Anda di halaman 1dari 121

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.

I UMUR
19 TAHUN DENGAN INERSIA UTERI DI RSUD
dr.SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA

LAPORAN TUGAS AKHIR


Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai
Gelar Ahli Madya Kebidanan

Oleh :
NURHAYATI
NIM. 1702277020

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
CIAMIS
2020
Judul : Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny.I Umur 19 Tahun Dengan
Inersia Uteri di RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya.
Nama : Nurhayati
NIM : 1702277020

PERSETUJUAN
Laporan Tugas Akhir ini telah memenuhi persyaratan dan disetujui oleh
pembimbing Program Studi D3 Kebidanan
Untuk Sidang Laporan Tugas Akhir
Pada tanggal 13 Agustus 2020

Pembimbing I,

Aulia Ridla Fauzi, M.Keb.


NIK. 0432778915098

Pembimbing II,

Rosidah Solihah, SST., M.Tr.Keb.


NIK. 0432778104030

Mengetahui
Ketua Program Studi D3 Kebidanan

Neli Sunarni, SST., M.Keb


NIK. 0432778105033

ii
Judul : Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny.I Umur 19 Tahun Dengan
Inersia Uteri di RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya.
Nama : Nurhayati
NIM : 1702277020

PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir ini telah dipertahankan dan diperbaiki sesuai dengan
masukan Dewan Penguji

Pada tanggal 19 Agustus 2020

Mengesahkan,

Penguji I

Ayu Endang Purwati, SST.,M.Kes.


NIK. 0432778608052

Penguji II

Aulia Ridla Fauzi, M.Keb.


NIK. 0432778915098

Mengetahui,
Ketua Ketua Program Studi
D3 Kebidanan
STIKes Muhammadiyah Ciamis,

H. Dedi Supriadi, S.Sos., S.Kep.,Ners., M.M.Kes Neli Sunarni, SST., M.Keb


NIK. 0432777295008 NIK. 0432778105033

iii
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa LTA yang berjudul “Asuhan Kebidanan


Komprehensif Pada Ny.I Umur 19 Tahun Dengan Inersia Uteri di RSUD
dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya” sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian
di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak
melakukan pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan
yang berlaku dalam penulisan karya ilmiah.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung sanksi yang telah ditentukan
institusi Prodi D3 Kebidanan STIKes Muhammadiyah Ciamis apabila di
kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam
karya saya ini.

Ciamis, 16 Juli 2020


Yang Membuat Pernyataan,

NURHAYATI

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi atas Taufik, Rahmat
dan Hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir
ini dengan judul ”Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny.I Umur 19 Tahun
Dengan Inersia Uteri di RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya”.
Laporan Tugas Akhir ini diajukan untuk salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan D3 Kebidanan dan memenuhi gelar Ahli Madya di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis. Penulis menyadari
bahwa penyusunan dan penulisan laporan kasus komprehensif ini masih banyak
kekurangan dan belum sempurna.
Pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini yaitu kepada yang terhormat:
1. Drs. H. Jamjam Erawan, selaku Ketua Badan Pembina Harian STIKes
Muhammadiyah Ciamis.
2. H. Dedi Supriadi, S.Sos. S. Kep., M. MKes., selaku Ketua STIKes
Muhammadiyah Ciamis.
3. Neli Sunarni, M.Keb, selaku Ketua Program Studi D3 Kebidanan
4. Aulia Ridla Fauzi, SST., M. Keb., selaku pembimbing I, Rosidah Solihah,
SST., M. Tr. Keb., selaku pembimning II dan H. Iif Saeful haque, S.Kep.,
M.H.Kes., selaku pembimbing AIK yang yang telah bersedia meluangkan
waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan Laporan
Tugas Akhir ini.
5. Dr. H. Wasisto Hidayat, M. Kes., selaku Direktur RSUD dr. Soekardjo Kota
Tasikmalaya memberikan ijin untuk penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
6. Bidan-bidan di RSUD dr.Soekardjo Tasikmalaya yang telah membantu
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
7. Rekan-rekan satu angkatan yang telah memberikan motivasi selama
penyusunan laporan kasus komprehensif ini, terimakasih atas kerjasamanya.

v
Penulis berharap Laporan Tugas Akhir ini tidak hanya menambah
pengetahuan, tetapi dapat menjadikan inisiatif dan merangsang kreativitas dalam
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam ilmu kebidanan.
Akhirul Kalam penulis mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya
apabila ada kekurangan dan tidak bisa menyebutkan satu per satu. Terima kasih,
semoga apa yang di cita-citakan bersama dikabulkan oleh Allah SWT, aamiiin.

Ciamis, Juli 2020

Penulis.

vi
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.I UMUR 19 TAHUN
DENGAN INERSIA UTERI DI RSUD DR. SOEKARDJO KOTA
TASIKMALAYA1

Nurhayati2Aulia Ridla Fauzi3Rosidah Solihah4

INTISARI

Inersia uteri adalah his yang sifatnya lebih lemah, lebih singkat, serta lebih jarang
dibanding his yang normal. Inersia uteri adalah salah satu faktor risiko terjadinya
asfiksia pada bayi baru lahir yang dapat menyebabkan kerusakan neurologis yang
mencolok, kejang dan akan terjadi keterlambatan tumbuh kembang pada bayi.
Angka Kematian Ibu (AKI) saat ini masih jauh dari target Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs) yakni 70 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2030. Sebagian besar kematian ibu di akibatkan
penyakit/komplikasi terkait kehamilan dan persalinan. Pengkajian ini bertujuan
untuk melaksanakan Manajemen Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.”I”
di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya pada tahun 2020 sesuai dengan
pendekatan 7 langkah Varney dan di dokumentasikan dalam bentuk SOAP. Hasil
dari pengkajian yang dilakukan pada Ny.”I” tidak ditemukan hambatan pada saat
penanganan kasus ini. Metode penyusunan laporan tugas akhir ini dengan cara
wawancara, dokumentasi, observasi dan studi kepustakaan. Dari hasil penyusunan
laporan laporan tugas akhir ini mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata
dalam pembuatan asuhan kebidanan komprehensif. Kesimpulan dari hasil
pelaksanaan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny.“I” dilaksanakan cukup
baik.

Kata Kunci : Inersia Uteri, Asfiksia, Kebidanan Komprehensif.


Kepustakaan : 10 buku (2010-2019).
Halaman : i-xiii, 92 halaman, 6 lampiran.
1
Judul Penulisan Ilmiah 2Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis 3Dosen
STIKes Muhammadiyah Ciamis 4Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis.

vii
COMPREHENSIVE MIDWIFERY CARE FOR MRS I AGED 19 YEARS
OLD WITH UTERINE INERTIA IN RSUD SOEKARDJO
TASIKMALAYA 1

Nurhayati2Aulia Ridla Fauzi3Rosidah Solihah4


ABSTRACT

Uterine inertia is a contraction that is weaker, shorter, and less frequent than
regular contractions. Uterine inertia is one of the risk factors for asphyxia in
newborns, which can cause prominent neurological damage, seizures, and delays
in growth and development in infants. The Maternal Mortality Rate (MMR) is still
far from the Sustainable Development Goals (SDGs) target of 70 per 100,000 live
births in 2030. Most maternal deaths are due to illness/complications related to
pregnancy and childbirth. This study aims to carry out Comprehensive Midwifery
Management in Mrs. "I" at RSUD dr.Soekardjo Tasikmalaya in 2020, according
to Varney's 7-step approach and documented in the form of SOAP. The results of
the assessment conducted on Mrs. "I" found no obstacles when handling this case.
The method of preparing this final report is by interview, documentation,
observation, and literature study. From the results of the preparation of this final
project report, get a picture and real experience in making comprehensive
midwifery care—the conclusion of the results of the implementation of holistic
midwifery in Mrs. "I" is quite good.

Keywords: Uteric Inertia, Asphyxia, Comprehensive Midwifery.


Literature: 10 books (2010-2019).
Page : i-xiii, 92 sheets, 6 attachments.
1
Title of Scientific Writing 2Students of STIKes Muhammadiyah Ciamis 3Dosen
STIKes Muhammadiyah Ciamis 4Lecturers of STIKes Muhammadiyah Ciamis.

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................iii

HALAMAN PERNYATAAN...........................................................................iv

KATA PENGANTAR.......................................................................................v

INTISARI..........................................................................................................vii

ABSTRACT.......................................................................................................viii

DAFTAR ISI......................................................................................................ix

DAFTAR TABEL..............................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR.........................................................................................xii

DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................4
C. Tujuan.................................................................................................4
D. Manfaat...............................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Umum Persalinan Normal...................................................6
B. Tinjauan Umum Inersia Uteri.............................................................8
C. Tinjauan Umum Masa Nifas...............................................................11
D. Tinjauan Umum Bayi Baru Lahir.......................................................15
E. Tinjauan Umum Asfiksia....................................................................19
F. Tugas dan Kewenangan Bidan Menurut UU......................................26
G. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan..............................................29
H. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP).................................33

ix
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Metode Pengkajian.............................................................................39
B. Tempat dan Waktu Pengkajian...........................................................40
C. Subjek yang Dikaji.............................................................................40
D. Jenis Data yang Digunakan................................................................40
E. Instrumen Pengkajian.........................................................................41
F. Tinjauan Kasus...................................................................................41

BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian Data..................................................................................70
B. Interpretasi Data.................................................................................73
C. Diagnosa Potensial.............................................................................75
D. Identifikasi Perlunya Tindakan Segera...............................................77
E. Merencanakan Asuhan Kebidanan.....................................................78
F. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan.........................................................81
G. Evaluasi..............................................................................................82
BAB V PENUTUP
A. Simpulan.............................................................................................86
B. Saran...................................................................................................87

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................89

DAFTAR SINGKATAN...................................................................................94

LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kebijakan program nasional masa nifas.............................................11

Tabel 2.2 Penilaian pemeriksaan fisik bayi baru lahir........................................16

Tabel 2.3 Penilaian APGAR SKOR....................................................................19

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alur manajemen asuhan bayi baru lahir dengan asfiksia................23

Gambar 2.2 Alat penghisap lendir......................................................................24

Gambar 2.3 Alat sungkup dan balon resusitasi...................................................24

Gambar 2.4 Tabung oksigen...............................................................................24

Gambar 2.5 Alat Intubasi....................................................................................25

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar riwayat hidup

Lampiran 2 Lembar persetujuan responden

Lampiran 3 Kartu bimbingan

Lampiran 4 Lembar observasi persalinan

Lampiran 5 Lembar Partograf

Lampiran 6 Dokumentasi

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan merupakan salah satu proses fisiologis yang dialami oleh
seluruh perempuan. Tidak jarang persalinan yang terjadi dapat memicu
kecemasan pada ibu bersalin. Kecemasan yang dialami oleh ibu bersalin
dapat mengakibatkan memanjangnya waktu persalinan yang pada akhirnya
dapat memicu terjadinya resiko persalinan [1].
Setelah ibu melewati masa persalinan, ibu memerlukan perawatan dan
pengawasan yang dilakukan selama ibu tinggal di Rumah Sakit maupun
setelah keluar dari Rumah Sakit, hal ini bertujuan untuk menjaga kesehatan
ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis [2].
Angka Kematian Ibu (AKI) saat ini masih jauh dari target Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs) yakni
70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030. Meskipun telah banyak
upaya yang dilakukan oleh pemerintah, AKI belum turun secara signifikan
[3].
Setiap hari, 830 ibu di dunia (di Indonesia 38 ibu, berdasarkan AKI 305)
meninggal akibat penyakit/komplikasi terkait kehamilan dan persalinan.
Sebagian besar kematian tersebut seharusnya bisa dicegah dan diselamatkan.
Artinya, bila AKI tinggi, banyak Ibu yang seharusnya tidak meninggal tetapi
meninggal karena tidak mendapatkan upaya pencegahan dan penanganan
yang seharusnya [4].
Sebanyak 7000 Bayi baru lahir di dunia meninggal setiap harinya
(Indonesia: 185/hari). Tiga-perempat kematian neonatal terjadi pada minggu
pertama, dan 40% meninggal dalam 24 jam pertama. Kematian neonatal
berkaitan erat dengan kualitas pelayanan persalinan, dan penanganan bayi
baru

1
2

lahir yg kurang optimal segera setelah lahir dan beberapa hari pertama setelah
lahir [5].
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Jawa Barat, angka
Kematian Ibu (AKI) khususnya di Kota Tasikmalaya pada tahun 2016 sebesar
16 per 11.813 kelahiran hidup, kematian tersebut diakibatkan karena
komplikasi persalinan [6]. Sedangkan jumlah Angka Kematian Bayi (AKB)
di Kota Tasikmalaya pada tahun 2018 sebesar 60 per 11.902 kelahiran hidup
[7].
Berdasarkan data di atas salah satu cara untuk menurunkan AKI di
Indonesia adalah dengan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang
terlatih dan melakukan persalinan difasilitas pelayanan kesehatan. Tenaga
kesehatan terlatih yaitu dokter spesialis kebidanan dan kandungan (SpOG),
dokter umum, dan bidan.
Dengan pentingnya penurunan AKI di Indonesia, sehingga diperlukan
program terobosan yang memfokuskan pada kesehatan ibu, khususnya di
daerah-daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan. Meningkatkan
pengetahuan para ibu sehingga mereka mau, sadar dan mampu mencegah
masalah kesehatannya, dan perlu ditunjang dengan peningkatan kualitas
fasilitas pelayanan kesehatan dan sarana prasarana lainnya [8].
Bidan merupakan profesi kunci dalam pelayanan terhadap perempuan
selama daur kehidupan. Dan hasil telaah sebagian besar penelitian
menunjukkan bahwa bidan mempunyai otoritas besar terhadap kesejahteraan
kesehatan perempuan. Sehingga profesionalisme bidan merupakan elemen
penting dalam pemberdayaan perempuan [9].
Diungkapkan dalam Al-Quran Surat Al-Insan ayat 2 yang menjelaskan
tentang proses penciptaan manusia. Bahwa manusia diciptakan oleh Allah
Subnahu wata’ala dari tiada, kemudian melalui pertemuan sperma dan ovum
manusia lahir dan berpotensi tumbuh berkembang.
3

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang


bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan),
karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.” [10].
Selain itu desebutkan tahapan perkembangan janin setelah terjadi
pembuahan yang ditakdirkan oleh Allah Azza wa Jalla hingga berproses
menjadi seorang anak, mulailah sang ibu mengalami perubahan-perubahan
di rahimnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam satu hadits
shahih bersabda:

Sesungguhnya salah seorang diantara kalian dipadukan bentuk


ciptaannya dalam perut ibunya selama empat puluh hari (dalam bentuk
mani) lalu menjadi segumpal darah selama itu pula (selama 40 hari), lalu
menjadi segumpal daging selama itu pula, kemudian Allah mengutus
malaikat untuk meniupkan ruh pada janin tersebut, lalu ditetapkan baginya
empat hal: rizkinya, ajalnya, perbuatannya, serta kesengsaraannya dan
kebahagiaannya [11].
Oleh karena itu, pentingnya pengkajian ini adalah dapat dilaksanakannya
asuhan kebidanan komprehensif pada ibu dan bayi baru lahir sesuai dengan
peran dan fungsi bidan yaitu sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan
peneliti. Sehingga diharapkan mortalitas dan morbiditas pasien khususnya
ibu dan anak akan lebih terhindar dan dapat ikut serta mendukung program
pemerintah dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB).

B. Rumusan Masalah
4

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis membuat rumusan


masalah dalam laporan kasus komprehensif ini yaitu “Bagaimana Asuhan
Kebidanan Komprehensif pada Ny.I?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dengan pengambilan studi kasus ini diharapkan penulis dapat
mengaplikasikan manajemen asuhan kebidanan komprehensif dengan
menggunakan pendekatan manajemen 7 langkah Varney secara tepat dan
benar dan di dokumentasikan dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengkaji dan menguraikan data subjektif yang di ambil dari
klien secara komprehensif.
b. Mampu menginterpretasi dan menguraikan dari hasil pemeriksaan fisik
dan data penunjang dari klien secara komprehensif.
c. Mampu mengikaji dan mendiagnosa masalah maupun kebutuhan dan
rencana tindakan yang di buat dari data klien secara komprehensif.
d. Mampu melakukan tindakan sesuai dengan kebutuhan segera kepada
klien secara komprehensif.
e. Mampu membuat rencana manajemen kepada klien secara
komprehensif.
f. Mampu mengimplementasikan rencana tindakan yang dibuat dari data
klien secara komprehensif.
g. Mampu melaksanakan dan mengevaluasi sejauh mana tingkat
keberhasilan rencana menejemen yang telah dicapai dari asuhan
kebidanan secara komprehensif.
5

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Memperluas pengetahuan sehingga dapat dijadikan pedoman dalam
penerapan ilmu kebidanan, terutama mengenai asuhan kebidanan pada
masa persalinan, nifas dan neonatus.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pasien dan Keluarga
Memberikan informasi tentang persalinan, nifas, neonatus, dan
Keluarga Berencana pasca persalinan dan ibu mendapatkan pelayanan
kebidanan secara komprehensif.
b. Bagi Profesi Bidan
Mendapatkan informasi perkembangan asuhan kebidanan
komprehensif mulai dari persalinan, nifas, neonatus, dan Keluarga
Berencana yang di laksanakan secara nyata dilapangan dan sesuai teori
yang ada, serta dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan referensi
untuk meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan.
c. Bagi STIKes Muhammadiyah Ciamis
Sebagai bahan bacaan di perpustakaan tentang asuhan kebidanan
secara komprehensif pada ibu bersalin, nifas dan neonatus.
d. Bagi RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya
Dapat digunakan sebagai masukan dan evaluasi bagi lahan praktik
sehingga diharapkan dapat mempertahankan semua pelayanan yang
sudah maksimal dan dapat meningkatkan pelayanan kebidanan dan
melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu bersalin yang
lebih bermutu dan berkualitas.
e. Bagi Penulis
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan
asuhan kebidanan komprehensif pada ibu bersalin, nifas dan neonatus.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Umum Persalinan Normal


1. Definisi Persalinan
a) Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan
membran dari dalam uterus (rahim) melalui jalan lahir. Saat
persalinan terjadi proses membuka dan menipisnya serviks dan
janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan yang normal terjadi
pada umur kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) [12].
b) Persalinan berlangung secara alamiah, tetapi tetap diperlukan
pemantauan khusus karena setiap ibu memiliki kondisi kesehatan
yang berbeda-beda, sehingga dapat mengurangi risiko kematian ibu
dan janin pada saatpersalinan. Selain itu, selama kehamilan
ataupun persalinan dapat terjadikomplikasi karena kesalahan
penolong dalampersalinaan, baik tenaga non-kesehatan seperti
dukun ataupun tenaga kesehatankhususnya bidan [13].
c) Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan
disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari
tubuh bayi [14].
d) Persalinan spontan adalah bila bayi lahir dengan presentasi
belakang kepala tanpa memakai alat-alat atau pertolongan istimewa
serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam
waktu kurang dari 24 jam [15].
e) Asuhan Persalinan Normal merupakan upaya yang dilakukan oleh
bidan dalam pertolongan persalinan secara sehat dan normal yang
dilakukan dengan menggunakan peralatan yang steril, serta
penatalaksanaan komplikasi [16].
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, persalinan merupakan
proses fisiologis dimana uterus mengeluarkan atau berupaya

6
7

mengeluarkan janin dan plasenta setelah kehamilan cukup bulan (37-


42 minggu) dan janin dapat hidup di luar kandungan melalui jalan
lahir atau jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu power, passage,
passanger, posisi ibu dan psikologis.
a. Power (Kekuatan)
Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi
involunter dan volunteer secara bersamaan untuk mengeluarkan
janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi involunter disebut juga
kekuatan primer, menandai dimulainya persalinan. Apabila serviks
berdilatasi, usaha volunteer dimulai untuk mendorong, yang
disebut kekuatan sekunder, dimana kekuatan ini memperbesar
kekuatan kontraksi involunter. Kekuatan primer berasal dari titik
pemicu tertentu yang terdapat pada penebalan lapisan otot di
segmen uterus bagian atas. Dari titik pemicu, kontraksi dihantarkan
ke uterus bagian bawah dalam bentuk gelombang, diselingi periode
istirahat singkat. Kekuatan sekunder terjadi segera setelah bagian
presentasi mencapai dasar panggul, sifat kontraksi berubah yakni
bersifat mendorong keluar. Sehingga wanita merasa ingin
mengedan. Usaha mendorong ke bawah ini yang disebut kekuatan
sekunder. Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks,
tatapi setelah dilatasi serviks lengkap. Kekuatan ini penting untuk
mendorong bayi keluar dari uterus dan vagina. Jika dalam
persalinan seorang wanita melakukan usaha volunteer (mengedan)
terlalu dini, dilatasi serviks akan terhambat. Mengedan akan
melelahkan ibu dan menimbulkan trauma pada serviks.
b. Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat,
dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun
jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut
8

menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan


dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya
terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran dan
bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.
c. Passenger (Janin dan Plasenta)
Janin dapat mempengaruhi jalannya kelahiran karena ukuran
dan presentasinya. Dari semua bagian janin, kepala janin
merupakan bagian yang paling kecil mendapat tekanan. Namun,
karena kemampuan tulang kepala untuk molase satu sama lain,
janin dapat masuk melalui jalan lahir asalkan tidak terlalu besar dan
kontraksi uterus cukup kuat. Passanger atau janin, bergerak
sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor,
yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin.
Karena plasenta juga harus melewati jalan lahir, maka ia dianggap
juga sebagai bagian dari passenger yang menyertai janin. Namun
plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan
normal [17].

B. Tinjauan Umum Inersia Uteri


Inersia uteri merupakan his yang sifatnya lebih lemah, lebih singkat, dan
lebih jarang dibandingkan dengan his yang normal. Inersia uteri terjadi karena
perpanjangan fase laten dan fase aktif atau kedua-duanya dari kala
pembukaan. Pemanjangan fase laten dapat disebabkan oleh serviks yang
belum matang atau karena penggunaan analgetik yang terlalu dini [14].
Inersia uteri dibagi menjadi dua, yaitu primer dan sekunder. Dikatakan
inersia uteri primer apabila kontraksi uterus bersifat lemah sejak awal
persalinan. Sedangkan inersia uteri sekunder terjadi apabila sifat his baik atau
normal pada awal mula persalinan, akan tetapi his kemudian melemah oleh
karena otot-otot uterus yang mengalami kelelahan akibat persalinan yang
lama [18].
9

1. Komplikasi Persalinan Inersia Uteri


Inersia uteri yang tidak diatasi dapat memanjakan wanita terhadap
bahaya kelelahan, dehidrasi, dan infeksi intrapartum. Tanda-tanda
terjadinya gawat janin tidak tampak sampai terjadinya infeksi selama
intrapartum. Walaupun terapi infeksi intrauterin dengan antibiotik
memberikan proteksi terhadap wanita, tetapi manfaatnya kecil dalam
melindungi janin. Lain halnya dengan inersia uteri sekunder, gawat janin
cenderung muncul pada awal persalinan ketika terjadi inersia uteri
sekunder. Tonus otot yang meningkat dengan konstan merupakan
predisposisi terjadinya hipoksia pada janin. Kadang kala, pecahnya
selaput ketuban dalam waktu lama dapat menyertai kondisi ini dan dapat
menyebabkan infeksi intrapartum [19].
2. Standar operasional prosedur pada kasus inersia uteri yaitu:
a) Nilai keadaan umum dan tanda-tanda vital ibu.
b) Tentukan keadaan janin, pastikan DJJ dalam batas normal. Jika
ketuban sudah pecah, air ketuban kehijau-hijauan atau bercampur
darah pikirkan kemungkinan terjadi gawat janin. Jika terdapat gawat
janin lakukan seksio sesarea.
c) Apabila terdapat disproporsi sefalopelvis maka sebaiknya lakukan
seksio sesarea.
d) Berikan penanganan umum yang kemungkinan akan memperbaiki
kontraksi seperti berjalan-jalan. Lakukan penilaian frekuensi dan
lamanya kontraksi berdasarkan partograf.
e) Apabila tidak ada kemajuan persalinan maka lakukan induksi dengan
oksitosin drip 5 IU dalam 500 cc RL dengan tetas 8/menit dan
dinaikkan tiap 30 menit maksimal 40 tetes.
f) Apabila ada kemajuan persalinan, maka evaluasi kemajuan tiap 2
jam. Namun apabila tidak ada maka sebaiknya lakukan seksio
sesarea [19].
3. Tinjauan Islam Tentang Persalinan
10

Manusia adalah makhluk yang memiliki keistimewaan dibanding


dengan semua makhluk karena memiliki kepribadian, penciptaan yang
sempurna dan banyak potensi yang dimilikinya, akal, keinginan, spiritual,
perasaan, dan emosi. Semua ini terdapat dalam satu tubuh yang
menakjubkan. Maha Suci Allah SWT, pencipta yang paling baik.
Allah SWT berfirman dalam surah Q.S An-nahl (16):7

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan
dan hati, agar kamu bersyukur (7).” [20].
Sayyid Quthub menjadikan ayat ini sebagai pemaparan contoh
sederhana yang tidak dapat terjangkau oleh-Nya, yakni kelahiran. Salah
satu bukti kuasa Allah SWT menghidupkan kembali siapa yang meninggal
dunia serta membangkitkan kembali pada hari kiamat. Ayat ini
menyatakan Dan sebagaimana Allah SWT mengeluarkan kamu
berdasarkan kuasa dan ilmu-Nya dari perut ibumu sedang tadinya kamu
tidak wujud, demikian Dia juga dapat mengeluarkan kamu dari perut bumi
dan menghidupkan kamu kembali. Ketika Dia mengeluarkan kamu dari
perut ibu kamu, kamu semua dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun
yang ada disekeliling kamu dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan- penglihatan, dan aneka hati sebagai bekal dan alat-alat untuk
meraih pengetahuan agar kamu bersyukur dengan menggunakan alat-alat
tersebut sesuai dengan tujuan Allah SWT menganugrah-kannya kepada
kamu.
Setelah kamu keluar dari perut ibu dan ketika kamu berada di muka
bumi ini dan melalui lagi proses dari bayi, anak kecil, remaja, dewasa, tua,
dan pikun, dan pada akhirnya benar-benar kamu mati baik pada masa
pikun maupun sebelumnya. Kemudian setelah kamu mati dan dikuburkan,
sesungguhnya kamu sekalian pada hari kiamat nanti akan dibangkitkan
11

dari kubur kamu untuk dimintai pertanggungjawaban, lalu masing-masing


kami beri balasan dan ganjaran [19].

C. Tinjauan Umum Masa Nifas

1. Definisi Nifas

a) Masa nifas adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat


reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas
berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari [21].

b) Masa nifas merupakan masa yang dilalui oleh setiap wanita setelah
melahirkan. Pada masa tersebut dapat terjadi komplikasi persalinan
baik secara langsung maupun tidak langsung [22].

c) Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8


minggu setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya
persalinan dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti
keadaan sebelum hamil/tidak hamil sebagai akibat dari adanya
perubahan fisiologi dan 2 psikologi karena proses persalinan.
Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan
untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang
maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan
dapat berlanjut pada komplikasi masa nifas, seperti sepsis puerperalis.
Jika ditinjau dari penyabab kematian para ibu, infeksi merupakan
penyebab kematian terbanyak nomor dua setelah perdarahan sehingga
sangat tepat jika para tenaga kesehatan memberikan perhatian yang
tinggi pada masa ini [23].
2. Tahap Masa Nifas
a. Puerperium dini (immediate post partum periode)
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam, yang
dalam hal ini ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
Masa ini sering terdapat banyak masalah misalnya perdarahan karena
atonia uteri oleh karena itu bidan dengan teratur harus melakukan
pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokhia, tekanan darah dan
12

suhu.

b. Puerperium intermedial (Early post partum periode)


Masa 24 jam setelah melahirkan sampai dengan 7 hari (1 minggu).
Periode ini bidan memastikan bahwa involusio uterus berjalan
normal, tidak ada perdarahan abnormal dan lokhia tidak terlalu
busuk, ibu tidak demam, ibu mendapat cukup makanan dan cairan,
menyusui dengan baik, melakukan perawatan ibu dan bayinya sehari-
hari.
c. Remote Puerperium (Late post partum periode)
Masa 1 minggu sampai 6 minggu sesudah melahirkan. Periode ini
bidan tetap melanjutkan pemeriksaan dan perawatan sehari-hari serta
memberikan konseling KB [21].
3. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Kebijakan Program Nasional tentang Masa Nifas adalah:
a) Rooming in merupakan suatu sistem perawatan dimana ibu dan bayi
dirawat dalam 1 unit/kamar. Bayi selalu ada disamping ibu sejak
lahir (hal ini dilakukan hanya pada bayi yang sehat).

b) Gerakan nasional ASI ekslusif yang dirangcang oleh pemerintah.

c) Pemberian vitamin A ibu nifas.


d) Program Inisiasi Menyusui Dini.
Berdasarkan program dan kebijakan teknis masa nifas adalah paling
sedikit 4 kali kunjungan masa nifas untuk menilai status ibu dan bayi
baru lahir untuk mencegah mendeteksi, dan menangani masalah- masalah
yang terjadi, yaitu:
Tabel 2.1 Kebijakan program nasional masa nifas

Kunjungan Waktu Tujuan


I 6-8 jam 1. Mencegah perdarahan masa nifas
persalinan karena atonia uteri.
2. Mendeteksi dan merawat
penyebab lain perdarahan, rujuk
13

jika perdarahan berlanjut.


3. Memberikan konseling pada ibu
atau salah satu anggota keluarga
mengenai bagaimana cara
mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri.
4. Pemberian ASI awal
5. Melakukan hubungan antara ibu
dan bayi yang baru lahir.
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan
cara mencegah hypotermi.
7. Jika petugas kesehatan menolong
persalinan, ia harus tinggal dengan
ibu dan bayi yang baru lahir
selama 2 jam pertama setelah
kelahiran atau sampai ibu dan
bayinya dalam keadaan stabil.
II 6 hari 1. Memastikan involusi uterus
setelah berjalan normal: uterus
persalinan berkontraksi, fundus dibawah
umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau.
2. Menilai adanya tanda-tanda
demam, infeksi, perdarahan.
3. Memastikan ibu mendapatkan
cukup makanan, cairan, dan
istirahat.
4. Memastikan ibu menyusui dengan
baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit. Memberikan
konseling pada ibu mengenai
asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan
merawat bayi sehari-hari.
III 2 minggu Sama seperti diatas (6 hari setelah
setelah persalinan).
Persalinan
IV 6 minggu 1. Menanyakan pada ibu tentang
setelah kesulitan yang ia atau bayi alami.
Persalinan 2. Memberikan konseling untuk KB
secara dini.
14

[21]

D.   Tinjauan Umum Bayi Baru Lahir


1. Definisi
a) Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 - 4000 gram,
cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan
kongenital (cacat bawaan) yang berat [24].
b) Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi usia 0 – 28 hari [25].
c) Bayi baru lahir adalah bayi berusia satu jam yang lahir pada usia
kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2.500-4000 gram
[25].
2. Ciri Bayi Baru Lahir Normal
Ciri – ciri bayi baru lahir normal antara lain:
a) Bayi lahir aterm antara 37 – 42 minggu
b) Berat badan 2500 – 4000 gram
c) Panjang badan 48 – 52 cm
d) Lingkar dada 30 – 38 cm
e) Lingkar kepala 33 – 35 cm
f) Lingkar lengan 11 – 12 cm
g) Frekuensi denyut jantung 120 – 160x/menit
h) Pernapasan 40 – 60 x/menit
i) Kulit kemerahan – merahan
j) Rambut lanugo tidak terlihat
k) Rambut kepala telah sempurna
l) Kuku agakpanjang dan lemas
m)APGAR score lebih dari 7
n) Gerakan aktif
o) Bayi lahir langsung menangis kuat
15

p) Genitalia pada laki- laki ditandai dengan testis yang sudah turun
dalam skrotum, dan penis berlubang, sedangkan pada perempuan
ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang, serta labia
mayora sudah menutupi labia minora
q) Eliminisai yang baik pada bayi baru lahir normal ditandai dengan
keluarnya mekonium dalam 24 jam pertama yang berwarna hitam
kecoklatan [26].
3. Pemberian Inisiasi Menyusu Dini
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) atau Permulaan Menyusu Dini
adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya
bayi manusia juga seperti mamalia lain mempunyai kemampuan
untuk menyusu sendiri. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan
kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara
melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan the breast crawl atau
merangkak mencari payudara sendiri [27].
ASI adalah makanan terbaik bagi bayi dan memiliki
keseimbangan nutrisi yang tepat, tersedia secara biologis, mudah
dicerna, melindungi bayi dari penyakit dan memiliki sifat anti-
inflamasi. ASI mampu menurunkan angka kesakitan dan kematian
bayi, pemberian ASI secara optimal dapat mencegah 1,4 juta
kematian balita di seluruh dunia setiap tahunnya [28].
a. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini
Pada pemberian ASI awal, kontak kulit ke kulit antara ibu dan
bayi terjadi lebih cepat, sentuhan tangan bayi, emutan dan jilatan
di puting susu ibu dan daerah sekitarnya akan merangsang
pengeluaran hormon oksitosin yang berperan dalam pengeluaran
ASI dan memungkinkan bayi menyusu untuk pertama kalinya.
Hal ini akan diikuti dengan pengosongan payudara setelah bayi
selesai menyusu dan merangsang stimulasi produksi ASI sehingga
susu matur akan di produksi lebih cepat dan dapat memberikan
bayi cairan dari asupan kalori [28].
16

4. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir


Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin
kelainan pada bayi. Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam
pertama kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan
sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24
jam pertama.
Pemeriksaan bayi baru lahir dilaksanakan di ruangan yang sama
dengan ibunya, oleh dokter/ bidan/ perawat. Jika pemeriksaan
dilakukan di rumah, ibu atau keluarga dapat mendampingi tenaga
kesehatan yang memeriksa.
a. Langkah langkah pemeriksaan:
1. Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak
menangis).
2. Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai
pernapasan dan tarikan dinding dada bawah, denyut jantung serta
perut.
3. Selalu mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir sebelum
dan sesudah memegang bayi.
Tabel 2.2 Penilaian pemeriksaan fisik bayi baru lahir.

Pemeriksaan Fisik yang Dilakukan Keadaan Normal


Lihat postur, tonus dan aktivitas • Posisi tungkai dan lengan fleksi.
• Bayi sehat akan bergerak aktif.
Lihat kulit • Wajah, bibir dan selaput lendir,
dada harus berwarna merah muda,
tanpa adanya kemerahan atau bisul.
Hitung pernapasan dan lihat tarikan • Frekuensi napas normal 40-60 kali
dinding dada bawah ketika bayi per menit.
sedang tidak menangis • Tidak ada tarikan dinding dada
bawah yang dalam
Lakukan pengukuran suhu ketiak • Suhu normal adalah 36,5 - 37,5º C
dengan termometer
Lihat dan raba bagian kepala • Bentuk kepala terkadang asimetris
karena penyesuaian pada saat proses
persalinan, umumnya hilang dalam
17

48 jam.
• Ubun-ubun besar rata atau tidak
membonjol, dapat sedikit membonjol
saat bayi menangis.
Lihat mata • Tidak ada kotoran/secret.
Lihat bagian dalam mulut • Bibir, gusi, langit-langit utuh dan
tidak ada bagian yang terbelah.
Masukkan satu jari yang • Nilai kekuatan isap bayi. Bayi akan
menggunakan sarung tangan ke mengisap kuat jari pemeriksa.
dalam mulut, raba langit- langit
Lihat dan raba perut • Perut bayi datar, teraba lemas.
Lihat tali pusat •Tidak ada perdarahan,
pembengkakan, nanah, bau yang
tidak enak pada tali pusat.atau
kemerahan sekitar tali pusat.
Lihat punggung dan raba tulang • Kulit terlihat utuh, tidak terdapat
belakang lubang dan benjolan pada tulang
belakang.
Pemeriksaan ekstremitas atas dan • Tidak terdapat sindaktili,
bawah polidaktili, siemenline, dan kelainan
kaki (pes equino varus dan vagus).
Lihat lubang anus • Hindari memasukkan alat atau jari
dalam memeriksa anus
• Terlihat lubang anus dan periksa
apakah mekonium sudah keluar.
• Tanyakan pada ibu apakah bayi
sudah buang air besar
• Biasanya mekonium keluar dalam
24 jam setelah lahir.
Lihat dan raba alat kelamin luar, • Bayi perempuan kadang terlihat
tanyakan pada ibu apakah bayi sudah cairan vagina berwarna putih atau
buang air kecil kemerahan.
• Bayi laki-laki terdapat lubang uretra
pada ujung penis. Teraba testis di
skrotum.
• Pastikan bayi sudah buang air kecil
dalam 24 jam setelah lahir.
• Yakinkan tidak ada kelainan alat
kelamin, misalnya hipospadia,
rudimenter, kelamin ganda.
18

Timbang bayi dengan menggunakan • Berat lahir 2,5-4 kg.


selimut, hasil penimbangan dikurangi • Dalam minggu pertama, berat bayi
berat selimut mungkin turun dahulu (tidak
melebihi 10% dalam waktu 3-7 hari)
baru kemudian naik kembali.
Mengukur panjang dan lingkar • Panjang lahir normal 48-52 cm.
kepala bayi • Lingkar kepala normal 33-37 cm.
[25]

E. Tinjauan Umum Asfiksia

1. Definisi
Asfiksia pada bayi baru lahir atau asfiksia neonatorum adalah
suatu keadaaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir [29]. Asfiksia neonatorum adalah
suatu keadaan gawat bayi berupa kegagalan bernafas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir [30].
Asfiksia dapat mengakibatkan kematian dan diperkirakan satu juta
anak yang bertahan setelah mengalami asfiksia saat lahir kini hidup
dengan morbiditas jangka panjang seperti cerebral palsy, retardasi
mental, dan gangguan belajar faktor-faktor risiko terjadinya asfiksia
neonatorum adalah faktor ibu, faktor plasenta, faktor janin, dan
faktor persalinan [29].
Upaya pemerintah dalam mengendalikan angka kejadian asfiksia
pada bayi baru lahir terus dicanangkan. Tahun 2005 Kementrian
Kesehatan RI dan Unit Kerja Koordinasi Perinatologi Ikatan Dokter
Anak Indonesia (UKK Perinatologi IDAI) bekerjasama dengan Dinas
Kesehatan Provinsi telah mengembangkan pelatihan Manajemen
Asfiksia Bayi Baru Lahir. Harapannya adalah pengetahuan dan
ketrampilan bidan meningkat sehingga mampu melakukan
penanganan asfiksia dengan tepat dan benar. Namun dalam
kenyataan di lahan praktek, masih terdapat kejadian asfiksia yang
19

berujung kematian [30].


Tabel 2.3 Penilaian APGAR SKOR.
Tanda Skor
0 1 2
Freksuensi Tidak ada Dibawah 100 Diatas 100
jantung
Pernapasan Tidak ada Lambat, tidak Baik,
teratur menangis
Tonus otot Lemah Beberapa fleksi Gerakan aktif
Respons Tidak ada Menyeringai Batuk atau
respons bersin
Warna Biru, pucat Tubuh merah Seluruhnya
muda, tungkai merah muda
biru
[31]

Selanjutnya dapat ditentukan keadaan bayi sebagai berikut:


a. Nilai 7-10 menunjukkan bahwa bayi dalam keadaan baik (Vigrous
baby).
b. Nilai 4-6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang dan
membutuhkan tindakan resusitasi.
c. Nilai 0-3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius dan
membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi.
2. Penatalaksanaan Asfiksia
Penatalaksanaan asfiksia untuk semua bayi baru lahir, lakukan
penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan:
a. Sebelum bayi lahir
1) Apakah kehamilan cukup bulan?
2) Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?
b. Segera setelah bayi lahir, sambil meletakkan bayi di atas kain bersih
dan kering yang telah disiapkan pada perut bawah ibu, segera lakukan
penilaian berikut:
1) Apakah bayi menangis atau bernafas/tidak megap-megap?
2) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?
20

Dalam bagan alur manajemen bayi baru lahir dapat dilihat alur
pelaksanaan bayi baru lahir mulai persiapan, penilaian dan keputusan
serta alternatif tindakan yang sesuai dengan hasil penilaian keadaan
bayi baru lahir. Untuk bayi baru lahir cukup bulan dengan air ketuban
jernih yang langsung menangis atau bernafas spontan dan bergerak
aktif cukup dilakukan manajemen bayi baru lahir normal.
Jika bayi kurang bulan (≤37 minggu/259 hari) atau bayi lebih bula
(≥ 42 minggu/283 hari) dan atau air ketuban bercampur mekonium
dan atau tidak bernafas atau megap-megap dan atau tonus otot tidak
baik lakukan manjemen bayi baru lahir dengan asfiksia.
Jika bayi baru lahir tidak mulai bernafas memadai (setelah
tubuhnya dikeringkan dan lendirnya dihisap) berikan rangsangan taktil
secara singkat. Pastikan posisi bayi diletakkan dalam posisi yang
benar dan jalan nafasnya telah bersih. Rangsangan taktil harus
dilakukan secara lembut dan hati-hati sebagai berikut:
1) Dengan lembut, gosok punggung, tubuh, kaki atau tangan
(ekstremitas) satu atau dua kali.
2) Dengan lembut, tepuk atau sentil telapak kaki bayi (satu atau dua
kali).
Proses menghisap lendir, pengeringan, dan merangsang bayi tidak
berlangsung lebih dari 30 sampai 60 detik dari sejak lahir hingga
proses tersebut selesai. Jika bayi terus mengalami kesulitan bernafas,
segera mulai tindakan ventilasi aktif terhadap bayi.
c. Ventilasi Tekanan Positif (VTP)
Ventilasi Tekanan Positif (VTP) merupakan tindakan memasukkan
sejumlah udara kedalam paru dengan tekanan positif, membuka
alveoli untuk bernafas secara spontan dan teratur.
1) Bila bayi tidak menangis atau megap-megap. Warna kulit bayi bitu
atau pucat, denyut jantung kurang dari 100 kali per menit, lakukan
langkah resusitasi dengan melakukan Ventilasi Tekanan Positif
(VTP).
21

2) Sebelumnya periksa dan pastikan bahwa alat resusitasi (balon


resusitasi dan sungkup muka) telah tersedia dan berfungsi baik.
3) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sebelum memegang atau
memeriksa bayi.
4) Selimuti bayi dengan kain kering dan hangat, kecuali muka dan
dada bagian atas, kemudian letakkan pada alas dan lingkungan
yang hangat.
5) Periksa ulang posisi bayi dan pastikan kepala telah dalam posisi
setengah tengadah (sedikit ekstensi).
6) Letakkan sungkup melingkupi dagu, hidung dan mulut sehingga
terbentuk semacam pertautan antara sungkup dan wajah.
7) Tekan balon resusitasi dengan dua jari atau dengan seluruh jari
tangan (bergantung pada ukuran balon resusitasi).
8) Lakukan pengujian pertautan dengan melakukan ventilasi sebanyak
dua kali dan periksa gerakan dinding dada.
9) Bila pertautan baik (tidak bocor) dan dinding dada mengembang,
maka lakukan ventilasi dengan menggunakan oksigen (bila tidak
tersedia oksigen gunakan udara ruangan).
10) Pertahankan kecepatan ventilasi sekitar 40 kali per detik dengan
tekanan yang tepat sambil melihat gerakan dada (naik turun)
selama ventilasi.
11) Bila dinding dada naik turun dengan berarti ventilasi berjalan
secara adekuat.
12) Bila dinding dada tidak naik, periksa ulaang dan betulkan posisi
bayi, atau terjadi kebocoran lekatan atau tekanan ventilasi kurang.
13) Lakukan ventilasi selama 2 x 30 detik atau 60 detik, kemudian
lakukan penilaian segera tentang upaya bernafas spontan dan warna
kulit.
Ventilasi dengan balon dan sungkup dalam waktu yang cukup
lama (beberapa menit) dan bila perut bayi kelihatan membuncit,
maka harus dilakukan pemasangan pipa lambung dan pertahankan
22

selama ventilasi karena udara dari orofaring dapat masuk ke dalam


esophagus dan lambung yang kemudian menyebabkan:
a) Lambung yang terisi udara akan membesar dan menekan
diafragma sehingga menghalangi paru-paru untuk berkembang.
b) Darah dalam lambung dapat menyebabkan regurgitasi isi
lambung dan mungkin dapat terjadi aspirasi.
c) Udara dalam lambung dapat masuk ke usus dan menyebabkan
diafragma tertekan [32].
23

Gambar 2.1 Alur menejemen asuhan bayi baru lahir dengan asfiksia

d. Cara Resusitasi
24

Menurut Vidia dan Pongki (366:2016) agar tindakan resusitasi dapat


dilaksanakan dengan cepat dan efektif, kedua faktor utama yang perlu
dilakukan adalah:
1) Mengantisipasi kebutuhan akan resusitasi lahirnya bayi dengan
depresi dapat terjadi tanpa diduga, tetapi tidak jarang kelahiran bayi
dengan depresi atau asfiksia dapat diantisipasi dengan meninjau
riwayat antepartum dan intrapartum.
2) Mempersiapkan alat dan tenaga kesehatan yang siap dan terampil.
Persiapan minimum antara lain :
a) Alat penghisap lendir

Gambar 2.2
b) Alat sungkup dan balon resusitasi

Gambar 2.3
c) Tabung oksigen

Gambar 2.4
d) Alat intubasi
25

Gambar 2.5
e. Prinsip-prinsip resusitasi yang efektif:
1) Tenaga kesehatan yang siap pakai dan terlatih dalam resusitasi
neonatal harus merupakan tim yang hadir pada setiap persalinan.
2) Tenaga kesehatan dikamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa
yang harus dilakukan, tetapi juga harus melakukannya dengan efektif
dan efisien.
3) Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus
bekerjasama sebagai satu tim yang terkoordinasi.
4) Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan
berikutnya ditentukan khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari
pasien.
5) Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia
dan siap pakai.
f. Tinjauan Islam Tentang Bayi Baru Lahir
Allah SWT berfirman dalam QS. Ar-Rum (20): 21

”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu


dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang
biak.” [33].
Asal mula kalian dari tanah liat, kemudian dari air yang hina, lalu
menjadi 'alaqah, kemudian menjadi segumpal daging, lalu menjadi
tulang-tulang yang berbentuk manusia, setelah itu Allah memakaikan
daging kepadanya dan meniupkan roh ke dalamnya, maka tiba-tiba ia
26

menjadi manusia yang mempunyai pendengaran dan penglihatan.


Kemudian ia keluar dari perut ibunya dalam keadaan kecil lagi lemah.
Selanjutnya setiap kali bertambah usianya, maka bertambah kekuatannya,
dan bertambah kuat pula gerakannya. Pada akhirnya ia menjadi manusia
yang sempurna dan mampu membangun kota-kota dan benteng-benteng
serta mengadakan perjalanan ke berbagai kawasan, menempuh jalan laut
menaiki perahu dan keliling dunia. Dia mampu berusaha dan
mengumpulkan harta. Dia mempunyai akal, berwawasan, serta
mempunyai daya nalar, berpengetahuan, dan berilmu dalam menganalisis
perkara-perkara duniawi dan ukhrawi, masing-masing dianugerahi oleh
Allah sesuai dengan kemampuannya. Maha suci Allah Yang telah
membuat mereka berkemampuan, menjadikan mereka dapat menyesuaikan
diri dan mempunyai kepandaian dalam menjalani roda kehidupan dan
aneka ragam mata pencaharian. Allah telah membeda-bedakan di antara
mereka dalam hal ilmu, pemikiran, bentuk, dan rupa. Ada yang tampan,
ada yang buruk, juga ada yang kaya, ada yang miskin, serta ada yang
bahagia, ada pula yang sengsara.

F. Tugas dan Kewenangan Bidan Menurut UU


Sebagaimana tertera dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor
4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan, khususnya pada BAB VI mengenai
praktik kebidanan bahwasannya bidan memiliki tugas dan wewenang
sebagai berikut:
 Paragraf 1 Pelayanan Kesehatan Ibu
Pasal 49
Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan ibu
sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 ayat (1) huruf a, Bidan
berwenang:
a. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa sebelum hamil;
b. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa kehamilan normal;
27

c. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa persalinan dan menolong


persalinan normal;
d. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa nifas;
e. Melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil, bersalin,
nifas, dan rujukan; dan
f. Melakukan deteksi dini kasus risiko dan komplikasi pada masa
kehamilan, masa persalinan, pascapersalinan, masa nifas, serta asuhan
pascakeguguran dan dilanjutkan dengan rujukan.
 Paragraf 2 Pelayanan Kesehatan Anak
Pasal 50
Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan anak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf b, Bidan
berwenang:
a. Memberikan Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir, bayi, balita, dan
anak prasekolah;
b. Memberikan imunisasi sesuai program Pemerintah Pusat;
c. Melakukan pemantauan tumbuh kembang pada bayi, balita, dan anak
prasekolah serta deteksi dini kasus penyulit, gangguan tumbuh
kembang, dan rujukan; dan
d. Memberikan pertolongan pertama kegawatdaruratan pada bayi baru
lahir dilanjutkan dengan rujukan.
 Paragraf 4 Pelimpahan Wewenang
Pasal 53
Pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat
(1) huruf d terdiri atas:
a. Pelimpahan secara mandat; dan
b. Pelimpahan secara delegatif.
Pasal 54
(1) Pelimpahan wewenang secara mandat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 53 huruf a diberikan oleh dokter kepada Bidan sesuai
Kompetensinya.
28

(2) Pelimpahan wewenang secara mandat sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) harus dilakukan secara tertulis.
(3) Pelimpahan wewenang secara mandat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dengan tanggung jawab berada pada pemberi pelimpahan
wewenang.
(4) Dokter yang memberikan pelimpahan wewenang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus melakukan pengawasan dan evaluasi
secara berkala.
Pasal 55
(1) Pelimpahan wewenang secara delegatif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 53 huruf b diberikan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah
Daerah kepada Bidan.
(2) Pelimpahan wewenang secara delegatif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) yang diberikan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
dalam rangka: a. pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan
tertentu; atau b. program pemerintah.
(3) Pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
dengan disertai pelimpahan tanggung jawab.
 Paragraf 5 Keadaan Gawat Darurat
Pasal 59
(1) Dalam keadaan gawat darurat untuk pemberian pertolongan pertama,
Bidan dapat melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan
sesuai dengan kompetensinya.
(2) Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan
untuk menyelamatkan nyawa Klien.
(3) Keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan keadaan yang mengancam nyawa Klien.
(4) Keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Bidan sesuai dengan hasil evaluasi berdasarkan
keilmuannya.
29

(5) Penanganan keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) sampai dengan ayat 141 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan [34].

G. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan


a. Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam
rangkaian/ tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang
terfokus pada klien.
Proses manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan
oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara
sistematis mulai dari pengumpulan data dasar dan berakhir dengan
evaluasi [32].
b. Konsep Manajemen Kebidanan
Proses penatalaksanaan kebidanan merupakan langkah yang
sistematis yang merupakan pola pikir. Bidan dalam melaksanakan
asuhan kepada klien diharapkan dengan pendekatan sistematis dan
rasional, sehingga terhindar dari tindakan yang bersifat coba-coba
yang memberi dampak buruk pada klien.
Langkah-langkah dalam manajemen kebidanan ada 7 langkah
dimana setiap langkah saling bersambungan, berulang kembali. Dalam
evaluasi efektifitas dan keberhasilan asuhan maka diperlukan
pengumpulan data yang tepat dan evaluasi dari rencana yang telah
dibuat. Proses ini akan berulang-ulang dan berlanjut terus setiap kali
melakukan pemeriksaan pasien. Oleh karena itu proses yang berulang
dan saling berhubungan keefektifan asuhan bergatung pada
keakuratan setiap langkah.
Proses penatalaksanaan kebidanan yang telah dirumuskan oleh
Varney adalah sebagai berikut:
30

1) Pengkajian Data
Pengkajian data dasar merupakan langkah awal yang akan
menentukan langkah selanjutnya, sehingga data yang akurat dan
lengkap yang berkaitan dengan kondisi klien sangat menentukan
bagi langkah interprestasi data. Pengkajian data meliputi data
subjektif dan data objektif. Data subjektif berisi identitas, keluhan
yang dirasakan dari hasil anamnesa langsung.
Data objektif merupakan pencatatan dari hasil pemeriksaan
fisik, pemeriksaan khusus kebidanan, data penunjang, hasil
laboratorium seperti pemeriksaan protein urin, glukosa darah,
ataupun hasil USG.
Langkah selanjutnya setelah data terkumpul adalah pengolahan
data dengan cara menggabungkan dan menghubungka data yang
satu dengan yang lainnya sehingga menggambarkan kondisi klien
yang sebenarnya. Lakukan pengkajian ulang data yang telah
dikumpulkan apakah sudah tepat, lengkap dan akurat.
2) Interprestasi Data
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterprestasikan
sehingga dapat dirumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh profesi
bidan dalam praktik kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur (tata nama) diagnosis kebidanan. Rumusan diagnosa
dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat
didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan
penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang
dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai hasil
pengkajian. Masalah sering juga menyertai diagnosa.
3) Diagnosa Potensial
Pada langkah ketiga ini bidan melakukan identifikasi dan
masalah potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah di
identifikasi. Langkah ketiga ini merupakan antisipasi bidan, guna
31

mendapatkan asuhan yang aman. Pada tahap ini bidan diharapkan


waspada dan bersiap-siap untuk mencegah diagnosa/potensial
terjadi.
Contoh: Seorang perempuan G6P5A0 hamil aterm inpartu kala I
fase aktif. Bidan harus mempertimbangkan kemungkinan
terjadinya inertia uteri pada kala I, partus lama, dan atonia uteri
dan HPP (Haemoragi Post Partum) pada kala IV. Perencanaan
bidan berdasarkan kasus adalah dengan mengantisipasi dan
bersiap-siap terhadap kemungkinan HPP pada kala IV karena
atonia uteri. Selain itu bida juga dituntut waspada akan lahirnya
bayi asfiksia, karena partus lama. Persiapan yang harus dilakukan
bidan yaitu penanganan asfiksia. Untuk itu bidan selain harus
mampu mengantisipasi masalah potensial juga harus mampu
merumuskan tindakan antisipasi masalah potensial agar tidak
terjadi.
4) Identifikasi Perlunya Penanganan Segera
Pada langkah ini bidan melakukan identifikasi dan menetapkan
kebutuhan terhadap tindakan segera berdasarkan diagnosa/
masalah yang sudah ditegakkan. Kegiatan bidan pada langkah ini
adalah konsultasi, kolaborasi, dan melakukan rujukan. Pada tahap
ini bidan ada saatnya harus melakukan tindakan segera karena
situasi yang gawat, contohnya perdarahan kala III atau perdarahan
segera setelah lahir.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita memerlukan konsultasi
atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti
pekerja social, ahli gizi, atau seorang ahli perawatan klinis bayi
baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi
kondisi setiap klien untuk menentukan siapa yang tepat untuk
konsultasi atau kolaborasi dalam penatalaksanaan asuhan klien.
5) Merencanakan Asuhan Kebidanan
32

Setelah diagnosa dan masalah ditetapkan maka langkah


selanjutnya adalah membuat perencanaan secara menyeluruh.
Rencana menyeluruh ini meliputi apa-apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang
berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap
klien apa yang akan terjadi apakah dibutuhkan penyuluhan,
konseling, dan rujukan. Bidan dalam melakukan perumusan
perencanaan harus bersama klien dan membuat kesepakatan
bersama sebelum melakukan tindakan. Asuhan yang diberikan
bidan harus sesuai teori yang up date.
6) Pelaksanaan Asuhan Kebidanan
Pada langkah ini semua perencanaan asuhan dilaksanakan oleh
bidan baik secara mandiri ataupun berkolaborasi dengan tim
kesehatan lainnya.
7) Evaluasi
Merupakan langkah terakhir dalam manajemen kebidanan.
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika
memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Jika dalam
pelaksanaanya tidak efektif maka perlu dilakukan pengkajian
mengapa proses asuhan tersebut tidak efektif, dan melakukan
penyesuaian pada rencana asuhan tersebut [35].

H. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)


Dokumentasi asuhan kebidanan merupakan bentuk tanggung jawab
bidan dalam memberikan asuhan yang diatur dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang standar asuhan
kebidanan. Penerapan pendokumentasian asuhan kebidanan dapat dicapai
apabila bidan dalam penerapannya didasari oleh pengetahuan yang baik
sehingga dapat menunjukkan sikap positif dalam penerapannya [36].
33

Kewajiban mendokumentasikan asuhan kebidanan diatur didalam


standar profesi bidan yaitu pada standar IX tentang dokumentasi yang
menjelaskan bahwa asuhan kebidanan di dokumentasikan sesuai dengan
standar dokumentasi kebidanan yang diberikan yaitu, dilaksanakan pada
setiap tahapan asuhan kebidanan, dilaksanakan secara sistematis, tepat,
dan jelas serta dokumentasi merupakan bukti legal dari pelaksanaan
asuhan kebidanan. Setelah memberikan asuhan kebidanan dalam layanan
kebidanan bidan harus mengerjakan pendokumentasian.
Dokumentasi merupakan pertanggung-jawaban bidan terhadap apa yang
telah dilakukan dalam memberikan pelayanan kebidanan. Asuhan
Kebidanan merupakan salah satu penerapan fungsi dan kegiatan yang
menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang
mempunyai kebutuhan atau masalah dalam bidang kesehatan ibu masa
hamil, masa persalinan, nifas, bayi baru lahir, balita, keluarga berencana
serta kesehatan reproduksi.
Alur berpikir bidan saat merawat klien meliputi tujuh langkah
pendokumentsian agar mengetahui apa yang telah dilakukan bidan melalui
proses berpikir sistematis dokumentasi dibuat dalam bentuk SOAP.
Prinsip dari metode SOAP ini merupakan proses pemikiran
penatalaksanaan manajemen kebidanan. Dokumentasi dalam kebidanan
sebagai suatu bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki oleh bidan
dalam melakukan catatan perawatan yang berguna untuk kepentingan
klien, bidan dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan
dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan
tanggung jawab bidan. Dokumentasidalam suatu asuhan kebidanan
merupakan suatu pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap keadaan
atau kejadian yang dilihat dalam pelaksanaan asuhan kebidanan [37].
1. Tujuan pendokumentasian asuhan kebidanan:
a) Sarana komunikasi
34

Dokumentasi dapat digunakan sebagai alat komunikasi antar tim


kesehatan mengenai tindakan yang telah dilakukan dan yang akan
dilakukan.

b) Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat


Digunakan sebagai alat perlindungan bidan dalam melaksanakan
pelayanan kebidanan yang diterima terhadap pasien.
c) Sebagai informasi statistic
Informasi statistic dapat digunakan sebagai alat perencanaan
kebutuhan yang akan datang, baik SDM, sarana, prasarana dan
teknis.
d) Sarana pendidikan
Dokumentasi kebidanan yang ditulis dengan benar bisa
digunakan sebagai bahan atau referensi pendidikan.
e) Sumber data penelitian
Informasi dalam dokumentasi dapat digunakan sebagai sumber
data dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
f) Jaminan kualitas pelayanan kesehatan
Dengan adanya dokumentasi bisa digunakan sebagai alat evaluasi
dalam pelayanan kesehatan, guna peningkatan mutu pelayanan.
2. Fungsi pendokumentasian asuhan kebidanan dilihat dari beberapa aspek:
a) Aspek administrasi. Dalam dokumentasi terdapat catatan-catatan
medis, tindakan yang dilakukan bidan sesuai dengan wewenangnya
guna pencapaian tujuan pelayanan.
b) Aspek medis. Dokumentasi berisi catatan yang digunakan sebagai
dasar perencanaan pengobatan dan tindakan yang sudah ataupun akan
dilakukan.
c) Aspek hukum. Dokumentasi sangat bermanfaat apabila dijumpai suatu
masalah yang berhubungan dengan profesi bidan, karena bernilai
hukum dan dapat digunakan sebagai alat bukti di pengadilan
35

d) Aspek keuangan. Dengan adanya dokumentasi maka dapat digunakan


sebagai dasar perincian pembiayaan pasien selama perawatan.
e) Aspek penelitian. Dokumentasi dapat digunakan sebagai dasar
penelitian melalui studi dokumentasi.
f) Aspek pendidikan. Dengan adanya dokumentasi maka dapat
digunakan sebagai sumberstudi dan penelitian guna pengembangan
keilmuan.
g) Aspek jaminan mutu. Dengan adanya pendokumentasian yang
lengkap dan akurat maka dapat digunakan sebagai alat evaluasi
penatalkasaan yang sudah diberikan. Hal ini guna peningkatan mutu
pelayanan.
h) Aspek akreditasi. Melalui dokumentasi akan tercermin sejauh mana
keberhasilan pemberian asuhan, dan mutu pelayanan yang sudah
diberikan bidan.
i) Aspek statistic. Informasi statistic dari dokumentasi dapat membantu
suatu institusi untuk mengantisipasi kebutuhan tenaga dan menyusun
rencanasesuai kebutuhan.
j) Aspek komunikasi. Dengan adanya dokumentasi maka dapat
digunakan sebagai sumebr iformasi dalam koordinasi pelayanan
kebidanan dalam tim.
3. Prinsip-Prinsip Dokumentasi
a) Dokumentasi harus lengkap Data dalam catatan harus berisi informasi
spesifik yang memberi gambaran tentang kondisi pasien dan
pemberian asuhan kebidanan serta evaluasi status pasien
b) Bubuhkan tanda tangan pada setiap pencatatan data
c) Tulislah dengan jelas dan rapi Hal ini dilakukan untuk menghindari
kesalahpahaman komunikasi dalam tim kesehatan.
d) Gunakan ejaan dan kata baku serta tata bahasa medis yang tepat dan
umum.
e) Gunakan tinta agar terlihat jelas
36

f) Gunakan singkatan resmi dalam pendokumentasian Pada sebagian


besar rumah sakit atau pelayanan kesehatan mempunyai daftar
singkatan yang disepakati. Daftar ini harus tersedia bagi seluruh
petugas kesehatan yang membuat dokumentasi dalam rekam medis
maupun mahasiswa yang sedang melakukan praktik.
g) Gunakan pencatatan dengan grafik untuk mencatat tanda vital. Hal ini
digunakan untuk mempermudah pemantau pasien setiap saat terkait
dengan perkembangan kesehatannya.
h) Catat nama pasien pada setiap halaman. Hal ini dilakukan untuk
menghindari terselipnya halaman yang salah ke dalam catatan pasien.
i) Berhati-hati ketika mencatat status pasien HIV/AIDS Hal ini berkaitan
dengan adanya kerahasiaan pada hasil tes HIV/AIDS di beberapa
negara yang dilindungi oleh undang-undang.
j) Hindari menerima instruksi verbal dari dokter melalui telepon, kecuali
kondisi darurat. Mengingat banyaknya kesalahan dalam
pendokumentasian melalui telepon karena ketidakjelasan penyampain,
maka sebaiknya hal ini dihindari. Akan tetapi apabila keadaan terpaksa
maka diteruskan dengan tertulis.
k) Tanyakan intruksi jika ditemukan instruksi tidak tepat. Bidan harus
mempunyai kemampuan berpikir kritis dan analisa yang tajam,
sehingga bila ditemukan intruksi atau tugas limpahan dokter yang tidak
jelas bida ditanyakan guna menghindari kesalahan persepsi.
l) Dokumentasikan tindakan dan obat yang tidak diberikan Semua
tindakan dan obat-obatan yang tidak boleh diberikan harus dicatat dan
diberikan alasan diberhentikan
m) Catat informasi secara lengkap tentang obat yang diberikan
Dokumentasikan semua tentang kapan jenis obat, waktu pemberian,
cara pemberian dan dosisnya.
n) Catat keadaan alergi obat atau makanan. Pendokumentasian keadaan
alergi obat harus ditulis untuk sebagai tindakan antisipasi.
37

o) Catat daerah penyuntikan obat atau makanan. Hal ini dilakukan guna
mengetahui apabila timbul dampak yang tidak diketahui sebelumnya
seperti adanya cedera atau lainnya.
p) Catat hasil laboratorium yang tidak normal Pendokumentasian hal ini
penting guna menghindari kesalahan dalam proses pengobatan.

4. Metode Pendokumentasian SOAP


SOAP merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan
tertulis. Bidan hendaknya menggunakan dokumentasi SOAP setiap kali
bertemu pasien. Alasan catatan SOAP dipakai dalam pendokumentasian
adalah karena metoda SOAP merupakan kemajuan informasi yang
sistematis yang mengorganisir penemuan dan kesimpulan dalam rencana
asuhan, metoda SOAP dapat dipakai sebagai penyaring inti sari proses
penatalaksanaan kebidanan dalam tujuannya penyediaan dan
pendokumentasian asuhan, dan dengan SOAP dapat membantu bidan
dalam mengorganisir pikiran dan asuhan yang menyeluruh.
a. S (Subjektif)
Data subjektif adalah data yang diperoleh dari sudut pandang pasien
atau segala bentuk pernyataan atau keluhan dari pasien. Pada pasien
bisu maka dibagian data belakang “S” diberi kode”0” atau “X”.
b. O (Objektif)
Data objektif merupakan data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan/
observasi bidan atau tenaga kesehatan lain. Yang termasuk dalam data
objektif meliputi pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium,
ataupun pemeriksaan diagnostik lainnya.
c. A (Assesment)
Assesment merupakan pendokumentasian dari hasil analisa data
subjektif dan data objektif. Analisa yang cepat dan akurat sangat
diperlukan guna pengambilan keputusan / tindakan yang tepat.
d. P (Planning)
38

Planning (Perencanaan) adalah rencana yang dibuat berdasarkan


hasil analisa. Rencana asuhan ini meliputi rencana saat ini dan akan
datang [35].
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Metode Pengkajian
Pengumpulan data merupakan tahapan yang sangat penting dalam
sebuah penelitian. Teknik pengumpulan data yang benar akan menghasilkan
data yang memiliki kredibilitas tinggi [38]. Studi kasus ini dilakukan dengan
menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data dan sumber informasi dari orang yang di
wawancarai melalui komunikasi langsung [38]. Pada pengambilan studi
kasus ini pasien dan keluarga pasien dapat diwawancarai untuk
mendapatkan keterangan.
b. Observasi
Observasi berarti mengumpulkan data langsung dari lapangan [38].
Disini penulis mengobservasi dan melakukan pemeriksaan fisik secara
langsung masalah apa saja yang terjadi pada pasien dan telah dilakukan
penatalaksanaan sesuai SOP pada kasus tersebut.
c. Dokumentasi
Teknik atau studi dokumentasi adalah cara pengumpulan data
melalui peninggalan arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang
pendapat, teori, dalil-dalil atau hukum-hukum yang berhubungan dengan
masalah pengkajian [38]. Kajian dokumen yang penulis gunakan dalam
mengumpulkan data yaitu buku KIA, data hasil pemeriksaan penunjang,
buku catatan rekan medik dan lain-lain.
d. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan
mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur,
catatan-catatan dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan
masalah yang dipecahkan [39]. Disini penulis melakukan kajian
kepustakaan dengan cara mempelajari buku-buku atau referensi untuk

39
40

mendapatkan sumber yang akurat sesuai dengan kebutuhan dalam


melakukan asuhan dan penyusunan laporan.
B. Tempat dan waktu pengkajian
Tempat pengambilan kasus dilaksanakan di ruang ponek obgyn, ruang VK
dan ruang cempaka RSUD dr.Soekardjo Tasikmalaya, serta dilakukan
kunjungan rumah di Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya.
Sedangkan waktu pengkajian dilakukan pada tanggal 07, 08, 14, 21 bulan
Maret 2020.
C. Subjek yang dikaji
Subjek yang dikaji adalah orang dalam latar pengkajian [40]. Subjek
asuhan kebidanan studi kasus ini adalah Ny.I umur 19 tahun G1P0A0 39-40
minggu.
D. Jenis Data yang digunakan
Data yang dapat diperoleh peneliti dalam penyusunan laporan tugas akhir
ini berasal dari:
1. Data primer yaitu data yang di dapat dari sumber informan yaitu individu
atau perseorangan seperti hasil wawancara yang dilakukan oleh pengkaji
[40]. Data yang diperoleh oleh penulis dalam pengkajian ini didapat secara
langsung melalui wawancara, pemeriksaan fisik, dan observasi terhadap
pasien.
2. Data sekunder yaitu data yang digunakan untuk mendukung informasi
primer yang telah diperoleh yaitu dari bahan pustaka, literatur, penelitian
terdahulu, buku, dan lain sebagainya [40]. Data yang diperoleh oleh
penulis secara tidak langsung dari pasien melainkan dari rekam medis,
meliputi hasil pemeriksaan kunjungan kehamilan dan hasil pemeriksaan
laboratorium.
E. Instrumen Pengkajian
Instrumen atau alat pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan
digunakan oleh pengkaji dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan
tersebut menjadi sistematis [41]. Alat pengumpulan data yang digunakan
adalah sebagai berikut:
41

a. Buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) sebagai sumber dokumen dalam
pengumpulan data untuk penulis serta sebagai dokumen hasil asuhan
selama ibu hamil.
b. Lembar partograf sebagai alat bantu untuk memantau kemajuan
persalinan.
c. Instrumen untuk menolong proses persalinan seperti bak instrument,
setengah kotcher, gunting episiotomy, gunting tali pusat, klem, pinset
sirurgis, pinset anatomis, gunting lurus, penjepit tali pusat, handscoon,
dsb.
d. Format pengkajian asuhan kebidanan persalinan yang digunakan dalam
melakukan pengkajian data.
F. Tinjauan Kasus
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Ny.I Umur 19 Tahun G1P0A0
39-40 Minggu Persalinan Kala II dengan Inersia Uteri
di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya

Hari, tanggal : Sabtu, 07 Maret 2020


Jam : 03.35 WIB
Tempat : Ponek Obgyn
Pengkaji : Nurhayati

DATA SUBJEKTIF

Identitas Istri/Suami:

No. CM : 16998405

Nama Ny.I / Tn.D


Umur 19 tahun / 28 tahun
Agama Islam / Islam
Pendidikan SMK / SMK
Pekerjaan IRT / Dagang
Golongan Darah O / O
Alamat Dsn. Palawija RT 04/RW 01, Desa Cibeber, Kecamatan
42

Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya.


Pasien rujukan PONED Manonjaya atas indikasi inersia uteri, mengeluh mules
sejak jam 12.00 WIB tanggal 06-03-2020, pembukaan lengkap, ketuban pecah
spontan bercampur mekonium jam 01.00 WIB tanggal 07-03-2020. Ibu telah
dicoba dipimpin meneran ±2 jam dan tidak ada penurunan. Cek ulang DJJ:
138x/menit. Ibu dirujuk ke RSUD dr.Soekardjo Tasikmalaya. Ibu mengatakan ini
adalah kehamilannya yang pertama dan tidak pernah keguguran. Tidak ada
riwayat penyakit hipertensi, jantung, asma dan diabetes melitus. Ibu juga tidak
pernah menderita penyakit menular dan tidak pernah menjalani operasi. Ibu tidak
merokok dan tidak pernah mengonsumsi obat-obatan dan jamu selama hamil.
Menarce pada umur 13 tahun, siklus 28-30 hari, lamanya 6-7 hari, tidak ada nyeri
saat haid. Ibu melakukan kunjungan ANC sebanyak 6x dan mendapatkan
imunisasi TT 2x. TT1 yaitu pada bulan Februari 2019, TT 2 yaitu pada bulan
Januari 2020. Ibu tidak pernah menjadi akseptor KB. HPHT: 01-06-2019, HTP:
08-03-2020.

DATA OBJEKTIF
Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis. TB: 150cm, BB: 60 Kg.
LILA: 25 cm. TD: 110/80 mmHg, N: 83x/menit, P: 21x/menit, S: 36,6 0C. Kepala
tidak ada benjolan, rambut bersih. Wajah tidak pucat, tidak oedema. Konjungtiva
merah muda, sklera putih, penglihatan baik. Gigi bersih, tidak ada karies. Leher
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada pembesaran pembuluh limfe.
Payudara simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan abnormal, puting
menonjol, ASI (+). Abdomen tidak ada luka bekas operasi. TFU: 28 cm. Pada
bagian fundus teraba bokong. Punggung berada di bagian kanan dan bagian
terkecil janin di sebelah kiri. Bagian terbawah janin teraba kepala. Sudah masuk
PAP (Divergen). Penurunan 3/5. HIS: 3x10’x30’’. DJJ: 148x/menit. Genetalia:
vulva vagina tidak ada benjolan, tidak ada varises. Portio tipis, lunak. Pembukaan
lengkap. Penurunan kepala HIII. Teraba UUK melintang, tidak ada molase.
Ekstremitas atas tidak oedema, kuku tidak pucat, terpasang infus RL di lengan kiri
ibu. Ekstremitas bawah tidak oedema, tidak ada varises, reflek patella (+).
43

ANALISA DATA
G1P0A0 39-40 minggu persalinan kala II dengan inersia uteri janin tunggal hidup.

PENATALAKSANAAN

Jam 03.40 Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang


WIB diberikan. Ibu mengerti.
Jam 03.45 Melakukan informed consent untuk tindakan dan rawat inap.
WIB Ibu bersedia.
Jam 03.50 Kolaborasi dengan dokter jaga IGD (dr. D), advis
WIB pengambilan sampel darah dan pemberian inject cefotaxime.
Jam 03.53 Memfasilitasi pengambilan sampel darah untuk pemerikasaan
WIB laboratorium. Hasil: Hb: 12,3 gr%.
Jam 03.55 Memfasilitasi pemberian skintest cefotaxime. Hasil: tidak ada
WIB kemerahan atau rasa gatal di sekitar kulit.
Jam 04.10 Memfasilitasi inject cefotaxime 10 cc secara IV. Ibu bersedia.
WIB
Jam 04.15 Memindahkan pasien ke ruang VK. Ibu mengetahui.
WIB

Pengkaji,

Nurhayati

Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Ny.I Umur 19 Tahun G1P0A0


39-40 Minggu Persalinan Kala II dengan Inersia Uteri
44

di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya

Hari, tanggal : Sabtu, 07 Maret 2020


Jam : 04.28 WIB
Tempat : Ruang VK
Pengkaji : Nurhayati

DATA SUBJEKTIF
Ibu mengeluh mules-mules dan ingin meneran.

DATA OBJEKTIF
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis. TD: 110/80 mmHg, N: 82x/m, P:
22x/m, S: 36,50C. TFU: 28cm. HIS: 3x10’x30’’. DJJ: 152x/m. Genetalia: vulva
vagina tidak ada kelainan, portio tipis, lunak, pembukaan lengkap. Ketuban (-),
sisa cairan hijau. Kepala HIII, teraba UUK melintang, tidak ada molase.

ANALISA DATA
G1P0A0 39-40 minggu persalinan kala II dengan inersia uteri janin tunggal hidup.

PENATALAKSANAAN
Jam 04.30 Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang
WIB diberikan. Ibu mengerti.
Jam 04.35 Mengobservasi keadaan umum, TTV, HIS, DJJ. Hasil dalam
WIB batas normal.
Jam 04.36 Memberikan dukungan kepada ibu untuk menghadapi proses
WIB persalinan.
Jam 04.40 Memfasilitasi persalinan dengan pendampingan. Ibu
WIB didampingi keluarganya.
Jam 04.43 Menyiapkan partus set dan kelengkapan bagi ibu dan bayinya.
WIB Alat sudah lengkap.
Jam 04.45 Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan nutrisi. Ibu bersedia
WIB minum ±150 ml teh manis saat tidak ada kontraksi.
45

Jam 05.18 Memfasilitasi ibu untuk memilih posisi yang nyaman. Ibu
WIB memilih posisi litotomi.
Jam 05.28 Konsul dr.A, Sp.OG. advis pitdrip atas indikasi inersia uteri.
WIB Infus pit drip (oksitosin 5 IU dalam 500cc RL) 8 tetes per menit
telah diberikan.

Jam 05.58 WIB

DATA SUBJEKTIF
Ibu ingin meneran.

DATA OBJEKTIF
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis. HIS: 4x10’x45’’. DJJ:
124x/menit, Genetalia: vulva vagina tidak ada kelainan, portio tipis, lembek,
pembukaan lengkap, ketuban (-), sisa cairan hijau, kepala HIII, teraba UUK
melintang, tidak ada molase. Terpasang infus pitdrip labu I.

ANALISA DATA
G1P0A0 39-40 minggu persalinan kala II dengan inersia uteri janin tunggal hidup.

PENATALAKSANAAN
Jam 06.00 WIB Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang
diberikan. Ibu mengerti.
Jam 06.15 WIB Mengobservasi keadaan umum, TTV, HIS, DJJ. Hasil dalam
batas normal.
Jam 06.18 WIB Melakukan pertolongan persalinan dengan 60 langkah APN.
Jam 06.25 WIB telah partus spontan dengan drip oksitosin, bayi dengan jenis
kelamin perempuan, tangisan merintih, tonus otot lemah, warna kulit kebiruan.
Dilakukan pembersihan jalan nafas, potong tali pusat, menjaga bayi agar tetap
hangat, mengatur posisi bayi dan menghisap ulang lendir, mengeringkan bayi dan
melakukan rangsangan taktil. Hasil: bayi menangis.

Jam 06.26 WIB


46

DATA SUBJEKTIF
Ibu merasa senang atas kelahiran bayinya. Perut masih terasa mules.

DATA OBJEKTIF
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis. Tidak terdapat janin kedua. TFU
sepusat. Uterus globular. Kandung kemih kosong. Terlihat tanda-tanda pelepasan
plasenta.

ANALISA DATA
Persalinan Kala III

PENATALAKSANAAN
Jam 06.26 Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang
WIB diberikan. Ibu mengerti.
Jam 06.26 Memfasilitasi pemberian oksitosin 1 amp secara IM. Ibu
WIB bersedia.
Jam 06.29 Melakukan PTT. Plasenta lahir lengkap, spontan pukul 06.30
WIB WIB.
Jam 06.32 Memfasilitasi massase fundus uteri. Kontraksi uterus baik.
WIB Perdarahan ±150 cc.
Jam 06.34 Melengkapi partograf. Hasil terlampir.
WIB

Jam 06.35 WIB


DATA SUBJEKTIF
Ibu masih merasa mules.

DATA OBJEKTIF
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis. TD: 120/70 mmHg. N: 82x/menit.
P: 22x/menit. S: 370C. ASI (+). TFU: sepusat. Kontraksi uterus baik. Perdarahan
pervaginam normal. Terdapat luka laserasi derajat 1.
47

ANALISA DATA
Persalinan Kala IV

PENATALAKSANAAN

Jam 06.36 WIB Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang


diberikan. Ibu mengerti.
Jam 06.36 WIB Memfasilitasi ibu untuk massase fundus uteri. Ibu
bersedia.
Jam 06.37 WIB Memfasilitasi konseling tentang kontrasepsi pasca salin.
Ibu menolak.
Jam 06.38 WIB Melakukan hecting derajat 1 tanpa anestesi. Ibu bersedia.
Jam 06.40 WIB Melakukan pemasangan Kateter. Urin ±300 cc.
Jam 06.41 WIB Melakukan dekontaminasi alat
Jam 06.43 WIB Membersihkan ibu dan lingkungan
Jam 06.45 WIB Melakukan pemantauan kala IV. Hasil :
Jam TD N P S Kontraksi Kandung
TFU Perdarahan
(WIB) (mmHg) (x/m) (x/m) (0C) Uterus Kemih
06.45 120/80 82 21 37 Sepusat Globular Normal Tidak Penuh
07.00 120/80 84 22 Sepusat Globular Normal Tidak Penuh
07.15 120/80 80 21 Sepusat Globular Normal Tidak Penuh
07.30 120/80 80 20 Sepusat Globular Normal Tidak Penuh
08.00 120/80 76 20 37 Sepusat Globular Normal Tidak Penuh
08.30 120/80 82 20 Sepusat Globular Normal Tidak Penuh

Pengkaji,

Nurhayati
48

Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny.I Umur 19 tahun P1A0

6 jam Postpartum di RSUD dr.Soekardjo Tasikmalaya

Hari, tanggal : Sabtu, 07 Maret 2020

Jam : 14.30 WIB

Tempat : Ruang VK

Pengkaji : Nurhayati
49

DATA SUBJEKTIF
Ibu mengeluh perutnya masih terasa mules dan linu bekas jahitan.

DATA OBJEKTIF
Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis. TD: 110/80 mmHg. N: 78x/m.
P: 19x/m. S: 36,80C. Wajah tidak pucat, tidak ada oedema. Konjungtiva merah
muda, sklera putih, penglihatan baik. Payudara simetris, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada benjolan abnormal, puting menonjol, ASI (+). Abdomen tidak ada luka
bekas operasi, TFU: 1 jari dibawah pusat, kandung kemih tidak penuh.
Ekstremitas atas tidak ada oedema. Ekstremitas bawah tidak ada warna kemerahan
pada betis, tidak oedema, tanda human negatif, tidak ada varises, reflek pattela
(+). Genetalia: tidak terdapat hematoma, tidak oedema, tidak vasises, tidak
terdapat haemoroid. Pengeluaran pervaginam normal. Luka jahitan tidak terdapat
tanda infeksi.

ANALISA DATA
P1A0 6 jam Postpartum.

PENATALAKSANAAN
Jam 14.35 WIB Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang
diberikan. Ibu mengerti.
Jam 14.40 WIB Memfasilitasi KIE tentang pemenuhan nutrisi dan cairan:
a) Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi gizi seimbang,
yang memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral.
b) Minum sedikitnya 2 liter atau setara dengan 8 gelas per
hari. Ibu mengerti.
Jam 14.42 WIB Memfasilitasi KIE tentang pola istirahat:
a) Menganjurkan ibu untuk beristirahat yang cukup, sekitar 8
50

jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari. Ibu
mengerti.
Jam 14.44 WIB Memfasilitasi KIE tentang cara menyusui yang baik dan
benar:
a) Dagu bayi menyentuh payudara ibu
b) Bibir bawah bayi terpuntir keluar
c) Mulut bayi terbuka lebar
d) Seluruh bagian areola tertutup oleh mulut bayi
e) Bayi yang menyusu dengan baik akan mengisap dengan
pelan, pipi menggembung dan ibu tidak merasa sakit. Ibu
mengerti.
Jam 14.50 WIB Kolaborasi dengan dr.F, Sp.OG. advis:
a) Pemberian terapi oral:
1) Paracetamol 3x1
2) Amoxilin 3x1
3) SF 1x1. Ibu bersedia.
Jam 15.30 WIB Memindahkan pasien ke ruang cempaka. Ibu bersedia.

Pengkaji,

Nurhayati
51

Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny.I Umur 19 tahun P1A0

1 hari Postpartum di RSUD dr.Soekardjo Tasikmalaya

Hari, tanggal : Minggu, 08 Maret 2020

Jam : 07.00 WIB

Tempat : Ruang Cempaka

Pengkaji : Nurhayati

DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan tidak ada keluhan apapun pada masa nifasnya. Ibu mengganti
pembalut tiga kali sehari dengan perdarahan pervaginam sedang. Ibu meminum
terapi oral tepat waktu dan tidak ada reaksi alergi.

DATA OBJEKTIF
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis. TD: 120/70 mmHg. N: 80x/menit.
P: 20x/menit. S: 36,50C. Wajah tidak pucat, tidak ada oedema. Konjungtiva merah
muda, sklera putih, penglihatan baik. Payudara simetris, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada benjolan abnormal, putting menonjol, ASI (+). Abdomen tidak ada luka
bekas operasi, TFU: 1 jari dibawah pusat. Kandung kemih tidak penuh. Diastasis
rekti 3 jari. Ekstremitas atas tidak oedema. Ekstremitas bawah tidak ada warna
kemerahan pada betis, tidak oedema, tidak ada varises, reflek patela (+). Genetalia
tidak ada hematoma, varises, oedema dan haemoroid. Lochea Rubra. Perdarahan
±150 cc. Luka jahitan baik, tidak terdapat tanda infeksi.

ANALISA DATA
P1A0 1 hari Postpartum
52

PENATALAKSANAAN
Jam 07.45 WIB Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang
diberikan. Ibu mengerti.
Jam 07.50 WIB Memfasilitasi KIE tentang personal hygiene:
a) Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan tubuhnya
mulai dari rambut sampai ke ujung kaki, terutama
kebersihan vulva dan sekitarnya dengan cara
membersihkan daerah sekitar vulva dari depan ke
belakang. Mengganti pembalut setidaknya dua kali sehari.
Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum
dan sesudah memberihkan daerah kelaminnya.
Menghindari menyentuh daerah luka jahitan.
b) Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan pakaian yang
dikenakan dan menggunakan baju yang agak longgar di
bagian dada sehingga payudara tidak tertekan dan mudah
untuk menyusui bayinya. Ibu mengerti.
Jam 07.55 WIB Memfasilitasi KIE tentang tanda bahaya masa nifas:
a) Perdarahan yang berlebihan
b) Sakit kepala hebat
c) Sedih terus-menerus dan merasa depresi
d) Gangguan buang air
e) Nyeri payudara
f) Lochea berbau
g) Demam tinggi (>380C). Ibu mengerti.
Jam 08.15 WIB Melakukan pelepasan kateter dan melanjutkan terapi
paracetamol 3x1, amoxilin 3x1, SF 1x1. Ibu bersedia.
Jam 08.25 WIB Memfasilitasi ibu untuk senam nifas. Ibu bersedia dan
mengikuti gerakan dengan baik.
Jam 08.35 WIB Memfasilitasi kunjungan berikutnya pada tanggal 14 Maret
2020. Ibu menyetujui.

Pengkaji,
53

Nurhayati
54

Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny.I Umur 19 tahun

P1A0 7 hari Postpartum

Hari, tanggal : Sabtu, 14 Maret 2020

Jam : 16.30 WIB

Tempat : Dusun. Palawija RT 04/RW.01, Desa Cibeber, Kecamatan


Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya.

Pengkaji : Nurhayati

DATA SUBJEKTIF
Ibu mengeluh sering terbangun di malam hari dan waktu istirahatnya berkurang.
Bayi menyusu dengan kuat dan tidak mengalami tanda bahaya apapun. Ibu makan
empat kali sehari dengan porsi sedang dan meminum tablet tambah darah serta
vitamin A dengan teratur. Ibu mengatakan sudah BAB sejak hari selasa (10 Maret
2020).

DATA OBJEKTIF
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis. TD: 150/90 mmHg. N: 84x/menit.
P: 22x/menit. S: 36,60C. Wajah tidak pucat, tidak ada oedema. Konjungtiva merah
muda, sklera putih, penglihatan baik. Payudara simetris, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada benjolan abnormal, putting menonjol, ASI (+). TFU: 1 jari diatas
simfisis. Kandung kemih tidak penuh. Diastasis rekti 3 jari. Ekstremitas atas tidak
oedema. Ekstremitas bawah tidak ada warna kemerahan pada betis, tidak oedema,
tanda human negatif, tidak ada varises, reflek patella (+). Genetalia tidak ada
hematoma, varises, oedema dan haemoroid. Lochea Sanguinolenta. Perdarahan
sedikit. Luka jahitan baik, tidak terdapat tanda infeksi.
55

ANALISA DATA
P1A0 7 hari Postpartum.

PENATALAKSANAAN
Jam 16.35 WIB Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang
diberikan. Ibu mengerti.
Jam 16.40 WIB Memfasilitasi konseling tentang perawatan bayi di rumah:
a. Menganjurkan ibu untuk menjaga kehangatan bayi
b. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan tali pusat
c. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI sesering
mungkin. Ibu mengerti.
Jam 16.48 WIB Memfasilitasi kunjungan berikutnya pada tanggal 21 Maret
2020. Ibu menyetujui.

Pengkaji,

Nurhayati
56

Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny.I Umur 19 tahun

P1A0 14 hari Postpartum

Hari, tanggal : Sabtu, 21 Maret 2020

Jam : 14.00 WIB

Tempat : Dusun. Palawija RT 04/RW.01, Desa Cibeber, Kecamatan


Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya.

Pengkaji : Nurhayati

DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan tidak ada keluhan apapun. Pengeluaran pervaginam berwarna
kekuningan.

DATA OBJEKTIF
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis. TD: 110/70 mmHg. N: 80x/menit.
P: 20x/menit. S: 36,50C. Wajah tidak pucat, tidak ada oedema. Konjungtiva merah
muda, sklera putih, penglihatan baik. Payudara simetris, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada benjolan abnormal, putting menonjol, ASI (+). TFU sudah tidak teraba.
Kandung kemih tidak penuh. Diastasis rekti 3 jari. Ekstremitas atas tidak oedema.
Ekstremitas bawah tidak ada warna kemerahan pada betis, tidak oedema, tanda
human negatif, tidak ada varises, reflek patella (+).Genetalia tidak ada hematoma,
varises, oedema dan haemoroid. Lochea Serosa. Luka jahitan baik, tidak terdapat
tanda infeksi.

ANALISA DATA
P1A0 14 hari Postpartum.
57

PENATALAKSANAAN

Jam 14.05 WIB Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang


diberikan. Ibu mengerti.
Jam 14.10 WIB Memberikan konseling mengenai alat kontrasepsi. Ibu
mengatakan berencana menggunakan alat kontasepsi KB
suntik 3 bulan.

Pengkaji,

Nurhayati

Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir By. Ny.I umur 0 jam
58

dengan Asfiksia Sedang di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya

Hari, tanggal : Sabtu, 07 Maret 2020

Jam : 06.26 WIB

Tempat : Ruang VK

Pengkaji : Nurhayati

DATA SUBJEKTIF
Bayi lahir spontan dengan drip oksitosin. Jenis kelamin perempuan, tangisan
merintih, tonus otot lemah, warna kulit kebiruan.

DATA OBJEKTIF
Keadaan umum sedang. Kepala, badan, ekstremitas tidak ada kelainan. Tangisan
merintih. Warna kulit kemerahan, ekstremitas biru. Tonus otot lemah.

ANALISA DATA
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 0 jam dengan asfiksia sedang.

PENATALAKSANAAN
Jam 06.26 WIB Membuka mulut bayi dengan lebar, mengusap dan isap
lendir dari mulut.
Jam 06.27 WIB Menjepit potong tali pusat dan mengikat tali pusat.
Jam 06.27 WIB Menjaga kehangatan bayi dengan mengeringkan bayi
dengan kain pernel.
Jam 06.28 WIB Mengganti kain pernel dan menempatkan bayi di infant
warmer dengan radiasi panas yang mengenai bayi suhunya
antara 350C-370C.
Jam 06.29 WIB Memposisikan bayi dalam posisi sedikit ekstensi sekitar 3
cm untuk membuka jalan nafas.
Jam 06.30 WIB Membersihkan jalan nafas dengan dilakuka suction dengan
59

memasukkan kanul section secara hati-hati (hidung ±5 cm,


mulut ±10 cm) dan menghisap lendir dengan menutup
lubang kanul, menarik keluar perlahan sambil memutar (±5
detik).
Jam 06.35 WIB Memberikan rangsangan taktil dengan menepuk bagian
punggung hingga telapak kaki. Bayi langsung menangis.
Jam 06.40 WIB Memberikan salep mata untuk mencegah infeksi dan
menyuntikan vitamin K1 di 1/3 lateral paha kiri untuk
mencegah perdarahan di otak. Bayi sudah diberikan salf
mata dan vitamin K.
Jam 06.50 WIB Merapikan bayi dan memakaikan gelang identitas. Gelang
identitas telah dipasang.
Jam 06.55 WIB Menjaga kehangatan bayi dengan membungkus
menggunakan kain pernel dan memakaikan topi.
Jam 07.45 WIB Memindahkan bayi ke ruang perinatologi. Ibu mengetahui.
Jam 07.46 WIB Menempatkan bayi di infant warmer dengan radiasi panas
yang mengenai bayi suhunya antara 350C-370C.
Jam 07.50 WIB Mengobservasi keadaan umum bayi dan tanda-tanda vital.
Hasil: dalam batas normal.

Pengkaji,

Nurhayati

Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir By. Ny.I

umur 1 jam di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya

Hari, tanggal : Sabtu, 07 Maret 2020

Jam : 07.45 WIB


60

Tempat : Ruang Perinatologi

Pengkaji : Nurhayati

DATA SUBJEKTIF
Bayi menangis kuat, warna kulit kemerahan.

DATA OBJEKTIF
Keadaan umum baik. N: 122x/menit. P: 40x/menit. S: 36,60C. BB: 2500 gr. PB:
49 cm. Lingkar kepala: 33 cm. Lingkar dada: 30 cm. Lingkar lengan: 11 cm.
Warna kulit kemerahan, tidak terdapat bercak dan tanda lahir. Ubun-ubun kecil
datar, tidak ada molase, tidak ada pembengkakan atau daerah yang mencekung.
Mata simetris, tidak ada tanda-tanda infeksi, reflek glabellar +. Reflek morro +.
Telinga simetris. Hidung dan mulut simetris, tidak ada kelainan labioschizis dan
palatoschizis, reflek rooting +, reflek sucking +, reflek swallowing +. Leher tidak
ada pembengkakan dan benjolan, reflek tonic neck +. Dada simetris, puting susu
sejajar. Abdomen tidak ada benjolan, tali pusat tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Punggung tidak ada benjolan, reflek gallant +. Genetalia labia mayor menutupi
labia minor, vagina berlubang, uretra berlubang. Anus berlubang (telah
mengeluarkan mekonium). Esktremitas atas simetris, jumlah jari lengkap, reflek
grasp +. Ekstremitas bawah simetris, jumlah jari lengkap, gerakan kurang aktif,
reflek babinski +. Reflek walking/stepping +.

ANALISA DATA
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 1 jam.

PENATALAKSANAAN
Jam 07.45 WIB Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan
keluarga. Ibu dan keluarga mengerti.
Jam 07.46 WIB Menjaga kehangatan bayi. Bayi ditempatkan di infant
61

warmer dengan suhu antara 350C-370C.


Jam 07.50 WIB Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital. Hasil
dalam batas normal.
Jam 09.00 WIB Memfasilitasi pemberian imunisasi HB0 di 1/3 paha kanan
bayi secara intramuscular.

Pengkaji,

Nurhayati

Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir By. Ny.I

umur 1 hari di RSUD dr.Soekardjo Tasikmalaya

Hari, tanggal : Minggu, 08 Maret 2020

Jam : 07.45 WIB

Tempat : Ruang Perinatologi


62

Pengkaji : Nurhayati

DATA SUBJEKTIF
Bayi dalam keadaan sehat.

DATA OBJEKTIF
Keadaan umum baik, menangis kuat, warna kulit kemerahan, tonus otot aktif. N:
122x/menit, P: 40x/menit, suhu: 36,50C. Bayi menyusu dengan kuat, abdomen
tidak kembung, tali pusat belum putus, tidak ada perdarahan, tidak ada tanda
infeksi, BAK dan BAB (+).

ANALISA DATA
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 1 hari.

PENATALAKSANAAN
Jam 07.50 WIB Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan
keluarga. Ibu dan keluarga mengerti.
Jam 07.50 WIB Menjaga kehangatan bayi. Bayi memakai baju dan dibungkus
dengan kain bedong dengan pernel dan dipakaikan topi.
Jam 07.51 WIB Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital. Hasil
dalam batas normal.
Jam 08.30 WIB Memindahkan bayi ke ruang cempaka untuk di rawat gabung
dengan ibunya.
Jam 08.40 WIB Memfasilitasi KIE tentang tanda bahaya bayi baru lahir :
a) Kesulitan pemberian ASI, sulit menghisap atau hisapan
lemah.
b) Kesulitan bernafas. Bayi bernapas dengan sangat cepat
atau sangat kambat.
c) Letargi. Bayi terus menerus tidur tanpa bangun untuk
makan.
d) Warna abnormal. Misal: warna kulit atau bibir biru
63

(sianosis) atau bayi terlihat kuning.


e) Suhu tubuh bayi panas (febris) atau terlalu dingin
(hipotermia).
f) Tangis atau perilaku abnormal atau tidak biasa.
g) Gangguan gastrointestinal, misalnya tidak buang air besar
selama 3 hari pertama setelah lahir, muntah terus menerus,
muntah dan terdapat pembesaran abdomen, feses hijau
atau berdarah/lendir.
h) Mata bengkak atau mengeluarkan cairan. Ibu mengerti.

Pengkaji,

Nurhayati

Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

By. Ny.I umur 7 hari

Hari, tanggal : Sabtu, 14 Maret 2020

Jam : 16.49 WIB

Tempat : Dusun. Palawija RT 04/RW.01, Desa Cibeber, Kecamatan


Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya.

Pengkaji : Nurhayati
64

DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bayinya sehat, pergerakan bayi kuat dan menyusui dengan baik.

DATA OBJEKTIF
Keadaan umum baik, menangis kuat, gerakan akrif, warna kulit kemerahan. N:
132x/menit, P: 41x/menit, S: 36,70C. Bayi menyusu dengan kuat, abdomen tidak
kembung, tali pusat belum putus, tidak ada perdarahan, tidak ada tanda infeksi,
BAK dan BAB (+).

ANALISA DATA
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 7 hari.

PENATALAKSANAAN
Jam 16.55 WIB Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang
diberikan. Ibu mengerti.
Jam 16.55 WIB Menjaga kehangatan bayi. Bayi memakai baju dan dibungkus
dengan kain bedong dengan pernel dan dipakaikan topi.
Jam 16.56 WIB Mengobservasi tanda-tanda vital dan tangisan bayi. Hasil
dalam batas normal.
Jam 17.05 WIB Memfasilitasi konseling pada ibu untuk menjaga tali pusat
tetap kering dan bersih. Ibu mengerti.
Jam 17.15 WIB Memfasilitasi konseling kesulitan pemberian ASI ekslusif:
a) Puting susu terasa nyeri dan lecet, akan menghilang jika
posisi mulut bayi dan puting susu sudah benar.
b) ASI kurang.
c) Payudara bengkak. Ibu mengerti dan bersedia
mempraktikan posisi menyusui yang baik dan bersedia
untuk memberikan ASI ekslusif secara on demand agar
payudaranya tidak bengkak.

Pengkaji,
65

Nurhayati

Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

By. Ny.I umur 14 hari

Hari, tanggal : Sabtu, 21 Maret 2020

Jam : 14.30 WIB

Tempat : Dusun. Palawija RT 04/RW.01, Desa Cibeber, Kecamatan


Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya.

Pengkaji : Nurhayati

DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bayinya sehat, pergerakan bayi kuat dan menyusui dengan baik.
66

DATA OBJEKTIF
Keadaan umum baik, menangis kuat, gerakan akrif, warna kulit kemerahan. N:
140x/menit, P: 40x/menit, S: 36,60C. Bayi menyusu dengan kuat, abdomen tidak
kembung, tali pusat belum putus, tidak ada perdarahan, tidak ada tanda infeksi,
BAK dan BAB (+).

ANALISA DATA
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 14 hari.

PENATALAKSANAAN
Jam 14. 35 WIB Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang
diberikan. Ibu mengerti.
Jam 14.35 WIB Menjaga kehangatan bayi. Bayi memakai baju dan dibungkus
dengan kain bedong dengan pernel dan dipakaikan topi.
Jam 14.36 WIB Mengobservasi tanda-tanda vital dan tangisan bayi. Hasil
dalam batas normal.
Jam 14.40 WIB Memfasilitasi konseling mengenai imunisasi rutin lengkap
bagi bayi agar tidak mudah tertular penyakit berbahaya karena
tidak adanya kekebalan tubuh terhadap penyakit tersebut. Ibu
mengerti.
Jam 15.00 WIB Menganjurkan ibu untuk memeriksakan bayinya ke posyandu
setiap bulan untuk memantau perkembangan bayi. Ibu
bersedia.

Pengkaji,

Nurhayati
67
BAB IV

PEMBAHASAN

BAB ini akan dibahas mengenai penatalaksanaan asuhan kebidanan Ny.I


dengan metode tujuh langkah varney. Pembahasan ini dibuat berdasarkan
landasan teoritis dan studi kasus. Untuk memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi agar tindakan yang direncanakan berdasarkan rasional yang relevan dan
dapat di analisa secara teoritis yang dimulai dari pengkajian data, interpretasi
data, analisa data, perencanaan, implementasi dan evaluasi asuhan kebidanan
untuk memudahkan memahami kesenjangan dan kesesuaian yang terjadi pada
kasus ini.
A. Pengkajian Data
Dalam tahapan pengakajian, penulis tidak mendapat hambatan. Hal ini dapat
dilihat dari ibu yang dapat menerima kehadiran penulis saat pengumpulan data
sampai tindakan yang diberikan. Ibu menunjukan sikap terbuka dan menerima
anjuran serta saran yang diberikan oleh penulis dalam memberikan asuhan
kebidanan.
Tindakan yang pertama kali dilakukan di RSUD dr.Soekardjo Tasikmalaya
yakni pengumpulan data subjektif yang terdiri dari identitas ibu, alasan utama
ibu masuk ke rumah sakit, riwayat keluhan utama, riwayat menstruasi, riwayat
perkawinan, riwayat kehamilan sekarang, riwayat kesehatan sekarang dan yang
lalu, riwayat penyakit keluarga, dan riwayat KB. Sementara itu, dilakukan pula
pengumpulan data secara objektif yang terdiri dari pemeriksaan umum ibu,
pemeriksaan fisik (head to toe), dan pemeriksaan dalam.
1. Persalinan
a. Data Subjektif
Ny.I umur 19 tahun G1P0A0 hamil 39-40 minggu rujukan PONED
Manonjaya dengan keluhan mules-mules sejak pukul 12.00 WIB
tanggal 06-03-2020. Hasil pemeriksaan TTV dalam batas normal,
pembukaan 1 cm, ketuban utuh, his: 2x10’x15’’, kepala hodge I, DJJ:
136x/ menit. Observasi pukul 22.00 WIB DJJ: 138x/ menit, his:

68
2x10’x25’’, pembukaan 2 cm, ketuban utuh, kepala hodge I. Pukul
01.00 WIB

69
70

tanggal 07-03-2020 ketuban pecah spontan bercampur mekonium,


pembukaan lengkap, kepala hodge III, his: 3x10’x30’’, DJJ: 138x/
menit. Ibu dipasang infus RL di lengan kiri. Dilakukan pimpinan
meneran ±2 jam tidak ada penurunan.
Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa inersia uteri
merupakan his yang sifatnya lebih lemah, lebih singkat, dan lebih
jarang dibandingkan dengan his yang normal. Inersia uteri terjadi
karena perpanjangan fase laten dan fase aktif atau kedua-duanya dari
kala pembukaan [14].
Ibu datang ke RSUD dr.Soekardjo Tasikmalaya pada pukul 03.35
WIB tanggal 07 Maret 2020 dengan keluhan mules. Pasien mengatakan
selama hamil tidak mengalami keluhan apapun, pasien melakukan
kunjungan antenatal care (ANC) sebanyak 6x di Bidan praktik swasta
(BPS), pasien mengatakan hari pertama haid terakhir tanggal 01-06-
2019.
Berdasarkan HPHT Ny.I memasuki persalinan pada usia kehamilan
39-40 minggu. Hal ini sejalan dengan konsep teori yang menyatakan
persalinan yang normal terjadi pada umur kehamilan cukup bulan (37-
42 minggu) [12].
b. Data Objektif
Pada pelaksanaan di RSUD dr.Soekardjo Tasikmalaya ditemukan
dari pemeriksaan fisik hasil TTV dalam batas normal, TFU 28 cm,
punggung kanan, presentasi kepala, sudah masuk PAP (Divergen).
Penurunan 3/5. HIS: 3x10’x30’’. DJJ: 148x/menit. Genetalia: vulva
vagina tidak ada benjolan, tidak ada varises. Portio tipis, lunak.
Pembukaan lengkap. Penurunan kepala hodge III. Teraba UUK
melintang, tidak ada molase. Ekstremitas atas tidak oedema, kuku tidak
pucat, terpasang infus RL di lengan kiri ibu. Ekstremitas bawah tidak
oedema, tidak ada varises, reflek patella (+).
Berdasarkan data objektif, ditemukan pembukaan lengkap, kepala
hodge III dan his yang tidak adekuat, yaitu his: 3x20’x30’’. Hal ini
71

mengarah pada kejadian inersia uteri disebabkan karena his yang


sifatnya lemah, jarang dan lebih singkat dibandingkan his yang normal
[14].
2. Nifas
a. Data Subjektif
Berdasarkan studi kasus pada Ny.I mengeluh perutnya masih terasa
mules dan linu bekas jahitan. Hal ini menunjukkan pada ibu post
partum involusi uterus merupakan proses yang sangat penting karena
ibu memerlukan perawatan yang khusus, bantuan dan pengawasan
demi pulihnya kesehatan seperti sebelum hamil [42]. Sehingga apa
yang dijelaskan pada tinjauan pustaka dengan studi kasus tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktek.
Pada asuhan masa nifas Ny.I dilakukan sebanyak 4 kali. Pertama,
pemeriksaan dilakukan saat 6 jam postpartum, 1 hari postpartum, 7
hari postpartum dan 14 hari postpartum. Hal tersebut sejalan dengan
yang dijelaskan berdasarkan program dan kebijakan teknis masa nifas
menurut E.Fitriatun, yaitu paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas
untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir untuk mencegah
mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi, yaitu 6-8
jam setelah persalinan, 1-6 hari setelah persalinan, 14 minggu setelah
persalinan dan 6 minggu setelah persalinan [21]. Pada saat masa nifas,
Ny.I mendapatkan pelayanan pemeriksaan tanda-tanda vital,
perdarahan, involusi uteri, dan tanda-tanda bahaya pasca persalinan.
b. Data Objektif
Dari hasil pemeriksaan Ny.I semuanya dalam batas normal. Hal
tersebut sejalan dengan yang dijelaskan dalam buku ajar asuhan masa
nifas bahwa peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas
diantaranya sebagai pelaksana asuhan kepada pasien dalam hal
tindakan perawatan, pemantauan, penanganan masalah, rujukan, dan
deteksi dini komplikasi masa nifas [21]. Masa nifas Ny.I secara
keseluruhan prosesnya berjalan dengan normal.
72

3. Bayi Baru Lahir


a. Data Subjektif
Bayi Ny.I lahir spontan dengan drip oksitosin. Jenis kelamin
perempuan, tangisan merintih, tonus otot lemah, warna kulit
kebiruan dengan jumlah APGAR SKOR 6 yang berarti bayi
mengalami asfiksia sedang. Hal ini sejalan dengan pernyataan nilai
4-6 menunjukkan bayi mengalami asfiksia sedang dan membutuhkan
tindakan resusitasi [31].
Oksitosin dianggap merangsang pengeluaran prostaglandin
sehingga terjadi kontraksi otot rahim. Komplikasi yang penting
diperhatikan pada induksi persalinan dengan oksitosin adalah
ketuban pecah pada pembukaan kecil yang disertai pecahnya vasa
previa dengan tanda perdarahan dan diikuti gawat janin, darah merah
segar, prolapsus bagian kecil janin terutama tali pusat juga dapat
terjadi [43].
b. Data Objektif
Keadaan umum sedang. Kepala, badan, ekstremitas tidak ada
kelainan. Tangisan merintih. Warna kulit kemerahan, ekstremitas
biru. Tonus otot lemah.
Pada kasus bayi Ny.I data yang diperoleh menunjukkan adanya
persamaan gejala yang terdapat dalam tinjauan pustaka dengan kasus
yang terjadi di lapangan sehingga tidak ditemukan adanya
kesenjangan.
Evaluasi awal bayi baru lahir dilaksanakan segera setelah bayi
baru lahir (menit pertama) dengan menilai dua indikator
kesejahteraan bayi yaitu pernafasan dan frekuensi denyut jantung
bayi, karena menit pertama bidan berpacu dengan waktu dalam
melakukan pertolongan bayi dan ibunya, sehingga dua aspek ini
sudah sangat mewakili kondisi umum bayi baru lahir [32].
73

B. Interpretasi Data
1. Persalinan
Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif dan objektif diagnosa
pada kasus ini yaitu G1P0A0 hamil 39-40 minggu persalinan kala II
dengan inersia uteri janin tunggal hidup.
Berdasarkan pengkajian asuhan kebidanan pada kala II yang telah
di dapatkan pada kasus Ny.I merasa kenceng-kenceng mulai tanggal
06 Maret 2020 pukul 12.00 WIB. Pembukaan lengkap dialami ibu
pada tanggal 07 Maret 2020 pukul 01.00 WIB. Bayi lahir pukul 06.25
WIB. Pada primi gravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan
pada multipara rata-rata 0,5 jam [44]. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat kesenjangan antara teori dan praktik dan kondisi Ny.I
mengarah pada kejadian inersia uteri yang ditandai dengan his yang
sifatnya lebih lemah, lebih singkat, dan lebih jarang dibandingkan
dengan his yang normal [18].
Pada persalinan kala III, plasenta lahir pukul 06.30 WIB. 5 menit
setelah bayi lahir, penulis mendapatkan adanya tanda-tanda lepasnya
plasenta, seperti uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat,
semburan darah dan tali pusat memanjang. Beberapa saat kemudian
datang his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-15 menit
seluruh plasenta terlepas didorong kedalam vagina dan akan lahir
spontan atau dengan sedikit dorongan di atas simfisis atau fundus uteri
seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-
200cc [45]. Sehingga didapat antara kasus dan teori tidak ada
kesenjangan.
Setelah plasenta lahir, dilakukan estimasi perdarahan. Ny.I
mengeluarkan darah sejumlah kurang lebih 200 cc. Suatu perdarahan
akan dikatakan fisiologis apabila jumlah darah tidak melebihi 500 cc
74

pada persalinan pervaginam. Perdarahan pasca persalinan adalah


hilangnya darah lebih dari 500 cc setelah anak lahir [45]. Sehingga
didapat antara kasus dan teori tidak ada kesenjangan.
Memasuki persalinan kala IV penulis melakukan pengawasan
selama 2 jam post partum untuk memberikan asuhan pada Ny.I antara
lain: mengobservasi tekanan darah, keadaan umum ibu, tinggi fundus
uteri, kontraksi uteri, kandung kemih dan perdarahan post partum dan
semua hasilnya normal. Kala IV Dimulai saat plasenta lahir sampai 2
jam pertama postpartum [44]. Sehingga tidak didapat kesenjangan
antara teori dan praktik.
2. Nifas
Pada Studi Kasus Ny.I didapat hasil pemeriksaan dalam batas
normal tanpa adanya penyulit. Sehingga pada kasus ini ditegakkan
diagnosa masa nifas normal. Dengan demikian penerapan tinjauan
pustaka dan tinjauan studi kasus Ny.I secara garis besar tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktek.
3. Bayi Bru Lahir
Berdasarkan hasil analisa dan interpretasi data yang diperoleh dari
data pertama, maka diagnosa pada bayi Ny.I adalah: Neonatus cukup
bulan sesuai masa kehamilan umur 0 jam dengan asfiksia sedang.
a. Diagnosa Neonatus Cukup Bulan (NCB) mengacu pada konsep
teori bahwa NCB adalah bayi baru lahir dengan masa gestasi 259-
294 hari (37-42 minggu) [46]. Maka hal ini sesuai dengan data
yang ada yaitu dari hasil bila dihitung dari HPHT: 01-06-2019
sampai bayi Ny.I dilahirkan yaitu tanggal 07 Maret 2020 masa
gestasinya 39 minggu 3 hari dimana masa tersebut berada antara
37 minggu sampai 42 minggu yang menandakan bayi tersebut
adalah neonatus cukup bulan (NCB).
b. Bayi Ny.I lahir pada usia kehamilan 39 minggu 3 hari dengan
berat badan 2500 gram. Berdasarkan klasifikasi neonatus cukup
75

bulan menurut Marni [46], berat badan bayi Ny.I sesuai dengan
masa kehamilan (SMK).
c. Dari tinjauan kasus diperoleh data bayi lahir dengan tidak segera
menangis, tonus otot lemah, warna kulit kemrahan dengan
ekstremitas biru, hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka yang
membahas mengenai tanda dan gejala yang sering muncul pada
asfiksia [31].
Secara garis besar dapat dilihat bahwa tidak ada kesenjangan
antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus Bayi Ny.I.
C. Diagnosa Potensial
Pada langkah ketiga ini bidan melakukan identifikasi dan masalah
potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi.
Langkah ketiga ini merupakan antisipasi bidan, guna mendapatkan asuhan
yang aman. Pada tahap ini bidan diharapkan waspada dan bersiap-siap
untuk mencegah diagnosa/potensial terjadi.

1. Persalinan
Kasus inersia uteri apabila tidak teratasi dapat memanjakan
wanita terhadap bahaya kelelahan, dehidrasi, dan infeksi. Selain
bahaya kelelahan, dehidrasi serta infeksi persalinapun akan menjadi
lama.
Bagi ibu yang akan dialami adalah kelelahan, dehidrasi serta
infeksi. Salah satu penyebab terjadinya infeksi pada ibu yang akan
melahirkan adalah pemeriksaan dalam atau pemeriksaan vagina yang
dilakukan secara terus menerus. Dalam proses persalinan terjadi
kontraksi uterus dan setiap kali kontraksi dapat mengakibatkan rasa
nyeri yang sangat hebat. Rasa nyeri yang sangat ini dapat membuat
ibu merasa sakit dan lama kelamaan akan mengalami kelelahan.
Akibat dari kelelahan ini ibu seringkali mengalami dehidrasi. Pada
saat ibu merasa lelah maka ibu tidak mempunyai tenaga untuk
mengejan.
76

Bagi janin akan mengalami gawat janin. Gawat janin ini


cenderung muncul pada awal persalinan ketika terjadi inersia uteri
sekunder. Tonus otot yang meningkat dengan konstan merupakan
predisposisi terjadinya hipoksia pada janin. Kadang kala, pecahnya
selaput ketuban dalam waktu lama dapat menyertai kondisi ini dan
dapat menyebabkan infeksi intrapartum [19].
Pada kasus Ny.I didapatkan ibu tampak merasa lelah. Kelelahan
ini terjadi karena terhambatnya proses pemecahan glikogen menjadi
tenaga. Asam laktat yang seharusnya dapat digunakan sebagai tenaga
tidak berfungsi karena tubuh kekurangan cairan [19]. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan studi
kasus.

2. Nifas
Berdasarkan data yang ada pada Studi Kasus Ny.I di lapangan
dapat diantisipasi masalah potensial yaitu potensial terjadinya infeksi
luka jahitan perineum. Dengan demikian penerapan tinjauan pustaka
dan manajemen kebidanan pada kasus ini ada kesamaan sehingga
tidak ditemukan adanya kesenjangan.

3. Bayi Baru Lahir


Pada kasus bayi Ny.I yang dilakukan pengkajian segera setelah
lahir penulis dapat meengidentifikasikan masalah potensial yang akan
terjadi pada kasus ini yaitu dapat terjadi infeksi pada tali pusat dan
kematian.
a. Diagnosa potensial terjadinya infeksi pada tali pusat diangkat
melihat keadaan tali pusat bayi masih dalam keadaan basah, yang
merupakan tempat perkembangbiakan yang sangat subur bagi
kuman.
b. Diagnosa potensial kematian diangkat karena bayi masih belum
bernafas secara spontan. Janin akan mengadakan pernafasan
77

intrauterine dan bila diperiksa kemudian terdapat banyak air


ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi
atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang. Jika
berlanjut, bayi akan menunjukan pernafasan yang dalam, denyut
jantung terus menurun, tekanan darah bayi juga mulai menurun
dan bayi akan terlihat lemas [47].
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara garis besar
dapat dilihat bahwa tidak ada kesenjangan antara tinjauan pustaka
dengan tinjauan kasus.
D. Identifikasi Perlunya Penanganan Segera/ Kolaborasi
Pada langkah ini bidan melakukan identifikasi dan menetapkan
kebutuhan terhadap tindakan segera berdasarkan diagnosa/masalah yang
sudah ditegakkan. Kegiatan bidan pada langkah ini adalah konsultasi,
kolaborasi, dan melakukan rujukan.

1. Persalinan
Pada kasus yang terjadi pada Ny.I harus dilakukan tindakan segera
dan melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan. Untuk
mengatasi masalah yang sedang dialami oleh Ny.I menurut
Nurjayanti, diberikan infus oksitosin drips 5 IU dalam 500 cc RL
dimulai dengan 8 tetes per menit, yang dinaikkan 4 tetes/menit setiap
30 menit sampai his menjadi adekuat, maksimal 40 tetes. Maksud
dari pemberian oksitosin ini adalah untuk memperbaiki his sehingga
serviks dapat membuka [19]. Hal ini menujukkan tidak ada
kesenjangan antar teori dan praktek.

2. Nifas
Dalam kasus ini penulis tidak melaksanakan tindakan segera atau
emergency karena tidak ada diagnosa atau masalah yang memerlukan
tindakan segera.

3. Bayi Baru Lahir


78

Dalam teori, tindakan segera dan kolaborasi dilakukan berdasarkan


indikasi yang memerlukan penangan yang cepat dan tepat demi
keselamatan pasien sehingga memerlukan kolaborasi dengan tenaga
kesehatan yang ahli di bidangnya. Dalam kasus ini, tindakan segera
yang dilakukan bidan bersama dokter adalah resusitasi bayi baru lahir
mengingat bayi belum bisa bernafas secara spontan segera setelah bayi
lahir.
Berdasarkan kemungkinan, adanya faktor-faktor ini, maka bidan
seharusnya melakukan persiapan yang maksimal terhadap kelahiran
bayi antara lain tempat yang kondusif untuk melakukan resusitasi,
peralatan dan obat-obatan yang selalu dalam kondisi siap pakai. Jika
hasil pemeriksaan sejak proses kehamilan sampai dengan persalinan
bidan memprediksi kondisi janin baik namun ternyata saat persalinan
memerlukan resusitasi, maka lakukanlah resusitasi secepat mungkin
untuk menyelamatkan bayi [47].
E. Merencanakan Asuhan Kebidanan
Setelah diagnosa dan masalah ditetapkan maka langkah selanjutnya
adalah membuat perencanaan secara menyeluruh.
1. Persalinan
Rencana tindakan yang telah disusun yaitu: Sapa ibu dan keluarga
untuk meningkatkan rasa percaya sehingga ibu menjadi lebih kooperatif
dengan petugas, beritahu hasil pemeriksaan, menganjurkan keluarga
untuk memberikan semangat kepada ibu, minta persutujuan ibu dan
keluarga untuk melakukan tindakan dengan inform consent, laksanakan
tindakan sesuai dengan penerapan asuhan persalinan dengan drip
oksitosin. Damping ibu dalam proses persalinan dan lanjutkan asuhan
kebidanan Kala II, III dan IV persalinan.
Rencana tindakan selanjutnya pada kala II bertujuan agar ibu
melahirkan bayi pervaginam dan mencegah terjadinya robekan pada
vagina dan perineum. Rencana tindakan yang akan diberikan
memfasilitasi infus drip oksitosin untuk memperbaiki kontraksi,
79

melakukan pimpinan persalinan dengan membimbing ibu untuk


meneran, melakukan pengecekan fundus untuk memastikan tidak ada
lagi bayi, memberitahu ibu bahwa penolong akan menyuntikkan
oksitosin, menyuntikkan oksitosin 10 IU di 1/3 paha atas distal lateral
secara IM, menjepit dan memotong tali pusat.
Rencana selanjutnya pada kala III bertujuan agar plasenta lahir utuh
tanpa terjadi komplikasi pada ibu. Rencana tindakan yang akan
diberikan adalah melakukan manajemen aktif kala III (PTT, melahirkan
plasenta, masase fundus uteri), mengevaluasi perdarahan dan
memeriksa robekan pada vagina dan perineum.
Rencana tindakan selanjutnya pada kala IV bertujuan untuk
memastikan tidak terjadi perdarahan dengan melakukan pemantauan
kala IV. Rencana tindakan yang akan diberikan adalah menjelaskan
pada ibu tentang kondisinya saat ini dan keluhan yang dialami adalah
normal pasca persalinan, melakukan pemantauan 2 jam post partum.
Rencana selanjutnya adalah meminta keluarga untuk selalu menemani
ibu dan memenuhi kebutuhan ibu, mengajarkan ibu dan keluarga untuk
memantau kontraksi uterus, jumlah darah yang keluar dan tanda-tanda
bahaya dan menindahkan ibu ke ruang nifas.
Rencana asuhan kebidanan yang telah disusun berdasarkan
diagnosa/masalah potensial, hal ini menunjukkan tidak ada kesenjangan
antara teori dengan manajemen asuhan kebidanan pada penerapan studi
kasus di lahan praktek.
2. Nifas
Dalam Konsep Manajemen Kebidanan bahwa perawatan masa
nifas harus disetujui oleh klien, oleh sebab itu sebelumnya harus di
diskusikan kebenarannya bersama klien sesuai situasi dan kondisi
serta tindakan harus dapat dianalisa secara teoritis [21].
Rencana asuhan yang diberikan pada Ny.I masa nifas normal
adalah sebagai berikut:
a. Mencegah perdarahan masa nifas dan infeksi.
80

b. Memberikan Konseling kepada ibu atau anggota keluarga cara


mencegah perdarahan pada masa nifas.
c. Mengajari ibu cara menyusui pada pemberian ASI awal.
d. Mengajari ibu cara merawat bayi agar tidak terjadi hipotermia dan
menjaga kebersihan bayi terutama pada tali pusat.
e. Memfasilitasi konseling pada ibu mengenai tanda-tanda bahaya
pada masa nifas.
3. Bayi Baru Lahir
Pada studi kasus bayi Ny.I dengan Asfiksia, direncanakan asuhan
kebidanan berdasarkan diagnosa/ masalah aktual dan masalah potensial
yaitu beritahu ibu hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada bayinya
agar ibu mengetahui kondisinya bayinya saat ini, observasi tanda-tanda
vital bayi seperti pernafasan, denyut jantung bayi, warna kulit, dan suhu
bayi, dengan dilakukannya pemantauan tersebut bertujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan dari tindakan yang telah diberikan.
Sehingga perlu dilakukannya tidakan resusitasi pada bayi baru lahir
sesuai dengan alur manajemen bayi baru lahir dengan asfiksia yaitu
Penatalaksanaan asfiksia untuk semua bayi baru lahir, lakukan penilaian
awal dengan menjawab 4 pertanyaan pada saat sebelum bayi lahir dan
segera setelah bayi lahir [32].
Kemudian melakukan pencegahan kehilangan panas, termasuk
menyiapkan tempat yang kering dan hangat untuk melakukan
pertolongan, memposisikan bayi dengan baik, (kepala bayi setengah
tengadah/ sedikit ekstensi atau mengganjal bahu bayi dengan kain),
dilakukan pembersihan jalan nafas dengan alat penghisap yang tersedia
misalnya deele, keringkan tubuh bayi dengan kain yang kering, setelah
itu gunakan kain kering yang baru untuk bayi sambil melakukan
rangsangan taktil [47].
Setelah satu jam dan bayi dalam keadaan yang stabil, bayi Ny.I
dijaga kehangatannya dengan cara mengganti kain, memakaikan baju
dan menyelimutinya di ruang perinatologi kemudian disuntikan vit.K di
81

paha kiri untuk mencegah perdarahan pada otak dan disuntikan HB0
satu jam setelah pemberian vit.K di paha kanan untuk merangsang
pembentukan antibodi terhadap penyakit tertentu.
Hal tersebut sejalan dengan konsep teori yang menjelaskan bahwa
menajeman asuhan bayi baru lahir dengan asfiksia diantaranya nilai
keadaan bayi, menjaga kehangatan bayi dengan mengeringkan tubuh
bayi dan membungkus bayi dengan kain yang bersih dan kering kecuali
muka dan dada, memposisikan bayi sedikit ekstensi dengan mengganjal
bahu bayi dengan kain, membersikan jalan nafas dengan alat penghisap
lendir menggunakan Delee. Nilai kembali keadaan bayi, berikan
rangsangan taktil dengan cara menggosok dan menepuk punggung dan
kaki bayi, atur kembali posisi bayi, nilai keadaan bayi. Jika bayi
bernapas normal, warna kulit kemerahan, tonus otot baik atau
pergerakan aktif maka dilakukan asuhan pasca resusitasi yaitu dengan
pemantauan tanda bahaya, perawatan tali pusat, inisiasi menyusui dini,
pencegahan hipotermi, pemberian Vit.K, pemberian salep mata/ tetes
mata, pemeriksaan fisik [48].
Secara keseluruhan bayi Ny.I saat dilakukan penilaian awal dan
dilakukan pemeriksaan fisik sesuai dengan yang terdapat pada teori
bayi Ny.I mengalami asfiksia sedang. Saat pemeriksaan kunjungan
neonatus, tidak ada masalah yang berarti.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori
dan kasus yang didapatkan. Dimana rencana asuhan yang teori katakan
memiliki kesamaan dengan kasus yang didapat.
F. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan
Pada langkah ini semua perencanaan asuhan dilaksanakan oleh bidan
baik secara mandiri ataupun berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.

1. Persalinan
Pada kasus Ny.I dengan inersia uteri semua tindakan yang telah
direncanakan yaitu dengan pemberian infus oksitosin 5 IU dalam 500 cc
82

RL dimulai dengan 8 tetes/menit lalu dinaikkan 4 tetes/menit setiap 30


menit maksimal 40 tetes sudah dilakukan seluruhnya dengan baik, tanpa
ada hambatan karena adanya kerja sama dan penerimaan yang baik dari
Ny.I serta dukungan dari keluarga dan petugas kesehatan yang ada di
ruang bersalin RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya.

2. Nifas
Pada tahap pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny.I, penulis
melaksanakan tindakan asuhan kebidanan sesuai dengan perencanaan.
Dalam penatalaksaan, telah diberikan asuhan pada ibu nifas normal
yaitu sebagaimana asuhan kebidanan yang diberikan untuk ibu nifas
normal diantaranya memberikan KIE tentang pemenuhan nutrisi, pola
istirahat, cara menyusui, personal hygiene, tanda-tanda bahaya pada
masa nifas, cara perawatan bayi di rumah dan memberikan konseling
KB secara dini. Pada tahap ini penulis tidak menemukan hambatan
yang berarti karena adanya kerjasama dan penerimaan yang baik dari
klien dan keluarga serta dukungan, bimbingan dan asuhan dari
pembimbing di lahan praktek.

3. Bayi Baru Lahir


Pada saat pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi Ny.I tindakan
yang telah direncanakan seluruhnya telah dilaksanakan dengan baik.
Dalam pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan penulis tidak
menemukan hambatan yang berarti karena seluruh tindakan yang
dilakukan sudah berorientasi pada kebutuhan pasien.
G. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen kebidanan
dimana pada tahap ini ditemukan kemajuan atas keberhasilan dalam
mengatasi masalah yang dihadapi klien. Pada langkah ketujuh ini
dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi
sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam
83

masalah dan diagnosa [47]. Beberapa hal yang dievaluasi, yaitu: apakah
ibu sudah mengerti penjelasan yang diberikan, apakah ibu sudah
melakukan apa yang telah di anjurkan dan telah diajarkan, bagaimana
keadaan umum ibu, mengukur tanda-tanda vital ibu untuk memantau
keadaan ibu, apakah kecemasan ibu teratasi, apakah persalinan dengan
inersia uteri dapat diatasi.

1. Persalinan
Pada kasus Ny.I dengan inersia uteri dapat diatasi dengan baik. Hal
ini ditandai dengan kekuatan his yang pada awalnya tidak adekuat
akhirnya menjadi his yang adekuat ketika dilakukan kolaborasi dengan
dokter spesialis kandungan dengan pemberian infus drip oksitosin. His
yang tadinya tidak mampu untuk melakukan menurunkan kepala janin
akhirnya dapat menunjukkan posisi kepala janin di hodge IV setelah
diinduksi dengan infus oksitosin. Maka dapat disimpulkan bahwa mulai
dari kala II sampai dengan kala IV berlangsung normal. Hal tersebut
terjadi karena manajemen asuhan yang diberikan sesuai dengan teori
dan wewenang bidan.

2. Nifas
Setelah dilakukan pemeriksaan selama 14 hari di dapatkan hasil
keadaan umum baik kesadaran composmentis serta ibu merasa nyaman
dengan keadaannya, tanda-tanda vital dalam batas normal.
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas telah sesuai dengan
landasan hukum pada asuhan kebidanan yaitu Pasal 47 bidan dalam
menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan
kesehatan ibu. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana pasal 47 diberikan
pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa
menyusui dan masa antara dua kehamilan.

3. Bayi Baru Lahir


84

Pada kasus bayi Ny.I dengan asfiksia evaluasi yang berhasil


dilakukan sebelum dan sesudah tindakan meliputi: keadaan umum bayi
mulai membaik, kesadaran composmentis, bayi sudah menangis, tanda-
tanda vital dalam batas normal seperti, suhu bayi sudah normal,
pernafasan bayi mulai teratur, tonus otot sudah membaik dan tidak ada
tanda-tanda infeksi seperti pada tali pusat kemerahan, panas, bengkak,
nyeri, dan mengeluarkan pus/nanah yang berbau busuk.
Dengan demikian, dapat terlihat bahwa proses manajemen kebidanan
yang diterapkan pada bayi Ny.I dengan diagnosa Neonatus Cukup
Bulan Sesuai Masa Kehamilan dengan asfiksia di RSUD dr.Soekardjo
Kota Tasikmalaya berhasil dan bayi sudah dalam keadaan baik. Pada
kunjungan neonatus, penulis tidak menemukan komplikasi atau masalah
pada bayi baru lahir.
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan
Asuhan kebidanan komprehensif pada Ny.I telah dilakukan mulai tanggal
07 Maret 2020 sampai dengan tanggal 21 Maret 2020 yang dimulai dari saat
persalinan kala II sampai dengan 14 hari masa nifas.
1. Pada tahap pengkajian data, penulis mendapatkan data subjektif dan data
objektif pada pasien yang mengeluh mules-mules sejak jam 12.00 WIB
(06-03-2020) dan didapatkan pemukaan lengkap dengan his: 3x10’x30’’
pada jam 02.00 WIB (07-03-2020). Maka dilakukan asuhan sesuai dengan
kebutuhan pasien.
2. Pada persalinan Ny.I ditegakkan diagnosa berdasarkan adanya kekuatan
his yang tidak adekuat untuk melakukan pembukaan dan penurunan
kepala janin, disini kekuatan his lemah dan frekuensinya jarang. His yang
seperti ini dinamakan inersia uteri.
3. Diagnosa potensial yang dapat terjadi pada Ny.I dengan inersia uteri
diantanya kelelahan. Maka dari itu penulis memfasilitasi pemenuhan
kebutuhan nutrisi, dan ibu bersedia minum ±150 ml teh manis saat tidak
ada kontraksi.
4. Ny.I dilakukan tindakan segera atau kolaborasi dengan dokter spesialis
kandungan untuk memperbaiki kekuatan his agar bisa melakukan
pembukaan serviks dan penurunan kepala.
5. Rencana asuhan yang diberikan pada proses persalinan Ny.I yaitu
memfasilitasi pemasangan infus drip oksitosin dengan tujuan memperkuat
his agar menjadi his yang adekuat.
6. Dari hasil pemantauan, didapatkan hasil bahwa tindakan yang dilakukan
pada Ny.I berhasil dan terlaksana dengan baik serta mencapai tujuan yang
diinginkan yaitu his yang tidak adekuat akhirnya menjadi adekuat dan
terjadi penurunan kepala sehingga proses persalinan dapat berlangsung
secara normal.

85
86

7. Hasil evaluasi pada Ny.I dilaksanakan dengan baik sesuai dengan


pencapaian, respon pasien yang sangat baik dan mendukung sesuai
dengan pelaksanaan yang diberikan. Selain itu ibu juga mengerti apa yang
telah dijelaskan dan pelaksanaan dilakukan sesuai denngan standar
operasional prosedur pelayanan kebidanan.
8. Dari hasil pengkajian data subjektif dan data objektif, ibu mengeluh perut
masih terasa mules dan hasil pemeriksaan seluruhnya dalam batas normal.
Sehingga pada kasus ini ditegakkan diagnosa masa nifas normal.
9. Diagnosa potensial yang dapat terjadi pada Ny.I dapat diantisipasi yaitu
potensial terjadinya infeksi luka jahitan perineum. Sehingga dalam asuhan
masa nifas ini penulis tidak melaksanakan tindakan segera atau
emergency.
10. Rencana asuhan yang diberikan pada Ny.I diantaranya mencegah
perdarahan dan infeksi, memberikan KIE, dan pemberian konselung
mengenai tanda bahaya masa nifas.
11. Pada tahap pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny.I, penulis
melaksanakan tindakan asuhan kebidanan sesuai dengan perencanaan.
12. Setelah dilakukan pemeriksaan selama 14 hari di dapatkan hasil keadaan
umum baik kesadaran composmentis serta ibu merasa nyaman dengan
keadaannya, tanda-tanda vital dalam batas normal.
13. Pada bayi Ny.I, untuk menegakkan diagnosa pada kasus bayi baru lahir
dengan asfiksia sedang yaitu dengan mengumpulkan data subjektif dan
objektif pada bayi Ny.I dan didapatkan keadaan umum sedang. Kepala,
badan, ekstremitas tidak ada kelainan. Tangisan merintih. Warna kulit
kemerahan, ekstremitas biru. Tonus otot lemah. APGAR SKOR berada
pada nilai 4-6 yang berarti bayi mengalami asfiksia sedang. Sehingga
diperlukannya penanganan cepat dan tepat yaitu untuk melakukan
resusitasi.
14. Pada kasus bayi Ny.I yang dilakukan pengkajian segera setelah lahir
penulis dapat meengidentifikasikan masalah potensial yang akan terjadi
pada kasus ini yaitu dapat terjadi infeksi pada tali pusat dan kematian.
87

15. Tindakan segera yang dilakukan bidan adalah resusitasi bayi baru lahir
mengingat bayi belum bisa bernafas secara spontan segera setelah bayi
lahir.
16. Rencana asuhan kebidanan yang diberikan pada bayi Ny.I yaitu beritahu
ibu hasil pemeriksaan, observasi TTV, dll. Dengan dilakukannya
pemantauan tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
dari tindakan yang telah diberikan.
17. Pada saat pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi Ny.I tindakan yang
telah direncanakan seluruhnya telah dilaksanakan dengan baik.
18. Hasil tindakan asuhan kebidanan pada bayi Ny.I dengan asfiksia sedang
yaitu asuhan yang telah diberikan berhasil ditandai dengan keadaan umum
bayi mulai membaik, bayi sudah menangis, bernafas teratur, dan ada
reaksi bila diberi rangsangan. Seluruh tindakan yang telah direncanakan
berlangsung dengan baik dan tanpa hambatan.
19. Asuhan kebidanan neonatus pada bayi Ny.I P1A0 dengan neonatus normal,
tanpa disertai komplikasi.

B. Saran
1. Bagi Pasien dan Keluarga
Diharapkan hasil pengkajian ini dapat menjadi pengetahuan dan
wawasan bagi ibu bersalin mengenai pengetahuan tentang persalinan dan
apa-apa saja yang menjadi penghambat persalinan.
2. Bagi Bidan
a. Tenaga kesehatan khususnya bidan hendaknya senatiasa membina
hubungan yang baik dengan klien dan keluarganya agar tercapai
tujuan yang diingikan.
b. Bidan harus memperdalam ilmu lagi mengetahui tentang hal-hal apa
saja yang menjadi wewenangnya dan apa-apa saja yang tidak boleh
untuk dilakukan dan tindakan apa saja yang harus melakukan
penanganan segera maupun kolaborasi dengan dokter spesialis
kandungan.
88

c. Bidan harus lebih meningkatkan kemampuan dalam memberikan


pelayanan yang baik selama masa kehamilan, persalinan, maupun
pada masa nifas agar ibu bisa merasa puas dan nyaman dengan
pelayanan yang diberikan.
d. Bidan sebaiknya harus selalu memperbaharui pengetahuan dan
menerapkannya dalam asuhan terbaru untuk upaya penurunan AKI
dan AKB.
3. Bagi STIKes Muhammadiyah Ciamis
Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan perlu kiranya pembelajaran
tentang penerapan manajemen kebidanan dalam pemecahan masalah lebih
ditingkatkan dan dikembangkan mengingat proses tersebut sangat
bermanfaat dalam membina tenaga bidan guna menciptakan sumber daya
manusia yang berpotensi dan professional.
4. Bagi RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya
a. Sebagai pihak di rumah sakit selalu memeriksa kelengkapan dan
kelayakan alat yang akan digunakan agar selalu dalam kondisi siap
pakai.
b. Mengsosialisasikan penerapan APN terbaru dalam pemberian
pelayanan.
c. Adanya pelatihan bagi tenaga kesehatan tentang penatalaksanaan
resusitasi secara up to date.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Icemi Sukarni, “Persalinan Kala II,” Buku Ajar Keperawatan Matern., p.
2018, 2013.

[2] A. Y. Intan, “Inersia Uteri,” Elib.Unikom.Ac.Id, 2019.

[3] S. Susiana, “Angka Kematian Ibu : Faktor Penyebab Dan Upaya


Penanganannya,” 2019.

[4] E. L. Achadi, “Kematian Maternal dan Neonatal di Indonesia,”


Rakerkernas 2019, pp. 1–47, 2019.

[5] B. B. Lahir, “HUBUNGAN ANTARA LAMA PERSALINAN KALA II


DAN JENIS PERSALINAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA
BAYI BARU LAHIR Yuni Dwi Saptini 1 , Weni Tri P 2 , Anis Nikmatul
3,” pp. 70–79.

[6] M. E. UUS SUKMARA, SKM, “Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat,”


Dinkes JABAR, 2017.

[7] DINKES TASIKMALAYA, “JUMLAH KEMATIAN NEONATAL,


BAYI, DAN BALITA MENURUT JENIS KELAMIN TAHUN 2018,”
Diskominfo Kota Tasikmalaya, 2019. [Online]. Available:
https://data.tasikmalayakota.go.id/tag/2019/.

[8] L. T. Akhir and E. Cahyani, “Asuhan kebidanan pada ibu nifas post sectio
caesarea dengan anemia ringan di ruang delima rsud kabupaten ciamis,”
2018.

[9] P. Yuriati, “Jurnal Cakrawala Kesehatan , Vol. X, No.01, Februari 2019,”


vol. X, no. 01, pp. 54–59, 2019.

[10] “(Q.S Al-Insan: 2).,” p. 2.

[11] Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu,
“Hadist Tentang Kesehatan,” p. 40.

89
[12] ini pengarang Goyena, Rodrigo, “Inas Ini Judul,” J. Chem. Inf. Model.,
vol. 53, no. 9, pp. 1689–1699, 2013.

[13] D. Lestari, “Hubungan antara Usia Ibu dengan Kejadian Penyulit


Persalinan di RSUD Banyumas,” pp. 1-29Lestari, D. (2015). Hubungan
antara Usia Ibu d, 2015.

[14] I. Farahdiba and T. R, “Hubungan Paritas Dan Umur Ibu Terhadap


Kejadian Inersia Uteri Pada Ibu Bersalin Di RSIA Sitti Khadijah 1
Makassar Tahun 2019,” J. Kesehat. Delima Pelamonia, vol. 3, no. 2, pp.
96–102, 2019.

[15] N. Marwiyah, “HUBUNGAN PENYAKIT KEHAMILAN DAN JENIS


PERSALINAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI
RSUD dr DRADJAT PRAWIRANEGARA SERANG,” NurseLine J., vol.
1, no. 2, p. 8, 2016.

[16] D. Mulyanti, “Faktor Predisposing, Enabling Dan Reinforcing Terhadap


Penggunaan Alat Pelindung Diri Dalam Asuhan Persalinan Normal di
Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh Tahun 2008,” USU e-Repository, 2010.

[17] R. Wahyuni and S. Rohani, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan


Preterm,” J. Aisyah J. Ilmu Kesehat., vol. 2, no. 1, pp. 61–68, 2017.

[18] M. I. Fitrianda, Digital Digital Repository Repository Universitas


Universitas Jember Jember Digital Digital Repository Repository
Universitas Universitas Jember. 2013.

[19] N. ( R. H. M. Nurjayanti, “Inersia Uteri,” 2017.

[20] “QS. An-Nahl,” no. 7, p. 7.

[21] E. Fitriatun, “Buku Ajar Masa Nifas,” J. Chem. Inf. Model., vol. 53, no. 9,
pp. 1689–1699, 2019.

[22] D. M. Mackay, “Kunjungan Masa Nfas,” Lancet, vol. 302, no. 7843, p.
1439, 2018.

90
[23] Y. Safitri, “Perubahan Pada Masa Nifas,” Masa Nifas, pp. 13–19, 2011.

[24] E. Murdiana, “Manajemen Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada Bayi
Ny. S Dengan Hipotermia Sedang Di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh
Yusuf Gowa Tahun 2017,” Karya Tulis Ilm., pp. 1–111, 2017.

[25] Direktorat Kesehatan Anak Khusus, “Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi


Baru Lahir Berbasis Perlindungan Anak,” Kementeri. Kesehat. Republik
Indones., pp. 1–68, 2010.

[26] A. R. L. Francisco, “ASUHAN BAYI BARU LAHIR,” J. Chem. Inf.


Model., vol. 53, no. 9, pp. 1689–1699, 2013.

[27] A. Adam, A. A. Bagu, and N. P. Sari, “Pemberian Inisiasi Menyusu Dini


Pada Bayi Baru Lahir,” J. Kesehat. Manarang, vol. 2, no. 2, p. 76, 2016.

[28] Y. Herawati and M. Indriati, “Pengaruh Pemberian Asi Awal Terhadap


Kejadian Ikterus Pada Bayi Baru Lahir 0-7 Hari,” J. Kebidanan, vol. 3, no.
01, pp. 67–72, 2017.

[29] A. S. Rahma and M. Armah, “Analisis faktor risiko kejadian asfiksia pada
bayi baru lahir di RSUD Syekh Yusuf Gowa dan RSUP Dr Wahidin
Sudirohusodo Makassar tahun 2013,” J. Kesehat., vol. VII, no. 1, pp. 277–
287, 2014.

[30] W. D. Intarti, L. Puspitasari, and R. I. Pradani, “Efektifitas Muscle


Pumping Dalam Meningkatkan Score Apgar Pada Bayi Baru Lahir Dengan
Asfiksia,” J. Kebidanan, vol. 8, no. 01, pp. 1–13, 2016.

[31] W. Carolus, J. Rompis, and R. Wilar, “Hubungan Apgar Skor Dan Berat
Badan Lahir Dengan Sepsis Neonatorum,” e-CliniC, vol. 1, no. 2, pp. 1–7,
2013.

[32] N. F. Rahmah, “Asuhan kebidanan komprehensif,” Univ. Nusant. PGRI


Kediri, vol. 01, pp. 1–7, 2017.

[33] “QS. Ar-Rum.”

91
[34] K. K. P et al., “UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
4 TAHUN 2019 TENTANG KEBIDANAN,” Kementeri. Kesehat.
Republik Indones., vol. 1, no. 4, pp. 1–21, 2019.

[35] D. Handayani, Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan. 2012.

[36] S. Found, M. P. Detected, Y. Document, S. Improvement, I. Diagnosis, and


A. R. Technology, “Asuhan Kebidanan,” J. Edudikara, vol. 2, no. 2, pp. 3–
5, 2018.

[37] M. Megawati and M. Fatmala, “Jurnal BidkesmasVol 2, Nomor 6, Bulan


Agustus Tahun 2015,” J. Bidkesmas, vol. 2, pp. 51–55, 2016.

[38] Iryana and R. Kawasati, “Teknik Pengumpulan Data,” Stain Sorong, vol. 4,
no. 1, p. 東京:音楽之友社:pp. 56-79, 2013.

[39] B. A. B. Iii, A. Pendekatan, and J. Penelitian, “M. Nazir, ‘ Metode


Penelitian’ (Jakarta: Ghalia Indonesia) 27 41 digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id,” pp. 41–47,
2019.

[40] A. Khozin, “Persepsi Pemustaka Tentang Kinerja Pustakawan Pada


Layanan Sirkulasi Di Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen,”
Menejemen, pp. 30–39, 2013.

[41] Nasuti, “Pendokumentasian Pengkajian Data Fokus,” 2013.

[42] I. Gunawan and T. Astuti, “Tinggi fundus uteri pada ibu post partum yang
melaksanakan senam nifas,” vol. XI, no. 2, pp. 183–188, 2015.

[43] D. Ayuni, “Hubungan Induksi Persalinan Oksitosin Drip Muhammadiyah


Bantul Tahun 2016 Muhammadiyah Bantul,” p. 6, 2017.

[44] A. Andira, “Persalinan Normal,” Kesehat. Reproduksi, vol. 1, no. 1, pp. 1–


3, 2013.

[45] R. M. Silalahi, Verarica; Putri, “457 Jurnal Care Vol .5, No.3,Tahun 2017,”

92
J. Care, vol. 05, no. 3, pp. 393–402, 2017.

[46] E. Azlin, “Efektivitas Fototerapi Ganda dan Fototerapi Tunggal dengan


Tirai Pemantul Sinar pada Neonatus yang Mengalami Jaundice,” Sari
Pediatr., vol. 13, no. 2, p. 111, 2016.

[47] N. F. Rahmah, “Manajemen asuhan kebidanan,” Univ. Nusant. PGRI


Kediri, vol. 01, pp. 1–7, 2017.

[48] misbakhul anwari, “Manajemen Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir
dengan Asfiksia,” no. September, pp. 160–164, 2018.

93
DAFTAR SINGKATAN

AKI Angka Kematian Ibu


AKB Angka Kematian Bayi
ANC Antenatal Care
APGAR Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration
APN Asuhan Persalinan Normal
ASI Air Susu Ibu
BAB Buang Air Besar
BAK Buang Air Kecil
BB Berat Badan
BBL Bayi Baru Lahir
DJJ Detak Jantung Janin
HB Hepatitis B
Hb Hemoglobin
HPHT Hari Pertama Haid Terakhir
HPP Haemorogi Post Partum
HTP Hari Tafsiran Persalinan
IDAI Ikatan Dokter Anak Indonesia
IGD Instalasi Gawat Darurat
IM Intramuscular
IMD Inisiasi Menyusu Dini
IV Intravena
KB Keluarga Berencana
KIA Kesehatan Ibu dan Anak
KIE Komunikasi, Informasi dan Edukasi
LTA Laporan Tugas Akhir
N Nadi
NCB Neonatus Cukup Bulan
P Pernafasan
PAP Pintu Atas Panggul
PB Panjang Badan
PONED Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
PONEK
Komprehensif
Posyandu Pos Pelayanan Terpadu
PTT Peregangan Tali pusat Terkendali
RL Ringer Laktat
RSUD Rumah Sakit Umum Daerah
S Suhu
SDGs Sustainable Development Goals
SDM Sumber Daya Manusia
SF Ferrous Sulfate
SMK Sesuai Masa Kehamilan
SOP Standar Operasional Prosedur
TB Tinggi Badan

94
TD Tekanan Darah
TFU Tinggi Fundus Uteri
TT Tetanus Toksoid
TTV Tanda-Tanda Vital
UKK Unit Kerja Koordinasi
USG Ultrasonografi
UU Undang-Undang
UUK Ubun-Ubun Kecil
VTP Ventilasi Tekanan Positif

95
LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Nama : Nurhayati

Tempat/Tanggal Lahir : Ciamis,19 April 1999

Email/HP : nurhayatinuy69@gmail.com/087872220830

Alamat : Dsn.Cukangpadung RT 07 RW 04, Desa Panjalu,


Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis.

Riwayat Pendidikan

1. SDN 1 Panjalu : Tahun 2005 - 2011


2. SMPN 1 Panjalu : Tahun 2012 - 2014
3. SMAN 1 Cihaurbeuti : Tahun 2015 - 2017
4. D3 Kebidanan STIKes Muhammadiyah Ciamis : Tahun 2018 – 2020

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Responden


Lampiran 3 Kartu Bimbingan
KARTU BIMBINGAN
PENYUSUNAN LAPORAN TUGAS AKHIR
PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN
STIKes MUHAMMADIYAH CIAMIS

NAMA : Nurhayati

NIM : 1702277020

PEMBIMBING I : Aulia Ridla Fauzi, SST.M.Keb.

PEMBIMBING II : Rosidah Solihah, SST., M. Tr. Keb.

PEMBIMBING AIK : H. Iif Saeful Haque, S.Kep.M.H.Kes.

HARI/ MATERI HASIL KONSULTASI/


NO TTD
TANGGAL BIMBINGAN BIMBINGAN
PEMBIMBING

1 6 April 2020 Dokumentasi soap Mengoreksi sesuai dengan


kehamilan, persalinan, saran di kolom komentar.
nifas.

2 15 Mei 2020 Dokumentasi soap Koreksi sesuai dengan saran


kehamilan s/d bayi 7 di kolom komentar dan
hari selanjutnya menyertakan
dokumentasi observasi dan
partograph.

3 25 Juni 2020 Bab I sd III Bab 2 tidak perlu terlalu


banyak.
Konsul berikutnya, halaman
disatukan dari cover hingga
daftar Pustaka, jangan ada
daftar piustaka di setiap Bab.
Sitasi mohon diperbaiki,
mengikuti panduan LTA.
Selebihnya perbaiki sesuai
saran dalam kolom komentar.
4 24 Juni 2020 Ayat-ayat Al-Qur’an Pada BAB 1 Tambahkan
dan Hadist yang
hadist yang berhubungan
berkaitan dengan
kebidanan. dengan judul LTA.
BAB 2 cukup.

5 25 Juni 2020 Hadist yang relevan Sertakan tulisan Arab pada


dengan tema LTA. hadist yang ditulis.

6 27 Juni 2020 Melengkapi keterangan ACC.


hadist.

7 27 Juni 2020 BAB I, II, III Perbaiki sesuai saran,


penulisan lihat panduan,
SOAP perbaiki

8 30 Juni 2020 BAB I-V Kategori inersia uteri pada


kasus yang dibahas

9 1 Juli 2020 BAB I-V Perbaikan disempurnakan


ACC
10 6 Juli 2020 BAB I-V ACC Laporan LTA

11 14 Juli 2020 BAB I,II,III Perbaiki sesuai kolom


komentar.

12 16 Juli 2020 BAB I,II,III ACC Kasus Komprehensif.

13 03 Agustus Laporan Tugas Akhir Perbaiki sesuai dengan yang


2020 tertera di kolom komentar.

14 04 Agustus Laporan Tugas Akhir Perbaiki BAB IV dengan


2020 menggunakan 7 langkah
varney

15 11 Agustus Laporan Tugas Akhir Sertakan hasil pemeriksaan


2020 yang lebih mengarah ke
interpretasi data pasien.
16 12 Agustus Laporan Tugas Akhir ACC
2020

17 13 Agustus Laporan Tugas Akhir ACC


2020
Lampiran 4 Lembar Observasi Persalinan

Nama Ny.I / Tn.D


Umur 19 tahun / 28 tahun
Agama Islam / Islam
Pendidikan SMK / SMK
Pekerjaan IRT / Dagang
Golongan Darah O / O
Alamat Dsn. Palawija RT 04/RW 01, Desa Cibeber,
Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya.
a. Identitas Istri/Suami:
b. Diagnosa: G1P0A0 hamil 39-40 minggu inpartu kala II dengan Inersia Uteri.

TTV DJJ
Jam
TD P R S His

04.28 110/80 82 22 36,5 3x10’x30’ 152



04.58 110/80 81 21 3x10’x30’ 149

05.28 110/80 84 22 36,5 3x10’x40’ 143

05.58 110/80 83 21 4x10’x45’ 124

Lampiran 5 Lembar Partograf
a. Halaman depan
b. Halaman belakang
Lampiran 6 Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai