Anda di halaman 1dari 53

Dr.

Andrianto Kurniawan, SpOG


GANGGUAN
KENYAMANAN
GANGGUAN KENYAMANAN
 PENDAHULUAN
Pada masa nifas banyak hal adaptasi yang dialami pada ibu. Setelah kelahiran bayi
dan pengeluaran plasenta, ibu mengalami suatu periode pemulihan kembali
kondisi fisik dan psikologisnya.
Yang diharapkan pada periode 6 minggu setelah melahirkan adalah semua system
dalam tubuh ibu akan pulih dari berbagai pengaruh kehamilan dan kembali pada
keadaan sebelum hamil.
 PENGERTIAN

Nifas adalah masa yang dimulai setelah melahirkan placenta dan berakhir setelah
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum keadaan hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira kira 6-8 minggu
 Nifas dibagi dalam 3 periode :
1. Immediate puerperium : yaitu kepulihan dimana ibu telah dibolehkan berdiri
dan berjalan-jalan
mulainya post partum sampai dengan 24 jam.
2. Early puerperium : yaitu mulai dari 1 hari sampai dengan 7 hari post partum.
3. Later puerperium : yaitu mulai dari 7 hari sampai dengan 6 minggu post partum.
 Involusi Uterus
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus
kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram. Involusi uteri
dapat juga dikatakan sebagai proses kembalinya uterus pada keadaan semula atau
keadaan sebelum hamil.

 Lochia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi
basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada
kondisi asam yang ada pada vagina normal.
 a. Lochia Rubra/ merah (kruenta)
Lochia ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga masa postpartum. Sesuai
dengan namanya, warnanya biasanya merah dan mengandung darah dari
perobekan/luka pada plasenta dans erabut dari deciduas dan chorion. Terdiri dari
sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa darah.
b. Lochia Serosa
Lochia ini muncul pada hari kelima sampai kesembilan postpartum. Warnanya
biasanya kekuningan atau kecoklatan. Lochia ini terdiri dari lebih sedikit darah
dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta.
c. Lochia Alba
Lochia ini muncul lebih dari hari kesepuluh postpartum. Warnanya lebih pucat,
putih kekuningan dan lebih banyak mengandung leukosit, selaput lendir serviks
dan serabut jaringan yang mati.
 Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :
1) Iskemia Miometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah
pengeluaran plasenta membuat uterus relative anemi dan menyebabkan serat otot
atrofi
2) Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot
uterine. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat
mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali lebar dari semula
selama kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai pengrusakan secara langsung
jaringan hipertropi yang berlebihan hal ini disebabkan karena penurunan hormon
estrogen dan progesteron.
3) Efek Oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan
menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus.
Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta
mengurangi perdarahan.
 Involusi tempat plasenta
Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan kasar,
tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini mengecil,
pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm.

 C. Perubahan Ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu
kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut kembali
seperti sediakala.
 D. Perubahan pada Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks postpartum adalah bentuk serviks yang akan menganga
seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan
kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada
perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin. Warna
serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah.
 E. Lochia
Dengan adanya involusi uterus, maka lapisan luar dari decidua yang mengelilingi
situs plasenta akan menjadi nekrotik. Decidua yang mati akan keluar bersama
dengan sisa cairan. Campuran antara darah dan decidua tersebut dinamakan
Lochia, yang biasanya berwarna merah muda atau putih pucat.
 f.Perubahan pada Vulva, Vagina dan Perineum
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses
tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu
vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina
secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia manjadi lebih
menonjol.
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5,
perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap
lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.
 a) Nafsu Makan
 b) Motilitas
 c) Pengosongan Usus
 a. Dinding perut dan peritoneum
Setelah persalinan, dinding perut longgar karena diregang begitu lama, tetapi
biasanya pulih kembali dalam 6 minggu.
 b. Kulit abdomen
Kulit abdomen yang melebar selama masa kehamilan tampak melonggar dan
mengendur sampai berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan yang
dinamakan strie
 c. Striae
Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna melainkan
membentuk garis lurus yang samar.
 d. Perubahan Ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu
kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut kembali
seperti sediakala.
 Definisi
 Ø Infeksi nifas mencakup semua peradangan yg disebabkan oleh masuknya
kuman-kuman kedalam alat-genital genital pd wktu persalinan dan nifas.
 Ø Demam dalam nifas sering disebabkan infeksi nifas, ditandai dengan suhu 38 ºC
yg terjadi selama 2 hari berturut-turut.
 Ø Kuman2 penyebab infeksi dapat berasal dari eksogen atau endogen, kuman2nya
seperti streptococcus, bacil coli, staphylococcus.
 Faktor Predisposisi
 Ø Perdarahan
 Ø Trauma persalinan
 Ø Partus lama
 Ø Retensio plasenta
 Ø KU ibu (anemia dan malnutrition)
 ENDOMETRITIS
 Merupakan jenis infeksi yg paling sering, kuman-kuman memasuki endometrium
biasanya pd luka bekas insersio plasenta & dalam waktu singkat mengikutsertakan
seluruh endometrium.
 PERITONITIS
 Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limfe di dlm uterus langsung
mencapai peritonium shg menyebabkan peritonitis.
 Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Sedangkan
pd peritonitis umum suhu meningkat mjd tinggi, nadi cepat dan kecil, perut
kembung dan nyeri.
 Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus
laktiferi atau oleh kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena
kelainan pada putting susu
 Menurut Huliana (2003) payudara bengkak terjadi karena hambatan aliran darah
vena atau saluran kelenjar getah bening akibat ASI terkumpul dalam payudara.
Kejadian ini timbul karena produksi yang berlebihan, sementara kebutuhan bayi
pada hari pertama lahir masih sedikit.
Faktor predisposisi terjadinya bendungan ASI antara lain :
 Faktor hormon
 Hisapan bayi
 Pengosongan payudara
 Cara menyusui
 Faktor gizi
 Kelainan pada puting susu
Patofisiologi
 Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh terasa
panas, berat dan keras, terlihat mengkilat meski tidak kemerahan.
 ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara yang terbendung
membesar, membengkak dan sangat nyeri, puting susu teregang menjadi rata.
 ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI.
Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan hilang dalam 24 jam
(Mochtar, 1998).
Penatalaksanaan
Upaya pencegahan untuk bendungan ASI adalah :
 Menyusui dini, susui bayi sesegera mungkin (setelah 30 menit) setelah dilahirkan
 Susui bayi tanpa jadwal atau ondemand
 Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi melebihi kebutuhan bayi
 Perawatan payudara pasca persalinan
Upaya pengobatan untuk bendungan ASI adalah :
 Kompres hangat payudara agar menjadi lebih lembek
 Keluarkan sedikit ASI sehingga puting lebih mudah ditangkap dan dihisap oleh
bayi.
 Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI
 Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres dingin
 Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh getah bening lakukan pengurutan
(masase) payudara yang dimulai dari putin kearah korpus. (Sastrawinata, 2004)
 tanda-tanda adanya infeksi adalah rasa panas dingin disertai dengan kenaikan
suhu, penderita merasa lesu dan tidak ada nafsu makan.
 Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit merah, membengkak
sedikit, dan nyeri pada perabaan. Jika tidak ada pengobatan bisa terjadi abses.
Pencegahan
 Perawatan putting susu pada laktasi merupakan usaha penting untuk mencegah
mastitis. Perawatan terdiri atas membersihkan putting susu dengan minyak baby
oil sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang
sudah mengering. Selain itu juga memberi pertolongan kepada ibu menyusui
bayinya harus bebas infeksi dengan stafilococus. Bila ada luka atau retak pada
putting sebaiknya bayi jangan menyusu pada mammae yang bersangkutan, dan air
susu dapat dikeluarkan dengan pijitan.
Pengobatan
Segera setelah mastitis ditemukan pemberian susu pada bayi dihentikan dan
diberikan pengobatan sebagai berikut :
 Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari.
 Sangga payudara
 Kompres dingin
 Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
 Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan
Definisi
 Abses payudara berbeda dengan mastitis. Abses payudara terjadi
apabila mastitis tidak tertangani dengan baik, sehingga memperberat infeksi.
