REFERAT
BLIGHTED OVUM
Disusun Oleh:
18 21 777 14 453
Pembimbing:
dr. Dafriana Darwis, Sp.Rad, M.kes
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN DOKTER
PALU
2022
2
HALAMAN PENGESAHAN
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Alkhairaat
Bagian : Radiologi
Bagian Radiologi
Pembimbing
3
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan 2
Daftar Isi 3
BAB I PENDAHULUAN 4
A. Anatomi Ovarium 5
B. Proses Kehamilan 9
C. Blighted Ovum 12
1. Definisi 12
2. Epidemiologi 13
3. Etiologi 13
4. Faktor Resiko 14
5. Manifestasi Klinis 14
6. Penegakan Diagnosis 15
7. Differential Diagnosis 17
8. Penatalaksanaan 17
9. Prognosis 18
10. Komplikasi 18
BAB IV PEMBAHASAN 25
BAB V KESIMPULAN 27
Daftar Pustaka 28
4
BAB I
PENDAHULUAN
Blighted ovum adalah sel telur yang dibuahi tetapi tidak berkembang atau juga
dikenal sebagai kehamilan anembrionik. Blighted ovum adalah penyebab utama
(50%) keguguran. Kejadian blighted ovum berkisar dari 10% pada wanita usia 20-24
tahun hingga 51% pada wanita usia 40-44 tahun. Di Indonesia, dari 500.000 –
750.000 kejadian abortus, 1000 kasus abortus spontan merupakan kasus blighted
ovum yang mana embrio mengalami degenarasi atau tidak ada. Hampir setengah dari
kejadian aborsi awal (early abortion) dikaitkan dengan adanya blighted ovum1.
Diperkirakan 10-15% hasil konsepsi secara klinis akan mengalami abortus dan 3%
diantaranya adalah blighted ovum. Sepertiga kejadian abortus yang terjadi pada usia
kehamilan kurang dari 9 minggu adalah blighted ovum. Kejadian kegagalan
kehamilan trimester awal sebanyak 2,8% pada studi yang melibatkan 17.810 wanita
pada usia kehamilan 10- 13 minggu, dan blighted ovum didapatkan sebesar 37,5%.3
Diperkirakan di seluruh dunia blighted ovum merupakan 60% dari penyebab kasus
keguguran, di Asia Tenggara mencapai 51%1.
Blighted ovum terjadi ketika sel telur yang dibuahi di dalam uterus tidak
berkembang menjadi embrio atau ketika kantong kehamilan berkembang secara
normal sementara bagian kehamilan tidak ada atau berhenti tumbuh. Pada 85% kasus
aborsi karena blighted ovum, ditemukan adanya abnormalitas kromosom. Hal ini
kemungkinan karena kualitas sel telur atau sel sperma yang buruk atau mungkin juga
terjadi karena pembelahan sel yang abnormal2.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Ovarium
Gambar 1.1 : Posisi anatomi ovarium - tampak depan dan samping dan. Sumber:
https://www.cancer.net/cancer-types/ovarian-fallopian-tube-and-peritoneal-cancer/
medical-illustrations
Struktur Anatomi
Struktur Histologi
7
Ovarium mengandung sekitar 2 juta oosit pada saat lahir, namun hanya
berjumlah 100.000 saat pubertas. Sekitar 96% folikel ini mengalami degenerasi.
Jumlah oosit semakin berkurang selama masa kehidupan reproduksi wanita.
Pengurangan ini terjadi karena mitosis dari oogonium primitive berhenti ditengah
jalan selama masa janin dan tidak berlanjut. Saat mitosisis berhenti, oosit yang baru
terbentuk masuk ke tahap profase dari pembelahan meiosis pertama. Oosit akan tetap
berada pada fase profase meiosis sampai mereka distimulasi dan menjadi matang
untuk ovulasi atau berdegenerasi yang disebut atresia. Biasanya, hanya satu folikel
yang mencapai kematangan penuh dan dilepaskan pada saat ovulasi. Ovarium
dikelilingi jaringan ikat berserat yang disebut tunica albuginea. Secara histologi,
ovarium memiliki 3 bagian utama yaitu :
1) Bagian permukaan : Dibentuk oleh sel epitel kuboid sederhana yang dikenal
sebagai sel germinal. Yang mendasari lapisan ini adalah kapsul jaringan ikat
padat.
2) Bagian korteks ovarii : Terdiri dari stroma jaringan ikat dan mengandung
banyak folikel ovarium. Setiap folikel mengandung oosit. Sebelum pubertas,
ovarium tidak aktif, tetapi stroma sudah berisi folikel imatur (primordial) yang
sudah dimiliki sejak lahir. Pada saat masa usia subur, satu folikel ovarium
menjadi matang yang disebut folikel de Graaf, kemudian rupture dan melepaskan
ovumnya yang disebut sebagai peristiwa ovulasi
3) Bagian medulla ovarii : Berada dibagian tengah, dibentuk oleh jaringan ikat
longgar dan jaringan neurovaskuler yang kaya pembuluh darah, masuk melalui
hilus ovarium.
8
Struktur Penunjang
B. Proses Kehamilan
Proses kehamilan sampai persalinan merupakan mata rantai satu kesatuan dari
konsepsi, nidasi, pengenalan adaptasi, pemeliharaan kehamilan, perubahan endokrin
sebagai persiapan menyongsong kelahiran bayi, dan persalinan dengan kesiapan
pemeliharaan bayi4.
1) Ovulasi
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem hormonal
yang kompleks. Selama masa subur berlangsung 20-35 tahun, hanya 420 buah ovum
yang dapat mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi . Setiap bulan wanita
melepaskan satu sampai dua sel telur dari indung telur (ovulasi) yang ditangkap oleh
umbai-umbai (fimbriae) dan masuk ke dalam sel telur. Pelepasan telur (ovum) hanya
terjadi satu kali setiap bulan, sekitar hari ke-14 pada siklus menstruasi normal 28 hari.
2) Spermatozoa
Sperma bentuknya seperti kecebong terdiri atas kepala berbentuk lonjong agak
gepeng berisi inti (nucleus). Leher yang menghubungkan kepala dengan bagian
tengah dan ekor yang dapat bergetar sehingga sperma dapat bergerak dengan cepat.
Panjang ekor kira-kira sepuluh kali bagian kepala. Secara embrional,
spermatogonium berasal dari sel-sel primitive tubulus testis. Setelah bayi laki-laki
lahir, jumlah spermatogonium yang ada tidak mengalami perubahan sampai akil balig
. Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks,
spermatogonium berasal dari primitive tubulus, menjadi spermatosid pertama,
menjadi spermatosit kedua, menjadi spermatid, akhirnya spermatozoa. Sebagian besar
spermatozoa mengalami kematian dan hanya beberapa ratus yang dapat mencapai
10
tuba falopii. Spermatozoa yang masuk ke dalam alat genetalia wanita dapat hidup
selama tiga hari, sehingga cukup waktu untuk mengadakan konsepsi.
3) Pembuahan (Konsepsi/Fertilisasi)
Pada saat kopulasi antara pria dan wanita (sanggama/koitus) terjadi ejakulasi
sperma dari saluran reproduksi pria di dalam vagina wanita, dimana akan melepaskan
cairan mani berisi sel sel sperma ke dalam saluran reproduksi wanita. Jika senggama
terjadi dalam masa ovulasi, maka ada kemungkinan sel sperma dlm saluran
reproduksi wanita akan bertemu dengan sel telur wanita yang baru dikeluarkan pada
saat ovulasi. Pertemuan sel sperma dan sel telur inilah yang disebut sebagai
konsepsi/fertilisasi. Fertilisasi adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dan
spermatozoa yang biasanya berlangsung di ampula tuba.
a) Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh korona radiate yang
mengandung persediaan nutrisi.
b) Pada ovum dijumpai inti dalam bentuk metaphase di tengah sitoplasma yang
vitelus.
c) Dalam perjalanan, korona radiata makin berkurang pada zona pelusida. Nutrisi
dialirkan ke dalam vitelus, melalui saluran zona pelusida.
d) Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba, tempat yang paling luas yang
dindingnya penuh jonjot dan tertutup sel yang mempunyai silia. Ovum
mempunyai waktu hidup
Pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium blastula disebut blastokista,
suatu bentuk yang di bagian luarnya adalah trofoblas dan di bagian dalamnya disebut
massa inner cell. Massa inner cell ini berkembang menjadi janin dan trofoblas akan
berkembang menjadi plasenta. Sejak trofoblas terbentuk, produksi hormone hCG
dimulai, suatu hormone yang memastikan bahwa endometrium akan menerima
(reseptif) dalam proses implantasi embrio.
