13
B. Etiologi
1. Relaksasi berlebihan dari dinding abdomen akibat multiparitas yang tinggi. Pada multi
paritas 4 atau lebih, insiden letak lintang 10 kali lipat dibanding nullipara.
2. Kehamilan prematur, hidramnion dan kehamilan kembar
3. Keadaan yang menghalangi turunya kepala bayi ke rongga panggul seperti pangul sempit,
tumor daerah panggul dan plasenta previa.
4. Kelainan bentuk rahim seperti uterus arkuatus atau uterus subseptus (Hanifa,1992 &
Cuningham 1995)
C. Patofisiologi
Dinding abdomen pada perut yang menggantung menyebabkan uterus beralih ke depan,
sehingga menimbulkan defleksi sumbu memanjang bayi menjauhi sumbu jalan lahir,
menyebabkan terjadinya posisi obliq atau melintang. Dalam persalinan terjadi dari posisi
logitudinal semula dengan berpindahnya kepala atau bokong ke salah satu fosa iliaka.
Pengaruh letak lintang pada persalinan
a. Letak lintang merupakan suatu kondisi berbahaya dan memiliki resiko tinggi bagi ibu dan
janin karena dapat menyebabkan persalinan macet.
b. Ada kalanya janin yang pada permulaan persalinan dalam keadaan letak lintang, berputar
sendiri menjadi letak memanjang. Keadaan ini disebut versio spontanea. Hal ini mungkin
terjadi bila ketuban masih utuh.
c. Letak lintang menyebabkan persalinan macet dan untuk kejadian ini tidak ada mekanisme
persalinannya.
D.
1.
a.
b.
c.
Komplikasi
Pada maternal
Ruptur uteri dan traumatik uteri
Infeksi
Terdapatnya letak lintang kasep (Neglected Transverse Lie),yang berpotensi meningkatkan
1)
2)
3)
d.
1)
2)
3)
4)
2.
a.
1)
diatas umbilikus.
Ukuran tinggi fundus uterus lebih rendah tidak sesuai dengan umur kehamilan.
Pada palpasi :
Leopold 1 tidak ditemukan bagian bayi di daerah fundus uteri
Leopold 2 balotemen kepala teraba pada salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa iliaka
yang lain.
c. Leopold 3 & 4 memberikan hasil negative
4. Punggung mudah diketahui dengan palpasi, pada punggung anterior suatu dataran keras
terletak melintang dibagian depan perut ibu. Pada punggung posterior bagian kecil dapat
5.
6.
a.
b.
F. Penatalaksanaan
1. Pada kehamilan
a. Deteksi dini oleh bidan
- Konfirmasi umur kehamilan
- Pemeriksaan luar
- Mengenali faktor resiko
- Diagnosis
- Konseling
- Rujukan (MNH,2002 )
2. Penanganan pada kehamilan dilakukan oleh ginekolog
Versi luar
Menurut Phelan (1986) versi luar efektif dilakukan pada usia kehamilan setelah 39 minggu
karena tingginya perubahan spontan ke letak logitudinal . untuk menghindari perubahan ke
posisi awal dilakukan pemasangan korset untuk fiksasi (Hanifa,1992).
a) Pemanatauan letak dan keadaan janin melalui ANC
b) Memasuki persalinan dianjurkan untuk masuk rumah sakit lebih dini agar dapat ditentukan
diagnosa dan panatalaksanaan
b. Pada Persalinan
Deteksi dini oleh bidan
Komfirmasi umur kehamilan
Pemeriksaan luar
Mengenali faktor resiko
Melakukan pemeriksaan dalam
Diagnosis
Konseling
Rujukan (MNH,2002 )
. Persiapan persalinan
- Pemantau persalinan dengan partograf
- Pemantauan kondisi kelainan janin
- Pemberian cairan infus dan pemeriksaan laboratorium
- Pemantau DJJ dan his secara elektronis
- Dukungan mental pada ib
- Persiapan tenaga dan alat untuk mengantisifasi terjadi kegawatdaruratan
3. Persalinan dilakukan di instansi rumah sakit dengan fasilitas
1.
2.
4.
5.
operasi
dan
kegawatdaruratan
neonatal, dilakukan oleh ginekolog kolaborasi dengan pediatrik
Versi luar masih mungkin dilakukan pada pasien inpartu , dengan syarat :
Pembukaan < 4 cm
Ketuban masih utuh
Pada primigravida apabila versi luar tidak berhasil pertimbangkan untuk segera
dilakukan SC :
- Bahu tidak dapat melakuan dilatasi pada servik dengan baik, sehingga pada primigravida
kala 1 menjadi lama dan pembukaan serviks sukar menjadi lengkap
Tidak ada bagian besar janin yang menahan tekanan intra uterin sewaktu his maka lebih
sering terjadi ketuban pecah sebelum pembukaan sempurna dan dapat mengekibatkan prolaps
funikuli
- Pada primi versi ekstraksi sukar dilakukan
6. Pada janin, kecil dan sudah mati dan menjadi lembek persalinan dapat terjadi dengan
-
Cara Douglas
Bahu masuk ke dalam rongga panggul, kemudian dilewati oleh bokong dan kaki sehingga
bahu,bokong dan kaki lahir, selanjutnya disusul oleh lahirnya kepala
Conduplicatio Corpore
Hal ini berlaku terutama pada panggul luar dan anak yang kecil, yaitu kepala anak tidak
tertahan di atas, sehingga kepala dan perut sama-sama turun ke dalam rongga panggul dan
dengan keadaan terlipat lahirlah kepala dan perut, dilanjutkan dengan bokong dan kaki.
Gambar
7.
4.
Conduplicatio
Corpore
Pada penderita hipertensi pada umumnya sudah terjadi perubahan pembuluh arteriole
plasenta sehingga manipulasi eksternal dapat semakin merusak pembuluh darah tersebut
sehingga terjadi solusio plasenta.
3. Cacat uterus.
Jaringan parut akibat sectio caesar atau miomektomi pada mioma intramural merupakan
locus minoris resistancea yang mudah mengalami ruptura uteri.
4. Kehamilan kembar.
5. Primitua, nilai sosial anak yang tinggi atau riwayat infertilitas
6. Insufisiensi plasenta atau gawat janin.
e) Faktor yang menentukan keberhasilan tindakan versi luar :
1. Paritas.
2. Presentasi janin.
3. Jumlah air ketuban.
f)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
g)
1.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
3.
dokter.
Sebelum melakukan tindakan VL, lakukan pemeriksaan ultrasonografi untuk:
Memastikan jenis presentasi.
Jumlah cairan amnion.
Kelainan kongenital.
Lokasi plasenta.
Ada tidaknya lilitan talipusat
Sebelum melakukan tindakan VL, harus dilakukan pemeriksaan kardiotokografi (non-stress
darah lengkap (persiapan bilamana harus segera dilakukan tindakan sectio caesar).
Pasien diminta untuk mengosongkan kandung kemih.
Memberikan terbutaline 0.25 mg subcutan sebagai tokolitik.
Tahapan versi luar :
Tahap mobilisasi : mengeluarkan bagian terendah janin dari panggul
Ibu berbaring telentang atau posisi Trendelenburg ringan dengan posisi tungkai dalam
Setelah diluar panggul, bokong ditempatkan pada salah satu dari fossa iliaca agar radius
putaran tidak terlalu jauh.
c. Tahap rotasi : memutar janin ke kutub yang dikehendaki
1) Pada waktu akan melakukan rotasi, penolong menghadap kearah muka ibu.
2) Satu tangan memegang bokong (bagian terendah) dan tangan lain memegang kepala dengan
gerakan bersamaan dilakukan rotasi sehingga janin berada presentasi yang dikehendaki.
Pemutaran dilakukan kearah dimana tahanannya paling rendah (kearah perut janin) atau
presentasi yang paling dekat (bila VL dilakukan pada presentasi lintang atau oblique).Bila
pemutaran kearah perut janin gagal maka dapat diusahakan pemutaran pada arah sebaliknya.
Setelah tahap rotasi, dilakukan pemeriksaan NST ulang (baik pada tindakan VL yang berhasil
maupun gagal) ; bila kondisi janin baik maka dilanjutkan dengan tahap fiksasi.
d. Tahap fiksasi : mempertahankan presentasi janin agar tidak kembali presentasi semula
(pemasangan gurita)Catatan : Versi Luar pada letak lintang dilakukan hanya melalui 2 tahap
yaitu tahap rotasi dan tahap fiksasi.
h) Kriteria Versi Luar dianggap gagal:
1. Ibu mengeluh nyeri saat dilakukan pemutaran.
2. Terjadi gawat janin atau hasil NST memperlihatkan adanya gangguan terhadap kondisi janin.
3. Bagian janin tidak dapat diidentifikasi dengan baik oleh karena sering terjadi kontraksi uterus
saat dilakukan palpasi.
4. Terasa hambatan yang kuat saat melakukan rotasi.
i) Masalah kontroversial dalam tindakan versi luar :
1. Penggunaan tokolitik (untuk mengurangi his )
2. Penggunaan analgesia epidural
j) Komplikasi Versi Luar :
1. Solusio plasenta
2. Ruptura uteri
3. Emboli air ketuban
4. Hemorrhagia fetomaternal
5. Isoimunisasi
6. Persalinan Preterm
7. Gawat janin dan IUFD
KESIMPULAN
Letak lintang merupakan salah satu malpresentasi janin yang dapat menyebabkan
kelambatan atau kesulitan dalam persalinan. Letak lintang merupakan keadaan yang
berbahaya karena besarnya kemungkinan risiko kegawatdaruratan pada proses persalinan
baik pada ibu maupun janin.
Penyebab utama Letak Lintang adalah :
1. Relaksasi berlebihan dinding abdomen akibat multiparitas yang tinggi Relaksasi dinding
abdomen pada perut gantung menyebabkan uterus jatuh ke depan, sehingga menimbulkan
defleksi sumbu panjang bayi menjauhi sumbu jalan lahir, yang menyebabkan terjadinya
posisi oblik atau melintang.
2. Janin prematur
3. Plasenta previa
4. Uterus abnormal
5. Janin sudah bergerak pada hidramnion, multiparitas, anak kecil, atau sudah mati, Cairan
amnion berlebih.
6. Panggul sempit
7. Wanita dengan paritas tinggi mempunyai kemungkinan 10x lebih besar dari nullipara.
8. Relaksasi dinding abdomen pada perut gantung menyebabkan uterus jatuh ke depan,
sehingga menimbulkan defleksi sumbu panjang bayi menjauhi sumbu jalan lahir, yang
menyebabkan terjadinya posisi oblik / melintang.
9. Plasenta previa dan panggul sempit menyebabkan keadaan serupa.
DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosastro, H. (Ed.). (2007). Ilmu Kebidanan (kesembilan ed.). Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Cunningham, G., Gant, N. F., Leveno, K. J., Gilstrap III, L., Hauth, J. C., & Wenstrom, K. D.
(2006). Obstetri William (21 ed., Vol. 1). Jakarta: EGC
Hakimi, M. Ilmu Kebidanan: Fisiologi Dan Patologi Persalinan. Jakarta : Yayasan essentia
Medica. 2000: Hal. 233-36
Mochtar, D. Letak Lintang (Transverse Lie) dalam Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi,
Obstetri Patologi. Edisi 2. Jakarta : EGC. 2002; Hal. 366-72
Brooksiede Associates. Military Obstetric & Gynecology. (2009, Januari). Abnormal
Presentation. Retrieved Januari 2010,
From http://www.MilitaryObstetric&Gynecology.com
Wiknjosastro, H. (Ed.). (2005). Ilmu Bedah Kebidanan (keenam ed.). Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Diposkan 13th September 2013 oleh Merrisa Indah Rubiyanti Riyadi
1
Lihat komentar
1.
Meri Hardiyanti8 Mei 2014 10.34
makasih ilmunya, untuk nambah referensi tugas
Balas
ASUHAN KEBIDANAN
Beranda
Terkini
Tanggal
Label
Pengarang
Memuat
Template Dynamic Views. Diberdayakan oleh Blogger.