Anda di halaman 1dari 18

TUGAS INDIVIDU

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN HIV/AIDS

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


Kesehatan Reproduksi Lansia

Disusun Oleh:

NAMA : RESTI NINGTIAS


NPM : 163112540120224
KELAS/ SEMESTER : B3/ II (DUA)

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN PENDIDIK


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITS NASIONAL
TAHUN 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatakan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul Asuhan Kebidanan pada Ibu hamil dengan HIV/AIDS . Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Kesehatan Reproduksi pada Lansia.
Selain itu, penyusun menyadari dalam penyusunan makalah ini banyak
kekurangan dan banyak kesalahan. Oleh karena itu dimohon kritik dan sarannya.

Jakarta, Maret 2017

penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Menurut laporan CDR (Center for Disease Control) Amerika mengemukakan bahwa
jumlah wanita penderita AIDS di dunia terus bertambah, khususnya pada usia
reproduksi. Sekitar 80% penderita AIDS anak-anak mengalami infeksi prenatal dari
ibunya. Seroprevalensi HIV pada ibu prenatal adalah 0,0-1,7%, saat persalinan 0,4-0,3%
dan 9,4-29,6% pada ibu hamil yang biasa menggunakan narkotika intravena
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah suatu penyakit yang
ditimbulkan sebagai dampak berkembang biaknya virus HIV (Human Immunodeficiency
Virus) didalam tubuh manusia, yang mana virus ini menyerang sel darah putih (sel CD4)
sehingga mengakibatkan rusaknya sistem kekebalan tubuh. Hilangnya atau berkurangnya
daya tahan tubuh membuat si penderita mudah sekali terjangkit berbagai macam
penyakit termasuk penyakit ringan sekalipun.
Wanita usia produktif merupakan usia yang berisiko tertular infeksi HIV. Dilihat dari
profil umur, ada kecendrungan bahwa infeksi HIV pada wanita mengarah ke umur yang
lebih muda, dalam arti bahwa usia muda lebih banyak terdapat wanita yang terinfeksi,
sedangkan pada usia di atas 45 tahun infeksi pada wanita lebih sedikit. Dilain pihak
menurut para ahli kebidanan bahwa usia reproduktif merupakan usia wanita yang lebih
tepat untuk hamil dan melahirkan. Hasil survey di Uganda pada tahun 2003
mengemukakan bahwa prevalensi HIV di klinik bersalin adalah 6,2%, dan satu dari
sepuluh orang Uganda usia antara 30-39 tahun positif HIV-AIDS perlu diwaspadai
karena cenderung terjadi pada usia reproduksi
Wanita hamil lebih berisiko tertular Human Immunodeficien Virus (HIV)
dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil. Jika HIV positif, wanita hamil lebih
sering dapat menularkan HIV kepada mereka yang tidak terinfeksi daripada wanita yang
tidak hamil. Peningkatan kerentanan untuk terinfeksi HIV selama kehamilan adalah
mereka yang berperilaku seks bebas dan mungkin karena penyebab biologis yang tidak
diketahui.
Sebagaimana diketahui penderita HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) meningkat setiap tahunnya di seluruh
dunia, terutama di Afrika dan Asia. Diperkirakan dewasa ini terdapat puluhan juta
penderita HIV/AIDS. Sekitar 80% penularan terjadi melalui hubungan seksual, 10%
melalui suntikan obat (terutama penyalahgunaan narkotika), 5% melalui transfusi darah
dan 5% dari ibu melalui plasenta kepada janin (transmisi vertikal). Angka terjadinya
transmisi vertikal berkisar antara 13-48%
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat :
a. Memahami tentang penyakit HIV/AIDS
b. Mengetahui asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan HIV/AIDS

1.3 Perumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini, antara lain :
a. Apa yang dimaksud dengan HIV/AIDS ?
b. Bagaimana asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan HIV/AIDS?

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi.
AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala
penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV.
AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang
berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Virus (HIV). (Suzane C. Smetzler
dan Brenda G.Bare). Sedangkan di dalam kamus kedokteran Dorlan (2002),
menyebutkan bahwa AIDS adalah suatu penyakit retrovirus epidemik menular, yang
disebabkan oleh infeksi HIV, yang pada kasus berat bermanifestasi sebagai depresi berat
imunitas seluler, dan mengenai kelompok risiko tertentu, termasuk pria homoseksual
atau biseksual, penyalahgunaan obat intravena, penderita hemofilia, dan penerima
transfusi darah lainnya, hubungan seksual dari individu yang terinfeksi virus tersebut.

B. Etiologi.
Penularan virus HIV/AIDS terjadi karena beberapa hal, di antaranya ;
1. Penularan melalui darah, penularan melalui hubungan seks (pelecehan seksual). (WHO,
2003).
2. Hubungan seksual yang berganti-ganti pasangan.
3. Perempuan yang menggunakan obat bius injeksi dan bergantian memakai alat suntik.
4. Individu yang terpajan ke semen atau cairan vagina sewaktu berhubungan kelamin
dengan orang yang terinfeksi HIV..
5. Orang yang melakukuan transfusi darah dengan orang yang terinfeksi HIV, berarti setiap
orang yang terpajan darah yang tercemar melalui transfusi atau jarum suntik yang
terkontaminasi.

C. Cara penularan dari Ibu pada anak.


Penularan HIV dari ibu ke anak terjadi karena wanita yang menderita HIV/AIDS
sebagian besar masih berusia subur, sehingga terdapat resiko penularan infeksi yang
terjadi pada saat kehamilan (Richard, et al., 1997). Selain itu juga karena terinfeksi dari
suami atau pasangan yang sudah terinfeksi HIV/AIDS karena sering berganti-ganti
pasangan dan gaya hidup. Berdasarkan CDC Amerika, prevalensi penularan HIV dari ibu
ke bayi adalah 0,01% sampai 0,7%. Apabila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada
gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20% sampai 35%, sedangkan jika
gejala AIDS sudah tampak jelas maka kemungkinannya akan meningkat mencapai 50%
(PELKESI, 1995).
Penularan ini dapat terjadi dalam 3 periode:
1. Periode kehamilan.
Selama kehamilan, kemungkinan bayi tertular HIV sangat kecil. Hal ini
disebabkan karena terdapatnya plasenta yang tidak dapat ditembus oleh virus itu sendiri.
Oksigen, makanan, antibodi dan obat-obatan memang dapat menembus plasenta, tetapi
tidak oleh HIV.
Plasenta justru melindungi janin dari infeksi HIV. Perlindungan menjadi tidak
efektif apabila ibu:
a. Mengalami infeksi viral, bakterial, dan parasit (terutama malaria) pada plasenta
selama kehamilan.
b. Terinfeksi HIV selama kehamilan, membuat meningkatnya muatan virus pada saat
itu.
c. Mempunyai daya tahan tubuh yang menurun.
d. Mengalami malnutrisi selama kehamilan yang secara tidak langsung berkontribusi
untuk terjadinya penularan dari ibu ke anak.
2. Periode persalinan.
Pada periode ini, resiko terjadinya penularan HIV lebih besar jika dibandingkan
periode kehamilan. Penularan terjadi melalui transfusi fetomaternal atau kontak antara
kulit atau membrane mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan.
Semakin lama proses persalinan, maka semakin besar pula resiko penularan terjadi. Oleh
karena itu, lamanya persalinan dapat dipersingkat dengan section caesaria.
Faktor yang mempengaruhi tingginya risiko penularan dari ibu ke anak selama
proses persalinan adalah:
a. Lama robeknya membran.
b. Chorioamnionitis akut (disebabkan tidak diterapinya IMS atau infeksi lainnya).
c. Teknik invasif saat melahirkan yang meningkatkan kontak bayi dengan darah
ibu misalnya, episiotomi.
d. Anak pertama dalam kelahiran kembar.

3. Periode Post Partum.


Cara penularan yang dimaksud disini yaitu penularan melalui ASI. Berdasarkan
data penelitian De Cock, dkk (2000), diketahui bahwa ibu yang menyusui bayinya
mempunyai resiko menularkan HIV sebesar 10- 15% dibandingkan ibu yang tidak
menyusui bayinya. Risiko penularan melalui ASI tergantung dari:
a. Pola pemberian ASI, bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif akan kurang
berisiko dibanding dengan pemberian campuran.
b. Patologi payudara: mastitis, robekan puting susu, perdarahan putting susu dan
infeksi payudara lainnya.
c. Lamanya pemberian ASI, makin lama makin besar kemungkinan infeksi.
d. Status gizi ibu yang buruk.
D. Manifestasi Klinis.
Manifestasi klinis yang tampak dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Manifestasi Klinis Mayor
a. Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan.
b. Diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus-menerus.
c. Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam 3 tiga bulan.
d. TBC.
2. Manifestasi Klinis Minor.
a. Batuk kronis selama lebih dari satu bulan.
b. Infeksi pada mulut dan jamur disebabkan karena jamur Candida Albicans.
c. Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh tubuh.
d. Munculnya Herpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal di seluruh tubuh.

E. Diagnosis.
1. VCT (Voluntary Counseling Testing)
VCT adalah suatu pembinaan dua arah atau dialog yang berlangsung tak terputus
antara konselor dan kliennya untuk mencegah penularan HIV, memberikan dukungan
moral, informasi, serta dukungan lainnya kepada ODHA, keluarga , dan
lingkungannya. Tujuan VCT.
a. Upaya pencegahan HIV/AIDS.
b. Upaya untuk mengurangi kegelisahan, meningkatkan persepsi/pengetahuan
mereka tentang faktor-faktor resiko penyebab seseorang terinfeksi HIV
c. Upaya pengembangan perubahan perilaku, sehingga secara dini mengarahkan
mereka menuju ke program pelayanan dan dukungan termasuk akses terapi
antiretroviral, serta membantu mengurangi stigma dalam masyarakat
2. Pemerikasaan Laboratorium.
a. Tes serologis: tes antibodi serum terdiri dari skrining HIV dan ELISA;
tes blot western untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap beberapa protein
spesifik HIV ; penurunan sel T limfosit; jumlah sel T4 helper; jumlah sel T8
dengan perbandingan 2:1 dengan sel T4; peningkatan nilai kuantitatif P24
(protein pembungkus HIV); peningkatan kadar IgG, Ig M dan Ig A; reaksi rantai
polymerase untuk mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel
perifer monoseluler; serta tes PHS (pembungkus hepatitis B dan antibodi,sifilis,
CMV mungkin positif).
b. Pemeriksaan histologis, sitologis urin ,darah, feces, cairan spina, luka, sputum,
dan sekresi.
c. Tes neurologis: EEG, MRI, CT Scan otak, EMG.
d. Tes lainnya: sinar X dada menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari
PCV tahap lanjut atau adanya komplikasi lain; tes fungsi pulmonal untuk
deteksi awal pneumonia interstisial; Scan gallium; biopsy; branskokopi.
3. Tes Antibodi.
a. Tes ELISA, untuk menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah
terinfeksi HIV.
b. Western blot asay/ Indirect Fluorescent Antibody (IFA), untuk mengenali
antibodi HIV dan memastikan seropositifitas HIV.
c. Indirect immunoflouresence, sebagai pengganti pemerikasaan western blot
untuk memastikan seropositifitas.
d. Radio immuno precipitation assay, mendeteksi protein pada antibodi.
4. Pendeteksian HIV.
Dilakukan dengan pemeriksaan P24 antigen capture assay dengan kadar yang sangat
rendah. Bisa juga dengan pemerikasaan kultur HIV atau kultur plasma kuantitatif
untuk mengevaluasi efek anti virus, dan pemeriksaan viremia plasma untuk mengukur
beban virus (viral burden).

F. Penatalaksanaan.
HIV menyebabkan terjadinya penurunan kekebalan tubuh sehingga pasien rentan
terhadap serangan infeksi oportunistik. ARV bisa diberikan pada pasien untuk
menghentikan aktivitas virus, memulihkan sistem imun dan mengurangi terjadinya
infeksi oportunistik, memperbaiki kualitas hidup dan memperpanjang usia harapan hidup
penderita HIV/AIDS. Obat ARV terdiri atas beberapa golongan seperti nucleoside
reversetranscriptase inhibitor, nucleotide reverse transcriptase inhibitor, non-nucleoside
reverse transcriptase inhibitor, dan inhibitor protease.

G. Pencegahan.
Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui tiga cara, dan
bisa dilakukan mulai saat masa kehamilan, saat persalinan, dan setelah persalinan. Cara
tersebut yaitu:
1. Penggunaan obat Antiretroviral selama kehamilan, saat persalinan dan untuk bayi yang
baru dilahirkan. Pemberian antiretroviral bertujuan agar viral load menjadi lebih rendah
sehingga jumlah virus yang ada dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk
menularkan HIV. Resiko penularan akan sangat rendah (1-2%) apabila terapi ARV ini
dipakai. Namun jika ibu tidak memakai ARV sebelum dia mulai sakit melahirkan, ada
dua cara yang dapat mengurangi separuh penularan ini. AZT dan 3TC dipakai selama
waktu persalinan, dan untuk ibu dan bayi selama satu minggu setelah lahir. Satu tablet
nevirapine pada waktu mulai sakit melahirkan, kemudian satu tablet lagi diberi pada bayi
23 hari setelah lahir. Menggabungkan nevirapine dan AZT selama persalinan
mengurangi penularan menjadi hanya 2 persen. Namun, resistansi terhadap nevirapine
dapat muncul pada hingga 20 persen perempuan yang memakai satu tablet waktu hamil.
Hal ini mengurangi keberhasilan ART yang dipakai kemudian oleh ibu. Resistansi ini
juga dapat disebarkan pada bayi waktu menyusui. Walaupun begitu, terapi jangka pendek
ini lebih terjangkau di negara berkembang.
2. Penanganan obstetrik selama persalinan. Persalinan sebaiknya dipilih dengan
menggunakan metode Sectio caesaria karena metode ini terbukti mengurangi resiko
penularan HIV dari ibu ke bayi sampai 80%. Apabila pembedahan ini disertai dengan
penggunaan terapi antiretroviral, maka resiko dapat diturunkan sampai 87%. Walaupun
demikian, pembedahan ini juga mempunyai resiko karena kondisi imunitas ibu yang
rendah yang bisa memperlambat penyembuhan luka. Oleh karena itu, persalinan per
vagina atau sectio caesaria harus dipertimbangkan sesuai kondisi gizi, keuangan, dan
faktor lain.
3. Penatalaksanaan selama menyusui. Pemberian susu formula sebagai pengganti ASI
sangat dianjurkan untuk bayi dengan ibu yang positif HIV. Karena sesuai dengan hasil
penelitian, didapatkan bahwa 14 % bayi terinfeksi HIV melalui ASI yang terinfeksi.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal kunjungan : 28-04-2015

I. PENGUMPULAN DATA
A. IDENTITAS / BIODATA
Nama : Ny. A Nama : Tn. A
Umur : 19 tahun Umur : 21 tahun
Suku/ bangsa : Jawa/Indonesia Suku/ bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
AlamatRumah: Jln. Rajawati No. 69 Alamat Rumah : Jln. Rajawati No. 69
B. ANAMNESA (DATA SUBJEKTIF)
1. Kunjungan saat ini : Kunjungan Pertama Kunjungan Ulang
Keluhan utama : Ibu mengatakan sering menggigil, nafsu makan berkurang dan demam
2. Riwayat Perkawinan
Kawin 1 kali, kawin pertama umum 17 tahun dengan suami sekarang 2 tahun
3. Riwayat Menstruasi
Menarche umur 11 tahun, siklus 28 hari, teratur / tidak
Lama 7 hari.
Sifat darah : Encer/ beku.
Bau : khas
Fluor albus : ya
Dismenorroe : ya
HPHT : 13-11-2014
TTP : 20-08-2015
4. Riwayat Kehamilan ini
a. Riwayat ANC
ANC sejak umur kehamilan 23 minggu 3 hari. ANC di Klinik Bidan
Frekuensi : Trimester I : 1 kali
Trimester II : 1 kali
Trimester III : 1 kali
b. Pergerakan janin yang pertama pada umur kehamilan 20 minggu, pergerakan janin dalam
24 jam terakhir 10 kali
c. Keluhan yang dirasakan :
Ibu mengatakan nafsu makan berkurang, badan terasa lemas dan demam
d. Pola Nutrisi : Makan Minum
Frekuensi : 2x1 sehari 8 gelas sehari
Macam : Sayur, lauk, nasi buah, air putih
Jumlah : 1 porsi 2 gelas
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
e. Pola Eliminasi : BAB BAK
Frekuensi : 2x sehari 5x sehari
Warna : Kuning Kuning Jernih
Bau : Khas Khas
Konsisten : Lembek Cair
Jumlah : Tidak terkaji Tidak terjadi
f. Personal Hygiene
Kebiasaan mandi : 2 kali sehari
Kebiasaan membersihkan alat kelamin : Setiap selesai BAB dan BAK
Kebiasaan mengganti pakaian dalam : 2 kali sehari
Jenis pakaian dalam yang digunakan : Kain katun
g. Imunisasi
TT 1 tanggal :
TT 2 tanggal : 28-04-2015
TT 3 tanggal :
TT 4 tanggal :
TT 5 tanggal :
5. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
TABEL BELUM DILAMPIRKAN
6. Riwayat kontrasepsi
TABEL BELUM DILAMPIRKAN
7. Riwayat Kesehatan.
a. Penyakit sistematik yang pernah / sedang diderita
Ibu mengatakan badannya sering menggigil dan demam

b. Riwayat keturunan kembar


Ibu mengatakan tidak ada riwayat keturunan kembar
c. Kebiasan-kebiasaan
Merokok : Tidak Ada
Minum jamu-jamuan : Tidak Ada
Minum-minuman keras : Tidak Ada
Makan / Minum : Tidak Ada
Perubahan pola makan ( termasuk ngidam, nafsu makan turun dan lain)
: ibu mengatakan nafsu makan menurun
8. Keadaan Psiko Sosial Spiritual
a. Kelahiran ini : Diinginkan Tidak Diinginkan
b. Pengetahuan ibu tentang kehamilan dan keadaan sekarang :
Ibu belum mengetahui tanda bahaya pada kehamilan, dan keadaannya sekarang
c. Penerima ibu terhadap kehamilan saat ini :
Ibu menerima kehamilan ini dengan rasa bahagia
d. Tanggapan keluarga terhadap kehamilan :
Suami dan keluarga menerima kehamilan dengan bahagia
e. Ketaatan ibu dalam beribadah :
Ibu taat beribadah

II. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBJEKTIF)


1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmeritis
b. Tanda Vital :
Tekanan darah : 100/ 80 mmHg
Nadi : 72 kali per menit
Pernafasan : 20 kali per menit
Suhu : 35.50c
c. TB : 150 cm
BB : Sebelum hamil 47 kg, BB sekarang 50 kg
d. Kepala dan leher
Edema wajah : Tidak Ada
Cloasma gravidarum :+/-
Mata : Konjungtiva merah jambu sklera tidak icleus
Mulut : tidak ada karies, tidak ada sariawan dan bersih
Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar txroid

e. Payudara
Bentuk : Simetris
Aerola Mammae : Hitam Kecoklatan
Puting Susu : Menonjol
Colostrum : Tidak Ada
f. Abdomen
Bentuk : Asimetris
Bekas Luka : Tidak ada bekas luka
Strie gravidarum : Ada
Palpasi Leopold
Leopold I : TFU 24 Cm diatas Simpisis
Leopold II : Teraba panjang, memapah diselah kanan ibu
(punggung janin)
Leopold III : Teraba bagian keras, bulat, melintang (kepala janin)
Leopold IV : Bagian bawah janin belum masuk PAP
Osborn test : Tidak dilakukan
TBJ : (24-13) x 155=1705 gram
Aukultasi DJJ : Punctum maksimum kuadran kanan bawah pusat
g. Ekstremitas
Edema : Tidak Ada
Varices : Tidak Ada
Refleks Patella : (+)
Kuku : Bersih dan Pendek
h. Genetalia luar
Tanda chadwich : Ada
Varices : Tidak Ada
Bekas luka : Tidak Ada
Kelenjar bartholini : Tidak ada pembengkakan kelenjar bartholini
Pengeluaran : Tidak Ada
i. Anus
Haemoroid : Tidak Ada

2. Pemeriksaan panggul luar (bila perlu)


Distensia spinarum : 24 cm
Distensia kristarum : 28 cm
Boudelogue : 18 cm
Lingkar panggul : 85 cm
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah + HIV
b. Pemeriksaan HB 11 Gram

III. ASSESSMENT
1. DIAGNOSA KEBIDANAN
G1P0A0 hamil 23 minggu 4 hari, kehamilan intra uterin janin hidup, janin tungal, punggung
kanan, presentasi kepala bagian bawah (PAP).
Diagnosa dengan keadaan ibu penderita HIV
a. Ibu Primigravida
Data Dasar : G1, P0, A0
Ibu primigravida berumur 19 tahun, belum pernah melahirkan dan tidak pernah abortus.
b. Usia kehamilan 23 minggu 4 hari
Data dasar : HPHT : 13-11-2014
Tanggal kunjungan : 28-04-2015
TFU : 24cm
c. Kehamilan intra uterin
Data dasar : Teraba bagian janin didalam rahim ibu serta ada nyeri tekanan pada saat
palpasi abdomen
d. Janin Hidup
Data dasar : ibu mengatakan ada pergerakan janin dan pada saat palpasi terdapat gerakan
janin.
e. Janin Tunggal
Data dasar : Teraba satu bagian yang panjang, memapan dan satu bagian bulat, keras dan
melenting
f. Punggung kanan
Data dasar : pada saat pemeriksaan palpasi Leopold II teraba bagian yang panjang,
memapan disisi sebelah kanan dalam rahim ibu.

g. Presentasi Kepala
Data dasar : pada saat pemeriksaan palpasi Leopold II teraba bagian yang bulat keras dan
melenting dari bagian bawah perut ibu.\
h. Bagian terbawah belum termasuk PAP (convergen)
Data dasar : pada pemeriksaan palpasi Leopold IV teraba bagian bawah janin belum
masuk PAP, dimana tangan masih bisa menyatu saat pemeriksaan bagian bawah
(convergen).
i. Keadaan ibu dan janin baik
Data dasar : dari hasil pemeriksaan diketahui
TD : 100/80 mmHg
MD : 72x/menit
RR : 20 x / menit
Suhu : 36,50c
2. MASALAH
Ibu cemas dengan kehamilah saat ini
Data Dasar : Terlihat dari wajah ibu
3. KEBUTUHAN
Beri Penkes pada ibu tentang :
a. Personal Hygine
Yaitu sarankan ibu untuk mengganti pakaian dalam 2x sehari dan membersihkan alat
kelaminnya dengan air bersih sesudah BAB dan BAK
b. Beri suport mental
Yaitu beri dukungan dan semangat pada ibu dan yakinkan ibu kalau ibu dan bayinya akan
baik-baik saja
c. Pola Nutrisi
1) Yaitu sarankan ibu untuk makan-makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein spirit
mengkonsumsi daging, telur, tempe, wortel,buah alpukat, sayur-sayuran, buah-buahan
berwarna dan kaya vitamin
2) Menganjurkan ibu untuk banyak minuman air putih 8 gelas/hari paling sedikit
3) Beri ibu tablet Fe dengan dosis 1x1 / hari, anjurkan minum pada malam hari, kalau siang
hari dapat menimbulkan muntah
d. Pola Istirahat
1) Anjurkan ibu beristirahat dan tenang agar kondisi ibu dan bayi baik
2) Anjurkan suami dan keluarga untuk memberikan semangat
4. DIANGNOSA POTENSIAL
AIDS
5. MASALAH POTENSIAL
a. Penularan pada bayi
b. Kematian pada ibu
c. Kematian pada bayi
6. KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA BERDASARKAN KONDISI KLIEN
a. Mandiri
1) Memberi tambahan vitamin B12 3x1hari
2) Sarankan makan makanan yang bergizi, sayur-sayuran, buah-buahan, daging telur
3) Memberi tablet Fe 1x1 hari
b. Kolaborasi
Melakukan kolaborasi dengan dokter tentang perkembangan janin dan kondisinya(USG)
c. Rujuk
Tidak Ada

IV. PLANING
Tanggal 28-04-2014 Jam 10.30wib
1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan seperti:
TD:100/80mmHg
RR:20 x / menit
Pols:72 x / menit
Suhu:36,5 C
2. Beritahu ibu penkes tentang:
Personal hygine
Pola istirahat
Pola nutrisi
3. Beri ibu dukungan atau support mental
4. Beri tahu keluarga untuk tatap memberi semangat pada ibu
V. PELAKSANAAN
Tanggal 28-04-2014 Jam 10.45Wib
1. Menjelaskan pada ibu tentang tanda bahaya pada kehamilan seperti:
a. Perdarahan pervaginam
b. Sakit kepala yang hebat
c. Pengelihatan kabur
d. Bengka pada muka dan tangan
e. Nyeri perut hebat
2. Menjelaskan pada ibu untuk mengatur pola istirahat dan tenang agar keadaan ibu dan
janin baik yaitu jangan terlalu banyak berfikir,dan jangan terlalu banyak melakukan
kegiatan
3. Menganjurkan pada ibu untuk memakai pakaian yang longgar dan berbahan katun agar
ibu tetap merasa nyaman.
4. Menjelaskan pada ibu untuk mengatur pola makan sikit tapi sering agar ibu tetap
bertenaga dan tidak lemas.
5. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu kemudian,atau apabila
ibu mengalami penyakit atau hal-hal yang keluarga anggap tidak mengerti dan ibu
mengatakan akan kembali melakukan kunjungan ulang 2 minggu kemudian.

VI. EVALUASI
1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan seperti:
TD :100 /80mmHg
RR :20 x/menit
Pols :72 kali/ menit
Suhu :36,5 C
2. Ibu sudah mengerti cara mengatur pola istirahat yang baik dan tenang
3. Keluarga sudah mengetahui hasil pemeriksaan
4. Ibu sudah mengetahui tentang penjelasan pola nutrisi
5. Ibu mengetahi tentang personal hygyne
6. Ibu bersedia datang kembali pada kunjungan selanjutnya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Penularan HIV pada bayi dan anak bisa melalui jalur vertical (ibu ke bayi), darah,
penularan melalui hubungan seks (pelecehan seksual pada anak), dan pemakaian alat
kesehatan yang tidak steril. Gejala umum yang ditemukan pada bayi dengan infeksi. HIV
adalah gangguan tumbuh kembang, kondisi diasis oral, diare kronis. Penularan HIV dari
ibu ke bayi bisa dicegah melalui empat cara mulai saat hamil, saat melahirkan dan
setelah lahir (Nurs, 2007).

B. Saran
Semoga Makalah ini dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik dan saran sangat
diharapkan untuk pembaca yang bersifat membangun untuk lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Fakultas Kedokteran Universitas Pedjajaran Bandung. 1984. Obstetri Patologi. Bandung :


Elstar Offset.
Mochtar, Rustam. Prof. DR. 1989. Sypnosis Obstetrik : Obstetrik Patologi. Edisi I. Jakarta :
EGC
Prawiroharjo, Sarwono. 1976. Ilmu Kebidanan. Jakarta : yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai