Anda di halaman 1dari 103

UNIVERSITAS BOROBUDUR

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU TENTANG

PENATALAKSANAAN HIPERTENSI PADA LANSIA

PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS

PURWASARI KARAWANG

SKRIPSI

SITI AISYAH

12171022

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

JAKARTA

JULI, 2021
UNIVERSITAS BOROBUDUR

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU TENTANG

PENATALAKSANAAN HIPERTENSI PADA LANSIA

PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS

PURWASARI KARAWANG

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan

SITI AISYAH

12171022

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

JAKARTA
3

JULI, 2021

3
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Siti Aisyah

NPM : 12171022

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Judul Skripsi : Gambaran Pengetahuan Dan Perilaku Tentang Penatalaksanaan

Hipertensi Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Puskesmas

Purwasari Karawang.

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

sarjana keperawatan pada program studi Ilmu Keperawatan, Fakultas

Ilmu Kesehatan, Universitas Borobudur.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Ns. Asep Paturohman, M.kep ( )

Pembimbing : Ns. Roma Tao Toba MR,M.Kep.,Sp. Kep.Kom ( )

Penguji : Ns. Moh. Fuad Al Mubarok, M.Kep., Sp.Kep.M.B ( )

Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal : Juli 2021

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

i
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip

maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Siti Aisyah

NPM : 12171022

Tanda tangan :

Tanggal : Juli 2021

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan

limpahan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Gambaran Pengetahuan Dan Perilaku Tentang Penatalaksanaan Hipertensi Pada

Lansia Penderita Hipertensi Di Puskesmas Purwasari Karawang.”. Tujuan dari

penyusunan skripsi ini adalah untuk mendapatkan gelar sarjana dari Program

Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borobudur.

Penelitian ini rasanya tidak mungkin terselesaikan tanpa adanya bimbingan,

arahan dan motivasi dari berbagai pihak yang secara ikhlas telah meluangkan

waktu, tenaga dan pemikirannya untuk kepentingan penyusunan penelitian ini.

Oleh karena itu peneliti mengucapkan Terima kasih kepada:

1. Prof. Ir. H. Bambang Bernanthos, M.Sc., selaku Rektor Universitas Borobudur

2. Ns. Roma Tao Toba MR, M. Kep.,Sp.Kep.Kom, dan selaku dekan fakultas

ilmu Kesehatan Universitas Borobudur, juga selaku pembimbing II dalam

penyusunan proposal penelitian ini sehingga laporan ini dapat terselesaikan

3. Ns. Asep Paturohman, M.Kep, selaku ketua program studi fakultas ilmu

kesehatan Universitas Borobudur dan selaku pembimbing I dalam penyusunan

skripsi ini.

4. Ns. Moh. Fuad Al Mubarok, M.Kep., Sp.Kep.M.B., sebagai penguji III dalam

penyusun skripsi ini.

iii
5. Orang tua dan suami serta anaku yang telah memberikan semangat dan

dukungan baik moril maupun materil dan selalu mendo’akan anaknya dengan

tulus hati tanpa henti sehingga penulis bias menyelesaikan skripsi ini.

6. Sahabat Ira Diana Putri dan Keluarga yang telah banyak membantu dan

memberikan semangat selama penyususan skripsi ini.

7. Teman Sejawat serta rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi Program Studi

Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borobudur 2021.

8. Semua pihak yang telahmembantu meneyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa

disebutkan satu-persatu.

Segala kemampuan dan daya upaya telah penulis usahakan semaksimal

mungkin, namun penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan

kritik yang bersifat membangun.

Jakarta, Juli 2021

Peneliti

iv
UNIVERSITAS BOROBUDUR
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Skripsi, Juli 2021


SITI AISYAH

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU TENTANG


PENATALAKSANAAN HIPERTENSI PADA LANSIA PENDERITA
HIPERTENSI DI PUSKESMAS PURWASARI KARAWANG
vi bab + 77 halaman + 9 lampiran + 6 gambar + 3 tabel + 2 bagan

ABSTRAK

Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140
mmHg dan tekanan diatoliknya diatas 90 mmHg. Pengetahuan merupakan hasil
tau seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. Perilaku kesehatan
adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan
dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran tentang pengetahuan dan perilaku
lansia tentang penatalaksanaan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Purwasari
Karawang. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kualitatif,
dengan teknik sampling, accidental sampling.. Hasil penelitian: karakteristik dari
60 responden diperoleh, hampir setengah dari responden berusia pertengahan (45-
59 tahun) 45%, jenis kelamin perempuan 53%, pendidikan SD 40%, pekerjaan
tidak bekerja 30%, tinggkat pengetahuan baik 50% dan tingkat perilaku baik 60%.
Kesimpulan: 50% responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik dan
memiliki tingkat perilaku 60% baik pula. Saran: Perilaku yang didasari
pengetahuan memegang peranan penting dalam kesehatan lansia.

Kata Kunci: Hipertensi, Lansia, Pengetahuan, Perilaku

v
BOROBUDUR UNIVERSITY
FACULTY OF HEALTH SCIENCE
NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM

Thesis, July 2021


SITI AISYAH

DESCRIPTION OF KNOWLEDGE AND BEHAVIOR ABOUT


MANAGEMENT OF HYPERTENSION IN ELDERLY HYPERTENSION
PATIENTS IN PURWASARI PUSKESMAS KARAWANG
vi chapters + 77 pages + 9 appendices + 6 pictures + 3 tables + 2 charts

ABSTRACT

Hypertension is persistent blood pressure where the systolic pressure is above 140
mmHg and the diastolic pressure is above 90 mmHg. Knowledge is the result of
someone knowing about objects through their senses. Health behavior is a
response of a person (organism) to stimuli related to illness and disease, the health
care system, food and the environment. This study aims to see a description of the
knowledge and behavior of the elderly about hypertension management in the
working area of Purwasari Karawang Health Center. This study uses a descriptive
qualitative research design, with a sampling technique, accidental sampling. The
results: the characteristics of 60 respondents were obtained, almost half of the
respondents were middle aged (45-59 years) 45%, female gender 53%, elementary
education 40% , the job is not working 30%, the level of good knowledge 50%
and the level of good behavior 60%. Conclusion: 50% of respondents have a good
level of knowledge and 60% have a good level of behavior as well. Suggestion:
Knowledge-based behavior plays an important role in the health of the elderly.

Keywords: Hypertension, Elderly, Knowledge, Behavior

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................i

PERNYATAAN ORISINALITAS.....................................................................ii

KATA PENGANTAR.........................................................................................iii

ABSTRAK ...........................................................................................................v

ABSTRACT ........................................................................................................vi

DAFTAR ISI ......................................................................................................vii

DAFTAR TABEL ...............................................................................................x

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xi

DAFTAR BAGAN .............................................................................................xii

DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1

1.2 Masalah Penelitian..............................................................................6

1.3 Tujuan Peneitian.................................................................................6

1.4 Manfaat Penelitian..............................................................................7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinajauan Tentang Hipertensi ............................................................8

2.2 Tinjauan Tentang Pengetahuan .........................................................18

2.3 Tinjauan Tentang Perilaku ................................................................21

2.4 Tinjauan Tentang Lansia....................................................................24

2.5 Tinjauan Tentang Penatalaksanaan Hipertensi..................................34

vii
2.6 Kerangka Teori..................................................................................42

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep .............................................................................44

3.2 Definisi Operasional.........................................................................45

3.3 Desain Penelitian...............................................................................47

3.4 Populasi dan Sampel Peneitian.........................................................47

3.5 Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian..........................................49

3.6 Etika Penelitian.................................................................................50

3.7 Alat Pengumpulan Data....................................................................51

3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas............................................................53

3.9 Prosedur Pengumpulan Data.............................................................55

3.10 Pengolahan Data .............................................................................56

3.11 Teknik Analisis Data........................................................................57

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Data Hasil Penelitian.........................................................................58

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil Penelitian .........................................62

5.2 Keterbatasan Penelitain.....................................................................69

5.3 Implikasi Penelitian..........................................................................70

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan ..........................................................................................71

6.2 Saran.................................................................................................71

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Derajat Hipertensi Secara Klinis........................................14

Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian............................................................47

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia......................................59

Gambar 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan JenisKelamin.......................60

Gambar 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Formal..............60

Gambar 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan.............................61

Gambar 4.5 Tingkat Pengetahuan Responden......................................................62

Gambar 4.6 Tingkat Perilaku Responden.............................................................62

x
DAFTAR BAGAN

Tabel 2.1 Kerangka Teori ....................................................................................43

Tabel 3.1 Kerangka Konsep..................................................................................45

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Pernyataan Responden

Lampiran 2 Kuesioner A Demografi Responden

Lampiran 3 Kuesioner B Pengetahuan Responden

Lampiran 4 Kuesioner C Perilaku Responden

Lampiran 5 Surat Izin Pengambilan Data Penelitian

Lampiran 6 Uji Validitas Instrumen

Lampiran 7 Uji Reliabilitas Instrumen

Lampiran 8 Pengolahan Data Tabel Dengan SPSS

Lampiran 4 Statistika Deskriptif Dengan SPSS

xii
BAB 1

PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang, masalah, tujuan, dan manfaat

penelitian. Latar belakang akan menjelaskan fenomena yang terkait dengan

penelitian. Masalah penelitian menjelaskan tentang hal yang akan diteliti. Tujuan

penelitian terdiri, tujuan umum dan tujuan khusus. Manfaat penelitian

menjelaskan manfaat bagi peneliti, pemerintah, instansi pendidikan dan pelayanan

kesehatan.

1.1 Latar Belakang

Proses penuaan dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang

wajar, dan ini akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang,

hanya cepat dan lambatnya proses tersebut bergantung pada masingmasing

individu. Secara teori perkembangan manusia yang dimulai dari masa bayi,

anak, remaja, dewasa, tua dan akhirnya akan masuk pada fase usia lanjut

dengan umur 60 tahun. Dan secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya

sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan

yang diderita (Mujahidullah dalam Kurniawati et al., 2018).

Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan pada kelompok lansia. Sebagai

hasil pembangunan yang pesat dewasa ini dapat meningkatkan umur harapan

hidup, sehingga jumlah lansia bertambah tiap tahunnya, peningkatan usia

1 Universitas Borobudur
2

tersebut sering diikuti dengan meningkatnya penyakit degeneratif dan masalah

kesehatan lain pada kelompok ini. Hipertensi merupakan gangguan kesehatan

yang ditandai adanya tekanan sistolic lebih dari 140 mmHg dan tekanan

diastolic lebih dari 90 mmHg (Mujahidullah dalam Kurniawati et al., 2018).

Hipertensi tidak diketahui penyebabnya atau idiopatik. Dampak hipertensi

diduga bertambahnya umur, stres psikologis dan keturunan dan genetik.

Faktor pencetus dari hipertensi antara lain :penggunaan kontrasepsi oral,

coartation aorta, neurogenik (tumor otak, ensefalitis, gangguan psikiatris),

kehamilan, peningkatan volume intravaskuler, luka bakar, dan stress (Udjianti

dalam Susanti et al., 2012).

Hipertensi yang penyebabnya tidak jelas disebut hipertensi primer. Tapi

tekanan darah tinggi juga bisa disebabkan oleh gaya hidup dan pola makan

yang buruk, contohnya merokok. Merokok satu batang saja dapat

menyebabkan lonjakan langsung tekanan darah dan dapat meningkatkan kadar

tekanan darah sistolik sebanyak 4 mmHG. Nikotin dalam produk tembakau

memacu sistem syaraf untuk melepaskan zat kimia yang dapat menyempitkan

pembuluh darah dan berkontribusi terhadap tekanan darah tinggi.

Kebanyakan makan makanan asin , yang mengandung natrium (makanan olahan,

makanan kalengan, fast food), dan makanan atau minuman yang mengandung

pemanis buatan juga dapat meningkatkan kolesterol dan/atau tekanan darah

tinggi. Tekanan darah tinggi juga bisa muncul sebagai efek samping obat gagal

ginjal dan perawatan penyakit jantung. Kondisi ini disebut hipertensi

Universitas Borobudur
3

sekunder. Pil KB atau obat flu yang dijual di toko obat juga bisa menyebabkan

tekanan darah tinggi. Wanita hamil atau yang menggunakan terapi pengganti

hormon mungkin juga mengalami tekanan darah tinggi.

Tekanan darah tinggi karena obat mungkin menjadi normal setelah berhenti

minum obat, tapi dalam beberapa kasus, tekanan darah masih meningkat

selama beberapa minggu setelah menghentikan penggunaan obat. Anda harus

bertanya kepada dokter jika tekanan darah abnormal terus terjadi. Anak di

bawah 10 tahun sering kali mengalami tekanan darah tinggi karena penyakit

lain, misalnya penyakit ginjal. Dalam kasus tersebut, tekanan darah anak akan

kembali normal setelah mengonsumsi obat darah tinggi (Swari dalam

Sumartini et al., 2020).

Hampir semua orang di dunia dapat mengalami tekanan darah tinggi. Badan

Kesehatan Dunia (WHO) menyebut angkanya saat ini terus meningkat secara

global. Peningkatan orang-orang dewasa di seluruh dunia yang akan mengidap

hipertensi diprediksi melonjak hingga 29 persen pada tahun 2025. Begitu juga

peningkatan kasus hipertensi juga terjadi di Indonesia. Data Laporan Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes RI tahun 2013 menunjukkan bahwa

25,8 persen penduduk Indonesia mengidap hipertensi (RI, 2013). Selanjutnya

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes RI tahun 2018

menunjukkan bahwa 34,11 persen penduduk Indonesia mengidap hipertensi

(RI, 2018). Dari data laporan Riskesdas selang lima tahun tersebut

menunjukkan angka pengidapnya secara statistik meningkat 8,31 persen. Ini

Universitas Borobudur
4

artinya ada peningkatan sekitar 1,67 persen pertahun. Angka pasti di dunia

nyata mungkin bisa lebih tinggi dari ini karena banyak orang yang tidak

menyadari mereka menderita hipertensi karena sering mengabaikan gejalanya.

Hipertensi adalah salah satu penyakit yang sering disebut dengan  “pembunuh

diam-diam (Silent Killer)” karena penyakit ini tidak menyebabkan gejala

jangka panjang. Namun, penyakit ini mungkin mengakibatkan komplikasi

yang mengancam nyawa layaknya penyakit jantung. Jika tidak terdeteksi dini

dan terobati tepat waktu. hipertensi dapat mengakibatkan komplikasi serius

penyakit jantung koroner, gagal jantung stroke, gagal ginjal, kebutaan,

diabetes, dan banyak penyakit yang lainnya. Stroke (51%) dan Penyakit

Jantung Koroner (45%) merupakan penyebab kematian akibat hipertensi

tertinggi di Indonesia (Swari dalam Sumartini et al., 2020).

Berdasarkan data hasil observasi pendahuluan di Puskesmas Purwasari,

penderita hipertensi pada akhir bulan Maret tahun 2021 berjumlah 650 orang,

didominasi oleh lansia sedangkan di dusun Pakopen di desa Tegalsari

kecamatan Purwasari, pada akhir bulan Juni tahun 2020 tercatat penderita

hipertensi sebanyak 70 orang, dari 70 yang menderita hipertensi didapatkan 25

orang diantaranya adalah laki-laki (35%) dan 45 orang perempuan (65%) juga

didominasi oleh lansia, dan sebagian besar lansia penderita hipertensi terlsebut

belum tertangani dengan baik. Dari data di atas diketahui bahwa penyakit

hipertensi di wilayah dusun Pakopen Desa Tegalsari Kecamatan Purwasari

masih merupakan penyakit yang menjadi masalah kesehatan serius.

Universitas Borobudur
5

Penatalaksanaan hipertensi sebagai upaya pengurangan resiko naiknya tekanan

darah dan pengobatanya di Puskesmas Purwasari dinilai masih belum optimal.

Informasi yang didapatkan tidak semua proses tatalaksana dapat dilaksanakan

dengan optimal, selama ini tatalaksana yang dilakukan berupa penyuluhan

kesehatan dengan tema faktor-faktor penyebab hipertensi dan manfaat

pencegahan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Purwasari yang memiliki

jumlah pederita hipertensi paling banyak yaitu di Dusun Pakopen, masih

belum cukup efisien karena tidak sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal

yang seharusnya dilakukan oleh puskesmas.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 tahun

2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada SPM

Bidang Kesehatan menjelaskan bahwa, penderita hipertensi mendapatkan

pelayanan kesehatan sesuai standar meliputi pengukuran tekanan darah

dilakukan minimal satu kali sebulan di fasilitas pelayanan kesehatan, edukasi

perubahan gaya hidup, upaya farmakologi dan melakukan rujukan jika

diperlukan. Sedangkan dalam pedoman tatalaksana hipertensi upaya yang

dilakukan berupa Diagnosis hipertensi, intervensi pola hidup, upaya

farmakologi dan kepatuhan minum obat dan melakukan rujukan jika

diperlukan (Kemenkes RI, 2019).

Di satu sisi semakin banyak jumlah penderita hipertensi namun

kecenderungan melakukan pengobatan secara teratur masih rendah, hal

tersebut juga dikarenakan tingkat pengetahuan dan perilaku masyarakat

Universitas Borobudur
6

tentang penatalaksanaan hipertensi masih belum optimal, masyarakat sering

mengabaikan dan tidak menyadari bahwa mereka mengalami gejala hipertensi

walaupun gejalanya masih bersifat ringan. Oleh karena itu peneliti tertarik

untuk melalukan penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan Dan Perilaku

Tentang Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lansia Penderita Hipertensi Di

Puskesmas Purwasari Karawang.”.

1.2 Masalah Peneitian

Salah satu faktor yang dapat memicu munculnya hipertensi adalah

bertambahnya usia memasuki lansia dan juga perilaku abai terhadap gejala

awal hipertensi serta enggan melakukan proses penatalaksanaan hipertensi

diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai hipertensi. Berdasarkan

fenomena yang diuraikan di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah

bagaimana gambaran pengetahuan dan lansia menhenai hipertensi dan

penatalaksanaannya di wilayah kerja Puskesmas Purwasari Karawang.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran pengetahuan tentang hipertensi dan perilaku

tentang penatalaksanaan hipertensi pada lansia penderita hipertensi di

Dusun Pakopen Desa Tegalsari Kecamatan Purwasari.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Teridentifikasi karakteristik responden berdasarkan: usia, jenis

kelamin, pendidikan dan pekerjaan.

Universitas Borobudur
7

1.3.2.2 Teridentifikasi gambaran tingkat pengetahuan tentang

penatalaksanaan hipertensi pada lansia di Dusun Pakopen Desa

Tegalsari Kecamatan Purwasari.

1.3.2.3 Teridentifikasi gambaran perilaku tentang penatalaksanaan

hipertensi pada lansia penderita hipertensi di Dusun Pakopen

Desa Tegalsari Kecamatan Purwasari.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Dapat memperoleh dan menambah pengetahuan, wawasan dan

pengalaman langsung dalam melakukan penelitian mengenai hipertensi.

1.4.2 Bagi Dusun Pakopen Desa Tegalsari Kecamatan Purwasari

Sebagai masukan dalam upaya penatalaksanaan hipertensi, agar

penderita hipertensi di Dusun Pakopen Desa Tegalsari Kecamatan

Purwasari dapat ditangani secara optimal.

1.4.3 Bagi Universitas Borobudur Jakarta

Hasil penelitian ini diharapkan dapa t digunakan sebagai acuan

untuk dapat meningkatkan wahana keilmuan pada Program Studi S1

Keperawatan Universitas Borobudur Jakarta.

1.4.4 Pelayanan Keperawatan/Kesehatan

Mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

keperawatan dan untuk menambah kepustakaan mengenai gambaran

pengetahuan tentang hipertensi dan perilaku lansia penderita hipertensi.

Universitas Borobudur
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini diuraikan tentang, penelitian yang terdahulu, hipertensi, pengetahuan

dan perilaku penatalaksanaan hipertensi, lansia, dan kerangka penelitan.

2.1 Tinjauan Tentang Hipertensi

2.1.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang ditandai adanya tekanan

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi 90

mmHg (Septianingsih, 2018). Tekanan darah normal adalah 120/80

mmHg. Tekanan maksimal arteri berhubungan dengan kontraksi

ventrikel kiri yang disebut tekanan sistolik. Tekanan minimal, yang

terjadi saat jantung berada pada kondisi relaksasi maksimal disebut

tekanan diastolik.

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara tetap khususnya,

tekanan diastoliknya melebihi 90 mmHg dan sistolik lebih dari 140

mmHg (Septianingsih, 2018). Hipertensi adalah kondisi seseorang

mengalami kenaikan tekanan darah di atas normal, berakibat pada

meningkatnya angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian/

mortalitas, tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg berdasarkan fase

sistolik (fase darah yang sedang dipompa oleh jantung) 140 dan fase

8
9

diastolik (fase darah yang kembali jantung) 90 dalam setiap denyut

jantung (Sumartini et al., 2020).

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa, yang dimaksud

dengan hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara terus

menerus sehingga melebihi batas normal (sistolik >90, diastolik > 140

mmHg).

2.1.2 Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya Ardiansyah dalam Susanti (2018) membagi

hipertensi menjadi beberapa golongan:

2.1.2.1 Hipertensi primer (esensial)

Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hiperetnsi yang

90% tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga

berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial yaitu:

(1) Genetik Individu dengan keluarga hipertensi memiliki

potensi lebih tinggi mendapatkan penyakit hipertensi.

(2) Jenis kelamin dan usia, Lelaki berusia 35-50 tahun dan

wanita yang telah menopause beresiko tinggi mengalami

penyakit hipertensi.

(3) Diet konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak,

Konsumsi garam yang tinggi atau konsumsi makanan

dengan berkembangnya penyakit hipertensi.

(4) Berat badan obesitas, Berat badan yang melebihi 25% berat

badan ideal sering dikaitkan dengan terjadinya hipertensi.


10

(5) Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol, Merokok dan

konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan berkembangnya

hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang terkanding

dalam keduanya

2.1.2.2 Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya.

Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa penyakit:

(1) Coarctationaorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang

mungkin terjadi beberapa tingkat pada aorta toraksi atau aorta

abdominal. Penyembitan pada aorta tersebut dapat

menghambat aliran darah sehingga terjadi peningkatan tekanan

darah diatas area kontriksi.

(2) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal. Penyakit ini merupakan

penyakit utama penyebab hipertensi sekunder.Hipertensi

renovaskuler berhubungan dengan penyempitan

(3) Satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung membawa

darah ke ginjal.Sekitar 90% lesi arteri renal pada pasien dengan

hipertensi disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous dyplasia

(pertumbuhan abnormal jaringan fibrous).Penyakit parenkim

ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, serta perubahan

struktur serta fungsi ginjal.

(4) Penggunanaan kontrasepsi hormonal (esterogen). Kontrasepsi

secara oral yang memiliki kandungan esterogen dapat

menyebabkan terjadinya hipertensi melalui mekanisme renin-

aldosteron-mediate volume expantion. Pada hipertensi ini,

Universitas Borobudur
11

tekanan darah akan kembali normal setelah beberapa bulan

penghentian oral kontrasepsi.

(5) Gangguan endokrin.Disfungsi medulla adrenal atau korteks

adrenal dapat menyebabkan hipertensi sekunder.Adrenal-

mediate hypertension disebabkan kelebihan primer aldosteron,

kortisol, dan katekolamin.

(6) Kegemukan (obesitas) dan malas berolahraga.

(7) Stres, yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan

darah untuk sementara waktu

(8) Kehamilan .

(9) Luka bakar

(10) Peningkatan tekanan vaskuler.

(11) Merokok, Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan

katekolamin.Peningkatan katekolamin mengakibatkan

iritabilitas miokardial, peningkatan denyut jantung serta

menyebabkan vasokortison yang kemudian menyebabkan

kenaikan tekanan darah.

2.1.2.3 Hipertensi Lansia

Menurut Nurarif dan Kusuma dalam Dewi (2019), hipertensi

pada usia lanjut dibedakan atas:

(1) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar

dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih

besar dari 90 mmHg.

(2) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan distolik > 160

mmHg da tekanan diastolik lebih < 90 mmHg.

Universitas Borobudur
12

Masih menurut Nurarif dan Kusuma dalam Dewi (2019)

penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah

terjadinya perubahan-perubahan pada:

(1) Elastisitas dinding aorta menurun.

(2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.

(3) Kemampuan jantung memompa darah menurun

menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya

(4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena

kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk

oksigenasi.

(5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

2.1.3 Klasifikasi Hipertensi

Menurut Tambayong dalam Dewi (2019), klasifikasi hipertensi klinis

berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2
Klasifikasi Derajat Hipertensi Secara Klinis
No. Katagori Sistolik (mmHg) Distolik (mmHg)
1. Optimal <120 <80
2. Normal 120-129 80-84
3. High Normal 130-139 85-89
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan ) 140-159 90-99
Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
Grade 3 (berat) 180-209 100-119
Grade 4 (sangat berat) ≥210 ≥210
Sumber: Tambayong dalam Dewi (2019).

Berdasarkan World Health Organization dalam Dewi (2019), hipertensi

diklasifikasikan sebagai berikut:

Universitas Borobudur
13

2.1.3.1 Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama

dengan 140 mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90

mmHg.

2.1.3.2 Tekanan darah perbatasan (border line) yaitu bila sistolik 141-

149 mmHg dan diastolik 91-94 mmHg.

2.1.3.3 Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar

atau sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama

dengan 95 mmHg.

2.1.4 Manipestasi Klinis Hipertensi

Menurut Tambayong dalam Dewi (2019), tanda dan gejala pada hipertensi

dibedakan menjadi:

2.1.4.1 Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh

dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak

akan pernah terdiagnosa jika tekanan darah tidak teratur.

2.1.4.2 Gejala yang lazim

Seing dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi

meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini

merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien

yang mencari pertolongan medis.diantaranya:

(1) Mengeluh sakit kepala, pusing.

(2) Lemas, kelelahan.

(3) Sesak nafas.

Universitas Borobudur
14

(4) Gelisah.

(5) (5)Mual .

(6) (6)Muntah .

(7) Epistaksis .

(8) Kesadaran menurun

2.1.5 Faktor-Faktor Risiko Hipertensi

Aulia dalam Dewi (2019), faktor risiko hipertensi dibagi menjadi:

2.1.5.1 Faktor yang tidak dapat diubah.

Faktor yang tidak dapat berubah tersebut adalah:

(1) Riwayat Keluarga, seseorang yang memiliki keluarga

seperti, ayah, ibu, kakak kandung/saudara kandung, kakek

dan nenek dengan hipertensi lebih berisiko untuk terkena

hipertensi.

(2) Usia, tekanan darah cenderung meningkat dengan

bertambahnya usia. Pada laki-laki meningkat pada usia lebih

dari 45 tahun sedangkan pada wanita meningkat pada usia

lebih dari 55 tahun.

(3) Jenis Kelamin, dewasa ini hipertensi banyak ditemukan pada

pria daripada wanita.

(4) Ras/etnik, hipertensi menyerang segala ras dan etnik namun

di luar negeri hipertensi banyak ditemukan pada ras Afrika

Amerika daripada Kaukasia atau Amerika Hispanik.

2.1.5.2 Faktor yang dapat diubah

Faktor yang dapat diubah meliputi kebiasaan gaya hidup yaitu:

Universitas Borobudur
15

(1) Merokok, kebiasaan merupakan salah satu faktor penyebab

hipertensi karena dalam rokok terdapat kandungan nikotin.

Nikotin terserap oleh pembuluh darah kecil dalam paru-paru

dan diedarkan ke otak. Di dalam otak, nikotin memberikan

sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau

adrenalin yang akan menyemptkan pembuluh darah dan

memaksa jantung bekerja lebih berat karena tekanan darah

yang lebih tinggi (Murni dalam Dewi, 2019).

(2) Kurang aktifitas fisik, aktifitas fisik adalah setiap gerakan

tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan

pengeluaran energi. Kurangnya aktifitas fisik merupakan

faktor risiko independen untuk penyakit kronis dan secara

keseluruhan diperkirakan dapat menyebabkan kematian

secara global, (Iswahyuni dalam Dewi, 2019).

(3) Konsumsi alkohol, alkohol memiliki efek yang hampir sama

dengan karbon monoksida, yaitu dapat meningkatkan

keasaman darah. Darah menjadi lebih kental dan jantung

dipaksamemompa darah lebih kuat lagi agar darah sampai ke

jaringan mencukupi (Komaling et al., dalam Dewi, 2019).

Maka dapat disimpulkan bahwa konsumsi alkohol dapat

meningkatkan tekanan darah.

(4) Kebiasaan minum kopi, kopi seringkali dikaitkan dengan

penyakit jantung koroner, termasuk peningkatan tekanan

darah dan kadar kolesterol darah karena kopi mempunyai

Universitas Borobudur
16

kandungan polifenol, kalium, dan kafein. Salah satu zat yang

dikatakan meningkatkan tekanan darah adalah kafein. Kafein

didalam tubuh manusia bekerja dengan cara memicu produksi

hormon adrenalin yang berasal dari reseptor adinosa didalam

sel syaraf yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah,

pengaruh dari konsumsi kafein dapat dirasakan dalam 5-30

menit dan bertahan hingga 12 jam (Indriyani dalam Dewi,

2019)

(5) Kebiasaan konsumsi makanan yang tinggi kandungan

garamnya, konsumsi garam secara berlebih dapat

meningkatkan tekanan darah. Menurut Sarlina et al., dalam

Dewi (2019), Natrium merupakan kation utama dalam cairan

ekstraseluler tubuh yang berfungsi menjaga keseimbangan

cairan. Natrium yang berlebih dapat mengganggu

keseimbangan cairan tubuh sehingga menyebabkan edema

atau asites, dan hipertensi.

(6) Kebiasaan konsumsi makanan lemak, menurut Jauhari dalam

Dewi (2019), pada lemak didalam makanan atau hidangan

memiliki kecenderungan meningkatkan kholesterol darah,

terutama lemak hewani yang mengandung lemak jenuh.

Kolesterol yang tinggi bertalian dengan peningkatan

prevalensi penyakit hipertensi.

Universitas Borobudur
17

2.1.6 Komplikasi Hipertensi

Menurut Ardiansyah dalam Dewi (2019), komplikasi dari hipertensi

diantaranya adalah:

2.1.6.1 Srtoke

Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam otak

atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak. Stroke

bisa terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri-arteri yang

memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan

pembuluh darah sehingga aliran darah pada area tersebut

berkurang. Arteri yang mengalami aterosklerosis dapat melemah

dan meningkatkan terbentuknya aneurisma.

2.1.6.2 Infark Miokardium

Infark miokardiumterjadi saat arteri koroner mengalami

arterosklerotik tidak pada menyuplai cukup oksigen ke

miokardium apabila terbentuk thrombus yang dapat menghambat.

2.1.6.3 Gagal Ginjal

Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan pada

kapiler-kapiler glomerulus. Rusaknya glomerulus membuat darah

mengalir ke unti fungsionla ginjal, neuron terganggu, dan

berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya glomerulus

menyebabkan protein keluar melalui urine dan terjadilah tekanan

osmotic koloid plasma berkurang sehingga terjadi edema pada

penderita hipertensi kronik.

Universitas Borobudur
18

2.1.6.4 Ensefalopati

Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi pada hipertensi maligna

(hipertensi yang mengalami kenaikan darah dengan cepat).

Tekanan yang tinggi disebabkan oleh kelainan yang membuat

peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam

ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Akibatnya neuro-

neuro disekitarnya terjadi koma dan kematian.

2.2 Tinjauan Tentang Pengetahuan

2.2.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo dalam

Chiptarini, 2014).

2.2.2 Faktor - faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor pengetahuan seseorang menurut Notoatmodjo dalam

Chiptarini (2014), diantaranya:

2.2.2.1 Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun

oramg lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas

pengetahuan seseorang.

Universitas Borobudur
19

2.2.2.2 Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan bagi

seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih

tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas

dibandingkan dengan yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

2.2.2.3 Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun menurun dan sangat

mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu

sifatnya positif maupun negatif.

2.2.2.4 Fasilitas

Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan

seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku.

2.2.3 Tingkat Pengetahuan

Domain kognitif menurut Notoatmodjo dalam Chiptarini (2014):

2.2.3.1 Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali atau recall terhadap suatu hal yang spesifik

dan seluruh bahan yang dipelajari atau ransangan yang diterima.

2.2.3.2 Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

Universitas Borobudur
20

2.2.3.3 Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk mengungkapkan

materi yang telah dipelajari pada suatu atau kondisi sebenarnya,

Atau dapat diartikan penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip dan sebagainya dalam suatu konteks permasalahan.

2.2.3.4 Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau objek ke dalam komponen-komponen di dalam suatu

struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

2.2.3.5 Sintesis (synthesis)

Sintesis merujuk kepada kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan.

2.2.3.6 Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian-penilaian ini didasarkan pada kriteria yang ditentukan

sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang sudah lama.

Menurut Suriassumantri dan Jujun dalam Chiptarini (2014), ada dua

cara pada manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar yaitu

melalui rasio dan pengalaman. Rasio adalah pengetahuan yang bersifat

abstrak dan pra pengetahuan yang di dapatkan melalui penalaran

manusia tidak memerlukan pengamatan fakta yang ada. Sedangkan

pengalaman adalah jenis pengetahuan yang didapat dari indra manusia

Universitas Borobudur
21

berdasarkan pengalaman pribadi berupa fakta dan informasi yang

konkret dan memerlukan pembuktian lebih lanjut. Menurut Arikunto

dalam Chiptarini (2014), tingkat pengetahuan dikategorikan menjadi 3:

Kategori baik : menjawab benar 76%-100%, Kategori Cukup: menjawab

benar 56%-75% dan Kategori Kurang: menjawab benar< 56%.

2.3 Tinjauan Tentang Perilaku

2.3.1 Definisi Perilaku

Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau

aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia hakekatnya

adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku

manusia mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup; berjalan,

berbicara, bereaksi, berpakaian, dan lain sebagainya. Perilaku dapat

dikatakan apa yang dikerjakan secara langsung atau secara tidak

langsung (Notoatmodjo dalam Chiptarini, 2014).

Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap

stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan dan lingkungan. Hal yang paling penting dalam

perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan

perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan

atau promosi kesehatan sebagai penunjang program kesehatan yang

lainnya. (Notoatmodjo dalam Chiptarini, 2014).

Universitas Borobudur
22

2.3.2 Pengelompokan Perilaku

Menurut Skiner dalam Chiptarini (2014),berdasarkan teori “S-O-R”,

perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :

2.3.2.1 Perilaku Tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut

masih belum dapat diamati orang lain secara jelas. Respons

seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan,

persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang

bersangkutan. Bentuk “unobservable behavior” atau “covert

behavior” yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap.

2.3.2.2 Perilaku Terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus

tersebut sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati

orang lain dari luar atau “observable behavior”.

Menurut Notoatmodjo dalam Chiptarini (2014), ada beberapa tahapan

yang terjadi pada manusia sebelum berperilaku berdasarkan

pengetahuan:

(1) Awarness (kesadaran), orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

(2) Interest, yaitu orang mulai tertarik terhadap stimulus.

(3) Evaluation, yaitu menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih

baik lagi.

Universitas Borobudur
23

(4) Trial, yaitu orang sudah mulai mencoba perilaku baru.

(5) Adoption, yaitu subyek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Green dalam Chiptarini (2014), perilaku dipengaruhi 3 faktor utama:

2.3.3.1 Faktor Predisposisi (predisposing factors)

Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat

terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap

hal-hal kesehatan,sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat

pendidikan, tingkat sosial ekonomi, pekerjaan, dan sebagainya.

2.3.3.2 Faktor pendukung (enabling factors)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana

atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih,

pembuangan sampah, pembuangan tinja, ketersediaan makanan

bergizi, dsb. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti

puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat

desa, dokter atau bidan praktek swasta, dsb. Termasuk juga

dukungan sosial, baik dukungan suami maupun keluarga.

2.3.3.3 Faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh

masyarakat (toma), tokoh agama (toma), sikap dan perilaku pada

petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang

peraturan-peraturan baik dari pusat maupun dari pemerintah

daerah yang terkait dengan kesehatan.

Universitas Borobudur
24

2.3.4 Pengukuran Perilaku

Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui dua

cara, secara langsung, yakni dengan pengamatan (obsevasi), yaitu

mengamati tindakan dari subyek dalam rangka memelihara

kesehatannya. Sedangkan secara tidak langsung menggunakan metode

mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui pertanyaan-

pertanyaan terhadap subyek tentang apa yang telah dilakukan

berhubungan dengan obyek tertentu (Notoatmodjo dalam Chiptarini,

2014).

2.3.5 Tujuan Perilaku Kesehatan Penderita Hipertensi

Notoatmodjo dalam Chiptarini (2014), perilaku kesehatan adalah suatu

respon (organisme) terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan

sakit/penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman,

serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku pemeliharaan kesehatan ini

ada 3 aspek, yaitu: Perilaku pencegahan dan penyembuhan bila sakit,

pemeliharaan kesehatan. Perilaku meningkatkan kesehatan,. Dan

perilaku menjaga dan meningkatkan gizi (makanan) dan minuman.

2.4 Tinjauan Tentang Lansia

2.4.1 Definisi Lansia

Menurut Utomo dalam Dewi (2019), lansia merupakan tahap akhir

siklus hidup manusia, meurpakan bagian dari proses kehidupan yang tak

dapat dihindari dan akan dialami oleh setiap individu. Pada tahap ini

individu mengalami banyak kemunduran dalam berbagai fungsi dan

Universitas Borobudur
25

kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik

maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan

kemampuan yang pernah dimilikinya.

Menurut (Riadi, 2020), Lansia (lanjut usia) adalah proses alamiah yang

terjadi pada seseorang karena telah memasuki tahap akhir dari fase

kehidupan, proses ini terjadi secara berkesinambungan dimana ketika

seseorang mengalami beberapa perubahan yang mempengaruhi fungsi

dan kemampuan seluruh tubuh yang disebut dengan proses penuaan atau

aging process. Seseorang yang masuk pada fase usia lanjut dengan umur

di atas 60 tahun (Mujahidullah dalam Kurniawati et al., 2018).

Seseorang yang berumur minimal 60 tahun (Fatma dalam Kurniawati et

al., 2018). 2010). Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih (Maryam

dalam Kurniawati et al., 2018).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa lansia (lanjut usia) adalah

proses alamiah yang terjadi pada seseorang karena telah memasuki tahap

akhir dari fase kehidupan dengan umur di atas 60 tahun, yang ditandai

proses penuaan dan perubahan yang mempengaruhi penurunan fungsi

dan kemampuan seluruh tubuh.

2.4.2 Batasan Dan Kelompok Lansia

Beberapa versi pembagian kelompok lansia (Fatmah dalam Riadi 2020):

2.4.2.1 Menurut WHO, lansia dibagi menjadi empat kelompok, yaitu:

(1) Usia pertengahan (middle age): usia 45-59 tahun.

Universitas Borobudur
26

(2) Lansia (elderly): usia 60-74 tahun.

(3) Lansia tua (Old): usia 75-90 tahun.

(4) Usia sangat tua (Very Old): usia diatas 90 tahun.

2.4.2.2 Menurut Depkes RI, lansia dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:

(1) Virilitas (Prasenium): masa persiapan usia lanjut yang

menampakan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun).

(2) Usia lanjut dini (Senescen): kelompok yang mulai memasuki

masa usia lanjut dini (60-64 tahun).

(3) Lansia beresiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit

degeneratif: usia diatas 65 tahun.

2.4.2.3 Menurut Jos Masdani (psikolog dari Universitas Indonesia),

membagi kedewasaan manusia menjadi empat kelompok, yaitu:

(1) Fase Iuventus (usia 25-40 tahun).

(2) Fase verilitas (usia 40-50 tahun).

(3) Fase Prasenium (usia 55-65tahun).

(4) Fase senium (usia 65 tahun hingga tutup usia).

2.4.2.4 Menurut Hurlock, lanjut usia dibagi menjadi dua tahap, yaitu:

(1) Early old age (usia 60 - 70 tahun).

(2) () Advanced old age (usia > 70 tahun).

2.4.2.5 Menurut Burnsie, lansia dibagi menjadi empat tahap, yaitu:

(1) Young old (usia 60-69 tahun).

(2) Middle age old (usia 70-79 tahun).

(3) Old-old (usia 80-89 tahun). (d) Very old-old (usia>90 tahun).

Universitas Borobudur
27

2.4.3 Teori Penuaan

Menurut Stanley dan Patricia dalam Riadi (2020), terdapat beberapa

teori mengenai penuaan, yaitu sebagai berikut:

2.4.3.1 Teori Biologis

Teori biologis yaitu teori yang mencoba untuk menjelaskan

proses fisik penuaan, termasuk perubahan fungsi dan struktur,

pengembangan, panjang usia dan kematian, perubahan dalam

tubuh termasuk perubahan molekular, seluler dalam sistem organ

utama dan kemampuan untuk melawan penyakit, diantaranya:

(1) Teori Genetika. Teori sebab akibat menjelaskan bahwa

penuaan terutama dipengaruhi oleh pembentukan gen dan

dampak lingkungan pada pembentukan kode etik. Penuaan

adalah suatu proses yang secara tidak sadar di wariskan yang

berjalan dari waktu mengubah sel atau struktur jaringan.

Berdasarkan hal tersebut maka, perubahan rentang hidup dan

panjang usia telah ditentukan sebelumnya.

(2) Teori dipakai dan rusak. Bahwa akumulasi sampah

metabolik atau zat nutrisi dapat merusak sintesis DNA,

sehingga mendorong malfungsi molekular dan akhirnya

malfungsi organ tubuh. Pendukung teori ini percaya bahwa

tubuh akan mengalami kerusakan berdasarkan suatu jadwal.

(3) Riwayat lingkungan. Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam

lingkungan (misalnya, karsinogen dari industri cahaya

matahari, trauma dan infeksi) dapat membawa perubahan

Universitas Borobudur
28

dalam proses penuaan. Walaupun faktor-faktor ini diketahui

dapat mempercepat penuaan, dampak dari lingkungan lebih

merupakan dampak sekunder dan bukan merupakan faktor

utama dalam penuaan.

(4) Teori imunitas. Teori ini menggambarkan kemunduran dalam

sistem imun yang berhubungan dengan penuaan. Ketika

orang bertambah tua, pertahanan mereka lebih rentan untuk

menderita berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi.

Seiring dengan berkurangnya fungsi imun, terjadilah

peningkatan dalam respon autoimun tubuh.

(5) Teori neuroendokrin. Teori-teori biologi penuaan,

berhubungan dengan hal-hal seperti yang telah terjadi pada

struktur dan sel, serta kemunduran fungsi sistem

neuroendokrin. Proses penuaan mengakibatkan adanya

kemunduran sistem tersebut sehingga dapat mempengaruhi

daya ingat lansia dan terjadinya beberapa penyakit yang

berkaitan dengan sistem endokrin.

2.4.3.2 Teori Psikologis

Teori ini memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan

perilaku yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari

implikasi biologi pada kerusakan anatomis. Perubahan sosiologis

dikombinasikan dengan perubahan psikologis.

(1) Teori kepribadian. Kepribadian manusia adalah suatu wilayah

pertumbuhan yang subur dalam tahun-tahun akhir

Universitas Borobudur
29

kehidupannya dan telah merangsang penelitian yang pantas di

pertimbangkan. Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek

pertumbuhan psikologis tanpa menggambarkan harapan atau

tugas spesifik lansia.

(2) Teori tugas perkembangan. Erickson menguraikan tugas

utama lansia adalah mampu melihat kehidupan seseorang

sebagai kehidupan yang dijalani dengan integritas. Dengan

kondisi tidak adanya pencapaian pada perasaan bahwa ia

telah menikmati kehidupan yang baik, maka lansia tersebut

berisiko disibukkan dengan rasa penyesalan atau putus asa.

(3) Teori disengagement (Teori Pembebasan). Suatu proses yang

menggambarkan penarikan diri oleh lansia dari peran

bermasyarakat dan tanggung jawabnya.

(4) Teori aktifitas. Kebalikan dari teori pembebasan adalah teori

aktifitas penuaan, jalan menuju panuaan yang sukses adalah

dengan cara tetap aktif.

(5) Teori kontinuitas. Juga dikenal dengan teori perkembangan.

Menekankan pada kemampuan koping individu sebelumnya

dan kepribadian sebagai dasar memprediksi bagaimana

seseorang dapat menyesuaikan diri terhadap penuaan.

2.4.4 Perubahan Fisik

Mujahidullah dalam Kurniawati et al., (2018) mengelompokan

perubahan fisik kedalam beberapa kelompok, diantaranya:

Universitas Borobudur
30

2.4.4.1 Sel

Jumlah sel lebih sedikit, ukuran sel lebih besar, sistem perbaikan

sel terganggu, proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan

hati menurun.

2.4.4.2 Sistem Persyarafan

Lambat dalam respons dan waktu untuk bereaksi, mengecilnya

syaraf panca indra, kurang sensitive terhadap sentuhan, hubungan

persarafan menurun.

2.4.4.3 Sistem Pendengaran

Presbiakusis atau gangguan pendengaran, hilang kemampuan

pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi suara

atau nada yang tinggi dan tidak jelas, sulit mengerti kata-kata,

terjadi pengumpulan serumen dapat mengeras.

2.4.4.4 Sistem Penglihatan

Spingter pupil timbul sclerosis, hilang respons terhadap sinar,

kornea lebih berbentuk sferis (bola), kekeruhan pada lensa,

hilangnya daya akomodasi, menurunnya daya membedakan

warna biru dan hijau pada skala, menurunnya lapangan pandang,

menurunnya elastisitas dinding aorta, katub jantung menebal dan

menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun ±

1% pertahun, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan

darah meningkat.

Universitas Borobudur
31

2.4.4.5 Sistem Pengaturan Tubuh

Temperature tubuh menurun secara fisiologis, keterbatasan reflek

menggigit dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak

sehingga terjadi penurunan aktivitas otot.

2.4.4.6 Sistem Respirasi

Menurunnya kekuatan otot pernafasan dan aktivitas dari silia-

silia paru-paru kehilangan elastisitas, alveoli ukurannya melebar,

menurunnya tekanan Oksigen pada arteri menjadi 75 mmHg,

menurunnya batuk.

2.4.4.7 Sistem Gastrointestinal

Terjadi penurunan selera makan rasa haus, asupan makanan dan

kalori, mudah terjadi konstipasi dan gangguan pencernaan

lainnya, terjadi penurunan produksi saliva, karies gigi, gerak

peristaltic usus dan pertambahan waktu pengosongan lambung.

2.4.4.8 Sistem Endokrin

Produksi hormone menurunnya fungsi paratiroid dan sekresi

tidak berubah, menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya produksi

aldesteron, menurunnya sekresi hormon kelamin.

2.4.4.9 Sitem Integumen

Kulit mengerut atau keriput, permukaan kulit kasar dan bersisik,

respons terhadap trauma menurun, kulit kepala dan rambut

menipis dan berwarna kelabu, elastisitas kulit berkurang

pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku menjadi keras dan seperti

bertanduk, kelenjar keringat berkurang.

Universitas Borobudur
32

2.4.4.10 Sistem Muskulokeletal

Tulang kehilangan cairan dan makin rapuh, tafosis, tubuh

menjadi lebih pendek, persendian membesar dan menjadi kaku,

tendon mengerut dan menjadi sclerosis, atrofi serabut otot.

2.4.4.11 Sistem Genitourinaria

Ginjal mengecil alian darah ke ginjal menurun, fungsi tubulus

berkurang, otot kandung kemih menjadi menurun, vesika urinaria

susah dikosongkan, perbesaran prostat, atrofi vulva.

2.4.5 Perubahan Psikosial

Pensiun adalah nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan

identik dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Nugroho dalam

Kurniawati et al., (2018) mengemukakan bahwa, bila seseorang pensiun

(purna tugas) ia akan mengalami kehilangan-kehilangan antara lain:

2.4.5.1 Kehilangan financial (income berkurang),

2.4.5.2 Kehilangan status pekerjaan,

2.4.5.3 Kehilangan teman atau kenalan atau relasi,

2.4.5.4 Kehilangan pekerjaan atau kegiatan rutinitas kerja,

2.4.5.5 Merasakan sadar akan kematian (sense of awareness mortality),

2.4.5.6 Perubahan dalam hidup, keterbatasan bergerak,

2.4.5.7 Permasalahan ekonomi akibat pemberhentian dari pekerjaan,

2.4.5.8 Penyakit kronis dan ketidakmampuan,

2.4.5.9 Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian,

2.4.5.10 Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan,

2.4.5.11 Kehilangan hubungan dengan teman-teman dan keluarga besar,

Universitas Borobudur
33

2.4.5.12 hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap

gambaran diri, perubahan konsep diri.

2.4.6 Perubahan Mental

Nugroho dalam Kurniawati et al., (2018) mengemukakan bahwa, Faktor-

faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah: Pertama-tama

perubahan fisik, khususnya organ perasa, kesehatan umum, tingkat

pendidikan, keturunan (hereditas), dan lingkungan. Perubahan

kepribadian yang drastis, keadaan ini jarang terjadi. Lebih sering berupa

ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin karena

faktor lain seperti penyakit-penyakit. Akibat proses penuaan ini, mau

tidak mau terjadi kemunduran kemampuan otak. Di antaranya

kemampuan yang menurun secara linier atau seiring dengan proses

penuaan adalah Intelegensia Quantion (IQ) dan Ingatan (Memori).

2.4.7 Hal-hal yang harus dipersiapkan menjelang masa lansia

2.4.7.1 Kesehatan

(1) Latihan fisik atau olahraga secara teratur sesuai kemampuan.

(2) Pengaturan gizi atau diet seimbang.

(3) Tetap bergairah dan memelihara kehidupan seks yang sehat.

(4) Melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur (minimal 6

bulan sekali).

(5) Memelihara penampilan diri yang rapi dan bersih.

(6) Menghindari kebiasaan buruk yang berdampak tidak baik

bagi kesehatan (merokok, minuman keras, malas olahraga,

makan berlebihan, tidur tidak teratur, dan sebagainya).

Universitas Borobudur
34

2.4.7.2 Sosial

(1) Meningkatkan iman dan takwa.

(2) Tetap setia dengan pasangan yang sah.

(3) Mengikuti kegiatan sosial.

(4) Meningkatkan keharmonisan dalam rumah tangga.

(5) Menyediakan waktu untuk rekreasi.

(6) Tetap mengembangkan hobi atau bakat.

2.4.7.3 Ekonomi

(1) Mempersiapkan tabungan hari tua

(2) Berwiraswasta

(3) Mengikuti asuransi

2.5 Tinjauan tentang Penatalaksanaan Hipertensi

2.5.1 Penatalaksanaan Hipertensi Esensial

Telah dibuktikan oleh para peneliti, bahwa dengan mengendalikan

tekanan darah maka angka morbiditas dan angka mortalitas dapat

diturunkan. Oleh karena itu walaupun seorang dokter belum menemukan

etiologi dari hipertensi yang didapat pada penderita, pengobatan sudah

boleh dilaksanakan. Yang menjadi masalah adalah saat yang tepat untuk

memulai pengobatan. Hal ini penting karena pada kenyataannya,

pengobatan hipertensi adalah pengobatan seumur hidup.

2.5.2 Prinsip Penatalaksanaan

2.5.2.1 Menurunkan tekanan darah sampai normal, atau sampai level

paling rendah yang masih dapat ditoleransi penderita hipertensi.

Universitas Borobudur
35

2.5.2.2 Meningkatkan kemungkinan kwalitas dan harapan hidup

penderita hipertensi.

2.5.2.3 Mencegah komplikasi yang mungkin timbul dan

menormalkan kembali seoptimal mungkin komplikasi yang

sudah terjadi.

2.5.3 Penatalaksanaan Umum

Penatalaksanaan hipertensi adalah usaha untuk mengurangi faktor resiko

terjadinya peningkatan tekanan darah. Penatalaksanaan umum adalah

penatalakasanaan tanpa obat-obatan, yang juga sama pentingnya dengan

penatalaksanaan farmakologik, bahkan mempunyai beberapa

keuntungan, terutama untuk hipertensi ringan, berikut ini adalah

beberapa cara untik penatalaksanaan umum hipertensi:

2.5.3.1 Diet rendah garam : dengan mengurangi konsumsi garam dari

10 gram/hari menjadi 5 gram/hari. Disamping bermanfaat

menurunkan tekanan darah, diet rendah garam juga berfungsi

untuk mengurangi resiko hipokalemi yang timbul pada

pengobatan dengan diuretik.

2.5.3.2 Diet rendah lemak telah terbukti pula bisa menurunkan tekanan

darah penderita hipertensi.

2.5.3.3 Berhenti merokok dan berhenti minum minuman beralkohol

telah bisa menurunkan tekanan darah penderita.

2.5.3.4 Menurunkan berat badan : setiap penurunan 1 kg berat badan

akan menurunkan tekanan darah sekitar 1,5-2,5 mmHg.

Universitas Borobudur
36

2.5.3.5 Olah raga teratur : berguna untuk membakar timbunan lemak dan

menurunkan berat badan, menurunkan tekanan perifer dan

menimbulkan perasaan santai, yang kesemuanya berakibat

kepada penurunan tekanan darah.

2.5.3.6 Relaksasi, rekreasi dan cukup istirahat berguna untuk

mengurangi atau menghilangkan stressyang bisa menurunkan

tekanan darah.

2.5.3.7 Walaupun masih banyak diteliti konsumsi seledri, pace,

ketimun, belimbung wuluh dan bawang putih ternyata banyak

membantu dalam usaha menurunkan tekanan darah.

2.5.4 Medikamentosa

Penatalakasanaan hipertensi dengan obat-obatan di Puskesmas

disesuaikan dengan ketersediaan obat yang ada di Puskesmas pula, yaitu:

2.5.4.1 Golongan Diuretik

(1) Hidroklorotiasid 25 mg (HCT)

 Indikasi : hipertensi ringan sampai sedang.

 Dosis : 1-2 x 25-50 mg.

 Efek samping : hipokalemi, hiponatremi, hiperurikalemi,

hiperkolesterolemi, hiperglikemi, kelemahan atau kram

otot, muntah dan disines.

 Kontra indikasi : DM, gout artritis, riwayat alergi.

 Terapi hipertensi pada usia lanjut dengan HCT lebih

banyak efek sampingnya dari pada efektifitasnya.

Universitas Borobudur
37

 Untuk menghindari efek hipokalemi maka diberikan

asupan Kalium 1 x 500 mg, atau banyak makan pisang.

(2) Furosemid 40 mg

 Indikasi : hipertensi ringan sampai berat.

 Dosis : 1-2 x 40-80 mg.

 Efek samping : sama dengan HCT.

 Kontra indikasi : DM, gout artritis, riwayat alergi.

2.5.4.2 Golongan Inhibitor Simpatik (Beta Blocker)

(1) Propranolol 40 mg

 Indikasi : hipertensi ringan sampai sedang.

 Dosis : 3 x 40-160 mg.

 Efek samping : depresi, insomnia, mimpi buruk, pusing,

mual, diare, obstipasi, bronkospasme, kram otot dan

bradikardi serta gagal jantung.

 Kontra indikasi : DM, gagal jantung, asma, depresi.

2.5.4.3 Golongan Blok Ganglion

(1) Klonidin 0,15 mg

 Indikasi : hipertensi sedang sampai berat.

 Dosis : 2-3 x 0,15-1,2 mg.

 Efek samping : mulut kering, kelelahan, mengantuk,

bradikardi, impotensi, gangguan hati dan depresi.

 Kontra indikasi : hepatitis akut, sirosis hepatis, depresi.

(2) Reserpin 0,25 mg dan 0,1 mg.

 Indikasi : hipertensi sedang sampai berat.

Universitas Borobudur
38

 Dosis : 1-2 x 0,1-0,25 mg.

 Efek samping : bradikardi, eksaserbasi asma, diare,

penambahan berat badan mimpi buruk, depresi.

 Kontra indikasi : asma, depresi.

2.5.4.4 Golongan Penghambat Enzim Konversi Angiotensin (ACE I)

(1) Kaptopril 25 mg

 Indikasi : hipertensi ringan sampai berat.

 Dosis : dosis awal 2-3 x 12,5-25 mg, bila setelah 1-2

minggu belum ada respon dosis dinaikkan 2-3 x 50 mg.

 Kaptopril harus diberikan 1 jam sebelum makan.

 Efek samping : pruritus, retensi kalium ringan,

proteinuri, gagal ginjal, neutropeni dan agranulositosis,

mual dan muntah, gangguan pengecap, parestesia,

bronkospame, limfadenopati dan batuk-batuk.

 Kontra indikasi : asma

2.5.4.5 Golongan Antagonis Kalsium

(1) Diltiazem 30 mg

 Indikasi : hipertensi ringan sampai sedang.

 Dosis : 3-4 x 30 mg.

 Efek samping : Bradikardi, dizziness, sakit kepala, mual,

muntah, diare, konstipasi, udem ekstremitas bawah,

shoulder and elbow pain.

 Kontra indikasi : Sick sinus Syndrome, AV Block.

(2) Nifedipin 10 mg

Universitas Borobudur
39

 Indikasi : hipertensi ringan sampai berat.

 Dosis : 3 x 10-20 mg.

 Efek samping : sama dengan diltiasem.

 Kontra indikasi : sama dengan diltiasem.

2.5.5 Seni Terapi

2.5.5.1 Hipertensi Ringan (diastol 90 - 110 mmHg)

(1) Pilihan obat pertama : diuretik atau beta blocker

(2) Obat tambahan : Diuretik + Beta blocker.

2.5.5.2 Hipertensi sedang (diastol : 110-130 mmHg)

(1) Pilihan obat pertama : Diuretik + Beta blocker

(2) Obat tambahan : Klonidin

2.5.5.3 Hipertensi Berat (diastol > 130 mmHg)

(1) Pilihan obat pertama : Klonidin + Diuretik.

(2) Obat tambahan : Beta Blocker

2.5.6 Tapering Off Dan Dosis Pemeliharaan

Adalah penghentian terapi hipertensi dengan mengurangi dosis secara

perlahan. Hal ini ditujukan untuk menghindari efek “rebound

fenomena”, yaitu peningkatan kembali tekanan darah setelah

penghentian terapi obat-obatan secara mendadak. Penurunan dosis

disesuaikan dengan penurunan tekanan darah. Menerapkan gaya hidup

sehat bagi setiap orang telah terbukti mencegah ekanan darah tinggi dan

merupakan bagian yang penting dalam penanganan hipertensi.

Universitas Borobudur
40

Disamping menurunkan tekanan darah pada pasien-pasien dengan

hipertensi, modifikasi gaya hidup juga dapat mengurangi berlanjutnya

tekanan darah ke hipertensi pada pasien-pasien dengan tekanan darah

prehipertensi. Pada pasien yang menderita hipertensi derajat 1, tanpa

faktor risiko kardiovaskular lain, maka strategi pola hidup sehat

merupakan tatalaksana tahap awal, yang harus dijalani setidaknya

selama 4-6 bulan. Bila setelah jangka waktu tersebut, tidak didapatkan

penurunan tekanan darah yang diharapkan atau didapatkan faktor risiko

kardiovaskular yang lain, maka sangat dianjurkan untuk memulai terapi

farmakologi.

2.5.7 Modifikasi Gaya Hidup Untuk Menurunkan Tekanan Darah

2.5.7.1 Mengurangi berat badan

Untuk individu yang obes atau gemuk Hipertensi 2 – 3 kali lebih

sering pada orang gemuk dibanding orang dengan berat badan

ideal. Lebih dari 60 % pasien dengan hipertensi adalah gemuk

(overweight). Penurunan berat badan, hanya dengan 10 pound

(4,5 kg) dapat menurunkan tekanan darah secara bermakna pada

orang gemuk. Obesitas pada perut dikaitkan dengan sindrom

metabolik, yang juga merupakan cikal bakal dari hipertensi dan

sindrom resisten insulin yang dapat berlanjut ke DM tipe 2,

dislipidemia, dan selanjutnya ke penyakit kardiovaskuler

2.5.7.2 Mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop

Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium JNC VII

menyarankan pola makan DASH yaitu diet yang kaya dengan

Universitas Borobudur
41

buah, sayur, dan produk susu redah lemak dengan kadar total

lemak dan lemak jenuh berkurang. Diet kaya dengan buah dan

sayuran dan rendah lemak jenuh dapat menurunkan tekanan

darah pada individu dengan hipertensi. Mengganti makanan tidak

sehat dengan memperbanyak asupan sayuran dan buah-buahan

dapat memberikan manfaat yang lebih selain penurunan tekanan

darah, seperti menghindari diabetes dan dislipidemia.

2.5.7.3 Mengurangi asupan garam

Di negara kita, makanan tinggi garam dan lemak merupakan

makanan tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak jarang pula

pasien tidak menyadari kandungan garam pada makanan cepat

saji, makanan kaleng, daging olahan dan sebagainya. Dianjurkan

untuk asupan garam tidak melebihi 2.4 g (100 mEq)/hari.

Walaupun ada pasien hipertensi yang tidak sensitif terhadap

garam, kebanyakan pasien mengalami penurunaan tekanan darah

sistolik dengan pembatasan natrium. Pada sejumlah pasien

dengan pengontrolan tekanan darah cukup baik dengan terapi

satu obat antihipertensi; mengurangi garam dan berat badan

dapat membebaskan pasien dari menggunakan obat. Tidak

jarang, diet rendah garam ini juga bermanfaat untuk mengurangi

dosis obat antihipertensi pada pasien hipertensi derajat ≥ 2.

2.5.7.4 Olahraga

Olah raga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 – 60 menit/

hari, minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong penurunan tekanan

Universitas Borobudur
42

darah. Keuntungan ini dapat terjadi walaupun tanpa disertai

penurunan berat badan. Pasien harus berkonsultasi dengan dokter

untuk mengetahui jenis olah raga mana yang terbaik terutama

untuk pasien dengan kerusakan organ target. Terhadap pasien

yang tidak memiliki waktu untuk berolahraga secara khusus,

sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk berjalan kaki,

mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam aktivitas rutin

mereka di tempat kerjanya.

2.5.7.5 Berhenti meminum minuman beralkohol

Meskipun konsumsi alkohol belum menjadi pola hidup yang

umum, namun semakin hari semakin meningkat seiring dengan

perkembangan pergaulan dan gaya hidup, terutama di kota besar.

Konsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari, dapat

meningkatkan tekanan darah. Dengan demikian menghentikan

konsumsi alkohol sangat membantu penurunan tekanan darah.

2.5.7.6 Berhenti merokok

Walaupun hal ini sampai saat ini belum terbukti berefek langsung

dapat menurunkan tekanan darah, tetapi merokok merupakan

salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular, dan

pasien sebaiknya dianjurkan untuk berhenti merokok.

2.6 Kerangka Teori

Menurut Notoatmodjo dalam Susanti (2018), kerangka teori adalah suatu

model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-

Universitas Borobudur
43

faktor yang penting diketahui dalam suatu penelitian. Kerangka teori dalam

penelitian ini disajikan dalam bagan berikut ini:

Pengalaman Faktor predisposisi


Pendidikan Faktor pendukung
Lansia
Keyakinan Faktor penguat
Fasilitas

Pengetahuan Hipertensi Perilaku

Penatalaksanaan hipertensi
Edukasi hipertensi
Diet rendah garam dan lemak
Terapi obat
Olah raga
Relaksasi dan rekreasi
Stop rokok dan stop alkohol
Pengecekan tensi darah berkala

Bagan 2.1 Kerangka Teori


(Sumber: Waspadji, Notoatmodjo dalam Chiptarini 2014)

Universitas Borobudur
BAB 3

METODE PENELITIAN

Bab ini akan menjelaskan tentang kerangka konsep, definisi operasional, desain

penelitian, populasi dan sampel, tempat dan waktu penelitian, etika penelitian, alat

pengumpulan data, prosedur pengumpulan data, pengolahan data dan analisis

data dalam penelitian.

3.1 Kerangka Konsep

Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal

khusus. Konsep hanya dapat langsung diamati atau diukur melalui konstruksi

atau yang disebut variabel. Kerangka konsep merupakan rangkuman dari

kerangka teori yang dibuat dalam bentuk diagram yang menghubungkan

antara variabel yang diteliti dan variabel lain yang terkait (Sastroasmoro

dalam Chiptarini, 2014)

Variabel adalah simbol atau lambang yang menunjukkan nilai atau bilangan

dari konsep. Variabel bebas (independent) adalah variabel yang bila ia

berubah akan mengakibatkan perubahan variabel lain yaitu variabel terikat

(dependent) yang disebut juga variabel predictor, variabel resiko atau kausa

(Sastroasmoro dalam Chiptarini, 2014) Variabel dalam penelitian ini terdiri

dari dua variabel yaitu pengetahuan dan perilaku lansia penderita hipertensi

dalam penatalaksanaan hipertensi.

44
Universitas Borobudur
45

Kerangka konsep dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Pengetahuan Responden Perilaku Responden


 Baik  Baik
 Kurang  Kurang

Karakteristik Responden
 Usia
 Jenis Kelamin
 Pendidikan
 Pekerjaan

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik

yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan, atau mengubah

konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata yang menggambarkan

perilaku atau gejala yang diamati yang dapat diuji dan ditentukan

kebenarannya oleh orang lain (Dahlan dalam Chiptarini, 2014)

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

(diukur) dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam dalam Kurniawati

et al.,2018). Definisi operasional yang dibuat untuk memudahkan

pengumpulan data dan menghindari perbedaan interprestasi serta membatasi

ruang lingkup variabel (Saryono dan Anggraeni dalam Kurniawati et al.,

2018). Definisi operasional dalam penelitian ini adalah: Hipertensi,

Pengetahuan, Perilaku dan Penatalaksanaan Hipertensi, Usia, Jenis Kelamin,

Pendidikan dan Pekerjaan, disajikan dalam tabel 3.1 di bawah ini:

Universitas Borobudur
Tabel 3.1
Definisi Operasional Penelitian
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Variabel Perancu
1. Usia Perhitungan rentang waktu hidup Kuesioner Mengisi kuesioner dengan Kategori Nominal
responden dari saat dilahirkan sampai tanda centang di kolom
dengan waktu penelitian dilaksanaan usia.
yang diukur dalam satuan tahun.
2. Jenis Kelamin Status gender responden (laki-laki atau Kuesioner Mengisi kuesioner dengan Laki-laki Nominal
perempuan) tanda centang di kolom Perempuan
jenis kelamin.
3. Pendidikan Jenjang sekolah formal yang terakhir Kuesioner Mengisi kuesioner dengan Tidak sekolah, Nominal
ditempuh responden. tanda centang di kolom SD, SMP, SMA,
pendidikan. Perguruan tinggi
4. Pekerjaan Kegiatan responden yang dilakukan Kuesioner Mengisi kuesioner dengan Tidak bekerja, Nominal
dalam kehidupan sehari-hari. tanda centang di kolom PNS, BUMN,
pekerjaan. swasta, petani
Variabel Diteliti
5. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil “tahu” Kuesioner Mengisi kuesioner dengan Baik > 50 % Ordinal
setelah orang melakukan penginderaan tanda centang di setiap Kurang < 50 %
terhadap suatu obyek tertentu. pertanyaan terkait
pengetahuan.
6. Perilaku Suatu respons perbuatan seseorang Kuesioner Mengisi kuesioner dengan Baik > 50 % Ordinal
(organisme) akibat adanya stimulus. tanda centang di setiap Kurang < 50 %
pertanyaan terkait perilaku.

46
47

3.3 Desain Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang

bertujuan untuk menerangkan atau menggambarkan masalah penelitian yang

terjadi, atau dengan kata lain, rancangan penelitian ini mendeskripsikan

seperangkat peristiwa atau kondisi suatu sampel dari populasi saat itu

(Hidayat dalam Chiptarini, 2014). Untuk menggambarkan pengetahuan dan

perilaku tentang penatalaksanaan hipertensi pada lansia penderita hipertensi di

Dusun Pakopen Desa Tegalsari Kecamatan Purwasari.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

3.4.1 Populasi

Dalam metodologi penelitian, populasi digunakan untuk menyebutkan

serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sarana penelitian. Oleh

karenanya, populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari

objek penelitian (Bungin, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah

semua lansia penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas

Purwasari, tepatnya di Dusun Pakopen Desa Tegalsari yang berjumlah

70 orang lansia.

3.4.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti (Arikunto

dalam Chiptarini, 2014). Sampel merupakan bagian populasi yang akan

diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh

populasi.

Universitas Borobudur
48

Jumlah sampel ditentukan dengan cara melakukan perhitungan besar

sampel menggunakan Rumus Slovin, (Slovin dalam Kurniawati et al.,

2018):

Keterangan:

N = Jumlah populasi

n = Jumlah sampel

 = taraf signifikan/ tingkat kesalahan pengambilan sampel, yang

dipilih ( = 0,05)

Jadi jumlah sampel yang dipakai adalah:

dibulatkan menjadi 60 responden.

3.5.2.1 Teknik Pengambilan Sampel

Pada penelitian ini adalah accidental sampling karena peneliti

menyebarkan angket/kuesioner kepada setiap pasien atau

pengunjung klinik Mutiara Sehat yang datang dan bersedia

untuk dijadikan sebagai responden penelitian.

Menurut (Sugiyono dalam Imron, 2019) teknik sampling

Insidental/ Accidental Sampling adalah teknik penentuan sampel

berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja pasien yang secara

kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai

Universitas Borobudur
49

sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok

sebagai sumber data.

3.5.2.2 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari

suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti

(Nursalam dalam Septianingsih, 2018). Kriteria inklusi dalam

penelitian ini:

(1) Lansia yang bersedia di teliti

(2) Lansia penderita hipertensi

(3) Berada di wilayah kerja Puskesmas Purwasari.

3.5.2.3 Kriteria Eklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/ mengeluarkan subyek

yang tidak memenuhi kriteria inklusi dari studi (Nursalam dalam

Septianingsih, 2018). Kriteria eklusi dalam penelitian ini:

(1) Lansia yang tidak hadir saat pengambilan data penelitian.

(2) Pasien memiliki penyakit kronik lainnya selain hipertensi.

(3) Lansia yang tidak bisa baca/tulis..

3.5 Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Purwasari yang

beralamat di Dusun Pakopen Desa Tegalsari kecamatan Purwasari Kabupaten

Karawang dan waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Mei sampai dengan

bulan Juli 2021.

Universitas Borobudur
50

3.6 Etika Penelitian

Menurut Hidayat dalam Chiptarini (2014), ketika peneliti melaksanakan

penelitian khususnya jika yang menjadi subyek penelitian adalah manusia,

maka peneliti harus memahami hak dasar manusia. Manusia memiliki

kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga penelitian ini yang akan

dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi kebebasan manusia. Beberapa

prinsip penelitian pada manusia yang harus dipahami, yaitu :

3.6.1 Prinsip manfaat

Dengan berprinsip pada aspek manfaat, maka segala bentuk penelitian

yang dilakukan diharapkan bermanfaat untuk kepentingan manusia.

Prinsip ini dapat ditegakkan jika peneliti dalam mengambil data tidak

memaksa, tidak menggunakan kekerasan, tidak mengeksploitasi.

Penelitian yang dihasilkan nanti dapat memberikan manfaat dan

mempertimbangkan antara aspek resiko dengan aspek manfaat, apabila

dalam penelitian mengalami dilema etik.

3.6.2 Prinsip menghormati manusia

Manusia memiliki hak dan merupakan makhluk yang mulia, dan harus

dihormati, karena manusia berhak untuk menentukan pilihan antara mau

dan tidak untuk diikutsertakan menjadi subyek dalam penelitian.

3.6.3 Prinsip keadilan

Prinsip ini dilakukan untuk menunjang tinggi keadilan manusia dengan

menghargai hak atau memberikan pengobatan secara adil, hak menjaga

privasi manusia, dan tidak berpihak dalam perlakuan terhadap manusia.

Universitas Borobudur
51

3.6.4 Informed Consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antar peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed

consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan persetujuan untuk menjadi responden. Tujuannya adalah

agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui

dampaknya. Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent

tersebut antara lain ; partisipasi pasien, tujuan dilakukan tindakan, jenis

data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial

masalah, kerasahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain.

3.6.5 Anonamity (Tanpa Nama)

Merupakan jaminan dalam penggunaan subyek penelitian dengan

cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada

lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpuloan

data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3.6.6 Kerahasiaan

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi

maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

3.7 Alat Pengumpulan Data

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan

instrumen penelitian yaitu kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti sesuai

Universitas Borobudur
52

dengan tinjauan pustaka. Kuesioner merupakan alat ukur dengan beberapa

pertanyaan, dan alat ukur ini digunakan bila responden jumlahnya besar dan

tidak buta huruf (Hidayat dalam Chiptarini, 2014). Kuesioner di penelitian ini

menggunakan jenis kuesioner checklist atau daftar cek yang merupakan daftar

yang berisi pernyataan atau pertanyaan yang akan diamati dan responden

memberikan jawaban dengan tanda cek () sesuai dengan jawaban yang

mereka inginkan. Intrumen-instumen tersebut meliputi:

3.7.1 Kuesioner A

Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui gambaran data demografi

responden berbentuk format isian yang terdiri dari inisial responden,

umur, jenis kelamin, penyakit penyerta, pendidikan, dan pekerjaan

responden.

3.7.2 Kuesioner B

Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan responden

tentang hipertensi dan penatalaksanaan hipertensi. Kuesioner terdiri dari

20 pertanyaan atau pernyataan. Intruksi kerja pengisian kuesioner

responden diminta memilih salah satu jawaban yang responden anggap

benar dari setiap pertanyaan atau pernyataan yang diberikan. Pengukuran

skor pengetahuan menggunakan skala Guttman dengan pilihan jawaban

benar atau salah dengan pengkategorian skor dibagi menjadi 2 yaitu:

baik dan kurang.

3.7.2 Kuesioner C

Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui perilaku atau pola hidup

sehari-hari pasien dalam penatalaksanaan hipertensi. Kuesioner terdiri

Universitas Borobudur
53

dari 20 pertanyaan atau pernyataan. Intruksi kerja pengisian kuesioner

responden diminta memilih salah satu jawaban yang responden anggap

benar dari setiap pertanyaan atau pernyataan yang diberikan. Pengukuran

skor pengetahuan menggunakan skala likert dengan 5 pilihan jawaban

sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangan tidak setuju,

dengan pengkategorian skor dibagi menjadi 2 yaitu: baik dan kurang.

3.8 Uji Validitas Dan Reliabilitas

Sebelum digunakan, soal kuesioner harus melewati serangkaian tahapan uji

prasyarat instrumen, terlebih dahulu dianalisis validitasnya (ketepatan

penggunaan atau keaabsahan instrumen), kemudian dianalisis reliabilitasnya

(keajegan instrumen) selanjutnya direkapitulasi, setelah lolos kedua uji

prasyarat tesebut barulah instrumen dapat digunakan untuk mengumpulkan

data. Dalam penelitian ini peneliti melakukan uji prasyarat instrumen (uji

validitas dan reliabilitas) menggunakan rumus korelasi Product Moment

Pearson dan rumus Alpha Cronbach dengan bantuan software SPSS 23.

Peneliti melakukan ujicoba instrumen terhadap 30 responden di Puskesmas

Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang, dengan kisi-kisi instrument sebanyak

20 soal kuesioner B (pengetahuan) dan 20 soal kuesioner C (perilaku).

3.8.1 Uji Validitas

Validitas sebuah soal pada sebuah instrumen tes dikatakan valid apabila

tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Dengan kata lain,

validitas suatu instrumen merupakan tingkat ketepatan suatu instrumen

yang harus diukur (Arikunto, 2013). Untuk menentukan tinggi

Universitas Borobudur
54

rendahnya koefisien validitas soal instrumen, ditentukan melalui

perhitungan menggunakan formula korelasi Product Moment Pearson

sebagai berikut:

Keterangan :

rXY = koefisien korelasi antara skor X dan skor Y

N = banyaknya subjek

X = skor tes

Y = skor total.

Valid tidaknya suatu soal instrumen ditentukan dengan perbandingan

nilai rXY hitung (hasil perhitungan SPSS) dengan nilai rXY tabel

(berdasarkan tabel nilai rXY kritik) (Arikunto, 2013). Istrumen penelitian

yang berupa kuesioner pengetahuan dan perilaku telah diuji validitasnya

dengan diujicobakan kepada 30 responden. Butir soal dinyatakan valid

apabila rxy hitung (SPSS) > dari rXY tabel ( Df = 28, α = 0,05; rXY tabel =

0,374). Hasil uji validitas dari 20 butir soal kuesioner pengetahuan yang

dinyatakan valid sebanyak 20 butir soal (valid semuanya) dan hasil uji

validitas dari 20 butir soal kuesioner perilaku juga dinyatakan valid

semuanya.

3.8.2 Uji Reliabilitas

Reabilitas suatu instrumen adalah keajegan atau kekonsistenan

instrumen tersebut bila diberikan kepada subjek yang sama meskipun

oleh orang yang berbeda, pada waktu ataupun tempat yang berbeda

Universitas Borobudur
55

maka akan menghasilkan hasil yang sama atau relatif sama. Untuk

mengetahui tinggi rendahnya tingkat reabilitas pada instrumen

digunakan rumus Cronbach Alpha, (Arikunto, 2013), sebagai berikut :

Keterangan :

ri1 = koefisien reliabilitas

n = banyaknya butir soal

Si2 = variansi skor butir soal ke-i

St2 = variansi skor total.

Reliabel tidaknya suatu instrumen penelitian ditentukan dengan

perbandingan nilai Cronbach Alpha (ri1) hitung (hasil perhitungan SPSS)

dengan nilai Cronbach Alpha (ri1) tabel (berdasarkan tabel nilai ri1

kritik) (Arikunto, 2013). Instrumen penelitian dinyatakan reliabel

apabila nilai ri1 hitung (SPSS) > dari ri1 table ( Df = 28, α = 0,05; ri1 tabel

= 0,374). Hasil uji reliabilitas instrumen pengetahuan dinyatakan

reliabel dengan nilai ri1 = 0,757 dan hasil uji reliabilitas instrumen

perilaku juga dinyatakan reliabel dengan nilai ri1 = 0,742.

3.9 Prosedur Pengumpulan data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dimulai dengan meminta

surat keterangan untuk melakukan penelitian di Dusun Pakopen Desa

Tegalsari Kecamatan Purwasari dari seketariat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Borobudur Jakarta Timur yang kemudian diserahkan ke bagian

Universitas Borobudur
56

SDM dan Kepala Bidang Keperawatan untuk kemudian di lanjutkan dengan

meminta persetujuan dari Kepala Desa di Dusun Pakopen Desa Tegalsari

Kecamatan Purwasari. Setelah mendapatkan persetujuan dari pihak kepala

desa kemudian peneliti bersama pihak warga menentukan waktu untuk

memulai pengambilan data, pengambilan data dilakukan dari bulan Juni –

Agustus 2021.

Sebelum melakukan pengambilan data, peneliti memperkenalkan diri dulu

pada warga dan menunjukan surat ijin penelitian, kemudian peneliti

memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian pada warga setelah warga

mengerti dan bersedia menjadi responden peneliti mempersilahkan warga

untuk mengisi kuisioner dan menandatangani surat persetujuan penelitian.

Selanjutnya peneliti menjelaskan kepada responden tentang cara pengisian

kuisioner dan memberikan kesempatan untuk bertanya kepada responden jika

terdapat keraguan atau tidak memahami tentang cara pengisian kueioner,

setelah selsai pengisian peneliti mngambil kembali kuesioner yang telah di isi

oleh responden dan melihat kembali apahkah ada kolom belum terisi. Peneliti

mngucapkan terimakasih kepada responden yang telah meluangkan waktu dan

berpartisipasi dalam pengisian kuosioner.

3.10 Pengolahan data

Langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan peneliti, menurut Hastono

dalam Chiptarini (2014), yaitu :

Universitas Borobudur
57

3.10.1 Editing yaitu memeriksa daftar pernyataan yang telah diserahkan oleh

para pengumpul data.

3.10.2 Coding yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para

responden kedalam kategori.

3.10.3 Entry data yaitu lembar jawaban yang sudah diberi kode kategori

kemudian dimasukan dalam tabel denag cara menghitug frekuensi data

melalui pengolahan komputer.

3.10.4 Cleaning yaitu pembersihan data, lihat variabel apakah data sudah

benar atau belum.

3.11 Teknik Analisa Data

3.11.1 Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan untuk mendeskripsikan setiap variabel

yang diteliti dalam penelitian, yaitu dengan melihat distribusi data

pada semua variabel (Sabri dan Hastono dalam Chiptarini, 2014).

Analisis univariat dalam penelitian ini adalah untuk variabel data

demografi responden, skor pengetahuan dan skor perilaku, serta

analisis data numerik disajikan dalam bentuk mean, standar deviasi,

minimum, maksimum, sedangkan untuk data kategorik disajikan

dalam bentuk frekuensi dan persentase. Rumus yang digunakan:

Keterangan:

p = presentase

f = frekuensi setiap kategorik

Universitas Borobudur
58

n = jumlah sampel

Universitas Borobudur
BAB 4

HASIL PENELITIAN

Bab ini menjelaskan hasil penelitian gambaran pemgetahuan dan perilaku tentang

penatalaksanaan hipertensi pada lansia penderita hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Purwasari Karawang.

4.1 Data Hasil Penelitian

Penelitian yang berjudul Gambaran Pemgetahuan Dan Perilaku Tentang

Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lansia Penderita Hipertensi di Puskesmas

Purwasari ini menggunakan instrumen penelitan berupa lembar kuesioner,

yang diberikan kepada 60 responden., selanjutnya data dikumpulkan dan

dianalisis. Hasil penelitian ditampilkan dalam bentuk tabel dan diagram yang

menggambarkan distribusi frekuensi, presentase berdasarkan kategori,

meliputi karakteristik responden, pengetahuan dan perilaku lansia dalam

penatalaksanaan hipertensi, selanjutnya akan dilakukan pembahsan hasil

penelitian tersebut.

4.1.1 Hasil Univariat

Berdasarkan hasil penelirian yang dilakukan terhadap 60 responden di

Puskesmas Puerwasari mengenai gambaran pengetahuan dan perilaku

lansia dalam penatalaksanaan hipertensi di Dusun Pakopen Desa

Tegalsari Kecamatan Purwasari Kabupaten Karawang, didapatkan

gambaran karakteristik responden secara umum, tingkat pengetahuan

59
Universitas Borobudur
60

dan perilaku lansia dalam penatalaksanaan hipertensi, dapat dilihat

sebagai berikut:

4.1.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan gambar 4.1 di atas dapat diketahui bahwa

karakteristik responden berdasarkan usia dalam penelitian ini,

diperoleh data dari 60 responden hampir setengahnya berada

dalam kategori usia pertengahan (45-59 tahun) sebesar 45% (27

responden.

4.1.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Universitas Borobudur
61

Berdasarkan gambar 4.2 dapat diketahui bahwa karakteristik

responden berdasarkan jenis kelamin, dari 60 responden sebagian

besar berjenis kelamin perempuan sebesar 53% (32 responden).

4.1.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Formal

Berdasarkan gambar 4.3 dapat diketahui bahwa karakteristik

responden berdasarkan pendidikan formal, dari 60 responden

sebagian besar berpendidikan SD sebesar 40% (24 responden).

4.1.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Universitas Borobudur
62

Berdasarkan gambar 4.4 dapat diketahui bahwa karakteristik

responden berdasarkan pekerjaan, paling banyak tidak berkerja

30% (18 responden).

4.1.1.5 Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Hiprtensi

Berdasarkan gambar 4.5 di atas, dapat diketahui bahwa tingkat

pengetahuan responden tentang hipertensi setengahnya dalam

kategori baik 50% (30 responden).

4.1.1.6 Tingkat Perilaku Responden Tentang Penatalaksanaan Hipertensi

Berdasarkan gambar 4.6 di atas, dapat diketahui bahwa tingkat

perilaku responden tentang penatalaksanaan hipertensi sebagian

besar dalam kategori baik, 60% (36 responden).

Universitas Borobudur
BAB 5

PEMBAHSAN HASIL PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang interpretasi dan diskusi hasil penelitian, keterbatasan

penelitian serta implikasi penelitian.

5.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil Penelitian

5.1.1 Analisis Hasil Univariat

5.1.1.1 Usia

Usia merupakan salah satu faktor yang cukup dominan terhadap

pengetahuan. Begitu juga halnya dengan yang dikatakan bahwa

semakin meningkatnya usia seseorang maka kedewasaan teknis

dan psikologisnya semakin meningkat. Ia akan semakin mampu

mengambil keputusan, semakin bijaksana, semakin mampu

berpikir secara rasional, mengendalikan emosi, dan toleran

terhadap pendapat orang lain (Siagian dalam Nurhidayati, 2016).

Dalam kategori dewasa tingkat usia tidak mempengaruhi tingkat

pengetahuan seseorang tentang hipertensi. Usia semakin tua tidak

membuat seseorang memiliki pengetahuan yang baik tentang

hipertensi. Namun, umumnya lansia mengalami peningkatan

tekanan darah dimana hal ini disebabkan pembuluh darah yang

tersumbat oleh penimbunan lemak atau pembuluh darahnya

menjadi kaku karena proses penuaan. Oleh karena itu penting

63
Universitas Borobudur
64

bagi individu yang semakin tua usianya menyadari hal tersebut

dan meningkatkan tingkat pengetahuannya agar dapat mencegah

terjadinya hipertensi (Stanley dan Beare dalam Sinaga 2012).

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa hampir setengah

dari responden berada dalam kategori usia pertengahan (45-59

tahun) sebanyak 45% (27 responden), lansia (60-74 tahun) 38%

(23 responden) dan lansia tua (75-90 tahun) 17% (10 responden).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Susanti (2012) dengan judul Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Tentang Hipertensi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap

Mengelola Hipertensi Di Puskesmas Pandanaran Semarang,

dimana 55,7% dari 100 responden (56 responden) berusia 51-60

tahun.

5.1.1.2 Jenis Kelamin

Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia.

Pada laki-laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan

pada wanita meningkat pada usia lebih dari 55 tahun (Dewi,

2019). Pria lebih berisiko mengalami cardiovascular disease and

hypertension (CVDH) daripada wanita. Akan tetapi, setelah

wanita mengalami menopause maka insiden terjadi CVDH akan

cenderung sama pada wanita dan pria (Reckelhoff dalam Sinaga

2012).

Universitas Borobudur
65

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa sebagian besar

responden berjenis kelamin perempuan sebesar 53% (32

responden), sisanya berjenis kelamin laki-laki sebesar 47% (28

responden). Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian

yang dilakukan oleh Susanti (2012) dengan judul Pengaruh

Pendidikan Kesehatan Tentang Hipertensi Terhadap Pengetahuan

Dan Sikap Mengelola Hipertensi Di Puskesmas Pandanaran

Semarang, dimana dari 70 orang responden 82,9% responden

adalah perempuan (58 responden).

5.1.1.3 Pendidikan

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan, semakin

tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula

pengetahuannya (Notoatmojo dalam Susanti, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian, hampir setengah dari responden

berpendidikan SD sebesar 40% (24 responden), tidak sekolah

sebesar 25% (15 responden), berpendidikan formal SMP sebesar

22% (13 responden), berpendidikan formal SMA sebesar 8% (5

responden) dan yang paling sedikit berpendidikan formal

Perguruan Tinggi sebesar 5% (3 responden).

Terlihat bahwa dari hasil penelitian ini sebagian besar responden

berpendidikan SD dan tidak sekolah, yang paling banyak terkena

hipertensi hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan

Universitas Borobudur
66

tentang hipertensi yang berakibat pada banyaknya responden

yang terkena hipertensi. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil

penelitian yang pernah dilakukan oleh Susanti (2012) dengan

judul Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Hipertensi

Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Mengelola Hipertensi Di

Puskesmas Pandanaran Semarang, dimana dari 70 orang

responden 50% responden adalah berpendidikan SD (35

responden).

5.1.1.4 Pekerjaan

Pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas seseorang

untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan

hidupnya sehari-hari. Pekerjaan merupakan faktor yang

mempengaruhi pengetahuan. Ditinjau dari jenis pekerjaan yang

sering berinteraksi dengan orang lain lebih banyak

pengetahuannya bila dibandingkan dengan orang tanpa ada

interaksi dengan orang lain.

Hasil penelitian ini menunjukan dari 60 responden paling

banyak, tidak berkerja 30% (18 responden), yang bekerja sebagai

pegawai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebesar 22% (13

responden), Pegewai Negeri Sipil (PNS) sebesar 17% (10

responden), dan yang paling sedikit responden yang bekerja

sebagai petani sebesar 13% (8 responden).

Universitas Borobudur
67

Hasil tersebut menunjukan bahwa sebagian besar responden

penderita hipertensi tidak bekerja, hal ini terjadi karena orang

yang kurang aktif cenderung memiliki detak jantung yang lebih

tinggi, sehingga jantung akan semakin keras bekerja pada setiap

kontraksi dan semakin kuat pula desakan pada dinding arteri.

Sebaliknya, orang yang bekerja dengan melibatkan aktivitas fisik

yang tinggi akan lebih terhindar dari hipertensi (Sakinah, 2018).

5.1.1.5 Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Hipertensi

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Perilaku

yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan hal itu

berdasarkan pengalaman dan penelitian (Notoatmojo dalam

Nurhidayati, 2016).

Hasil penelitian menunjukan tingkat pengetahuan responden

tentang hipertensi setengahnya dalam kategori baik, 50% (30

responden), setengahnya lagi dalam kategori kurang, 50% (30

responden). Meskipun tingkat pendidikan lansia sebagian besar

pada tingkat SD dan tidak sekolah, tidak menjadikan tingkat

pengetahuannya kurang. Hal tersebut karena informasi dan

pengetahuan mengenai kesehatan dapat diperoleh dari berbagai

sumber tidak hanya dari pendidikan formal seperti dari petugas

Universitas Borobudur
68

kesehatan, media dan sumber lainnya. Kondisi tersebut sesuai

dengan pernyataan bahwa semakin banyak orang mendapatkan

informasi baik dari lingkungan keluarga, tetangga, media cetak

maupun petugas kesehatan dapat memengaruhi tingkat

pengetahuan seseorang (Zaenurohmah, 2017).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Zaenurohmah (2017) yang berjudul Hubungan

Pengetahuan Dan Riwayat Hipertensi Dengan Tindakan

Pengendalian Tekanan Darah Pada Lansia, dimana hasilnya

menunjukan bahwa Pengetahuan lansia mengenai hipertensi

cukup, meskipun mayoritas lansia berpendidikan sekolah dasar

tidak menjadi penghambat lansia untuk meningkatkan

pengetahuan.

5.1.1.5 Gambaran Tingkat Perilaku Responden Dalam

Penatalaksanaan Hipertensi

Perilaku yang didasari oleh pengetahuan dan sikap yang positif

maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (Notoatmojo

dalam Masyudi, 2018). Pengetahuan merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya perilaku yang didasari oleh

setiap manusia, pengetahuan akan lebih langgeng daripada

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Hal tersebut

ditunjukkan pada saat penelitian, masih ada lansia seperti kurang

paham bahkan ada yang tidak mengerti dalam menjawab

Universitas Borobudur
69

pertanyaan yang diberikan oleh peneliti. Menurut asumsi

peneliti, pengetahuan lansia tentang kesehatan di Kecamatan

Purwasari perlu ditingkatkan terhadap terjadinya penyakit

hipertensi, sehingga dapat memberikan antusias kepada lansia

tersebut dalam menajalani hidup sehat di masa tuanya. Karena

semakin baik pengetahuannya, maka wawasan yang didapatkan

semakin luas, dan cendrung akan mendorong lansia berperilaku

baik pula.

Hasil penelitian menunjukan tingkat perilaku responden tentang

penatalaksanaan hipertensi sebagian besar dalam kategori baik

sebesar 60% (36 responden) dan sisanya dalam kategori kurang

sebesar 40% (24 responden). Semakin banyak informasi yang

didapat akan mempengaruhi atau menambah pengetahuan

seseorang dan dengan pengetahuan menimbulkan kesadaran yang

akhirnya seseorang akan berperilaku atau bersikap sesuai dengan

pengetahuan yang di dapat dari pembelajaran, pengalaman, atau

intruksi. Hal tersebut ditunjukkan oelh perilaku responden pada

saat penelitian, responden seperti acuh tak acuh dalam menjawab

pertanyaan yang diberikan oleh peneliti. Menurut asumsi peneliti,

perilaku seorang lansia di Kecamatan Purwasari sangat penting

untuk perkembangan dan pertahanan tubuh dimasa tua, jika

seorang lansia rajin memeriksa atau mengontrol kesehatannya

Universitas Borobudur
70

serta mengecek tekanan darah, maka lansia dapat mengetahui apa

yang terjadi nanti saat usianya semakin lanjut.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Masyudi (2018) yang berjudul Faktor Yang

Berhubungan Dengan Perilaku Lansia Dalam Mengendalikan

Hipertensi, dengan hasil yang menunjukan sebagian besar

responden berperilaku dengan kategori baik.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang telah dilakukan ini memiliki beberapa kekurangan dan

keterbatasan, diantaranya sebagai berikut:

5.2.1 Penelitian dilaksanakan dalam massa pandemi Corona Virus Deseases-

2019 (Covid-19), sehingga penelitian tidak bisa dilakukan dengan

interaksi secara langsung dengan responden penelitian, responden

kurang bisa memahami maksud dan keinginan peneliti terhadap

kuesioner yang diberikan oleh peneliti, responden cendrung memberikan

jawaban kurang teliti dan kurang fokus dan tidak maksimal dalam

menjawab tiap pertanyaan dalam kuesioner karena tidak terpantau

langsung oleh peneliti saat menjawab koesioner tersebut.

5.2.2 Penelitian ini hanya diikuti oleh 60 responden, karena keterbatasan

waktu dan juga karena kondisi pandemi Corona Virus Deseases-2019

(Covid-19 yang masih berjalan.

Universitas Borobudur
71

5.3 Implikasi Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa implikasi dalam

penelitian ini diantaranya sebagai berikut:

5.3.1 Pengetahuan lansia tentang hipertensi yang baik berdampak terhadap

perilaku lansia dalam penatalaksanaan hipertensi. Terlihat dari hasil

penelitian, lansia dengan pengetahuan yang baik cendrung memiliki

perilaku yang baik pula. Memberikan kesempatan kepada lansia agar

dapat mengembangkan pengetahuannya tentang hipertensi, dengan

memaksimalkan potensi yang dimilikinya dalam memperoleh informasi

dari berbagai media informasi, walaupun terkadang lansia sering

terkendala dengan kemajuan iptek, penggunaan gadget pada umumnya.

5.3.2 Memberikan kesempatan kepada responden untuk mengembangkan

tingkat pengetahuan tentang hipertensi dengan mengkuti kegiatan

penyuluhan kesehatan atau seminar tentang kesehatan lansia, sering

membaca informasi melaluai media informasi yang ada.

5.3.3 Memberikan perhatian khusus kepada lansia yang terkendala dengan

penggunaan media informasi, dengan memilih media yang tepat

sehingga lansia lebih mudah mendapatkan informasi yang berkaitan

dengan hipertensi dan penatalaksanaannya.

Universitas Borobudur
BAB 6

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan data hasil penelitian disimpulkan:

6.1.1 Karakteristik dari 60 responden, mayoritas responden berusia

pertengahan (45-59 tahun) (45%), mayoritas berjenis kelamin

perempuan (53%), mayoritas pendidikan SD (40%) dan mayoritas tidak

bekerja (30%).

6.1.2 Tingkat pengetahuan dari 60 ressponden tentang hipertensi 50% baik,

dan 50% kurang.

6.1.3 Tingkat perilaku dari 60 responden tentang penatalaksanaan hipertensi

60% baik dan 40% kurang..

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Pelayanan Keperawatan

Petugas kesehatan diharapkan memilih media yang tepat dalam

menyampaikan informasi ataupun dalam memberikan edukasi kepada

lansia dengan hipertensi yang terkendala dengan penggunaan gadget,

6.2.1 Peneliti Selanjutnya

Agar mempersiapkan media yang tepat karena penelitian disaat pandemi

sangat sulit untuk berinteraksi langsung dengn responden, terlebih

penelitian tentang hipertensi, peneliti lebih cendrung harus berinteraksi

langsung dengan responden, misalnya mengukur tensi darah responden.

71
Universitas Borobudur
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT.Rineka


Cipta.

Chiptarini, I. F. . (2014). Gambaran Pengetahuan Dan Perilaku Tentang


Penatalaksanaan DM Pada Pasien DM Di Puskesmas Ciputat Timur. Skripsi
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dewi, Anggun, B. (2019). Gambaran Sikap Keluarga Terhadap Lansia Dengan


Hipertesi Di Desa Tirtonirmolo Kasihan Bantul. KTI Poltekes Kemenkes
Yogyakarta.

Kurniawati. (2018). Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Pola Makan Lansia


Yang Menderita Hipertensi (Di Puskesmas Kecamatan Bareng, Kabupaten
Jombang). Jurnal Insan Cendekia. https://doi.org/10.35874/jic.v5i2.412

Masyudi. (2018). Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Lansia Dalam


Mengendalikan Hipertensi. Jurnal AcTion, Volume 3 N.

Nurhidayati. (2016). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar


Terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016. Skripsi FKIK UIN Syarif
Hidayatullah JakartaFKIK.

RI, K. (2013). Laporan Riskesdas 2013. Laporan Nasional Riskesdas, 127(3309),


1275–1279. https://doi.org/10.1126/science.127.3309.1275

RI, K. (2018). Laporan Riskesdas 2018. In Laporan Nasional Riskesdas (Vol. 53,
Issue 9, pp. 154–165).

RI, K. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun


2019 Tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. Permenkes No.4 Tahun 2019,
55.

Riadi, M. (2020). Lansia (Pengertian, Batasan, Kelompok dan Teori Penuaan).


Www.Kajianpustaka.Com.

Sakinah. (2018). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Di


Perdesaan Dan Perkotaan Kabupaten Banyumas (Analisis Data Riskesdas
2018). Jurnal Kesmas Indonesia, , Januari 2021, Volume 13., 46-.63.

Septianingsih, D. (2018). Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap pasien


hipertensi dengan upaya pengendalian hipertensi di wilayah kerja puskesmas
samata. Skripsi FKIK UIN Allaudin Makasar.

72
Universitas Borobudur
73

Sumartini, N. P., Purnamawati, D., & Sumiati, N. K. (2020). Pengetahuan Pasien


Yang Menggunakan Terapi Komplementer Obat Tradisional Tentang
Perawatan Hipertensi Di Puskesmas Pejeruk Tahun 2019. Bima Nursing
Journal, 1(1), 103. https://doi.org/10.32807/bnj.v1i2.516

Susanti. (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Hipertensi Terhadap


Pengetahuan Dan Sikap Mengelola Hipertensi Di Puskesmas Pandanaran
Semarang. 1(3). https://doi.org/10.1016/0260-6917(92)90176-o

Susanti, L. (2018). Hubungan Tipe Kepribadian Dengan Kejadian Hipertensi Di


Wilayah Kerja Puskesmas Wonorejo Samarinda. Skripsi Universitas
Muhammadiyah Kalimantan Timur.

Zaenurohmah. (2017). Hubungan Pengetahuan Dan Riwayat Hipertensi Dengan


Tindakan Pengendalian Tekanan Darah Pada Lansia. Jurnal Berkala
Epidemiologi, Volume 5 N, 174–184.

Universitas Borobudur
Lampiran 1

LEMBAR PERNYATAAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini bersedia menjadi responden penelitian
dengan :

Judul : Gambaran Pengetahuan Dan Perilaku Tentang Penatalaksanaan


Hipertensi Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Puskesmas
Purwasari Karawang.
Peneliti : Siti Aisyah
NIM : 12171022
Alamat : Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Kesehatan Universitas
Borobudur Jakarta

Saya telah mendapat penjelasan dari peneliti tentang tujuan penelitian ini. Saya
mengerti bahwa data mengenai penelitian ini akan dirahasiakan. Semua berkas
yang
mencantumkan identitas responden hanya digunakan untuk terkait penelitian.
Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berpengaruh negative terhadap diri
saya dan berguna untuk pengembangan keperawatan.

Demikian surat pernyataan ini saya tandatangani tanpa suatu paksaan. Saya
bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini secara sukarela.

Karawang, 2021
Ttd,

(…………………….)

Lampiran 2

Universitas Borobudur
Kuesioner A Data
Demografi Responden

Tanggal Kuesioner :
Petunjuk Pengisian : 1. Untuk kolom isian, isilah dengan jawaban yang sesuai,
2. Untuk kolom pilihan, pilihlah dengan memberi tanda (),
3. Semua pertanyaan harus diisi dengan satu jawaban.

Data Demografi
Nama Inisial : …………
Umur : ………… Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Laki-laki

Penyakit Penyerta : Tidak Ada Ada


Sebutkan : …………

Lama Menderita Hipertensi : …………. Tahun


Pendidikan Terakhir :
Tidak Sekolah
SD Sederajat
SLTP Sederajat
SLTA Sederajat
Perguruan Tinggi
Pendidikan Terakhir :
Tidak Bekerja
PNS
BUMN
Pegawai Swasta
Lainnya Sebutkan : ……….

Alamat : …………
No Telp/ Hp : …………
Lampiran 3 Nama Inisial : ………

Universitas Borobudur
KUESIONER B

Pengetahuan Responden Tentang Hipertensi Dan Penatalaksanaannya

Tanggal Kuesioner :
Petunjuk Pengisian : 1. Pilihlah jawaban dengan memberi tanda (),
2. Semua pertanyaan harus diisi dengan satu jawaban.

No Pertanyaan/Pernyataan Benar Salah


1 Hipertensi adalah penyakit meningkatnya tekanan darah.
2 Hipertensi disebut juga dengan darah tinggi.
3 Tekanan darah normal adalah 120/80mmHg
4 Semakin tua,tekanan darah semakin meningkat .
5 Darah tinggi merupakan tanda awal penyakit stroke.
6 Tekanan darah dapat berubah sesuai aktivitas.
7 Hipertensi dapat diturunkan dari orang tua kepada anak.
8 Salah satu penyebab hipertensi adalah banyak konsumsi
garam dan lemak.
9 Rokok dan alkohol harus dihindari oleh penderita
hipertensi.
10 Aktivitas fisik yang berat tidak dapat meningkatkan
tekanan darah.
11 Selain dari mengkonsumsi buah-buahan segar, usaha lain
untuk mencegah hipertensi adalah olahraga secara teratur.
12 Mengkonsumsi garam berlebihan tidak berpengaruh
terhadap tekanan darah, asalkan rutin olahraga.
13 Kelebihan berat badan dapat meningkatkan resiko
hipertensi
14 Stress merupakan salah satu penyebab hipertensi
15 Hipertensi tidak dapat dicegah.
16 Tekanan darah harus dicek secara rutin.
17 Hipertensi tidak ada kaitannya dengan berat badan.
18 Lansia lebih rentan terkena penyakit hipertensi.
19 Hipertensi adalah penyakit yang mudah menular.
20 Obesitas dapat memicu hipertensi.

Lampiran 4 Nama Inisial : ………

Universitas Borobudur
Kuesioner C
Perilaku Responden Tentang Hipertensi Dan Penatalaksanaannya
Tanggal Kuesioner :
Petunjuk Pengisian : 1. Pilihlah jawaban dengan memberi tanda (),
2. Semua pertanyaan harus diisi dengan satu jawaban.

Keterangan : SS = Sangant Setuju, S = Setuju, R = Ragu-ragu, TS = Tidak Setuju,


dab STS = Sangat Tidk Setuju.
Lampiran 5

Universitas Borobudur
Surat IzinPengambilan Data Penelitian

Lampiran 6

Universitas Borobudur
Hasil Uji Validitas Instrumen Dengan SPSS

Uji Validitas Instrumen Pengetahuan


Output SPSS Validitas Pengetahuan
Corre lations
X01 X02 X03 X04 X05 X06 X07 X08 X09 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 Y
X01 Pearson Correlation 1 -0.15 .592** .452* .452* .537 ** 0.34 0.15 0.17 .558** .373* 0.21 .537** .585** 0.15 0.15 0.34 0.32 0.26 0.21 .553**
Sig. (2-tailed) 0.42 0.00 0.01 0.01 0.00 0.06 0.43 0.38 0.00 0.04 0.26 0.00 0.00 0.43 0.44 0.06 0.08 0.16 0.26 0.00
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X02 Pearson Correlation -0.15 1 -0.02 .394* 0.08 .472 ** 0.12 .394* .562** 0.25 0.28 .446* 0.15 -0.13 .394* .737** .432* .398* .499** .613** .522**
Sig. (2-tailed) 0.42 0.93 0.03 0.68 0.01 0.54 0.03 0.00 0.17 0.14 0.01 0.42 0.50 0.03 0.00 0.02 0.03 0.01 0.00 0.00
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X03 Pearson Correlation .592 ** -0.02 1 .509 **
.509 **
.602 ** 0.26 .364 * 0.26 0.15 .463 **
.463 **
.455 *
.653 **
.364 * 0.26 .408 *
.558**
.365 * 0.31 .656**
Sig. (2-tailed) 0.00 0.93 0.00 0.00 0.00 0.16 0.05 0.17 0.41 0.01 0.01 0.01 0.00 0.05 0.16 0.03 0.00 0.05 0.10 0.00
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X04 Pearson Correlation .452* .394* .509** 1 .467 ** .874 ** .535 ** .467 ** 0.35 .552** .566** .566** .605** .408* .467** .603** .401* .623** .509** .424* .824**
Sig. (2-tailed) 0.01 0.03 0.00 0.01 0.00 0.00 0.01 0.06 0.00 0.00 0.00 0.00 0.03 0.01 0.00 0.03 0.00 0.00 0.02 0.00
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X05 Pearson Correlation .452* 0.08 .509** .467** 1 .605 ** 0.13 0.33 0.35 .394* .424* .566** .471** .544** 0.33 0.30 .401* .623** .364* .424* .674**
Sig. (2-tailed) 0.01 0.68 0.00 0.01 0.00 0.48 0.07 0.06 0.03 0.02 0.00 0.01 0.00 0.07 0.11 0.03 0.00 0.05 0.02 0.00
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X06 Pearson Correlation .537** .472** .602** .874** .605 ** 1 .530 ** .605 ** .451* .631** .666** .666** .729** .522** .605** .690** .530** .731** .602** .523** .961**
Sig. (2-tailed) 0.00 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X07 Pearson Correlation 0.34 0.12 0.26 .535** 0.13 .530 ** 1 0.27 -0.02 .432* 0.33 0.19 0.26 0.05 0.27 0.19 0.20 0.26 0.26 0.05 .435*
Sig. (2-tailed) 0.06 0.54 0.16 0.00 0.48 0.00 0.15 0.92 0.02 0.07 0.32 0.16 0.77 0.15 0.31 0.30 0.17 0.16 0.80 0.02
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X08 Pearson Correlation 0.15 .394* .364* .467** 0.33 .605 ** 0.27 1 0.21 0.24 0.28 0.28 0.34 0.14 1.000** .452* 0.27 0.35 .509** 0.14 .599**
Sig. (2-tailed) 0.43 0.03 0.05 0.01 0.07 0.00 0.15 0.27 0.21 0.13 0.13 0.07 0.47 0.00 0.01 0.15 0.06 0.00 0.46 0.00
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X09 Pearson Correlation 0.17 .562** 0.26 0.35 0.35 .451* -0.02 0.21 1 .398* 0.34 .636** 0.17 0.23 0.21 .636** 0.26 .713** 0.11 .929** .601**
Sig. (2-tailed) 0.38 0.00 0.17 0.06 0.06 0.01 0.92 0.27 0.03 0.06 0.00 0.36 0.23 0.27 0.00 0.17 0.00 0.58 0.00 0.00
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X10 Pearson Correlation .558** 0.25 0.15 .552** .394* .631 ** .432* 0.24 .398* 1 0.28 0.28 .472** 0.19 0.24 .558** 0.12 .398* 0.15 .446* .585**
Sig. (2-tailed) 0.00 0.17 0.41 0.00 0.03 0.00 0.02 0.21 0.03 0.14 0.14 0.01 0.31 0.21 0.00 0.54 0.03 0.41 0.01 0.00
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X11 Pearson Correlation .373* 0.28 .463** .566** .424* .666 ** 0.33 0.28 0.34 0.28 1 .550** .523** .433* 0.28 0.21 .472** .489** .463** .400* .677**
Sig. (2-tailed) 0.04 0.14 0.01 0.00 0.02 0.00 0.07 0.13 0.06 0.14 0.00 0.00 0.02 0.13 0.26 0.01 0.01 0.01 0.03 0.00
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X12 Pearson Correlation 0.21 .446* .463** .566** .566 ** .666 ** 0.19 0.28 .636** 0.28 .550** 1 .381* .433* 0.28 .533** .472** .929** 0.31 .700** .756**
Sig. (2-tailed) 0.26 0.01 0.01 0.00 0.00 0.00 0.32 0.13 0.00 0.14 0.00 0.04 0.02 0.13 0.00 0.01 0.00 0.10 0.00 0.00
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X13 Pearson Correlation .537** 0.15 .455* .605** .471 ** .729 ** 0.26 0.34 0.17 .472** .523** .381* 1 .522** 0.34 .385* 0.26 .451* .455* 0.24 .670**
Sig. (2-tailed) 0.00 0.42 0.01 0.00 0.01 0.00 0.16 0.07 0.36 0.01 0.00 0.04 0.00 0.07 0.04 0.16 0.01 0.01 0.21 0.00
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X14 Pearson Correlation .585** -0.13 .653** .408* .544 ** .522 ** 0.05 0.14 0.23 0.19 .433* .433* .522** 1 0.14 0.12 .464** .508** 0.36 0.29 .574**
Sig. (2-tailed) 0.00 0.50 0.00 0.03 0.00 0.00 0.77 0.47 0.23 0.31 0.02 0.02 0.00 0.47 0.52 0.01 0.00 0.05 0.12 0.00
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X15 Pearson Correlation 0.15 .394* .364* .467** 0.33 .605 ** 0.27 1.000 ** 0.21 0.24 0.28 0.28 0.34 0.14 1 .452* 0.27 0.35 .509** 0.14 .599**
Sig. (2-tailed) 0.43 0.03 0.05 0.01 0.07 0.00 0.15 0.00 0.27 0.21 0.13 0.13 0.07 0.47 0.01 0.15 0.06 0.00 0.46 0.00
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X16 Pearson Correlation 0.15 .737** 0.26 .603** 0.30 .690 ** 0.19 .452* .636** .558** 0.21 .533** .385* 0.12 .452* 1 0.19 .636** 0.26 .693** .686**
Sig. (2-tailed) 0.44 0.00 0.16 0.00 0.11 0.00 0.31 0.01 0.00 0.00 0.26 0.00 0.04 0.52 0.01 0.31 0.00 0.16 0.00 0.00
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X17 Pearson Correlation 0.34 .432* .408* .401* .401* .530 ** 0.20 0.27 0.26 0.12 .472** .472** 0.26 .464** 0.27 0.19 1 .397* .700** 0.33 .606**
Sig. (2-tailed) 0.06 0.02 0.03 0.03 0.03 0.00 0.30 0.15 0.17 0.54 0.01 0.01 0.16 0.01 0.15 0.31 0.03 0.00 0.07 0.00
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X18 Pearson Correlation 0.32 .398* .558** .623** .623 ** .731 ** 0.26 0.35 .713** .398* .489** .929** .451* .508** 0.35 .636** .397* 1 0.26 .783** .823**
Sig. (2-tailed) 0.08 0.03 0.00 0.00 0.00 0.00 0.17 0.06 0.00 0.03 0.01 0.00 0.01 0.00 0.06 0.00 0.03 0.17 0.00 0.00
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X19 Pearson Correlation 0.26 .499** .365* .509** .364* .602 ** 0.26 .509 ** 0.11 0.15 .463** 0.31 .455* 0.36 .509** 0.26 .700** 0.26 1 0.15 .621**
Sig. (2-tailed) 0.16 0.01 0.05 0.00 0.05 0.00 0.16 0.00 0.58 0.41 0.01 0.10 0.01 0.05 0.00 0.16 0.00 0.17 0.42 0.00
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X20 Pearson Correlation 0.21 .613** 0.31 .424* .424* .523 ** 0.05 0.14 .929** .446* .400* .700** 0.24 0.29 0.14 .693** 0.33 .783** 0.15 1 .666**
Sig. (2-tailed) 0.26 0.00 0.10 0.02 0.02 0.00 0.80 0.46 0.00 0.01 0.03 0.00 0.21 0.12 0.46 0.00 0.07 0.00 0.42 0.00
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Y Pearson Correlation .553** .522** .656** .824** .674 ** .961 ** .435* .599 ** .601** .585** .677** .756** .670** .574** .599** .686** .606** .823** .621** .666** 1
Sig. (2-tailed) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Universitas Borobudur
Uji Validitas Instrumen Pengetahuan
No. Butir Soal
X01 X02 X03 X04 X05 X06 X07 X08 X09 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 Y
Kode Responden
R-01 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 6
R-02 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 18
R-03 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 6
R-04 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 17
R-05 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 6
R-06 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 7
R-07 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19
R-08 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 5
R-09 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 18
R-10 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 5
R-11 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 8
R-12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 19
R-13 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18
R-14 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18
R-15 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 5
R-16 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19
R-17 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 11
R-18 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19
R-19 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19
R-20 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 14
R-21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 19
R-22 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
R-23 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 6
R-24 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19
R-25 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
R-26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 19
R-27 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 17
R-28 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18
R-29 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 5
R-30 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 6

Validitas
0.52
0.66

0.44
0.60

0.76
0.67

0.60
0.69
0.61

0.67
0.55

0.82
0.67
0.96

0.60
0.59
0.68

0.57

0.82
0.62

Universitas Borobudur
Validitas Instrumen Perilaku
Output SPSS Validitas Perilaku
Corre lations
X01 X02 X03 X04 X05 X06 X07 X08 X09 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 Y
X01 Pearson Correlation 1 0.16 0.16 .560 ** 0.00 0.16 0.12 0.16 0.00 0.29 0.16 0.05 0.10 0.09 0.26 0.10 .709** .497** 0.24 .560** .504**
Sig. (2-tailed) 0.41 0.40 0.00 1.00 0.40 0.53 0.40 1.00 0.13 0.41 0.80 0.61 0.63 0.17 0.59 0.00 0.01 0.21 0.00 0.00
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X02 Pearson Correlation 0.16 1 0.23 0.21 0.20 0.23 0.26 .560** 0.20 .498** 1.000** 0.34 .365* .564** 0.33 .389* 0.13 .470** .456* 0.21 .734**
Sig. (2-tailed) 0.41 0.21 0.26 0.28 0.21 0.16 0.00 0.28 0.01 0.00 0.06 0.05 0.00 0.08 0.03 0.48 0.01 0.01 0.26 0.00
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X03 Pearson Correlation 0.16 0.23 1 0.16 0.02 1.000** 0.34 0.16 0.02 0.00 0.23 0.06 0.05 0.09 0.03 0.05 0.29 0.09 .506** 0.16 .435*
Sig. (2-tailed) 0.40 0.21 0.41 0.94 0.00 0.06 0.40 0.94 1.00 0.21 0.74 0.80 0.63 0.87 0.80 0.12 0.63 0.00 0.41 0.02
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X04 Pearson Correlation .560** 0.21 0.16 1 0.11 0.16 .562** 0.23 0.11 0.20 0.21 0.24 0.17 0.20 0.17 0.20 .568** 0.09 0.09 1.000** .587**
Sig. (2-tailed) 0.00 0.26 0.41 0.56 0.41 0.00 0.21 0.56 0.28 0.26 0.21 0.36 0.28 0.36 0.29 0.00 0.64 0.65 0.00 0.00
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X05 Pearson Correlation 0.00 0.20 0.02 0.11 1 0.02 0.28 0.29 1.000** 0.16 0.20 0.34 .813** .400* 0.24 0.21 -0.11 0.03 -0.09 0.11 .483**
Sig. (2-tailed) 1.00 0.28 0.94 0.56 0.94 0.13 0.13 0.00 0.40 0.28 0.06 0.00 0.03 0.20 0.27 0.57 0.87 0.62 0.56 0.01
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X06 Pearson Correlation 0.16 0.23 1.000** 0.16 0.02 1 0.34 0.16 0.02 0.00 0.23 0.06 0.05 0.09 0.03 0.05 0.29 0.09 .506** 0.16 .435*
Sig. (2-tailed) 0.40 0.21 0.00 0.41 0.94 0.06 0.40 0.94 1.00 0.21 0.74 0.80 0.63 0.87 0.80 0.12 0.63 0.00 0.41 0.02
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X07 Pearson Correlation 0.12 0.26 0.34 .562** 0.28 0.34 1 0.17 0.28 0.22 0.26 0.16 0.35 0.22 0.10 0.29 0.13 0.09 0.16 .562** .550**
Sig. (2-tailed) 0.53 0.16 0.06 0.00 0.13 0.06 0.38 0.13 0.25 0.16 0.40 0.06 0.24 0.61 0.13 0.48 0.63 0.39 0.00 0.00
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X08 Pearson Correlation 0.16 .560** 0.16 0.23 0.29 0.16 0.17 1 0.29 0.02 .560** .777** .456* 0.09 .768** 0.21 0.14 0.02 .395* 0.23 .622**
Sig. (2-tailed) 0.40 0.00 0.40 0.21 0.13 0.40 0.38 0.13 0.94 0.00 0.00 0.01 0.63 0.00 0.27 0.46 0.94 0.03 0.21 0.00
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X09 Pearson Correlation 0.00 0.20 0.02 0.11 1.000** 0.02 0.28 0.29 1 0.16 0.20 0.34 .813** .400* 0.24 0.21 -0.11 0.03 -0.09 0.11 .483**
Sig. (2-tailed) 1.00 0.28 0.94 0.56 0.00 0.94 0.13 0.13 0.40 0.28 0.06 0.00 0.03 0.20 0.27 0.57 0.87 0.62 0.56 0.01
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X10 Pearson Correlation 0.29 .498** 0.00 0.20 0.16 0.00 0.22 0.02 0.16 1 .498** -0.09 0.13 .785** 0.24 0.33 0.05 .828** 0.06 0.20 .523**
Sig. (2-tailed) 0.13 0.01 1.00 0.28 0.40 1.00 0.25 0.94 0.40 0.01 0.63 0.49 0.00 0.20 0.08 0.81 0.00 0.74 0.28 0.00
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X11 Pearson Correlation 0.16 1.000** 0.23 0.21 0.20 0.23 0.26 .560** 0.20 .498** 1 0.34 .365* .564** 0.33 .389* 0.13 .470** .456* 0.21 .734**
Sig. (2-tailed) 0.41 0.00 0.21 0.26 0.28 0.21 0.16 0.00 0.28 0.01 0.06 0.05 0.00 0.08 0.03 0.48 0.01 0.01 0.26 0.00
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X12 Pearson Correlation 0.05 0.34 0.06 0.24 0.34 0.06 0.16 .777** 0.34 -0.09 0.34 1 0.24 0.15 .642** -0.01 0.10 -0.09 0.34 0.24 .491**
Sig. (2-tailed) 0.80 0.06 0.74 0.21 0.06 0.74 0.40 0.00 0.06 0.63 0.06 0.20 0.42 0.00 0.95 0.58 0.64 0.07 0.21 0.01
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X13 Pearson Correlation 0.10 .365* 0.05 0.17 .813** 0.05 0.35 .456* .813** 0.13 .365* 0.24 1 0.21 0.21 .393* 0.08 0.12 0.08 0.17 .571**
Sig. (2-tailed) 0.61 0.05 0.80 0.36 0.00 0.80 0.06 0.01 0.00 0.49 0.05 0.20 0.28 0.26 0.03 0.68 0.52 0.67 0.36 0.00
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X14 Pearson Correlation 0.09 .564** 0.09 0.20 .400* 0.09 0.22 0.09 .400* .785** .564** 0.15 0.21 1 0.05 .398* -0.01 .629** -0.01 0.20 .574**
Sig. (2-tailed) 0.63 0.00 0.63 0.28 0.03 0.63 0.24 0.63 0.03 0.00 0.00 0.42 0.28 0.81 0.03 0.94 0.00 0.95 0.28 0.00
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X15 Pearson Correlation 0.26 0.33 0.03 0.17 0.24 0.03 0.10 .768** 0.24 0.24 0.33 .642** 0.21 0.05 1 -0.05 0.02 0.11 0.30 0.17 .485**
Sig. (2-tailed) 0.17 0.08 0.87 0.36 0.20 0.87 0.61 0.00 0.20 0.20 0.08 0.00 0.26 0.81 0.78 0.94 0.58 0.10 0.36 0.01
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X16 Pearson Correlation 0.10 .389* 0.05 0.20 0.21 0.05 0.29 0.21 0.21 0.33 .389* -0.01 .393* .398* -0.05 1 0.09 0.31 0.04 0.20 .440*
Sig. (2-tailed) 0.59 0.03 0.80 0.29 0.27 0.80 0.13 0.27 0.27 0.08 0.03 0.95 0.03 0.03 0.78 0.65 0.09 0.83 0.29 0.01
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X17 Pearson Correlation .709** 0.13 0.29 .568** -0.11 0.29 0.13 0.14 -0.11 0.05 0.13 0.10 0.08 -0.01 0.02 0.09 1 0.23 .534** .568** .457*
Sig. (2-tailed) 0.00 0.48 0.12 0.00 0.57 0.12 0.48 0.46 0.57 0.81 0.48 0.58 0.68 0.94 0.94 0.65 0.21 0.00 0.00 0.01
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X18 Pearson Correlation .497** .470** 0.09 0.09 0.03 0.09 0.09 0.02 0.03 .828** .470** -0.09 0.12 .629** 0.11 0.31 0.23 1 0.22 0.09 .502**
Sig. (2-tailed) 0.01 0.01 0.63 0.64 0.87 0.63 0.63 0.94 0.87 0.00 0.01 0.64 0.52 0.00 0.58 0.09 0.21 0.23 0.64 0.00
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X19 Pearson Correlation 0.24 .456* .506** 0.09 -0.09 .506** 0.16 .395* -0.09 0.06 .456* 0.34 0.08 -0.01 0.30 0.04 .534** 0.22 1 0.09 .496**
Sig. (2-tailed) 0.21 0.01 0.00 0.65 0.62 0.00 0.39 0.03 0.62 0.74 0.01 0.07 0.67 0.95 0.10 0.83 0.00 0.23 0.65 0.01
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X20 Pearson Correlation .560** 0.21 0.16 1.000** 0.11 0.16 .562** 0.23 0.11 0.20 0.21 0.24 0.17 0.20 0.17 0.20 .568** 0.09 0.09 1 .587**
Sig. (2-tailed) 0.00 0.26 0.41 0.00 0.56 0.41 0.00 0.21 0.56 0.28 0.26 0.21 0.36 0.28 0.36 0.29 0.00 0.64 0.65 0.00
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Y Pearson Correlation .504** .734** .435* .587** .483** .435* .550** .622** .483** .523** .734** .491** .571** .574** .485** .440* .457* .502** .496** .587** 1
Sig. (2-tailed) 0.00 0.00 0.02 0.00 0.01 0.02 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00 0.01 0.01 0.01 0.00 0.01 0.00
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Universitas Borobudur
Uji Validitas Instrumen Perilaku
No. Butir Soal
X01 X02 X03 X04 X05 X06 X07 X08 X09 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 Y
Kode Responden
R-01 1 5 1 1 3 1 2 1 3 5 5 1 3 5 1 3 1 5 1 1 49
R-02 5 2 2 5 2 2 2 4 2 2 2 4 2 2 4 2 5 2 2 5 58
R-03 4 3 1 4 2 1 3 3 2 3 3 3 2 3 3 5 4 3 1 4 57
R-04 5 5 4 5 3 4 5 1 3 5 5 1 3 5 1 4 5 5 4 5 78
R-05 1 4 3 1 5 3 4 5 5 4 4 5 5 4 5 3 1 4 3 1 70
R-06 3 1 2 3 4 2 5 2 4 1 1 2 4 1 2 1 3 1 2 3 47
R-07 2 1 2 2 1 2 2 3 1 1 1 3 1 1 3 2 2 1 2 2 35
R-08 5 5 3 5 4 3 3 5 4 5 5 5 4 5 5 1 5 5 3 5 85
R-09 4 4 5 4 3 5 5 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 81
R-10 3 5 4 3 1 4 4 1 1 5 5 1 1 5 1 3 3 5 4 3 62
R-11 1 1 1 1 5 1 1 1 5 1 1 1 5 1 1 2 1 1 1 1 33
R-12 2 5 4 2 2 4 1 5 2 3 5 5 2 3 5 2 2 3 5 2 64
R-13 1 4 3 1 3 3 5 4 3 2 4 4 3 2 4 3 1 2 4 1 57
R-14 4 5 1 4 5 1 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 87
R-15 3 1 5 3 4 5 5 1 4 4 1 1 4 4 1 4 3 4 1 3 61
R-16 2 3 2 2 1 2 3 3 1 3 3 3 1 3 3 1 2 3 3 2 46
R-17 2 2 3 2 1 3 2 2 1 1 2 2 1 1 2 4 2 1 2 2 38
R-18 3 5 5 3 5 5 5 5 5 2 5 5 5 2 5 3 3 2 5 3 81
R-19 5 4 4 5 4 4 4 4 4 1 4 4 4 1 4 1 5 1 4 5 72
R-20 4 3 1 4 5 1 3 3 5 4 3 3 5 4 3 5 4 4 3 4 71
R-21 1 1 1 5 1 1 5 1 1 3 1 2 1 1 3 1 2 1 2 5 39
R-22 4 2 5 2 3 5 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 4 3 2 55
R-23 3 1 4 3 2 4 3 1 2 2 1 3 1 2 2 1 5 3 5 3 51
R-24 1 4 5 5 5 5 5 4 5 3 4 5 4 5 3 4 4 1 4 5 81
R-25 5 3 1 4 4 1 4 3 4 5 3 4 3 4 5 3 1 5 1 4 67
R-26 2 2 3 1 3 3 1 2 3 4 2 1 2 3 4 2 1 2 2 1 44
R-27 3 2 2 1 1 2 1 2 1 1 2 4 2 1 1 2 5 3 5 1 42
R-28 5 3 5 5 2 5 5 3 2 4 3 3 3 2 4 3 4 5 4 5 75
R-29 4 5 4 4 1 4 4 5 1 3 5 1 5 1 3 5 5 4 5 4 73
R-30 1 4 3 5 4 3 5 4 4 1 4 5 4 4 1 4 1 1 1 5 64

Validitas
0.73
0.44

0.55
0.62

0.49
0.57

0.49
0.44
0.46

0.59
0.50

0.59
0.48
0.44

0.48
0.52
0.73

0.57

0.50
0.50

Universitas Borobudur
Lampiran 7

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen dengan SPSS

Uji Reliabilitas Instrumen Pengetahuan

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.757 .939 21

Summary Item Statistics


Maximum /
Mean Minimum Maximum Range Minimum Variance N of Items
Item Means 1.187 .500 12.467 11.967 24.933 6.688 21

Item 2.137 .185 40.189 40.003 217.168 76.017 21


Variances

Output SPSS Uji Reliabilitas Perilaku

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.742 .889 21

Summary Item Statistics


Maximum /
Mean Minimum Maximum Range Minimum Variance N of Items
Item Means 5.787 2.833 60.767 57.933 21.447 158.710 21
Item 14.082 1.799 251.771 249.972 139.962 2966.073 21
Variances

Universitas Borobudur
Lampiran 8

Hasil Pengolahan Data Dengan SPSS

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia


Jumlah Presentase
Usia Usia Pertengahan (45-59 Tahun) 27 45
Lansia (60-74 Tahun) 23 38
Lansia Tua (75-90 Tahun) 10 17

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Jumlah Presentase
Jenis Kelamin Laki-laki 28 47
Perempuan 32 53

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan


Jumlah Presentase
Pendidikan Tidak Sekolah 15 25
SD 24 40
SMP 13 22
SMA 5 8
Perguruan Tinggi 3 5

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan


Jumlah Presentase
Pekerjaan Tidak Bekerja 18 30
PNS 11 18
BUMN 13 22
Pegawai Swasta 10 17
Petani 8 13

Lampiran 9

Data Statistik Deskriptif dan Distribusi Frekuensi Dengan SPSS

Descriptive Statistics
Pengetahuan Perilaku
N Valid 60 60
Missing 0 0
Mean 11.23 57.48
Median 10.50 58.00
a
Mode 8 30a
Std. Deviation 4.208 19.511
Variance 17.707 380.695
Minimum 5 30

Universitas Borobudur
Maximum 20 90
a. Multiple modes exist. The smallest value is
shown

Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 5 4 6.7 6.7 6.7
6 4 6.7 6.7 13.3
7 5 8.3 8.3 21.7
8 6 10.0 10.0 31.7
9 5 8.3 8.3 40.0
10 6 10.0 10.0 50.0
11 4 6.7 6.7 56.7
12 4 6.7 6.7 63.3
13 5 8.3 8.3 71.7
14 2 3.3 3.3 75.0
15 3 5.0 5.0 80.0
16 3 5.0 5.0 85.0
17 3 5.0 5.0 90.0
18 2 3.3 3.3 93.3
19 3 5.0 5.0 98.3
20 1 1.7 1.7 100.0
Total 60 100.0 100.0

Perilaku
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 30 5 8.3 8.3 8.3
31 1 1.7 1.7 10.0
32 5 8.3 8.3 18.3
33 2 3.3 3.3 21.7
35 1 1.7 1.7 23.3
39 1 1.7 1.7 25.0
42 1 1.7 1.7 26.7
43 1 1.7 1.7 28.3
45 2 3.3 3.3 31.7
46 1 1.7 1.7 33.3
48 2 3.3 3.3 36.7
50 2 3.3 3.3 40.0

Universitas Borobudur
51 1 1.7 1.7 41.7
52 2 3.3 3.3 45.0
55 1 1.7 1.7 46.7
56 1 1.7 1.7 48.3
58 2 3.3 3.3 51.7
60 3 5.0 5.0 56.7
62 1 1.7 1.7 58.3
65 1 1.7 1.7 60.0
66 2 3.3 3.3 63.3
68 2 3.3 3.3 66.7
70 3 5.0 5.0 71.7
71 1 1.7 1.7 73.3
72 2 3.3 3.3 76.7
74 1 1.7 1.7 78.3
76 1 1.7 1.7 80.0
78 2 3.3 3.3 83.3
80 1 1.7 1.7 85.0
82 1 1.7 1.7 86.7
85 1 1.7 1.7 88.3
86 2 3.3 3.3 91.7
88 3 5.0 5.0 96.7
90 2 3.3 3.3 100.0
Total 60 100.0 100.0

Universitas Borobudur
Universitas Borobudur

Anda mungkin juga menyukai