Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Memberi ASI pada bayi merupakan proses alami sebagai kewajiban
seorang ibu yang mengasuh anaknya. Karena ASI merupakan makanan utama
untuk bayi umur 0-6 bulan pertama kehidupannya. Proses alami untuk
memberikan ASI sudah dimulai saat terjadi kehamilan, karena bersama
dengan hamil, payudara telah disiapkan sehingga setelah bayi lahir ibu bisa
segera memberikan ASI pada bayinya.
Sejak hari ketiga sampai hari keenam setelah persalinan, ketika ASI secara
normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis
dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa
penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun keadaan ini bisa menjadi
bendungan, pada bendungan payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan
cairan jaringan. Aliran vena dan limfotik tersumbat, aliran susu menjadi
terhambat dan tekanan pada saluran ASI dan alveoli meningkat.
Payudara yang terbendung membesar, membengkak, dan sangat nyeri.
Payudara dapat terlihat mengkilat dan edema dengan daerah eritema difus.
Puting susu teregang menjadi rata, ASI tidak mengalir dengan mudah, dan
bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI, wanita kadang- kadang menjadi
demam akibat ASInya tidak keluar dengan baik.
Keluhan ibu menurut Prawirohardjo, (2005) adalah payudara bengkak,
keras, panas dan nyeri. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan
perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari bendungan ASI?
2. Apa penyebab dari bendungan ASI?
3. Bagaimana tanda dan gejala bendungan ASI?
4. Bagaimana pencegahan bendungan ASI?
5. Bagaimana penatalaksanaan bendungan ASI?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari bendungan ASI
2. Untuk mengetahui penyebab dari bendungan ASI
3. Untuk memahami tanda dan gejala bendungan ASI
4. Untuk mengetahui cara pencegahan terjadinya bendungan ASI
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan terhadap bendungan ASI

2
BAB II
TINJAUAN  TEORI

A. Pengertian
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan
duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan
sempurna atau karena kelainan pada putting susu. Bendungan air susu adalah
terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan
limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan
suhu badan. (Sarwono, 2005).
Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air
susu karena penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak
dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu (Buku
Obstetri Williams)
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan
duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan
sempurna atau kelainan pada putting susu (Mochtar, 1998).
Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air
susu karena penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak
dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu (Buku
Obstetri Williams)
Keluhan ibu menurut Prawirohardjo, (2005) adalah payudara bengkak,
keras, panas dan nyeri. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan
perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan.
Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya
(analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau
dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol atau
lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk membendung sementara
produksi ASI.
Kepenuhan fisiologis menurut Rustam (1998) adalah sejak hari ketiga
sampai hari keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan,
payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan

3
penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut
pulih dengan cepat. Namun dapat berkembang menjadi bendungan.
Pada bendungan, payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan
jaringan. Aliran vena limpatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan
tekanan pada saluran ASI dengan alveoli meingkat. Payudara menjadi
bengkak, merah dan mengkilap.
Jadi dapat diambil kesimpulan perbedaan kepenuhan fisiologis maupun
bendungan ASI pada payudara adalah :

a. Payudara yang penuh terasa panas, berat dan keras. Tidak terlihat
mengkilap. ASI biasanya mengalir dengan lancar dengan kadang-kadang
menetes keluar secara spontan. 
b.  Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri.
Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri.
Payudara terlihat mengkilap dan puting susu teregang menjadi rata. ASI
tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit menghisap ASI sampai
bengkak berkurang.

B. Penyebab Bendungan ASI


Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke dua atau ke tiga ketika
payudara telah memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh
pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering
menyusu, produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi
(bonding) kurang baik dan dapat pula karena adanya pembatasan waktu
menyusui. (Sarwono, 2009)
Pada bendungan ASI payudara yang terbendung membesar, membengkak
dan sangat nyeri. Payudara terlihat mengkilap dan puting susu teregang
menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit menghisap
ASI sampai bengkak berkurang.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:
1) Pengosongan mamae yang tidak sempurna (Dalam masa laktasi, terjadi
peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan.
apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak

4
dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI
tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI).
2) Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (Pada masa laktasi, bila Ibu tidak
menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif
mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI).
3) Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar (Teknik yang salah dalam
menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan
menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak
mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI).
4) Puting susu terbenam (Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi
dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola,
bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI).
5) Puting susu terlalu panjang (Puting susu yang panjang menimbulkan
kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap
areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI.
Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI).

C. Tanda dan gejala bendungan ASI


1) Mamae panas serta keras pada saat perabaan dan nyeri.
2) Puting susu bisa mendatar sehingga bayi sulit menyusu.
3) Pengeluaran air susu kadang terhalang oleh duktus laktifer menyempit.
4) Payudara bengkak,keras,panas.
5) Nyeri bila ditekan.
6) Warnanya kemerahan.
7) Suhu tubuh sampai 38oc

D. Patofisiologi
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron
turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi
prolaktin waktu hamil, dan sangat di pengaruhi oleh estrogen tidak
dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis.

5
Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi
dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkan dibutuhkan refleks yang
menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel yang mengelilingi alveolus dan
duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut.
Refleks ini timbul bila bayi menyusui. Apabila bayi tidak menyusu dengan
baik, atau jika tidak dikosongkan dengan sempurna, maka terjadi bendungan
air susu.
Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh
terasa panas, berat dan keras, terlihat mengkilat meski tidak kemerahan. ASI
biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara yang terbendung
membesar, membengkak dan sangat nyeri, puting susu teregang menjadi rata.
ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk
menghisap ASI. Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan
hilang dalam 24 jam (wiknjosastro,2005)

E. Diagnosis
1) Cara inspeksi.
Hal ini harus dilakukan pertama dengan tangan di samping dan sesudah
itu dengan tangan keatas,selagi pasien duduk kita akan melihat dilatasi
pembuluh-pembuluh balik di bawah kulit akibat pembesaran tumor jinak
atau ganas di bawah kulit.perlu diperhatikan apakah kulit pada suatu
tempat menjadi merah.
2) Cara palpasi.
Ibu harus tidur dan diperiksa secara sistematis bagian medial lebih dahulu
dengan jari-jari yang harus kebagian lateral.palpasi ini harus meliputi
seluruh payudara,dari parasternal kearah garis aksila belakang,dan dari
subklavikular kearah paling distal.untuk pemeriksaan orang sakit harus
duduk.tangan aksila yang akan diperiksa dipegang oleh pemeriksa dan
dokter pemeriksa mengadakan palpasi aksila dengan tangan yang
kontralateral dari tangan si penderita.misalnya kalau aksila kiri orang
sakit yang akan diperiksa,tangan kiri dokter mengadakan
palpasi(prawirohardjo,2005)

6
F. Pencegahan Terjadinya Bendungan ASI
1) Gunakan teknik menyusui yang benar
2) Puting susu dan areola mamae harus selalu kering setelah selesai
menyusui
3) Jangan pakai Bra yang tidak dapat menyerap keringat
4) Menyusui dini, susui bayi sesegera mungkin (setelah 30 menit) setelah
dilahirkan
5) Susui bayi tanpa jadwal atau ( on demand)
6) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi melebihi
kebutuhan bayi
7) Perawatan payudara pasca (obserti patologi 169)
8) Menyusui yang sering
9) Hindari tekanan local pada payudara

G. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaa untuk bendungan ASI secara umum yaitu:
1) Kompres hangat payudara agar menjadi lebih lembek
2) Keluarkan sedikit ASI sehingga puting lebih mudah ditangkap dan
dihisap oleh bayi.
3) Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI
4) Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres dingin
5) Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh getah bening lakukan
pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari putin kearah
korpus. (Sastrawinata, 2004)
Sebaiknya selama hamil atau dua bulan terakhir dilakukan masase atau
perawatan puting susu dan areola mamae untuk mencegah terjadinya
puting susu kering dan mudah mencegah terjadinya payudara bengkak.
b. Penatalaksanaan untuk ibu yang menyusui:
1) Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar
kemudian perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu dan lebih
berhati-hati pada area yang mengeras

7
2) Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin,
susui bayi dengan payudara yang sakit jika ibu kuat menahannya,
karena bayi akan menyusui dengan penuh semangat pada awal sesi
menyususi, sehingga bisa mengeringkannya dengan efektif
3) Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap kali
selesai menyusui jika bayi belum benar-benar menghabiskan isi
payudara yang sakit tersebut
4) Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat
pada payudara yang sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi
dengan air hangat beberapa kali), lakukan pemijatan dengan lembut
di sekitar area yang mengalami penyumbatan kelenjar susu
5) Dansecara perlahan-lahan turun kearah putting susu
6) Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui.
7) Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
8) Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.
c. Penataksanaan bagi ibu  yang tidak menyusui :
1) Sangga payudara
2) Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan
rasa sakit
3) Bila di perlukan berikan PCT 500 mg per Oral setiap 4 jam
4) Jangan di pijat atau memakai kompres hangat payudara
5) Pompa dan kosongkan payudara
d. Terapi dan pengobatan menurut prawirohardjo (2005) adalah:
1) Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya
2) Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care
3) Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan
kompres dingin sesudah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri
4) Gunakan BH yang menopang
5) Berikan parasetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan
menurunkan panas.
Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara
untuk mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi

8
simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan payudara, sebelum
menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau
perlu berikan stilbestrol 1 mg atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari
untuk sementara waktu mengurangi pembendungan dan memungkinkan air
susu dikeluarkan dengan pijatan.

9
BAB III
TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN POSTNATAL CARE


No. Register :
Tanggal/ waktu pengkajian : 07-10-2021/16.30 WIB
Nama pengkaji : Rosa Salsabila
Tempat Pengkajian : PMB Bidan H

I. PENGKAJIAN DATA SUBJEKTIF (S)


A. Biodata
Nama klien : Ny. A Nama klien : Tn. T
Umur : 20 tahun Umur : 23 tahun
Sukubangsa : Sunda Suku bangsa : Sunda
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan Swasta
Gol.Darah :o Gol.Darah :o
Alamat : Kalijati Alamat : Kalijati
B. Keluhan
Ibu datang mengaku payudaranya terasa kencang, keras, dan nyeri sejak 2
hari yang lalu
C. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Sekarang
1. Riwayat Kehamilan
Umur Kehamilan : 39 Minggu 1 hari
Penyulit : Tidak ada
2. Riwayat Persalinan
Kala I : 10 jam
Kala II : 25 menit
Kala III : 10 menit
Kala IV : 2 jam
D. Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang Lalu

10
Ibu mengatakan ini adalah kehamilan pertamanya.
E. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat penyakit yang pernah diderita : Tidak ada
2. Riwayat penyakit yang sedang diderita : Tidak ada
3. Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada
4. Riwayat Alergi : Tidak ada
F. Riwayat Kontrasepsi
Jenis kontrasepsi : Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan
alat kontrasepsi
Rencana KB yang akan datang: KB suntik 3 bulan
G. Aktivitas Sehari-hari
1. Diet
a. Nutrisi
 Pola makan : 3x/hari, porsi sedang
 Jenis makan yang dikonsumsi : Nasi, lauk pauk, sayuran
 Makanan yang di pantang : Ikan asin
 Perubahan makan : Tidak ada
 Alergi terhadap makanan : Tidak ada
b. Hidrasi
 Jenis cairan yang di minum : air putih
 Jumlah cairan yang diminum sehari : ± 10 gelas/ hari, gelas
belimbing
2. Istirahat dan tidur
Malam : 4 jam/ hari Siang : 1 jam/hari
3. Personal hygience
Mandi : 2 x/hari Gosok gigi : 2x/hari
Ganti pakaian : 2 x/hari Ganti pakaian dalam : 3-4x/hari
Ganti pembalut : 3-4 x/hari Vulva hygiene : 3-4x/hari
4. Aktivitas seksual
Rencana hubungan seksual : Setelah selesai masa nifas
Alasan : Karena waktu yang diperbolehkan
5. Eliminasi

11
BAK : ± 5 x/ hari Banyak : Banyak
BAB : 1 x/hari Konsistensi : Lunak
6. Perilaku kesehatan
a. Obat-obatan yang sedang dikonsumsi: Tidak ada
b. Obat-obatan yang pernah dikonsumsi: Tidak ada
c. Obat-obatan terlarang : Tidak ada
d. Alkohol : Tidak
e. Merokok : Tidak
7. Aktivitas dan Mobilisasi
a. Aktivitas yang sudah dilakukan : Menjemur pakaian, jalan-
jalan kecil
b. Mobilisasi : Ringan
H. Keadaan Psikologis dan Sosial
Keadaan psikologis : Baik
Hubungan klien dengan suami : Baik
Hubungan klien dengan anggota keluarga lain : Baik
Tanggapan keluarga atas kelahiran bayi : Baik
Hubungan dengan lingkungan : Baik
Keadaan spiritual : Baik
Tanggapan ibu terhadap kelahiran anak : Baik
Rencana ibu menyusui bayi : ASI Ekslusif
Keluarga yang tinggal serumah
No. Nama L/P Usia Hubungan Keluarga Pendidikan Pekerjaan Keterangan
1. Tn.T L 23 th Suami SMA wiraswasta Sehat

II. PENGKAJIAN DATA OBJEKTIF (O)


1. Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis Status
emosional: Stabil
2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 100/60 mmHg Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 18 x/menit suhu : 36,7 °c
3. Tinggi badan : 155 Cm

12
BB 60 60
Berat badan sekarang : 60 Kg IMT : 2= 2 = =
(TB) (1,55) 2,4025
24,9
Lingkar lengan : 26 Cm
4. Pemeriksaan fisik
 Kepala
Inspeksi
 Warna rambut : Hitam
 Kebersihan : Bersih
Palpasi
 Keadaan rambut : Tidak rontok
 Benjolan : Tidak ada
 Muka
Inspeksi
 Odema : Tidak ada
 Pucat atau tidak : tidak pucat
Palpasi
 Odema : Tidak ada
 Mata
Inspeksi
 Konjungtiva : merah muda
 Sclera : Putih
 Hidung
 Kebersihan : Bersih
 Pengeluran : Tidak ada
 Polip : Tidak ada
 Telinga
 Kebersihan : Bersih
 Pengeluaran : Tidak ada
 Fungsi pendengaran : Baik
 Bibir
Inspeksi

13
 Pucat : Tidak pucat
 Stomatitis : Tidak ada
 Gigi
 Caries : Tidak ada
 Gigi palsu : Tidak ada
 Lidah
 Warna : Merah muda
 Leher
 Pembengkakan kelenjar tyroid : Tidak ada
 Pembengkakan KGB : Tidak ada
 Pembengkakan vena jugularis : Tidak ada
 Dada
Payudara
Inspeksi : Simetris/ Tidak : Simetris
Benjolan : Tidak ada
Hyperpigmentasi : Ada

Palpasi :Benjolan : Tidak ada


Putting susu : Menonjol
Colostrum : Ada
Pembeseraan KGB axila : Tidak ada
Kelainan :Retraksi : Tidak ada
Lecet : Tidak ada
 Abdomen
Inspeksi
 Bentuk perut : Simetris, masi sedikit besar
 Sikatrik bekas operasi : Tidak ada
 Striae : Ada
 Hyperpigmentasi : Ada
Palpasi
 TFU : 2 jari dibawah pusat
 Diastasi rekti : 2cm

14
 Kontraksi Uterus : Baik
 Ekstermitas
Ekstermitas atas
Inspeksi
 Oedema : Tidak ada
 Kuku : Pendek, bersih
Palpasi
 Oedema : Tidak ada
 Capillary refill : Kembali kurang dari 2 detik
Ekstermitas bawah
Inspeksi
 Bentuk : Simetris
 Oedema : Tidak ada
 Varises : Tidak ada
Palpasi
 Oedema : Tidak ada
 Capillary Refill : Kembali kurang dari 2 detik
 Varises : Tidak ada
Perkusi
 Reflek patella : kanan dan kiri +/+
 Genetalia
Inspeksi
 Oedema : Tidak ada
 Varises : Tidak ada
 Pembesaran kelenjar bartholin : Tidak ada
 Pengeluaran : Ada, Lochea sanguilenta
berwarna merah kekuningan
 Luka Perineum : Ada
 Keadaan luka perineum : Baik, tidak ada tanda-tanda
infeksi
Palpasi
 Oedema : Tidak ada

15
 Varises : Tidak ada
 Pembesaran kelenjar bartholin : Tidak ada
 Pengeluaran : Ada, Lochea sanguilenta
berwarna merah kekuningan
 Anus
 Haemoroid : Tidak ada
5. Pemeriksaan Laboratorium
 Darah : Hb : 14,5 gr% (pada
tanggal 29-09-2021)
 Glukosa : tidak diperiksa
 Protein : tidak diperiksa

III. ASSESMENT (A)


Diagnosa : Ny. A P1 A0, Post partum 5 hari dalam keadaan
baik
Masalah Potensial : Mastitis
Antisipasi masalah potensial : KIE pemberian ASI, Melakukan dan mengajarkan
Breastcare

IV. PENATALAKSANAAN (P)


1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dalam keadaan normal, hanya saja ibu
mengalami bendungan ASI. Ibu mengetahui kondisinya
2. Memberitahu ibu keluhan payudara sakit, kencang, itu merupakan tanda
dari terjadinya bendungan ASI, yang disebabkan oleh penumpukan
produksi ASI, sehingga payudara terasa keras, kencang, dan juga sakit. Ibu
mengetahui penyebab keluhannya
3. Memberitahu Ibu cara mengatasinya dengan cara melakukasn breastcare
yang akan diajarkan nanti, dan dengan tetap menyusui bayinya secara
bergantian pada payudara kanan dan kiri. Ibu mengetahui cara mengatasi
keluhannya
4. Melakukan dan mengajarkan ibu tata cara breastcare yang benar, lalu
menganjurkan ibu untuk melakukannya sendiri dirumah atau dibantu oleh

16
suami atau keluarganya. Breascare telah dilakukan, dan Ibu telah mampu
dan bersedia untuk melakukannya
5. Memberitahu Ibu harus membangunkan bayinya untuk menyusui, jika
bayinya tertidur lebih dari 2 jam. Ibu bersedia
6. Memberitahu untuk tetap memperhatikan asupan nutrisi juga hidrasi agar
kualitas ASI tetap baik. Ibu bersedia
7. Memberitahu Ibu untuk menjaga pola istirahatnya, agar tidak berpengaruh
kepada psikologis dan produksi ASI ibu. Ibu bersedia
8. Memberitahu ibu tanda bahaya nifas, seperti : Pusing yang berlebih,
penglihatan kabur, bengkak pada wajah dan kaki, perdarahan yang hebat
dari jalan lahir, luka jahitan keluar nanah, atau berbau tidak sedap. Ibu
mengetahui
9. Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang 23 hari yang akan datang (30-10-
2020) atau jika ada keluhan yang dirasakan. Ibu bersedia

17
BAB IV
PENUTUP

B. Kesimpulan
Ibu yang sedang Dalam masa nifas dapat mengalami beberapa masalah
yang biasanya terjadi seperti pembendunga air susu ibu, ini dapat terjadi pada
hari ke dua atau ke tiga ketika payudara telah memproduksi air susu. hal ini
disebabkan karena kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari
sesudah melahirkan.Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi
prolaktin waktu hamil, dan sangat di pengaruhi oleh estrogen tidak
dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini
menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu,
tetapi untuk mengeluarkan dibutuhkan reflek, yang bisa timbul dari hisapan
bayi, apabila bayi tidak menyusu dengan baik, atau jika tidak dikosongkan
dengan sempurna, maka terjadi bendungan air susu.
Tanda dan gejala pembendungan ASI yang biasanya dirasakan oleh ibu
yaitu Mamae panas serta keras pada saat perabaan dan nyeri Warnanya
kemerahan.Suhu tubuh sampai 38oc. Penatalaksanaanya bisa dengan
dikompres ataupun dengan pemberian obat paracetamol jika ibunya
mengalami deman.

C. Saran
Bagi Tenaga Kesehatan:
 Diharapkan petugas kesehatan lebih meningkatkan konseling tentang
menyusui secara eksklusif.
 Diharapkan petugas kesehatan bisa mempertahankan pelayanan kebidanan
yang sudah memenuhi standart.
Bagi Pasien:
 Diharapkan pasien aktif bertanya kepada petugas meskipun belum ada
keluhan, dan melakukan kunjungan ulang sesuai dengan jadwalnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono, 2005. Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Internet:
http://www.ilmukesehatan.com/artikel/contoh-makalah-bendungan-asi.html

19

Anda mungkin juga menyukai