Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Istilah plasenta akreta digunakan untuk menggambarkan tiap jenis implantasi yang
melekat terlalu erat secara abnormal kedinding uterus. Akibat tidak adanya desidua basalis secara
parsial atau total dan gangguan perkembangan lapisan fibrinoid ( membran Nitabuch ). Pada
plasenta akreta vili korialis menanamkan diri lebih dalam ke dinding rahim. Pada plasenta
normal menanamkan diri sampai ke batas lapisan otot rahim. 1,6,7, 10,11

Selama beberapa dekade terakhir insiden plasenta akreta, inkreta, dan perkreta telah
meningkat. Peningkatan ini terjadi karena bertambahnya angka pelahiran caesar. American
college of obstetricians and gynecologist memperkirakan bahwa plasenta akreta timbul sebagai
komplikasi dalam 1 diantara 2500 kelahiran. Dari ulasan Stafford dan Belfort (2008) melaporkan
insiden sekitar 1 dari 2500 pada tahun 1980an. 1 dalam 535 pada 2002, dan 1:210 pada tahun
2006. selama beberapa waktu, kondisi ini telah menjadi penyebab utama perdarahan
pascapartum yang tidak terkendali sehingga memerlukan histerektomi peripartum darurat.
berbagai bentuk plasenta akreta merupakan penyebab penting kematian ibu akibat perdarahan6

Penyebab plasenta akreta adalah kelainan desidua, misalnya desidua yang terlalu tipis.
Terdapat faktor resiko untuk plasenta akreta yang telah diketahui berkat penapisan MSAFP untuk
defek tabung saraf dan aneuploidi. Hung, dkk, (1999) menganalisis keluaran pada lebih dari
9300 perempuan yang ditapis untuk sindrom down pada 14 hingga 22 minggu gestasi. Mereka
melaporkan peningkatan resiko untuk plasenta akreta meningkat delapan kali lipat jika kadar
MSAFP melebihi 2,5 MoM, risiko ini meningkat empat kali lipat bila kadar β-HCG bebas ibu
melebihi 2,5 MoM, dan meningkat tiga kali lipat jika usia ibu 35 tahun atau lebih6,7,10,11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plasenta Akreta

2.1.1 Definisi
Istilah plasenta akreta digunakan untuk menggambarkan tiap jenis implantasi yang melekat
terlalu erat secara abnormal kedinding uterus. Akibat tidak adanya desidua basalis secara parsial
atau total dan gangguan perkembangan lapisan fibrinoid ( membran Nitabuch ). Pada plasenta
akreta vili korialis menanamkan diri lebih dalam ke dinding rahim. 1,6,7, 10,11

2.1.2 Epidemiologi

Selama beberapa dekade terakhir insiden plasenta akreta, inkreta, dan perkreta telah meningkat.
Peningkatan ini terjadi karena bertambahnya angka pelahiran caesar. American college of
obstetricians and gynecologist memperkirakan bahwa plasenta akreta timbul sebagai komplikasi
dalam 1 diantara 2500 kelahiran. Dari ulasan Stafford dan Belfort (2008) melaporkan insiden
sekitar 1 dari 2500 pada tahun 1980an. 1 dalam 535 pada 2002, dan 1:210 pada tahun 2006.
selama beberapa waktu, kondisi ini telah menjadi penyebab utama perdarahan pascapartum yang
tidak terkendali sehingga memerlukan histerektomi peripartum darurat. berbagai bentuk plasenta
akreta merupakan penyebab penting kematian ibu akibat perdarahan.6

2.1.3 Etiologi

Penyebab plasenta akreta adalah kelainan desidua, misalnya desidua yang terlalu tipis.
Perlengketan abnormal ini dapat mengenai semua lobuli ( plasenta akreta total ), atau hanya
melibatkan beberapa bagian lobuli ( plasenta akreta parsial ) dan semua atau sebagian lobulus
tunggal dapat melekat abnormal ( plasenta akreta fokal ). Plasenta akreta dapat menyebabkan
retensio plasenta.6,7,10,11

2.1.4 Faktor Resiko

Terdapat faktor resiko untuk plasenta akreta yang telah diketahui berkat penapisan MSAFP untuk
defek tabung saraf dan aneuploidi. Hung, dkk, (1999) menganalisis keluaran pada lebih dari
9300 perempuan yang ditapis untuk sindrom down pada 14 hingga 22 minggu gestasi. Mereka
melaporkan peningkatan resiko untuk plasenta akreta meningkat delapan kali lipat jika kadar
MSAFP melebihi 2,5 MoM, risiko ini meningkat empat kali lipat bila kadar β-HCG bebas ibu
melebihi 2,5 MoM, dan meningkat tiga kali lipat jika usia ibu 35 tahun atau lebih.6

2.1.5 Diagnosa
Pada trimester pertama invasi miometrium abnormal dapat bermanifestasi sebagai kehamilan
sikatriks caesar. Perdarahan antepartum dengan plasenta akreta lazim terjadi dan biasanya terjadi
akibat plasenta previa yang terdapat bersamaan. Pada banyak kasus, plasenta akreta tidak
diidentifikasi hingga persalinan kala III. Berbagai upaya dilakukan untuk mengidentifikasi secara
lebih tepat pertumbuhan plasenta ke arah dalam sebelum terjadi partus. Lam dkk, ( 2004 )
menemukan bahwa sensitifitas sonografi hanya 33 persen untuk mendeteksi plasenta akreta.
Dengan pemetaan aliran warna menggunakan Doppler sonografik, Twickler dkk ( 2000 )
melaporkan bahwa terdapat dua faktor yang sangat prediktif untuk invasi miometrium : ( 1 )
jarak kurang dari 1 mm diantara perbatasan tunika serosa uteri – vesika urinaria dan pembuluh –
pembuluh retroplasenta, dan ( 2 ) identifikasi danau – danau intraplasenta besar. Kedua faktor ini
memiliki sensitivitas 100 persen dan nilai prediktif positif 78 persen. Chou dkk., ( 2001 ) juga
menggambarkan keberhasilan penggunaan pencitraan Doppler warna tiga dimensi untuk
diagnosis plasenta akreta. 6

MRI digunakan sebagai penunjang sonografi jika terdapat kecurigaan klinis kuat adanya plasenta
akreta. Lax dkkk., ( 2007 ) mengidentifikasi tiga temuan MRI yang mendukung diagnosis
plasenta akreta : ( 1 ) penonjolan uterus, ( 2 ) intensitas sinyal heterogen di dalam plasenta, dan
( 3 ) adanya pita intraplasenta gelap pada pencitraan MRI T2 weight. Baxi dkk., ( 2004 )
menemukan bahwa peningkatan kadar D-dimer dalam serum dapat memprediksi kehilangan
darah yang hebat dan morbiditas yang bermakna pada perempuan dengan plasenta akreta. Hal
tersebut mungkin mencerminkan invasi trofoblastik ke dalam miometrium dan jaringan sekitar. 6

2.1.6 Penatalaksanaan

Masalah yang berkaitan dengan pelahiran plasenta dan perkembangan selanjutnya akan berbeda
– beda bergantung pada tempat implantasi, kedalaman penetrasi ke miometrium, dan jumlah
kotiledon yang terlibat. Bagaimanapun, pada keterlibatan yang ekstensif akan terjadi perdarahan
masif saat dilakukan usaha untuk melahirkan plasenta. Pada plasenta akreta parsialis, masih
dapat dilepaskan secara manual, tetapi plasenta akreta kompleta tidak boleh dilepaskan secara
manual karena usaha ini dapat menimbulkan perforasi dinding rahim. Keberhasilan pengobatan
bergantung pada pemberian darah pengganti dengan segera dan hampir selalu histerektomi dini.
6,7,10,11

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo S. Perlekatan Abnormal Plasenta. Dalam: Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat.


Cetakan II; PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Jakarta. 2009 : 263-4.

Prawirohardjo S. Histerektomi. Dalam: Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat. Cetakan III; PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Jakarta. 2010 : 490.

Soewarto S. Kematian Janin. Dalam: Ilmu Kebidanan. Bab 57. Edisi Keempat. Cetakan III; PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Jakarta. 2008 : 732-34

Mochtar R. Histerektomi Obstetrik dan Histerorafi. Dalam: Sinopsis Obstetri. Bab 12. Edisi 2.
Jilid 2. Cetakan I; EGC. Jakarta. 1998 : 133-40.

Cunningham FG, Levono KJ, dkk. Pelahiran Caesar dan Histerektomi Peripartum. Dalam:
Obstetri Williams. Bab 25. Edisi 23. Volume 1; EGC. Jakarta. 2014 : 568-89.
Cunningham FG, Levono KJ, dkk. Plasenta Akreta, Inkreta dan Perkreta. Dalam: Obstetri
Williams. Bab 35. Edisi 23. Volume 2; EGC. Jakarta. 2014 : 815-19.

Gant NF, Cunningham FG. Prosedur Bedah Mayor. Dalam: Dasar-dasar Ginekologi & Obstetri.
EGC. Jakarta. 2011 : 147-9

Gant NF, Cunningham FG. Histerektomi. Dalam: Dasar-dasar Ginekologi & Obstetri. Bab 17.
EGC. Jakarta. 2011 : 147-51.

Manuaba IBG, Manuaba CAI, dkk. Bentuk-bentuk Plasenta. Dalam: Pengantar Kuliah Obstetri.
Cetakan I; EGC. Jakarta. 2007 : 510-11.

Sastrawinata S, Martaadisoebrata D, dkk. Plasenta Akreta. Dalam: Obstetri Patologi. Edisi 2.


Cetakan I; EGC. Jakarta. 2005 : 176.

Rabe T. Histerektomi. Dalam: Buku Saku Ilmu Kandungan. Cetakan I;

Anda mungkin juga menyukai