Anda di halaman 1dari 5

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan karunia nikmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Atonia Uteri dan Retensio Plasenta
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Asuhan Kebidanan Perslinan. Dalam proses penyusunan makalah ini tak lepas
dari bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis
mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan para pembimbing yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan dalam
penulisan makalah ini, maka dari itu penulis sangat mengharapkan saran dan
kritik dari para pembaca.

Rabu, 23 September 2020

Penyusun

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka kematian ibu (AKI) merupakan indikator yang mencerminkan
status kesehatan ibu, terutama risiko kematian bagi ibu pada waktu hamil
dan persalinan WHO pada tahun 2014 adalah 216 per 100.000 kelahiran
hidup atau diperkirakan jumlah kematian ibu adalah 303.000 kematian
dengan jumlah tertinggi. Indonesia sebagai salah satu negara dengan AKI
tertinggi di Asia. Menurut WHO, kematian maternal berjumlah 25%
disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan dan 16-17% disebabkan oleh
retensio plasenta. Angka kematian ibu, di Indonesia masih cukup tinggi.
Tujuan pembangunan Sustainable Development Goals (SDGs)
berkomitmen untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 302
per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Berdasarkan hasil Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan bahwa secara
nasional Angka kematian Ibu pada tahun 2015 di Indonesia adalah
359/100.000 kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh 2 melonjak
dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228/100.000 kelahiran hidup.
Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015 penyebab kematian ibu
terbesar yaitu perdarahan 30,3% yang terjadi pada masa intra partum yaitu
karena retensio plasenta, hipertensi dalam kehamilan (HDK) 27,1%, infeksi
7,3%, dan lain-lain yaitu penyebab kematian ibu tidak langsung seperti
eklamsi, partus lama 5%, dan abortus 5
Faktor penyebab perdarahan pasca persalinan secara langsung adalah
atonia uteri, retensio plasenta, trauma jalan lahir, inversion uteri, ruptur
uteri, dan gangguan sistem pembekuan darah. Faktor predisposisi yang
harus dipertimbangkan ialah riwayat perdarahan pascapersaalinan
sebelumnya, multiparitas, perdarahan antepartum, dan partus lama. Adapun
faktor-faktor predisposisi perdarahan postpartum antara lain paritas, umur
kehamilam, jarak persalinan, peregangan uterus berlebih (makrosomia,
gemeli dan polihidramnion), partus presipitatus, induksi oksitosin, riwayat

2
seksio sesaria, riwayat perdarahan postpartum dan kala I dan II yang
memanjang (Wahyu P, 2013). Jika perdarahan terus terjadi maka Ibu akan
mengalami banyak kehilangan darah serta keadaannya melemah dan
menjadi factor predisposisi terjadinya infeksi nifas. Jika kehilangan darah
tidak dihentikan maka ibu akan mengalami kematian (Oxorn & Forte,
2010).
( Jurnal penelitian, Retensio Plasenta di RSUD Martubung, 2018. K Desi,
http://repository.helvetia.ac.id/1291/2/BAB%20I%20-%20BAB%20III.pdf )
( Jurnal penelitian, Masase Uteri di RSUD Wangaya, 2019. I Indrayudha,
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2309/2/BAB%20I.pdf )

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian atonia uteri dan retensio plasenta ?
2. Apa patofisiologi atonia uteri dan retensio plasenta ?
3. Bagaimana epidemiologi atonia uteri dan retensio plasenta ?
4. Apa tanda gejala atonia uteri dan retensio plasenta ?
5. Apa penyebab atonia uteri dan retensio plasenta ?
6. Apa predisposisi atonia uteri dan retensio plasenta ?
7. Apa komplikasi atonia uteri dan retensio plasenta ?
8. Bagaimana penatalaksanaan atonia uteri dan retensio plasenta ?
9. Apa wewenang bidan mengenai atonia uteri dan retensio plasenta ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian atonia uteri dan retensio plasenta
2. Untuk mengetahui patofisiologi atonia uteri dan retensio plasenta
3. Untuk mengetahui epidemiologi atonia uteri dan retensio plasenta
4. Untuk mengetahui tanda gejala atonia uteri dan retensio plasenta
5. Untuk mengetahui penyebab atonia uteri dan retensio plasenta
6. Untuk mengetahui predisposisi atonia uteri dan retensio plasenta
7. Untuk mengetahui komplikasi atonia uteri dan retensio plasenta
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan atonia uteri dan retensio plasenta

3
9. Untuk mengetahui wewenang bidan mengenai atonia uteri dan retensio
plasenta

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Atonia Uteri adalah kegagalan otot rahim dalam melakukan kompresi
pembuluh darah pada sisi plasenta yang terbuka setelah terjadi separasi,
sehingga darah dalam jumlah besar mengalir dari pembuluh darah maternal
tanpa dapat dihentikan melalui fungsi hemostasis dan kerja ligatur (Fraser
dan Cooper, 2011; Cunningham, 2018). Perdarahan berat akibat dari atonia
uteri selain dapat meningkatkan angka mortalitas maternal juga dapat
meningkatkan angka morbiditas meliputi anemia berat yang menyebabkan
ibu memerlukan transfusi darah, kurangnya perfusi jaringan sehingga terjadi
kegagalan organ, dan tindakan operatif invasif berupa B-Lynch sampai
dengan histerektomi
Retensio plasenta adalah plasenta yang tidak terpisah dengan sempurna
dan menimbulkan hemorrhage yang tidak tampak, dan juga disadari pada
lamanya waktu yang berlalu antara kelahiran bayi dan keluarnya plasenta
yang diharapkan yaitu 30 menit. Adapun faktor predisposisi terjadinya
retensio plasenta adalah plasenta previa, bekas luka section caesarea, pernah
kuret berulang, dan paritas. Faktor predisposisi yang lain menyebabkan
terjadinya retensio plasenta adalah usia, riwayat manual plasenta, anemia,
riwayat
(Jurnal penelitian, Atonia Uteri, 2019, M Lestari, https://e-
journal.unair.ac.id/PMNJ/index , file:///C:/Users/OCHA/Downloads/1399-
3931-1-PB.pdf )
( Jurnal penelitian, Retensio Plasenta di RSUD Martubung, 2018. K Desi,
http://repository.helvetia.ac.id/1291/2/BAB%20I%20-%20BAB%20III.pdf )

Anda mungkin juga menyukai