjadinya puting susu kering dan mudah mencegah
terjadinya payudara bengkak.
2. Penatalaksanaan untuk ibu yang menyusui:
a. Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar kemudian
perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu dan lebih berhati-hati pada area yang
mengeras
b. Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi
dengan payudara yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui
dengan penuh semangat pada awal sesi menyususi, sehingga bisa mengeringkannya
dengan efektif
c. Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap kali selesai menyusui
jika bayi belum benar-benar menghabiskan isi payudara yang sakit tersebut
d. Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara yang
sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air hangat beberapa kali),
lakukan pemijatan dengan lembut di sekitar area yang mengalami penyumbatan
kelenjar susu
e. Dansecara perlahan-lahan turun kearah putting susu
f. Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui.
g. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
h. Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.

3. Penataksanaan bagi ibu yang tidak menyusui :


a. Sangga payudara
b. Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit
c. Bila di perlukan berikan PCT 500 mg per Oral setiap 4 jam
d. Jangan di pijat atau memakai kompres hangat payudara
e. Pompa dan kosongkan payudara
4. Terapi dan pengobatan menurut prawirohardjo (2017) adalah:
a. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya
b. Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care
c. Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan kompres dingin
sesudah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri
d. Gunakan BH yang menopang
e. Berikan parasetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan menurunkan panas.
f. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk
mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis
untuk sakitnya (analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan
dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol 1
mg atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk sementara waktu
mengurangi pembendungan dan memungkinkan air susu dikeluarkan dengan
pijatan.
Postpartum

Estrogen & progesteron ↓

Oksitosin ↑ Prolaktin ↑

Involusi uterus Isapan bayi adekuat Isapan


byi tdk adekuat

Kontraksi uterus lambat Pelepasan jaringan Laserasi jln lahir Oksitosin ↑


Bendungan ASI

endometrium

Atonia uteri Port of the entri Duktus & alveoli


Payudara bengkak

Lokhea keluar berkontraksi

Perdarahan Volume darah ↓ Resiko infeksi

Defisit perawatan Efektif Tidak efektif Ggn.


Rasa Nyaman:

Volume cairan ↓ Anemia akut


Nyeri
Invasi bakteri ASI keluar ASI tdk keluar

Perub.perfusi jaringan Hb ↓

Hipoksia Daya tahan tubuh ↓ Kuman mdh masuk

Resiko syok Kelemahan umum Letting go phase

Hipovolemik

Intoleransi aktivitas kehadiran anggota


baru

Defisit perwtn diri Perubahan pola peran

Cemas
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ibu yang sedang Dalam masa nifas dapat mengalami beberapa masalah yang
biasanya terjadi seperti pembendunga air susu ibu, ini dapat terjadi pada hari ke dua atau
ke tiga ketika payudara telah memproduksi air susu. hal ini disebabkan karena kadar
estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari sesudah melahirkan.Dengan ini faktor dari
hipotalamus yang menghalangi prolaktin waktu hamil, dan sangat di pengaruhi oleh
estrogen tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini
menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu, tetapi untuk
mengeluarkan dibutuhkan reflek, yang bisa timbul dari hisapan bayi, apabila bayi tidak
menyusu dengan baik, atau jika tidak dikosongkan dengan sempurna, maka terjadi
bendungan air susu. Tanda dan gejala pembendungan ASI yang biasanya dirasakan oleh
ibu yaitu Mamae panas serta keras pada saat perabaan dan nyeri Warnanya
kemerahan.Suhu tubuh sampai 38oc. Penatalaksanaanya bisa dengan dikompres ataupun
dengan pemberian obat paracetamol jika ibunya mengalami demam.
B. Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan:
a. Diharapkan petugas kesehatan lebih meningkatkan konseling tentang menyusui
secara eksklusif.
b. Diharapkan petugas kesehatan bisa mempertahankan pelayanan kebidanan yang
sudah memenuhi standart.
2. Bagi Pasien
a. Diharapkan pasien aktif bertanya kepada petugas meskipun belum ada keluhan,
dan melakukan kunjungan ulang sesuai dengan jadwalnya.
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono, 2017. Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Mochtar, Rustam. 2010. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2015. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai