Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“PERAN BIDAN DALAM MENGATASI GANGGUAN MENTAL PADA IBU


HAMIL”

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Askeb Pranikah

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 4

Fani Lailasari NIM. 20810047


Neng Lia Meliana NIM. 20810048
Tira Seyudhianti NIM. 20810049
Epi Setiawati NIM. 20810050
Rosa Malinda NIM. 20810051
Khriste M. Utubira NIM. 20810052
Zohratul Aeni NIM 20810053
Vera Oktaviani NIM 20810066

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


STIKES GUNA BANGSA YOGYAKARTA
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Peran Bidan dalam Mengatasi Gangguan Mental pada Ibu Hamil” ini
sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki, dan juga penulis berterima kasih
kepada Ibu Galuh, selaku dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan Pranikah yang telah
memberikan tugas ini.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai gangguan mental pada ibu hamil. Penyusun juga
menyadari sepenuhnya bahwa didalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh
dari sempurna. Untuk itu, penyusun berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
sarana yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya
penyusun mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Terima Kasih
Wassalammu’alaikum Wr.Wb
Yogyakarta, 17 Maret 2020

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan jiwa yang dialami ibu hamil merupakan masalah yang
belum dapat teratasi dengan baik di negara dengan pendapatan rendah. Prevalensi
kesehatan jiwa prenatal berkisar 10% - 15% tergantung tempat, metode penelitian
dan alat ukur yang digunakan. Masalah mental merupakan suatu penyakit umum
yang sering dijumpai pada saat kehamilan. Banyak wanita hamil yang mengalami
masalah mental yang tidak terdiagnosis dan tidak terobati. Karena kemungkinan
mereka takut akan efek teratogen obat terhadap perkembangan janin yang
dikandung. Masalah jiwa yang biasanya sering terjadi yaitu masalah kecemasan,
skizofrenia dan gangguan mood (Sukandar, 2009). Sejumlah perubahan fisik dan
psikologis yang terjadi selama kehamilan dapat merangsang perkembangan masalah
psikologis seperti kecemasan dan depresi. Jika tenaga kesehatan dapat mengenali
gejalanya, maka dapat dicegah dengan memasukkan pasien ke unit antenatal untuk
mempermudah manajemen depresi antenatal dan gangguan kecemasan (Marquesim
et al. 2015 ; Gourounti et al, 2015). Kecemasan atau anxiety adalah suatu sinyal
yang menyadarkan, memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan
memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman dari
perubahan dan pengalaman dari sesuatu yang baru yang belum pernah dicoba
(Kaplan & Sadock, 2010). Kecemasan selama kehamilan adalah masalah kesehatan
masyarakat yang utama karena prevalensinya tinggi. World Health Organization
(WHO) memperkirakan bahwa gangguan depresi dan anxiety akan menjadi
penyebab utama beban penyakit global pada tahun 2020 (Sukandar, 2008 ; Niloufer
et al, 2012).
Wanita yang sedang hamil mungkin akan mengalami kecemasan tentang
berbagai masalah dari satu trimester ke trimester berikutnya. Selama kehamilan
khususnya pada kehamilan pertama atau biasanya disebut dengan primigravida.
Seorang ibu primigravida mengingat kembali tentang masa awal perkembangannya
sendiri. (Kaplan & Sadock, 2011; Cunningham et al, 2013). Saat kehamilan
memasuki trimester ketiga menjelang persalinan kecemasan berhubungan dengan
kelahiran bayi. Dengan lahirnya seorang bayi, maka orang tua harus dapat
mempersiapkan diri dan dapat melakukan perawatan pasca kelahiran. Pada
umumnya primigravida akan cenderung lebih cemas dibandingkan multigravida.
Multigravida adalah wanita yang telah mengalami kehamilan lebih dari satu kali.
Hal ini terjadi karena multigravida sudah memiliki pengalaman yang cukup tentang
persalinan, sehingga sudah mengetahui tanda-tanda persalinan (Jeyanthi & Kavitha,
2008; Putranti, 2014). Terdapat hubungan yang kuat antara ibu dengan kecemasan
pada kehamilan trimester ketiga dan berbagai masalah perkembangan janin seperti
oligohidramnion, IUGR, berkurangnya plasenta perfusi, dan persalinan premature.
Efek dari kecemasan yang tinggi dirasakan oleh wanita hamil trimester ketiga.
Wanita yang mengalami kecemasan berat dapat melahirkan bayi yang lebih kecil
(Sabria et al, 2015; Hosseini et al, 2009).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1.      Pengertian Kehamilan
2.    Proses Kejiwaan pada Kehamilan
3.    Pengertian Kecemasan
C. Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian kehamilan
2.     Untuk mengetahui proses kejiwaan pada kehamilan
3.      Untuk mengetahui pengertian kecemasan pada ibu hamil

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

1. Definisi

Ada beberapa definisi kehamilan yang berasal dan berbagai sumber,

beberapa diantaranya adalah:

Kehamilan adalah hal yang luar biasa karena menyangkut perubahan

fisiologis, biologis dan psikis yang mengubah hidup seorang wanita.

kehamilan dengan kasus khusus misalnya hamil bermasalah kecemasan

yang menghantui ibu hamil juga mempengaruhi turun naiknya kadar

hormon. Selain itu, ibu yang menjalani kehamilan dengan kasus khusus,

misalnya hamil bermasalah atau pernah mengalami keguguran juga

mengalami keguguran juga mengalami kecemasan (Maulana, 2007).

Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio

fetus di dalam tubuhnya. Dalam kehamilan dapat terjadi banyak gestasi

(misalnya dalam kasus kembar atau triplet). Kehamilan manusia terjadi

selama 40 minggu antara waktu menstruasi dan kelahiran 6 minggu dari

pembuahan. Istilah medis untuk wanita hamil adalah "gravida" sedangkan

manusia di dalamnya disebut embrio (minggu-minggu awal ) dan

kemudian janin (sampai kelahiran). Primigravida adalah seorang wanita

yang hamil untuk pertama kalinya, sedangkan multigravida adalah

seoprang wanita yang sudah pernah hamil dua kali atau lebih (Bobak,

2005).
Kehamilan merupakan proses yang normal dan alamiah pada seorang

wanita di mana dalam masa kehamilan terjadi perubahan fisiologi yang

meliputi perubahan fisik, psikologis dan sosial (Saifudin, 2001).

Kehamilan adalah keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam

tubuh setelah penyentuhan sel telur dengan spermatozoa (Kamus Dorland,

1994)

Kehamilan adalah suatu proses pembuahan dalam rangka

melanjutkan keturunan yang terjadi secara alami mrnghasilkan janin yang

tumbuh di dalam rahim ibu (Depkes RI, 1995)

Kehamilan adalah pertuumbuhan janin intrauterin mulai sejak 280-

300 hari dengan perhitungan yang terbagi atas triwulan I (0-12 minggu

usia kehamilan), Triwulan II (13-28 minggu usia kehamilan), triwulan III

(29-42 minggu usia kehamilan).

2. Proses Kejiwaan pada Massa Kehamilan

Menurut Mochtar (1998), proses kejiwaan selama kehamilan meliputi:

a. Trimester I

Pada sebagian wanita, reaksi psikologik dan emosional pertama adalah

kecemasan, ketakutan, kepanikan dan kegusaran terhadap kehamilan.

Perasaan benci pada suami yang menyebabkan dia hamil dan

ditumpahkan melalui manifestasi mual, muntah, pening, dan sebagainya

yang merupakan gejala hamil muda. Pada keadaan yang agak berat, dia

menolak kehamilan dan mencoba untuk menggurkan, pada proses yang

lebih parah mencoba untuk bunuh diri. Manifestasi lain yaitu ibu hamil

muda sering meminta

makanan yang aneh-aneh yang selama ini tidak disukainya.


b. Trimester II

Ibu yang menganggap kehamilan merupakan suatu identifikasi abstrak,

mulai menyadari kenyataan bahwa kehamilan merupakan identifikasi

nyata. Ibu mulai menyesuaikan diri dengan kenyataan: perut bertambah

besar, terasa gerakan janin, dan dokter telah mendengar suara denyut

jantung janin. Wanita bijaksana mulai mempersiapkan kebutuhannya.

c. Trimester III

Timbul gejolak baru menghadapi persalinan dan perasaan tanggung

jawab sebagai ibu pada pengurusan bayi yang akan dilahirkan. Ada 3

golongan ibu yang mungkin merasa takut:

1) Ibu yang mempunyai riwayat/pengalaman buruk pada persalinan yang

lalu.

2) Multipara sedikit berumur, merasa takut terhadap janin dan anak

apabila terjadi sesuatu atas dirinya.

3) Primigravida ang mendengar tentang pengalaman nyeri dan

menakutkan dari teman-teman lain.

B. Kecemasan

1. Definisi

Kecemasan adalah hasil dari proses psikologi dan proses fisiologi

dalam tubuh manusia. (Ramiah, 2003). Kecemasan adalah suatu sinyal

yang menyadarkan, ia memperingatkan adanya bahaya yang mengancam

dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi


ancaman.Ansietas (cemas)merupakan satu keadaan yang ditandai oleh

rasa kawatir. (Kaplan dan Sadock, 2007)

Ansietas berbeda dengan rasa takut merupakan penilaian intelektual

terhadap sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah reaksi terhadap bahaya

sesungguhnya yang mungkin menimbulkan bencana (Ramiah, 2003)

Kecemasan atau ansietas adalah perasan difus, yang sangat tidak

menyenangkan, agar tidak menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan

terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu atau beberapa reaksi badaniah

yang khas dan akan datang berulang bagi seseorang tertentu. Perasaan ini

dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak, jantung berdebar, keringat

berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang air besar.

Perasaan ini disertai dengan rasa ingin bergerak dan gelisah (Kaplan dan

Sadock, 2007)

Kecemasan adalah respon emosional terhadap perasaan tidak pasti

dan tidak berdaya, kondisi ini tidak memiliki objek yang

spesifik(Sundeen, 1998)

2. Penyebab kecemasan

Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas

(Stuart dan Sundeen, 1998)

a. Dalam pandangan psikoanalitik ansietas adalah konflik emosional

terjadi antara dua elemen kepribadian diri dan superego.

b. Dalam pandangan interpersonal ansietas timbul dan perasaan takut

terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal.


c. Menurut pandangan perilaku ansietas merupakan produk frustasi

yaitu segala sesuatu yang menggangu kemampuan seseorang untuk

mencapai tujuan yang diinginkan.

d. Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan ansietas merupakan

hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga.

e. Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung respon

khusus, reseptor ini membantu mangatur ansietas.

3. Gejala Umum Kecemasan

Menurut Kaplan dan Sadock (2007), gejala-gejala umum

kecemasan adalah sebagai berikut:

a. Gejala Psikologik

Ketegangan, kekuatiran, panik, perasaan tak nyata, takut mati,

takut "gila", takut kehilangan kontrol dan sebagainya.

b. Gejala Fisik

Gemetar, berkeringat, jantung berdebar, kepala terasa ringan,

pusing, ketegangan otot, mual, sulit bernafas, baal, diare, gelisah, rasa

gatal, gangguan dilambung dan lain lain.

Keluhan yang dikemukakan pasien dengan kecemasan kronik

seperti rasa sesak nafas, rasa sakit didada, kadang-kadang merasa harus

menarik nafas dalam, ada sesuatu yang menekan dada, jantung

berdebar, mual, vertigo, tremor, kaki dan tangan merasa kesemutan,

kaki dan tangan tidak dapat diam ada perasaan harus bergerak terus-

menerus, kaki merasa lemah, sehingga berjalan dirasakan berat,

kadang-kadang ada
gagap dan banyak keluhan yang spesifik untuk penyakit tertentu.

Keluhan yang dikemukakan di sini tidak semua terdapat pada pasien

dengan gangguan kecemasan panik, melainkan seseorang dapat saja

mengalami hanya beberapa gejala satu keluhan saja, tetapi pengalaman

penderitaan dan gejala ini oleh pasien yang bersangkutan biasanya

dirasakan cukup gawat.