Gejala
 Sakit pada payudara ibu tampak lebih parah.
 Payudara lebih mengkilap dan berwarna merah.
 Benjolan terasa lunak karena berisi nanah.
 Payudara yang tegang dan padat kemerahan.
 Pembengkakan dengan adanya fluktuasi.
 Adanya pus/nanah.
 Kelainan puting susu adalah keadaan puting susu tidak normal dimana puting susu
yang normal meniliki ciri-ciri khas dengan bentuk yang silendris, menonjol keluar
dari permukaan umum payudara ibu. Kelainaan puting susu sangat mengganggu
aktifitas laktasi.
 Pada sebagian besar ibu kelainan puting susu di sebabkan oleh duktus laktiferus
yang bermuara langsung pada cekungan daerah areola. Puting susu yang
mengalami inverso yang sangat parah harus dilakukan pnarikan menggunakan
jari-jari tangan, tetapi apabila cara ini tidak berhasil maka harus dilakukan
penghisapan menggunakan pompa listrik temporer. Apabila cara ini masih tidak
berhasil maka penghisapan harus di hentikan
 Macam-macam kelainan pada payudara:
 1. Kelinan Kongenital (Bawaan)
 2. Radang (Infeksi)
 3. Tumor Jinak
 4. Tumor Ganas
 Galaktori adalah cairan puting susu yang tidak terkait dengan produksi ASI.
Galaktori sendiri bukanlah suatu penyakit melainkan suatu masalah.
 Penyebab Dan Gejala Galaktori
 Penyebab dari galaktori ini kadang-kadang tidak diketahi, dan kondisi ini juga
hilang dengan sendirinya. Namun, penyebab dari terjadinya galaktori juga dapat
disebabkan oleh rangsangan yang berlebihan terhadap payudara, efek samping
dari obat-obatanatau kelainan hipotalamus dan kelenjar hipofisis. Seringkali
galaktori terjadi akibat dari peningkatan kadar prolaktin, hormon yang
menstimulasi produksi ASI.
Tanda dan gejala yang berhubungan dengan galaktori meliputi:
 Keluar cairan berwarna putih, kuning, ataupun hijau.
Keluar cairan dari puting susu secara tiba-tiba.
Menyerang satu atau kedua payudara.
Menstruasi tidak teratur.
Sakit kepala atau masalah penglihatan.
 Selain galaktore, penderita wanita juga mengalami gangguan siklus
menstruasi atau siklusnya berhenti.
 Wajah penderita wanita seringkali tampak merah dan vaginanya kering
sehingga terjadi gangguan dalam melakukan hubungan seksual
 Penghambat produksi ASI
1. Feedback inhibitor :
Suatu faktor lokal, bila saluran ASI penuh mengirim impuls untuk mengurangi
produksi.
Cara mengatasi : saluran dikosongkan secara teratur (ASI eksklusif dan tanpa
jadwal).
2. Stress / rasa sakit : akan menghambat atau inhibisi pengeluaran oksitosin.
Misalnya pada saat Sinus laktiferus penuh/payudara sudah bengkak
3. Penyapihan
 Definisi menyapih
Menyapih adalah proses berhentinya masa menyusui secara berangsur angsur
atau sekaligus. Proses itu dapat disebabkan oleh si anak itu sendiri untuk berhenti
menyusu atau bisa juga dari sang ibu untuk berhenti menyusui anaknya. Atau dari
keduanya dengan berbagai alasan (NN, 2007).
 Menyapih adalah proses bertahap yaitu mula-mula dengan mengurangi frekuensi
pemberian ASI, sampai dengan berhentinya proses pemberian ASI (Carnain, 2007)
.
Cara-cara menyapih yang benar
 Lakukan proses menyapih ini secara perlahan. Misalnya dengan mengurangi frekuensi menyusu dari 5 kali
menjadi 3 atau 4 kali. Lakukan bertahap sampai akhirnya berhenti sama sekali.
 alihkan perhatian si anak dengan melakukan hal lain. Bernyanyilah dan bermain bersamanya, sehingga anak
tidak ingat saatnya menyusu pada mama.
 Komunikasikan hal ini dengan anak. Jangan takut anak anak tidak mengerti dengan keinginan anda untuk
menyapihnya. Berikan pengertian yang baik dan dengan komunikasi yang mudah dicerna olehnya. Walau masih kecil
tapi ia mengerti kata kata dari orang dilingkungannya.
 Jangan menyapih anak ketika ia tidak sehat, atau sedang merasa sedih, kesal atau marah. Hal itu akan
membuat anak anda merasa anda tidak menyayangi dirinya.
 Hindari menyapih anak dari menyusui ke pacifier (empeng) atau botol susu. Selalu bina komunikasi dengan sang
anak. Mintalah bantuan dari sang Ayah untuk melengkapi komunikasi dengan anak dan sebagai figure pendamping
ibu.
 Jangan menyapihnya secara mendadak dan langsung, hal itu akan membuat perasaan anak anda
terguncang.
 Jangan menipu anak anda dengan cara mengoleskan jamu di putting saat menyusui atau apapun yang membuat
rasanya tidak nyaman. Pemaksaan seperti itu akan membuat hubungan batin anak dan ibu menjadi rusak.
 Waktu penyapihan yang tepat
 Tidak pernah ada waktu yang pasti kapan sebaiknya anak disapih dari ibunya.
Menurut WHO, masa pemberian ASI diberikan secara eksklusif 6 bulan pertama,
kemudian dianjurkan tetap diberikan setelah 6 bulan berdampingan dg makanan
tambahan hingga umur 2 th atau lebih. Ada juga ibu ibu yang menyapih anaknya
ketika usia 1 -2 tahun, bahkan ada yang diusia 4 tahun
 Dampak penyapihan ASI usia kurang dari 6 bulan
 Menyebabkan hubungan anak dan ibu berkurang keeratannya karena proses
bounding etatman terganggu.
 Insiden penyakit infeksi terutama diare meningkat.
 Pengaruh gizi yang mengakibatkan malnutrisi pada anak.
 Mengalami reaksi alergi yang menyebabkan diare, muntah, ruam dan gatal-gatal
karena reaksi dari sistem imun.
 Perlukaan jalan lahir merupakan perlukaan yang terjadi pada jalan lahir saat atau
setelah terjadinya persalinan yang biasanya ditandai oleh perdarahan pada jalan
lahir.
Perlukaan jalan lahir karena prsalinan dapat mengenai vulva, vagina, dan uterus.
Jannis perlukaan ringan berupa luka lecet, yang berat berupa suatu robekan yang
disertai perdarahan hebat.
Luka perineum
 Luka perineum dibagi menjadi 4 tingkatan antara lain :
a. Tingkat I : Robekan hanya pada selaput lender vagina dengan atau tanpa
mengenai kulit perinium
b. Tingkat II : Robekan mengenai selaput lender vagina dan otot perinea
transversalis, tetapi tidak mengenai spingter ani
c. Tingkat III : Robekan mengenai seluruh perinium dan otot spingter ani
d. Tingkat IV : Robekan sampai mukosa rektum
Luka robekan serviks
Bibir serviks uteri merupakan jaringan yang paling mudah mengalami perlukaan
pada waktu persalinan. Karena perlukaan itu porsio vaginalis uteri pada seorang
multipara terbagi dalam bibir depan dan belakang.

Rupture uteri
Ruptur uteri adalah robekan atau diskontinuita dinding rahim akibat dilampauinya
daya regang miomentrium. ( buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal
dan neonatal ).
Rupture uteri merupakan robekan uterus yaitu perlukaan yang paling berat pada
persalinan. Robean ini dapat terjadi pada waktu kehamilan atau pada waktu
persalinan, namun yang paling sering terjadi ialah robekan ketika persalinan.
Etiologi Rupture uteri
a. Riwayat pembedahan terhadap
Robekan perineum fundus atau korpus uterus
a. Kepala janin terlalu cepat lahir b. Induksi dengan oksitosin yang
b. Persalinan tidak dipimpin sembarangan atau persalinan yang
sebagaimana mestinya lama
c. Jaringan parut pada perineum c. Presentasi abnormal (terutama
d. Distosia bahu terjadi penipisan pada segmen bawah
uterus)
Robekan serviks d. Panggul sempit
a. Partus presipitatus e. Letak lintang
b. Trauma karena pemakaian alat-alat f. Hydrosephalus
operasi g. Tumor yang menghalangi jalan lahir
c. Melahirkan kepala pada letak h. Presentasi dahi atau muka
sungsang secara paksa, pembukaan (Helen, 2001)
belum lengkap
d. Partus lama
SUB INVOLUSIO
 Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal
involusi/proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana
mestinya,sehingga proses pengecilan uterus terhambat.
 Subinvolusi merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan
kemunduran yang terjadi pada setiap organ dan saluran reproduktif,kadang
lebih banyak mengarah secara spesifik pada kemunduran uterus yang
mengarah ke ukurannya.(Varney’s Midwivery)
 PENYEBAB

a) . Terjadi infeksi pada endometrium


b) . Terdapat sisa plasenta dan selaputnya
c) . Terdapat bekuan darah
d) . Mioma uteri
TANDA & GEJALA
Biasanya tanda dan gejala subinvolusi tidak tampak,sampai kira-kira 4 – 6
minggu postpartum.
 Fundus uteri letaknya tetap tinggi didalam abdomen/pelvis dari yang
diperkirakan/penurunan fundus uteri lambat dan tonus uterus lembek.
 Keluaran kochia seringkali gagal berubah dari bentuk rubra kebentuk serosa,lalu
kebentuk kochia alba
 Lochia bisa tetap dalam bentuk rubra dalam waktu beberapa hari
postpartum/lebih dari 2 minggu postpartum
 Lochia bisa lebih banyak daripada yang diperkirakan
 Leukore dan lochia berbau menyengat,bisa terjadi jika ada infeksi.
 Pucat,pusing,dan tekanan darah rendah
 Bisa terjadi perdarahan postpartum dalam jumlah yang banyk ( > 500 ml )
 Nadi lemah,gelisah ,letih,ekstrimitas dingin.
 TERAPI
Pemberian Antibiotika
Pemberian Uterotonika
Pemberian Tansfusi
Dilakukan kerokan bila disebabkan karena tertinggalnya sisa – sisa plasenta
PERDARAHAN NIFAS SEKUNDER
 PENGERTIAN
1.1. Perdarahan kala nifas sekunder adalah perdarahan yang terjadi setelah 24 jam
pertama
1.2. Perdarahan nifas dinamakan sekunder adalah bila terjadi 24 jam atau lebih
sesudah persalinan
1.3. Perdarahan nifas sekunder adalah perdarahan yang terjadi setelah lebih 24
jam post partum dan biasanya terjadi pada minggu kedua nifas
 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB

2.1 Endometritis
2.2 sub involusio
2.3 sisa plasenta
2.4 mioma uteri
2.5 Kelainan uterus
2.6 Inversio uteri
2.7 Pemberian estrogen untuk menekan laktasi
 GEJALA KLINIS

3.1 Terjadi perdarahan berkepanjangan melampaui patrum pengeluaran lokhea


normal
3.2 Terjadi perdarahan yang cukup banyak
3.3 Rasa sakit didaerah uterus
3.4 palpasi : fundus uteri masih dapat diraba lebih besar dari yang seharusnya
3.5 pada VT : didapatkan uterus yang membesar, lunak, dan dari osteum uteri
keluar darah
 INFEKSI SALURAN KEMIH
 Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk
mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy,
Ardaya, Suwanto, 2001)
 Etiologi
 Bakteri (Eschericia coli)
Jamur dan virus
Infeksi ginjal
Prostat hipertropi (urine sisa)

 Patofisiologi
 Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui :
a.Penyebaran endogen yaitu kontak langsung daro tempat terdekat.
b.Hematogen.
c.Limfogen.
d.Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi.
 Macam-macam ISK :
1)Uretritis (uretra)
2)Sistisis (kandung kemih)
3)Pielonefritis (ginjal)

Anda mungkin juga menyukai