Anda di halaman 1dari 6

DEWAN PENGURUS PUSAT

PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA


TAHUN 2020
Graha DPP PPNI: Jl. Lenteng Agung Raya No 64 RT 006/RW 008 Kec. Jagakarsa
Jakarta Selatan 12610;
Telp: +6221 2271 0272 www.inna-ppni.or. id;dppppni@gmail.com; Badan Hukum: AHU-
93.AH.01.07 Tahun 2012 AHU-133.AH.01.08 Tahun 2015 tentang Perubahan Pengawas dan
Pengurus

KEPERAWATAN JIWA
Kegiatan Belajar 3

ASUHAN KEPERAWATAN HALUSINASI

DESKRIPSI

Modul ini berisi materi asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi. Halusinasi adalah
persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal. Modul ini
akan membahas asuhan keperawatan jiwa pasien halusinasi meliputi pengkajian, masalah
keperawatan, rencana tindakan, tindakan keperawatan dan evaluasi.

Kompetensi/ Capaian Pembelajaran

Setelah mempelajari modul ini para peserta diharapkan dapat melakukan asuhan

keperawatan pada pasien dengan halusinasi.

Secara khusus, Anda diharapkan dapat:

1. Menentukan data pengkajian pada pasien dengan dengan halusinasi


2. Menentukan masalah keperawatan pada pasien dengan halusinasi
3. Menentukan rencana tindakan pada pasien dengan halusinasi
4. Menentukan tindakan keperawatan pada pasien dengan halusinasi
5. Menentukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan halusinasi
URAIAN MATERI

A. Pengertian :

Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus)
eksternal (Stuart & Laraia, 2005; Laraia, 2009). Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana
pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
Halusinasi terbagi atas lima jenis yaitu halusinasi pendengaran, penglihatan, penghidu,
pengecapan dan perabaan. Dari lima jenis halusinasi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa
halusinasi pendengaran merupakan jenis halusinasi yang paling banyak ditemukan yaitu terjadi
pada 70% pasien selanjutnya 20% halusinasi penglihatan, dan 10% adalah halusinasi penghidu,
pengecapan dan perabaan.

B. Etiologi
Penyebab terjadinya halusinasi bisa dilihat dari faktor predisposisi (pendukung) dan faktor
presipitasi (pencetus). Faktor presipitasi adalah kejadian dimasa lampau (lebih dari enam bulan
yang lalu) yang berkontribusi terhadap terjadinya masalah saat ini. Faktor presipitasi adalah
kejadian yang merupakan pencetus atau pemicu yang secara langsung menyebabkan terjadinya
masalah saat ini (kurang dari enam bulan). Faktor predisposisi dan presipitasi dapat dibagi bisa
berasal dari faktor biologis, psikologis, maupun sosial budaya.
a. Faktor Predisposisi

Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya halusinasi adalah:


a) Faktor Biologis: faktor herediter, riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat
penggunaan NAPZA.
b) Faktor Psikologis: kegagalan yang berulang, korban kekerasan, kurangnya kasih sayang,
atau overprotektif.
c) Sosiobudaya dan lingkungan: ekonomi rendah, riwayat penolakan lingkungan pada usia
perkembangan anak, tingkat pendidikan rendah dan kegagalan dalam hubungan sosial
(perceraian, hidup sendiri), serta tidak bekerja.
b. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi pada pasien dengan halusinasi ditemukan adanya riwayat penyakit infeksi,
penyakit kronis atau kelainan struktur otak, kekerasan dalam keluarga, atau adanya kegagalan-
kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan dikeluarga atau masyarakat
yang sering tidak sesuai dengan pasien serta konflik antar masyarakat.

C. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien serta ungkapan pasien.
Adapun tanda dan gejala pasien halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Data Subjektif:
Pasien mengatakan :
a) Mendengar suara-suara atau kegaduhan.
b) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
c) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
d) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu atau monster
e) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau itu
menyenangkan.
f) Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
g) Merasa takut atau senang dengan halusinasinya

b. Data Objektif:
a) Bicara atau tertawa sendiri
b) Marah-marah tanpa sebab
c) Mengarahkan telinga ke arah tertentu
d) Menutup telinga
e) Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
f) Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
g) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu.
h) Menutup hidung.
i) Sering meludah
j) Muntah
k) Menggaruk-garuk permukaan kulit

D. Masalah Keperawatan: Halusinasi


Dalam menegakkan masalah keperawatan utama, hal harus diperhatikan adalah data mayor yang
ditemukan berdasarkan hasil pengkajin (data here and now). Dalam soal, masalah keperawatan
utama terlihat dari hasil pengkajian, khususnya data subjektif yang diungkapkan pasien.
E. Rencana tindakan Halusinasi
Prinsip tindakan keperawatan pada pasien halusinasi adalah mengembalikan klien pada realita,
saat pasien sedang mengalami halusinasi maka perawat tidak diperbolehkan mendukung ataupun
menyangkal halusinasi pada pasien.

Tujuan Keperawatan : Pasien mampu mengontrol Halusinasi


F. Tindakan Keperawatan

a. Membina hubungan saling percaya


b. Membantu pasien menyadari ganguan sensori persepsi halusinasi
a) Tanyakan pendapat pasien tentang halusinasi yang dialaminya: tanpa mendukung, dan
menyangkal halusinasinya.
b) Mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu terjadinya, situasi pencetus, perasaan, respon dan
upaya yang sudah dilakukan pasien untuk menghilangkan atau mengontrol halusinasi.
c. Melatih pasien cara mengontrol halusinasi:
Secara rinci tahapan melatih pasien mengontrol halusinasi dapat dilakukan sebagai berikut:
a) Jelaskan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik, 6 (enam) benar minum obat,
bercakap-cakap dan melakukan kegiatan dirumah seperti membereskan kamar,
merapihkan tempat tidur serta mencuci baju.
b) Berikan contoh cara menghardik, 6 (enam) benar minum obat, bercakap-cakap dan
melakukan kegiatan dirumah seperti membereskan kamar, merapihkan tempat tidur serta
mencuci baju.
c) Berikan kesempatan pasien mempraktekkan cara menghardik, 6(enam) benar minum
obat, bercakap-cakap dan melakukan kegiatan dirumah seperti membereskan kamar,
merapihkan tempat tidur serta mencuci baju yang dilakukan di hadapan perawat, beri
pujian setiap pencapaian pasien.

G. Evaluasi
Mengalami penurunan tanda dan gejala, peningkatan kemampuan mengatasi halusinasi
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B. A., Hamid, A. Y., Putri, Y. S. E., Daulima, N. H. C., Wardani, I. Y., Hargiana, G., &
Panjaitan, R. U. (2019). Asuhan keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik (1st ed.).
Jakarta: DPP PPNI.

Stuart, G.W., Keliat, B.A. & Pasaribu (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa
Stuart. Singapore: Elsevier

Anda mungkin juga menyukai