4. Teori gangguan kecemasan

Menurut Kaplan dan Sadock (2007), beberapa teori tentang

gangguan kecemasan adalah sebagai berikut:1

a) Teori Psikologis

1) Teori Psikoanalitik

Freud menyatakan bahwa kecemasan sebagai sinyal,

kecemasan menyadarkan ego untuk mengambil tindakan

defensif terhadap tekanan dari dalam diri misal dengan

menggunakan mekanisme represi, bila berhasil maka terjadi

pemulihan keseimbangan psikologis tanpa adanya gejala

kecemasan. Jika represi tidak berhasil sebagai suatu pertahanan,

maka dipakai mekanisme pertahanan yang lain misal konvensi,

regresi, ini menimbulkan gejala.

2) Teori Perilaku

Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu

respon yang dibiasakan terhadap stimuli lingkungan spesifik.

Contoh: seseorang dapat belajar untuk memiliki kecemasan

internal
dengan meniru respon kecemasan orang tuanya.

3) Teori Eksistensial

Konsep dan teori ini adalah seseorang menjadi menyadari

adanya kemampuan yang menonjol di dalam dirinya. Perasaan

ini lebih mengganggu daripada penerimaan tentang kenyataan

kehilangan atau kematian seseorang yang tidak dapat dihindari.

Kecemasan adalah respon seseorang terhadap kehampaan

eksistensi tersebut.

b) Teori Biologis

1) Sistem Saraf Otonom

Stimuli sistem saraf otonom menyebabkan gejala tertentu.

Sistem kardiovaskular takikardi, muskular nyeri kepala,

gastrotestinal diare dan sebagainya.

2) Neurotransmiter

Tiga neurotransmiter utama yang berhubungan dengan

kecemasan berdasarkan penelitian pada binatang dan respon

terhadap terapi obat yaitu: norepinefrin, serotonin

gammaaminobutyric acid

3) Penelian Genetika

Penelitian ini mendapatkan hampir separuh dan semua pasien

dengan gangguan panik memiliki sekurang-kurangnya satu

sanak saudara yang juga menderita gangguan.


4) Penelitian Pencitraan Otak

Contoh: pada gangguan kecemasan didapati kelainan di korteks

fronialis, oksipital, temporalis. Pada gangguan panik didapati

kelainan pada girus para hipokampus

5. Bentuk Gangguan cemas

Di bawah ini merupakan bentuk-bentuk gangguan kecemasan

menurut Kaplan dan Sadock (2007) adalah sebagai berikut:

a. Gangguan panik

Ada dua kriteria gangguan panik yaitu panik tanpa agorafobia dan

gangguan panik dengan agorafobia. Kedua gangguan panik ini harus

ada serangan panik. Gambaran klinis adalah sebagai berikut:

Serangan panik pertama seringkali spontan, tanpa tanda akan terjadi

serangan panik, walaupun serangan panik kadang-kadang terjadi

setelah luapan kegembiraan, kelelahan fisik, aktifitas seksual atau

trauma emosional. Gejala mental utama adalah ketakutan yang kuat,

suatu perasaan ancaman kematian dan kiamat. Tanda fisik adalah

takikardia, palpitasi, sesak nafas dan berkeringat. Serangan biasanya

berlangsung 20 sampai 30 menit.

b. Gangguan Fobik

Fobia adalah suatu ketakutan yang tidak rasional yang menyebabkan

penghindaran yang disadari terhadap objek, aktivitas atau situasi

yang ditakuti. Fobia spesifik adalah takut terhadap binatang, badai,

ketinggian, penyakit, cedera, dan sebagainya. Fobia sosial adalah takut


terhadap rasa memalukan di dalam berbagi lingkungan sosial seperti

berbicara di depan umum dan sebagainya.

c. Gangguan Obsesif-Kompulsif

Obsesif adalah pikiran, perasaan, ide yang berulang, tidak bisa

dihilangkan dan tidak dikehendaki. Kompulsif adalah tingkah laku

yang berulang, tidak bisa dihilangkan dan tidak dikehendaki.

d. Gangguan Stresil Pascatrauma

Gangguan stres pascatrauma dalah bila mengalami suatu stres yang

bersifat traumatik bagi hampir semua orang. Trauma bisa berupa

trauma peperangan, benca alam, penyerangan, pemerkosaan,

kecelakaan. Gangguan stres pascatrauma terdiri dari pengalaman

kembali trauma melalui mimpi dan pikrian dari pengalaman yang

persisten oleh penderitaan tersebut, kesadaraan berlebihan dan

persisten. Gejala penyerta yang sering dan gangguan stres pasca-

trauma adalah depresi, kecemasan dan kesulitan kognitif (contoh

pemusatan perhatian yang buruk). Walaupun gangguan stres pasca-

trauma dapat terjadi pada setiap usia, namun gangguan paling

menonjol pada usia dewasa muda.

e. Reaksi Stres Akut

Suatu gangguan sementara yang cukup parah yang terjadi pada

seseorang tanpa adanya gangguan jiwa lain yang nyata. Sebagai

respon terhadap stres fisik maupun mental yang luar biasa dan

biasanya menghilang dalam beberapa jam atau hari. Stresornya dapat


berupa pengalaman traumatik yang luar biasa. Kerentanan individu

dan kemampuan menyesuaikan diri tegang peranan dalam terjadinya

dan keparahannya suatu reaksi stres akut.

f. Gangguan Cemas Menyeluruh

Gambaran esensial dan gangguan ini adalah adanya kecemasan yang

menyeluruh dan menetap (bertahan lama). Gejela yang dominan

sangat bervariasi, tetapi keluhan tegang yang terasa ringan, palpitasi,

pusing kepala, dan keluhan epigasrik dirinya atau anggota

keluarganya akan menderita sakit atau akan mengalami kecelakaan

dalam waktu dekat merupakan keluhan yang sering kali diungkapkan.

6. Tingkat kecemasan

Kecemasan mempunyai beberapa tingkatan, hamilton rating scale for

anxiety dalam Alimul, 2003 antara lain:

a. Cemas ringan

Ketegangan yang normal dalam kehidupan sehari-hari dan

meningkatkan lapangan persepsinya, kecemasan dapat memotivasi

belajar serta menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

b. Cemas sedang

Seseorang masih memungkinkan untuk mewujudkan pada sesuatu

yang penting dan mengesampingkan yang lainnya sehingga

seseorang mengalami perhatian yang sensitif namun masih bisa

melakukan hal yang lebih terarah.


c. Cemas berat

Kecemasan ini menyebabkan persepsi berkurang sehingga cenderung

untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci, spesifik, dan tidak

dapat bepikir tenang, hal ini perilaku untuk mengurangi kebingungan

individu ini pada banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada

orang lain.

d. Cemas panik

Kecemasan yang berhubungan dengan ketakutan, teror, individu

mengalami panik tidak mampu mengontrol presepsi kalaupun dengan

pengaruhan panik merupakan disorganisasi kepribadian, terjadi

peningkatan aktivitas motorik, penurunan kemampuan untuk

berhubungan dengan orang lain, presepsi penyimpangan pemikiran

rasional cemas ini jika berlangsung tents menerus dalam waktu yang

lama dapat mengakibatkan terjadinya kelelahan dan kematian (Stuart

and Sanden, 1998)

Beberapa golongan wanita tersebut tidak memerlukan pengertian dari

dokter dan keluarganya, pendekatan psikologis yang tepat,

kepercayaan dokter dan bidan akan melakukan segala sesuatu untuk

meringankan penderitaannya dan untuk menyelamatkan ibu dan janin

yang ada dalam kandungan (Alimul, 2003)

7. Pengukuran kecemasan

Menurut Alimul (2003) dapat diukur menggunakan Hamilton Rating

Scale for Anxiety (HRS) yang terdiri dari 14 kelompok gejala yang

diberi
penilaian antara 0-4 dengan penelitian berikut:

Nilai 0 = tidak ada gejala(tidak ada

keluhan) 1 = gejala ringan

2 = gejala

sedang 3 =

gejala berat

4 = gejala berat sekali

Penilaian atau pemakaian alat ukur ini dilakukan oleh dokter atau tenaga

kesehatan yang telah dilatih untuk menggunakan melaluui teknik

wawancara langsung. Masing-masing nilai (skor) dari ke 14 kelompok

gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat

diketahui derajat kecemasan seseorang yaitu:

Total Nilai (score) ≤ 14 = tidak ada kecemasan

14-20 = kecemasan ringan

21-27 = kecemasan sedang

28-41 = kecemasan berat

42-56 = kecemasan berat sekali/panik

Adapun hal-hal yang dinilai dalam alat ukur HRS-A ini adalah sebagai

berikut: gejala kecemasan meliputi perasaan cemas, ketegangan,

ketakutan, gangguan pola tidur, gangguan kecerdasan, perasaan depresi

(murung), gejala somatik atau fisik(otot), gejala somatik/fisik sensorik,

gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah), gejala respitori

(pernapasan), gejala gastrointestinal (pencernaan), gejala urogenital

(perkemihan dan kelamin), gejala autonom dan tingkah laku. Dari semua
gejala kecemasan dijumlahkan (Total Score).

8. Akibat kecemasan

Kecemasan dapat meningkatkan resiko dalam proses persalinan

yaitu mengenai keadaan jalan lahir dan bayi yang akan dilahirkan. Hal

ini tidak boleh dikemukakan berlebihan karena akan dapat merugikan

ibu hamil itu sendiri. Banyak wanita takut akan nyeri persalinan atau

kerusakan sebab mereka tidak mengetahui tentang anatomi dan proses

persalinan. Wanita mengekspresikan mengenai perilaku selama hamil

sampai proses persalinan dan bagaimana seseorang untuk menerima

dirinya dan berperilaku.

Menurut Hanifa (1999) akibat kecemasan yang dapat timbul

selama kehamilan dan persalinan antara lain:

a. Partus prematurus

Ini dapat disebabkan oleh ketegangan psikis/tekanan kehidupan

modern dan diikutsertakan wanita dalam industri. Hal ini dapat

dibuktikan bahwa frekuensi prematuritas di antara para wanita yang

bekerja di kota-kota besar semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Demikian pula yang tidak kawin sering melahirkan sebelum

waktunya sehingga kehamilan di luar pernikahan dapat dianggap

sebagai faktor etiologi bagi prematuritas.

b. Nyeri persalinan

Ketakutan merupakan faktor utama yang menyebabkan rasa sakit

atau nyeri dalam persalinan.


c. Partus

Partus lama disebabkan karena faktor-faktor yang mengakibatkan his

kurang baik dan pembukaan kurang lancar


BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN

Masalah kesehatan jiwa yang dialami ibu hamil merupakan


masalah yang belum dapat teratasi dengan baik di negara dengan
pendapatan rendah. Prevalensi kesehatan jiwa prenatal berkisar 10% -
15% tergantung tempat, metode penelitian dan alat ukur yang digunakan.
Masalah mental merupakan suatu penyakit umum yang sering dijumpai
pada saat kehamilan. Banyak wanita hamil yang mengalami masalah
mental yang tidak terdiagnosis dan tidak terobati. Karena kemungkinan
mereka takut akan efek teratogen obat terhadap perkembangan janin yang
dikandung. Masalah jiwa yang biasanya sering terjadi yaitu masalah
kecemasan, skizofrenia dan gangguan mood (Sukandar, 2009).
Terdapat hubungan yang kuat antara ibu dengan kecemasan pada
kehamilan trimester ketiga dan berbagai masalah perkembangan janin
seperti oligohidramnion, IUGR, berkurangnya plasenta perfusi, dan
persalinan premature. Efek dari kecemasan yang tinggi dirasakan oleh
wanita hamil trimester ketiga. Wanita yang mengalami kecemasan berat
dapat melahirkan bayi yang lebih kecil (Sabria et al, 2015; Hosseini et al,
2009).
DAFTAR PUSTAKA

1. Tk RS, Mongisidi IIIRW, Karundeng M. FAKTOR INTRINSIK YANG


BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN YANG
TERPASANG TERAPI CAIRAN INTRAVENA DI RUANGAN ASOKA
BOUGENVILLE RS TK. III R.W. MONGISIDI MANADO. 2015;3.

Anda mungkin juga menyukai