Sumber: http://eprints.umpo.ac.id/4998/3/BAB%202.pdf
5) Plasentasi
Plasenta adalah organ vital untuk promosi dan perawatan kehamilan dan
perkembangan janin normal. Hal ini diuraikan oleh jaringan janin dan ibu untuk
dijadikan instrumen transfer nutrisi penting. Plasentasi adalah proses pembentukan
struktur dan jenis plasenta. Setelah nidasi embrio ke dalam endometrium, plasentasi
12
f) Di sisi janin, tampak sejumlah arteri dan vena besar (pembuluh korion) menuju
tali pusat. Korion diliputi oleh amnion.
g) Sirkulasi darah ibu di plasenta sekitar 300 cc/menit (20 minggu) meningkat
sampai 600-700 cc/ menit (aterm) (Dewi dkk, 2011:84) 6) Pertumbuhan dan
perkembangan hasil konsepsi.
C. Blighted Ovum
1. Definisi Blighted Ovum
Pada trimester pertama, istilah keguguran dini, keguguran, atau aborsi spontan
sering digunakan secara bergantian. Keguguran dini didefinisikan sebagai
hilangnya kehamilan secara spontan sebelum usia kehamilan 13 minggu5.
4) Faktor usia, usia semakin tua pada pasangan suami istri memperbesar
kemungkinan terjadi blighted ovum. Adanya infeksi TORCH, kelainan
imunologi serta penyakit diabetes7.
4. Faktor Resiko
Faktor genetik atau keturunan, terutama apabila suami maupun istri memiliki
hubungan kekerabatan yang bisa dikatakan dekat.
5. Manifestasi klinis
1) Pada awal kehamilan berjalan baik dan normal tanpa ada tanda-tanda
kelainan.
2) Kantunng kehamilan terlihat jelas, tes kehamilan urin positif.
3) Blighted ovum terdeteksi saat ibu melakukan USG pada usia kehamilan
memasuki 6-7 minggu.
15
4) Blighted ovum sering kali tidak menyebabkan gejala . tanda dan gejala yang
mungkin :
- Kram perut
- Bercak perdarahan
- Gejala tidak spesifik (perdarahan spotting coklat kemerahan, bertambahnya
ukuran uterus yang lambat).
6. Penegakan Diagnosis
a. Anamnesis
1) Asimtomatis (terutama di dalam uterus / rahim tidak ditemukan adanya
embrio yang berkembang)
2) Gejala atau tanda akibat peningkatan tekanan intrakranial: terlambat
menstruasi, menunjukan tanda + hamil saat dilakukan pengecekan
menggunakan test pack, payudara mengeras dan terasa nyeri, mual dan
muntah. Setelah beberapa waktu akan muncul flek atau perdarahan
vagina, rasa nyeri dan kram perut, keluar darah dari vagina dengan
volume yang lebih banyak.
b. Pemeriksaan Penunjang
Radiologi (USG)
- Tidak tampak embrio pada gestational sac dengan mean sac diameter
(MSD) ≥ 25mm (pada kasus MSD kurang dari 25 mm, akan disarankan
USG ulang 1–2 minggu kemudian)
Atau
7. Differential Diagnosis
8. Penatalaksanaan
1) Manajemen hamil
Ini merupakan pendekatan "menunggu dengan waspada"
Pasien diikuti dengan cermat tanpa intervensi untuk perjalanan jaringan
yang spontan dan lengkap
Sonogram berulang dan tingkat hCG yang sedang tren digunakan untuk
mengkonfirmasi perjalanan jaringan yang lengkap
Penentuan yang wajar dari hCG yang sedang turun sudah cukup
18
2) Manajemen medis
Ini menggunakan misoprostol (analog prostaglandin), 800 mcg, diberikan
melalui vagina
Dosis optimal adalah area penelitian yang sedang berlangsung
Opsi manajemen ini memungkinkan kursus perawatan yang lebih dapat
diprediksi
3) Perawatan Bedah
Manajemen bedah menggunakan evakuasi uterus dengan vakum manual
Sering digunakan pada pasien dengan ketidakstabilan hemodinamik
Aspirasi/evakuasi uterus lebih cepat diselesaikan, terutama bila dilakukan
secara rawat jalan.
9. Komplikasi
a. Pendarahan/perdarahan berat
b. Perforasi uterus (dari manajemen bedah)
c. Infeksi termasuk sepsis fatal
d. Komplikasi dari kehamilan ektopik yang terlewat
10. Prognosis
Prognosis dan keberhasilan manajemen keguguran dini tergantung pada
berbagai faktor termasuk usia kehamilan. Prognosis umumnya dianggap baik
dengan ketiga pilihan manajemen10.
Manajemen hamil: dalam meta-analisis dari 20 studi, manajemen hamil dan
manajemen medis keduanya ditentukan sebagai pilihan pengobatan yang
dapat diterima untuk aborsi tidak lengkap.
19
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. A
Usia : 28 tahun
Tanggal Lahir : 05-05-1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Tanggal Masuk : 09 Juni 2022
Tanggal Pemeriksaan : 09 Juni 2022
II. ANAMNESIS
1. Keluhan utama : Keluar darah dari jalan lahir
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 2 hari yang
lalu. Pasien mengaku hamil 3 bulan dengan HPHT: 20 februari 2022, hamil 11-12
minggu. Menurut keterangan pasien, awalnya darah keluar sedikit-sedikit. Saat ini
yang keluar dari jalan lahir darah sedikit, flek, dan lendir. Selain itu pasien juga
mengeluhkan nyeri perut bagian bawah, merasakan mual dan lemas. Pasien
mengaku pernah melakukan ANC sebanyak 1 kali. Kemudian dilakukan USG oleh
Sp.Rad pada tanggal 9 Juni 2022, dikatakan bahwa kantung kehamilan kosong.
Pasien tidak memiliki riwayat trauma perut sebelumnya. BAK lancar dan BAB
biasa.
21
Pemeriksaan Fisik
1. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
2. Leher : Pembesaran KGB (-/-)
3. Paru : Simetris, dalam batas normal.
4. Jantung : dalam batas normal.
5. Mammae : bentuk simetris, pengeluaran (-), puting susu menonjol,
kebersihan cukup.
6. Abdomen : soepel, distensi (-), peristaltic (+) kesan normal.
7. Ekstremitas : akral hangat, crt <3 detik edema (-/-), pucat (-/-).
V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
o WBC 9.8 x 103 mm3
o Hb 14.2 g/dl
o RBC 5 x 106 mm3
o MCV 85.9 pg
o HCT 42.6 %
o MCH 28.6 μm3
o GDS 114 mg/dl
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis Banding :
1. G1 hamil 14-15 minggu + Blighted Ovum
2. G1 hamil 14-15 minggu + Abortus Imminens
Diagnosis Kerja :
G1 hamil 14-15 minggu + Blighted Ovum
b. Farmakologi:
1. Cefadroxil 2 x 500 mg
2. Methylergometrin 3 x 0,2 mg
3. Asam Mefenamat 3 x 500 mg
b. Diagnostik:
24
1. Ultrasonografi
c. Monitoring:
1. Keadaan umum
2. Tanda-tanda vital
3. Kontraksi uterus
4. Tanda-tanda perdarahan dan infeksi
e. Edukasi:
1. Istirahat total
2. Diet tinggi kalori tinggi protein
3. Mobilisasi
4. Menjaga hygiene alat reproduksi
25
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini pasien mengaku hamil 3 bulan datang ke IGD dengan keluhan
keluar darah sejak 2 hari lalu disertai lendir melalui jalan lahir dan nyeri di perut
bagian bawah. Berdasarkan dari anamnesis dan gejala yang dikeluhkan tersebut
dimungkinkan bahwa pasien mengalami abortus. Dimana abortus merupakan
pengeluaran hasil konsepsi yang dikeluarkan pada saat kehamilan kurang dari 20
minggu. Akan tetapi perlu dipastikan melalui pemeriksaan penunjang USG mengenai
kondisi dalam rahim ibu sehingga dapat disimpulkan diagnosis pasti yang ada.
Adapun abortus yang terjadi pada pasien tergolong sebagai Blighted ovum yang mana
kehamilan yang bisa ditegakkan pada usia kehamilan 7-8 minggu dengan dilakukan
pemeriksaan USG11.
dengan diagnosa blighted ovum adalah terminasi kehamilan segera setelah ditegakkan
diagnosa pasti dan dilakukan pemeriksaaan penunjang berupa USG. Tindakan
terminasi yang dapat dilakukan berupa kuretase yang merupakan serangkaian proses
pelepasan jaringan yang melekat pada dinding kavum uteri dengan melakukan invasi
ke dalam kavum uteri. Dimana hasil konsepsi di bersihkan dan dikeluarkan secara
keseluruhan dari kavum uteri. Selain itu, sisa jaringan yang diambil dapat juga
digunakan sebagai sampel laboratorium untuk mengetahui penyebab terjadinya
blighted ovum13.
Terapi pada pasien ini diberikan analgetik yaitu asam mefenamat untuk
mengurangi nyeri jika diperlukan, pemberian antibiotic untuk mencegah terjadinya
infeksi pasca tindakan, metilergometrin untuk menimbulkan kontraksi dan mencegah
perdarahan post partum atau keguguran, menganjurkan untuk mobilisasi bertujuan
untuk mengurangi nyeri, serta melakukan observasi meliputi jumlah perdarahan
pervaginam untuk mengetahui terjadinya perdarahan dan tanda-tanda infeksi14.
27
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA