Anda di halaman 1dari 29

BAGIAN ILMU RADIOLOGI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN 09 Juni 2022


UNIVERSITAS AL-KHAIRAAT PALU

REFERAT
BLIGHTED OVUM

Disusun Oleh:

Bella Magfirah Laonga

18 21 777 14 453

Pembimbing:
dr. Dafriana Darwis, Sp.Rad, M.kes

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN


KLINIK PADA BAGIAN KEDOKTERAN RADIOLOGI

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ALKHAIRAAT

PALU

2022
2

HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Bella Magfirah Laonga, S.Ked

Stambuk : 18 21 777 14 453

Fakultas : Kedokteran

Program Studi : Pendidikan Dokter

Universitas : Alkhairaat

Bagian : Radiologi

Bagian Radiologi

RSUD ANUTAPURA PALU

Program Studi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat

Palu, 23 Juni 2022

Pembimbing
3

dr. Dafriana Darwis, Sp.Rad, M.Kes

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan 2

Daftar Isi 3

BAB I PENDAHULUAN 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5

A. Anatomi Ovarium 5

B. Proses Kehamilan 9

C. Blighted Ovum 12

1. Definisi 12

2. Epidemiologi 13

3. Etiologi 13

4. Faktor Resiko 14

5. Manifestasi Klinis 14

6. Penegakan Diagnosis 15

7. Differential Diagnosis 17

8. Penatalaksanaan 17

9. Prognosis 18

10. Komplikasi 18

BAB III Laporan Kasus 20

BAB IV PEMBAHASAN 25

BAB V KESIMPULAN 27

Daftar Pustaka 28
4

BAB I

PENDAHULUAN

Blighted ovum adalah sel telur yang dibuahi tetapi tidak berkembang atau juga
dikenal sebagai kehamilan anembrionik. Blighted ovum adalah penyebab utama
(50%) keguguran. Kejadian blighted ovum berkisar dari 10% pada wanita usia 20-24
tahun hingga 51% pada wanita usia 40-44 tahun. Di Indonesia, dari 500.000 –
750.000 kejadian abortus, 1000 kasus abortus spontan merupakan kasus blighted
ovum yang mana embrio mengalami degenarasi atau tidak ada. Hampir setengah dari
kejadian aborsi awal (early abortion) dikaitkan dengan adanya blighted ovum1.

Diperkirakan 10-15% hasil konsepsi secara klinis akan mengalami abortus dan 3%
diantaranya adalah blighted ovum. Sepertiga kejadian abortus yang terjadi pada usia
kehamilan kurang dari 9 minggu adalah blighted ovum. Kejadian kegagalan
kehamilan trimester awal sebanyak 2,8% pada studi yang melibatkan 17.810 wanita
pada usia kehamilan 10- 13 minggu, dan blighted ovum didapatkan sebesar 37,5%.3
Diperkirakan di seluruh dunia blighted ovum merupakan 60% dari penyebab kasus
keguguran, di Asia Tenggara mencapai 51%1.

Blighted ovum terjadi ketika sel telur yang dibuahi di dalam uterus tidak
berkembang menjadi embrio atau ketika kantong kehamilan berkembang secara
normal sementara bagian kehamilan tidak ada atau berhenti tumbuh. Pada 85% kasus
aborsi karena blighted ovum, ditemukan adanya abnormalitas kromosom. Hal ini
kemungkinan karena kualitas sel telur atau sel sperma yang buruk atau mungkin juga
terjadi karena pembelahan sel yang abnormal2.

Proses keguguran itu bisa berlangsung berminggu-minggu, dimulai dengan


hadirnya bercak-bercak kecoklatan hingga perdarahan dalam jumlah banyak. Tak
5

jarang keguguran berlangsung secara spontan. Berdasakan penelitian, hamil yang


keguguran spontan sekitar 50% merupakan kehamilan blighted ovum2.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Ovarium

Ovarium adalah tempat oogenesis terjadi. Dirangsang gonadotropin dari hipofisis


anterior. Ovarium juga berfungsi sebagai endokrin yaitu melepaskan estrogen dan
progesteron Posisi Anatomi Ovarium merupakan organ gonads wanita berpasangan
terletak didalam rongga pelvis dan didukung oleh mesovarium, perpanjangan
peritoneum yang menghubungkan ovarium ke ligamentum latum3.
6

Gambar 1.1 : Posisi anatomi ovarium - tampak depan dan samping dan. Sumber:
https://www.cancer.net/cancer-types/ovarian-fallopian-tube-and-peritoneal-cancer/
medical-illustrations

Struktur Anatomi

Ovarium merupakan dua struktur kecil berbentuk oval berpasangan, dengan


ukuran sekitar 2x4x1,5 cm. Berada di fossa dangkal/jauh kebelakang sedikit lateral
pelvis. Masing-masing sisi ovarium melekat pada bagian atas uterus oleh ligamentum
ovarium dan pada belakang ligamentum latum oleh pita jaringan lebar mesovarium3.

Gambar 1.2 : Struktur Anatomi Ovarium. Sumber:


https://www.ilmusiana.com/2019/09/fungsi-ovarium-pada-wanita.html

Struktur Histologi
7

Ovarium mengandung sekitar 2 juta oosit pada saat lahir, namun hanya
berjumlah 100.000 saat pubertas. Sekitar 96% folikel ini mengalami degenerasi.
Jumlah oosit semakin berkurang selama masa kehidupan reproduksi wanita.
Pengurangan ini terjadi karena mitosis dari oogonium primitive berhenti ditengah
jalan selama masa janin dan tidak berlanjut. Saat mitosisis berhenti, oosit yang baru
terbentuk masuk ke tahap profase dari pembelahan meiosis pertama. Oosit akan tetap
berada pada fase profase meiosis sampai mereka distimulasi dan menjadi matang
untuk ovulasi atau berdegenerasi yang disebut atresia. Biasanya, hanya satu folikel
yang mencapai kematangan penuh dan dilepaskan pada saat ovulasi. Ovarium
dikelilingi jaringan ikat berserat yang disebut tunica albuginea. Secara histologi,
ovarium memiliki 3 bagian utama yaitu :

1) Bagian permukaan : Dibentuk oleh sel epitel kuboid sederhana yang dikenal
sebagai sel germinal. Yang mendasari lapisan ini adalah kapsul jaringan ikat
padat.

2) Bagian korteks ovarii : Terdiri dari stroma jaringan ikat dan mengandung
banyak folikel ovarium. Setiap folikel mengandung oosit. Sebelum pubertas,
ovarium tidak aktif, tetapi stroma sudah berisi folikel imatur (primordial) yang
sudah dimiliki sejak lahir. Pada saat masa usia subur, satu folikel ovarium
menjadi matang yang disebut folikel de Graaf, kemudian rupture dan melepaskan
ovumnya yang disebut sebagai peristiwa ovulasi

3) Bagian medulla ovarii : Berada dibagian tengah, dibentuk oleh jaringan ikat
longgar dan jaringan neurovaskuler yang kaya pembuluh darah, masuk melalui
hilus ovarium.
8

Gambar 1.3 : Potongan melintang ovarium menunjukkan tiga komponen utama.


Sumber: https://teachmeanatomy.info/pelvis/female-reproductive-tract/ovaries/

Struktur Penunjang

Terdapat dua ligamentum peritoneum yang melekat di ovarium yaitu :

1) Ligamentum suspensorium ovarii : Lipatan peritoneum yang meluas dari


mesovarium menuju ke dinding panggul. Mengandung struktur pembuluh darah
dan saraf.

2) Ligamentum ovarii propium / ovarian ligament : Memanjang dari ovarium ke


fundus uteri. Kemudian berlanjut dari uterus ke jaringan ikat labia mayora
sebagai ligamentum rotundum / ligamentum bundar.
9

B. Proses Kehamilan

Proses kehamilan sampai persalinan merupakan mata rantai satu kesatuan dari
konsepsi, nidasi, pengenalan adaptasi, pemeliharaan kehamilan, perubahan endokrin
sebagai persiapan menyongsong kelahiran bayi, dan persalinan dengan kesiapan
pemeliharaan bayi4.

1) Ovulasi

Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem hormonal
yang kompleks. Selama masa subur berlangsung 20-35 tahun, hanya 420 buah ovum
yang dapat mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi . Setiap bulan wanita
melepaskan satu sampai dua sel telur dari indung telur (ovulasi) yang ditangkap oleh
umbai-umbai (fimbriae) dan masuk ke dalam sel telur. Pelepasan telur (ovum) hanya
terjadi satu kali setiap bulan, sekitar hari ke-14 pada siklus menstruasi normal 28 hari.

2) Spermatozoa

Sperma bentuknya seperti kecebong terdiri atas kepala berbentuk lonjong agak
gepeng berisi inti (nucleus). Leher yang menghubungkan kepala dengan bagian
tengah dan ekor yang dapat bergetar sehingga sperma dapat bergerak dengan cepat.
Panjang ekor kira-kira sepuluh kali bagian kepala. Secara embrional,
spermatogonium berasal dari sel-sel primitive tubulus testis. Setelah bayi laki-laki
lahir, jumlah spermatogonium yang ada tidak mengalami perubahan sampai akil balig
. Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks,
spermatogonium berasal dari primitive tubulus, menjadi spermatosid pertama,
menjadi spermatosit kedua, menjadi spermatid, akhirnya spermatozoa. Sebagian besar
spermatozoa mengalami kematian dan hanya beberapa ratus yang dapat mencapai
10

tuba falopii. Spermatozoa yang masuk ke dalam alat genetalia wanita dapat hidup
selama tiga hari, sehingga cukup waktu untuk mengadakan konsepsi.

3) Pembuahan (Konsepsi/Fertilisasi)

Pada saat kopulasi antara pria dan wanita (sanggama/koitus) terjadi ejakulasi
sperma dari saluran reproduksi pria di dalam vagina wanita, dimana akan melepaskan
cairan mani berisi sel sel sperma ke dalam saluran reproduksi wanita. Jika senggama
terjadi dalam masa ovulasi, maka ada kemungkinan sel sperma dlm saluran
reproduksi wanita akan bertemu dengan sel telur wanita yang baru dikeluarkan pada
saat ovulasi. Pertemuan sel sperma dan sel telur inilah yang disebut sebagai
konsepsi/fertilisasi. Fertilisasi adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dan
spermatozoa yang biasanya berlangsung di ampula tuba.

Keseluruhan proses konsepsi berlangsung seperti uraian dibawah ini:

a) Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh korona radiate yang
mengandung persediaan nutrisi.

b) Pada ovum dijumpai inti dalam bentuk metaphase di tengah sitoplasma yang
vitelus.

c) Dalam perjalanan, korona radiata makin berkurang pada zona pelusida. Nutrisi
dialirkan ke dalam vitelus, melalui saluran zona pelusida.

d) Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba, tempat yang paling luas yang
dindingnya penuh jonjot dan tertutup sel yang mempunyai silia. Ovum
mempunyai waktu hidup

terlama di dalam ampula tuba.

e) Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam.


11

4) Nidasi atau implantasi

Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi kedalam endometrium.


Umumnya nidasi terjadi pada depan atau belakang rahim dekat fundus uteri.
Terkadang pada saat nidasi terjadi sedikit perdarahan akibat luka desidua yang
disebut tanda Hartman.

Pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium blastula disebut blastokista,
suatu bentuk yang di bagian luarnya adalah trofoblas dan di bagian dalamnya disebut
massa inner cell. Massa inner cell ini berkembang menjadi janin dan trofoblas akan
berkembang menjadi plasenta. Sejak trofoblas terbentuk, produksi hormone hCG
dimulai, suatu hormone yang memastikan bahwa endometrium akan menerima
(reseptif) dalam proses implantasi embrio.

Gambar 2.1 : Proses Implantasi atau Nidasi

Sumber: http://eprints.umpo.ac.id/4998/3/BAB%202.pdf

5) Plasentasi

Plasenta adalah organ vital untuk promosi dan perawatan kehamilan dan
perkembangan janin normal. Hal ini diuraikan oleh jaringan janin dan ibu untuk
dijadikan instrumen transfer nutrisi penting. Plasentasi adalah proses pembentukan
struktur dan jenis plasenta. Setelah nidasi embrio ke dalam endometrium, plasentasi
12

dimulai. Pada manusia plasentasi berlangsung sampai 12-18 minggu setelah


fertilisasi. Pertumbuhan plasenta makin lama makin besar dan luas, umumnya
mencapai pembentukan lengkap pada usia kehamilan sekitar 16 minggu. Plasenta
dewasa/lengkap yang normal memiliki karakteristik berikut:

a) Bentuk bundar /oval

b) Diameter 15-25 cm, tebal 3-5 cm

c) Berat rata-rata 500-600 gr.

