Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN KOMUNITAS

KEGIATAN HASIL PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS

DI WILAYAH PONDOK PESANTREN DAARUL UKHUWWAH CEMORO


KANDANG KECAMATAN KEDUNGKANDANG KOTA MALANG

OLEH :

KELOMPOK 5

Nuke Yolanda J C N 201910461011025


Fithri Maulina Khumairoq 201910461011033
Anis Nurlaili 201910461011032
Dian Novitri Sari 201910461011043
Hanifatuzzuhro Syaifudin 201910461011051
Astri Irawati 201910461011042
Viky Nurdiansyah 201910461011005
Novia Faradina Alviani 201910461011022
Hanani Abriani Sartika 201910461011035
Levy Ernawati 201910461011049

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2020

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan hasil praktik keperawatan komunitas ini telah disetujui dan


dipresentasikan didepan pembimbing dan undangan terkait, serta telah disahkan
pada :
Hari :
Tanggal :
Jam :
Tempat : Pondok Pesantren Daarul Ukhuwwah Cemoro Kandang
Oleh Mahasiswa : Kelompok 11,12,13

Malang, Januari 2020

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(..........................................) (..........................................)

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas perkenan-Nya pernyusunan

Laporan Hasil Kegiatan Praktik Keperawatan Komunitas di wilayah Pondok

Pesantren Daarul Ukhuwwah Putri (PPDU) tahun 2020 ini merupakan salah satu

saran untuk memberikan gambaran dari berbagai hasil program kesehatan yang

dilaksanakan di kelurahan Cemoro Kandang tahun 2020.

Diharapkan berbagai data dan informasi yang ada dapat dipergunakan

sebagai bahan monitoring maupun evaluasi dari program-program yang sedang

berjalan dan selanjutnya dapat dijadikan masukan guna penyusunan program yang

akan datang.

Kami ucapkan terima kasih kepada :

1. Kepala UPT Puskesmas Gribig.

2. Dosen Pembimbing Lapangan

3. Pimpinan Pondok Pesantren Daarul Ukhuwwah Putri

4. Guru Pondok Pesantren Daarul Ukhuwwah Putri

5. Santriwati Pondok Pesantren Daarul Ukhuwwah Putri

Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan kegiatan praktik

keperawatan komunitas Mahasiswa Profesi Ners Universitas Muhammadiyah

Malang.

Malang, Januari 2020

Penulis

Mahasiswa Profesi Ners

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan
kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma
dan nilai yang telah melembaga.
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
(public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif
secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses
keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan
manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan.
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan
keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien,
keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti
pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan.
Sasaran Perkesmas adalah seluruh komponen masyarakat yang
terdiri atas individu, keluarga, dan kelompok beresiko tinggi termasuk
kelompok penduduk yang berada di daerah kumuh, terisolasi berkonflik,
dan daerah yang tidak terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Pelayanan
esensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan proses
keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Pelaksanaan
pelayanan kesehatan masyarakat terfokus pada peningkatan kesehatan

4
dalam kelompok masyarakat, untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dapat dimulai dari individu hingga kelompok.
Pondok pesantren juga merupakan bagian dari lingkup komunitas
yang pada umumnya tergambar pada ciri khas yang biasanya dimiliki oleh
pondok pesantren, yaitu adanya pengasuh pondok pesantren (Kyai/
Ajengan/ Tuan Guru/ Buya/ Tengku/ ustadz/ustazah), adanya masjid
sebagai pusat kegiatan ibadah dan tempat belajar, adanya santri yang
belajar, serta adanya asrama sebagai tempat tinggal santri.
Wilayah komunitas yang menjadi kelompok binaan adalah warga
Pondok Pesantren Daarul Ukhuwwah Putri (PPDU) yang beralamat di
Kelurahan Cemoro Kandang Kecamatan Kedung Kandang selama empat
minggu di tahun ajaran 2019/2020. Pada Pondok Pesantren Daarul
Ukhuwwah Putri (PPDU) terdapat 441 warga pondok pesantren terdiri dari
405 santriwati dan 36 guru. Berdasarkan hasil dari pengkajian yang
dilakukan di 2 kelas tingkat SMP yang terdiri dari 70 siswa yang dimana
siswa yang mengikuti pengkajian sebanyak 65 siswa. didapatkan data
dengan jumlah warga pondok pesantren sebanyak Untuk diberikan asuhan
keperawatan komunitas, kondisi lingkungan di pesantren yang terdiri dari
santriwati yang sedang dalam fase pra remaja dan remaja yang dimana
pada fase tersebut sangat dibutuhkan pendidikan kesehatan yang terkait
dengan kesehatan reproduksi dan PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat).
Pengetahuan santriwati tentang PHBS sangat penting untuk menunjang
kesehatan santri selama dipondok pesantren.
Asuhan keperawatan komunitas ini bertujuan untuk memberikan
asuhan keperawatan di warga pesantren sebagai usaha pencegahan
penyakit, pemeliharaan kesehatan dan memandirikan warga pesantren agar
dapat meningkatkan dan mempertahankan derajat kesehatan secara
optimal. Kami bersama-sama menyelesaikan masalah kesehatan yang ada
di warga pesantren melalui kerjasama dengan Kepala Yayasan, Pengasuh
Pesantren, Para Guru, Pengurus Pondek Pesantren, Sekretaris Bidang
Kesehatan, dan warga pesantren di Pondok Pesantren Daarul Ukhuwwah
Putri (PPDU).

5
Melaksanakan tugas tersebut dibutuhkan seorang perawat yang
kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, untuk
mendapatkan hasil yang optimal secara mandiri dibutuhkan pengalaman
selain pengetahuan dalam pelaksanaan praktik asuhan keperawatan
komunitas menggunakan pendekatan proses keperawatan komunitas yang
diawali dari pengkajian dengan cara mengumpulkan data, melakukan
analisa terhadap datadata yang diperoleh, menentukan diagnosa atau
permasalahan dan menyusun rencana sesuai permasalahan yang
ditemukan, kemudian pelaksanaan dan yang terakhir adalah melakukan
evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan.

B. Rumusan Masalah
Dari hasil analisis situasi di Pondok Pesantren Daarul Ukhuwwah
Putri (PPDU) serta wawancara dengan pengajar dan santriwati, ditemukan
beberapa permasalahan yang sedang dihadapi meliputi kurangnya
pengetahuan tentang pendidikan kesehatan yang terkait dengan kesehatan
reproduksi dan PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat) yang dimana
kebanyakan dari santriwati tidak menyukai sayur dan memiliki pola makan
yang tidak teratur.
Adapun yang menjadi pertimbangan dalam perumusan program kerja
adalah sebagai berikut :
1. Penyuluhan pendidikan kesehatan yang terkait dengan kesehatan
reproduksi.
2. Penyuluhan PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat)

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan hidup sehat sehingga tercapai derajat
kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai
dengan kapasitas yang mereka miliki, terutama di Pondok Pesantren
Daarul Ukhuwwah Putri (PPDU).
2. Tujuan Khusus

6
Setelah dilakukan kegiatan praktek keperawatan komunitas, tujuan
yang ingin dicapai adalah :
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang ada di
Pondok Pesantren Daarul Ukhuwwah Putri (PPDU).
b. Merumuskan bersama warga pondok pesantren mengenai alternatif
untuk memecahkan masalah yang telah teridentifikasi.
c. Memotivasi dan meningkatkan partisipasi warga pondok pesantren
dalam peningkatan derajat kesehatan dan pencegahan penyakit.
d. Menanamkan perilaku hidup bersih dan sehat melalui kegiatan
pendidikan kesehatan di Pondok Pesantren Daarul Ukhuwwah Putri
(PPDU).
e. Mengevaluasi dan merumuskan rencana tindak lanjut untuk mengatasi
masalah kesehatan yang ada di Pondok Pesantren Daarul Ukhuwwah
Putri (PPDU).

D. Manfaat
Laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
a. Untuk Puskesmas
Memberikan gambaran tentang masalah kesehatan sehingga
diharapkan dapat melakukan intervensi keperawatan dan berupaya
untuk mengatasi masalah kesehatan di masyarakat serta
memperdayakan warga pondok pesantren dalam program kerja yang
telah dibentuk di Pondok Pesantren Daarul Ukhuwwah Putri (PPDU).
b. Untuk warga pondok pesantren
1. Memberikan gambaran demografi, jumlah populasi di pondok,
kesehatan lingkungan di pondok dan permasalahan kesehatan
yang.
2. Mendapatkan kesempatan untuk berperan aktif dalam upaya
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
3. Mendapatkan kemampuan untuk mengenal, mengerti, dan
menyadari masalah kesehatan dan mengetahui cara penyelesaian
masalah kesehatan.

7
c. Untuk Mahasiswa
1. Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman secara langsung
dalam memberikan asuhan keparawatan komunitas.
2. Dapat mengaplikasikan konsep kesehatan komunitas secara
nyata kepada masyarakat.
3. Belajar menjadi model profesional dalam menerapkan asuhan
keperawatan komunitas.
4. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan
bijaksana dalam menghadapi dinamika masyarakat.
5. Meningkatkan keterampilan komunikasi, kemandirian, dan
hubungan interpersonal.

E. Metode yang Digunakan


Metode yang digunakan dalam penyelesaian masalah kesehatan di
Pondok Pesantren Daarul Ukhuwwah Putri (PPDU) pada pelaksanaan
kegiatan praktik Keperawatan Komunitas Mahasiswa Profesi Ners
Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 20, menggunakan empat
metode yaitu: Kajian Pustaka, Observasi, Depth Interview dan Diskusi
Kelompok Terfokus dengan menggunakan tehnik pendekatan kualitatif.
1. Kajian Pustakaan
Kajian pustakaan digunakan untuk menelaah, mengkaji literature dan
dokumen tertulis yang relevan dengan penyelidikan.
2. Observasi
Observasi digunakan untuk mendapatkan gambaran objektif mengenai
fenomena atau kejadian pada lokasi.
3. Wawancara Mendalam (Depth Interview)
Wawancara mendalam (Depth Interview) digunakan untuk menggali
informasi dengan tokoh-tokoh masyarakat yang mengetahui maupun
yang terlibat.
4. Diskusi Kelompok Terfokus

8
Diskusi kelompok terfokus dapat mengungkapkan dan menggali
informasi mengenai berbagai temuan issue dalam rangka menguatkan
atau melakukan silang pendapat di lapangan.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Pelayanan Kesehatan


Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam
meningkatkan derajat kesehatan. Melalui sistem ini tujuan pembangunan
kesehatan dapat tercapai dengan cara efektif, efisien dan tepat sasaran.
Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan tergantung dari berbagai komponen
yang masuk dalam pelayanan kesehatan. Sistem ini akan memberikan kualitas
pelayanan kesehatan yang efektif dengan melihat nilai-nilai yang ada di
masyarakat.
Pelayanan Kesehatan Utama (PKU) atau Primary Health Care adalah
strategi yang dapat dipakai untuk menjamin tingkat minimal dari pelayanan
kesehatan untuk semua penduduk. pelayanan Kesehatan Utama bertujuan untuk
mengatasi masalah kesehatan dasar dalam masyarakat melalui pencegahan,
peningkatan kesehatan, pengobatan dan pemulihan dengan menggunakan
teknologi tepat guna, melalui pendekatan multisektoral dan distribusi merata.
Primary Health Care (PHC) adalah pelayanan kesehatan pokok yang
berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah, dan sosial yang dapat
diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat
melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat terjangkau
oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan
mereka dalam semangat untuk hidup mandiri (Self Reliance) dan menentukan
nasib sendiri (Self Determination).
Pelayanan kesehatan utama diberikan dengan sasaran pada individu,
keluarga dan masyarakat dengan prinsip mengikutsertakan masyarakat secara
aktif dalam kegiatan pelayanan kesehatan.
Tanggung jawab perawat dalam sistem pelayanan kesehatan utama adalah :
1. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan dan
implementasi pelayanan kesehatan dan program pendidikan kesehatan.
2. Kerjasama dengan masyarakat, keluarga dan individu.
3. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan tehnik self care pada
masyarakat.

10
4. Memberikan bimbingan dan dukungan pada petugas pelayanan kesehatan
dan kepada masyarakat.
5. Koordinasi kegiatan kebijaksanaan tentang kesehatan masyarakat.
Sasaran pelayanan kesehatan utama adalah individu, keluarga/kelompok dan
masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder dan tersier. Oleh
karenanya pendidikan masyarakat tentang kesehatan dan perkembangan sosial
akan membantu masyarakat dalam mendorong semangat untuk merawat diri
sendiri, hidup mandiri dan menentukan nasibnya sendiri dalam menciptakan
derajat kesehatan yang optimal.
Strategi pelayanan kesehatan utama adalah memotivasi masyarakat agar dapat
merawat dan mengatur diri sendiri dalam memelihara kesehatan. Ada 8 (delapan)
unsur utama pelayanan kesehatan utama yaitu :
1. Peningkatan pengetahuan untuk mengatasi dan mencegah masalah
kesehatan
2. Peningkatan gizi masyarakat
3. Kesehatan ibu dan anak termasuk KB
4. Penyediaan air yang mempunyai syarat kesehatan
5. Sanitasi yang baik
6. Imunisasi
7. Tindakan preventif dan kontrol terhadap penyakit endemik
8. Tindakan yang tepat terhadap penyakit yang terjadi dan penggunaan obat
tradisional dalam masyarakat.
Prinsip dalam pelayanan kesehatan utama berorientasi pada distribusi
pelayanan kesehatan yang merata. Melibatkan masyarakat, menggunakan
teknologi tepat guna (menggunakan sarana atau fasilitas yang ada didalam
masyarakat itu sendiri), berfokus pada pencegahan dan pendekatan multi sektoral.
Kegiatan dalam pelayanan kesehatan utama meliputi; pendidikan kesehatan
terhadap kesehatan yang pokok, cara penanggulangan dan pencegahan serta
pengobatannya, imunisasi, KIA, KB, perbaikan gizi, pencegahan penyakit
menular, pengadaan obat essensiel, sanitasi dan pengadaan air bersih.
Hubungan konsep pelayanan kesehatan utama dan komunitas adalah untuk
melaksanakan kesehatan masyarakat, mengatur jenjang tingkat pelayanan

11
kesehatan menadi tingkat rumah tangga (individu atau keluarga), tingkat
masyarakat (pimpinan atau tokoh masyarakat), tingkat rujukan pertama (rumah
sakit tipe A dan B), serta menyelenggarakan kerjasama lintas sektoral dan lintas
program yang melibatkan peran serta masyarakat. Peran serta masyarakat
diperlukan dalam hal perorangan. Komunitas sebagai subyek dan obyek
diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam menjaga
kesehatannya. Sebagian akhir tujuan pelayanan kesehatan utama diharapkan
masyarakat mampu secara mandiri menjaga dan meningkatkan status kesehatan
masyarakat dimana mereka tinggal.
B. Konsep Keperawatan Komunitas
1. Defenisi Keperawatan Komunitas
Perawatan kesehatan masyarakat untuk pencegahan dan peningkatan
kesehatan masyarakat melaliu upaya pelayanan kesehatan secara langsung
(dirct care) terhadap individu, keluarga dan kelompok dalam konteks
komunitas, perhatian langsung terhadap kesehatan terhadap masyrakat (Healt
General Community) denga mempertimbangkan permasalahan atau isu
kesehatan masyrakat yang dapat memperngaruhi individu, keluarga dan
kelompok. (Harnilawati,2013)
Komunitas (Community) adalah sekelompok masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai (Values), pertanian (Interest) yang merupakan
kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan
nilai yang telah melembaga (Sumijatun dkk, 2006). Misalnya di dalam
kesehatan dikenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok
anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu wilayah
desabinaan dan lain sebagainya.Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada
masyarakat petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat
tersaing dan sebagainya (Mubarak, 2011).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan anatara keperawatan dan kesehatan masyarakat (Public
Health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan
tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan

12
terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat
sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (Nursing Process) untuk
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu
mandiri dalam upaya kesehatan (Harnilawati,2013)
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan
keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien,
keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti
pengkajian, perencanaan implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi,
2010).
2. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas
a. Tujuan keperawatan komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan dan
peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut:
1) Pelayanan keperawatan secara langsung (Direct Care)terhadap
individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks
komunitas.
2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (Health
General Community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau
isu kesehatan masyarakat yang dapat dipengaruhi keluarga, individu,
dan kelompok.
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat mempunyai kemampuan untuk:
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah
tersebut:
2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah
tersebut;
3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan;
4) Meningkatkan status kesehatan masyarakat;
5) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi;

13
6) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi,
yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara
kesehatan secara mandiri (Self Care).
b. Fungsi keperawatan komunitas
1) Memberikan pedoman dan bimbingan sistematis dan ilmiah bagi
kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah
klien melalui asuhan keperawatan.
2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannya dibidang kesehatan.
3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran
serta masyarakat.
4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan
dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat
proses penyembuhan (Harnilawati,2013).
3. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas
Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
a. Proses Kelompok (Group Procces)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah
belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor
pendidikan/pengetahuan individu, media masa, televisi, penyuluhan yang
dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan masalah
kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran penyakit
yang paling sering mereka temukan sebelumnya sangat mempengaruhi
upaya penanganan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika
masyarakat sadar bahwa penanganan yang bersifat individual tidak akan
mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka
telah melakukan pemecahan-pemecahan masalah kesehatan melalui proses
kelompok.

14
b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis,
dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer
materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat
prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari
dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan
dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23
Tahun 1992 maupun WHO yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental
dan sosialnya; sehingga produktif secara ekonomi maupun secara social.
c. Kerjasama (Partnership)
Berbagi persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan
masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi
lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat
dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan masyarakat
akan dapat diatasi dengan lebih cepat.
4. Pusat Kesehatan Komunitas
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat dilakukan di:
a. Sekolah, Kampus atau pondok pesantren
Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi pendidikan
pencegahan penyakit, peningkatan derajat kesehatan dan pendidikan seks.
Selain itu perawatan yang bekerja di sekolah dapat memberikan
perawatan untuk peserta didik pada kasus penyakit akut yang bukan kasus
kedaruratan misalnya penyakit influenza, batu dll. Perawat juga dapat
memberikan rujukan pada peserta didik dan keluarganya bila dibutuhkan
perawatan kesehatan yang lebih spesifik.
b. Lingkungan kesehatan kerja
Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan bagi
pekerjanya yang beralokasi di gedung perusahaan tersebut. Asuhan
keperawatan di tempat ini meliputi lima bidang. Perawatan menjalankan
program yang bertujuan untuk:

15
1) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan mengurangi
jumlah kejadian kecelakaan kerja
2) Menurunkan resiko penyakit akibat kerja
3) Mengurangi transmisi penyakit menular antara pekerja
4) Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
dan pendidikan kesehatan.
5) Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan
memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan (Mubarak, 2011).
c. Lembaga perawatan kesehatan di rumah
Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan khusus yang
dapat diberikan secara efisien di rumah. Perawat di bidang komunitas juga
dapat memberikan perawatan kesehatan di rumah misalnya: perawat
melakukan kunjungan rumah, hospice care, home care dll. Perawat yang
bekerja di rumah harus memiliki kemampuan mendidik, fleksibel,
berkemampuan, kreatif dan percaya dir, sekaligus memiliki kemampuan
klinik yang kompeten.
d. Lingkungan Kesehatan Kerja Lain
Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat bekerja
dan memiliki peran serta tanggungjawab yang bervariasi. Seseorang
perawat dapat mendirikan praktek sendiri, bekerja sama dengan perawat
lain, bekerja di bidang pendidikan, penelitian, di wilayah binaan,
puskesmas dan lain sebagainya. Selain itu, dimanapun lingkungan tempat
kerjanya, perawat ditantang untuk memberikan perawatan yang berkualitas
(Mubarak, 2011).
5. Model Konseptual Dalam Keperawatan Komunitas
Model adalah pengembangan kesehatan masyarakat yang memperlihatkan
hubungan dari beberapa konsep penting, tujuan dan tidakan pengorganisasian
masyarakat yang di fokuskan untuk peningkatan kesehatan .(Efendi &
Makhfudli, 2010).
Salah satu model keperawatan kesehatan komunitas yaitu Model Health
Care System (Betty Neuman, 1972). Model konsep ini merupakan model
konsep yang menggambarkan aktivitas keperawatan, yang ditujukan kepada

16
penekanan penurunan stress dengan cara memperkuat garis pertahanan diri,
baik yang bersifat fleksibel, normal, maupun resisten dengan sasaran
pelayanan adalah komunitas (Mubarak & Chayatin, 2009).
Menurut Sumijatun (2006) teori Neuman berpijak pada metaparadigma
keperawatan yang terdiri dari klien, lingkungan, kesehatan dan keperawatan.
Asumsi Betty Neuman tentang empat konsep utama yang terkait
dengankeperawatan komunitas adalah:
a. Manusia, merupakan suatu system terbuka yang selalu mencari
keseimbangan dari harmoni dan merupakan suatu kesatuan dari variable
yang utuh, yaitu: fisioligi, psikologi, sosiokultural, perkembangan dan
spiritual.
b. Lingkungan, meliputi semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh
pengaruh dari sekitar atau system klien.
c. Sehat, merupakan kondisi terbebas dari gangguan pemenuhan kebutuhan.
Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari
keberhasilan menghindari atau mengatasi stressor.
6. Hubungan Konsep Keperawatan Komunitas Dengan Pelayanan Kesehatan
Utama
Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan
peran serta aktif masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan dan
memelihara kesehatan masyarakat dengan menekankan kepada peningkatan
peran serta masyarakat dalam melakukan upaya promotif dan preventif
dengan tidak melupakan tindakan kuratif dan rehabilitative sehingga
diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam
memelihara kesehatannya (Mubarak, 2009).
Selain menjadi subjek, masyarakat juga menjadi objek yaitu sebagai klien
yang menjadi sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari
individu dan masyarakat.Berdasarkan pada model pendekatantotalitas
individu dari Neuman (1972 dalam Anderson, 2006) untuk melihat masalah
pasien, model komunitas klien dikembangkan untuk menggambarkan batasan
keperawatan kesehatan masyarakat sebagai sintesis kesehatan masyarakat dan

17
keperawatan. Model tersebut telah diganti namanya menjadi model komunitas
sebagai mitra, untuk menekankan filosofi pelayanan kesehatan primer yang
menjadi landasannya. Secara lebih rinci dialjabarkan sebagai berikut:
a. Tingkat individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu
tersebut mempunyai masalah kesehatan maka perawat akan memberikan
asuhan keperawatan pada individu tersebut. Pelayanan pada tingkat
individu dapat dilaksanakan pada rumah atau puskesmas, meliputi
penderita yang memerlukan pelayanan tindak lanjut yang tidak mungkin
dilakukan asuhan keperawatan di rumah dan perlu kepuskesmas, penderita
resiko tinggi seperti penderita penyakit demam darah dan diare.Kemudian
individu yang memerlukan pengawasan dan perawatan berkelanjutan
seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita.
b. Tingkat keluarga
Keperawatan kesehatan komunitas melalui pendekatan
keperawatan keluarga memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga
yang mempunyai masalah kesehatan terutama keluarga dengan resiko
tinggi diantaranya keluarga dengan social ekonomi rendah dan keluarga
yang anggota keluarganya menderita penyakit menular dan kronis.Hal ini
dikarenakan keluarga merupakan unit utama masyarakat dan lembaga
yang menyangkut kehidupan masyarakat.Dalam pelaksanaannya, keluarga
tetap juga berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara
kesehatan anggotanya.
c. Tingkat komunitas
Keperawatan kesehatan komunitas di tingkat masyarakat dilakukan
dalam lingkup kecil sampai dengan lingkup yang luas didalam suatu
wilayah kerja puskesmas.Pelayanan ditingkat masyarakat dibatasi oleh
wilayah atau masyarakat yang mempunyai ciri-ciri tertentu misalnya
kebudayaan, pekerjaan, pendidikan dan sebagainya.
Asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan memandang
komunitas sebagai klien dengan strategi intervensi keperawatan komunitas
yang mencakup tiga aspek yaituprimer, sekunder dan tertier melalui proses

18
individu dan kelompok dengan kerja sama lintas sktoral dan lintas
program.
Pelayanan yang diberikan oleh keperawatan komunitas mencakup
kesehatan komunitas yang luas dan berfokus pada pencegahan yang terdiri
dari tiga tingkat yaitu:
1) Pencegahan primer
Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada penghentian
penyakit sebelum terjadi karena itu pencegahan primer mencakup
peningkatan derajat kesehatan secara umum dan perlindungan spesifik.
Promosi kesehatan secara umum mencakup pendidikan kesehatan baik
pada individu maupun kelompok. Pencegahan primer juga mencakup
tindakan spesifik yang melindungi individu melawan agen-agen
spesifik misalnya tindakan perlindungan yang paling umum yaitu
memberikan imunisasi pada bayi, anak balita dan ibu hamil,
penyuluhan gizi bayi dan balita.
2) Pencegahan sekunder
Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk menditeksi
penyakit lebih awal dengan mengobati secara tepat. Kegiatan-kegiatan
yang mengurangi faktor resiko diklasifikasikan sebagai pencegahan
sekunder misalnya memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan secara berkala melalui posyandu dan puskesmas.
3) Pencegahan tersier
Yang mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada
seseorang dengan stadium dini dan rehabilitasi pada orang yang
mengalami kecacatan agar dapat secara optimal berfungsi sesuai
dengan kemampuannya, misalnya mengajarkan latihan fisik pada
penderita patah tulang.
Selanjutnya agar dapat memberikan arahan pelaksanaan kegiatan,
berikut ini diuraikan falsafah keperawatan komunitas dan
pengorganisasian masyarakat (Mubarak, 2009).

19
a) Falsafah Keperawatan Kesehatan Komunitas
Keperawatan kesehatan komunitas merupakan pelayanan yang
memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-
sosio-kultural-spiritual) terhadap kesehatan masyarakat dan
memberikan prioritas pada strategi pada pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi yang mengacu
pada paradigm keperawatan secara umum dengan empat
komponen dasar yaitu; manusia, kesehatan, lingkungan dan
keperawatan (Mubarak, 2009).
b) Pengorganisasian masyarakat
Tiga model pengorganisasian masyarakat menurut Rothman
(1998) meliputi peran serta masyarakat (locality development),
perencanaan social melalui birokrasi pemerintah (social
development) dan aksi social berdasarkan kejadian saat itu (social
action) (Mubarak, 2009).
Pelaksanaan pengorganisasian masyarakat dilakukan melalui
tahapan-tahapan berikut:
(1) Tahap persiapan
Dilakukan dengan memilih area atau daerah yang menjadi
prioritas, menentukan cara untuk berhubungan dengan
masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.
(2) Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok dan penyesuaian
dengan pola yang ada dimasyarakat dengan pembentukan
kelompok kerja ksesehatan.
(3) Tahap pendidikan dan pelatihan
Melalui kegiatan-kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok
masyarakat melalui pengkajian, membuat pelayanan
keperawatan langsung pada individu, keluarga dan masyarakat.
(4) Tahap formasi kepemimpinan

20
Memberikan dukungan latihan dan mengembangkan
keterampilan yang mengikuti perencanaan, pengorganisasian,
pergerakan dan pengawasan kegiatan pendidikan kesehatan.
(5) Tahap koordinasi
Kerjasama dengan sector terkait dalam upaya memandirikan
masyarakat.
c) Tahap akhir
Suverpisi bertahap dan diakhiri dengan evaluasi dan pemberian
umpan baik dan masing-masing evaluasi untuk perbaikan untuk
kegiatan kelompok kesehatan kerja selanjutnya.
7. Proses Pelaksanaan Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang khusu keperawatan yang
merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan
ilmu social yang merupakan bagian dari integral dari pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat
baik yang sehat maupun yang sakit (mempunyai masalah
kesehatan/keperawatan), secara komprehensif melalui upaya promotif,
preventif, kuratif rehabilitative dengan melibatkan peran serta aktif
masyarakat secara terorganisis bersama tim kesehatan lainnya untuk dapat
mengenal masalah-masalah yang mereka miliki dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan sesuai dengan hidup sehat sehingga dapat
meningkatkan fungsi kehidupan dan derajat kesehatan seoptimal mungkin
dan dapat diharapkan dapat mandiri dalam memelihara kesehatannya
(Chayatin, 2009). Menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kesehatan.Pelayanan keperawatan
professional yang merupakan perpaduan antara konsep kesehatan masyarakat
dan konsep keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat dengan
penekanan pada kelompok resiko tinggi (Efendi, 2009).
Keperawatan komunitas merupakan Pelaksanaan keperawatan komunitas
dilakukan melalui beberapa fase yang tercakup dalam proses keperawatan
komunitas dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang

21
dinamis. Fase-fase pada proses keperawatan komunitas secara langsung
melibatkan komunitas sebagai klien yang dimulai dengan pembuatan kontrak
/ partner ship dan meliputi pengkajian, diagnose, perencanaan, implementasi
dan evaluasi (Efendi, 2009). Asuhan keperawatan yang diberikan kepada
komunitas atau kelompok adalah (Mubarak, 2011).
a. Pengkajian
Pegkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga
masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga
atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis,
social ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan.
1) Pengumpulan Data
Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok antara lain:
a) Inti (Core) meliputi : Data demografi kelompok atau komunitas
yang terdiri atas usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin,
pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat timbulnya
kelompok atau komunitas.
b) Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara
lain:
(1) Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi, bagaimana
kepadatannya karena dapat menjadi stressor bagi penduduk.
(2) Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang
dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat.
(3) Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan
keamanan tempat tinggal, apakah masyarakat merasa nyaman
atau tidak, apakah sering mengalamai stress akibat keamanan
dan keselamatan yang tidak terjamin.
(4) Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah
cukup menunjang, sehingga memudahkan masyarakat
mendapatkan pelayanan di berbagai bidang termasuk
kesehatan.

22
(5) Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi
dini atau memantau gangguan yang terjadi.
(6) Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi
dini dan merawat atau memantau gangguan yang terjadi.
(7) System komunikasi, serta komunikasi apa saja yang dapat
dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan
yang terkait dengan gangguan penyakit.
(8) Sistem ekonomi, tingkat social ekonomi masyarakat secara
keseluruhan, apakah pendapatn yang terima sesuai dengan
Upah Minimum Registrasi (UMR) atau sebaliknya.
(9) Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka,
apakah biayanya dapat dijangkau masyarakat.
2) Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan data
objektif (Mubarak, 2011).
a) Data Subjektif yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah
yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok, dan komunitas,
yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.
b) Data Objektif yaitu data yang diperoleh melalui suatu
pemeriksaaan pengamatan dan pengukuran.
3) Sumber Data
a) Data primer merupakan data yang dikumpulkan oleh pengkajian
dari individu, keluarga, kelompok, masyarakat berdasarkan hasil
pemeriksaan atau pengkajian.
b) Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber lain
yang dapat dipercaya, misalnya: kelurahan, catatan riwayat
kesehatan pasien atau medical record.
4) Cara Pengumpulan Data
a) Wawancara yaitu: kegiatan timbal balik berupa Tanya Jawab
b) Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca indra

23
5) Pengelolaan Data
a) Klasifikasi data atau kategorisasi data
b) Perhitungan presentase cukupan dengan menggunakan telly
6) Tabulasi data
7) Interprestasi data
8) Analisa Data
Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data
dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui
tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat
apakah itu masalah kesehatan atau masalah keperawatan. Penentuan
Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan
masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga dapat
dirumuskan masalah kesehatan.
8. Diagnosa Keperawatan
Kesehatan Diagnosis keperawatan ialah individu pada masalah kesehatan
baik yang actual maupun potensial. Diagnose keperawatan komunitas akan
memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat baik
yang nyata dan yang mungkin terjadi. Diagnose ditegakkan berdasarkan
tingkat reaksi komunitas terhadap stressor yang ada. Selanjutnya dirumuskan
dalam tiga komponen, yaitu problem/ masalah P , etiology atau E, dan
symptom atau manifestasi/ data penunjang S Mubarak, 2011.
a. Problem : merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan
normal yang seharusnya terjadi.
b. Etiologi : penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat
memberikan arah terhadap intervensi keperawatan.
c. Symptom : tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah yang
terjadi.
9. Perencanaan/ Intervensi
Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan
diagnosis keperawatan yang sudah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya

24
kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi yang dapat dilakukan berkaitan
dengan diagnose keperawatan komunitas yang muncul diatas adalah
Mubarak, 2011:
a. Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit
b. Lakukan demonstrasi keterampilan cara mengenai penyakit
c. Lakukan deteksi dari tanda-tanda gangguan penyakit
d. Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk
memperbaiki lingkungan komunitas
e. Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
10. Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhan
keperawatan harus bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lain dalam hal
melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota mayarakat Mubarak,
2011. Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan yang bersifat Efendi, 2009, yaitu:
a. Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit
b. Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup
sehat dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan
c. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan
penyakit.
d. Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan
komunitas.
11. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan
keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan tingkat
kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat
kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah ditentukan atau
dirumuskkan sebelumnya Mubarak, 2011. Adapun tindakan dalam
melakukan evaluasi adalah:

25
a. Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan
intervensi
b. Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi
keperawatan
c. Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit.
C. Realisasi Pemecahan Masalah
Dalam rangka mengaplikasikan ilmu keperawatan di komunitas dan
untuk menerapkan konsep-konsep dalam memberikan asuhan keperawatan
dalam konteks perawatan dasar, maka kelompok V mendapatkan tugas
keperawatan komunitas di Pondok Pesantren Daarul Ukhuwwah Putri
(PPDU) yang beralamat di Kelurahan Cemoro Kandang Kecamatan Kedung
Kandang mulai tanggal 2 Desember – 31 Januari 2020. Tahap kegiatan
kelompok kerja komunitas yang akan dilaporkan meliputi tahap-tahap sebagai
berikut : persiapan, pengkajian, perencanaan, pelaksanaan program kegiatan
dan evaluasi serta rencana tindak lanjut.
1. Tahap Persiapan
Dalam kegiatan program ners di stase komunitas, penyusunan
asuhan keperawatan komunitas dimulai dengan tahap persiapan, yang
merupakan tahap awal dari semua kegiatan yang akan dilakukan oleh
mahasiswa selama melakukan keperawatan komunitas. Tahap persiapan
diawali dengan inform consent dengan Puskesmas Gribig dan pengurus
pondok pesantren lalu melakukan pendekatan dengan warga pondok baik
formal maupun informal dan perijinan terhadap kegiatan kelompok di
Pondok Pesantren Daarul Ukhuwwah Putri (PPDU) yang beralamat di
Kelurahan Cemoro Kandang Kecamatan Kedung Kandang Kota Malang.
Pengkajian merupakan tahap awal dimulainya kegiatan asuhan
keperawatan komunitas. Pada tahap ini kita melakukan pengkajian data
dasar, data lingkungan fisik dan pengkajian data masyarakat. Pengkajian
data dasar wawancara dan observasi sekilas lingkungan (Windshield
Survey) ini dilakukan dengan cara wawancara dengan pengurus pondok
pesantren serta santriwati pondok pesantren dengan menggunakan
pedoman wawancara yang telah kami persiapkan. Selain itu kami juga

26
melakukan observasi langsung di Pondok Pesantren Daarul Ukhuwwah
Putri (PPDU) Kedung Kandang dengan menggunakan pedoman Winshield
Survey. Hal yang di observasi antara lain tentang bangunan pondok,
lingkungan sekitar pondok pesantren, batas wilayah, jumlah santriwati,
jenis bangunan, sistem pembuangan sampah dan air limbah, pusat
pelayanan seperti pelayanan kesehatan yang ada, serta transportasi yang
biasa digunakan untuk keperluan pondok. Pengkajian data yang dilakukan
adalah untuk mengetahui Data Demografi, Status Sosial ekonomi, faktor
lingkungan, pembuangan sampah, sumber air, pembuangan limbah
komunikasi dan transformasi, dan derajat kesehatan.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan ini terdiri dari pengumpulan data, analisa data,
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut.Untuk mendapatkan
informasi yang menyangkut masalah kesehatan di Pondok Pesantren
Daarul Ukhuwwah Putri (PPDU) yang beralamat di Kelurahan Cemoro
Kandang Kecamatan Kedung Kandang dengan jumlah populasi yaitu
sebanyak 441 warga pondok pesantren dengan rincian 405 santriwati dan
36 pengajar/guru. Data yang diperoleh kemudian di analisis, hasil
pendataan telah di temukan masalah yang ada di Pondok Pesantren
Daarul Ukhuwwah Putri (PPDU) Kedung Kandang telah dijabarkan
sebagai berikut:
a. Melakukan observasi saat pendataan dari asrama ke sekolah
b. Wawancara terstruktur dengan mewawancarai secara langsung
pengurus pondok pesantren sesuai dengan angket yang telah tersedia /
instrumen pengkajian untuk mendapatkan data yang diinginkan.
Pengkajian data yang dilakukan meliputi interaksi 8 sub sistem yaitu
data demografi, status ekonomi, lingkungan fisik, pelayanan
kesehatan/sosial, komunikasi dan transportasi dan KB/KIA.
c. Pengumpulan data dilakukan mulai tanggal 10 Januari s.d 18 Januari
2020.
d. Tabulasi data dan analisa data pada tanggal 20 Januari 2020. Setelah
data terkumpul maka data tersebut ditabulasikan dan dibuat dalam

27
bentuk Tabel yang kemudian di kemas dalam bentuk presentase
Power Point untuk disajikan pada saat pertemuan Musyawarah
Masyarakat Pondok Pesantren (MMPP). Pengolahan data mencakup
analisa-analisa masalah kesehatan yang ada di masyarakat.
D. Posisi Profesi Keperawatan Kesehatan Komunitas Dalam Pesantren
Praktik keperawatan kesehatan komunitas merupakan hal yang
sangat penting untuk dikembangkan, di pesantren yang mempunyai
komunitas santri yang mana tercatat di Badan Litbang dan Diklat
Kementerian Agama bahwa jumlah santri pondok pesantren di 34 provinsi
di seluruh Indonesia, mencapai 3,65 juta yang tersebar di 25.000 pondok
pesantren.
Dengan jumlah sebanyak itu perlu adanya pendampingan guna
mengarahkan para santri untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan
sehat sesuai dengan program pemerintah “Gerakan Masyarakat Sehat
(GERMAS).” Sedangkan secara filosofis, saat ini telah terjadi perubahan
“paradigma sakit” yang menitikberatkan pada upaya kuratif ke arah
“paradigma sehat” yang melihat penyakit dan gejala sebagai informasi dan
bukan sebagai fokus pelayanan. Situasi tersebut dapat dijadikan peluang
untuk mengembangkan praktik keperawatan komunitas beserta pendekatan
kemitraan yang sesuai di pesantren.
Pengembangan praktik profesi keperawatan kesehatan komunitas
di pesantren perlu mengembangkan model keperawatan komunitas yang
memandang santri sebagai mitra (community as partner model). Jenis
model ini lebih diterima dalam pendekatan pengembangan santri yang
bertujuan untuk peningkatan kesehatan, yang bekerja sama dengan santri
dalam melakukan pengkajian terhadap kebutuhan, prioritas, strategi, dan
mekanisme evaluasi masyarakat terhadap peningkatan kesehatan.
Sehingga posisi keperawatan kesehatan komunitas dalam pesantren
saat ini sudah mulai diperhitungkan dan telah berkembang karena
pemberian informasi tentang kesehatan, promosi kesehatan, dan
pencegahan masalah kesehatan pada santri sangat bermanfaat guna

28
membentuk santri yang peduli kesehatan (santri sehat) dan pada akhirnya
dapat mewujudkan Indonesia yang sehat.
E. Pemberdayaan Pesantren dan Peran Serta Santri
Menurut Depkes RI (2007), pemberdayaan masyarakat kali ini dari
pesantren (di bidang kesehatan) adalah upaya menumbuhkan kemampuan
agar mereka mempunyai daya atau kekuatan untuk hidup mandiri (di
bidang kesehatan). Upaya pemberdayaan tersebut dilakukan dengan
menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat
disertai dengan pengembangan iklim yang mendukung. Pemberdayaan
tersebut dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama sesuai dengan keadaan,
masalah, dan potensi setempat. Dengan demikian, pemberdayaan
masyarakat (pesantren) adalah proses sedangkan output-nya adalah
kemandirian pesantren (di bidang kesehatan).
Kemandirian masyarakat (pesantren) di bidang kesehatan tersebut
berarti bahwa masyarakat (pesantren) dapat mengenali tingkat kesehatan
dan masalah kesehatan mereka, merencanakan dan mengatasinya,
memelihara, meningkatkan dan melindunginya.
Pemberdayaan masyarakat (pesantren) adalah kegiatan dari, oleh,
untuk dan bersama masyarakat (pesantren). Oleh karena itu, batas antara
sasaran dan pelaku pemberdayaan masyarakat sangat tipis sehingga dapat
dikatakan bahwa sasaran pemberdayaan adalah sekaligus juga pelaku
pemberdayaan masyarakat. Sasaran sebenarnya pemberdayaan masyarakat
(pesantren) adalah santri. Meskipun demikian, pemberdayaan ditujukan
langsung kepada santri sebagai sasaran primer.
Pembangunan kesehatan pesantren dapat berjalan dengan optimal
salah satunya dengan bergeraknya organisasi-organisasi yang ada
didalamnya seperti Pengurus Pondok dan juga Majelis Pembina Organisasi
sebagai organisasi yang langsung bersentuhan dengan santri.
F. Proses Keperawatan
Metode asuhan keperawatan bersifat alamiah, sistematis, dinamis,
kontinu, dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah
kesehatan dari klien, keluarga serta kelompok atau masyarakat melalui

29
langkah-langkah dan proses keperawatan; pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.
Pengkajian komunitas adalah untuk mengidentifikasi faktor (positif
dan negatif) yang berhubungan dengan kesehatan dalam rangka
membangun strategi untuk promosi kesehatan. Indikator tambahan terkait
kepada bersihnya lingkungan pesantren yang meliputi udara, sampah,
saluran air, air minum, mandi cuci kakus (MCK), ventilasi, dan
pencahayaan. Selain itu pesantren yang sehat juga menyediakan kawasan
tanpa merokok, pusat promosi kesehatan.
Pada tahap pengkajian ini perlu didahului dengan sosialisasi
program perawatan kesehatan komunitas serta program apa saja yang akan
dikerjakan bersama – sama dalam komunitas tersebut. Sasaran dari
sosialisasi ini adalah majelis pembina organisasi, pengurus pesantren serta
sekretaris bidang kesehatan. Pada tahap pengkajian ini terdapat beberapa
kegiatan yaitu mulai dari pengumpulan data, pengolahan data, analisis
data, perumusan atau penentuan masalah prioritas.
Data-data terkait kesehatan di Pondok Pesantren Darul Ukhuwah
melalui observasi, penyebaran kuesioner. Data-data yang dihasilkan dari
pengkajian kemudian dianalisa seberapa besar stressor yang mengancam
santri dan seberapa berat reaksi yang timbul dalam pesantren tersebut.
Kemudian dijadikan dasar dalam pembuatan diagnosa atau masalah
keperawatan. Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah kesehatan,
karakteristik populasi dan lingkungan, yang dapat bersifat aktual, ancaman
dan potensial (Muecke, 1995).

30
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI
A. Data Inti
1) Geografis
Pondok pesantren Daarul Ukhuwwah Putri terletak di Jln. Untung Sudiro
27 Kelurahan Cemoro Kandang, Kec. Kedung Kandang, Kota Malang.
a) Batas Wilayah
(1) Utara :
(2) Selatan :
(3) Barat :
(4) Timur :
2) Demografi
a) Jumlah warga pesantren : 441 orang
b) Jumlah pengajar : 36 guru
c) Jumlah santriwati : 405 santriwati
3) Iklim
Pondok pesantren Daarul Ukhuwwah Putri yang berada di Kecamatan
Kedungkandang Kota Malang Provinsi Jawa Timur merupakan wilayah
yang beriklim tropis dimana hanya mengenal dua musim, yaitu:
a. Musim Hujan
b. Musim Kemarau

1. Pendidikan
a. Jenis pendidikan
Jenis Pendidikan yang ada di pesantren yaitu Pendidikan formal
sebagaimana Lembaga-lembaga Pendidikan lainnya.
b. Jarak dari asrama menuju sekolah ± 50 meter, santriwati hanya
membutuhkan waktu beberapa menit saja untuk menuju kelas.
c. Kegiatan akademik dan non akademik
Kegiatan akademik yang ada di Pondok Pesantren Daarul
Ukhuwwah berupa kegiatan belajar mengajar yang dimulai dari jam
06.00-12.25. Kegiatan ini terdiri dari berbagai macam mata pelajaran

31
diantaranya yaitu : Bahasa Arab, Akidah, Fikih, Tajwid, Tahsin,
Mahfudzot, Akhlak, Siroh Nabawiyah, Imla’, Khot, Nahwu, Sorof,
Ta’bir, Muthola’ah, Hadis, Tafsir, Sejarah islam, Usul Fikih, Usul
hadis, Pemikiran Islam, Tarbiyah wa Ta’lim, Faraid, Balagah, Bahasa
Inggris, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, PPKN, Seni
Budaya, FISIKA, KIMIA, Biologi, Sejarah Indonesia, Geografi,
Ekonomi, Sosiologi dan Antro.
Kegiatan non akademik berupa kegiatan ekstrakurikuler seperti
Tahfidzul Qur’an, Panahan, Pramuka, Halaqah Tarbawiyah,
Muhadhoroh, Kaligrafi, Nasyid, Tata Boga, Tata Busana.
d. Kegiatan dimulai dari jam 03.15-21.30
e. Penghargaan yang pernah diraih oleh pondok pesantren
- UN Terbaik kedua tingkat Provinsi Jawa Timur 2018-2019
- Meraih juara II dalan perkemahan pesantren Nasional Mapadi di
Cibubur
- Meraih prestasi dalam bidang Kejuaraan Panahan Se-kota Malang
2019
f. Kurikulum yang digunakan
Kurikulum yang digunakan oleh PPDU adalah gabungan antara
Kurikulum pondok dan Kurikulum pemerintah dari DIKNAS dan
DEPAG. Adapun Kurikulum pondok gabungan dari Kurikulum
sendiri, Kurikulum Gontor dan lain-lain.

2. Lingkungan Fisik Pesantren


a. Asrama
Pondok pesantren Daarul Ukhuwwah merupakan asrama dengan
tipe asrama yang permanen, dengan kapasitas < 10 kamar dalam satu
asrama. Lantai asrama terbuat dari Keramik, disetiap asrama terdapat
jendela sehingga penerangan asrama oleh cahaya matahari cukup baik.
Jarak antara asrama satu dengan yang lain berdekatan, diasrama juga
terdapat halaman dan pekarangan yang dimanfaatkan sebagai kebun

32
dan kolam kecil, namun kolam tersebut tidak terawat dikarenakan
masih sedang dalam perbaikan.
b. Kamar
Kamar untuk para santriwati merupakan tipe kamar permanen
dengan lantai yang terbuat dari keramik, dan setiap kamar juga
dilengkapi dengan jendela yang cukup sebagai penerangan, luas kamar
santriwati sudah memenuhi syarat dan didepan kamar terdapat teras
yang biasa digunakan sebagai tempat belajar oleh santriwati.
c. Sumber Air
Penyediaan air bersih di Pondok Pesantren bersumber dari air
sumur yang di tampung didalam tandon. Terdapat 3 tandon yang
digunakan sebagai penampungan air bersih. Sistem pengolahan air
minum tidak dimasak karena sudah melalui tahap penyaringan pada
mesin yang telah tersedia. Sumber air untuk mandi dan mencuci juga
berasal dari sumur, kondisi tandon tertutup rapat sehingga kondisi air
dalam penampungan bersih tidak berwarna dan tidak berbau.
d. Pembuangan sampah
Tempat pembuangan sampah di Pondok Pesantren Daarul
Ukhuwwah merupakan tempat pembuangan sampah menggunakan
plastic, yang dimana sampah dari tiap kamar dikumpulkan dan
diangkut oleh petugas kebersihan untuk dibuang ke tempat
pembuangan sampah akhir. Untuk pembagian jenis sampah belum
dipilah sesuai dengan jenisnya. Jarak tempat sampah dengan kamar <
dari 5 meter yaitu terletak didepan kamar atau teras kamar.
e. Pembuangan limbah
Santriwati biasa BAB dan BAK di WC yang telah disedikan
dipondok pesantren. Jenis WC yang digunakan yaitu WC jongkok,
untuk pembuangan air limbahnya langsung menuju sungai yang berada
tepat dibelakang pondok, sepitenk terletak dibelakang dekat sungai.
Kondisi saluran pembuangan cukup lancar.

33
3. Kesehatan dan Sosial
Di Pondok pesantren Daarul Ukhuwwah Putri ini terdapat Unit
Kesehatan Sekolah (UKS) yang terletak cukup dekat dengan kamar
santriwati. UKS ini dikelola oleh bagian kesehatan yang merupakan
pengurus osis di pondok pesantren. Peralatan kesehatan dan obat-obatan
yang tersedia di UKS pondok pesantren cukup lengkap tetapi tidak
dimanfaatkan dengan maksimal, sebagian besar santriwati sudah
membawa obat sendiri dari rumah. Kegiatan UKS berupa : Pemberian
susu segar setiap bulan, pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan,
pembagian vitamin disetiap kelas, pemeriksaan kuku setiap hari jum’at,
bersih-bersih lingkungan pondok setiap hari sabtu dan seminar kesehatan
yang dilakukan satu kali dalam satu semester.

a. Keadaan kebersihan diri santri PPDU

Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Terkait dengan Kebersihan Diri


Santriwati di Pondok

Santri selalu menjaga Jumlah %


B kebersihan
e Menggosok gigi secara rutin 65 100 %
Mandi secara rutin 65 100 %
r
Rambut bersih 65 100 %
d Telinga bersih 65 100 %
a Kuku bersih dan dipotong 65 100 %
Pakaian bersih 65 100 %
s
arkan Tabel 3.1 semua santriwati terlihat rajin menggosok gigi secara
rutin, mandi secara rutin, rambut bersih, telinga bersih, kuku bersih dan
terlihat pendek serta menggunakan pakaian bersih dengan presentasi 100%
(65 santriwati).

34
b. Pengetahuan Santriwati PPDU terkait informasi tentang TB Paru
Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Terkait Pengetahuan Santriwati
terkait informasi tentang TB Paru

Mengetahui Jumlah %
Televisi / Radio 6 9%
Koran / Majalah 6 9%
Sumber Guru / Ustadz 0 0%
informasi Teman 4 6%
Petugas kesehatan 0 0%
Lain – lain 5 8%
Tidak mengetahui 44 68%

Pada tabel 3.2 frekuensi pengetahuan santriwati terkait dengan informasi


tentang TB Paru paling banyak didapatkan dari televisi/radio dan Koran/majalah
sebanyak 6 orang (9%). Dari teman sebanyak 4 orang (6%) dan dari lain-lain
sebanyak 5 orang (8%). Sedangkan terdapat 44 orang (68%) yang tidak
mengetahui informasi terkait dengan TB Paru.

c. Penyakit yang diderita santriwati PPDU 3 bulan terakhir selama


di pondok
Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Terkait dengan Penyakit yang diderita
santriwati PPDU 3 bulan terakhir selama di pondok

Penyakit yang diderita santriwati 3 Jumlah %


bulan terakhir
Flu dan Batuk 20 31%
Scabies 27 41%
Demam 18 28%

Berdasarkan tabel 3.3 menunjukkan bahwa scabies merupakan penyakit


yang banyak diderita oleh santriwati selama 3 bulan terakhir dengan jumlah 27
orang (41%), flu dan batuk sebanyak 20 orang (31%) dan demam sebanyak 18
orang (28%).

35
d. Tindakan Santri PPDU Ketika Mengalami Sakit
Tabel 3.4 Distribusi Frekuensi Tindakan Santri Ketika Mengalami
Sakit

Tindakan Santri Ketika Mengalami Sakit Jumlah %

Beli obat sendiri 44 67%


Meminta tolong ustadz 20 30%
Dukun 0 0%
Lain – lain 1 2%

Berdasarkan tabel 3.4 menunjukkan bahwa tindakan santriwati ketika


mengalami sakit paling banyak membeli obat sendiri yakni berjumlah 30
orang (31%), meminta tolong ustadz sebanyak 20 orang (46%) dan lain-
lainnya (menggunakan herbal ) sebanyak 1 orang (2%).

e. Tindakan Santri Mengonsumsi Makanan Gizi Seimbang


Tabel 3.5 Distribusi Tindakan Santri Mengonsumsi Makanan Gizi
Seimbang

Mengkonsumsi makanan gizi seimbang Jumlah %


Nasi 64 98%
Lauk - pauk 62 95%
Sayur / buah 58 89%
Menggunakan garam beryodium 65 100%

Tabel 3.5 menunjukkan bahwa santriwati yang mengonsumsi nasi


sebanyak 64 orang (98%), yang mengonsumsi lauk-pauk sebanyak 62
orang (95%), mengonsumsi sayur/buah sebanyak 58 orang (89%) dan yang
menggunakan garam beryodium sabanyak 65 orang (100%).

36
f. Status Gizi Santriwati PPDU (IMT)
Tabel 3.6 Distribusi Status Gizi Santriwati (IMT)

Status gizi Jumlah %


Kurus Tingkat berat (<17) 10 15%
Kurus Tingkat Ringan (17,0 - 18,4) 14 22%
Normal (18,5 - 25,0) 41 63%
Gemuk Tingkat Ringan (25,1 - 27,0) 0 0%
Gemuk Tingkat Berat (> 27) 0 0%

Pada tabel 3.6 menunjukkan bahwa IMT (indeks masa tubuh) santriwati
paling banyak menunjukkan IMT normal (18,5-25,0) sebanyak 17 orang
(26%), IMT kurus tinggat ringan sebanyak 8 orang (12%) dan IMT kurus
tingkat berat sebanyak 1 orang (2%).

g. Status Pengelihatan Santriwati PPDU


Tabel 3.7 Distribusi Status Pengelihatan Santriwati

Indera penglihatan Jumlah %


Normal (≥ 6/18 - 6/6) 35 54%
Gangguan sedang (> 6/60 - < 6/18) 28 43%
Gangguan berat (> 3/6 - < 6/60) 2 3%
Buta (< 3/60) 0 0%

Pada tabel 3.7 menunjukkan bahwa sebanyak 35 orang (54%) memiliki


pengelihatan yang normal (≥6/8-6/6), sebanyak 28 orang (43%) memiliki
gangguan sedang (>6/60-<6/18) dan sebanyak 2 orang (3%) memiliki
gangguan berat.

37
h. Pendengaran Santri PPDU
Tabel 3.8 Distribusi Status Pengelihatan Santriwati

Indera Pendengaran Jumlah %


Normal (4- 6m) 65 100%
Tuli ringan (2 - < 4m) 0 0%
Tuli sedang (1 - < 2m) 0 0%
Tuli berat (< 10m) 0 0%
Tuli total ( 0 ) 0 0%

Berdasarkan tabel 3.8 didapatkan bahwa santriwati PPDU memiliki


pendengaran normal yakni dengan jumlah 65 orang (100%).

4. Komunikasi
a. Komunikasi yang sering dijumpai oleh santriwati yaitu Handphone,
media komunikasi yang sering digunakan yaitu Handphone dan surat,
santriwati terkadang menelpon orang tua melalui ustazah yang
menetap diasrama.
b. Sumber informasi kesehatan dipesantren didapatkan melalui
penyuluhan.

5. Keamanan dan Transportasi


Keamanan di pondok pesantren Daarul Ukhuwwah ini dijaga oleh
satpam. Jumlah satpam hanya satu orang dan bertugas hanya pada malam
hari disetiap harinya. Untuk keberadaan CCTV masih belum ada.
Pondok pesantren memiliki gerbang utama yang teletak tepat di
pinggir jalan, tinggi gerbang pesantren ±1,5 meter. Pesantren memiliki
pagar yang terbuat dari besi, pagar tersebut hanya menutupi pesantren
bagian depan saja, untuk samping kiri dan kanan dibatasi langsung dengan
tembok, dan bagian belakang tidak terdapat pagar.
Tidak dibutuhkan alat transportasi untuk santriwati menuju sekolah,
karena area pondok/asrama sangat berdekatan dengan sekolah.

38
6. Rekreasi
Lingkungan pondok pesantren memiliki taman yang berada dihalaman
asrama, terdapat dua gazebo yang terbuat dari bamboo yang biasanya
digunakan sebagai tempat berkumpul dengan teman-teman ketika waktu
luang.
Kantin pondok pesantren terdapat dibagian belakang dan hanya buka
pada sore hari. Kunjungan keluarga dijadwalkan pada hari minggu disaat
santriwati libur sekolah. Peraturan pondok pesantren Daarul Ukhuwwah
ini tidak memperbolehkan santri untuk membawa handphone.
Pondok pesantren Daarul Ukhuwwah menjadwalkan kegiatan
rekreasi/study tour untuk para santri sebanyak 1 tahun sekali, yaitu pada
akhir semester genap. Kegiatan study tour biasanya dilakukan di Pantai
atau Coban, yang dimana seluruh santri dan Pembina pondok
mengadakan kemah dan outbound.
7. Politik dan Pemerintahan
a. Tata Tertib di Pondok Pesantren Daarul Ukhwah Putri
Tata tertib umum yang harus dipatuhi oleh santri wati adalah :
1. seluruh penghuni PPDU di haruskan sholat wajib berjemaah
dimasjid kecuali uzur
2. seluruh penghuni PPDU tidak diperbolehkan merokok
3. seluruh penghuni PPDU diharuskan berpakaian menutup aurat
4. seluruh penghuni PPDU diharuskan mengikuti kegiatan
pembinaan rutin binaan
5. seluruh penghuni PPDU diharuskan bersungguh-sungguh
berjuang membantuk pondok
Tata tertib khusus untuk santri
a. Benda-benda dilarang untuk dibawa :
1. Benda-benda tajam atau jimat
2. HP atau ipad
3. Walkmen/MP3/MP4
4. Buku-buku bacaan yang tidak sesuai
5. Pakaian yang berbau golongan tertentu

39
b. Jenis-jenis pelanggaran
1. Pelanggaran Berat
a. Melakukan dosa-dosa besar seperti, mencuri, memiliki jimat,
asusila dll
b. Melawan pengasuh/pengajar/murobbi
c. Menyalahgunakan wewenang yang diamanahkan oleh
pondok
d. Berkelahi
e. Merokok, menggunakan narkoba dan sejenisnya
f. Pelanggaran bahasa yang berulang-ulang dengan sengaja
g. Keluar pondok tanpa izin
h. Tidak masuk kelas tanpa izin
i. Tidak sholat berjemah tanpa uzur
j. Tidak mengikuti kegiatan pondok yang diwajibkan tanpa izin
k. Membully
l. Berpacaran
m. Menggunakan kendaraan bermotor tanpa SIM
n. Membawa HP, IPAD, MP3, MP4 dan sejenisnya

2. Pelanggaran sedang sampai ringan

a. Tidak mematuhi adab-adab


b. Membuang sampai tidak pada tempatnya, tidak
melaksaanakan piketdengan penuh tangggung jawab
c. Tidur bukan ditempat dan waktu yang ditentukan
d. Mengolok-ngolok kawannya
e. Merusak harta benda pondok
f. Makan minum sambil berdiri serta mengubadzirkan makanan
g. Berada diluar kelas ketika jam pelajaran kecuali ada izin
h. Tidak memperhatikan guru mengajar seperti bermain-main,
tidur dan dll
3. Sanksi Hukum

40
a. Hukuman paling ringan diingatkan secara lisan dan hukuman
paling berat dikeluarkan dari PPDU.
b. Jika diperlukan orang tua atau wali akan diminta datang ke
pondok
c. Tidak dibenarkan menghukum secara fisik seperti memukul
d. Diminta untuk bertobat dan minta maaf kepada orang tua atau
wali, guru-guru dan kawan-kawan
e. Semua sanksi bertujuan untuk berdidik
f. Jenis hukuman disesuaikan dengan jenis pelangggarannya
baik kadar maupun berat ringannya
g. Khusus untuk pelanggaran mencuri dan tindakan asusila,
maka apabila terbukti melakukan satu kali saja, maka akan
yang bersanggkutan langsung dipulangkan selamanya.
h. Benda-benda yang dilarang dibawa apabila sudah di rampas
maka tidak akan dikembalikan
i. Mengganti harta benda pondok yang telah dirusakan
j. Santri yang kabur sepenuhnya menjadi tanggung jawab santri
yang bersangkutan dan wali santri, pondok akan
menyampaikan kepada wali santri jika putra atau putrinya
kabur dari pondok.

b. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Daarul Ukhuwwah Putri


Pemimpin pondok KH. DR. Muhammad Ajir Abdi
Moenib, Lc, MA
Direktur PPDU PURTRI I KH. Ahmad Syakirin, Lc, MA
Direktur PPDU PUTRI II KH. DR. M. Musa Syaraf, Lc,
MA
Administrasi Anang Tri Yulianto, S.Si
STAFF Seluruh tenaga pendidik dan
pengola PPDU

41
c. VISI dan MISI Pondok Pesantren Daarul Ukhuwwah Putri

VISI

Menjadikan Pondok Pesantren Daarul Ukhuwwah (PPDU) sebagai


tempat ibadah sekaligus pusat pendididkan islam panutan yang
mendididk generasi Rabani kader ulama pejuang yang siap untuk
membimbing umat menuju ridho Allah dalam sebuah tatanan yang
kokoh, mengedepankan persatuan serta menghindari perpecahan.

MISI

Sejalan dengan VISI diatas maka MISI yang dimiliki oleh PPDU
adalah:

1. Menjadikan Pondok Pesantren Daarul Ukhuwwah (PPDU) sebagi


medan ibadah bagi setiap muslim
2. Menjadikan pondok Pesantren Daarul Ukhuwwah (PPDU) pusat
pendidikan islam panutan
3. Mencetak kader ulama pejuang yang akan membimbing umat
menuju ridho Allah dalam sebuah tatanan yang kokoh,
mengedepankan Ukhuwwah serta menghindari pemecahan.

Kebijakan

SOP Santri Sakit

1. Santri yang sakit melapor kepada pembina kamar


2. Pembina kamar memastikan keadaan santri tersebut
3. Santri yang sakit langsung diarahkan ke UKS
4. Diruang UKS langsung di terima oleh bagian kesehatan
5. Bagian kesehatan mencatat di buku yang telah di sediakan
6. Bagian kesehatan mengambil tindakan dengan mengantarkan santri
yang sakit berobat dengan melaporkan kepada ustad/ustadzah
pengasuh
7. Apabila di perlukan, wali santri akan segera dihubungi

42
8. Santri yang tidak melapor dan mengatakan sakit tetapi tidak mau
ke ruang UKS dianggap sehat

8. Ekonomi
Penanggung jawab keuangan di Pondok pesantren Daarul
Ukhuwah yaitu Ustadzah Dwi. Pemasukan pondok pesantren didapatkan
dari pembayaran SPP, infaq, waqaf, dan beasiswa.

Tabel 3.9 Distribusi Frekuensi Jenis pekerjaan orang tua

Pekerjaan Frekuensi Presentase (%)


PNS 26 37,7
Swasta 25 36,2
Wiraswasta 17 26,1
Tidak Bekerja - -
Total 68 100

Berdasarkan tabel diatas, dari 68 santri mayoritas pekerjaan orang tua


santri adalah PNS sebanyak 26 orang (37,7%). Swasta sebanyak 25 orang
(36,2%), Wiraswasta 17 orang (26,1%).

Tabel 3.10 Distribusi Frekuensi Jumlah Pendapatan Orang Tua


Santri

Penghasilan Frekuensi Presentase


(%)
<Rp. 500.000 2 3
Rp.500.000- 12 17,6
1.500.000
Rp. 1.500.000- 24 35,3
2.500.000
>Rp. 2.500.000 30 44,1
Total 68 100

43
Berdasarkan tabel 3.2 diperoleh penghasilan orang tua santri <Rp. 500.000
sebanyak 2 orang (3%), Rp. 500-000-1.500.000 sebanyak 12 orang
(17,6%), Rp. 1.500.000-2.500.000 sebanyak 24 orang (35,3%), dan
>Rp.2.500.000 sebanyak 30 orang (44,1%).

Tabel 3.11 Distribusi Frekuensi jumlah uang saku siswa di Pondok


Pesantren Daarul Ukhuwwah/ bulan

Uang Saku Frekuensi Presentase


(%)
<Rp. 100.000 9 13,2
Rp. 100.000- Rp. 26 38,2
200.000
Rp. 200.000- 25 36,8
Rp.400.000
>Rp. 400.000 8 11,8
Total 68 100

Berdasarkan tabel 3.3, mayoritas santri memiliki uang saku sebanyak


Rp.100.000-200.000 sebanyak 26 (38,2%). Uang saku <Rp.100.000
sebanyak 9 orang (13,2%), Rp.200.000-400.000 sebanyak 25 orang
(36,8%), dan >Rp.400.000 sebanyak 8 orang (11,8%).

44
Tabel 3.12 Distribusi Biaya Pendidikan di Pondok Pesantren Daarul
Ukhuwwah

Rincian Putri
A Rp. 3000.000,-
Infaq Jariyah * B Rp. 3.500.000,-
C Rp. 4.000.000,-
*Pilihan D Rp. 5.000.000,-
Iuran Tahunan Rp. 2.100.000,-
Insidental Rp. 2.550.000,-
Bulanan Rp. 850.000,-
Wakaf Tunai Rp. 500.000,-

Tabel 3.12 menjelaskan tentang biaya pendidikan yang harus dibayarkan


oleh para santriwati yangdimana biaya tersebut dibagi dengan rincian
yakni infaq jariyah, iuran tahunan, incidental, bulanan dan wakaf tunai.

45
BAB IV
ANALISA MASALAH DAN POA

Data Penunjang Penyebab Masalah

DS: Ketidakmampuan mengatasi masalah Pemeliharaan kesehatan tidak efektif


1. Banyak santriwati mengeluh sering
gatal-gatal
2. Ustazah mengatakan terdapat
banyak tungau pada Kasur
santriwati.
DO:
1. Belum tersedia tong sampah yang
sesuai dengan jenisnya, sehingga
63,2 % santriwati tidak memilah-
milah jenis sampah sesuai jenisnya.
2. Terdapat 41% santriwati yang
mengeluh gatal-gatal dalam 3 bulan
terakhir
3. Petugas melakukan observasi,
Kamar mandi terlihat cukup bersih,
namun terdapat banyak sampah
yang berserakan.
DS: Kurang terpapar informasi dan kurangnya Defisit pengetahuan
1. Banyak santriwati yang mengatakan kesadaran individu
tidak mengetahui tentang penyakit TB
2. Ustazah mengatakan bahwa santriwati
jarang mendapatkan Pendidikan
kesehatan.
3. Dalam satu tahun hanya 1 kali
penyuluhan.
DO:
1. Jumlah data yang menunjukan
santriwati tidak mengetahui tentang
penyakit TB sebanyak 68%.
2. Tidak terdapat media-media
informasi kesehatan yang dapat
dipelajari santriwati seperti poster
atau media-media lainnya.

DS: Kesiapan peningkatan koping komunitas


1. Ustazah mengatakan ketika ada
suatu masalah, akan
dikomunikasikan terlebih dahulu
dengan anggota pondok pesantren
untuk solusi dari masalah tersebut
DO:
1. Terdapat pengurus osis dalam
bidang masing-masing yang
bertanggung jawab terhadap
penanganan suatu masalah
2. Tersedia program rekreasi
setiap satu tahun sekali, yang
diikuti oleh seluruh santri dan
para guru.

Diagnosa Keperawatan :

1. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif b/d Ketidakmampuan mengatasi masalah


2. Defisit pengetahuan b/d Kurang terpapar informasi dan kurangnya kesadaran individu
3. Kesiapan peningkatan koping komunitas
B.Plan Of Action (POA)

NO MASALAH TUJUAN ALTERNATIF Tempat/ Metode Sasaran PJ dan


Data PEMECAHAN Waktu Pelaksana
MASALAH
1. Belum Pemeliharaan Tujuan Memberikan 1. Ceramah Masyarakat Kelompok
tersedia tong kesehatan jangka pendidikan 2. Diskusi Pondok 5
1. sampah yang tidak efektif panjang: kesehatan kepada Pesantren
sesuai dengan b/d Meningkatkan santri Pondok Daarul
jenisnya, ketidakmamp kemampuan Pesantren Daarul Ukhuwwah
sehingga 63,2 uan mengatasi individu dan Ukhuwwah Putri Putri
masalah komunitas mengenai:
% santriwati
dalam 1. Perilaku hidup
tidak
memelihara bersih dan
memilah- kesehatan. sehat.
milah jenis Tujuan 2. Dampak dari
sampah sesuai jangka pemeliharaan
jenisnya. pendek: kesehatan yang
2. Terdapat 41% Setelah tidak efektif.
santriwati dilakukan 3. Manfaat dari
yang penyuluhan pemeliharaan
mengeluh dengan santri kesehatan yang
gatal-gatal Pondok tepat.
dalam 3 bulan Pesantren 4. Penampilan
terakhir Daarul video cara
Ukhuwwah memilah
3. Kamar mandi
terlihat cukup Putri selama sampah sesuai
bersih, namun 1x30 menit dengan jenisnya
terdapat diharapkan
banyak para santri
sampah yang dapat
berserakan. memahami
4. Kurangnya tentang:
kerjasama 1. Perilaku
dengan kader hidup bersih
kesehatan dan sehat.
dalam 2. Dampak dari
pemeliharaan pemeliharaa
UKS/Poskestr n kesehatan
en. yang tidak
efektif.
3. Manfaat dari
pemeliharaa
n kesehatan
yang tepat.
1. Jumlah data Defisit Tujuan Memberikan 1. Ceramah Masyarakat Kelompok
yang pengetahuan jangka pendidikan 2. Diskusi Pondok 5
2. menunjukan b/d Kurang panjang: kesehatan kepada Pesantren
santriwati terpapar Meningkatkan masyarakat Daarul
tidak informasi dan pengetahuan Pondok Pesantren Ukhuwwah
mengetahui kurangnya masyarakat Daarul Ukuwwah Putri
kesadaran Pondok Putri.
tentang
individu Pesantren mengenai:
penyakit Daarul 1. Penyakit
menular TB Ukuwwah menular TB
sebanyak Putri. 2. Pencegahan
68%. Tujuan penyakit TB
2. Tidak terdapat jangka 3. Pentingnya
media pendek: pendidikan
informasi Setelah kesehatan
yang dapat dilakukan reproduksi
dipelajari penyuluhan sejak dini
santriwati dengan santri
seperti poster Pondok
atau media- Pesantren
media Daarul
lainnya. Ukuwwah
Putri selama
1x30 menit
diharapkan
warga dapat
memahami
tentang:
1. Penyakit
menular
seksual
2. Kesehatan
Reproduksi
1. Terdapat Kesiapan Tujuan Memberikan 1. Ceramah Masyarakat Kelompok
3. pengurus osis peningkatan jangka pendidikan 2. Diskusi Pondok 5
dalam bidang koping panjang: kesehatan kepada Pesantren
masing- komunitas Meningkatkan santri Pondok Daarul
masing yang pola adaptasi Pesantren Daarul Ukhuwwah
bertanggung dan Ukhuwwah Putri Putri
penyelesaian mengenai:
jawab
masalah 1. Pemanfaatan
terhadap masyarakat sara kesehatan
penanganan Pondok yang telah
suatu masalah Pesantren disediakan
2. Tersedia Daarul secara
program Ukuwwah maksimal
rekreasi setiap Putri. 2. Dukungan
satu tahun Tujuan program
sekali, yang jangka promosi
diikuti oleh pendek: kesehatan
seluruh santri Setelah komunitas
dan para guru. dilakukan terhadap
penyuluhan kesehatan
dengan santri komunitas.
Pondok
Pesantren
Daarul
Ukuwwah
Putri selama
1x30 menit
diharapkan
warga dapat
memahami
tentang:
1. Pentingnya
partipasi
dalam
program
kesehatan
komunitas
2. Kepatuhan
terhadap
standar
kesehatan
komunitas
SKORING DIAGNOSA KEPERAWATAN MENGGUNAKAN USG

Masalah Keperawatan

1. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif (A)


2. Defisit pengetahuan (B)
3. Kesiapan peningkatan koping komunitas (C)

Masalah U (Urgency) S (Severity) G (Growth)


A:B
Pemeliharaan kesehatan tidak
efektif : Defisit pengetahuan

A:C
Pemeliharaan kesehatan tidak
efektif : Kesiapan peningkatan
koping komunitas

B:C
Defisit pengetahuan : Kesiapan
peningkatan koping komunitas
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Elizabeth T. dkk. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan
Praktik. Edisi 3.Jakarta : EGC

Efendi Ferry. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori Dan Praktek


Dalam Keperawatan. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika

Efendi,Ferry & Makhfudli. (2012). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori


Dan Praktek Dalam Keperawatan. Jilid 2. Jakarta : Salemba Medika

Effendy, Nasrul. (2010) Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat,


Ed.8,EGC Jakarta.

Harnilawati. (2013). Pengantar ilmu keperawatan komunitas. Sulawesi Selatan:


Pustaka AS Salam.

Mubarak dan Chayatin N. (2009). Ilmu kesehatan masyarakat, teori dan aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika.

Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2011. Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan
Teori : Jilid 1. Jakarta : SalembaMedika.
Sumijatun, dkk. 2006. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas. Jakarta: EGC

55

Anda mungkin juga menyukai