I UMUR
19 TAHUN DENGAN INERSIA UTERI DI RSUD
dr.SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA
Oleh :
NURHAYATI
NIM. 1702277020
PERSETUJUAN
Laporan Tugas Akhir ini telah memenuhi persyaratan dan disetujui oleh
pembimbing Program Studi D3 Kebidanan
Untuk Sidang Laporan Tugas Akhir
Pada tanggal 13 Agustus 2020
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Mengetahui
Ketua Program Studi D3 Kebidanan
ii
Judul : Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny.I Umur 19 Tahun Dengan
Inersia Uteri di RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya.
Nama : Nurhayati
NIM : 1702277020
PENGESAHAN
Laporan Tugas Akhir ini telah dipertahankan dan diperbaiki sesuai dengan
masukan Dewan Penguji
Mengesahkan,
Penguji I
Penguji II
Mengetahui,
Ketua Ketua Program Studi
D3 Kebidanan
STIKes Muhammadiyah Ciamis,
iii
PERNYATAAN
NURHAYATI
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi atas Taufik, Rahmat
dan Hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir
ini dengan judul ”Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny.I Umur 19 Tahun
Dengan Inersia Uteri di RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya”.
Laporan Tugas Akhir ini diajukan untuk salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan D3 Kebidanan dan memenuhi gelar Ahli Madya di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis. Penulis menyadari
bahwa penyusunan dan penulisan laporan kasus komprehensif ini masih banyak
kekurangan dan belum sempurna.
Pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini yaitu kepada yang terhormat:
1. Drs. H. Jamjam Erawan, selaku Ketua Badan Pembina Harian STIKes
Muhammadiyah Ciamis.
2. H. Dedi Supriadi, S.Sos. S. Kep., M. MKes., selaku Ketua STIKes
Muhammadiyah Ciamis.
3. Neli Sunarni, M.Keb, selaku Ketua Program Studi D3 Kebidanan
4. Aulia Ridla Fauzi, SST., M. Keb., selaku pembimbing I, Rosidah Solihah,
SST., M. Tr. Keb., selaku pembimning II dan H. Iif Saeful haque, S.Kep.,
M.H.Kes., selaku pembimbing AIK yang yang telah bersedia meluangkan
waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan Laporan
Tugas Akhir ini.
5. Dr. H. Wasisto Hidayat, M. Kes., selaku Direktur RSUD dr. Soekardjo Kota
Tasikmalaya memberikan ijin untuk penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
6. Bidan-bidan di RSUD dr.Soekardjo Tasikmalaya yang telah membantu
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
7. Rekan-rekan satu angkatan yang telah memberikan motivasi selama
penyusunan laporan kasus komprehensif ini, terimakasih atas kerjasamanya.
v
Penulis berharap Laporan Tugas Akhir ini tidak hanya menambah
pengetahuan, tetapi dapat menjadikan inisiatif dan merangsang kreativitas dalam
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam ilmu kebidanan.
Akhirul Kalam penulis mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya
apabila ada kekurangan dan tidak bisa menyebutkan satu per satu. Terima kasih,
semoga apa yang di cita-citakan bersama dikabulkan oleh Allah SWT, aamiiin.
Penulis.
vi
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.I UMUR 19 TAHUN
DENGAN INERSIA UTERI DI RSUD DR. SOEKARDJO KOTA
TASIKMALAYA1
INTISARI
Inersia uteri adalah his yang sifatnya lebih lemah, lebih singkat, serta lebih jarang
dibanding his yang normal. Inersia uteri adalah salah satu faktor risiko terjadinya
asfiksia pada bayi baru lahir yang dapat menyebabkan kerusakan neurologis yang
mencolok, kejang dan akan terjadi keterlambatan tumbuh kembang pada bayi.
Angka Kematian Ibu (AKI) saat ini masih jauh dari target Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs) yakni 70 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2030. Sebagian besar kematian ibu di akibatkan
penyakit/komplikasi terkait kehamilan dan persalinan. Pengkajian ini bertujuan
untuk melaksanakan Manajemen Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.”I”
di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya pada tahun 2020 sesuai dengan
pendekatan 7 langkah Varney dan di dokumentasikan dalam bentuk SOAP. Hasil
dari pengkajian yang dilakukan pada Ny.”I” tidak ditemukan hambatan pada saat
penanganan kasus ini. Metode penyusunan laporan tugas akhir ini dengan cara
wawancara, dokumentasi, observasi dan studi kepustakaan. Dari hasil penyusunan
laporan laporan tugas akhir ini mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata
dalam pembuatan asuhan kebidanan komprehensif. Kesimpulan dari hasil
pelaksanaan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny.“I” dilaksanakan cukup
baik.
vii
COMPREHENSIVE MIDWIFERY CARE FOR MRS I AGED 19 YEARS
OLD WITH UTERINE INERTIA IN RSUD SOEKARDJO
TASIKMALAYA 1
Uterine inertia is a contraction that is weaker, shorter, and less frequent than
regular contractions. Uterine inertia is one of the risk factors for asphyxia in
newborns, which can cause prominent neurological damage, seizures, and delays
in growth and development in infants. The Maternal Mortality Rate (MMR) is still
far from the Sustainable Development Goals (SDGs) target of 70 per 100,000 live
births in 2030. Most maternal deaths are due to illness/complications related to
pregnancy and childbirth. This study aims to carry out Comprehensive Midwifery
Management in Mrs. "I" at RSUD dr.Soekardjo Tasikmalaya in 2020, according
to Varney's 7-step approach and documented in the form of SOAP. The results of
the assessment conducted on Mrs. "I" found no obstacles when handling this case.
The method of preparing this final report is by interview, documentation,
observation, and literature study. From the results of the preparation of this final
project report, get a picture and real experience in making comprehensive
midwifery care—the conclusion of the results of the implementation of holistic
midwifery in Mrs. "I" is quite good.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN...........................................................................iv
KATA PENGANTAR.......................................................................................v
INTISARI..........................................................................................................vii
ABSTRACT.......................................................................................................viii
DAFTAR ISI......................................................................................................ix
DAFTAR TABEL..............................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................4
C. Tujuan.................................................................................................4
D. Manfaat...............................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Umum Persalinan Normal...................................................6
B. Tinjauan Umum Inersia Uteri.............................................................8
C. Tinjauan Umum Masa Nifas...............................................................11
D. Tinjauan Umum Bayi Baru Lahir.......................................................15
E. Tinjauan Umum Asfiksia....................................................................19
F. Tugas dan Kewenangan Bidan Menurut UU......................................26
G. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan..............................................29
H. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP).................................33
ix
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Metode Pengkajian.............................................................................39
B. Tempat dan Waktu Pengkajian...........................................................40
C. Subjek yang Dikaji.............................................................................40
D. Jenis Data yang Digunakan................................................................40
E. Instrumen Pengkajian.........................................................................41
F. Tinjauan Kasus...................................................................................41
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian Data..................................................................................70
B. Interpretasi Data.................................................................................73
C. Diagnosa Potensial.............................................................................75
D. Identifikasi Perlunya Tindakan Segera...............................................77
E. Merencanakan Asuhan Kebidanan.....................................................78
F. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan.........................................................81
G. Evaluasi..............................................................................................82
BAB V PENUTUP
A. Simpulan.............................................................................................86
B. Saran...................................................................................................87
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................89
DAFTAR SINGKATAN...................................................................................94
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Alur manajemen asuhan bayi baru lahir dengan asfiksia................23
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 6 Dokumentasi
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan merupakan salah satu proses fisiologis yang dialami oleh
seluruh perempuan. Tidak jarang persalinan yang terjadi dapat memicu
kecemasan pada ibu bersalin. Kecemasan yang dialami oleh ibu bersalin
dapat mengakibatkan memanjangnya waktu persalinan yang pada akhirnya
dapat memicu terjadinya resiko persalinan [1].
Setelah ibu melewati masa persalinan, ibu memerlukan perawatan dan
pengawasan yang dilakukan selama ibu tinggal di Rumah Sakit maupun
setelah keluar dari Rumah Sakit, hal ini bertujuan untuk menjaga kesehatan
ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis [2].
Angka Kematian Ibu (AKI) saat ini masih jauh dari target Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs) yakni
70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030. Meskipun telah banyak
upaya yang dilakukan oleh pemerintah, AKI belum turun secara signifikan
[3].
Setiap hari, 830 ibu di dunia (di Indonesia 38 ibu, berdasarkan AKI 305)
meninggal akibat penyakit/komplikasi terkait kehamilan dan persalinan.
Sebagian besar kematian tersebut seharusnya bisa dicegah dan diselamatkan.
Artinya, bila AKI tinggi, banyak Ibu yang seharusnya tidak meninggal tetapi
meninggal karena tidak mendapatkan upaya pencegahan dan penanganan
yang seharusnya [4].
Sebanyak 7000 Bayi baru lahir di dunia meninggal setiap harinya
(Indonesia: 185/hari). Tiga-perempat kematian neonatal terjadi pada minggu
pertama, dan 40% meninggal dalam 24 jam pertama. Kematian neonatal
berkaitan erat dengan kualitas pelayanan persalinan, dan penanganan bayi
baru
1
2
lahir yg kurang optimal segera setelah lahir dan beberapa hari pertama setelah
lahir [5].
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Jawa Barat, angka
Kematian Ibu (AKI) khususnya di Kota Tasikmalaya pada tahun 2016 sebesar
16 per 11.813 kelahiran hidup, kematian tersebut diakibatkan karena
komplikasi persalinan [6]. Sedangkan jumlah Angka Kematian Bayi (AKB)
di Kota Tasikmalaya pada tahun 2018 sebesar 60 per 11.902 kelahiran hidup
[7].
Berdasarkan data di atas salah satu cara untuk menurunkan AKI di
Indonesia adalah dengan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang
terlatih dan melakukan persalinan difasilitas pelayanan kesehatan. Tenaga
kesehatan terlatih yaitu dokter spesialis kebidanan dan kandungan (SpOG),
dokter umum, dan bidan.
Dengan pentingnya penurunan AKI di Indonesia, sehingga diperlukan
program terobosan yang memfokuskan pada kesehatan ibu, khususnya di
daerah-daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan. Meningkatkan
pengetahuan para ibu sehingga mereka mau, sadar dan mampu mencegah
masalah kesehatannya, dan perlu ditunjang dengan peningkatan kualitas
fasilitas pelayanan kesehatan dan sarana prasarana lainnya [8].
Bidan merupakan profesi kunci dalam pelayanan terhadap perempuan
selama daur kehidupan. Dan hasil telaah sebagian besar penelitian
menunjukkan bahwa bidan mempunyai otoritas besar terhadap kesejahteraan
kesehatan perempuan. Sehingga profesionalisme bidan merupakan elemen
penting dalam pemberdayaan perempuan [9].
Diungkapkan dalam Al-Quran Surat Al-Insan ayat 2 yang menjelaskan
tentang proses penciptaan manusia. Bahwa manusia diciptakan oleh Allah
Subnahu wata’ala dari tiada, kemudian melalui pertemuan sperma dan ovum
manusia lahir dan berpotensi tumbuh berkembang.
3
B. Rumusan Masalah
4
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dengan pengambilan studi kasus ini diharapkan penulis dapat
mengaplikasikan manajemen asuhan kebidanan komprehensif dengan
menggunakan pendekatan manajemen 7 langkah Varney secara tepat dan
benar dan di dokumentasikan dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengkaji dan menguraikan data subjektif yang di ambil dari
klien secara komprehensif.
b. Mampu menginterpretasi dan menguraikan dari hasil pemeriksaan fisik
dan data penunjang dari klien secara komprehensif.
c. Mampu mengikaji dan mendiagnosa masalah maupun kebutuhan dan
rencana tindakan yang di buat dari data klien secara komprehensif.
d. Mampu melakukan tindakan sesuai dengan kebutuhan segera kepada
klien secara komprehensif.
e. Mampu membuat rencana manajemen kepada klien secara
komprehensif.
f. Mampu mengimplementasikan rencana tindakan yang dibuat dari data
klien secara komprehensif.
g. Mampu melaksanakan dan mengevaluasi sejauh mana tingkat
keberhasilan rencana menejemen yang telah dicapai dari asuhan
kebidanan secara komprehensif.
5
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Memperluas pengetahuan sehingga dapat dijadikan pedoman dalam
penerapan ilmu kebidanan, terutama mengenai asuhan kebidanan pada
masa persalinan, nifas dan neonatus.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pasien dan Keluarga
Memberikan informasi tentang persalinan, nifas, neonatus, dan
Keluarga Berencana pasca persalinan dan ibu mendapatkan pelayanan
kebidanan secara komprehensif.
b. Bagi Profesi Bidan
Mendapatkan informasi perkembangan asuhan kebidanan
komprehensif mulai dari persalinan, nifas, neonatus, dan Keluarga
Berencana yang di laksanakan secara nyata dilapangan dan sesuai teori
yang ada, serta dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan referensi
untuk meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan.
c. Bagi STIKes Muhammadiyah Ciamis
Sebagai bahan bacaan di perpustakaan tentang asuhan kebidanan
secara komprehensif pada ibu bersalin, nifas dan neonatus.
d. Bagi RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya
Dapat digunakan sebagai masukan dan evaluasi bagi lahan praktik
sehingga diharapkan dapat mempertahankan semua pelayanan yang
sudah maksimal dan dapat meningkatkan pelayanan kebidanan dan
melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu bersalin yang
lebih bermutu dan berkualitas.
e. Bagi Penulis
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan
asuhan kebidanan komprehensif pada ibu bersalin, nifas dan neonatus.
BAB II
TINJAUAN TEORI
6
7
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan
dan hati, agar kamu bersyukur (7).” [20].
Sayyid Quthub menjadikan ayat ini sebagai pemaparan contoh
sederhana yang tidak dapat terjangkau oleh-Nya, yakni kelahiran. Salah
satu bukti kuasa Allah SWT menghidupkan kembali siapa yang meninggal
dunia serta membangkitkan kembali pada hari kiamat. Ayat ini
menyatakan Dan sebagaimana Allah SWT mengeluarkan kamu
berdasarkan kuasa dan ilmu-Nya dari perut ibumu sedang tadinya kamu
tidak wujud, demikian Dia juga dapat mengeluarkan kamu dari perut bumi
dan menghidupkan kamu kembali. Ketika Dia mengeluarkan kamu dari
perut ibu kamu, kamu semua dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun
yang ada disekeliling kamu dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan- penglihatan, dan aneka hati sebagai bekal dan alat-alat untuk
meraih pengetahuan agar kamu bersyukur dengan menggunakan alat-alat
tersebut sesuai dengan tujuan Allah SWT menganugrah-kannya kepada
kamu.
Setelah kamu keluar dari perut ibu dan ketika kamu berada di muka
bumi ini dan melalui lagi proses dari bayi, anak kecil, remaja, dewasa, tua,
dan pikun, dan pada akhirnya benar-benar kamu mati baik pada masa
pikun maupun sebelumnya. Kemudian setelah kamu mati dan dikuburkan,
sesungguhnya kamu sekalian pada hari kiamat nanti akan dibangkitkan
11
1. Definisi Nifas
b) Masa nifas merupakan masa yang dilalui oleh setiap wanita setelah
melahirkan. Pada masa tersebut dapat terjadi komplikasi persalinan
baik secara langsung maupun tidak langsung [22].
suhu.
[21]
p) Genitalia pada laki- laki ditandai dengan testis yang sudah turun
dalam skrotum, dan penis berlubang, sedangkan pada perempuan
ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang, serta labia
mayora sudah menutupi labia minora
q) Eliminisai yang baik pada bayi baru lahir normal ditandai dengan
keluarnya mekonium dalam 24 jam pertama yang berwarna hitam
kecoklatan [26].
3. Pemberian Inisiasi Menyusu Dini
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) atau Permulaan Menyusu Dini
adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya
bayi manusia juga seperti mamalia lain mempunyai kemampuan
untuk menyusu sendiri. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan
kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara
melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan the breast crawl atau
merangkak mencari payudara sendiri [27].
ASI adalah makanan terbaik bagi bayi dan memiliki
keseimbangan nutrisi yang tepat, tersedia secara biologis, mudah
dicerna, melindungi bayi dari penyakit dan memiliki sifat anti-
inflamasi. ASI mampu menurunkan angka kesakitan dan kematian
bayi, pemberian ASI secara optimal dapat mencegah 1,4 juta
kematian balita di seluruh dunia setiap tahunnya [28].
a. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini
Pada pemberian ASI awal, kontak kulit ke kulit antara ibu dan
bayi terjadi lebih cepat, sentuhan tangan bayi, emutan dan jilatan
di puting susu ibu dan daerah sekitarnya akan merangsang
pengeluaran hormon oksitosin yang berperan dalam pengeluaran
ASI dan memungkinkan bayi menyusu untuk pertama kalinya.
Hal ini akan diikuti dengan pengosongan payudara setelah bayi
selesai menyusu dan merangsang stimulasi produksi ASI sehingga
susu matur akan di produksi lebih cepat dan dapat memberikan
bayi cairan dari asupan kalori [28].
16
48 jam.
• Ubun-ubun besar rata atau tidak
membonjol, dapat sedikit membonjol
saat bayi menangis.
Lihat mata • Tidak ada kotoran/secret.
Lihat bagian dalam mulut • Bibir, gusi, langit-langit utuh dan
tidak ada bagian yang terbelah.
Masukkan satu jari yang • Nilai kekuatan isap bayi. Bayi akan
menggunakan sarung tangan ke mengisap kuat jari pemeriksa.
dalam mulut, raba langit- langit
Lihat dan raba perut • Perut bayi datar, teraba lemas.
Lihat tali pusat •Tidak ada perdarahan,
pembengkakan, nanah, bau yang
tidak enak pada tali pusat.atau
kemerahan sekitar tali pusat.
Lihat punggung dan raba tulang • Kulit terlihat utuh, tidak terdapat
belakang lubang dan benjolan pada tulang
belakang.
Pemeriksaan ekstremitas atas dan • Tidak terdapat sindaktili,
bawah polidaktili, siemenline, dan kelainan
kaki (pes equino varus dan vagus).
Lihat lubang anus • Hindari memasukkan alat atau jari
dalam memeriksa anus
• Terlihat lubang anus dan periksa
apakah mekonium sudah keluar.
• Tanyakan pada ibu apakah bayi
sudah buang air besar
• Biasanya mekonium keluar dalam
24 jam setelah lahir.
Lihat dan raba alat kelamin luar, • Bayi perempuan kadang terlihat
tanyakan pada ibu apakah bayi sudah cairan vagina berwarna putih atau
buang air kecil kemerahan.
• Bayi laki-laki terdapat lubang uretra
pada ujung penis. Teraba testis di
skrotum.
• Pastikan bayi sudah buang air kecil
dalam 24 jam setelah lahir.
• Yakinkan tidak ada kelainan alat
kelamin, misalnya hipospadia,
rudimenter, kelamin ganda.
18
1. Definisi
Asfiksia pada bayi baru lahir atau asfiksia neonatorum adalah
suatu keadaaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir [29]. Asfiksia neonatorum adalah
suatu keadaan gawat bayi berupa kegagalan bernafas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir [30].
Asfiksia dapat mengakibatkan kematian dan diperkirakan satu juta
anak yang bertahan setelah mengalami asfiksia saat lahir kini hidup
dengan morbiditas jangka panjang seperti cerebral palsy, retardasi
mental, dan gangguan belajar faktor-faktor risiko terjadinya asfiksia
neonatorum adalah faktor ibu, faktor plasenta, faktor janin, dan
faktor persalinan [29].
Upaya pemerintah dalam mengendalikan angka kejadian asfiksia
pada bayi baru lahir terus dicanangkan. Tahun 2005 Kementrian
Kesehatan RI dan Unit Kerja Koordinasi Perinatologi Ikatan Dokter
Anak Indonesia (UKK Perinatologi IDAI) bekerjasama dengan Dinas
Kesehatan Provinsi telah mengembangkan pelatihan Manajemen
Asfiksia Bayi Baru Lahir. Harapannya adalah pengetahuan dan
ketrampilan bidan meningkat sehingga mampu melakukan
penanganan asfiksia dengan tepat dan benar. Namun dalam
kenyataan di lahan praktek, masih terdapat kejadian asfiksia yang
19
Dalam bagan alur manajemen bayi baru lahir dapat dilihat alur
pelaksanaan bayi baru lahir mulai persiapan, penilaian dan keputusan
serta alternatif tindakan yang sesuai dengan hasil penilaian keadaan
bayi baru lahir. Untuk bayi baru lahir cukup bulan dengan air ketuban
jernih yang langsung menangis atau bernafas spontan dan bergerak
aktif cukup dilakukan manajemen bayi baru lahir normal.
Jika bayi kurang bulan (≤37 minggu/259 hari) atau bayi lebih bula
(≥ 42 minggu/283 hari) dan atau air ketuban bercampur mekonium
dan atau tidak bernafas atau megap-megap dan atau tonus otot tidak
baik lakukan manjemen bayi baru lahir dengan asfiksia.
Jika bayi baru lahir tidak mulai bernafas memadai (setelah
tubuhnya dikeringkan dan lendirnya dihisap) berikan rangsangan taktil
secara singkat. Pastikan posisi bayi diletakkan dalam posisi yang
benar dan jalan nafasnya telah bersih. Rangsangan taktil harus
dilakukan secara lembut dan hati-hati sebagai berikut:
1) Dengan lembut, gosok punggung, tubuh, kaki atau tangan
(ekstremitas) satu atau dua kali.
2) Dengan lembut, tepuk atau sentil telapak kaki bayi (satu atau dua
kali).
Proses menghisap lendir, pengeringan, dan merangsang bayi tidak
berlangsung lebih dari 30 sampai 60 detik dari sejak lahir hingga
proses tersebut selesai. Jika bayi terus mengalami kesulitan bernafas,
segera mulai tindakan ventilasi aktif terhadap bayi.
c. Ventilasi Tekanan Positif (VTP)
Ventilasi Tekanan Positif (VTP) merupakan tindakan memasukkan
sejumlah udara kedalam paru dengan tekanan positif, membuka
alveoli untuk bernafas secara spontan dan teratur.
1) Bila bayi tidak menangis atau megap-megap. Warna kulit bayi bitu
atau pucat, denyut jantung kurang dari 100 kali per menit, lakukan
langkah resusitasi dengan melakukan Ventilasi Tekanan Positif
(VTP).
21
Gambar 2.1 Alur menejemen asuhan bayi baru lahir dengan asfiksia
d. Cara Resusitasi
24
Gambar 2.2
b) Alat sungkup dan balon resusitasi
Gambar 2.3
c) Tabung oksigen
Gambar 2.4
d) Alat intubasi
25
Gambar 2.5
e. Prinsip-prinsip resusitasi yang efektif:
1) Tenaga kesehatan yang siap pakai dan terlatih dalam resusitasi
neonatal harus merupakan tim yang hadir pada setiap persalinan.
2) Tenaga kesehatan dikamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa
yang harus dilakukan, tetapi juga harus melakukannya dengan efektif
dan efisien.
3) Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus
bekerjasama sebagai satu tim yang terkoordinasi.
4) Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan
berikutnya ditentukan khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari
pasien.
5) Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia
dan siap pakai.
f. Tinjauan Islam Tentang Bayi Baru Lahir
Allah SWT berfirman dalam QS. Ar-Rum (20): 21
1) Pengkajian Data
Pengkajian data dasar merupakan langkah awal yang akan
menentukan langkah selanjutnya, sehingga data yang akurat dan
lengkap yang berkaitan dengan kondisi klien sangat menentukan
bagi langkah interprestasi data. Pengkajian data meliputi data
subjektif dan data objektif. Data subjektif berisi identitas, keluhan
yang dirasakan dari hasil anamnesa langsung.
Data objektif merupakan pencatatan dari hasil pemeriksaan
fisik, pemeriksaan khusus kebidanan, data penunjang, hasil
laboratorium seperti pemeriksaan protein urin, glukosa darah,
ataupun hasil USG.
Langkah selanjutnya setelah data terkumpul adalah pengolahan
data dengan cara menggabungkan dan menghubungka data yang
satu dengan yang lainnya sehingga menggambarkan kondisi klien
yang sebenarnya. Lakukan pengkajian ulang data yang telah
dikumpulkan apakah sudah tepat, lengkap dan akurat.
2) Interprestasi Data
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterprestasikan
sehingga dapat dirumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh profesi
bidan dalam praktik kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur (tata nama) diagnosis kebidanan. Rumusan diagnosa
dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat
didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan
penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang
dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai hasil
pengkajian. Masalah sering juga menyertai diagnosa.
3) Diagnosa Potensial
Pada langkah ketiga ini bidan melakukan identifikasi dan
masalah potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah di
identifikasi. Langkah ketiga ini merupakan antisipasi bidan, guna
31
o) Catat daerah penyuntikan obat atau makanan. Hal ini dilakukan guna
mengetahui apabila timbul dampak yang tidak diketahui sebelumnya
seperti adanya cedera atau lainnya.
p) Catat hasil laboratorium yang tidak normal Pendokumentasian hal ini
penting guna menghindari kesalahan dalam proses pengobatan.
39
40
a. Buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) sebagai sumber dokumen dalam
pengumpulan data untuk penulis serta sebagai dokumen hasil asuhan
selama ibu hamil.
b. Lembar partograf sebagai alat bantu untuk memantau kemajuan
persalinan.
c. Instrumen untuk menolong proses persalinan seperti bak instrument,
setengah kotcher, gunting episiotomy, gunting tali pusat, klem, pinset
sirurgis, pinset anatomis, gunting lurus, penjepit tali pusat, handscoon,
dsb.
d. Format pengkajian asuhan kebidanan persalinan yang digunakan dalam
melakukan pengkajian data.
F. Tinjauan Kasus
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Ny.I Umur 19 Tahun G1P0A0
39-40 Minggu Persalinan Kala II dengan Inersia Uteri
di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya
DATA SUBJEKTIF
Identitas Istri/Suami:
No. CM : 16998405
DATA OBJEKTIF
Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis. TB: 150cm, BB: 60 Kg.
LILA: 25 cm. TD: 110/80 mmHg, N: 83x/menit, P: 21x/menit, S: 36,6 0C. Kepala
tidak ada benjolan, rambut bersih. Wajah tidak pucat, tidak oedema. Konjungtiva
merah muda, sklera putih, penglihatan baik. Gigi bersih, tidak ada karies. Leher
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada pembesaran pembuluh limfe.
Payudara simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan abnormal, puting
menonjol, ASI (+). Abdomen tidak ada luka bekas operasi. TFU: 28 cm. Pada
bagian fundus teraba bokong. Punggung berada di bagian kanan dan bagian
terkecil janin di sebelah kiri. Bagian terbawah janin teraba kepala. Sudah masuk
PAP (Divergen). Penurunan 3/5. HIS: 3x10’x30’’. DJJ: 148x/menit. Genetalia:
vulva vagina tidak ada benjolan, tidak ada varises. Portio tipis, lunak. Pembukaan
lengkap. Penurunan kepala HIII. Teraba UUK melintang, tidak ada molase.
Ekstremitas atas tidak oedema, kuku tidak pucat, terpasang infus RL di lengan kiri
ibu. Ekstremitas bawah tidak oedema, tidak ada varises, reflek patella (+).
43
ANALISA DATA
G1P0A0 39-40 minggu persalinan kala II dengan inersia uteri janin tunggal hidup.
PENATALAKSANAAN
Pengkaji,
Nurhayati
DATA SUBJEKTIF
Ibu mengeluh mules-mules dan ingin meneran.
DATA OBJEKTIF
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis. TD: 110/80 mmHg, N: 82x/m, P:
22x/m, S: 36,50C. TFU: 28cm. HIS: 3x10’x30’’. DJJ: 152x/m. Genetalia: vulva
vagina tidak ada kelainan, portio tipis, lunak, pembukaan lengkap. Ketuban (-),
sisa cairan hijau. Kepala HIII, teraba UUK melintang, tidak ada molase.
ANALISA DATA
G1P0A0 39-40 minggu persalinan kala II dengan inersia uteri janin tunggal hidup.
PENATALAKSANAAN
Jam 04.30 Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang
WIB diberikan. Ibu mengerti.
Jam 04.35 Mengobservasi keadaan umum, TTV, HIS, DJJ. Hasil dalam
WIB batas normal.
Jam 04.36 Memberikan dukungan kepada ibu untuk menghadapi proses
WIB persalinan.
Jam 04.40 Memfasilitasi persalinan dengan pendampingan. Ibu
WIB didampingi keluarganya.
Jam 04.43 Menyiapkan partus set dan kelengkapan bagi ibu dan bayinya.
WIB Alat sudah lengkap.
Jam 04.45 Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan nutrisi. Ibu bersedia
WIB minum ±150 ml teh manis saat tidak ada kontraksi.
45
Jam 05.18 Memfasilitasi ibu untuk memilih posisi yang nyaman. Ibu
WIB memilih posisi litotomi.
Jam 05.28 Konsul dr.A, Sp.OG. advis pitdrip atas indikasi inersia uteri.
WIB Infus pit drip (oksitosin 5 IU dalam 500cc RL) 8 tetes per menit
telah diberikan.
DATA SUBJEKTIF
Ibu ingin meneran.
DATA OBJEKTIF
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis. HIS: 4x10’x45’’. DJJ:
124x/menit, Genetalia: vulva vagina tidak ada kelainan, portio tipis, lembek,
pembukaan lengkap, ketuban (-), sisa cairan hijau, kepala HIII, teraba UUK
melintang, tidak ada molase. Terpasang infus pitdrip labu I.
ANALISA DATA
G1P0A0 39-40 minggu persalinan kala II dengan inersia uteri janin tunggal hidup.
PENATALAKSANAAN
Jam 06.00 WIB Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang
diberikan. Ibu mengerti.
Jam 06.15 WIB Mengobservasi keadaan umum, TTV, HIS, DJJ. Hasil dalam
batas normal.
Jam 06.18 WIB Melakukan pertolongan persalinan dengan 60 langkah APN.
Jam 06.25 WIB telah partus spontan dengan drip oksitosin, bayi dengan jenis
kelamin perempuan, tangisan merintih, tonus otot lemah, warna kulit kebiruan.
Dilakukan pembersihan jalan nafas, potong tali pusat, menjaga bayi agar tetap
hangat, mengatur posisi bayi dan menghisap ulang lendir, mengeringkan bayi dan
melakukan rangsangan taktil. Hasil: bayi menangis.
DATA SUBJEKTIF
Ibu merasa senang atas kelahiran bayinya. Perut masih terasa mules.
DATA OBJEKTIF
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis. Tidak terdapat janin kedua. TFU
sepusat. Uterus globular. Kandung kemih kosong. Terlihat tanda-tanda pelepasan
plasenta.
ANALISA DATA
Persalinan Kala III
PENATALAKSANAAN
Jam 06.26 Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang
WIB diberikan. Ibu mengerti.
Jam 06.26 Memfasilitasi pemberian oksitosin 1 amp secara IM. Ibu
WIB bersedia.
Jam 06.29 Melakukan PTT. Plasenta lahir lengkap, spontan pukul 06.30
WIB WIB.
Jam 06.32 Memfasilitasi massase fundus uteri. Kontraksi uterus baik.
WIB Perdarahan ±150 cc.
Jam 06.34 Melengkapi partograf. Hasil terlampir.
WIB
DATA OBJEKTIF
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis. TD: 120/70 mmHg. N: 82x/menit.
P: 22x/menit. S: 370C. ASI (+). TFU: sepusat. Kontraksi uterus baik. Perdarahan
pervaginam normal. Terdapat luka laserasi derajat 1.
47
ANALISA DATA
Persalinan Kala IV
PENATALAKSANAAN
Pengkaji,
Nurhayati
48
Tempat : Ruang VK
Pengkaji : Nurhayati
49
DATA SUBJEKTIF
Ibu mengeluh perutnya masih terasa mules dan linu bekas jahitan.
DATA OBJEKTIF
Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis. TD: 110/80 mmHg. N: 78x/m.
P: 19x/m. S: 36,80C. Wajah tidak pucat, tidak ada oedema. Konjungtiva merah
muda, sklera putih, penglihatan baik. Payudara simetris, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada benjolan abnormal, puting menonjol, ASI (+). Abdomen tidak ada luka
bekas operasi, TFU: 1 jari dibawah pusat, kandung kemih tidak penuh.
Ekstremitas atas tidak ada oedema. Ekstremitas bawah tidak ada warna kemerahan
pada betis, tidak oedema, tanda human negatif, tidak ada varises, reflek pattela
(+). Genetalia: tidak terdapat hematoma, tidak oedema, tidak vasises, tidak
terdapat haemoroid. Pengeluaran pervaginam normal. Luka jahitan tidak terdapat
tanda infeksi.
ANALISA DATA
P1A0 6 jam Postpartum.
PENATALAKSANAAN
Jam 14.35 WIB Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang
diberikan. Ibu mengerti.
Jam 14.40 WIB Memfasilitasi KIE tentang pemenuhan nutrisi dan cairan:
a) Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi gizi seimbang,
yang memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral.
b) Minum sedikitnya 2 liter atau setara dengan 8 gelas per
hari. Ibu mengerti.
Jam 14.42 WIB Memfasilitasi KIE tentang pola istirahat:
a) Menganjurkan ibu untuk beristirahat yang cukup, sekitar 8
50
jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari. Ibu
mengerti.
Jam 14.44 WIB Memfasilitasi KIE tentang cara menyusui yang baik dan
benar:
a) Dagu bayi menyentuh payudara ibu
b) Bibir bawah bayi terpuntir keluar
c) Mulut bayi terbuka lebar
d) Seluruh bagian areola tertutup oleh mulut bayi
e) Bayi yang menyusu dengan baik akan mengisap dengan
pelan, pipi menggembung dan ibu tidak merasa sakit. Ibu
mengerti.
Jam 14.50 WIB Kolaborasi dengan dr.F, Sp.OG. advis:
a) Pemberian terapi oral:
1) Paracetamol 3x1
2) Amoxilin 3x1
3) SF 1x1. Ibu bersedia.
Jam 15.30 WIB Memindahkan pasien ke ruang cempaka. Ibu bersedia.
Pengkaji,
Nurhayati
51
Pengkaji : Nurhayati
DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan tidak ada keluhan apapun pada masa nifasnya. Ibu mengganti
pembalut tiga kali sehari dengan perdarahan pervaginam sedang. Ibu meminum
terapi oral tepat waktu dan tidak ada reaksi alergi.
DATA OBJEKTIF
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis. TD: 120/70 mmHg. N: 80x/menit.
P: 20x/menit. S: 36,50C. Wajah tidak pucat, tidak ada oedema. Konjungtiva merah
muda, sklera putih, penglihatan baik. Payudara simetris, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada benjolan abnormal, putting menonjol, ASI (+). Abdomen tidak ada luka
bekas operasi, TFU: 1 jari dibawah pusat. Kandung kemih tidak penuh. Diastasis
rekti 3 jari. Ekstremitas atas tidak oedema. Ekstremitas bawah tidak ada warna
kemerahan pada betis, tidak oedema, tidak ada varises, reflek patela (+). Genetalia
tidak ada hematoma, varises, oedema dan haemoroid. Lochea Rubra. Perdarahan
±150 cc. Luka jahitan baik, tidak terdapat tanda infeksi.
ANALISA DATA
P1A0 1 hari Postpartum
52
PENATALAKSANAAN
Jam 07.45 WIB Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang
diberikan. Ibu mengerti.
Jam 07.50 WIB Memfasilitasi KIE tentang personal hygiene:
a) Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan tubuhnya
mulai dari rambut sampai ke ujung kaki, terutama
kebersihan vulva dan sekitarnya dengan cara
membersihkan daerah sekitar vulva dari depan ke
belakang. Mengganti pembalut setidaknya dua kali sehari.
Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum
dan sesudah memberihkan daerah kelaminnya.
Menghindari menyentuh daerah luka jahitan.
b) Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan pakaian yang
dikenakan dan menggunakan baju yang agak longgar di
bagian dada sehingga payudara tidak tertekan dan mudah
untuk menyusui bayinya. Ibu mengerti.
Jam 07.55 WIB Memfasilitasi KIE tentang tanda bahaya masa nifas:
a) Perdarahan yang berlebihan
b) Sakit kepala hebat
c) Sedih terus-menerus dan merasa depresi
d) Gangguan buang air
e) Nyeri payudara
f) Lochea berbau
g) Demam tinggi (>380C). Ibu mengerti.
Jam 08.15 WIB Melakukan pelepasan kateter dan melanjutkan terapi
paracetamol 3x1, amoxilin 3x1, SF 1x1. Ibu bersedia.
Jam 08.25 WIB Memfasilitasi ibu untuk senam nifas. Ibu bersedia dan
mengikuti gerakan dengan baik.
Jam 08.35 WIB Memfasilitasi kunjungan berikutnya pada tanggal 14 Maret
2020. Ibu menyetujui.
Pengkaji,
53
Nurhayati
54
Pengkaji : Nurhayati
DATA SUBJEKTIF
Ibu mengeluh sering terbangun di malam hari dan waktu istirahatnya berkurang.
Bayi menyusu dengan kuat dan tidak mengalami tanda bahaya apapun. Ibu makan
empat kali sehari dengan porsi sedang dan meminum tablet tambah darah serta
vitamin A dengan teratur. Ibu mengatakan sudah BAB sejak hari selasa (10 Maret
2020).
DATA OBJEKTIF
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis. TD: 150/90 mmHg. N: 84x/menit.
P: 22x/menit. S: 36,60C. Wajah tidak pucat, tidak ada oedema. Konjungtiva merah
muda, sklera putih, penglihatan baik. Payudara simetris, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada benjolan abnormal, putting menonjol, ASI (+). TFU: 1 jari diatas
simfisis. Kandung kemih tidak penuh. Diastasis rekti 3 jari. Ekstremitas atas tidak
oedema. Ekstremitas bawah tidak ada warna kemerahan pada betis, tidak oedema,
tanda human negatif, tidak ada varises, reflek patella (+). Genetalia tidak ada
hematoma, varises, oedema dan haemoroid. Lochea Sanguinolenta. Perdarahan
sedikit. Luka jahitan baik, tidak terdapat tanda infeksi.
55
ANALISA DATA
P1A0 7 hari Postpartum.
PENATALAKSANAAN
Jam 16.35 WIB Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang
diberikan. Ibu mengerti.
Jam 16.40 WIB Memfasilitasi konseling tentang perawatan bayi di rumah:
a. Menganjurkan ibu untuk menjaga kehangatan bayi
b. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan tali pusat
c. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI sesering
mungkin. Ibu mengerti.
Jam 16.48 WIB Memfasilitasi kunjungan berikutnya pada tanggal 21 Maret
2020. Ibu menyetujui.
Pengkaji,
Nurhayati
56
Pengkaji : Nurhayati
DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan tidak ada keluhan apapun. Pengeluaran pervaginam berwarna
kekuningan.
DATA OBJEKTIF
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis. TD: 110/70 mmHg. N: 80x/menit.
P: 20x/menit. S: 36,50C. Wajah tidak pucat, tidak ada oedema. Konjungtiva merah
muda, sklera putih, penglihatan baik. Payudara simetris, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada benjolan abnormal, putting menonjol, ASI (+). TFU sudah tidak teraba.
Kandung kemih tidak penuh. Diastasis rekti 3 jari. Ekstremitas atas tidak oedema.
Ekstremitas bawah tidak ada warna kemerahan pada betis, tidak oedema, tanda
human negatif, tidak ada varises, reflek patella (+).Genetalia tidak ada hematoma,
varises, oedema dan haemoroid. Lochea Serosa. Luka jahitan baik, tidak terdapat
tanda infeksi.
ANALISA DATA
P1A0 14 hari Postpartum.
57
PENATALAKSANAAN
Pengkaji,
Nurhayati
Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir By. Ny.I umur 0 jam
58
Tempat : Ruang VK
Pengkaji : Nurhayati
DATA SUBJEKTIF
Bayi lahir spontan dengan drip oksitosin. Jenis kelamin perempuan, tangisan
merintih, tonus otot lemah, warna kulit kebiruan.
DATA OBJEKTIF
Keadaan umum sedang. Kepala, badan, ekstremitas tidak ada kelainan. Tangisan
merintih. Warna kulit kemerahan, ekstremitas biru. Tonus otot lemah.
ANALISA DATA
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 0 jam dengan asfiksia sedang.
PENATALAKSANAAN
Jam 06.26 WIB Membuka mulut bayi dengan lebar, mengusap dan isap
lendir dari mulut.
Jam 06.27 WIB Menjepit potong tali pusat dan mengikat tali pusat.
Jam 06.27 WIB Menjaga kehangatan bayi dengan mengeringkan bayi
dengan kain pernel.
Jam 06.28 WIB Mengganti kain pernel dan menempatkan bayi di infant
warmer dengan radiasi panas yang mengenai bayi suhunya
antara 350C-370C.
Jam 06.29 WIB Memposisikan bayi dalam posisi sedikit ekstensi sekitar 3
cm untuk membuka jalan nafas.
Jam 06.30 WIB Membersihkan jalan nafas dengan dilakuka suction dengan
59
Pengkaji,
Nurhayati
Pengkaji : Nurhayati
DATA SUBJEKTIF
Bayi menangis kuat, warna kulit kemerahan.
DATA OBJEKTIF
Keadaan umum baik. N: 122x/menit. P: 40x/menit. S: 36,60C. BB: 2500 gr. PB:
49 cm. Lingkar kepala: 33 cm. Lingkar dada: 30 cm. Lingkar lengan: 11 cm.
Warna kulit kemerahan, tidak terdapat bercak dan tanda lahir. Ubun-ubun kecil
datar, tidak ada molase, tidak ada pembengkakan atau daerah yang mencekung.
Mata simetris, tidak ada tanda-tanda infeksi, reflek glabellar +. Reflek morro +.
Telinga simetris. Hidung dan mulut simetris, tidak ada kelainan labioschizis dan
palatoschizis, reflek rooting +, reflek sucking +, reflek swallowing +. Leher tidak
ada pembengkakan dan benjolan, reflek tonic neck +. Dada simetris, puting susu
sejajar. Abdomen tidak ada benjolan, tali pusat tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Punggung tidak ada benjolan, reflek gallant +. Genetalia labia mayor menutupi
labia minor, vagina berlubang, uretra berlubang. Anus berlubang (telah
mengeluarkan mekonium). Esktremitas atas simetris, jumlah jari lengkap, reflek
grasp +. Ekstremitas bawah simetris, jumlah jari lengkap, gerakan kurang aktif,
reflek babinski +. Reflek walking/stepping +.
ANALISA DATA
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 1 jam.
PENATALAKSANAAN
Jam 07.45 WIB Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan
keluarga. Ibu dan keluarga mengerti.
Jam 07.46 WIB Menjaga kehangatan bayi. Bayi ditempatkan di infant
61
Pengkaji,
Nurhayati
Pengkaji : Nurhayati
DATA SUBJEKTIF
Bayi dalam keadaan sehat.
DATA OBJEKTIF
Keadaan umum baik, menangis kuat, warna kulit kemerahan, tonus otot aktif. N:
122x/menit, P: 40x/menit, suhu: 36,50C. Bayi menyusu dengan kuat, abdomen
tidak kembung, tali pusat belum putus, tidak ada perdarahan, tidak ada tanda
infeksi, BAK dan BAB (+).
ANALISA DATA
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 1 hari.
PENATALAKSANAAN
Jam 07.50 WIB Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan
keluarga. Ibu dan keluarga mengerti.
Jam 07.50 WIB Menjaga kehangatan bayi. Bayi memakai baju dan dibungkus
dengan kain bedong dengan pernel dan dipakaikan topi.
Jam 07.51 WIB Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital. Hasil
dalam batas normal.
Jam 08.30 WIB Memindahkan bayi ke ruang cempaka untuk di rawat gabung
dengan ibunya.
Jam 08.40 WIB Memfasilitasi KIE tentang tanda bahaya bayi baru lahir :
a) Kesulitan pemberian ASI, sulit menghisap atau hisapan
lemah.
b) Kesulitan bernafas. Bayi bernapas dengan sangat cepat
atau sangat kambat.
c) Letargi. Bayi terus menerus tidur tanpa bangun untuk
makan.
d) Warna abnormal. Misal: warna kulit atau bibir biru
63
Pengkaji,
Nurhayati
Pengkaji : Nurhayati
64
DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bayinya sehat, pergerakan bayi kuat dan menyusui dengan baik.
DATA OBJEKTIF
Keadaan umum baik, menangis kuat, gerakan akrif, warna kulit kemerahan. N:
132x/menit, P: 41x/menit, S: 36,70C. Bayi menyusu dengan kuat, abdomen tidak
kembung, tali pusat belum putus, tidak ada perdarahan, tidak ada tanda infeksi,
BAK dan BAB (+).
ANALISA DATA
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 7 hari.
PENATALAKSANAAN
Jam 16.55 WIB Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang
diberikan. Ibu mengerti.
Jam 16.55 WIB Menjaga kehangatan bayi. Bayi memakai baju dan dibungkus
dengan kain bedong dengan pernel dan dipakaikan topi.
Jam 16.56 WIB Mengobservasi tanda-tanda vital dan tangisan bayi. Hasil
dalam batas normal.
Jam 17.05 WIB Memfasilitasi konseling pada ibu untuk menjaga tali pusat
tetap kering dan bersih. Ibu mengerti.
Jam 17.15 WIB Memfasilitasi konseling kesulitan pemberian ASI ekslusif:
a) Puting susu terasa nyeri dan lecet, akan menghilang jika
posisi mulut bayi dan puting susu sudah benar.
b) ASI kurang.
c) Payudara bengkak. Ibu mengerti dan bersedia
mempraktikan posisi menyusui yang baik dan bersedia
untuk memberikan ASI ekslusif secara on demand agar
payudaranya tidak bengkak.
Pengkaji,
65
Nurhayati
Pengkaji : Nurhayati
DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bayinya sehat, pergerakan bayi kuat dan menyusui dengan baik.
66
DATA OBJEKTIF
Keadaan umum baik, menangis kuat, gerakan akrif, warna kulit kemerahan. N:
140x/menit, P: 40x/menit, S: 36,60C. Bayi menyusu dengan kuat, abdomen tidak
kembung, tali pusat belum putus, tidak ada perdarahan, tidak ada tanda infeksi,
BAK dan BAB (+).
ANALISA DATA
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 14 hari.
PENATALAKSANAAN
Jam 14. 35 WIB Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang
diberikan. Ibu mengerti.
Jam 14.35 WIB Menjaga kehangatan bayi. Bayi memakai baju dan dibungkus
dengan kain bedong dengan pernel dan dipakaikan topi.
Jam 14.36 WIB Mengobservasi tanda-tanda vital dan tangisan bayi. Hasil
dalam batas normal.
Jam 14.40 WIB Memfasilitasi konseling mengenai imunisasi rutin lengkap
bagi bayi agar tidak mudah tertular penyakit berbahaya karena
tidak adanya kekebalan tubuh terhadap penyakit tersebut. Ibu
mengerti.
Jam 15.00 WIB Menganjurkan ibu untuk memeriksakan bayinya ke posyandu
setiap bulan untuk memantau perkembangan bayi. Ibu
bersedia.
Pengkaji,
Nurhayati
67
BAB IV
PEMBAHASAN
68
2x10’x25’’, pembukaan 2 cm, ketuban utuh, kepala hodge I. Pukul
01.00 WIB
69
70
B. Interpretasi Data
1. Persalinan
Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif dan objektif diagnosa
pada kasus ini yaitu G1P0A0 hamil 39-40 minggu persalinan kala II
dengan inersia uteri janin tunggal hidup.
Berdasarkan pengkajian asuhan kebidanan pada kala II yang telah
di dapatkan pada kasus Ny.I merasa kenceng-kenceng mulai tanggal
06 Maret 2020 pukul 12.00 WIB. Pembukaan lengkap dialami ibu
pada tanggal 07 Maret 2020 pukul 01.00 WIB. Bayi lahir pukul 06.25
WIB. Pada primi gravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan
pada multipara rata-rata 0,5 jam [44]. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat kesenjangan antara teori dan praktik dan kondisi Ny.I
mengarah pada kejadian inersia uteri yang ditandai dengan his yang
sifatnya lebih lemah, lebih singkat, dan lebih jarang dibandingkan
dengan his yang normal [18].
Pada persalinan kala III, plasenta lahir pukul 06.30 WIB. 5 menit
setelah bayi lahir, penulis mendapatkan adanya tanda-tanda lepasnya
plasenta, seperti uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat,
semburan darah dan tali pusat memanjang. Beberapa saat kemudian
datang his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-15 menit
seluruh plasenta terlepas didorong kedalam vagina dan akan lahir
spontan atau dengan sedikit dorongan di atas simfisis atau fundus uteri
seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-
200cc [45]. Sehingga didapat antara kasus dan teori tidak ada
kesenjangan.
Setelah plasenta lahir, dilakukan estimasi perdarahan. Ny.I
mengeluarkan darah sejumlah kurang lebih 200 cc. Suatu perdarahan
akan dikatakan fisiologis apabila jumlah darah tidak melebihi 500 cc
74
bulan menurut Marni [46], berat badan bayi Ny.I sesuai dengan
masa kehamilan (SMK).
c. Dari tinjauan kasus diperoleh data bayi lahir dengan tidak segera
menangis, tonus otot lemah, warna kulit kemrahan dengan
ekstremitas biru, hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka yang
membahas mengenai tanda dan gejala yang sering muncul pada
asfiksia [31].
Secara garis besar dapat dilihat bahwa tidak ada kesenjangan
antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus Bayi Ny.I.
C. Diagnosa Potensial
Pada langkah ketiga ini bidan melakukan identifikasi dan masalah
potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi.
Langkah ketiga ini merupakan antisipasi bidan, guna mendapatkan asuhan
yang aman. Pada tahap ini bidan diharapkan waspada dan bersiap-siap
untuk mencegah diagnosa/potensial terjadi.
1. Persalinan
Kasus inersia uteri apabila tidak teratasi dapat memanjakan
wanita terhadap bahaya kelelahan, dehidrasi, dan infeksi. Selain
bahaya kelelahan, dehidrasi serta infeksi persalinapun akan menjadi
lama.
Bagi ibu yang akan dialami adalah kelelahan, dehidrasi serta
infeksi. Salah satu penyebab terjadinya infeksi pada ibu yang akan
melahirkan adalah pemeriksaan dalam atau pemeriksaan vagina yang
dilakukan secara terus menerus. Dalam proses persalinan terjadi
kontraksi uterus dan setiap kali kontraksi dapat mengakibatkan rasa
nyeri yang sangat hebat. Rasa nyeri yang sangat ini dapat membuat
ibu merasa sakit dan lama kelamaan akan mengalami kelelahan.
Akibat dari kelelahan ini ibu seringkali mengalami dehidrasi. Pada
saat ibu merasa lelah maka ibu tidak mempunyai tenaga untuk
mengejan.
76
2. Nifas
Berdasarkan data yang ada pada Studi Kasus Ny.I di lapangan
dapat diantisipasi masalah potensial yaitu potensial terjadinya infeksi
luka jahitan perineum. Dengan demikian penerapan tinjauan pustaka
dan manajemen kebidanan pada kasus ini ada kesamaan sehingga
tidak ditemukan adanya kesenjangan.
1. Persalinan
Pada kasus yang terjadi pada Ny.I harus dilakukan tindakan segera
dan melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan. Untuk
mengatasi masalah yang sedang dialami oleh Ny.I menurut
Nurjayanti, diberikan infus oksitosin drips 5 IU dalam 500 cc RL
dimulai dengan 8 tetes per menit, yang dinaikkan 4 tetes/menit setiap
30 menit sampai his menjadi adekuat, maksimal 40 tetes. Maksud
dari pemberian oksitosin ini adalah untuk memperbaiki his sehingga
serviks dapat membuka [19]. Hal ini menujukkan tidak ada
kesenjangan antar teori dan praktek.
2. Nifas
Dalam kasus ini penulis tidak melaksanakan tindakan segera atau
emergency karena tidak ada diagnosa atau masalah yang memerlukan
tindakan segera.
paha kiri untuk mencegah perdarahan pada otak dan disuntikan HB0
satu jam setelah pemberian vit.K di paha kanan untuk merangsang
pembentukan antibodi terhadap penyakit tertentu.
Hal tersebut sejalan dengan konsep teori yang menjelaskan bahwa
menajeman asuhan bayi baru lahir dengan asfiksia diantaranya nilai
keadaan bayi, menjaga kehangatan bayi dengan mengeringkan tubuh
bayi dan membungkus bayi dengan kain yang bersih dan kering kecuali
muka dan dada, memposisikan bayi sedikit ekstensi dengan mengganjal
bahu bayi dengan kain, membersikan jalan nafas dengan alat penghisap
lendir menggunakan Delee. Nilai kembali keadaan bayi, berikan
rangsangan taktil dengan cara menggosok dan menepuk punggung dan
kaki bayi, atur kembali posisi bayi, nilai keadaan bayi. Jika bayi
bernapas normal, warna kulit kemerahan, tonus otot baik atau
pergerakan aktif maka dilakukan asuhan pasca resusitasi yaitu dengan
pemantauan tanda bahaya, perawatan tali pusat, inisiasi menyusui dini,
pencegahan hipotermi, pemberian Vit.K, pemberian salep mata/ tetes
mata, pemeriksaan fisik [48].
Secara keseluruhan bayi Ny.I saat dilakukan penilaian awal dan
dilakukan pemeriksaan fisik sesuai dengan yang terdapat pada teori
bayi Ny.I mengalami asfiksia sedang. Saat pemeriksaan kunjungan
neonatus, tidak ada masalah yang berarti.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori
dan kasus yang didapatkan. Dimana rencana asuhan yang teori katakan
memiliki kesamaan dengan kasus yang didapat.
F. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan
Pada langkah ini semua perencanaan asuhan dilaksanakan oleh bidan
baik secara mandiri ataupun berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
1. Persalinan
Pada kasus Ny.I dengan inersia uteri semua tindakan yang telah
direncanakan yaitu dengan pemberian infus oksitosin 5 IU dalam 500 cc
82
2. Nifas
Pada tahap pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny.I, penulis
melaksanakan tindakan asuhan kebidanan sesuai dengan perencanaan.
Dalam penatalaksaan, telah diberikan asuhan pada ibu nifas normal
yaitu sebagaimana asuhan kebidanan yang diberikan untuk ibu nifas
normal diantaranya memberikan KIE tentang pemenuhan nutrisi, pola
istirahat, cara menyusui, personal hygiene, tanda-tanda bahaya pada
masa nifas, cara perawatan bayi di rumah dan memberikan konseling
KB secara dini. Pada tahap ini penulis tidak menemukan hambatan
yang berarti karena adanya kerjasama dan penerimaan yang baik dari
klien dan keluarga serta dukungan, bimbingan dan asuhan dari
pembimbing di lahan praktek.
masalah dan diagnosa [47]. Beberapa hal yang dievaluasi, yaitu: apakah
ibu sudah mengerti penjelasan yang diberikan, apakah ibu sudah
melakukan apa yang telah di anjurkan dan telah diajarkan, bagaimana
keadaan umum ibu, mengukur tanda-tanda vital ibu untuk memantau
keadaan ibu, apakah kecemasan ibu teratasi, apakah persalinan dengan
inersia uteri dapat diatasi.
1. Persalinan
Pada kasus Ny.I dengan inersia uteri dapat diatasi dengan baik. Hal
ini ditandai dengan kekuatan his yang pada awalnya tidak adekuat
akhirnya menjadi his yang adekuat ketika dilakukan kolaborasi dengan
dokter spesialis kandungan dengan pemberian infus drip oksitosin. His
yang tadinya tidak mampu untuk melakukan menurunkan kepala janin
akhirnya dapat menunjukkan posisi kepala janin di hodge IV setelah
diinduksi dengan infus oksitosin. Maka dapat disimpulkan bahwa mulai
dari kala II sampai dengan kala IV berlangsung normal. Hal tersebut
terjadi karena manajemen asuhan yang diberikan sesuai dengan teori
dan wewenang bidan.
2. Nifas
Setelah dilakukan pemeriksaan selama 14 hari di dapatkan hasil
keadaan umum baik kesadaran composmentis serta ibu merasa nyaman
dengan keadaannya, tanda-tanda vital dalam batas normal.
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas telah sesuai dengan
landasan hukum pada asuhan kebidanan yaitu Pasal 47 bidan dalam
menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan
kesehatan ibu. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana pasal 47 diberikan
pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa
menyusui dan masa antara dua kehamilan.
PENUTUP
A. Simpulan
Asuhan kebidanan komprehensif pada Ny.I telah dilakukan mulai tanggal
07 Maret 2020 sampai dengan tanggal 21 Maret 2020 yang dimulai dari saat
persalinan kala II sampai dengan 14 hari masa nifas.
1. Pada tahap pengkajian data, penulis mendapatkan data subjektif dan data
objektif pada pasien yang mengeluh mules-mules sejak jam 12.00 WIB
(06-03-2020) dan didapatkan pemukaan lengkap dengan his: 3x10’x30’’
pada jam 02.00 WIB (07-03-2020). Maka dilakukan asuhan sesuai dengan
kebutuhan pasien.
2. Pada persalinan Ny.I ditegakkan diagnosa berdasarkan adanya kekuatan
his yang tidak adekuat untuk melakukan pembukaan dan penurunan
kepala janin, disini kekuatan his lemah dan frekuensinya jarang. His yang
seperti ini dinamakan inersia uteri.
3. Diagnosa potensial yang dapat terjadi pada Ny.I dengan inersia uteri
diantanya kelelahan. Maka dari itu penulis memfasilitasi pemenuhan
kebutuhan nutrisi, dan ibu bersedia minum ±150 ml teh manis saat tidak
ada kontraksi.
4. Ny.I dilakukan tindakan segera atau kolaborasi dengan dokter spesialis
kandungan untuk memperbaiki kekuatan his agar bisa melakukan
pembukaan serviks dan penurunan kepala.
5. Rencana asuhan yang diberikan pada proses persalinan Ny.I yaitu
memfasilitasi pemasangan infus drip oksitosin dengan tujuan memperkuat
his agar menjadi his yang adekuat.
6. Dari hasil pemantauan, didapatkan hasil bahwa tindakan yang dilakukan
pada Ny.I berhasil dan terlaksana dengan baik serta mencapai tujuan yang
diinginkan yaitu his yang tidak adekuat akhirnya menjadi adekuat dan
terjadi penurunan kepala sehingga proses persalinan dapat berlangsung
secara normal.
85
86
15. Tindakan segera yang dilakukan bidan adalah resusitasi bayi baru lahir
mengingat bayi belum bisa bernafas secara spontan segera setelah bayi
lahir.
16. Rencana asuhan kebidanan yang diberikan pada bayi Ny.I yaitu beritahu
ibu hasil pemeriksaan, observasi TTV, dll. Dengan dilakukannya
pemantauan tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
dari tindakan yang telah diberikan.
17. Pada saat pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi Ny.I tindakan yang
telah direncanakan seluruhnya telah dilaksanakan dengan baik.
18. Hasil tindakan asuhan kebidanan pada bayi Ny.I dengan asfiksia sedang
yaitu asuhan yang telah diberikan berhasil ditandai dengan keadaan umum
bayi mulai membaik, bayi sudah menangis, bernafas teratur, dan ada
reaksi bila diberi rangsangan. Seluruh tindakan yang telah direncanakan
berlangsung dengan baik dan tanpa hambatan.
19. Asuhan kebidanan neonatus pada bayi Ny.I P1A0 dengan neonatus normal,
tanpa disertai komplikasi.
B. Saran
1. Bagi Pasien dan Keluarga
Diharapkan hasil pengkajian ini dapat menjadi pengetahuan dan
wawasan bagi ibu bersalin mengenai pengetahuan tentang persalinan dan
apa-apa saja yang menjadi penghambat persalinan.
2. Bagi Bidan
a. Tenaga kesehatan khususnya bidan hendaknya senatiasa membina
hubungan yang baik dengan klien dan keluarganya agar tercapai
tujuan yang diingikan.
b. Bidan harus memperdalam ilmu lagi mengetahui tentang hal-hal apa
saja yang menjadi wewenangnya dan apa-apa saja yang tidak boleh
untuk dilakukan dan tindakan apa saja yang harus melakukan
penanganan segera maupun kolaborasi dengan dokter spesialis
kandungan.
88
[1] Icemi Sukarni, “Persalinan Kala II,” Buku Ajar Keperawatan Matern., p.
2018, 2013.
[8] L. T. Akhir and E. Cahyani, “Asuhan kebidanan pada ibu nifas post sectio
caesarea dengan anemia ringan di ruang delima rsud kabupaten ciamis,”
2018.
[11] Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu,
“Hadist Tentang Kesehatan,” p. 40.
89
[12] ini pengarang Goyena, Rodrigo, “Inas Ini Judul,” J. Chem. Inf. Model.,
vol. 53, no. 9, pp. 1689–1699, 2013.
[21] E. Fitriatun, “Buku Ajar Masa Nifas,” J. Chem. Inf. Model., vol. 53, no. 9,
pp. 1689–1699, 2019.
[22] D. M. Mackay, “Kunjungan Masa Nfas,” Lancet, vol. 302, no. 7843, p.
1439, 2018.
90
[23] Y. Safitri, “Perubahan Pada Masa Nifas,” Masa Nifas, pp. 13–19, 2011.
[24] E. Murdiana, “Manajemen Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada Bayi
Ny. S Dengan Hipotermia Sedang Di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh
Yusuf Gowa Tahun 2017,” Karya Tulis Ilm., pp. 1–111, 2017.
[29] A. S. Rahma and M. Armah, “Analisis faktor risiko kejadian asfiksia pada
bayi baru lahir di RSUD Syekh Yusuf Gowa dan RSUP Dr Wahidin
Sudirohusodo Makassar tahun 2013,” J. Kesehat., vol. VII, no. 1, pp. 277–
287, 2014.
[31] W. Carolus, J. Rompis, and R. Wilar, “Hubungan Apgar Skor Dan Berat
Badan Lahir Dengan Sepsis Neonatorum,” e-CliniC, vol. 1, no. 2, pp. 1–7,
2013.
91
[34] K. K. P et al., “UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
4 TAHUN 2019 TENTANG KEBIDANAN,” Kementeri. Kesehat.
Republik Indones., vol. 1, no. 4, pp. 1–21, 2019.
[38] Iryana and R. Kawasati, “Teknik Pengumpulan Data,” Stain Sorong, vol. 4,
no. 1, p. 東京:音楽之友社:pp. 56-79, 2013.
[42] I. Gunawan and T. Astuti, “Tinggi fundus uteri pada ibu post partum yang
melaksanakan senam nifas,” vol. XI, no. 2, pp. 183–188, 2015.
[45] R. M. Silalahi, Verarica; Putri, “457 Jurnal Care Vol .5, No.3,Tahun 2017,”
92
J. Care, vol. 05, no. 3, pp. 393–402, 2017.
[48] misbakhul anwari, “Manajemen Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir
dengan Asfiksia,” no. September, pp. 160–164, 2018.
93
DAFTAR SINGKATAN
94
TD Tekanan Darah
TFU Tinggi Fundus Uteri
TT Tetanus Toksoid
TTV Tanda-Tanda Vital
UKK Unit Kerja Koordinasi
USG Ultrasonografi
UU Undang-Undang
UUK Ubun-Ubun Kecil
VTP Ventilasi Tekanan Positif
95
LAMPIRAN
Nama : Nurhayati
Email/HP : nurhayatinuy69@gmail.com/087872220830
Riwayat Pendidikan
NAMA : Nurhayati
NIM : 1702277020
TTV DJJ
Jam
TD P R S His