PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Memberi ASI pada bayi merupakan proses alami sebagai kewajiban
seorang ibu yang mengasuh anaknya. Karena ASI merupakan makanan utama
untuk bayi umur 0-6 bulan pertama kehidupannya. Proses alami untuk
memberikan ASI sudah dimulai saat terjadi kehamilan, karena bersama
dengan hamil, payudara telah disiapkan sehingga setelah bayi lahir ibu bisa
segera memberikan ASI pada bayinya.
Sejak hari ketiga sampai hari keenam setelah persalinan, ketika ASI secara
normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis
dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa
penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun keadaan ini bisa menjadi
bendungan, pada bendungan payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan
cairan jaringan. Aliran vena dan limfotik tersumbat, aliran susu menjadi
terhambat dan tekanan pada saluran ASI dan alveoli meningkat.
Payudara yang terbendung membesar, membengkak, dan sangat nyeri.
Payudara dapat terlihat mengkilat dan edema dengan daerah eritema difus.
Puting susu teregang menjadi rata, ASI tidak mengalir dengan mudah, dan
bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI, wanita kadang- kadang menjadi
demam akibat ASInya tidak keluar dengan baik.
Keluhan ibu menurut Prawirohardjo, (2005) adalah payudara bengkak,
keras, panas dan nyeri. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan
perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari bendungan ASI?
2. Apa penyebab dari bendungan ASI?
3. Bagaimana tanda dan gejala bendungan ASI?
4. Bagaimana pencegahan bendungan ASI?
5. Bagaimana penatalaksanaan bendungan ASI?
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari bendungan ASI
2. Untuk mengetahui penyebab dari bendungan ASI
3. Untuk memahami tanda dan gejala bendungan ASI
4. Untuk mengetahui cara pencegahan terjadinya bendungan ASI
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan terhadap bendungan ASI
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan
duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan
sempurna atau karena kelainan pada putting susu. Bendungan air susu adalah
terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan
limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan
suhu badan. (Sarwono, 2005).
Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air
susu karena penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak
dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu (Buku
Obstetri Williams)
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan
duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan
sempurna atau kelainan pada putting susu (Mochtar, 1998).
Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air
susu karena penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak
dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu (Buku
Obstetri Williams)
Keluhan ibu menurut Prawirohardjo, (2005) adalah payudara bengkak,
keras, panas dan nyeri. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan
perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan.
Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya
(analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau
dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol atau
lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk membendung sementara
produksi ASI.
Kepenuhan fisiologis menurut Rustam (1998) adalah sejak hari ketiga
sampai hari keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan,
payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan
3
penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut
pulih dengan cepat. Namun dapat berkembang menjadi bendungan.
Pada bendungan, payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan
jaringan. Aliran vena limpatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan
tekanan pada saluran ASI dengan alveoli meingkat. Payudara menjadi
bengkak, merah dan mengkilap.
Jadi dapat diambil kesimpulan perbedaan kepenuhan fisiologis maupun
bendungan ASI pada payudara adalah :
a. Payudara yang penuh terasa panas, berat dan keras. Tidak terlihat
mengkilap. ASI biasanya mengalir dengan lancar dengan kadang-kadang
menetes keluar secara spontan.
b. Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri.
Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri.
Payudara terlihat mengkilap dan puting susu teregang menjadi rata. ASI
tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit menghisap ASI sampai
bengkak berkurang.
4
dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI
tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI).
2) Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (Pada masa laktasi, bila Ibu tidak
menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif
mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI).
3) Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar (Teknik yang salah dalam
menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan
menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak
mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI).
4) Puting susu terbenam (Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi
dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola,
bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI).
5) Puting susu terlalu panjang (Puting susu yang panjang menimbulkan
kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap
areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI.
Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI).
D. Patofisiologi
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron
turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi
prolaktin waktu hamil, dan sangat di pengaruhi oleh estrogen tidak
dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis.
5
Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi
dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkan dibutuhkan refleks yang
menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel yang mengelilingi alveolus dan
duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut.
Refleks ini timbul bila bayi menyusui. Apabila bayi tidak menyusu dengan
baik, atau jika tidak dikosongkan dengan sempurna, maka terjadi bendungan
air susu.
Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh
terasa panas, berat dan keras, terlihat mengkilat meski tidak kemerahan. ASI
biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara yang terbendung
membesar, membengkak dan sangat nyeri, puting susu teregang menjadi rata.
ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk
menghisap ASI. Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan
hilang dalam 24 jam (wiknjosastro,2005)
E. Diagnosis
1) Cara inspeksi.
Hal ini harus dilakukan pertama dengan tangan di samping dan sesudah
itu dengan tangan keatas,selagi pasien duduk kita akan melihat dilatasi
pembuluh-pembuluh balik di bawah kulit akibat pembesaran tumor jinak
atau ganas di bawah kulit.perlu diperhatikan apakah kulit pada suatu
tempat menjadi merah.
2) Cara palpasi.
Ibu harus tidur dan diperiksa secara sistematis bagian medial lebih dahulu
dengan jari-jari yang harus kebagian lateral.palpasi ini harus meliputi
seluruh payudara,dari parasternal kearah garis aksila belakang,dan dari
subklavikular kearah paling distal.untuk pemeriksaan orang sakit harus
duduk.tangan aksila yang akan diperiksa dipegang oleh pemeriksa dan
dokter pemeriksa mengadakan palpasi aksila dengan tangan yang
kontralateral dari tangan si penderita.misalnya kalau aksila kiri orang
sakit yang akan diperiksa,tangan kiri dokter mengadakan
palpasi(prawirohardjo,2005)
6
F. Pencegahan Terjadinya Bendungan ASI
1) Gunakan teknik menyusui yang benar
2) Puting susu dan areola mamae harus selalu kering setelah selesai
menyusui
3) Jangan pakai Bra yang tidak dapat menyerap keringat
4) Menyusui dini, susui bayi sesegera mungkin (setelah 30 menit) setelah
dilahirkan
5) Susui bayi tanpa jadwal atau ( on demand)
6) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi melebihi
kebutuhan bayi
7) Perawatan payudara pasca (obserti patologi 169)
8) Menyusui yang sering
9) Hindari tekanan local pada payudara
G. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaa untuk bendungan ASI secara umum yaitu:
1) Kompres hangat payudara agar menjadi lebih lembek
2) Keluarkan sedikit ASI sehingga puting lebih mudah ditangkap dan
dihisap oleh bayi.
3) Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI
4) Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres dingin
5) Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh getah bening lakukan
pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari putin kearah
korpus. (Sastrawinata, 2004)
Sebaiknya selama hamil atau dua bulan terakhir dilakukan masase atau
perawatan puting susu dan areola mamae untuk mencegah terjadinya
puting susu kering dan mudah mencegah terjadinya payudara bengkak.
b. Penatalaksanaan untuk ibu yang menyusui:
1) Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar
kemudian perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu dan lebih
berhati-hati pada area yang mengeras
7
2) Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin,
susui bayi dengan payudara yang sakit jika ibu kuat menahannya,
karena bayi akan menyusui dengan penuh semangat pada awal sesi
menyususi, sehingga bisa mengeringkannya dengan efektif
3) Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap kali
selesai menyusui jika bayi belum benar-benar menghabiskan isi
payudara yang sakit tersebut
4) Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat
pada payudara yang sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi
dengan air hangat beberapa kali), lakukan pemijatan dengan lembut
di sekitar area yang mengalami penyumbatan kelenjar susu
5) Dansecara perlahan-lahan turun kearah putting susu
6) Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui.
7) Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
8) Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.
c. Penataksanaan bagi ibu yang tidak menyusui :
1) Sangga payudara
2) Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan
rasa sakit
3) Bila di perlukan berikan PCT 500 mg per Oral setiap 4 jam
4) Jangan di pijat atau memakai kompres hangat payudara
5) Pompa dan kosongkan payudara
d. Terapi dan pengobatan menurut prawirohardjo (2005) adalah:
1) Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya
2) Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care
3) Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan
kompres dingin sesudah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri
4) Gunakan BH yang menopang
5) Berikan parasetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan
menurunkan panas.
Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara
untuk mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi
8
simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan payudara, sebelum
menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau
perlu berikan stilbestrol 1 mg atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari
untuk sementara waktu mengurangi pembendungan dan memungkinkan air
susu dikeluarkan dengan pijatan.
9
BAB III
TINJAUAN KASUS
10
Ibu mengatakan ini adalah kehamilan pertamanya.
E. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat penyakit yang pernah diderita : Tidak ada
2. Riwayat penyakit yang sedang diderita : Tidak ada
3. Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada
4. Riwayat Alergi : Tidak ada
F. Riwayat Kontrasepsi
Jenis kontrasepsi : Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan
alat kontrasepsi
Rencana KB yang akan datang: KB suntik 3 bulan
G. Aktivitas Sehari-hari
1. Diet
a. Nutrisi
Pola makan : 3x/hari, porsi sedang
Jenis makan yang dikonsumsi : Nasi, lauk pauk, sayuran
Makanan yang di pantang : Ikan asin
Perubahan makan : Tidak ada
Alergi terhadap makanan : Tidak ada
b. Hidrasi
Jenis cairan yang di minum : air putih
Jumlah cairan yang diminum sehari : ± 10 gelas/ hari, gelas
belimbing
2. Istirahat dan tidur
Malam : 4 jam/ hari Siang : 1 jam/hari
3. Personal hygience
Mandi : 2 x/hari Gosok gigi : 2x/hari
Ganti pakaian : 2 x/hari Ganti pakaian dalam : 3-4x/hari
Ganti pembalut : 3-4 x/hari Vulva hygiene : 3-4x/hari
4. Aktivitas seksual
Rencana hubungan seksual : Setelah selesai masa nifas
Alasan : Karena waktu yang diperbolehkan
5. Eliminasi
11
BAK : ± 5 x/ hari Banyak : Banyak
BAB : 1 x/hari Konsistensi : Lunak
6. Perilaku kesehatan
a. Obat-obatan yang sedang dikonsumsi: Tidak ada
b. Obat-obatan yang pernah dikonsumsi: Tidak ada
c. Obat-obatan terlarang : Tidak ada
d. Alkohol : Tidak
e. Merokok : Tidak
7. Aktivitas dan Mobilisasi
a. Aktivitas yang sudah dilakukan : Menjemur pakaian, jalan-
jalan kecil
b. Mobilisasi : Ringan
H. Keadaan Psikologis dan Sosial
Keadaan psikologis : Baik
Hubungan klien dengan suami : Baik
Hubungan klien dengan anggota keluarga lain : Baik
Tanggapan keluarga atas kelahiran bayi : Baik
Hubungan dengan lingkungan : Baik
Keadaan spiritual : Baik
Tanggapan ibu terhadap kelahiran anak : Baik
Rencana ibu menyusui bayi : ASI Ekslusif
Keluarga yang tinggal serumah
No. Nama L/P Usia Hubungan Keluarga Pendidikan Pekerjaan Keterangan
1. Tn.T L 23 th Suami SMA wiraswasta Sehat
12
BB 60 60
Berat badan sekarang : 60 Kg IMT : 2= 2 = =
(TB) (1,55) 2,4025
24,9
Lingkar lengan : 26 Cm
4. Pemeriksaan fisik
Kepala
Inspeksi
Warna rambut : Hitam
Kebersihan : Bersih
Palpasi
Keadaan rambut : Tidak rontok
Benjolan : Tidak ada
Muka
Inspeksi
Odema : Tidak ada
Pucat atau tidak : tidak pucat
Palpasi
Odema : Tidak ada
Mata
Inspeksi
Konjungtiva : merah muda
Sclera : Putih
Hidung
Kebersihan : Bersih
Pengeluran : Tidak ada
Polip : Tidak ada
Telinga
Kebersihan : Bersih
Pengeluaran : Tidak ada
Fungsi pendengaran : Baik
Bibir
Inspeksi
13
Pucat : Tidak pucat
Stomatitis : Tidak ada
Gigi
Caries : Tidak ada
Gigi palsu : Tidak ada
Lidah
Warna : Merah muda
Leher
Pembengkakan kelenjar tyroid : Tidak ada
Pembengkakan KGB : Tidak ada
Pembengkakan vena jugularis : Tidak ada
Dada
Payudara
Inspeksi : Simetris/ Tidak : Simetris
Benjolan : Tidak ada
Hyperpigmentasi : Ada
14
Kontraksi Uterus : Baik
Ekstermitas
Ekstermitas atas
Inspeksi
Oedema : Tidak ada
Kuku : Pendek, bersih
Palpasi
Oedema : Tidak ada
Capillary refill : Kembali kurang dari 2 detik
Ekstermitas bawah
Inspeksi
Bentuk : Simetris
Oedema : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Palpasi
Oedema : Tidak ada
Capillary Refill : Kembali kurang dari 2 detik
Varises : Tidak ada
Perkusi
Reflek patella : kanan dan kiri +/+
Genetalia
Inspeksi
Oedema : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Pembesaran kelenjar bartholin : Tidak ada
Pengeluaran : Ada, Lochea sanguilenta
berwarna merah kekuningan
Luka Perineum : Ada
Keadaan luka perineum : Baik, tidak ada tanda-tanda
infeksi
Palpasi
Oedema : Tidak ada
15
Varises : Tidak ada
Pembesaran kelenjar bartholin : Tidak ada
Pengeluaran : Ada, Lochea sanguilenta
berwarna merah kekuningan
Anus
Haemoroid : Tidak ada
5. Pemeriksaan Laboratorium
Darah : Hb : 14,5 gr% (pada
tanggal 29-09-2021)
Glukosa : tidak diperiksa
Protein : tidak diperiksa
16
suami atau keluarganya. Breascare telah dilakukan, dan Ibu telah mampu
dan bersedia untuk melakukannya
5. Memberitahu Ibu harus membangunkan bayinya untuk menyusui, jika
bayinya tertidur lebih dari 2 jam. Ibu bersedia
6. Memberitahu untuk tetap memperhatikan asupan nutrisi juga hidrasi agar
kualitas ASI tetap baik. Ibu bersedia
7. Memberitahu Ibu untuk menjaga pola istirahatnya, agar tidak berpengaruh
kepada psikologis dan produksi ASI ibu. Ibu bersedia
8. Memberitahu ibu tanda bahaya nifas, seperti : Pusing yang berlebih,
penglihatan kabur, bengkak pada wajah dan kaki, perdarahan yang hebat
dari jalan lahir, luka jahitan keluar nanah, atau berbau tidak sedap. Ibu
mengetahui
9. Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang 23 hari yang akan datang (30-10-
2020) atau jika ada keluhan yang dirasakan. Ibu bersedia
17
BAB IV
PENUTUP
B. Kesimpulan
Ibu yang sedang Dalam masa nifas dapat mengalami beberapa masalah
yang biasanya terjadi seperti pembendunga air susu ibu, ini dapat terjadi pada
hari ke dua atau ke tiga ketika payudara telah memproduksi air susu. hal ini
disebabkan karena kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari
sesudah melahirkan.Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi
prolaktin waktu hamil, dan sangat di pengaruhi oleh estrogen tidak
dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini
menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu,
tetapi untuk mengeluarkan dibutuhkan reflek, yang bisa timbul dari hisapan
bayi, apabila bayi tidak menyusu dengan baik, atau jika tidak dikosongkan
dengan sempurna, maka terjadi bendungan air susu.
Tanda dan gejala pembendungan ASI yang biasanya dirasakan oleh ibu
yaitu Mamae panas serta keras pada saat perabaan dan nyeri Warnanya
kemerahan.Suhu tubuh sampai 38oc. Penatalaksanaanya bisa dengan
dikompres ataupun dengan pemberian obat paracetamol jika ibunya
mengalami deman.
C. Saran
Bagi Tenaga Kesehatan:
Diharapkan petugas kesehatan lebih meningkatkan konseling tentang
menyusui secara eksklusif.
Diharapkan petugas kesehatan bisa mempertahankan pelayanan kebidanan
yang sudah memenuhi standart.
Bagi Pasien:
Diharapkan pasien aktif bertanya kepada petugas meskipun belum ada
keluhan, dan melakukan kunjungan ulang sesuai dengan jadwalnya.
18
DAFTAR PUSTAKA
19