SKRIPSI
Oleh:
ELVI NOVIANA
150100096
SKRIPSI
Oleh:
ELVI NOVIANA
150100096
i
Universitas Sumatera Utara
ii
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi tepat
pada waktunya, yang merupakan salah satu syarat kelulusan pendidikan sarjana
kedokteran pada program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memaparkan pemikiran dan
segala konsep yang menyangkut penelitian yang dilaksanakan dengan judul
“Pengaruh Tingkat Stres dengan Menstruasi terhadap Wanita Usia Reproduktif
pada Mahasiswi Kedokteran FK USU”.
Penulis menyadari bahwa sangat sulit untuk menyelesaikan skripsi ini tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala rasa hormat,
penulis ingin mengucapkan terima kasih atas dukungan yang tiada henti kepada:
iii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi
materi yang disampaikan maupun tata cara penulisan karena keterbatasan ilmu
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh sebab itu, kritik dan
saran sangat diharapkan untuk meningkatkan kemajuan dan kualitas skripsi ini.
Demikian kata pengantar ini penulis sampaikan, semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi pembacanya.
Penulis,
Elvi Noviana
Halaman
Halaman Pengesahan .................................................................................. ii
Kata Pengantar ............................................................................................ iii
Daftar Isi...................................................................................................... v
Daftar Gambar ............................................................................................. vii
Daftar Tabel ................................................................................................ viii
Daftar Singkatan.......................................................................................... ix
Daftar Lampiran .......................................................................................... x
Abstrak ........................................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 5
2.1 Stres............................................................................................... 5
2.1.1 Definisi Stres ....................................................................... 5
2.1.2 Sumber Stres (Stresor) ......................................................... 5
2.1.3 Klasifikasi Stres ................................................................... 6
2.1.4 Respon Fisiologis terhadap Stres......................................... 7
2.1.5 Respon Psikologis terhadap Stres ........................................ 7
2.1.6 Koping Stres ........................................................................ 8
2.2 Menstruasi ..................................................................................... 9
2.2.1 Definisi Menstruasi ............................................................. 9
2.2.2 Fisiologi Menstruasi ............................................................ 9
2.2.3 Gangguan Siklus Menstruasi ............................................... 12
2.3 Hubungan Stres dengan Menstruasi.............................................. 14
2.4 Kerangka Teori ............................................................................. 19
2.5 Kerangka Konsep .......................................................................... 19
2.6 Hipotesis ....................................................................................... 20
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 21
3.1 Jenis Penelitian.............................................................................. 21
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 21
3.2.1 Waktu Penelitian ................................................................. 21
3.2.2 Tempat Penelitian ................................................................ 21
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 21
3.3.1 Besar Sampel ....................................................................... 21
3.3.2 Sampel Penelitian ................................................................ 22
3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 23
3.5 Prosedur Pengambilan Data .......................................................... 23
vii
viii
ix
Lampiran G. Kuesioner............................................................................... 49
Latar Belakang. Stres merupakan suatu gangguan psikosomatik yang dapat terjadi di kehidupan
sehari-hari dan tidak dapat dihindari. Stres dapat memberikan dampak negatif dalam aspek
kognitif, fisiologis, dan perilaku. Salah satu dampak dari stres yang dapat terjadi pada mahasiswi
adalah gangguan pada sisi fisiologis, seperti gangguan menstruasi. Gangguan menstruasi
merupakan suatu penanda terjadinya gangguan pada sistem reproduksi wanita. Tujuan.
Mengetahui bagaimana pengaruh antara tingkat stres dengan menstruasi pada mahasiswi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Metode. Penelitian menggunakan metode
analitik observasional dengan desain cross sectional. Populasi penelitian adalah mahasiswi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Sampel penelitian diambil dengan rumus untuk
penelitian analitik kategorik tidak berpasangan yaitu sebesar 100 responden untuk kelompok
kasus (stres) dan 100 responden untuk kelompok kontrol (tidak stres). Pengumpulan data tingkat
stres responden dilakukan dengan pengisian kuesioner DASS 42 dan data siklus menstruasi
diperoleh dari pengisian identitas responden. Data penelitian akan diolah menggunakan program
Statistical Product and Service Solutions (SPSS). Hasil. Dari 203 responden, di mana terdapat
103 orang dalam kelompok kasus dan 100 orang dalam kelompok kontrol, didapatkan hasil
penelitian dengan uji chi-square p=0,709 (p<0,05) yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara tingkat stres dengan menstruasi. Kesimpulan. Dari penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat stres dengan
menstruasi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
xi
Background. Stress is a psychosomatic disorder that can be occur in our life and cannot be
avoided. Stress can give a negative impact on cognitives, pshycological, and behavioral aspects.
One of the effects of stress that can be occur in students is a disorder on the physiological side,
such as menstrual disorder. Menstrual disorder is one of the disorders that is happening on the
female reproductive system. Objectives. To know how is the relationship between stress level and
menstruation on medical students in Faculty of Medicine, University of North Sumatra. Method.
This study used an observational analytic method with a cross sectional design. The study
population was medical students in Faculty of Medicine, USU. This study’s sample was taken by
the formula for unpaired categorical analytic research which was equal to 100 respondents for the
case group (stress) and 100 respondents for the control gorup (not stress). Data of the respondents
was collected by filling in DASS 42 questionnaire and the menstrual data was obtained from
filling in the identity of the respondents. Research data will be processed using the Statistical
Product and Service Solution (SPSS) program. Result. From 203 respondents, which there were
103 respondents in the case group and 100 respondents in the control group, the results obtained
by chi-square test p=0.709 (p<0.05) which means that there is no significant relationship between
stress level and menstruation. Conclusion. From this study it can be concluded that there is no
significant relationship between stress level and menstruation on medical students in Faculty of
Medicine, USU.
xii
PENDAHULUAN
Wanita usia reproduktif (Wanita Usia Subur) adalah wanita yang berumur 15-
49 tahun baik yang berstatus belum menikah, menikah, maupun janda (Depkes RI,
2018). Mahasiswi, sebagai insan akademik, merupakan bagian dari kelompok
Wanita Usia Subur. Mahasiswi dalam kegiatannya juga tidak terlepas dari stres.
Stresor atau penyebab stres pada mahasiswi dapat bersumber dari dalam diri
maupun dari luar, misalnya stres karena besarnya tuntutan orang tua akan prestasi
akademik, maupun dari luar lingkungan sekitar, seperti kelas kuliah yang tidak
nyaman. Sumber stres pada mahasiswi paling banyak berasal dari masalah
kualitas makanan selama masa kuliah, tuntutan prestasi orang tua, kelas kuliah
yang tidak nyaman, frekuensi ujian dan kurangnya waktu rekreasi (Sari, 2015).
Stres yang tidak mampu dikendalikan dan diatasi oleh individu akan
memunculkan dampak negatif kognitif, emosional, fisiologis, dan perilaku. Pada
mahasiswi, dampak negatif secara kognitif antara lain sulit berkonsentrasi, sulit
mengingat pelajaran, dan sulit memahami pelajaran. Dampak negatif secara
emosional antara lain sulit memotivasi diri, munculnya perasaan cemas, sedih,
kemarahan, frustasi, dan efek negatif lainnya. Dampak negatif secara fisiologis
antara lain gangguan kesehatan, daya tahan tubuh yang menurun terhadap
penyakit, sering pusing, badan terasa lesu, lemah, dan insomnia. Dampak perilaku
yang muncul antara lain menunda-nunda penyelesaian tugas kuliah, malas kuliah,
penyalahgunaan obat dan alkohol, serta terlibat dalam kegiatan mencari
kesenangan yang berlebih-lebihan serta berisiko tinggi (Kandou, Sutjiato &
Tucunan, 2015).
Pada saat stres, tubuh seseorang akan mengeluarkan adrenalin sebagai bentuk
pertahanan. Stres atau emosi merupakan bagian dari sistem umpan balik siklus
hormon di dalam tubuh manusia. Sebuah teori menjelaskan bahwa stres cepat
menyebabkan peningkatan pelepasan CRH (Corticol Releasing Hormone) oleh
hipotalamus yang kemudian menyebabkan peningkatan kortisol dalam darah
(hormon stres). Sesuai dengan umpan balik dari sistem hormon, adanya
peningkatan kortisol dapat menghambat Gonadotropin-releasing factor yang
mengontrol ovulasi pada wanita. Besarnya kadar kortisol dalam darah
memengaruhi besarnya dampak yang ditimbulkan pada tubuh individu tersebut.
Jika hal ini terjadi pada seorang wanita, maka dapat berpengaruh terhadap
menstruasi bahkan dapat memicu adanya gangguan menstruasi (Suparji, 2017).
Menurut Karina & Tatik (2013), terdapat hubungan antara tingkat stres
dengan gangguan siklus menstruasi pada remaja mahasiswi Akbid Abdi Husada
Semarang, dimana dari 40 responden yang termasuk dalam kategori stres ringan
sebanyak 62,50% lebih besar dibandingkan pada responden dengan tingkat stres
sedang dan berat. Responden yang mengalami gangguan menstruasi ringan
sebanyak 70% sedangkan dengan responden yang mengalami gangguan
menstruasi berat sebanyak 30% (Kolin & Indrawati, 2013).
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 STRES
Stres berasal dari bahasa Latin strictus dan bahasa Perancis etrace. Kedua kata
ini lalu sering digunakan untuk menyebut stimulus dan respon. Samsu Yusuf
mendefinisikan stres sebagai perasaan tidak enak, tidak nyaman, atau tertekan,
baik fisik maupun psikis sebagai respon atau reaksi individu terhadap stresor
(stimulus berupa peristiwa, objek, atau orang) yang mengancam, mengganggu,
membebani, atau membahayakan keselamatan, kepentingan, keinginan, atau
kesejahteraan hidupnya (Hidayanti, 2013).
Istilah 'stres' bisa diartikan berbeda bagi tiap individu. Sebagian individu
mendefinisikan stres sebagai tekanan, ketegangan, desakan atau respon emosional.
Psikolog juga mendefinisikan stres dalam berbagai bentuk. Definisi stres yang
paling umum digunakan adalah definisi stres yang dikembangkan oleh Lazarus
dan Launier (1978), di mana stres dititikberatkan pada hubungan antara individu
dengan lingkungannya. Stres merupakan konsekuensi dari proses penilaian
individu, yakni pengukuran apakah sumber daya yang dimilikinya cukup untuk
menghadapi tuntutan dari lingkungan (Ogden, 2012).
a. Stresor biologik: bakteri, virus, hewan, dan makhluk hidup lainnya yang
dapat memengaruhi kesehatan.
b. Stresor fisik: perubahan iklim, suhu, cuaca, lingkungan tempat tinggal, dll.
c. Stresor kimia: pengobatan, alkohol, polusi udara, bahan kimia, dll.
d. Stresor psikososial: prasangka, rendah diri, frustasi, emosi, dll.
e. Stresor spiritual: persepsi negatif terhadap nilai-nilai ke-Tuhanan (Rasmun,
2009).
Selain itu, terdapat empat faktor yang dapat menyebabkan stres psikologis,
yaitu frustasi, konflik, tekanan, dan krisis. Frustasi dapat terjadi oleh karena
gagalnya individu dalam mencapai tujuan. Konflik dapat terjadi karena individu
tidak dapat memilih antara dua macam atau lebih keinginan, kebutuhan, atau
tujuan. Tekanan dapat disebabkan oleh tekanan hidup sehari-hari yang dapat
berasal dari dalam maupun luar individu. Krisis dapat disebabkan dari keadaan
yang mendesak dan menimbulkan stres pada individu (Sunaryo, 2015).
a. Stres ringan. Pada tingkat stres ini sering terjadi pada kehidupan sehari-
hari dan kondisi ini dapat membantu individu menjadi waspada dan
mencegah berbagai kemungkinan yang akan terjadi.
b. Stres sedang. Pada stres tingkat ini individu lebih memfokuskan hal
penting saat ini dan mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit
lahan persepsinya.
c. Stres berat. Pada tingkat ini lahan persepsi individu sangat menyempit dan
cenderung memusatkan perhatian pada hal lain. Semua perilaku ditujukan
untuk mengurangi stres. Individu tersebut mencoba memusatkan perhatian
pada lahan lain dan memerlukan banyak pengarahan.
Reaksi fisiologis stres ini dapat terjadi dalam dua jalur, yang pertama melalui
sumbu hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA). Hal ini dimulai dengan adanya
persepsi terhadap situasi yang mengancam yang akan memicu hipotalamus untuk
merespon dengan pelepasan corticotrophin releasing hormone (CRH). CRH ini
akan merangsang hipofisis anterior untuk melepaskan adrenocorticotropic
hormone (ACTH). ACTH akan merangsang korteks adrenal untuk mensekresikan
glukokortikoid, salah satunya kortisol. Sekresi kortisol dapat membantu
memobilisasi sumber energi tubuh, meningkatkan kadar gula yang berguna untuk
sel. Kortisol juga dapat menurunkan sensitivitas gonad untuk luteinizing hormone
(LH) sehingga menekan sekresi hormon steroid seks. Stresor dapat memicu
pelepasan ACTH dari hipofisis anterior, sehingga ACTH akan memicu pelepasan
glukokortikoid dari korteks adrenal dan akan mensekresikan kortisol (Pinel, 2009).
Jalur kedua yaitu melalui aktivasi dari sistem saraf simpatik, sehingga dapat
meningkatkan pelepasan jumlah epinefrin dan norepinefrin dari medula adrenal.
Epinefrin dan norepinefrin akan memengaruhi metabolisme glukosa, dan
meningkatkan output jantung sehingga dapat meningkatkan tekanan darah serta
pengaruh terhadap kardiovaskular lainnya (Carlson, 2013).
Koping adalah proses yang dilalui oleh individu dalam menyelesaikan situasi
stressful. Koping merupakan suatu proses kognitif-perilaku yang terjadi pada
suatu situasi yang dianggap menantang/mengancam dan bagaimana cara
menanganinya. Lazarus dan Folkman mengklasifikasikan strategi koping menjadi
problem-focused dan emotion-focused. Strategi problem-focused cenderung untuk
meningkatkan kewaspadaan individu, tingkat pengetahuan, dan berbagai tindakan
yang dapat dilakukan untuk mengatasi stresor. Sedangkan strategi emotion-
focused bertujuan untuk membatasi tingkatan dari gangguan emosional yang akan
disebabkan oleh stresor (Myers et al., 2013).
Ada dua macam metode koping yang dapat digunakan oleh individu dalam
mengatasi masalah psikologis, yaitu metode koping jangka pendek dan metode
koping jangka panjang. Metode koping jangka pendek dapat digunakan untuk
mengurangi stres/ketegangan psikologis untuk sementara waktu, tetapi tidak
efektif bila digunakan dalam jangka waktu yang lama. Contohnya adalah beralih
pada aktivitas lain untuk melupakan masalah seperti melamun, mengonsumsi
alkohol, tidur, menangis, atau merokok. Sedangkan metode koping jangka
panjang merupakan cara yang lebih efektif dan realistis dalam menangani masalah
psikologis untuk waktu yang lebih lama. Contohnya adalah berkonsultasi dengan
orang lain (curhat), latihan fisik untuk mengurangi ketegangan/masalah,
mengambil pelajaran dari peristiwa atau pengalaman sebelumnya (Rasmun, 2009).
2.2 MENSTRUASI
Menstruasi atau haid atau datang bulan, adalah luruhnya lapisan dinding
bagian dalam rahim (endometrium) yang banyak mengandung pembuluh darah
sehingga keluarnya darah dari vagina. Bila sel telur (ovum) dalam perjalanannya
menuju rahim tidak bertemu dengan sperma, maka tidak akan terjadi pembuahan,
sehingga ovum bersama-sama dengan endometrium akan luruh/gugur dan keluar
melalui vagina. Kejadian ini disebut menstruasi atau haid atau datang bulan.
Peristiwa haid yang pertama kali disebut menarche, yang terjadi ada usia 11-13
tahun, bahkan pada beberapa anak terjadi lebih cepat. Sedangkan berhentinya haid
disebut menopause yang terjadi pada usia 49-50 tahun. Haid merupakan tanda
bahwa alat reproduksi perempuan telah matang. Haid normalnya terjadi 3-7 hari,
jumlah darah yang keluar antara 25-60 cc perhari dan siklus haid adalah antara 21-
35 hari sekali (Kementerian Kesehatan RI, 2012).
Siklus Ovarium
Pada siklus ovarium, terdapat tiga fase yang berurutan terjadi yaitu fase
folikuler, fase ovulasi, dan fase luteal (Samsulhadi, 2011). Fase folikuler ditandai
dengan adanya keberadaan folikel yang matang, fase ovulasi ditandai dengan
pelepasan folikel yang matang dari ovarium ke saluran telur, dan fase luteal
ditandai dengan adanya korpus luteum (Sherwood, 2015). Rata-rata waktu yang
diperlukan pada siklus ini kurang lebih 28 hari (dari rentang 25-32 hari).
Perubahan histologis pada endometrium (siklus uterus) selalu berjalan bersamaan
dan berkesinambungan dengan siklus ovarium (Novita, 2016).
Fase folikuler adalah fase pertama yang terjadi pada siklus ovarium. Selama
fase ini, akan terbentuk folikel yang matang dalam waktu berkisar antara 10-14
hari (Sherwood, 2015). Fase ini diawali dengan pertumbuhan dari beberapa folikel
antral, namun pada hari ke 5-7 hanya ada satu folikel dominan yang tetap tumbuh
karena penurunan sekresi FSH (Speroff & Fritz, 2011). Folikel yang mencapai
kematangan disebut dengan folikel tersier, atau folikel de Graaf dan mengandung
sel telur (Sherwood, 2015).
Fase ovulasi adalah fase kedua dari siklus ovarium dimana sel telur (oosit)
yang matang akan dilepaskan ke dalam saluran telur. Selama fase ovulasi akan
terjadi lonjakan sekresi LH yang penting untuk proses keluarnya oosit dan folikel.
Lonjakan LH disebabkan oleh kadar estrogen yang tinggi selama fase folikuler.
Ovulasi diperkirakan terjadi 10-12 jam setelah lonjakan LH. Lonjakan LH akan
memicu sekresi prostaglandin dan progesteron bersamaan dengan lonjakan FSH
yang mengaktivasi enzim proteolitik sehingga menyebabkan dinding folikel pecah.
Pecahnya dinding folikel menyebabkan oosit sekunder keluar. Oosit sekunder
segera matang menjadi ootid dan kemudian menjadi sel telur yang matang.
Setelah keluar dari ovarium, sel telur yang matang akan ditangkap oleh fimbriae
tuba fallopi. Lama kelamaan seluruh sel granulosa yang melekat pada membran
basalis di seluruh dinding sisa folikel berubah menjadi sel luteal (Samsulhadi,
2011; Speroff & Fritz, 2011).
Fase luteal adalah tahap akhir dari siklus ovarium dan kejadian ini terjadi
bersamaan dengan fase sekresi di siklus uterus. Selama fase luteal, hormon FSH
dan LH menyebabkan sisa dari folikel yang pecah berubah menjadi korpus luteum.
Korpus luteum mensekresi progesteron ke darah dalam jumlah yang banyak,
bersamaan dengan sedikit estrogen. Hormon yang diproduksi oleh korpus luteum
juga menekan sekresi FSH dan LH sehingga tingkat FSH dan LH menurun
dengan cepat dan bisa menyebabkan korpus luteum mengalami atropi. Jika sel
telur yang dibebaskan tidak dibuahi dan tidak berimplantasi, korpus luteum yang
mengalami atropi akan berdegenerasi dalam waktu 14 hari dan terjadi penurunan
progesteron. Menurunnya progesteron akan memicu menstruasi dan awal dari
siklus berikutnya (Sherwood, 2015). Namun apabila terjadi pembuahan sekresi
progesteron tidak akan menurun karena adanya sekresi hCG (human chorionic
gonadotropin) (Samsulhadi, 2011).
kontraksi ini membantu keluarnya darah dan lapisan endometrium melalui vagina
(Sherwood, 2015).
Haid biasanya berlangsung selama lima sampai tujuh hari setelah degenerasi
dari korpus luteum dan bersamaan dengan awal dari fase folikuler siklus ovarium.
Penurunan progesteron dan estrogen menyebabkan FSH dan LH kembali
meningkat dan memicu terbentuknya folikel baru di ovarium. Folikel-folikel yang
baru terbentuk akan menghasilkan estrogen yang cukup untuk memicu perbaikan
dan pertumbuhan endometrium kembali. Setelah haid berhenti, fase proliferasi
siklus uterus dimulai bersamaan dengan akhir fase folikuler siklus ovarium ketika
endometrium mulai berproliferasi karena pengaruh estrogen dari folikel yang baru
berkembang. Estrogen merangsang proliferasi dari sel epitel, kelenjar, dan
pembuluh darah di endometrium sehingga endometrium kembali menebal. Fase
proliferasi ini berlangsung dari akhir fase menstruasi sampai ke fase ovulasi
(Samsulhadi, 2011; Sherwood, 2015).
Setelah fase ovulasi, ketika terbentuknya korpus luteum yang baru, uterus
akan masuk ke fase sekretori yang bersamaan dengan fase luteal siklus ovarium,
korpus luteum akan mensekresikan progesteron dan estrogen. Progesteron
mengubah endometrium yang telah dipersiapkan estrogen menjadi jaringan yang
kaya vaskular dan glikogen. Kelenjar endometrium akan aktif mengeluarkan
glikogen ke dalam uterus sebagai makanan awal embrio yang berkembang
sebelum implantasinya, tetapi jika tidak terjadi pembuahan maka korpus luteum
akan berdegenerasi dan fase haid serta fase folikuler yang baru akan dimulai
kembali (Samsulhadi, 2011; Sherwood, 2015).
• Hipermenorea (Menoragia)
Menoragia adalah perdarahan haid dengan jumlah darah lebih banyak
dan/atau durasi lebih lama dari normal dengan siklus yang normal teratur
• Polimenorea
Polimenorea adalah haid dengan siklus yang lebih pendek dari normal
yaitu kurang dari 21 hari. Seringkali sulit membedakan polimenorea
dengan metroragia yang merupakan perdarahan antara dua siklus haid.
Penyebab polimenorea bermacam-macam antara lain gangguan endokrin
yang menyebabkan gangguan ovulasi, fase luteal memendek, dan kongesti
ovarium karena peradangan (Hendarto, 2011).
• Oligomenorea
Oligomenorea adalah haid dengan siklus yang lebih panjang dari
normal yaitu lebih dari 35 hari (Speroff & Fritz, 2011). Pada remaja
oligomenorea dapat terjadi karena imaturitas poros hipotalamus hipofisis
ovarium endometrium (Hendarto, 2011).
• Amenorea
Amenorea adalah keadaan tidak menstruasi untuk sedikitnya selama 3
bulan berturut-turut (Reza, Yusuf & Damiri, 2014).
Stres psikososial adalah suatu hal yang umum terjadi di kalangan mahasiswa.
Stres ini bisa dipicu dari beberapa penyebab, seperti belajar/bekerja terus menerus,
tidak ada pembatasan diri, mengabaikan kebutuhan pribadi, dan sebagainya
(Kollipaka, Arounassalame & Lakshminarayanan, 2013). Respon setiap individu
terhadap stres juga berbeda-beda. Dalam satu studi, wanita perimenopause
memiliki perbedaan siklus menstruasi antara wanita yang terkena stres dan tidak
dalam satu tahun, walaupun tidak ada perbedaan yang signifikan antara wanita
yang memiliki tingkat stres tinggi dengan wanita yang memiliki tingkat stres yang
rendah. Dalam pengaruhnya terhadap pola siklus menstruasi, stres melibatkan
sistem neuroendokrinologi yang mempunyai peran yang besar dalam reproduksi
wanita. Pada keadaan stres terjadi aktivasi pada amigdala pada sistem limbik
(Tombokan, Pangemanan & Engka, 2017).
interaksi dari tiga organ yang berbeda, yang masing-masing memiliki peran dalam
pengaturan sampai ke tahap akhir, yaitu pelepasan glukokortikoid. Aktivasi
sumbu HPA dapat terjadi secara refleks sebagai respons terhadap tantangan fisik.
Respon ini dirangsang oleh ascending brain system yang akan mengirim sinyal
langsung ke hypothalamic paraventricular nucleus (PVN). Neuron dari PVN akan
menghasilkan corticotrophin releasing hormone (CRH) serta peptida lainnya
(seperti arginine-vasopressin/AVP) dan dilepaskan ke pleksus portal hipofisis
pembuluh darah (Herman et al., 2016).
Saat terjadinya stres, CRH yang distimulasi oleh hipotalamus akan menekan
sumbu hypothalamic-pituitary-gonadal (HPG), khususnya GnRH di hipotalamus
dari tempat produksinya di nukleus arkuata. Stres akan sangat menghambat fungsi
reproduksi dengan menekan pelepasan GnRH yang akan berakibat pada
penurunan LH. Glukokortikoid juga dapat menginhibisi GnRH melalui aktivasi
dari GnIH (Kageyama, 2013).
kembali normal bila stres yang ada bisa di atasi (Tombokan, Pangemanan &
Engka, 2017).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Rosendi (2011), stres dapat memengaruhi
siklus menstruasi, karena pada saat stres, hormon kortisol sebagai produk dari
glukokortioid korteks adrenal yang disintesa pada zona fasikulata bisa
mengganggu siklus menstruasi karena memengaruhi jumlah hormon progesteron
dalam tubuh. Jumlah hormon dalam darah yang terlalu banyak inilah yang dapat
menyebabkan perubahan siklus menstruasi (Toduho, Kundro & Malara, 2014).
Dari penelitian yang dilakukan oleh Annie dan Jens (2013), terdapat hubungan
antara respon stres subjektif dan kortisol dengan fase dari siklus menstruasi.
Empat puluh lima wanita yang sedang dalam fase folikuler atau fase luteal
dipajankan dengan stres psikososial. Hasilnya menunjukkan bahwa stres pada
wanita yang sedang dalam fase folikuler tidak mempunyai hubungan yang
signifikan, sedangkan stres pada wanita yang sedang dalam fase luteal
mempunyai hubungan yang positif. Ini menunjukkan bahwa terdapat
kemungkinan bahwa hormon seks dan respons stres kortisol saling berpengaruh
dalam regulasi emosi (Duchesne & Pruessner, 2013).
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka teori penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Hipotalamus
ACTH
Ovarium
Estrogen↓ Progesteron↓
Menstruasi↓
Gangguan
Menstruasi
Gambar 2.1 Kerangka Teori.
2.6 HIPOTESIS
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan metode penelitian analitik
kategorik tidak berpasangan, maka dilakukan perhitungan besar sampel dengan
rumus, yaitu (Dahlan, 2013):
2
Zα √2PQ + Zβ √P1 Q1 + P2 Q2
n1 = n2 = ( )
P1 − P2
21
Keterangan:
Zα = deviat baku alfa (1,96; dengan menggunakan α=0,05)
Zβ = deviat baku beta (0,84; dengan menggunakan β=0,20)
P2 = proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya
(0,54; Suparji,2017)
Q2 = 1 - P2 = 1 - 0,54 = 0,46
P1 = proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement
peneliti = P2 + 0,2 = 0,54 + 0,2 = 0,74
Q1 = 1 - P1 = 1 – 0,74 = 0,26
P1-P2 = selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna (0,2)
P = proporsi total = (P1 + P2)/2 = (0,74 + 0,54)/2 = 0,64
Q = 1 - P = 0,36
Dengan rumus di atas, maka besar sampel dalam penelitian ini adalah:
2
1,96√2x0,64x0,36 + 0,84√0,74x0,26 + 0,54x0,46
n1 = n2 = ( )
0,74 − 0,54
n=89,13
Dengan demikian besar sampel minimal yang dibutuhkan adalah 89,13 dan
digenapkan menjadi 100 orang. Maka dibutuhkan 100 responden untuk kelompok
kasus (stres) dan 100 responden untuk kelompok kontrol (tidak stres).
1. Kriteria Inklusi
- Usia responden berada pada jangkauan wanita usia reproduktif.
1. Pengambilan Sampel
Data yang diperoleh telah dikaji dengan bantuan perangkat lunak komputer
menggunakan program SPSS dan dilakukan uji hipotesa chi-square.
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer berupa identitas,
tingkat stres, dan riwayat menstruasi responden. Kuesioner yang didapat akan
diperiksa datanya terlebih dahulu sesuai prosedur pemeriksaan data yaitu uji L-
MMPI, kuesioner DASS 42, serta identitas, data IMT, dan riwayat menstruasi
responden. Jumlah seluruh kuesioner yang terkumpul adalah 231 kuesioner. Saat
melalui prosedur pemeriksaan data, terdapat 5 orang yang memiliki nilai
kuesioner L-MMPI ≥10 sehingga 5 responden tersebut dikeluarkan dari penelitian.
Setelah memeriksa L-MMPI maka selanjutnya peneliti memeriksa kuesioner
DASS 42 untuk mengelompokkan responden yang mengalami stres ke kelompok
kasus dan responden yang tingkat stres normal ke kelompok kontrol. Terdapat 122
orang yang dikelompokkan ke kelompok kasus dan 104 orang yang
dikelompokkan pada kelompok kontrol. Selanjutnya peneliti memeriksa identitas,
data IMT, dan riwayat menstruasi responden. Saat memeriksa data IMT terdapat
23 orang yang tidak termasuk dalam kriteria inklusi, yaitu 15 orang obese, 3 orang
underweight, dan 1 orang mengalami gangguan hormonal dalam kelompok kasus,
sedangkan terdapat 3 orang obese dan 1 orang underweight dalam kelompok
kontrol sehingga 23 orang tersebut dikeluarkan dari penelitian. Setelah melalui
prosedur pemeriksaan data maka dapat disimpulkan yang memenuhi kriteria
inklusi adalah sebanyak 203 orang di mana terdapat 103 orang pada kelompok
kasus (stres) dan 100 orang pada kelompok kontrol (tidak stres).
27
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur, IMT, tingkatan stres, dan riwayat
menstruasi.
Kasus Kontrol Total
Karakteristik
n (%) n (%) n (%)
Umur
≤18 16 (7,88) 5 (2,46) 21 (10,34)
>18-≤20 54 (26,60) 61 (30,05) 115 (56,65)
>20 33 (16,26) 34 (16,75) 67 (33,01)
IMT
Normal 81 (39,90) 73 (35,96) 154 (75,86)
Pre-obese 22 (10,84) 27 (13,30) 49 (24,14)
Tingkat Stres
Normal - 100 (49,26) 100 (49,26)
Ringan 41 (20,20) - 41 (20,20)
Sedang 41 (20,20) - 41 (20,20)
Berat 17 (8,37) - 17 (8,37)
Sangat Berat 4 (1,97) - 4 (1,97)
Siklus Menstruasi
Normal 86 (42,36) 83 (40,90) 169 (83,26)
Gangguan 17 (8,37) 17 (8,37) 34 (16,74)
Durasi Menstruasi
Normal 88 (43,35) 93 (45,81) 181 (89,16)
Gangguan 15 (7,39) 7 (3,45) 22 (10,84)
Pada penelitian ini telah didapatkan responden sebanyak 203 orang yang
terbagi dalam 2 kelompok, yaitu kelompok kasus (stres) dan kontrol (tidak stres).
Responden dalam kelompok kasus terdapat 103 orang dan kelompok kontrol
terdapat 100 orang. Dalam kelompok kasus terdapat 26 orang yang mengalami
gangguan menstruasi, yaitu: 11 orang mengalami gangguan pada siklus
menstruasi, 9 orang mengalami gangguan pada durasi menstruasi, dan 6 orang
mengalami gangguan pada siklus dan durasi menstruasi. Dalam kelompok kontrol
terdapat 23 orang yang mengalami gangguan menstruasi, yaitu: 16 orang
mengalami gangguan pada siklus menstruasi, 6 orang mengalami gangguan pada
durasi menstruasi, dan 1 orang mengalami gangguan pada siklus dan durasi
menstruasi.
Hal ini dapat disebabkan oleh adanya faktor lain yang dapat memengaruhi
menstruasi. Beberapa di antaranya adalah aktivitas sehari-hari seperti kegiatan di
rumah, ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial maupun olahraga, bagaimana
hubungan dengan keluarga dan teman serta tugas-tugas di rumah. Sedangkan
aktivitas di tempat pendidikan memiliki efek yang paling minimal pada responden
yang bersekolah di Mesir sehingga stres yang disebabkan tempat pendidikan tidak
tinggi (Abdelmoty et al., 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Laras menyatakan bahwa selain status gizi dan
stres, asupan zat gizi makro seperti karbohidrat, lemak, dan protein juga dapat
memengaruhi siklus menstruasi. Asupan karbohidrat berhubungan dengan kalori
selama fase luteal, asupan protein berhubungan dengan panjang fase folikular
sedangkan asupan lemak berhubungan dengan hormon reproduksi. Zat besi juga
memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan proses ovulasi (Sitoayu,
Pertiwi & Mulyani, 2017; Dewantari, 2013).
didapat adalah 0,925 (p>0,05). Dengan demikian hipotesis pada penelitian ini
ditolak, yang berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara tingkat stres
dengan siklus menstruasi pada wanita usia reproduktif yang merupakan
mahasiswi FK USU.
Hal ini juga didapat pada penelitian yang dilakukan Nia, Srimiyati, dan
Romlah. Peneltian yang dilakukan pada mahasiswi di Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Katolik Musi Charitas Palembang tersebut menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan tingkat stres terhadap siklus menstruasi dengan p value >0,05, di
mana tingkat stres sebagian besar dalam tingkat berat sebanyak 64,8% dan siklus
menstruasi tidak normal sebanyak 51,6% (Fransiska, Srimiyati & Romlah, 2017).
Hal ini juga didapat pada penelitian yang dilakukan pada mahasiswi di
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, di mana p value yang didapat adalah
0,77 dengan IMT sebagian besar dalam kategori normal yaitu sebanyak 72,15%
dan siklus menstruasi normal sebanyak 86,07% (Prathita, Syahredi & Lipoeto,
2017). Berbeda dengan penelitian Yuli dan Tri (2018) menyatakan adanya
hubungan antara IMT dengan keteraturan siklus menstruasi, di mana p value yang
didapat adalah 0,0001 dengan sebagian besar IMT responden adalah normal (73%)
dan sebagian besar memiliki siklus menstruasi yang teratur (60%) (Trisnawati &
Anasari, 2018).
Di dalam penelitian ini terdapat keterbatasan yang dapat merupakan salah satu
penyebab hipotesis ditolak. Cara pengambilan data hanya dilakukan sekali
sehingga kuesioner stres diisi bersamaan dengan kuesioner riwayat menstruasi 3
bulan terakhir yang dapat menyebabkan peluang adanya bias pada data. Penelitian
mungkin akan signifikan bila riwayat menstruasi responden diikuti secara ketat
selama 3 bulan, agar data riwayat menstruasi yang didapat lebih nyata. Penelitian
juga dapat dilakukan dengan metode yang berbeda daripada metode yang dipakai
dalam penelitian ini. Perbedaan hasil penelitian juga dapat dipengaruhi oleh
banyaknya jumlah sampel, cara pengambilan sampel dan jenis kuesioner yang
dipakai.
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
36
Abdelmoty, H.I., Youssef, M., Abdallah, S., Abdel-Malak, K., Hashish, N.M.,
Samir, D., Abdelbar, M., Hosni, A.N., Ghafar, M.A.-E., Khamis, Y. dan
Seleem, M. 2015, 'Menstrual patterns and disorders among secondary
school adolescents in Egypt. A cross-sectional survey', BMC Women's
Health, vol. XV, no. 70, hh. 1-6. doi:10.1186/s12905-015-0228-8
Alloy, L.B., Riskind, J.H. dan Manos, M.J. 2005, Abnormal Psychology: Current
Perspectives, edisi 9, McGraw-Hill.
Breen, K.M. dan Mellon, P.L. 2014, 'Influence of stress-induced intermediates on
gonadotropin gene expression in gonadotrope cells', Molecular and
Cellular Endocrinology, vol. 385, no. 1-2, hh. 71-77.
doi:10.1016/j.mce.2013.08.014
Buku Petunjuk Penggunaan Media Kie Versi Pekerja dan Mahasiswa (2012),
Pusat Promosi Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, Dapat diakses:
http://www.depkes.go.id/resources/download/promosi-kesehatan/juknis-
media-kie-abat-mahasiswa-dan-pekerja.pdf.
Carlson, N.R. 2013, Physiology of Behavior, edisi 11, Pearson Education, Inc.
Dahlan, M.S. 2013, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, edisi 3, Jakarta: Salemba Medika.
Dewantari, N.M. 2013, 'Peranan gizi dalam kesehatan reproduksi', Jurnal Skala
Husada, vol. X, no. 2, September, hh. 219-224.
Dewi, A.A.A.S.P., Ruspawan, I.D.M. dan Lestari, T.R. 2014, 'Stres dengan siklus
menstruasi mahasiswi angkatan empat stikes wira medika PPNI Bali',
Kesehatan.
Duchesne, A. dan Pruessner, J.C. 2013, 'Association between subjective and
cortisol stress response depends on the menstrual cycle phase',
Psychoneuroendocrinology, vol. 38, no. 12, hh. 3155-3159.
doi:10.1016/j.psyneuen.2013.08.009
Fransiska, N., Srimiyati dan Romlah 2017, 'Hubungan stress terhadap siklus
menstruasi mahasiswi', Journal of Holistic Nursing Science, vol. IV, no. 2,
Juli, hh. 19-23.
Hayati, F., Utami, N.W. dan Susmini 2017, 'Hubungan tingkat stres dengan
perubahan siklus menstruasi pada siswi di SMA Negeri 1 Tebas Sambas
Kalimantan Barat', Nursing News, vol. II, no. 3, hh. 260-271.
Hendarto, H. 2011, 'Gangguan Haid/Perdarahan Uterus Abnormal', dalam Anwar,
M., Baziad, A. dan Prabowo, R.P. (ed.) Ilmu Kandungan, edisi 3, Jakarta:
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
38
Herman, J.P., McKlveen, J.M., Ghosal, S., Kopp, B., Wulsin, A., Makinson, R.,
Scheimann, J. dan Myers, B. 2016, 'Regulation of the hypothalamic-
pituitary-adrenocortical stress response', Comprehensive Physiology, vol.
VI, no. 2, hh. 603-621. doi:10.1002/cphy.c150015
Hidayanti, E. 2013, 'Strategi coping stress perempuan dengan HIV / AIDS',
SAWWA, vol. IX, hh. 89-106.
Kageyama, K. 2013, 'Regulation of gonadotropins by corticotropin-releasing
factor and urocortin', Frontiers in Endocrinology, vol. IV, hh. 1-7.
doi:10.3389/fendo.2013.00012
Kandou, G.D., Sutjiato, M. dan Tucunan, A.A.T. 2015, 'Hubungan Faktor Internal
dan Eksternal dengan Tingkat Stress pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado', Jikmu, vol. V, no. 1, hh. 30-42.
Kolin, K. dan Indrawati, T. 2013, 'Hubungan tingkat stress dengan gangguan
siklus menstruasi pada remaja mahasiswa akbid abdi husada semarang
semester ii tingkat 1 tahun akademik 2012/2013', Dinamika Kebidanan,
vol. III, no. 2, hh. 1-16.
Kollipaka, R., Arounassalame, B. dan Lakshminarayanan, S. 2013, 'Does
psychosocial stress influence menstrual abnormalities in medical students?',
Journal of Obstetrics and Gynaecology, hh. 489-493.
doi:10.3109/01443615.2013.782272s
Mahitala, A. 2015, 'Hubungan aktivitas fisik dengan gangguan menstruasi wanita
pasangan usia subur di desa Temanggung kecamatan Kaliangkrik
kabupaten Magelang tahun 2015', Jurnal Kesehatan Masyarakat, vol. III,
no. 3, April, hh. 74-80.
Myers, L., Fleming, M., Lancman, M., Perrine, K. dan Lancman, M. 2013, 'Stress
coping strategies in patients with psychogenic non-epileptic seizures and
how they relate to trauma symptoms, alexithymia, anger and mood',
Seizure, vol. 22, no. 8, hh. 634-639. doi:10.1016/j.seizure.2013.04.018
Nagma, S., Kapoor, G., Bharti, R., Batra, A., Batra, A., Aggarwal, A. dan Sablok,
A. 2015, 'To evaluate the effect of perceived stress on menstrual function',
Journal of Clinical and Diagnostic Research, vol. IX, no. 3, hh. 10-13.
Novarenta, A. 2013, 'Guided imagery untuk mengurangi rasa nyeri saat mentruasi',
JIPT, vol. I, no. 2, hh. 179-190.
Novita 2016, 'Referat fisiologi menstruasi dan kehamilan', Kepaniteraan Klinik
Ilmu Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Marinir Cilandak, vol. I, hh.
10-19.
Ogden, J. 2012, Health Psychology, edisi 5, Maidenhead: Mc Graw Hill.
Ossewaarde, L., Wingen, G.A.v., Rijpkema, M., Ba¨ckstro¨m, T., Hermans, E.J.
dan Ferna´ndez, G. 2012, 'Menstrual cycle-related changes in amygdala
morphology are associated with changes in stress sensitivity', Human
Brain Mapping, vol. 34, no. 5, hh. 1187-1193. doi:10.1002/hbm.21502
Pinel, J.P.J. 2009, Biopsikologi, edisi 7, Pustaka Pelajar.
Popoli, M., Yan, Z., McEwen, B.S. dan Sanacora, G. 2013, 'The stressed synapse:
the impact of stress and glucocorticoids on glutamate transmission', Nature
Reviews Neuroscience, vol. 13, no. 1, hh. 22-37. doi:10.1038/nrn3138
Prathita, Y.A., Syahredi dan Lipoeto, N.I. 2017, 'Hubungan status gizi dengan
siklus menstruasi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas', Jurnal Kesehatan Andalas, vol. VI, no. 1, hh. 104-109.
Puspitaningsih, D. 2015, 'Stres mahasiswa saat penyusunan karya tulis ilmiah di
poltekkes majapahit mojokerto', Hospital Majapahit, vol. VII, no. 1, hh.
19-29.
Rahayuningrum, D.C. 2016, 'Perbedaan pengaruh teknik relaksasi nafas dalam
dan kompres hangat dalam menurunkan disminore pada remaja SMA
Negeri 3 Padang', Jurnal Kesehatan Medika Saintika, vol. VIII, no. 1, hh.
1-8.
Ralph, C.R., Lehman, M.N., Goodman, R.L. dan Tilbrook, A.J. 2016, 'Impact of
psychosocial stress on gonadotropins and sexual behaviour in females: role
for cortisol?', hh. 1-36.
Rasmun 2009, Stres, Koping dan Adaptasi: Teori dan Pohon Masalah
Keperawatan, Jakarta: Sagung Seto.
Reza, C., Yusuf, M. dan Damiri, D.J. 2014, 'Perancangan sistem pakar untuk
diagnosis penyakit amenorea dengan menggunakan metode expert system
development life cycle', Jurnal Algoritma, vol. 10, no. 1, hh. 1-10.
Samsulhadi 2011, 'Haid dan Siklusnya', dalam Anwar, M., Baziad, A. and
Prabowo, R.P. (ed.) Ilmu Kandungan, edisi 3, Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Sari, D. 2015, 'Hubungan stres dengan kejadian dismenore primer pada mahasiswi
pendidikan dokter fakultas kedokteran universitas andalas', Jurnal
Kesehatan Andalas, vol. IV, no. 2, hh. 567-570.
Sharma, B. dan Wavare, R. 2013, 'Academic stress due to depression among
medical students and paramedical students in an indian medical college:
health initiatives cross sectional study', Journal of Health Sciences, vol. III,
no. 5, hh. 29-38.
Sherwood, L. 2015, Introduction to Human Physiology, edisi 8, EGC.
Shete, A. dan Garkal, K. 2015, 'A study of stress, anxiety, and depression among
postgraduate medical students', CHRISMED Journal of Health and
Research, vol. II, no. 2, h. 119.
Sitoayu, L., Pertiwi, D.A. dan Mulyani, E.Y. 2017, 'Kecukupan zat gizi makro,
status gizi, stres, dan siklus menstruasi pada remaja', Jurnal Gizi Klinik
Indonesia, vol. XIII, no. 3, Januari, hh. 121-128.
Sood, M., Devi, A., Daher, A.A.M., Razali, S., Nawawi, H., Hashim, S. dan Tahir,
M. 2017, 'Poor Correlation of Stress Levels and Menstrual Patterns among
Medical Students', Journal of ASIAN Behavioural Studies, vol. II, no. 5, hh.
73-78.
Speroff, L. dan Fritz, M.A. (ed.) 2011, Clinical Gynecologic Endocrinology &
Infertility, edisi 8, Lippincott Williams & Wilkins.
Sunaryo 2015, Psikologi Untuk Keperawatan, edisi 2, Jakarta: EGC.
Suparji 2017, 'Dampak faktor stress dan gangguan waktu menstruasi pada
mahasiswa', Jurnal Kesehatan, vol. X, no. 2, hh. 40-44.
Tanudjaja, L.M., Polii, H. dan Wungouw, H.I.S. 2016, 'Gambaran menstruasi atlit
basket di SMAN 9 Manado', Jurnal e-Biomedik, vol. IV, no. 1, Januari-
Juni, hh. 39-42.
Toduho, S., Kundro, R. dan Malara, R. 2014, 'Hubungan stres psikologis dengan
siklus menstruasi pada siswi kelas I di SMA Negeri 3 Tidore Kepulauan',
hh. 1-7.
Tombokan, K.C., Pangemanan, D.H.C. dan Engka, J.N.A. 2017, 'Hubungan antara
stres dan pola siklus menstruasi pada mahasiswa kepaniteraan klinik
madya (co-assistant) di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado', Jurnal e-
Biomedik, vol. V, no. 1.
Trisnawati, Y. dan Anasari, T. 2018, 'Korelasi indeks massa tubuh dengan siklus
menstruasi pada mahasiswa akademi kebidanan YLPP Purwokerto', Bidan
Prada: Jurnal Publikasi Kebidanan, vol. IX, no. 1, Juni, hh. 21-30.
Whirledge, S. dan Cidlowski, J.A. 2013, 'A role for glucocorticoids in stress-
impaired reproduction: beyond the hypothalamus and pituitary',
Endocrinology, vol. 154, no. 12, hh. 4450-4468. doi:10.1210/en.2013-
1652
Wijayaningsih, K.S. 2014, Psikologi Keperawatan, Jakarta: CV Trans Info Media.
I. Data Pribadi
Nama : Elvi Noviana
Tempat/Tanggal Lahir : Binjai, 4 November 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Buddha
Nama Ayah : Alm. Ali, S.E.
Nama Ibu : Mardiana, S.E.
Alamat : Jl. M. Kasim no.15, Binjai
No. Telp/ Email : 085358180324/ elvinoviana04@gmail.com
V. Riwayat Kepanitiaan
1. Anggota Peralatan dan Tempat Perayaan Hari Tri Suci Waisak FK USU
2017
2. Anggota Kompetisi Indonesia International Medical Olympiad 2017
Medan, 2018
Peneliti,
Elvi Noviana
NIM.150100096
(Informed Consent)
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Jurusan :
Stambuk :
Telah mendapat penjelasan dari peneliti (Elvi Noviana) secara jelas tentang
penelitian “Pengaruh Tingkat Stres dengan Menstruasi terhadap Wanita Usia
Reproduktif pada Mahasiswi Kedokteran FK USU”, maka dengan ini saya secara
sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia untuk diikutsertakan dalam
penelitian tersebut.
Medan, 2018
Responden
( )
Lampiran G. Kuesioner
KUESIONER L-MMPI
SKALA-LMMPI
PETUNJUK:
Berilah tanda silang (X) pada kolom jawaban (YA), bila anda merasa bahwa
pernyataan ini berlaku bagi anda atau mengenai anda. Sebaliknya berilah tanda
(X) pada kolom jawab (TIDAK), bila anda tidak setuju dengan pernyataan ini
tidak berlaku atau tidak mengenai anda.
Ya Tidak
Sekali-kali saya berfikir tentang hal buruk untuk
1.
diutarakan.
Kadang-kadang saya merasa ingin mengumpat atau
2.
mencaci maki.
3. Saya tidak selalu mengatakan yang benar.
4. Saya tidak membaca setiap tajuk rencana tajuk harian.
5. Saya kadang-kadang marah.
Apa yang dapat saya kerjakan ini kadang saya tunda
6.
sampai besok.
Bila saya tidak enak badan, kadang saya mudah
7.
tersinggung.
Sopan santun saya dirumah tidak sebaik seperti bersama
8.
orang lain.
Bila saya yakin tidak seorangpun yang melihatnya,
9. mungkin sekali-kali saya akan menyelundup nonton
tanpa karcis.
Saya lebih senang menang daripada kalah dalam suatu
10.
permainan.
Saya ingin mengenal orang-orang penting, karena
11. dengan demikian saya merasa menjadi orang penting
pula.
Saya tidak selalu menyukai setiap orang yang saya
12.
kenal.
Kadang-kadang saya mepergunjingkan orang lain
13.
(gossip).
Saya kadang-kadang memilih orang-orang yang tidak
14.
saya kenal dalam suatu pemilihan.
15. Sekali-kali saya tertawa juga mendengar lelucon porno.
TES DASS
Petunjuk Pengisian
Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai dengan
pengalaman Saudari dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari. Terdapat empat pilihan
jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan yaitu:
0 : Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah.
1 : Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang kadang.
2 : Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan, atau lumayan sering.
3 : Sangat sesuai dengan saya, atau sering sekali.
Selanjutnya, Saudari diminta untuk menjawab dengan cara memberi tanda silang
(X) pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan pengalaman Saudari selama satu
minggu belakangan ini. Tidak ada jawaban yang benar ataupun salah, karena itu isilah
sesuai dengan keadaan diri Saudari yang sesungguhnya, yaitu berdasarkan jawaban
pertama yang terlintas dalam pikiran Saudari.
No PERNYATAAN 0 1 2 3
Saya merasa bahwa diri saya menjadi marah
1
karena hal-hal sepele.
Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap
2
suatu situasi.
3 Saya merasa sulit untuk bersantai.
4 Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal.
Saya merasa telah menghabiskan banyak energi
5
untuk merasa cemas.
Saya menemukan diri saya menjadi tidak sabar
6 ketika mengalami penundaan (misalnya:
kemacetan lalu lintas, menunggu sesuatu).
7 Saya merasa bahwa saya mudah tersinggung.
8 Saya merasa sulit untuk beristirahat.
9 Saya merasa bahwa saya sangat mudah marah.
Saya merasa sulit untuk tenang setelah sesuatu
10
membuat saya kesal.
Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi
11
gangguan terhadap hal yang sedang saya lakukan.
12 Saya sedang merasa gelisah.
Saya tidak dapat memaklumi hal apapun yang
13 menghalangi saya untuk menyelesaikan hal yang
sedang saya lakukan.
14 Saya menemukan diri saya mudah gelisah.
Harap diperiksa kembali, jangan sampai ada yang terlewatkan. Terima kasih.
Kelompok Kasus
Kelompok Kontrol
Frequencies
Statistics
Umur Responden
N Valid 203
Missing 0
Umur Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 17 1 .5 .5 .5
Frequencies
Statistics
Tingkat IMT
N Valid 203
Missing 0
Tingkat IMT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pre-Obese 48 23.6 23.6 23.6
Frequencies
Statistics
Tingkat Stres
N Valid 203
Missing 0
Tingkat Stres
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Frequencies
Statistics
Missing 0 0
Frequency Table
Siklus Menstruasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Durasi Menstruasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Gangguan Menstruasi
Normal 23 77 100
Total 49 154 203
Chi-Square Tests
Asymptotic Exact
Significance (2- Sig. (2- Exact Sig.
Value df sided) sided) (1-sided)
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24.14.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Gangguan Siklus
Normal 17 83 100
Total 34 169 203
Chi-Square Tests
Asymptotic Exact
Significance (2- Sig. (2- Exact Sig.
Value df sided) sided) (1-sided)
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16.75.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Gangguan Durasi
Normal 7 93 100
Total 22 181 203
Chi-Square Tests
Asymptotic Exact
Significance (2- Sig. (2- Exact Sig.
Value df sided) sided) (1-sided)
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.84.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Gangguan Menstruasi
Stres Sedang 9 32 41
Stres Berat 8 13 21
Total 26 77 103
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
5.30.
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Gangguan Menstruasi
Chi-Square Tests
Asymptotic Exact
Significance (2- Sig. (2- Exact Sig.
Value df sided) sided) (1-sided)
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.59.
b. Computed only for a 2x2 table