d) Insersi tali pusat (tempat berhubungan dengan plasenta) dapat di


tengah/sentralis, disamping/lateralis, atau tepi ujung tepi/marginalis.

e) Di sisi ibu, tampak daerah-daerah yang agak menonjol (katiledon) yang


diliputi selaput tipis desidua basialis.

f) Di sisi janin, tampak sejumlah arteri dan vena besar (pembuluh korion) menuju
tali pusat. Korion diliputi oleh amnion.

g) Sirkulasi darah ibu di plasenta sekitar 300 cc/menit (20 minggu) meningkat
sampai 600-700 cc/ menit (aterm) (Dewi dkk, 2011:84) 6) Pertumbuhan dan
perkembangan hasil konsepsi.

C. Blighted Ovum
1. Definisi Blighted Ovum

Kehamilan anembrionik ditandai dengan kantung kehamilan yang terbentuk dan


tumbuh sementara embrio gagal berkembang. Meskipun istilah kehamilan
anembrionik dan blighted ovum adalah sinonim, yang terakhir tidak disukai untuk
istilah sebelumnya yang lebih deskriptif. Kehamilan anembrionik merupakan
proporsi keguguran yang signifikan tetapi tidak diketahui dengan American
13

Pregnancy Association memperkirakan kehamilan anembrionik merupakan


setengah dari semua keguguran trimester pertama. Sekitar 15% dari semua
kehamilan yang diakui secara klinis berakhir dengan keguguran pada trimester
pertama dengan kelahiran hidup hanya terjadi pada 30% dari semua kehamilan.
Sebagian besar pasien dengan keguguran dini (termasuk kehamilan anembrionik)
tidak menyadari keguguran mereka terutama ketika keguguran dini terjadi pada
tahap awal kehamilan5.

Pada trimester pertama, istilah keguguran dini, keguguran, atau aborsi spontan
sering digunakan secara bergantian. Keguguran dini didefinisikan sebagai
hilangnya kehamilan secara spontan sebelum usia kehamilan 13 minggu5.

2. Epidemiologi Blighted Ovum


Meskipun sulit untuk ditentukan secara pasti, kehamilan anembrionik
mungkin mewakili setengah dari semua keguguran pada trimester pertama
kehamilan. Insiden keguguran dini (sebelum 12 minggu) diperkirakan sekitar
15% dari konsepsi yang terbukti secara klinis dengan variasi insiden yang
signifikan berdasarkan usia pasien. Insidensinya berkisar dari 10% pada wanita
berusia 20 hingga 24 tahun hingga 51% pada wanita berusia 40 hingga 44 tahun.
Riwayat keguguran dini sebelumnya juga merupakan predisposisi pasien untuk
keguguran6.

3. Etiologi Blighted Ovum


1) Adanya kelainan kromosom yang dapat mengakibatkan pertumbuhan
embrio pada masa awal kehamilan berhenti.
2) Blighted ovum terjadi karena kelainan pada sel telur dan sel sperma
3) Kebiasaan merokok atau minum alcohol
14

4) Faktor usia, usia semakin tua pada pasangan suami istri memperbesar
kemungkinan terjadi blighted ovum. Adanya infeksi TORCH, kelainan
imunologi serta penyakit diabetes7.

4. Faktor Resiko

Ada beberapa hal yang bisa meningkatkan risiko seorang wanita


mengalami blighted ovum, di antaranya: 

 Kualitas dari sel sperma dan sel telur.

 Faktor genetik atau keturunan, terutama apabila suami maupun istri memiliki
hubungan kekerabatan yang bisa dikatakan dekat. 

Blighted ovum adalah penyebab sekitar 50% keguguran trimester pertama dan


biasanya merupakan akibat dari masalah kromosom. Tubuh wanita mengenali
kromosom abnormal pada janin dan secara alami tidak mencoba melanjutkan
kehamilan karena janin tidak akan berkembang menjadi bayi yang sehat. Ini bisa
disebabkan oleh pembelahan sel yang tidak normal, atau kualitas sperma atau sel
telur yang buruk8.

5. Manifestasi klinis
1) Pada awal kehamilan berjalan baik dan normal tanpa ada tanda-tanda
kelainan.
2) Kantunng kehamilan terlihat jelas, tes kehamilan urin positif.
3) Blighted ovum terdeteksi saat ibu melakukan USG pada usia kehamilan
memasuki 6-7 minggu.
15

4) Blighted ovum sering kali tidak menyebabkan gejala . tanda dan gejala yang
mungkin :
- Kram perut
- Bercak perdarahan
- Gejala tidak spesifik (perdarahan spotting coklat kemerahan, bertambahnya
ukuran uterus yang lambat).

6. Penegakan Diagnosis
a. Anamnesis
1) Asimtomatis (terutama di dalam uterus / rahim tidak ditemukan adanya
embrio yang berkembang)
2) Gejala atau tanda akibat peningkatan tekanan intrakranial: terlambat
menstruasi, menunjukan tanda + hamil saat dilakukan pengecekan
menggunakan test pack, payudara mengeras dan terasa nyeri, mual dan
muntah. Setelah beberapa waktu akan muncul flek atau perdarahan
vagina, rasa nyeri dan kram perut, keluar darah dari vagina dengan
volume yang lebih banyak.

b. Pemeriksaan Penunjang

Radiologi (USG)

Blighted ovum hanya dapat didiagnosis dengan pemeriksan USG. Untuk


diagnosis, kantung gestasi harus berukuran cukup sehingga tidak adanya
elemen embrionik normal. Kriteria tergantung pada jenis pemeriksaan
ultrasound yang dilakukan9.
16

Blighted ovum umumnya dikonfirmasi melalui pemeriksaan USG kehamilan, di


mana:

- Tidak tampak embrio pada gestational sac dengan mean sac diameter
(MSD) ≥ 25mm (pada kasus MSD kurang dari 25 mm, akan disarankan
USG ulang 1–2 minggu kemudian)

Atau

- Tidak tampak embrio setelah USG ulang:


o ≥ 11 hari pada hasil USG sebelumnya yang menunjukkan
gestasional sac dengan yolk sac, tapi tanpa embrio
- ≥ 2 minggu pada hasil USG sebelumnya menunjukkan gestasional sac
tanpa yolk sac dan embrio.

Gambar 2.2 : Gambaran USG Blighted Ovum


17

7. Differential Diagnosis

Diagnosis banding obstetrik utama untuk kehamilan anembrionik meliputi2:

a. Kantung pseudogestational yang mewakili sejumlah kecil cairan


intrauterin
b. Kehamilan intrauterin dini
c. Kehamilan ektopik
d. Pendarahan implantasi dari kehamilan yang dinyatakan layak
e. Penyakit trofoblas gestasional
f. Komplikasi yang berkaitan dengan kehamilan yang layak

8. Penatalaksanaan

Tiga pilihan pengobatan untuk keguguran dini termasuk manajemen hamil,


manajemen medis, dan perawatan bedah. Manajemen medis dengan misoprostol
dan perawatan bedah dianggap lebih efektif dalam manajemen kehamilan
anembrionik. Pada akhirnya keputusan untuk mempertimbangkan salah satu opsi
ini didasarkan pada percakapan yang diinformasikan antara pasien dan penyedia
layanan2.

1) Manajemen hamil
 Ini merupakan pendekatan "menunggu dengan waspada"
 Pasien diikuti dengan cermat tanpa intervensi untuk perjalanan jaringan
yang spontan dan lengkap
 Sonogram berulang dan tingkat hCG yang sedang tren digunakan untuk
mengkonfirmasi perjalanan jaringan yang lengkap
 Penentuan yang wajar dari hCG yang sedang turun sudah cukup
18

2) Manajemen medis
 Ini menggunakan misoprostol (analog prostaglandin), 800 mcg, diberikan
melalui vagina
 Dosis optimal adalah area penelitian yang sedang berlangsung
 Opsi manajemen ini memungkinkan kursus perawatan yang lebih dapat
diprediksi
3) Perawatan Bedah
 Manajemen bedah menggunakan evakuasi uterus dengan vakum manual
 Sering digunakan pada pasien dengan ketidakstabilan hemodinamik
 Aspirasi/evakuasi uterus lebih cepat diselesaikan, terutama bila dilakukan
secara rawat jalan.

9. Komplikasi

Komplikasi serius dari pengobatan jarang terjadi. Komplikasi dapat mencakup:

a. Pendarahan/perdarahan berat
b. Perforasi uterus (dari manajemen bedah)
c. Infeksi termasuk sepsis fatal
d. Komplikasi dari kehamilan ektopik yang terlewat

10. Prognosis
Prognosis dan keberhasilan manajemen keguguran dini tergantung pada
berbagai faktor termasuk usia kehamilan. Prognosis umumnya dianggap baik
dengan ketiga pilihan manajemen10.
 Manajemen hamil: dalam meta-analisis dari 20 studi, manajemen hamil dan
manajemen medis keduanya ditentukan sebagai pilihan pengobatan yang
dapat diterima untuk aborsi tidak lengkap.
19

 Penatalaksanaan medis: Penatalaksanaan medis lebih berhasil dengan


rejimen misoprostol dosis ganda. Pasien dengan aborsi inkomplit lebih
berhasil diobati dengan manajemen medis dibandingkan dengan manajemen
hamil.
 Perawatan Bedah: setidaknya satu uji coba kontrol acak besar menentukan
tingkat keberhasilan yang lebih tinggi dalam perawatan bedah dibandingkan
dengan manajemen medis, dengan kesimpulan umum keamanan umum dari
kedua pilihan pengobatan.
20

BAB III

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. A
Usia : 28 tahun
Tanggal Lahir : 05-05-1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Tanggal Masuk : 09 Juni 2022
Tanggal Pemeriksaan : 09 Juni 2022

II. ANAMNESIS
1. Keluhan utama : Keluar darah dari jalan lahir
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 2 hari yang
lalu. Pasien mengaku hamil 3 bulan dengan HPHT: 20 februari 2022, hamil 11-12
minggu. Menurut keterangan pasien, awalnya darah keluar sedikit-sedikit. Saat ini
yang keluar dari jalan lahir darah sedikit, flek, dan lendir. Selain itu pasien juga
mengeluhkan nyeri perut bagian bawah, merasakan mual dan lemas. Pasien
mengaku pernah melakukan ANC sebanyak 1 kali. Kemudian dilakukan USG oleh
Sp.Rad pada tanggal 9 Juni 2022, dikatakan bahwa kantung kehamilan kosong.
Pasien tidak memiliki riwayat trauma perut sebelumnya. BAK lancar dan BAB
biasa.
21

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak memiliki riwayat penyakit jantung, diabetes melitus, asma, alergi
dan penyakit lainnya.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga lain yang memiliki keluhan sama seperti pasien.
5. Riwayat Pemakaian Obat
Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan apapun.
6. Riwayat Menarche, Perkawinan, Obstetrik dan Kontrasepsi.
1. Riwayat Menstruasi : 14 tahun, teratur, lamanya 7 hari, ganti
pembalut 3 kali/ hari, dismenore (-).
2. Riwayat Perkawinan : 1 kali pada usia 25 tahun, pada tahun 2019
3. Riwayat Obstetrik :
Anak I : Lahir 9 Juli 2020, dengan usia kehamilan normal,
berjenis kelamin laki-laki dengan berat lahir 2600 g, keadaan sekarang
Hidup.
Anak II : Hamil saar ini
4. Riwayat Kontrasepsi : pemakaian IUD sejak tahun 2020 s/d 2021

III. PEMERIKSAAN FISIK


Vital Sign
Kesadaran : Compos Mentis
Kesadaran Umum : Baik
Tekanan Darah : 128/85 mmHg
Laju Nadi : 106 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu Tubuh : 36,7 °C
22

Pemeriksaan Fisik
1. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
2. Leher : Pembesaran KGB (-/-)
3. Paru : Simetris, dalam batas normal.
4. Jantung : dalam batas normal.
5. Mammae : bentuk simetris, pengeluaran (-), puting susu menonjol,
kebersihan cukup.
6. Abdomen : soepel, distensi (-), peristaltic (+) kesan normal.
7. Ekstremitas : akral hangat, crt <3 detik edema (-/-), pucat (-/-).

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


USG

Hasil USG Obstetri:


- Uterus membesar, tampak GS dengan fetal pole di dalamnya, kesan
tidak berkembang.
- Estimasi usia kehamilan berdasarkan GS 10 minggu
Kesan: Blighted Ovum
23

V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
o WBC 9.8 x 103 mm3
o Hb 14.2 g/dl
o RBC 5 x 106 mm3
o MCV 85.9 pg
o HCT 42.6 %
o MCH 28.6 μm3
o GDS 114 mg/dl

VI. DIAGNOSIS
Diagnosis Banding :
1. G1 hamil 14-15 minggu + Blighted Ovum
2. G1 hamil 14-15 minggu + Abortus Imminens
Diagnosis Kerja :
G1 hamil 14-15 minggu + Blighted Ovum

VII. RENCANA TERAPI


a.  Non farmakologi:
1. Istirahat total
2. Diet tinggi kalori tinggi protein
3. Mobilisasi bertahap  

b. Farmakologi:
1. Cefadroxil 2 x 500 mg
2. Methylergometrin 3 x 0,2 mg
3. Asam Mefenamat 3 x 500 mg

b. Diagnostik:
24

1. Ultrasonografi

c. Monitoring:
1. Keadaan umum
2. Tanda-tanda vital
3. Kontraksi uterus
4. Tanda-tanda perdarahan dan infeksi

e. Edukasi:
1. Istirahat total
2. Diet tinggi kalori tinggi protein
3. Mobilisasi
4. Menjaga hygiene alat reproduksi
25

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus ini pasien mengaku hamil 3 bulan datang ke IGD dengan keluhan
keluar darah sejak 2 hari lalu disertai lendir melalui jalan lahir dan nyeri di perut
bagian bawah. Berdasarkan dari anamnesis dan gejala yang dikeluhkan tersebut
dimungkinkan bahwa pasien mengalami abortus. Dimana abortus merupakan
pengeluaran hasil konsepsi yang dikeluarkan pada saat kehamilan kurang dari 20
minggu. Akan tetapi perlu dipastikan melalui  pemeriksaan penunjang USG mengenai
kondisi dalam rahim ibu sehingga dapat disimpulkan diagnosis pasti yang ada.
Adapun abortus yang terjadi pada pasien tergolong sebagai Blighted ovum yang mana
kehamilan yang bisa ditegakkan pada usia kehamilan 7-8 minggu dengan dilakukan
pemeriksaan USG11.

Hasil pemeriksaan USG pasien ini menunjukkan bahwa terlihat kantung


kehamilan tanpa massa intrauterin didalamnya. Disimpulkan diagnosis dari kasus ini
adalah blighted ovum  atau kehamilan kosong dimana terbentuk kantung kehamilan
dan plasenta tetapi tidak ada pembentukan embrio. Blighted ovum pada awalnya
tidak dapat dibedakan gejalanya dari kehamilan biasa hingga terjadi abortus spontan
dan telah dilakukan pemeriksaan USG. Untuk memastikan kembali kehamilan yang
terjadi pada pasien maka dapat dilakukan evaluasi USG ulang pada 2 minggu
setelahnya. Bila kantong gestasi masih tidak berkembang hingga 25 milimeter, maka
bisa dipastikan bahwa kehamilan yang terjadi pada  pasien merupakan kehamilan
anembrionik atau Blighted ovum12.

Setelah pasien didiagnosis dengan blighted ovum, tindakan selanjutnya yang


dilakukan terminasi kehamilan dengan cara kuretase jaringan untuk menghentikan
perdarahan, membersihkan sisa-sisa jaringan, mencegah infeksi, sehingga rahim siap
untuk kehamilan berikutnya. Sesuai teori, hal yang dapat dilakukan pada  pasien
26

dengan diagnosa blighted ovum adalah terminasi kehamilan segera setelah ditegakkan
diagnosa pasti dan dilakukan pemeriksaaan penunjang berupa USG. Tindakan
terminasi yang dapat dilakukan berupa kuretase yang merupakan serangkaian proses
pelepasan jaringan yang melekat pada dinding kavum uteri dengan melakukan invasi
ke dalam kavum uteri. Dimana hasil konsepsi di  bersihkan dan dikeluarkan secara
keseluruhan dari kavum uteri. Selain itu, sisa jaringan yang diambil dapat juga
digunakan sebagai sampel laboratorium untuk mengetahui penyebab terjadinya
blighted ovum13.

Terapi pada pasien ini diberikan analgetik yaitu asam mefenamat untuk
mengurangi nyeri jika diperlukan, pemberian antibiotic untuk mencegah terjadinya
infeksi pasca tindakan, metilergometrin untuk menimbulkan kontraksi dan mencegah
perdarahan post partum atau keguguran, menganjurkan untuk mobilisasi bertujuan
untuk mengurangi nyeri, serta melakukan observasi meliputi jumlah perdarahan
pervaginam untuk mengetahui terjadinya perdarahan dan tanda-tanda infeksi14.
27

BAB V

KESIMPULAN

Blighted ovum adalah kegagalan perkembangan hasil fertilisasi ovum ditahap


awal atau 6-7 minggu usia kehamilan, dimana hasil pemeriksaan  penunjang
ditemukan kantung kehamilan tanpa ada embrio dalam kantung kehamilan. Dalam
banyak kasus blighted ovum  tidak bisa dicegah. Beberapa  pasangan dapat
melakukan tes genetika dan konseling jika terjadi keguguran  berulang di awal
kehamilan. Blighted ovum sering merupakan kejadian satu kali, dan jarang terjadi
lebih dari satu kali pada wanita. Penatalaksanaan kasus blighted ovum dilakukan
dengan metode terminasi dilatasi dan kuretase secara elektif.
28

DAFTAR PUSTAKA

1. Sinensis NR, Gde L, Adnyani S, Rusdhy A, Hamid H, Wibowo EP.


Diagnosis dan Tatalaksana Blighted Ovum. 2020;9:508-511.
2. Jones J, Gaillard F. Anembryonic pregnancy. Radiopaedia.org.
Published online 2008. doi:10.53347/rid-998
3. Rinata E. Buku Ajar Genetika Dan Biologi Reproduksi.; 2020.
doi:10.21070/2020/978-623-6833-96-4
4. Alwan LI, Ratnasari R, Suharti S. ASUHAN KEBIDANAN
CONTINUITY OF CARE PADA NY M MASA HAMIL SAMPAI
DENGAN KELUARGA BERENCANA DI BPM MURYATI
SST.Keb SUKOREJO PONOROGO. Heal Sci J. 2018;2(2):104.
doi:10.24269/hsj.v2i2.163
5. Macklon NS, Geraedts JPM, Fauser BCJM. Conception to ongoing
pregnancy: The “black box” of early pregnancy loss. Hum Reprod
Update. 2002;8(4):333-343. doi:10.1093/humupd/8.4.333
6. Andersen LB, Dechend R, Karumanchi SA, et al. Early pregnancy
angiogenic markers and spontaneous abortion: an Odense Child
Cohort study. Am J Obstet Gynecol. 2016;215(5):594.e1-594.e11.
doi:10.1016/j.ajog.2016.06.007
7. Freeman, Starr DA, O’connor. 乳鼠心肌提取 HHS Public Access.
Physiol Behav. 2016;176(1):139-148.
8. Association AP. Blighted Ovum. Heal Pregnancy. Published online
2021.
9. Chaudhry AN, Tiesenga FM, Mellacheruvu S, Sanni RR. Blighted
29

Ovum: A Case Report. Women’s Heal – Open J. 2020;6(1):3-4.


doi:10.17140/whoj-6-135
10. Neilson JP, Gyte GM, Hickey M, Vazquez JC, Dou L. Medical
treatments for incomplete miscarriage. Cochrane Database Syst
Rev. 2013;2013(3). doi:10.1002/14651858.CD007223.pub3
11. Hoffman BL, Schorge JO BK. First Trimester Abortion. 22nd ed.
McGraw- Hill; 2008. https://obgyn.mhmedical.com/content.aspx?
bookid=1758&sectionid=118167822
12. Winkjosastro H. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono;
2022. http://perpus.tasikmalayakab.go.id/opac/detail-opac?
id=13144
13. Porter FT, Branch DW SJ. Early Pregnancy Loss. In: Danforth’s
Obstetric and Gynecology 10th Ed. 10th ed. Lippincott Williams &
Wilkins; 2009.
14. Hacker N. Essentials of Obstetrics and Gynecology. Vol 22.; 1947.
doi:10.1097/00001888-194703000-00023

Anda mungkin juga menyukai