Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

PARTUS PRESIPITATUS DI RUANG VK BERSALIN


RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN
TANGGAL 11 - 16 FEBRUARI 2019

Oleh :
RAHMADI
NIM : 18.31.1177

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


CAHAYA BANGSA BANJARMASIN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2018-2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
PARTUS PRESIPITATUS DI RUANG VK BERSALIN
RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN
TANGGAL 11 - 16 FEBRUARI 2019

Oleh :
RAHMADI
NIM : 18.31.1177

Banjarmasin, Februari 2019


Mengetahui,
Preseptor Akademik Preseptor Klinik

Fadhil Al Mahdi. S.Kep., Ns., M.MKes


LAPORAN PENDAHULUAN

PARTUS PRESIPITATUS

A. KONSEP PARTUS PRESIPITATUS


Persalinan tidak saja dapat berjalan terlalu lambat, tetapi dapat juga
berlangsung terlalu cepat. Partus presipitatus yaitu, persalinan yang sangat cepat
dapat terjadi akibat resistensi jaringan lunak jalan lahir yang terlalu rendah, his
dan kontraksi abdomen terlalu kuat, atau yang sangat jarang, akibat tidak adanya
rasa nyeri sehingga pasien tidak menyadari partunya terlalu kuat.

1. DEFINISI
Menurut Huges (1972), partus presipitatus berakhir dengan pengeluaran
janin dalam waktu kurang dari 3 jam. Dengan menggunakan definisi ini di
Amerika Serikat selama tahun 1998 terjadi 79.993 kelahiran hidup (2%) yang
mengalami penyulit partus presipitatus (ventura dkk; 2000). Walaupun partus
presipitatus yang didefinisikan demikian tersebut tidak jarang hanya sedikit
publikasi yang membahas tentang efeknya pada ibu dan janin. Mahon dkk (1994)
melaporkan 99 persalinan yang berakhir dalam 3 jam setelah dimulainya his.
Persalinan singkat, yang didefinisikan sebagai kecepatan pembukaan serviks 5
cm/jam atau lebih untuk nullipara dan 10 cm/jam untuk multipara, menyertai
solutio (20%), meconium, perdarahan post partum (20%), penyalahgunaan protein
dan skor apgar yang rendah. Sebagian besar (93%) wanita adalah multipara dan
biasanya memperlihatkan kontraksi uterus yang lebih sering dari 2 menit sekali.
His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai
dalam waktu yang sangat singkat. Partus yang sudah selesai kurang dari 3 jam
dinamakan partus presipitatus; sifat his normal, tonus otot diluar his juga biasa,
kelainan terletak pada kekuatan his. Bahaya presipitatus bagi Ibu ialah perlukaan
luas pada jalan lahir, khususnya serviks uteri, vagina dan perineum, sedangkan
pada bayi dapat mengalami perdarahan intracranial karena bagian tersebut
mengalami tekanan yang kuat dalam waktu yang singkat. Bagian antara bagian
atas dan segmen bawah atau lingkaran retraksi menjadi sengat jelas dan meninggi.
Dalam keadaan demikian lingkaran dinamakan lingkaran retraksi (Ring Bundle).
Ligamentum rotundum menjadi tegang serta lebih jelas teraba, penderita merasa
nyeri terus menerus dan menjadi gelisah. Akhirnya apabila tidak diberi
pertolongan regangan segmen bawah uterus melampaui kekuatan jaringan;
terjadilah ruptur uteri.
Partus presipitatus dibedakan dengan partus emergesi atau partus darurat,
dimana partus emergensi ini berdasarkan partus yang tidak direncanakan, bebas
ruang bersalin, lahir non-rumah sakit yang terjadi sebagai akibat dari terjal tenaga
kerja, jarak geografis dari rumah sakit, atau penyebab lain untuk pengiriman tak
terduga.

2. FAKTOR-FAKTOR PREDISPOSISI PARTUS PRESIPITATUS


Faktor umum yang dapat menyebabkan seorang wanita untuk memberikan
dengan cepat. Faktor-faktor ini termasuk:
a. Multipara dengan santai panggul atau lantai n. perineum otot mungkin
memiliki pengusiran sangat singkat.
b. Multipara dengan luar biasa kuat, kuat kontraksi. Dua sampai tiga kontraksi
kuat dapat menyebabkan bayi untuk muncul dengan kecepatan yang cukup.
c. Peringatan yang tidak adekuat untuk partus presipitatus karena tidak adanya
sensasi menyakitkan selama persalinan.

3. KOMPLIKASI PADA IBU


Partus presipitatus jarang disertai penyulit serius pada Ibu. Apabila serviks
sudah mengalami pendataran dan mudah membuka, vagina sudah pernah teregang
sebelumnya, dan perineum lemas. Sebaliknya, kontraksi uterus yang terlalu kuat
disertai serviks yang panjang dan padat serta jalan lahir yang kaku dapat
menyebabkan rupture uteri atau laserasi luas di serviks, vagina, vulva, atau
perineum. Pada keadaan-keadaan yang terakhir lah paling mungkin terjadi suatu
penyulit yang jarang, atau embolisme cairan amnion. Uterus yang berkontraksi
terlalu kuat sebelum janin lahir lebih besar kemungkinannya mengalami hipotonia
setelah melahirkan, disertai perdarahan pada perlekatan plasenta sebagai
akibatnya.

4. KOMPLIKASI PADA JANIN DAN NEONATUS


Mortalitas dan morbiditas perinatal akibat partus presipitatus mungkin
meningkat secara bermakna karena beberapa alesan. Kontraksi uterus yang hebat
sering dengan interval relaksasi yang hamper tidak ada, menghambat aliran darah
uterus, dan oksigenasi janin. Alasan lain adalah bahwa resistensi jalan lahir
terhadap pengeluaran kepala janin dapat menyebabkan trauma intracranial
walaupun hal ini pasti jarang. Ackrr dkk (1988) melaporkan bahwa sepertiga
kasus ERB-Duchennt palsy menyertai partus jenis ini. Kemudian akibat
persalinan yang tidak dibantu bayi dapat jatuh ke lantai dan mengalami cedera
atau mungkin memerlukan resusitasi yang mungkin tidak segera tersedia.

5. PENATALAKSANAAN
His yang terlalu kuat kecil kemungkinannya dapat dimodifikasi secara
bermakna oleh analgesia. Pada keadaan ini, pemakaian obat 4-8 jam bergantung
pada paritas. Pada penggunaan tokolitik, misalnya magnesium sulfat, belum
terbukti dalam keadaan ini. Pemakaian anestesi umum dengan obat yang
menganggu kontraktilitas uterus, misalnya halotan dan isoflurane, sering
bermanfaat. Jelaslah, semua jenis oksitosin harus segera dihentikan.
His terlalu kuat, pada partus presipitatus tidak banyak yang dapat
dilakukan karena bayi sudah lahir tanpa adanya seorang yang menolong. Kalau
seorang wanita pernah mengalami partus presipitatus, kemungkinan persalinan
seperti ini dapat berulang pada persalinan berikutnya. Karena itu sebaiknya wanita
dirawat sebelum persalinan, pengawasan dapat dilakukan dengan baik. Pada
persalinan keadaan diawasi dengan cermat dan episitomi dilakukan pada waktu
yang tepat untuk menghindari terjadinya rupture perineum derajat 3. Bilamana his
kuat dan adanya rintangan yang menghalangi lahirnya janin cepat timbul
lingkaran retraksi, merupakan tanda bahaya akan terjadinya rupture uteri. Dalam
keadaan demikian, janin harus segera dilahirkan dengan menggunakan cara yang
hanya memberikan trauma sedikit bagi ibu dan anak.

B. KONSEP PARTUS NORMAL

1. DEFINISI
Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun
apabila tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal
(Mufdillah & Hidayat, 2008). Persalinan adalah suatu proses terjadinya
pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Mitayani, 2009).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada
ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2006).

2. PENYEBAB PERSALINAN
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi
rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011)

a. Teori Penurunan Hormone


1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone
progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –
otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah
sehingga timbul his bila progesterone turun.
b. Teori Placenta Menjadi Tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori Distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-
otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
d. Teori Iritasi Mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila
ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul
kontraksi uterus.
e. Induksi Partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan
dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser,
amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin
menurut tetesan perinfus.
3. PATWAY

Kehamilan (37-42 Minggu)

Tanda-tanda inpartu

Proses persalinan

Kala I Kala II Kala III Kala IV

Kontraksi uterus Partus Pelepasan plasenta Post partum

Dilatasi servik Tekanan mekanik Resiko perdarahan


pada presentasi

Trauma jaringan laserasi/ Nyeri akut


Ekspulsi fetal

Resiko infeksi
Nyeri persalinan Kelelahan
4. TANDA-TANDA MULAINYA PERSALINAN
Tanda-tanda permulaan persalinan adalah Lightening atau settling atau
dropping yang merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama
pada primigravida. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun. Perasaan
sering-sering atau susah buang air kecil karena kandung kemih tertekan oleh
bagian terbawah janin. Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya
kontraksi-kontraksi lemah diuterus (fase labor pains). Servik menjadi lembek,
mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody
show) (Haffieva, 2011).
Tanda-Tanda In Partu :
a. Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur.
b. Keluar lendir dan bercampur darah yang lebih banyak, robekan kecil pada
bagian servik.
c. Kadang-kadang ketuban pecah
d. Pada pemeriksaan dalam, servik mendatar

5. FAKTOR PERSALINAN
a. PASSAGE (JALAN LAHIR)
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga
panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta
dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut
harus normal. Passage terdiri dari:
1) Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul)
a) Os. Coxae
- Os illium
- Os. Ischium
- Os. Pubis
b) Os. Sacrum = promotorium
c) Os. Coccygis
2) Bagian lunak: otot-otot, jaringan dan ligamen-ligamen

Pintu Panggul
a) Pintu atas panggul (PAP) = Disebut Inlet dibatasi oleh promontorium,
linea inominata dan pinggir atas symphisis.
b) Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina ischiadica, disebut
midlet
c) Pintu Bawah Panggul (PBP) dibatasi simfisis dan arkus pubis, disebut
outlet
d) Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity) berada antara inlet dan
outlet.
Bidang-bidang:
a) Bidang Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas
symphisis dan promontorium
b) Bidang Hodge II : sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir bawah
symphisis.
c) Bidang Hodge III : sejajar Hodge I dan II setinggi spina ischiadika
kanan dan kiri.
d) Bidang Hodge IV : sejajar Hodge I, II dan III setinggi os coccyges

b. Power
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his
atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan
tenaga primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi
dan retraksi otot-otot rahim
1) Kekuatan yang mendorong janin keluar (power) terdiri dari :
a) His (kontraksi otot uterus)
Adalah kontraksi uterus karena otot – otot polos rahim bekerja
dengan baik dan sempurna. Pada waktu kontraksi otot – otot rahim
menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri
menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan kantung amneon ke
arah segmen bawah rahim dan serviks.
b) Kontraksi otot-otot dinding perut
c) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
d) Ketegangan dan ligmentous action terutama ligamentum rotundum
2) Kontraksi uterus/His yang normal karena otot-otot polos rahim bekerja
dengan baik dan sempurna mempunyai sifat-sifat :
a) Kontraksi simetris
b) Fundus dominan
c) Relaksasi
d) Involuntir: terjadi di luar kehendak
e) Intermitten: terjadi secara berkala (berselang-seling)
f) Terasa sakit
g) Terkoordinasi
h) Kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan psikis

Perubahan-perubahan akibat his:


a) Pada uterus dan servik, Uterus teraba keras/padat karena kontraksi.
Tekanan hidrostatis air ketuban dan tekanan intrauterin naik serta
menyebabkan serviks menjadi mendatar (effacement) dan terbuka
(dilatasi).
b) Pada ibu Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim. Juga
ada kenaikan nadi dan tekanan darah.
c) Pada janin Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter kurang,
maka timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat
(bradikardi) dan kurang jelas didengar karena adanya iskemia fisiologis.

Dalam melakukan observasi pada ibu-ibu bersalin hal-hal yang harus


diperhatikan dari his:
a) Frekuensi his Jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit atau
persepuluh menit.
b) Intensitas his Kekuatan his diukurr dalam mmHg. intensitas dan
frekuensi kontraksi uterus bervariasi selama persalinan, semakin
meningkat waktu persalinan semakin maju. Telah diketahui bahwa
aktifitas uterus bertambah besar jika wanita tersebut berjalan – jalan
sewaktu persalinan masih dini.
c) Durasi atau lama his Lamanya setiap his berlangsung diukurr dengan
detik, misalnya selama 40 detik.
d) Datangnya his Apakah datangnya sering, teratur atau tidak.
e) Interval Jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his
datang tiap 2 sampe 3 menit
f) Aktivitas his Frekuensi x amplitudo diukur dengan unit Montevideo.

His Palsu
His palsu adalah kontraksi uterus yang tidak efisien atau spasme usus,
kandung kencing dan otot-otot dinding perut yang terasa nyeri. His palsu
timbul beberapa hari sampai satu bulan sebelum kehamilan cukup bulan.
His palsu dapat merugikan yaitu dengan membuat lelah pasien sehingga
pada waktu persalinan sungguhan mulai pasien berada dalam kondisi yang
jelek, baik fisik maupun mental.
Kelainan kontraksi otot Rahim
1) Inertia Uteri
a) His yang sifatnya lemah, pendek dan jarang dari his yang normal
yang terbagi menjadi : Inertia uteri primer : apabila sejak semula
kekuatannya sudah lemah
b) Inertia uteri sekunder : His pernah cukup kuat tapi kemudian
melemah
Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan,
bagian terendah terdapat kaput dan mungkin ketuban telah pecah.
His yang lemah dapat menimbulkan bahaya terhadap ibu maupun
janin sehingga memerlukan konsultasi atau merujuk penderita ke
rumah sakit, puskesmas atau ke dokter spesialis.
2) Tetania uteri
His yang terlalu kuat dan terlalu sering, sehingga tidak terdapat
kesempatan reaksi otot rahim. Akibat dari tetania uteri dapat terjadi:
a) Persalinan Presipitatus
b) Persalinan yang berlangsung dalam waktu tiga jam. Akibat mungkin
fatal
c) Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
- Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam
persalinanT
- Tauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan
inversion uteri
- Tetania uteri menyebabkan asfiksia intra uterin sampai kematian
janin dalam rahim
3) Inkoordinasi otot Rahim
Keadaan Inkoordinasi kontraksi otot rahim dapat menyebabkan sulitnya
kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan atau
pengeluaran janin dari dalam rahim. Penyebab inkoordinasi kontraksi
otot rahim adalah:
a) Faktor usia penderita relatif tua
b) Pimpinan persalinan
c) Karena induksi persalinan dengan oksitosin
d) Rasa takut dan cemas

c. Passanger
Passanger terdiri dari janin dan plasentaa, Janin merupakan passangge
utama dan bagian janin yang paling penting adalah kepala karena bagian
yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala janin. Posisi dan besar
kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan. Kelainan-kelainan yang
sering menghambat dari pihak passangger adalah kelainan ukuran dan
bentuk kepala anak seperti hydrocephalus ataupun anencephalus, kelainan
letak seperti letak muka atau pun letak dahi, kelainan kedudukan anak
seperti kedudukan lintang atau letak sungsang.

d. Psikis (Psikologis)
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-
benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga bias
melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka seolah-olah mendapatkan
kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu “ keadaan
yang belum pasti “ sekarang menjadi hal yang nyata.
Psikologis meliputi :
1) Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual
2) Pengalaman bayi sebelumnya
3) Kebiasaan adat
4) Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu
Sikap negatif terhadap peralinan dipengaruhi oleh:
1) Persalinan sebagai ancaman terhadap keamanan
2) Persalinan sebagai ancaman pada self-image
3) Medikasi persalinan
4) Nyeri persalinan dan kelahiran

e. Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini Bidan adalah mengantisipasi
dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin.
Proses tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam
menghadapi proses persalinan.

6. KALA PERSALINAN
Persalinan dibagi dalam empat kala menurut Prawirohardjo (2006) yaitu:
a. Kala I (kala pembukaan)
Inpartu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah,
servik mulai membuka dan mendatar, darah berasal dari pecahnya
pembuluh darah kapiler, kanalis servikalis.
Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase :

1) Fase laten
Pembukaan servik berlangsung lambat, sampai pembukaan berlangsung
2 jam, cepat menjadi 9 cm.
2) Fase aktif
Berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 sub fase :
a) periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
b) periode dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam, pembukaan
berlangsung 2 jam, cepat menjadi 9 cm.
c) periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam
pembukaan menjadi 10 cm.
Akhir kala I servik mengalami dilatasi penuh, uterus servik dan vagina
menjadi saluran yang continue, selaput amnio ruptur, kontraksi uterus kuat
tiap 2-3 menit selama 50-60 detik untuk setiap kontraksi, kepala janin turun
ke pelvis.

b. Kala II (pengeluaran janin)


His terkoordinir cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali, kepala
janin telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga terjadilah tekanan
pada otot-otot dasar panggul yang secara reflek menimbulkan rasa ngedan
karena tekanan pada rectum sehingga merasa seperti BAB dengan tanda
anus membuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva
membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin
akan lahir dan diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi 1.5-2
jam, pada multi 0.5 jam.
Mekanisme persalinan:
Janin dengan presentasi belakang kepala, ditemukan hampir sekitar 95
% dari semua kehamilan.Presentasi janin paling umum dipastikan dengan
palpasi abdomen dan kadangkala diperkuat sebelum atau pada saat awal
persalinan dengan pemeriksaan vagina (toucher). Pada kebanyakan kasus,
presentasi belakang kepala masuk dalampintu atas panggul dengan sutura
sagitalis melintang. Oleh karena itu kita uraikan dulu mekanisme persalinan
dalam presentasi belakang kepala dengan posisi ubun-ubun kecil melintang
dan anterior.
Karena panggul mempunyai bentuk yang tertentu , sedangkan ukuran-
ukuran kepala bayi hampir sama besarnya dengan dengan ukuran dalam
panggul, maka jelas bahwa kepala harus menyesuaikan diri dengan bentuk
panggul mulai dari pintu atas panggul, ke bidang tengah panggul dan pada
pintu bawah panggul, supaya anak dapat lahir. Misalnya saja jika sutura
sagitalis dalam arah muka belakang pada pintu atas panggul, maka hal ini
akan mempersulit persalinan, karena diameter antero posterior adalah
ukuran yang terkecil dari pintu atas panggul. Sebaliknya pada pintu bawah
panggul, sutura sagitalis dalam jurusan muka belakang yang
menguntungkan karena ukuran terpanjang pada pintu bawah panggul ialah
diameter antero posterior.
Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah :
1) Penurunan kepala.
Pada primigravida, masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul
biasanya sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan, tetapi pada
multigravida biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan.
Masuknya kepala ke dalam PAP, biasanya dengan sutura sagitalis
melintang dan dengan fleksi yang ringan. Masuknya kepala melewati
pintu atas panggul (PAP), dapat dalam keadaan asinklitismus yaitu bila
sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara
simpisis dan promontorium.
Pada sinklitismus os parietal depan dan belakang sama tingginya.
Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati simpisis atau agak ke
belakang mendekati promontorium, maka dikatakan kepala dalam
keadaan asinklitismus, ada 2 jenis asinklitismus yaitu :
a) Asinklitismus posterior : Bila sutura sagitalis mendekati simpisis
dan os parietal belakang lebih rendah dari os parietal depan.
b) Asinklitismus anterior : Bila sutura sagitalis mendekati
promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari os
parietal belakang.
Derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal,
tetapi kalau berat gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi
sepalopelvik dengan panggul yang berukuran normal sekalipun.
Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II
persalinan. Hal ini disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari
segmen atas rahim, yang menyebabkan tekanan langsung fundus pada
bokong janin. Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi dari
segmen bawah rahim, sehingga terjadi penipisan dan dilatasi servik.
Keadaan ini menyebabkan bayi terdorong ke dalam jalan lahir.
Penurunan kepala ini juga disebabkan karena tekanan cairan intra
uterine, kekuatan mengejan atau adanya kontraksi otot-otot abdomen
dan melurusnya badan anak.
a) Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara
simpisis dan promontorium.
b) Sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang lebih
rendah dari os parietal depan
c) Sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan
lebih rendah dari os parietal belakang
2) Fleksi
Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan.
Dengan majunya kepala biasanya fleksi juga bertambah. Pada
pergerakan ini dagu dibawa lebih dekat ke arah dada janin sehingga
ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar hal ini disebabkan
karena adanya tahanan dari dinding seviks, dinding pelvis dan lantai
pelvis. Dengan adanya fleksi, diameter suboccipito bregmatika (9,5 cm)
menggantikan diameter suboccipito frontalis (11 cm). sampai di dasar
panggul, biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal.
3) Rotasi dalam ( putaran paksi dalam)
4) Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian
rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke
depan ke bawah simpisis. Pada presentasi belakang kepala bagian yang
terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan
memutar ke depan kearah simpisis. Rotasi dalam penting untuk
menyelesaikan persalinan, karena rotasi dalam merupakan suatu usaha
untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya
bidang tengah dan pintu bawah panggul.

5) Ekstensi.
Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil
berada di bawah simpisis, maka terjadilah ekstensi dari kepala janin.
Hal ini di sebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul
mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan
fleksi untuk melewatinya. Kalau kepala yang fleksi penuh pada waktu
mencapai dasar panggul tidak melakukan ekstensi maka kepala akan
tertekan pada perineum dan dapat menembusnya.
Subocciput yang tertahan pada pinggir bawah simpisis akan menjadi
pusat pemutaran (hypomochlion), maka lahirlah berturut-turut pada
pinggir atas perineum: ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan dagu
bayi dengan gerakan ekstensi.
6) Ekspulsi.
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simpisis dan
menjadi hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua
bahu bayi lahir , selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah
dengan sumbu jalan lahir.
Dengan kontraksi yang efektif, fleksi kepala yang adekuat, dan janin
dengan ukuran yang rata-rata, sebagian besar oksiput yang posisinya
posterior berputar cepat segera setelah mencapai dasar panggul, dan
persalinan tidak begitu bertambah panjang. Tetapi pada kira-kira 5-10
% kasus, keadaan yang menguntungkan ini tidak terjadi. Sebagai
contoh kontraksi yang buruk atau fleksi kepala yang salah atau
keduanya, rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak terjadi
sama sekali, khususnya kalau janin besar.
7) Rotasi luar ( putaran paksi luar)
Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala
bayi memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan
torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Bahu melintasi
pintu dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul bahu akan
menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga di
dasar panggul setelah kepala bayi lahir, bahu mengalami putaran dalam
dimana ukuran bahu (diameter bisa kromial) menempatkan diri dalam
diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul. Bersamaan dengan
itu kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang kepala
berhadapan dengan tuber ischiadikum sepihak.

c. Kala III (pengeluaran plasenta)


Setelah bayi lahir, kontraksi, rahim istirahat sebentar, uterus teraba keras
dengan fundus uteri sehingga pucat, plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya.
Beberapa saat kemudian timbul his, dalam waktu 5-10 menit, seluruh
plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir secara spontan
atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisis/fundus uteri, seluruh proses
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai
dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
d. Kala IV
Pengawasan, selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir, mengamati
keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum. Dengan
menjaga kondisi kontraksi dan retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus.
Tugas uterus ini dapat dibantu dengan obat-obat oksitosin.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. USG
b. Pemeriksaan Hb

8. PENATALAKSANAAN
Menurut Wiknjosastro (2005), penatalaksanaan yang diberikan untuk
penanganan plasenta previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu:
a. Kaji kondisi fisik klien
b. Menganjurkan klien untuk tidak coitus
c. Menganjurkan klien istirahat
d. Mengobservasi perdarahan
e. Memeriksa tanda vital
f. Memeriksa kadar Hb
g. Berikan cairan pengganti intravena RL
h. Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus
masih premature

9. ASUHAN KEPERAWATAN
a. KALA I (fase laten)
1) Pengakajian
a) Integritas ego
Klien tampak tenang atau cemas
b) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi regular, terjadi peningkatan frekuensi durasi atau
keparahan
c) Seksualitas
Servik dilatasi 0-4 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan
atau terdiri dari flek lendir.
2) Diagnosa Keperawatan
a) Ansietas b/d krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi.
b) Defisiensi pengetahuan tentang kemajuan persalinan b/d kurang
mengingat informasi yang diberikan, kesalahan interpretasi
informasi.
3) Rencana Keperawatan
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Ansietas b/d krisis situasi Setelah dilakukan asuhan Pengurangan kecemasan
kebutuhan tidak terpenuhi. keperawatan selama 1. Orientasikan klien pada
……..diharapkan ansietas lingkungan, staf dan
pasien berkurang prosedur
Kontrol diri kecemasan 2. Berikan informasi tentang
Kriteria Hasil : perubahan psikologis dan
1. TTV dbn fisiologis pada persalinan
2. Pasien dapat 3. Kaji tingkat dan penyebab
mengungkapkan ansietas
perasaan cemasnya 4. Pantau tekanan darah dan
3. Lingkungan sekitar nadi sesuai indikasi
pasien tenang dan 5. Anjurkan klien
kondusif mengungkapkan
perasaannya
6. Berikan lingkungan yang
tenang dan nyaman untuk
pasien
2. Defisiensi pengetahuan Setelah dilakukan asuhan Pengajaran : proses
tentang kemajuan persalinan keperawatan persalinan
b/d kurang mengingat selama….,pengetahuan 1. Kaji persiapan,tingkat
informasi yang diberikan, pasien tentang persalinan pengetahuan dan harapan
kesalahan interpretasi meningkat klien
informasi. Pengetahuan : proses 2. Beri informasi dan
persalinan kemajuan persalinan normal
Kriteria Hasil : 3. Demonstrasikan teknik
1. Pasien dapat pernapasan atau relaksasi
mendemonstrasikan dengan tepat untuk setiap
teknik pernafasan dan fase persalinan
posisi yang tepat untuk
fase persalinan

b. KALA I (fase aktif)


1) Pengkajian
a) Aktivitas istirahat
Klien tampak kelelahan.
b) Integritas ego
Klien tampak serius dan tampak hanyut dalam persalinan ketakutan
tentang kemampuan mengendalikan pernafasan.
c) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi sedang, terjadi 2, 5-5 menit dan berakhir 30-40 detik.
d) Keamanan
Irama jantung janin terdeteksi agak di bawah pusat, pada posisi
vertexs.
e) Seksualitas
Dilatasi servik dan 4-8 cm (1, 5 cm/jam pada multipara dan 1-2 cm/
jam pada primipara)
2) Diagnosa Keperawatan
Nyeri persalinan berhubungan dengan dilatasi servik.
3) Intervensi
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri persalinan Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri
berhubungan dengan dilatasi keperawatan 1. Kaji derajat
servik. selama…..,diharapkan nyeri ketidaknyamanan secara
terkontrol verbal dan nonverbal
Kontrol nyeri 2. Pantau dilatasi servik
kriteria hasil: 3. Pantau tanda vital dan
1. TTV dbn DJJ
2. Pasien dapat 4. Bantu penggunaan teknik
mendemonstrasikan pernapasan dan relaksasi
kontrol nyeri 5. Bantu tindakan
kenyamanan spt.
6. Gosok punggung, kaki
7. Anjurkan pasien
berkemih 1-2 jam
8. Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
9. Dukung keputusan klien
menggunakan obat-
obatan/tidak
10. Berikan lingkungan yang
tenang
c. KALA II
1) Pengkajian
a) Aktivitas/ istirahat
- Melaporkan kelelahan
- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri /
teknik relaksasi
- Lingkaran hitam di bawah mata
b) Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
c) Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol / sebaliknya
d) Eliminasi
Keinginan untuk defekasi, kemungkinan terjadi distensi kandung
kemih
e) Nyeri / ketidaknyamanan
- Dapat merintih / menangis selama kontraksi
- Melaporkan rasa terbakar / meregang pada perineum
- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
- Kontraksi uterus kuat terjadi 1.5 – 2 menit
f) Pernafasan
Peningkatan frekwensi pernafasan
g) Seksualitas
- Servik dilatasi penuh (10 cm)
- Peningkatan perdarahan pervagina
- Membrane mungkin rupture, bila masih utuh
- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
2) Diagnosa Keperawatan
Nyeri persalinan b/d ekspulsi fetal

3) Intervensi
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri persalinan b/d Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri
ekspulsi fetal keperawatan 1. Identifikasi derajat
selama….,diharapkan nyeri ketidaknyamanan
terkontrol 2. Berikan tanda/ tindakan
Kontrol nyeri kenyamanan seperti
Kriteria Hasil : perawatan kulit, mulut,
1. TTV dbn
perineal dan alat-alat
2. Pasien dapat
tahun yang kering
mendemostrasikan nafas
3. Bantu pasien memilih
dalam dan teknik
posisi yang nyaman
mengejan
untuk mengedan
4. Pantau tanda vital ibu
dan DJJ
5. Kolaborasi pemasangan
kateter dan anastesi

d. KALA III
1) Pengkajian
a) Aktivitas / istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
b) Sirkulasi
- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan
kembali normal dengan cepat
- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
- Nadi melambat
c) Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 – 300 ml
d) Nyeri / ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
e) Seksualitas
- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
- Tali pusat memanjang pada muara vagina
2) Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut b/d agen injury fisik
b) Risiko perdarahan dengan faktor resiko laserasi jalan lahir

3) Intervensi
NODIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC
1. Nyeri akut b/d agen injury Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri
fisik keperawatan 1. Bantu penggunaan teknik
selama….,diharapkan nyeri pernapasan
terkontrol 2. Berikan kompres es pada
Kontrol nyeri perineum setelah
kriteria hasil: melahirkan
1. Pasien dapat mengontrol
3. Ganti pakaian dan liner
nyeri basah
4. Berikan selimut
penghangat
5. Kolaborasi perbaikan
episiotomy
2. Risiko perdarahan dengan Setelah dilakukan asuhan Bleeding precautions
faktor resiko laserasi jalan keperawatan 1. Monitor ketat tanda-
lahir selama….,diharapkan tanda perdarahan
2. Catat nilai Hb dan HT
perdarahan terkontrol
sebelum dan sesudah
Blood lose severity terjadìnya perdarahan
Kriteria Hasil : 3. Monitor nilai lab
1. Kehilangan darah yang (koagulasi) yang
terlihat meliputi PT, PTT,
2. Tekanan darah dalam trombosit
batas normal sistol dan 4. Monitor TTV ortostatik
diastole 5. Pertahankan bed rest
3. Tidak ada perdarahan selama perdarahan aktif
pervagina 6. Kolaborasi dalam
4. Tidak ada distensi pemberian produk darah
abdominal (platelet atau fresh
5. Hemoglobin dan frozen plasma)
hematrokrit dalam batas 7. Lindungi pasien dari
normal trauma yang dapat
6. Plasma, PT, PTT dalam menyebabkan
batas normal
perdarahan

e. KALA IV
1) Pengkajian
a) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan

b) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70x/menit) TD bervariasi,
mungkin lebih rendah pada respon terhadap analgesia/anastesia,
atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKK,edema,
kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran
pervagina 600-800 ml untuk kelahiran saesaria
c) Integritas Ego
Kecewa, rasa takut mengenai kondisi bayi, bahagia
d) Eliminasi
Haemoroid, kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
e) Makanan/cairan
Mengeluh haus, lapar atau mual
f) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya
anastesi spinal
g) Nyeri/ketidaknyamanan
Melaporkan nyeri, missal oleh karena trauma jaringan atau
perbaikan episiotomy, kandung kemih penuh, perasaan dingin atau
otot tremor
h) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
i) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi
umbilicus, perineum bebas dan kemerahan, edema, ekimosis, striae
mungkin pada abdomen, paha dan payudara.
2) Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut b/d agen injury fisik
b) Risiko infeksi dengan faktor resiko terjadinya ruptur perineum
selama proses persalinan
3) Intervensi

DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d agen injury Setelah dilakukan asuhan Manjemen nyeri
fisik keperawatan 1. Kaji sifat dan derajat
selama….,diharapkan nyeri ketidaknyamanan
terkontrol 2. Beri informasi yang tepat
Level nyeri tentang perawatan selama
kriteria hasil: periode pascapartum
1. Pasien dapat mengontrol
3. Lakukan tindakan
nyeri kenyamanan
4. Anjurkan penggunaan
teknik relaksasi
5. Beri analgesic sesuai
kemampuan
2. Risiko infeksi dengan Setelah dilakukan asuhan Infection Control (Kontrol
faktor resiko terjadinya keperawatan infeksi)
ruptur perineum selama selama….,diharapkan risiko 1. Bersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien
proses persalinan infeksi tidak terjadi
lain
Risk control 2. Pertahankan teknik
Kriteria Hasil: isolasi
1. Klien bebas dari tanda 3. Batasi pengunjung bila
dan gejala infeksi perlu
2. Mendeskripsikan proses 4. Cuci tangan setiap
penularan penyakit, sebelum dan sesudah
faktor yang tindakan keperawatan
mempengaruhi 5. Gunakan baju, sarung
penularan serta tangan sebagai alat
penatalaksanaannya pelindung
3. Menunjukkan 6. Pertahankan lingkungan
kemampuan untuk aseptik selama
mencegah timbulnya pemasangan alat
infeksi 7. Tingktkan intake nutrisi
4. Jumlah leukosit dalam
batas normal
5. Menunjukkan perilaku
hidup sehat
DAFTAR PUSTAKA

Depkes.(2008). Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal.Jakarta: USAID

FKUI. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Media Aesculapius. Jakarta

Gary dkk. Obstetri Williams,Edisi 21, Jakarta, EGC; 2006.

Hafifah. (2011). Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal.


Diakses tanggal 01 Februari 2012, http:///D:/MATERNITY
%20NURSING/LP%20PERSALINAN/laporan-pendahuluan-pada-pasien-
dengan.html.

Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification (NIC).


United States of America:Mosby.

Meidian, JM. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of


America:Mosby.

Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Wiknjosostro. (2002). Ilmu Kebidanan Edisi III. Jakarta: Yayasan Bima pustaka
Sarwana Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai