Anda di halaman 1dari 11

Sep

13

LETAK LINTANG PADA PERSALINAN


A. Definisi Letak Lintang
Letak lintang (Trasverse Lie ) adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam
uterus dengan kepala pada satu sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain.
Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu
berada pada PAP. Grenhi menyebutkan angka kejadiannya 0.3 % dan Holland 0,5-0,6 % dari
kehamilan (Hanifa,1992).
Pada letak lintang tubuh bayi memanjang tubuh kira-kira tegak lurus dengan sumbu
memanjang tubuh ibu. Bila sumbu memanjang tersebut membentuk sudut lancip adalah letak
lintang obliq (Cuningham,1995).
Letak lintang dapat dibagi menjadi 2 macam, yang dibagi berdasarkan:
a. Letak kepala
1. Kepala anak bisa di sebelah kiri ibu
2. Kepala anak bisa di sebelah kanan ibu
b. Letak punggung
1. Jika punggung terletak di sebelah depan ibu, disebut dorso-anterior
2. Jika punggung terletak di sebelah belakang ibu, disebut dorso-posterior
3. Jika punggung terletak di sebelah atas ibu, disebut dorso-superior
4. Jika punggung terletak di sebelah bawah ibu, disebut dorso-inferior

Frekuensi letak lintang dalam literatur disebutkan sekitar 0,5%-2%. Sedangkan di


Indonesia sekitar 0,5%.Letak lintang lebih banyak pada multipara daripada primipara, karena
yang menjadikan letak lintang pada umumnya hampir sama dengan kelainan yang
menyebabkan presentasi bokong.
Namun harus dikemukakan satu faktor yang terpenting , yaitu jika ruang rahim memberi
kesempatan bagi janin untuk bergerak lebih leluasa. Ini mungkin, jika dinding uterus dan
dinding perut ibu sudah begitu lembek, misalnya pada wanita grandemultipara, atau malah
pada panggul sempit.

B. Etiologi
1. Relaksasi berlebihan dari dinding abdomen akibat multiparitas yang tinggi. Pada multi
paritas 4 atau lebih, insiden letak lintang 10 kali lipat dibanding nullipara.
2. Kehamilan prematur, hidramnion dan kehamilan kembar
3. Keadaan yang menghalangi turunya kepala bayi ke rongga panggul seperti pangul sempit,
tumor daerah panggul dan plasenta previa.
4. Kelainan bentuk rahim seperti uterus arkuatus atau uterus subseptus (Hanifa,1992 &
Cuningham 1995)
C. Patofisiologi
Dinding abdomen pada perut yang menggantung menyebabkan uterus beralih ke depan,
sehingga menimbulkan defleksi sumbu memanjang bayi menjauhi sumbu jalan lahir,
menyebabkan terjadinya posisi obliq atau melintang. Dalam persalinan terjadi dari posisi
logitudinal semula dengan berpindahnya kepala atau bokong ke salah satu fosa iliaka.
Pengaruh letak lintang pada persalinan
a. Letak lintang merupakan suatu kondisi berbahaya dan memiliki resiko tinggi bagi ibu dan
janin karena dapat menyebabkan persalinan macet.
b. Ada kalanya janin yang pada permulaan persalinan dalam keadaan letak lintang, berputar
sendiri menjadi letak memanjang. Keadaan ini disebut versio spontanea. Hal ini mungkin
terjadi bila ketuban masih utuh.
c. Letak lintang menyebabkan persalinan macet dan untuk kejadian ini tidak ada mekanisme
persalinannya.
D.
1.
a.
b.
c.

Komplikasi
Pada maternal
Ruptur uteri dan traumatik uteri
Infeksi
Terdapatnya letak lintang kasep (Neglected Transverse Lie),yang berpotensi meningkatkan

1)
2)
3)
d.
1)
2)
3)
4)
2.
a.
1)

kematian pernatal, diketahui dengan :


Adanya ruptur uteri mengancam
Tangan yang di masukan kedalam kavum uteri terjepit antara janin dan panggul
Dengan narkosa dalam sulit merubah letak janin (Mochtar,1995)
Meningkatnya kematian maternal karena :
Letak lintang selalu disertai plasenta previa
Kemungkinan terjadi cedera tali pusat meningkat
Keharusan tindakan Operasi SC tidak bisa dihindari
Sepsis setelah ketuban pecah atau lengan menumbung melalui vagina
Pada janin
Kematian janin akibat :
Prolaps funikuli

2) Aspiksia karena gangguan sirkulasi uteroplasental


3) Tekukan leher yang kuat (DS Bratakoesoema,2005 & Cuningham,1995)
E. Tanda Dan Gejala
1. Dengan inspeksi biasanya abdomen melebar kesamping dan fundus uteri membentang sedikit
2.
3.
a.
b.

diatas umbilikus.
Ukuran tinggi fundus uterus lebih rendah tidak sesuai dengan umur kehamilan.
Pada palpasi :
Leopold 1 tidak ditemukan bagian bayi di daerah fundus uteri
Leopold 2 balotemen kepala teraba pada salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa iliaka

yang lain.
c. Leopold 3 & 4 memberikan hasil negative

4. Punggung mudah diketahui dengan palpasi, pada punggung anterior suatu dataran keras
terletak melintang dibagian depan perut ibu. Pada punggung posterior bagian kecil dapat
5.
6.
a.
b.

ditemukan pada tempat yang sama.


Bunyi jantung janin terdengar di di sekitar umbilicus
Pada pemeriksaan dalam :
Pada awal persalinan bagian presentasi akan sangat tinggi dan sangat sulit untukdijangkau.
Karena bagian presentasi yang buruk, selaput ketuban mungkin menggantung di vagina atau

dapat lebih cepat pecah.


c. Kelahiran stadium awal, bagian dada bayi dapat dikenali dengan adanya rasa bergigi tulang
rusuk diatas pintu atas panggul
d. Kelahiran stadiun pertengahan, skapula dan kavikula pada sisi thoraks yang lain akan dapat
dibedakan. Posisi aksila menunjukan sisi tubuh ibu tempat bahu bayi menghadap. Punggung
dapat ditentukan dengan terabanya skapula dan ruas tulang belakang, sedangkan dada dengan
teraba klavikula.
e. Kehahiran stadium lanjut, bahu masuk serta terjepit dalam rongga panggul dan salah satu
tangan atau lengan sering menumbung ke dalam vagina dan lewat vulva.
f. Pada beberapa kasus lengan dapat prolaps dan pemeriksa dapat membedakannya dengan kaki
:
Sikut lebih tajam daripada lutut
Jari tangan lebih panjang daripada jari kaki
Jari tangan tidak memiliki panjang yang sama
Tangan tidak memiliki batas sudut terhadap lengan
Ibu jari dapat disembunyikan ke dalam
Kepalan tangan dapat tertutup
Lutut mempunyai patela
g. Pada pemeriksaan USG didapatkan letak lintang ( Hanifa,1992 & Cuningham,1995 &
Mochrar,1995)

F. Penatalaksanaan
1. Pada kehamilan
a. Deteksi dini oleh bidan
- Konfirmasi umur kehamilan
- Pemeriksaan luar
- Mengenali faktor resiko
- Diagnosis
- Konseling
- Rujukan (MNH,2002 )
2. Penanganan pada kehamilan dilakukan oleh ginekolog
Versi luar
Menurut Phelan (1986) versi luar efektif dilakukan pada usia kehamilan setelah 39 minggu
karena tingginya perubahan spontan ke letak logitudinal . untuk menghindari perubahan ke
posisi awal dilakukan pemasangan korset untuk fiksasi (Hanifa,1992).
a) Pemanatauan letak dan keadaan janin melalui ANC
b) Memasuki persalinan dianjurkan untuk masuk rumah sakit lebih dini agar dapat ditentukan
diagnosa dan panatalaksanaan
b. Pada Persalinan
Deteksi dini oleh bidan
Komfirmasi umur kehamilan
Pemeriksaan luar
Mengenali faktor resiko
Melakukan pemeriksaan dalam
Diagnosis
Konseling
Rujukan (MNH,2002 )
. Persiapan persalinan
- Pemantau persalinan dengan partograf
- Pemantauan kondisi kelainan janin
- Pemberian cairan infus dan pemeriksaan laboratorium
- Pemantau DJJ dan his secara elektronis
- Dukungan mental pada ib
- Persiapan tenaga dan alat untuk mengantisifasi terjadi kegawatdaruratan
3. Persalinan dilakukan di instansi rumah sakit dengan fasilitas
1.
2.

4.
5.

operasi

dan

kegawatdaruratan
neonatal, dilakukan oleh ginekolog kolaborasi dengan pediatrik
Versi luar masih mungkin dilakukan pada pasien inpartu , dengan syarat :
Pembukaan < 4 cm
Ketuban masih utuh
Pada primigravida apabila versi luar tidak berhasil pertimbangkan untuk segera

dilakukan SC :
- Bahu tidak dapat melakuan dilatasi pada servik dengan baik, sehingga pada primigravida
kala 1 menjadi lama dan pembukaan serviks sukar menjadi lengkap

Tidak ada bagian besar janin yang menahan tekanan intra uterin sewaktu his maka lebih
sering terjadi ketuban pecah sebelum pembukaan sempurna dan dapat mengekibatkan prolaps

funikuli
- Pada primi versi ekstraksi sukar dilakukan
6. Pada janin, kecil dan sudah mati dan menjadi lembek persalinan dapat terjadi dengan
-

spontan, dengan cara :


Cara Denman
Bahu tertahan pada simpisis dan dengan fleksi kuat dibagian bawah tulang belakang, badan
bagian bawah, bokong dan kaki turun diringga panggul dan lahir kemudian disusul dengan
bagian badan atas dan kepala
Gambar 3. Evolutio Spontanea Cara Denman

Cara Douglas
Bahu masuk ke dalam rongga panggul, kemudian dilewati oleh bokong dan kaki sehingga
bahu,bokong dan kaki lahir, selanjutnya disusul oleh lahirnya kepala

Gambar 2. Evolutio Spontanea cara Douglas


-

Conduplicatio Corpore
Hal ini berlaku terutama pada panggul luar dan anak yang kecil, yaitu kepala anak tidak
tertahan di atas, sehingga kepala dan perut sama-sama turun ke dalam rongga panggul dan
dengan keadaan terlipat lahirlah kepala dan perut, dilanjutkan dengan bokong dan kaki.

Gambar
7.

4.

Conduplicatio

Corpore

Pada multiparitas, pertolongan persalinan letak lintang tergantung dari beberapa


factor. Apabila riwayat obstetrik baik dapat ditunggu hingga pembukaan lengkap, kemudian

dilakukan versi ekstraksi atau mengakhiri persalinan dengan SC.


8. Persalinan dengan SC pada letak lintang di indikasikan , untuk menghindari resiko perinatal
(Cuningham,1995 & Hanifa 1992, Mochtar,1995)
G. Versi
Versi adalah prosedur untuk melakukan perubahan presentasi janin melalui manipulasi
fisik dari satu kutub ke kutub lain yang lebih menguntungkan bagi berlangsungnya proses
persalinan pervaginam dengan baik.
Klasifikasi:
Berdasarkan arah pemutaran

a. Versi Sepalik : merubah bagian terendah janin menjadi presentasi kepala


b. Versi Podalik : merubah bagian terendah janin menjadi presentasi bokong
Berdasarkan cara pemutaran
a. Versi luar (external version)
b. Versi internal ( internal version)
c. Versi Bipolar ( Braxton Hicks version)
. Versi Luar (External Version)
Versi Luar adalah upaya yang dilakukan dari luar untuk dapatmengubah kedudukan
janin menjadi kedudukan lebih menguntungkan dalam persalinan pervaginam.
American College Of Obstetrics and Gynecology (2001), memberikan rekomendasi
usaha untuk mengurangi kejadian presentasi sungsang dengan tindakan versi luar bilamana
memungkinkan.Keberhasilan tindakan versi luar berkisar antara 35-85% atau rata-rata 60%.
(American College of Obstericians and Gynecologist 2000)
Chan dkk (2004) dan Vezina dkk (2004) : keberhasilan tindakan versi luar tidak selalu
diikuti dengan penurunan angka kejadian sectio caesar. Distosia, kelainan presentasi kepala,
gawat janin sering terjadi pasca keberhasilan versi luar dan hal ini pada akhirnya memerlukan
tindakan sectio caesar.
a) Batasan : proses pemutaran kutub tubuh janin dimana proses manipulasi seluruhnya
dilakukan diluar cavum uteri.
b) Syarat :
1.Janin dapat lahir pervaginam atau diperkenankan untuk lahir pervaginam ( tak ada
kontraindikasi )
2. Bagian terendah janin masih dapat dikeluarkan dari pintu atas panggul
3. Dinding perut ibu cukup tipis dan lentur sehingga bagian-bagian tubuh janin dapat dikenali
(terutama kepala) dan dapat dirasakan dari luar dengan baik
4. Selaput ketuban utuh.
5. Pada parturien yang sudah inpartu : dilatasi servik kurang dari 4 cm dengan selaput ketuban
yang masih utuh.
6. Pada ibu yang belum inpartu :
a. Pada primigravida : usia kehamilan 34 36 minggu.
b. Pada multigravida : usia kehamilan lebih dari 38 minggu.
c) Indikasi :
1. Letak bokong.
2. Letak lintang.
3. Letak kepala dengan talipusat atau tangan terkemuka.
4. Penempatan dahi.
d) Kontra indikasi :
1. Perdarahan antepartum.
Pada plasenta praevia atau plasenta letak rendah, usaha memutar janin dikhawatirkan akan
menyebabkan plasenta lepas dari insersionya sehingga akan menambah perdarahan.
2. Hipertensi.

Pada penderita hipertensi pada umumnya sudah terjadi perubahan pembuluh arteriole
plasenta sehingga manipulasi eksternal dapat semakin merusak pembuluh darah tersebut
sehingga terjadi solusio plasenta.
3. Cacat uterus.
Jaringan parut akibat sectio caesar atau miomektomi pada mioma intramural merupakan
locus minoris resistancea yang mudah mengalami ruptura uteri.
4. Kehamilan kembar.
5. Primitua, nilai sosial anak yang tinggi atau riwayat infertilitas
6. Insufisiensi plasenta atau gawat janin.
e) Faktor yang menentukan keberhasilan tindakan versi luar :
1. Paritas.
2. Presentasi janin.
3. Jumlah air ketuban.
f)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
g)
1.

Faktor yang mempengaruhi terjadinya kegagalan tindakan versi luar :


Bagian terendah janin sudah engage .
Bagian janin sulit diidentifikasi (terutama kepala).
Kontraksi uterus yang sangat sering terjadi.
Hidramnion.
Talipusat pendek.
Kaki janin dalam keadaan ekstensi (frank breech)
Tehnik :
Versi Luar harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas tindakan SC emergensi dan
dilakukan atas persetujuan penderita setelah mendapatkan informasi yang memadai dari

2.
a.
b.
c.
d.
e.
3.

dokter.
Sebelum melakukan tindakan VL, lakukan pemeriksaan ultrasonografi untuk:
Memastikan jenis presentasi.
Jumlah cairan amnion.
Kelainan kongenital.
Lokasi plasenta.
Ada tidaknya lilitan talipusat
Sebelum melakukan tindakan VL, harus dilakukan pemeriksaan kardiotokografi (non-stress

test) untuk memantau keadaan janin.


4. Pasang intravenous line sambil dilakukan pengambilan darah darah untuk pemeriksaan
5.
6.
7.
a.
1)

darah lengkap (persiapan bilamana harus segera dilakukan tindakan sectio caesar).
Pasien diminta untuk mengosongkan kandung kemih.
Memberikan terbutaline 0.25 mg subcutan sebagai tokolitik.
Tahapan versi luar :
Tahap mobilisasi : mengeluarkan bagian terendah janin dari panggul
Ibu berbaring telentang atau posisi Trendelenburg ringan dengan posisi tungkai dalam

keadaan fleksi pada sendi paha dan lutut.


2) Perut ibu diberi bedak (talcum) atau jelly.
3) Penolong berdiri disamping kanan dan menghadap kearah kaki ibu.
4) Dengan kedua telapak tangan diatas simfisis menghadap kebagian kepala ibu, bokong anak
dibawa keluar dari panggul.
b. Tahap eksenterasi : membawa bagian terendah ke fossa iliaca.

Setelah diluar panggul, bokong ditempatkan pada salah satu dari fossa iliaca agar radius
putaran tidak terlalu jauh.
c. Tahap rotasi : memutar janin ke kutub yang dikehendaki
1) Pada waktu akan melakukan rotasi, penolong menghadap kearah muka ibu.
2) Satu tangan memegang bokong (bagian terendah) dan tangan lain memegang kepala dengan
gerakan bersamaan dilakukan rotasi sehingga janin berada presentasi yang dikehendaki.
Pemutaran dilakukan kearah dimana tahanannya paling rendah (kearah perut janin) atau
presentasi yang paling dekat (bila VL dilakukan pada presentasi lintang atau oblique).Bila
pemutaran kearah perut janin gagal maka dapat diusahakan pemutaran pada arah sebaliknya.
Setelah tahap rotasi, dilakukan pemeriksaan NST ulang (baik pada tindakan VL yang berhasil
maupun gagal) ; bila kondisi janin baik maka dilanjutkan dengan tahap fiksasi.
d. Tahap fiksasi : mempertahankan presentasi janin agar tidak kembali presentasi semula
(pemasangan gurita)Catatan : Versi Luar pada letak lintang dilakukan hanya melalui 2 tahap
yaitu tahap rotasi dan tahap fiksasi.
h) Kriteria Versi Luar dianggap gagal:
1. Ibu mengeluh nyeri saat dilakukan pemutaran.
2. Terjadi gawat janin atau hasil NST memperlihatkan adanya gangguan terhadap kondisi janin.
3. Bagian janin tidak dapat diidentifikasi dengan baik oleh karena sering terjadi kontraksi uterus
saat dilakukan palpasi.
4. Terasa hambatan yang kuat saat melakukan rotasi.
i) Masalah kontroversial dalam tindakan versi luar :
1. Penggunaan tokolitik (untuk mengurangi his )
2. Penggunaan analgesia epidural
j) Komplikasi Versi Luar :
1. Solusio plasenta
2. Ruptura uteri
3. Emboli air ketuban
4. Hemorrhagia fetomaternal
5. Isoimunisasi
6. Persalinan Preterm
7. Gawat janin dan IUFD
KESIMPULAN
Letak lintang merupakan salah satu malpresentasi janin yang dapat menyebabkan
kelambatan atau kesulitan dalam persalinan. Letak lintang merupakan keadaan yang
berbahaya karena besarnya kemungkinan risiko kegawatdaruratan pada proses persalinan
baik pada ibu maupun janin.
Penyebab utama Letak Lintang adalah :
1. Relaksasi berlebihan dinding abdomen akibat multiparitas yang tinggi Relaksasi dinding
abdomen pada perut gantung menyebabkan uterus jatuh ke depan, sehingga menimbulkan
defleksi sumbu panjang bayi menjauhi sumbu jalan lahir, yang menyebabkan terjadinya
posisi oblik atau melintang.
2. Janin prematur
3. Plasenta previa
4. Uterus abnormal

5. Janin sudah bergerak pada hidramnion, multiparitas, anak kecil, atau sudah mati, Cairan
amnion berlebih.
6. Panggul sempit
7. Wanita dengan paritas tinggi mempunyai kemungkinan 10x lebih besar dari nullipara.
8. Relaksasi dinding abdomen pada perut gantung menyebabkan uterus jatuh ke depan,
sehingga menimbulkan defleksi sumbu panjang bayi menjauhi sumbu jalan lahir, yang
menyebabkan terjadinya posisi oblik / melintang.
9. Plasenta previa dan panggul sempit menyebabkan keadaan serupa.

DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosastro, H. (Ed.). (2007). Ilmu Kebidanan (kesembilan ed.). Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Cunningham, G., Gant, N. F., Leveno, K. J., Gilstrap III, L., Hauth, J. C., & Wenstrom, K. D.
(2006). Obstetri William (21 ed., Vol. 1). Jakarta: EGC
Hakimi, M. Ilmu Kebidanan: Fisiologi Dan Patologi Persalinan. Jakarta : Yayasan essentia
Medica. 2000: Hal. 233-36
Mochtar, D. Letak Lintang (Transverse Lie) dalam Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi,
Obstetri Patologi. Edisi 2. Jakarta : EGC. 2002; Hal. 366-72
Brooksiede Associates. Military Obstetric & Gynecology. (2009, Januari). Abnormal
Presentation. Retrieved Januari 2010,
From http://www.MilitaryObstetric&Gynecology.com
Wiknjosastro, H. (Ed.). (2005). Ilmu Bedah Kebidanan (keenam ed.). Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Diposkan 13th September 2013 oleh Merrisa Indah Rubiyanti Riyadi
1

Lihat komentar

1.
Meri Hardiyanti8 Mei 2014 10.34
makasih ilmunya, untuk nambah referensi tugas
Balas

ASUHAN KEBIDANAN

Beranda

Terkini

Tanggal

Label

Pengarang

. KOMPLIKASI DAN PENYULIT KEHAMLILAN TM I,II,III


. KOMPLIKASI DAN PENYULIT KEHAMLILAN TM I,II,III
Jun 27th
POLINDES
POLINDES
Jun 27th
Tetanus Neonatorum
Tetanus Neonatorum
Jun 26th
ABORTUS IMMINENS
Sep 14th
ANATOMI PANGGUL
ANATOMI PANGGUL
Sep 14th
LETAK LINTANG PADA PERSALINAN
LETAK LINTANG PADA PERSALINAN
Sep 13th 1
AMBULAN DESA
Sep 13th

Memuat
Template Dynamic Views. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai