Anda di halaman 1dari 9

TUGAS INDIVIDU

RANGKUMAN TEORI FISIOLOGI MENSTRUASI DAN PROSES FERTILISASI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Asuhan Pranikah

DISUSUN OLEH:
TIRA SEYUDHIANTI (20810049)
KELAS BK 2

DOSEN PEMBIMBING: YUSTINA ANANTI, SST.,M.Keb

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


STIKES GUNA BANGSA YOGYAKARTA
TAHUN 2021/2022
FISIOLIGI MENSTRUASI DAN PROSES FERTILISASI

A. Fisiologi Menstruasi
1. Definisi Fisiologi Menstruasi
Proses menstruasi melibatkan dua siklus yaitu siklus di ovarium dan siklus
di endometrium yang terjadi bersamaan. Siklus di ovarium terdiri dari fase folikel,
fase ovulasi, fase luteal. Siklus di endometrium terdiri atas 3 fase yaitu fase
proliferatif, fase sekretorik, fase menstruasi.1
Hormon estrogen berperan dalam perkembangan dan pemeliharaan organ
reproduktif pada wanita serta karakteristik seksual sekunder. Hormon tersebut
memiliki peran penting selama pertumbuhan payudara dan proses perubahan siklus
bulanan pada uterus selama menstruasi. Progesteron merupakan hormon yang
memiliki peran penting selama persiapan endometrium yaitu membrane mukosa
pelapis uterus sebagai tempat implantasi ovum yang telah dibuahi. Sebagian kecil
diperankan oleh hormon endrogen yang dihasilkan ovarium. Hormon endrogen
memiliki keterkaitan dengan perkembangan dini folikel dan libido wanita. 2
Selama 2-3 tahun setelah terjadinya menars, menstruasi telah disertai oleh
ovulasi. Pada siklus yang normal umumnya menstruasi dapat berlangsung setiap 28
hari selama + 7 hari. Selama 3-5 pertama biasanya jumlah darah yang keluar 30-40
cc. Selama menstruasi terjadi puncak perdarahan antara hari ke-2 atau ke-3.
Kemudian akan diikuti oleh fase proliferasi selama 6-8 hari.

2. Siklus Menstruasi di Ovarium


Siklus menstruasi adalah tanda proses kematangan organ reproduksi yang
dipengaruhi oleh hormon tubuh. Peranan siklus menstruasi berhubungan dengan
tingkat kesuburan perempuan (Sinha et al., 2011). 3 Berikut fase-fase menstruasi:
a. Fase Folikel
Dua sampai tiga hari sebelum menstruasi, korpus luteum mengalami
regresi sampai hampir berinvolusi total dan sekresi progesteron, estrogen, serta
inhibin dari korpus luteum berkurang menjadi sangat rendah. Hal ini
melepaskan hipofisis dan hipotalamus dari efek umpan balik negatif hormon
tersebut. Satu hari kemudian menstruasi dimulai, sekresi follicle stimulating
hormon (FSH) dan luteinizing hormon (LH) oleh hipofisis mulai meningkat
kembali, sebanyak dua kali lipat dan diikuti oleh peningkatan sedikit LH yang
merangsang pertumbuhan folikel.
Selama 11-12 hari pertama pertumbuhan folikel, Kecepatan sekresi FSH
dan LH akan berkurang sedikit akibat efek umpan balik negatifterutama dari
estrogen pada kelenjar hipofisis anterior sehingga hanya satu folikel dominan
yang tetap tumbuh
b. Fase ovulasi
Pada fase ini tejadi peningkatan estrogen yang tinggi yang dihasilkan
folikel pre ovulasi yang mengakibatkan efek perangsangan umpan balik positif
pada hipofisis anterior yang menyebabkan terjadinya lonjakan sekresi LH
sehingga terjadi ovulasi. Ovulasi diperkirakan terjadi 24-36 jam pasca puncak
kadarestrogen dan 10-12 jam pascapuncak LH.4
c. Fase luteal
Fase ini diawali oleh surge LH dan peningkatan kadar P. Saat akhir fase
sekresi, endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai
ketebalan halus seperti beludru 5.

Gambar 1. Siklus Menstruasi

3. Siklus di Endometrium:
d. Fase proliferatif
Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan yang cepat
berlangsung kurang lebih sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid.
Pada fase ini berlangsung proses pembentukan dan pematangan ovum di
ovarium. Lapisan permukaan endometrium secara lengkap kembali normal
menjelang perdarahan berhenti atau sekitar empat hari.
Pada awal tahap ini, tebal endometrium hanya sekitar 0.5 mm
kemudiaan tumbuh menjadi sekitar 3,5-5 mm.
Fase proliferatif mempunyai durasi yang cukup lebar. Pada perempuan
normal yang subur, durasinya berkisar antara 5-7 hari, atau cukup lama sekitar
21-30 hari (Samsulhadi, 2011). Pada fase proliferasi terjadi peningkatan kadar
hormon estrogen, karena fase ini tergantung pada stimulasi estrogen yang
berasal dari folikel ovarium. Pada fase proliferasi peran hormon estrogen
sangat menonjol. Estrogen memacu terbentuknya komponen jaringan, ion, air
dan asam amino yang membantu stroma endometrium yang kolaps saat
menstruasi mengembang kembali.
e. Fase sekretorik
Setelah terjadi ovulasi, folikel de graaf berubah menjadi korpus rubrum
lalu menjadi korpus luteum yang akan mengeluarkan hormon estrogen dan
progesteron, kedua hormon ini mengubah fase proliferatif menjadi fase
sekretorik. Pada fase ini kelenjar endometrium aktif mengeluarkan glikogen
untuk menjagakestabilan hidup mudigah. Jika implantasi dan pembuahan tidak
terjadi maka korpus luteum menjadi berdegenerasi, kemudian terjadipenurunan
hormon progesteron dan estrogen sehingga fase haid dan fase folikular baru
dimulai kembali (Sherwood, 2011) 6. Pada akhir fase, ketebalan endometrium
sudah mencapai 5-6 mm (Guyton , Hall, 2014).1
f. Fase Menstruasi
Fase ini merupakan fase yang harus dialami oleh seorang wanita
dewasa setiap siklusnya/bulannya. Pada fase menstruasi ini tejadi bersamaan
dengan dimulainya fase folikular dan akhir fase luteal di ovarium. Waktu
dimana korpus luteum berdegenerasi karena tidak tejadi implantasi ovum dan
fertilisasi yang dibebaskan oleh siklus sebelumnya yang tidak adekuat,
sehingga kadar estrogen dan progesterone menurun tajam sehingga
menyebabkan dinding endometrium menjadi meluruh (Sherwood, 2011).
Fase ini dinding uterus melepaskan endometrium sebagai proses
disertai pendarahan yang terjadi. Fase ini rata-rata berlangsung selama kurang
lebih rentang 3-6 hari. Pada awal terjadinya fase menstruasi menyebabkan
kadar progesterone,estrogen, LH (Lutenizing Hormon) pada kadar terendahnya
atau menurun, sedangkan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon) dan siklus
baru mulai meningkat. Berikut ini gambar fisiologi siklus menstruasi:
Gambar Fisilogi Siklus Menstruasi
B. Proses Pembuahan (Fertilisasi)
1. Pengertian
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi yang berlangsung dalam waktu 40
minggu atau 9 bulan (Sarwono, 2011) 7. Kehamilan merupakan suatu proses
fisiologis yang hampir selalu terjadi setelah bertemunya sperma dan ovum, tumbuh
dan berkembang didalam uterus selama 259 hari atau 37 minggu atau sampai 42
minggu (Nugroho,2014) 8.
Pembuahan (fertilisasi) ovum oleh sperma terjadi dibagian tengah tuba
uterine (Ganong, 2002:431). 9 Fertilisasi pula merupakan proses penyatuan gamet
pria dan wanita yang terjadi di daerah ampula tuba uterania (Sadler,2015).
Sedangkan menurut Puja pada tahun 2016, fertilisasi adalah proses penyatuan ovum
(sel telur) dengan spermatozoa, dimana proses ini merupakan tahap awal
pembentukan embrio (puja dalam susari,2016).9

Gambar Proses terjadinya kehamilan (Departemen of Health, 2009) 10


Keterangan Gambar:
1. Ovarium 6. Tuba fallopi

2. Morula 7. Morulla

3. Blastula 8. blastula

4. Proses ovulasi 9.ProsesNidasi

5. Ovum 10. Uterus


Lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm (cukup bulan) adalah
sekitar 280 sampai 300 hari. Kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan, yaitu triwulan
pertama pertama (0 sampai 12 minggu), triwulan kedua (13 sampai 28 minggu), dan
triwulan ketiga (29 sampai 42 minggu) (Manuaba,dkk, 2010). 11

2. Proses Fertilisasi pada Manusia


Proses fertilisasi atau pembuahan merupakan proses yang sangat kompleks.
Meski begitu, secara garis besar ada empat tahapan konsepsi dalam proses
fertilisasi, yaitu:

a. Sel Sperma yang Masuk Melalui Vagina


Sel sperma yang masuk melalui vagina tidak secara otomatis langsung
terjadi proses pembuahan. Itu harus melewati proses adaptasi yang dinamakan
kapasitasi.
Dalam hal ini, awalnya sperma akan mengalami peningkatan ion
kalsium yang menyebabkan ekornya bergerak secara aktif. Kemudian ketika
mendekati sel telur, sperma dapat mengikatnya karena telah terlepas dari
antigen permukaannya.
b. Bertemunya Sel Telur dan Sel Sperma
Jika tidak dibuahi oleh sel sperma karena memiliki zona pellucida
(lapisan pembungkus) yang terlalu tebal, maka sel telur akan pindah ke dinding
rahim dan hancur. Hal ini membuat tidak terjadinya proses pembuahan dalam
sel telur yang menghasilkan benih janin.
Sedangkan sel sperma yang berhasil menembus saluran tuba falopi dan
menggali dalam sel telur dapat membuat terjadinya sebuah pembuahan.
Umumnya untuk menuju rahim, sel sperma berjalan kurang lebih 18 cm.
Selain itu, diketahui bahwa sperma memiliki kecepatan berenang 2,5
cm setiap 15 menit untuk mencapai sel telur. Biasanya, paling cepat waktu yang
ditempuh adalah 45 menit.
c. Bersatunya sel telur dan sel sperma
Dalam prosesnya untuk membuahi sel telur, sperma membutuhkan
fertilis yang berfungsi meleburkan kedua membran tersebut. Tujuannya agar
sel sperma masuk ke dalam sel telur dalam tuba falopi. Selama proses
pembuahan terjadi, sel sperma melepas ekornya dan bagian lainnya melakukan
pembelahan sel telur hingga terjadinya proses pembuahan.
Proses pembuahan sel telur memakan waktu 24 jam. Setelah terjadi
pembuahan, sel telur membutuhkan waktu membutuhkan waktu 3-4 hari untuk
sampai ke rahim.
Selain itu, seiring dengan pindahnya sel telur dari tuba falopi ke rahim
dan mulai berimplantasi, cenderung menimbulkan gejala. Gejala tersebut bisa
berupa bercak darah. Namun, tidak semua wanita mengalaminya.
d. Aktivasi
Tahapan akhir dari proses pembuahan adalah aktivasi atau memantau
respons sel telur terhadap aktivitas pembuahan yang dilakukan sel sperma.
Respons pertama umumnya sel telur mencegah terjadinya pembuahan oleh
banyak sel sperma atau disebut polispermi.
Dalam masa pembuahan selama 24 jam, sel telur yang telah dibuahi
berubah menjadi zigot dan akan berkembang menjadi embrio. Embrio ini
pindah menuju dinding rahim dari tuba falopi dan menempel dalam waktu 5-
10 hari setelah pembuahan. Zigot akan berkembang menjadi embrio yang
kemudian berubah menjadi fetus atau janin. Proses ini dimulai ketika
kehamilan menginjak usia 9 minggu hingga janin tersebut dilahirkan ke dunia.
REFERENSI

1. Guyton & Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC; 2014.


2. Sumiasih, Ni Nyoman NYB. MODUL BAHAN AJAR CETAK KEBIDANAN BIOLOGI
DASAR DAN BIOLOGI PERKEMBANGAN. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan; 2016.
3. Volume J, Islamy A. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKLUS
MENSTRUASI PADA FACTORS THAT INFLUENCE THE MENSTRUATION
CYCLE IN YOUNG WOMEN LEVEL III. 2019;1:13-18.
4. Rahmanisa S. Steroid Sex Hormone And It ’ s Implementation to Reproductive.
5. Dr. drh. Heru Nurcahyo MK. KESEHATAN REPRODUKSI. kegiatan Pengabdian
kepada Masyarakat. http://staffnew.uny.ac.id/upload/131764503/pengabdian/Kes-
Repro-SMAWates05.pdf
6. Noviana E. Pengaruh tingkat stres dengan menstruasi terhadap wanita usia reproduktif
pada mahasiswi kedokteran fk usu skripsi. Published online 2018.
7. Sarwono P. Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2016.
8. Agustine U, Christina M, Sukartiningsih E, Care A. Jurnal Kesehatan Primer Website :
http://jurnal.poltekeskupang.ac.id/index.php/jkp Cultural Social Relationship.
2019;4(1):42-54.
9. Nursalam, 2016 metode penelitian, Fallis A. RESPON SISWA SMA NEGERI 1
INDRAJAYA KABUPATEN PIDIE TERHADAP PENERAPAN PEMBELAJARAN
BERBASIS MASALAH PADA MATERI FERTILISASI DAN KEHAMILAN PADA
MANUSIA Anarita. J Chem Inf Model. 2013;53(9):1689-1699.
10. Gambar Proses terjadinya kehamilan (Departemen of Health, 2009).
https://www.google.com/search?q=Gambar+Proses+terjadinya+kehamilan+(Departem
en+of+Health,+2009)&safe=strict&sxsrf=ALeKk033OTv3EPl4U-
Oh1LlJUhw4mePZ3w:1615567497176&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUK
EwjRmJ72mavvAhWNWX0KHUVbCY8Q_AUoAXoECAMQAw&biw=1366&bih=
610#imgrc=vahLvUbxwOBxBM&imgdii=S9_qOtL7f_8N4M
11. Manuaba. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana. EGC; 2010.

Anda mungkin juga menyukai