Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


PDA (PATENT DUCTUS ARTERIOSUS)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Anak Semester III tingkat Dua

Dosen Pengampu :

Ika Karunianingsih, S. Kep

Di Susun Oleh:
Feby Ayu Nur’aeni (16.1228)

AKADEMI KEPERAWATAN PRAGOLOPATI PATI


TAHUN AJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
terselesaikannya makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Program Studi
Keperawatan Anak yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan PDA(Patent Ductus Arteriosus)”. Penulis menyadari bahwa dalam
menyusun makalah ini banyak memenuhi tantangan dan hambatan, tetapi
berkat adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya dapat
menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ika Karunianingsih, S. Kep Dosen Pengampu Program Studi
Keperawatan Anak I.
2. Teman-temanku, terima kasih atas kebersamaan dan persahabatannya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang ada dalam
penulisan makalah ini, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati
penulis bersedia menerima kritik serta saran dari pembaca untuk perbaikan
makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini akan bermanfaat bagi
semua pihak yang membacanya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Pati, September 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................... 2
D. Manfaat ......................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi PDA(Patent Ductus Arteriosus) ...................................... 4
B. Klasifikasi ...................................................................................... 5
C. Etiologi .......................................................................................... 5
D. Manifestasi Klinis ......................................................................... 6
E. Patofisiologi ................................................................................... 7
F. Pathways ........................................................................................ 8
G. Pemeriksaan Penunjang................................................................. 9
H. Penatalaksanaan ............................................................................ 11
I. Komplikasi .................................................................................... 1
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan ............................................................... 14
B. Diagnosa Keperawatan .................................................................. 18
C. Intervensi ....................................................................................... 18
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 25
B. Saran .............................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Patent duktus arteriosus (PDA) merupakan salah satu penyakit jantung
bawaan yang sering dijumpai pada anak, yang disebabkan oleh kegagalan
penutupan secara fisiologis dari duktus arteriosus setelah lahir. Angka
kejadian PDA dilaporkan 1 per 2000 kelahiran pada bayi cukup bulan dan
kejadiannya meningkat menjadi 8 per 1000 kelahiran hidup pada bayi kurang
bulan terutama dengan berat lahir rendah. PDA merupakan 5% - 10% dari
semua penyakit jantung bawaan, perbandingan antara perempuan dan lakilaki
adalah 2 : 1.
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada
janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada
bayi normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah
lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3
minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus Arteriosus Persisten. Kegagalan
penutupan ductus anterior (arteri yg menghubngkn aorta & arteri pulmonalis)
dalam minggu I kelahiran selanjutnya terjadi patensy / persisten pada
pembuluh darah yang terkena aliran darah dari tekanan lebih tinggi pada aorta
ke tekanan yg lebih rendah di arteri pulmonal menyebabkan Left to Right
Shunt. Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah
sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang
telah ada sejak lahir.
Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi
dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi.
Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini
menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah
mengalami tindakan operasi dini pada usia muda.
(Lynda , 2009)

1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Definisi Dari Patent Ductus Arteriosus?
2. Apa Saja Klasifikasi Dari Penyakit Patent Ductus Arteriosus?
3. Bagaimana Etiologi Dari Penyakit Patent Ductus Arteriosus?
4. Apa Saja Manifestasi Klinis Dari Penyakit Patent Ductus Arteriosus?
5. Jelaskan Patofisiologi Dari Penyakit Patent Ductus Arteriosus?
6. Bagaimana Pathways Dari Patent Ductus Arteriosus?
7. Apa Saja Pemeriksaan Penunjang Pada Pasien Dengan Penyakit Patent
Ductus Arteriosus?
8. Bagaimana Penatalaksanaan Pada Pasien Dengan Penyakit Patent Ductus
Arteriosus?
9. Apa Saja Komplikasi Pada Pasien Dengan Penyakit Patent Ductus
Arteriosus?
10. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Patent
Ductus
Arteriosus?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Anak serta memahami tentang penyakit Patent Ductus Arteriosus dan
dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan
Patent Ductus Arteriosus.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa Mampu mengetahui tentang definisi dari Patent Ductus
Arteriosus.
b. Mahasiswa Mampu mengetahui tentang klasifikasi Patent Ductus
Arteriosus.
c. Mahasiswa Mampu mengetahui tentang etiologi dari Patent Ductus
Arteriosus.

2
d. Mahasiswa Mampu mengetahui tentang manifestasi klinis dari
Patent Ductus Arteriosus.

e. Mahasiswa Mampu mengetahui tentang patofisiologi dari Patent


Ductus Arteriosus.
f. Mahasiswa Mampu mengetahui tentang pathway dari Patent Ductus
Arteriosus.
g. Mahasiswa Mampu mengetahui tentang pemeriksaan penunjang dari
Patent Ductus Arteriosus.
h. Mahasiswa Mampu mengetahui tentang penatalaksanaan dari Patent
Ductus Arteriosus.
i. Mahasiswa Mampu mengetahui tentang komplikasi pada pasien
dengan penyakit Patent Ductus Arteriosus.
j. Mahasiswa Mampu mengetahui tentang asuhan keperawatan pada
klien dengan Patent Ductus Arteriosus.

D. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Diaharapkan bagi mahasiswa dapat menambah pengetahuan dan
ketrampilan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
PDA(Patent Ductus Arteriosus).
2. Bagi masyarakat
Diharapkan mahasiswa dapat memberikan pengetahuan atau informasi
kepada masyarakat tentang penyakit PDA(Patent Ductus
Arteriosus) .
3. Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan bagi tenaga kesehatan dapat : memberikan asuhan
keperawatan dan pendidikan kesehatan PDA(Patent Ductus Arteriosus)
pada klien.

3
BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi
Patent Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke
VI pada janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta
desendens. Pada bayi normal duktus tersebut menutup secara fungsional 1015
jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum arteriosus pada
usia 2-3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus Arteriosus Persistent.
(Buku ajar keperawatan kardiologi, 2011)
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus
(arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama
kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta yang bertekanan
tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah.
(Suriadi, Rita Yuliani, 2010)
Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus
arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara
langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan
lebih rendah).
(Betz & Sowden, 2012)
Duktus Arteriosus Persisten (DAP) adalah duktus arteriosus yang tetap
terbuka setelah bayi lahir. Kelainan ini merupakan 7 % dari seluruh penyakit
jantung bawaan. Duktus Arteriosus Persisten sering dijumpai pada bayi
prematur. Insiden bertambah dengan berkurangnya masa gestasi.
(Mansjoer, Arif, dkk, 2010)
Patent Ductus Arteriosus merupakan kelainan dimana terdapat
kegagalan ductus arterious utuk menutup setelah lahir sehingga terdapat
hubungan langsung antara aorta dengan arteri pulmunalis.
(Sudoyo, Aru w, dkk,2009)

4
B. Klasifikasi
1. Patent Ductus Arteriosus asimptomatik
Jika patent ductus arteriosus sangat kecil, maka darah yang
melewati patent ductus arteriosus sangat sedikit, pada saat ini anak tidak
memiliki gejala.
2. Patent Ductus Arteriosus simptomatik
Jika patent ductus arteriosus besar, maka darah dalam jumlah yang
besar akan membanjiri paru-paru. Dan anak akan menunjukkan gejala.
(Wong, Donna L., 2014)

C. Etiologi
Penyebab PDA secara pasti belum diketahui, akan tetapi faktor
keturunan, infeksi dan maternal rubella memegang peran penting dalam
terjadinya PDA. Faktor predisposisi penyabab penyakit jantung bawaan :

1. Faktor Prenatal
a. Ibu menderita penyakit infeksi: Rubella semasa trimester
b. Ibu alkoholisme dan merokok
c. Umur ibu lebih dari 40 tahun
d. Ibu menderita penyakit diabetes melitu (DM) yang memerlukan insulin
e. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu
2. Faktor Genetik
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
b. Ayah/ibu menderita penyakit jantung bawaan
c. Kelainan kromosom seperti Sindrom Down
d. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain
(Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, 2011)

5
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh
masalah-masalah lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom
gawat nafas). Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4 –
6 jam sesudah lahir. Bayi dengan PDA kecil (asimptomatik), bayi dengan
PDA lebih besar(simptomatik) dapat menunjukkan tanda-tanda gagal jantung
kongestif (CHF).
1. Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung
2. Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata
terdengardi tepi sternum kiri atas).
3. Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan
meloncat-loncat, Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mm Hg)
4. Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik
5. Resiko endokarditis (infeksi pada lapisan bagian dalam jantung manusia)
dan obstruksi (penyempitan) pembuluh darah pulmonal.
6. Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah
7. Apnea(gangguan serius pada pernapasan yang terjai pada saat tidur)
8. Tachypnea(pernapasan yang cepat lebih dari 24 kali per menit)
9. Retraksi dada(pergerakan dinding dada asimetris)
10. Hipoksemia(oksigenasi arteri dibawah normal)

(Betz & Sowden, 2012)

E. Patofisiologi
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus
setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari
aorta ( tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmonal (tekanan lebih rendah).
Awalnya darah mengalir melalui aorta masuk ke arteri pulmonalis (karena
tekanan darah aorta lebih tinggi) Lama-kelamaan karena darah memenuhi
pembuluh darah paru-paru, terjadilah hipertensi pulmonal. Karena
peningkatan tahanan arteri pulmonalis terjadilah aliran balik, dari arteri

6
pulmonalis menuju aorta karena darah yang terdeoxydasi masuk ke arteri
sistemik, otomatis akan timbul sianosis. Aliran kiri ke kanan ini
meneyebabkan resirkulasi darah beroksigen tinggi yang jumlahnya semakin
banyak dan mengalir ke dalam paru, serta menambah beban jantung sebelah
kiri.Usaha tambahan dari ventrikel kiri untuk memenuhi peningkatan
kebutuhan ini menyebabkan pelebaran dan hipertensi atrium kiri yang
progresif.
Dampak semuanya ini adalah meningkatnya tekanan vena dan kapiler
pulmoner, menyebabkan terjadinya edema paru. Edema paru ini
menimbulkan penurunan difusi oksigen dan hipoksia, dan terjadi kontriksi
arteriol paru yang progresif. Penutupan PDA terutama tergantung pada respon
konstriktor dari duktus terhadap tekanan oksigen dalam darah. Faktor lain
yang mempengaruhi penutupan duktus adalah pengaruh kerja prostalglandin,
tahanan pulmoner dan sistemik, besarnya duktus, dan keadaan si bayi
(prematur atau cukup bulan). PDA lebih sering terdapat pada bayi prematur
dan kurang dapat ditoleransi karena mekanisme kompensasi jantungnya tidak
berkembang baik dan pirai kiri ke kanan itu cenderung lebih besar.
Pada bayi prematur (kurang dari 37 minggu) duktus dipertahankan
tetap terbuka oleh prostaglandin yang kadarnya masih tinggi, karena memang
belum waktunya bayi lahir. Karena itu duktus arteriosus persisten pada bayi
prematur dianggap sebagai developmental patent ductus arteriosus, bukan
struktural patent ductus arteriosus seperti yang terjadi pada bayi cukup bulan.
Padas bayi prematur dengan penyakit membran hialin (sindrom gawat nafas
akibat kekurangan surfaktan), ductus arteriosus persisten sering
bermanifestasi setelah sindrom gawat nafasnya membaik.
Pada ibu yang terinfeksi rubella, pelepasan prostaglandin
(6ketoprostaglandin F1) akan meningkat yang disertai dengan faktor nekrosis
tumor yang dapat meningkatkan resiko pembukaan duktus arteriosus.
(Corwin, 2010)

7
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Analisis Gas Darah Arteri
Yaitu : prosedur pemeriksaan medis yang bertujuan untuk
mengukur jumlah oksigen dan karbon dioksida dalam darah. AGD juga
dapat digunakan untuk menentukan tingkat keasaman atau pH darah.
Tujuan menilai fungsi respirasi (ventilasi), menilai kapasitas
oksigenasi, menilai keseimbangan asam-basa, mengetahui keadaan
oksigen dan metabolisme sel, efisiensi pertukaran O2 dan CO2. Dan
untuk mengetahu kadar O2 dalam tubuh.
Analisa Gas Darah menunjukkan gagal ventrikel kiri ditandai dengan
alkalosis respiratori ringan(dini) atau hipoksemia dengan PCO2 akhir
pemeriksaan.
2. Pemeriksaan Radiografi
a. Foto Thorax
Yaitu: Alat untuk menggambarkan secara radiografi organ pernapasan
yang terdapat didalam rongga dada.
Tujuan: Untuk melihat abdominalis congenital, melihat adanya
trauma, adanya infeksi, memeriksa keadaan jantung, dan keadaan paru.
Atrium ventrikel kiri membesar secara signifikan (kardiomegali),
gambaran vaskuler paru meningkat.
b. Ekhokardiografi
Yaitu: Suatu alat yang dapat mengeluarkan gelombang suara
ultrasonik atau USG untuk menilai jantung.
Tujuan: Untuk mengetahui fungsi dan struktur jantung
secaralangsung, dan mengetahui bagaimana gerakan katup jantung,
dinding jantung, aliran cairan yang mengalir diruangan jantung.
Rasio atrium kiri terhadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada
bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi pratern(disebabkan oleh
peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari paru kiri ke kanan)

9
c. EKG (Elektrokardiografi)
Yaitu: pemeriksaan kesehatan terhadap aktivitas elektrik (listrik)
jantung. Elektrokardiogram adalah rekaman aktivitas elektrik jantung
sebagai grafik jejak garis pada kertas grafik. Bentuk jejak garis yang naik
dan turun tersebut dinamakan gelombang (wave). Proses perekaman
aktivitas listrik jantung dalam bentuk grafik disebut elektrokardiografi.
Tujuan: Memeriksa aktivitas elektrik jantung, Menemukan
penyebab nyeri dada, yang dapat disebabkan serangan jantung, inflamasi
kantung sekitar jantung (perikarditis), atau angina., Menemukan penyebab
gejala penyakit jantung, Mengetahui apakah dinding ruang-ruang jantung
terlalu tebal (hypertrophied), Memeriksa seberapa baik kerja suatu obat
dan apakah obat tersebut memiliki efek samping terhadap jantung,
Memeriksa apakah suatu alat mekanis yang dicangkok dalam jantung,
Memeriksa kesehatan jantung pada penderita penyakit atau kondisi
tertentu.
Sesuai tingkat keparahan:
1) PDA kecil tidak ada abnormalitas
2) PDA lebih besar,hipertrofi ventrikel kiri
d. Kateterisasi jantung
Yaitu: Tindakan pemeriksaan invasif yang melibatkan pemasukan
kateter, sebuah tabung tipis berongga, ke jantung untuk menilai kondisi
nyata dari organ tersebut.
Tujuan: Hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil Echo
atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan
lainnya.

(Betz&Sowden, 2007)

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaa terbagi dalam 2 macam :

10
1. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Ruangan harus cukup ventilasi
b. Baringkan dengan kepala lebih tinggi
c. Jika banyak lendir baringkan dengan letak kepala ekstensi dengan
memberi ganjal di bawah bahunya (untuk memudahkan lendir keluar).
d. Sering isap lendirnya, bila terlihat banyak lendir di dalam mulut, bila
akan memberi minum, atau bila akan mengubah sikap berbaringnya.
e. Ubah sikap berbaringnya setiap 2 jam. Lap dengan air hangat bagian
yang tertekan dan beri bedak.
f. Bila dispnea sekali diberikan oksigen 2-4 L per menit. Lebih baik
periksa astrup dahulu untuk menentukan kebutuhan oksigen yang
sebenarnya sesuai dengan kebutuhan.
g. Jaga nutrisi anak agar tetap mendapat nutrisi yang lebih baik dan
menghindari makanan yang mengandung banyak pengawet. Contoh :
sosis, mie, dll.
(Nanda,2012)

2. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan konservatif: Restriksi cairan dan pemberian obatobatan
: Furosemid (lasix) diberikan bersama restriksi cairan untuk
meningkatkan diuresis dan mengurangi efek kelebihan beban
kardiovaskuler, pemberian indomethacin (inhibitor prostaglandin) untuk
mempermudah penutupan duktus, pemberian antibiotik profilaktik
untuk mencegah endokarditis bakterial.
b. Pembedahan: pemotongan atau pengikatan duktus.
c. Non pembedahan: penutupan dengan alat penutup dilakukan pada
waktu kateterisasi jantung.
(Betz&Sowden, 2007)

H. Komplikasi
1. Tekanan darah tinggi di paru-paru (hipertensi pulmonal)

11
Bila terlalu banyak darah terus beredar melalui jantung arteri utama
melaui PDA dapat menyebabkan hipertensi pulmonal. Hipertensi paru
dapat menyebabkan kerusakan paru-paru permanen.
2. Gagal jantung
PDA pada akhirnya dapat menyebabkan otot jantung melemah,
menyebabkan gagal jantung.
Gagal jantung adalah suatu kondisi kronis dimana jantng tidak dapat
memompa jantung secara efektif.
3. Endokarditis(infeksi jantung)
Orang-orang dengan masalah jantung sruktural, seperti PDA berada
pada risiko tinggi infeksi endokarditis daripada populasi umum.
Endokarditis adalah suatu peradangan pada lapisan dalam jantung yang
disebabkan oleh infeksi bakteri.
4. Arithmia(detak jantung tidak teratur)
Pembesaran hati karena PDA meningkatkan risiko arithmia. Biasanya
terjadi peningkatan risiko hanya dengan PDA ynag besar.
5. Gagal ginjal
6. Obstruksi pembuluh darah pulmonal 7. Hepatomegali (pembesaran hati)
Jarang terjadi pada bayi prematur
8. Enterokolitis nekrosis
Kelainan pada saluran pencernaan berupa bercak pada mukosa atau
submokosa yang sering terjadi pada bayi pematur.
9. Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas)
10. Perdarahan gastrointestinal, penurunan jumlah trombosit
11. Hiperkalemia(penurunan keluaran urin)
12. CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh
tubuh . Risiko CHF akan meningkat pada orang lanjut usia(lansia) karena
penurunan fungsi ventrikel akibat penuaan. CHF ini dapat menjadi kronik
apabila disertai dengan penyakit-penyakit seperti: hipertensi, penyakit
katub jantung, kardiomiopati, dan lain-lain. CHF juga dapat menjadi
kondisi akut dan berkembang secara tiba-tiba pada miokard infark.

12
13. Gagal tumbuh
(Lynda J, 2009)

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a) Anamnesa

13
1. Identitas
PDA sering ditemukan pada neonatus, tapi secara fungsional
menutup pada 24 jam pertama setelah kelahiran. Sedangkan secara
anatomic menutup dalam 4 minggu pertama. PDA ( Patent Ductus
Arteriosus) lebih sering insidens pada bayi perempuan 2 x lebih banyak
dari bayi laki-laki. Sedangkan pada bayi prematur diperkirakan sebesar
15 %. PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari orang tua yang
menderita jantung bawaan atau juga bisa karena kelainan kromosom.
2. Keluhan Utama

Pasien dengan PDA biasanya merasa lelah, sesak napas

3. Riwayat penyakit sekarang


Pada pasien PDA, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda
respiratory distress, dispnea, tacipnea, hipertropi ventrikel kiri, retraksi
dada dan hiposekmia.
4. Riwayat penyakit terdahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien lahir prematur atau ibu
menderita infeksi dari rubella.
5. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit PDA karena PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari
orang tua yang menderita penyakit jantung bawaan atau juga bisa
karena kelainan kromosom
6. Riwayat Psikososial
Meliputi tugas perasaan anak terhadap penyakitnya, bagaimana
perilaku anak terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya,
perkembangan anak, koping yang digunakan, kebiasaan anak, respon
keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga dan penyesuaian
keluarga terhadap stress.
7. Riwayat kehamilan sekarang

14
Ditanyakan untuk mengetahui usia kehamilan saat ini, HPHT,
gerakan janin, tanda bahaya dan penyulit, imunisasi, obat seperti
penambah darah, dan kekhawatiran khusus.
8. Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
Ditanyakan untuk mengetahui jumlah kehamilan dan persalinan,
kapan, dimana, penolong persalinan, jenis persalinan, dan robekan jalan
lahir.
9. Riwayat Imunisasi
Diisi untuk klien 0-12 bulan , meliputi jenis, waktu, frekuensi,
efek samping, dan alasan bila tidak melakukan imunisasi.
Contoh : imunisasi lengkap: BCG 1x (usia 1 bulan), DPT 3x (bulan
ke 2, 3, dan 4 , keluahan demam ringan) , Hepatitis B 3x , dst.
b) Pengkajian fisik (ROS/Review Of System)
1. Apgar Scors
a. Apgar atau skor apgar adalah suatu metode praktis yang digunakan
untuk menilai keadaan bayi sesaat setelah dilahirkan. Fungsi nilai
apgar adalah untuk melihat dan mengetahui apakah bayi menderita
asfiksia atau tidak sehingga dapat dipersiapkan penanganan yang
tepat untuk mencegah timbulnya resiko yang tidak diinginkan.
b. Kriteria penilaian apgar scors
Kriteria Skor

Appearance (penampakan/warna kulit)


1. Jika kulit bayi berwarna biru pucat 0
2. Jika kulit bayi berwarna pink dan lengan/tungkainya 1
berwarna biru
3. Jika seluruh kulit bayi berwarna pink 2

Pulse (denyut jantung/frekuensi)


1. Jika tidak terdengar denyut jantung 0
2. Jika jantung berdenyut kurang dari 100 kali/menit 1
3. Jika jantung berdenyut lebih dari 100 kali/menit 2

15
Grimace (refleks)
1. Jika tidak timbul refeleks 0
2. Jika wajahnya menyeringai 1
3. Jika bayi menyeringai dan batuk, bersin atau menangis 2
keras

Activity (keaktifan/tonus otot)


1. Jika otot lembek 0
2. Jika lengan atau tungkainya terlipat 1
3. Jika bayi bergerak aktif 2

Respiration (pernafasan)
0
1. Jika tidak bernafas
1
2. Jika pernafasan lambat atau tidak teratur
2
3. Jika bayi menangis

c. Masing-masing kriteria diberi skor antara 0-2, akumulasi atau nilai


total dari kelima kriteria yang disebutkan di atas itulah yang disebut
nilai Apgar (apgar score) yang meliputi:
Nilai APGAR 7-10 Bayi normal

Nilai APGAR 4-6 Asfiksia ringan, bayi memerlukan


bantuan untuk menstabilkan
dirinya di lingkungan yang baru.

Nilai APGAR 0-3 Asfiksia berat, bayi perlu segera


mendapatkan resusitasi.

d. Penilaian apgar harus segera dilakukan 1 menit begitu bayi lahir dan
diulang tiap interval 5 menit sampai diperoleh nilai apgar yang
merujuk pada kondisi bayi normal. Jika setelah beberapa kali
penilaian, nilai apgar tetap rendah (antara 0-3) maka besar
kemungkinan hal ini mengindikasi resiko tinggi terjadinya kematian

16
atau penyakit. Bayi yang lahir normal biasanya dapat dilihat dari
apgar pada menit pertama dan lima menit kemudian. Penilaian apgar
pertama menunjukkan toleransi bayi terhadap proses kelahirannya.
Sedangkan penilaian apgar 5 menit menunjukkan toleransi bayi
terhadap lingkungan.
(Ngastiyah, 2009)

2. Pernafasan B1(Breath)
Nafas cepat, sesak nafas, bunyi tambahan (marchinery mur-mur),
adanya otot bantu nasas saat inspirasi, retraksi.
3. Kardiovaskuler B2 (Blood)
Jantung membesar, hipertropi ventrikel kiri, peningkatan tekanan darah
sistolik, edema tungkai, clubbing finger(jari tabuh/ jari tangan dan kaki
membulat), sianosis(kebiruan warna kulit,kuku,dan membran mukosa)
4. Persyarafan B3 (Brain)
Otot muka tegang, gelisah, menangis, penurunan kesadaran.
5. Perkemihan B4 (Bladder)
Produksi urine menurun (oliguria).
6. Pencernaan B5 (Bowel)
Nafsu makan menurun(anoreksia), porsi makan tidak habis.
7. Muskuloskeletal/integumen B6 (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kelelahan.
(Lynda, 2009)

E. Diagnosa

1. Penurunan curah jantung b.d malformasi jantung.

2. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal.

3. Gangguan rasa aman dan nyaman b.d ketidakseimbangan oksigen.

17
4. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai
oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.

5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d


penurunan metabolisme.

6. Resiko infeksi b.d obstruksi pembuluh darah pulmonal

(Nanda, 2012)

F. Intervensi
1. Penurunan curah jantung b.d malformasi jantung.
Tujuan: Mempertahankan curah jantung yang adekuat
Kriteria Hasil: Anak menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung
Intervensi:
a. Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna dan
kehangatan kulit.
Rasional: Permulaan gangguan pada jantung akan ada perubahan
tandatanda vital, semuanya harus cepat
dideteksi untuk penanganan lebih lanjut.
b. Tegakkan derajat sianosis (sirkumoral, membran mukosa, clubbing).
Rasional: Pucat menunjukkan adanya penurunan perfusi sekunder
terhadap ketidakadekuatan curah jantung, vasokontriksi dan
anemia.
c. Monitor tanda-tanda CHF (gelisah, takikardi, tachypnea, sesak, mudah
lelah, periorbital edema, oliguria, dan hepatomegali).
Rasional: Deteksi dini untuk mengetahui adanya gagal jantung
kongestif.

d. Monitor status kardiovaskuler


Rasional: Untuk mengetahui keadaan kardiovaskuler
e. Monitor tanda-tanda vital
Rasional: Untuk mengetahui keadaan umum pasien

18
f. Auskultasi bunhi jantung
Rasional: Untuk mengetahui suara jantung pasie apakah normal atau
tidak.
g. Monitor status pernapasan pasien
Rasional: Untuk mengetahui pernapasan klien apakah dalam batas
normal atau tidak.
h. Kolaborasi pemberian digoxin sesuai order, dengan menggunakan
teknik pencegahan bahaya toksisitas.
Rasional: Kolaborasi obat digoxin ini dapat mencegah semakin
memburuknya keadaan pasien.
i. Berikan pengobatan untuk menurunkan afterload.
Rasional: Obat anti afterload mencegah terjadinya vasokontriksi.
j. Berikan diuretik sesuai indikasi.
Rasional: Diuretik bertujuan untuk menurunkan volume plasma dan
menurunkan retensi cairan di jaringan sehingga menurunkan
resiko terjadinya edema paru.
(Nanda, 2012)
2. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal
Tujuan: Mengurangi adanya peningkatan resistensi pembuluh paru.
Kriteria Hasil: Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan
resistensi pembuluh darah.
Intervensi:
a. Monitor kualitas dan irama pernafasan
Rasional: Untuk mengetahui apakah kualitas dan irama pernapasan
pasien dalam batas normal atau tidak.
b. Atur posisi anak dengan posisi fowler
Rasional: Untuk meringankan pasien dalam bernapas.

c. Hindari anak dari orang yang terinfeksi


Rasional: Agar anak tidak tertular infeksi yang akan memperburuk
keadaan.

19
d. Berikan istirahat yang cukup
Rasional: Menurunkan kebutuhan oksigen dalam tubuh.
e. Berikan oksigen jika ada indikasi
Rasional: Membantu dalam memenuhi kebutuhan oksigen pada
pasien.
f. Berikan nutrisi yang optimal
Rasional: Agar nutrisi pada tubuh pasien dapat terpenuhi.
g. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
Rasional: Agar pasien merasa lebih nyaman
h. Monitor respirasi dan status oksigen
Rasional: Untuk mengetahui status oksigen pada pasien
i. Monitor pola napas pasien.
Rasional: Untuk mengetahui pola napas pasien normal atau tidak.
j. Auskultasi suara napas
Rasional: Untuk mengetahui suara napas klien normal atau tidak.
(Nanda, 2012)

3. Gangguan rasa aman dan nyaman b.d ketidakseimbangan oksigen.

Tujuan: Memberikan rasa aman dan nyaman pada anak.

Kriteria Hasil: Anak menunjukkan rasa aman dan nyaman.

Intervensi:

a. Lakukan pendekatan dengan anak yang baik

Rasional: Agar anak bisa merasa nyaman saat perawat datang.

b. Baringkan dengan semi fowler

Rasional: Agar anak bisa lebih nyaman

c. Ubah posisi tidur setip 2-3 jam


Rasional: Agar tubuh terjaga tetap segar.

d. Berikan selimut pada pasien

Rasional: Agar tidak kedinginan, tetapi tidak boleh mengganggu.

20
e. Lakukan pemberian suction

Rasional: Untuk mengurangi lendir, dan pasien merasa lebih nyaman.

f. Ajak bicara pasien walaupun pasien seorang bayi

Rasional: Agar pasien merasa lebih aman

g. Gunakan pendekatan yang menenangkan

Rasional: Agar anak tidak merasa takut.

h. Dorong keluarga untuk selalu menemani anak

Rasional: Agar anak merasa lebih tenang

(Nanda, 2012)

4. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai


oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.

Tujuan: Memberikan ssupport untuk tumbuh kembang anak

Kriteria Hasil: Anak dapat tumbuh sesuai dengan kurva perkembangan


pertumbuhan berat dan tinggi badan.

Intervensi:

a. Kaji tingkat tumbuh kembang anak

Rasional: Memantau masa tumbuh kembang anak.

b. Berikan stimulasi tumbuh kembang, aktivitas bermain, game, nonton


TV, puzzle, menggambar, dan lain-lain sesuai kondisi dan usia anak.
Rasional: Agar anak dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana
mestinya. s
c. Libatkan keluarga agar tetap memberikan stimulasi selama dirawat.
Rasional: Anggota keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap proses
tumbuh kembang seorang anak.
d. Ciptakan perawatan yang konsisten Rasional: Agar anak lebih terawat.
e. Ciptakan lingkungan yang aman
Rasional: Agar anak dapat merasa lebih nyaman

21
f. Identifikasi dan gunakan sumber pendidikan untuk memfasilitasi
perkembangan anak yang optimal
Rasional: Untuk memaksimalkan perkembangan anak.
g. Kaji faktor penyebab gangguan perkembangan anak
Rasional: Untuk mengetahui penyebab gangguan perkembangan anak.
h. Selalu timbang BB dan ukur TB anak bila perlu
Rasional: Untuk mengetahui perkembangan pada anak.
i. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi yang cukup
kepada anak.
Rasional: Agar nutrisi anak dapat terpenuhi dan tumbuh kembang
anak dapat berjalan dengan semestinya
j. Kolaborasi pemberian vitamin dan obat oenambah nafsu makan.
Rasional: Agar nutrisi klien dapat terpenuhi.
(Nanda, 2012)

5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d


penurunan metabolisme.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan nafsu makan timbul


kembali dan status nutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil: a. Status nutrisi terpenuhi

b. Nafsu makan pasien timbul kembali

Intervensi:

a. Berikan makanan yang terpilih yang sudah dikonsulkan pada ahli gizi.

Rasional: Agar pasien mendapat nutrisi yang sesuai


b. Ajarkan pada pasien dan keluarga bagaimana membuat catatan
makanan harian

Rasional: Agar pasien mau menerima makanan yang diberikan dengan


menu berbeda yang diberikan setiap hari.

c. Monitor jumlah nutrisi, dan kandungan kalori

22
Rasional: Untuk mengetahui jumlah nutrisi yang diterima pasien’

d. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi pada keluarga

Rasional: Agar keluarga mengetahui pentingnya nutrisi bagi tubuh.

e. Kai pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien

Rasional: Mengetahui kekurangannutrisi klien

f. Mencatat intake dan output pasien

Rasional: Mengetahui perkembangan pemenuhan kebutuhan pasien

g. Menganjurkan makan sedikir demi sedikit tapi sering

Rasional: Dengan sedikit tapi sering mengurangi penekanan yang


berlebihan pada lambung.

h. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk membantu memilih makanan yang


dapat memenuhi kebutuhan gizi selama sakit.

Rasional: Ahli gizi adalah spesialisasi dalam ilmu gizi yang membantu
pasien memilih makanan sesuai dengan keadaan sakitnya,
usia, tinggi, berat badannya.

i. Kolaborasi pemberian vitamin dan obat penambah nafsu makan

Rasional: Agar nutrisi pasien dapat terpenuhi.

(Nanda, 2012)

6. Resiko infeksi b.d ketidakadekuatan imunitas pertahanan

Tujuan: Mencegah terjadinya infeksi.

Kriteria Hasil: Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi


Intervensi:

a. Pantau tanda dan gejala infeksi (suhu, denut jantung, drainase,


penampilan luka, sekresi, penampilan urin, suhu kulit, lesi kulit,
keletihan dan malaise)
Rasional: Uuntuk mengetahui kondisi umum pasien.

23
b. Kaji factor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi
Rasional: Untuk mengetahui faktor penyebab infeksi.
c. Pantau hasil laboratorium (hitung darah lengkap, hitung granulosit,
absolute, hitung jenis, protein serum, albumin)
Rasional: Data penunjang untuk mengetahui terkena infeksi atau tidak.
d. Jelaskan pada pasien dan keluarga mengapa sakit atau terapi
meningkatkan resiko terhadap infeksi.
Rasional: Untuk meningkatkan pengetahuan pada pasien atau keluarga.
e. Instruksikan untuk menjaga personal hygiene baik pasien maupun
keluarga.
Rasional: Untuk mencegah menyebarnya mikroorganisme.
f. Jelaskan manfaat dan rasional serta efek samping imunisasi Rasional:
Meningkatkan pengetahuan keluarga.
g. Berikan keluarga metode untuk mencatat imunisasi
Rasional: Untuk meningkatkan pengetahuan kepada keluarga.
h. Ikuti protocol institusi untuk melaporkan suspek infeksi atau kultur
positif
Rasional: Untuk pemberian tindakan secara cepat.
i. Berikan terapi antibiotic, bila diperlukan
Rasional: Untuk memberikan pertahanan terhadap tubuh.
j. Ajarkan orang tua jadwal imunisasi yang dianjurkan
Rasional: Agar daya imun tubuh pasien dapat terjaga dengan baik.

(Nanda, 2012)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kegagalan penutupan duktus
arteriosus(pembuluh darah arteri yang menghubungkan aorta dengan arteri
pulmonalis) pada bayi berusia beberapa minggu pertama.

24
2. Klasifikasi Patent Ductus Arteriosus ada 2 yaitu PDA asimptomatik dan
PDA simptomatik.
3. Penyebab Patent Ductus Arteriosus terdapat 2 faktor yaitu faktor prenatal
dan faktor genetik.
4. Tanda dan gejala Paten Ductus Arteriosus : Machinery mur-mur persisten,
takhikardia, ujung jari hiperemik, takhipnea, retraksi dada, hipoksemia.
5. Pemeriksaan penunjang Patent Ductus Arteriosus: Analisa Gas Darah,
Foto thorax, ekhokardiografi, elektrokardiografi, kateterisasi jantung.
6. Terdapat 2 penatalaksanaan yaitu penatalaksanaan medis dan
penatalaksanaan keperawatan.

B. Saran
1. Bagi Mahasiawa
Bagi mahasiawa untuk lebih menambah wawasan dan pengetahuan
agar dapat melahirkan inovasi-inovasi terbaru dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan patent ductus arteriosus.
2. Bagi Perawat
Bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan harus lebih
cekatan dan harus lebih memperhatikan kondisi pasien serta kolaborasi
yang baik antara semua tenaga medis bai dokter, perawat, dll sangat
diharapkan untuk terciptanya pelayanan yang maksimal.
3. Bagi Keluarga
Diharapkan keluarga mengetahui tanda dan gejala penyakit patent
ductus arteriosus dan dapat merawat pasien dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Betz&Sowden. 2012. Buku Saku Keperawatan Pediatrik (Mosby’s Pediatric


Nursing Reference). Edisi 3. Jakarta: EGC
Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler. 2011. Pusat Kesehatan Jantung dan
Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita, Jakarta.

25
Carpenito, Lynda J. 2009. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis.
Edisi 6. Jakarta: EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2010. Buku Saku Patofisiologi. Alih Bahasa: Brahm U.
Pendit. Editor. Endah P. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif, dkk. 2010. Kapita Selekta Kedokteran .Jakarta: Media
Aesculapius.
Nanda. 2012. Panduan Diagnosa Keperawatan (Terjemahan). Jakarta: Prima
Medika.
Ngastiyah. 2009. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Edisi I. Jakarta: EGC.
Sudoyo, Aru W., dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta:
Interna Publishing.
Suriadi., Yulaini, Rita. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak . Edisi 1. Jakarta:
CV Sagung Seto.
Wong, Donna L. 2014. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta:
EGC.

26

Anda mungkin juga menyukai