Anda di halaman 1dari 32

JOURNAL READING

ANGGOTA
BAGUS SETYA FADRIYANA
MEUTHIA QUIN LATIEFA GERALDINE ELFAHMI
ANANG BAYU SETA
NIDA FAKHRINA
CITRA LESTARI
NUKE YOLANDA JENNIS CANDRA NINGRUM
• Judul : Exploring hysicians, nurses and ward‑based
pharmacists working relationships in a Swedish inpatient
setting: a mixed methods study
• Peneliti : Marcia Håkansson Lindqvist, Maria Gustafsson,
Gisselle Gallego
• Media Publikasi : Journal of Clinical Pharmacy, Springer
• Tahun : 2019
Pokok Penelitian
• Di Swedia masih terbatas penelitian mengenai hubungan kerjasama
antara apoteker, perawat, dan dokter  berpotensi meningkatkan
kecepatan kesembuhan pasien.

• Pada Rumah Sakit di Swedia, seorang apoteker klinis masih belum


menjadi tim inti pada perawatan pasien secara langsung.

• Para Dokter dan Perawat belum mengetahui peran seorang


apoteker klinis dan belum pernah menjain kerjasama di Rumah
Sakit.

Tujuan Penelitian: untuk mengetahui hubungan kolaborasi antara


dokter, perawat dan apoteker klinis pada rumah sakit pedesaan
setelah dikenalkan mengenai pelayanan apoteker klinis.
3
Metode Penelitian
• Penelitian dilakukan di bangsal rumah sakit di
pedesaan Swedia Utara

• Intervensi: Penelitian ini dilakukan pada


September 2015. Tiga apoteker klinis
memberikan pelayanan rekonsiliasi obat,
menjelaskan mengenai obat-obatan, dan visite
bangsal selama 3 hari dalam seminggu selama 6
bulan.

• Dokter dan perawat yang bekerja pada tempat


tersebut dilbatkan dalam wawancara dan survey
penelitian ini.

• Analisis data: transkrip interview diberikan kode


lalu dianalisis dalam excel. Skor PPCI dianalisis
menggunakan STATA 11.0 untuk windows
4
Hasil
CWR (Collaborative Working Relationships) memiliki banyak strategi untuk
01
memahami peran dan kemampuan profesional dari apoteker klinis

02 Skor PCCI dalam penelitian menunjukkan bahwa dokter merasa apoteker


klinis dapat terlibat aktif dalam memberikan perawatan kepada pasien Penelitian
Pentingnya kemampuan profesional dan hubungan kolaborasi bisa berkaitan
03 dengan kepribadian serta kepercayaan dalam antar profesi dapat dibangun dari
waktu ke waktu

Apoteker klinis sangat dihargai dan kolaborasi antar profesi lebih berhasil
04
ketika hubungan kerja sama tersebut dibangun dengan rasa saling percaya dan
saling menghormati satu sama lain dan memahami tanggung jawab masing-
masing.

Kolaborasi antar antara dokter, perawat, dan apoteker klinis menunjukkan


05
hasil yang baik untuk meningkatakan perawatan dan keselamatan pasien serta
memahami tanggung jawab dan peran profesi lain

5
Hasil
Penelitian
Semua dokter (n = 9) yang berinteraksi dengan apoteker
klinis selama pengenalan layanan farmasi klinis
menyelesaikan survei Physician-Pharmacist
Collaboration Index (PPCI)

Rata-rata skor total PPCI adalah 78,6 ± 4,7, total 92 (skor


yang tinggi mewakili hubungan yang lebih maju).

Skor domain rata-rata tertinggi untuk inisiasi hubungan


(13,0 ± 1,3, total 15), dan kepercayaan (38,9 ± 3,4, total
42), diikuti oleh spesifikasi peran (26,3 ± 2,6, total 30).

6
Kesimpulan
Exploring physicians, nurses and
ward‑based pharmacists working
relationships in a Swedish inpatient setting:
a mixed methods study

7
• The PPCI scores suggest that • Berdasarkan Pharmacist Physician
physicians felt that clinical Collaboration Index, para dokter
pharmacists were active in meyakini farmasi aktif dalam
providing patient care, could be penanganan pasien, dapat
trusted to follow up on dipercaya dan kredibel. Oleh
recommendations and were karena itu kedua profesi dapat
credible, and that within the berkolaborasi dengan baik
domain of role specification
there is room for growth of
collaborative relationships.
• The interviews with the • Hasil wawancara antara
pharmacists, physicians and dokter, perawat dan farmasi
nurses, in line with CWR, yang berdasarkan CWR,
show how communication, menunjukkan komunikasi,
collaboration and joint kolaborasi dan saling berbagi
knowledge exchange in the ilmu dalam tim berkembang
team-based intervention dari waktu ke waktu dengan
developed over time, with a focus tujuan utama yaitu
focus on patient care and dalam hal perawatan dan
safety keselamatan pasien
• As the team moved from • Sebuah tim apabila bekerja
professional awareness and berdasarkan asas kesadaran
recognition, through dan mawas diri yang baik,
exploration and trial, maka hubungan antar profesi
professional relationships akan berjalan lama dan akan
expanded, providing muncul cara-cara baru untuk
conditions for finding and mencapai hubungan kerja
creating new ways to work to professional yang
achieve commitment to berkomitmen
professional working
relationships.
ANALISIS DOMAIN
JURNAL 1

11
Nilai dan Etika Kolaborasi
Interprofesi

• Sebelum wawancara ini, apoteker klinis tidak terlibat dalam menyediakan layanan perawatan pasien
di rumah sakit ini. Studi ini menemukan bahwa dokter dan perawat memiliki pengalaman terbatas
bekerja dengan apoteker klinis, memiliki pengetahuan terbatas tentang keterampilan klinis dan
kompetensi klinis mereka, dan mereka memiliki persepsi negatif. Perawat berpikir bahwa apoteker
akan mengambil pekerjaan, dan dokter berpikir bahwa beban kerja mereka akan meningkat. Ini
dianggap sebagai hambatan bagi keberhasilan implementasi layanan.
PERSEPSI

• Setelah dilakukan wawancara, diketahui bahwa hubungan dibangun dari waktu ke waktu; kedekatan
memungkinkan dokter dan perawat untuk berinteraksi dan memahami kompetensi apoteker. Hubungan
profesional awalnya dibangun selama dalam tim rawat inap, dilanjutkan dengan kontak individu
dengan apoteker. Sehingga membuat tingkat kepercayaan kepada apoteker semakin meningkat dan
konsisten.
• Skor PPCI (Physician-Pharmacist Collaboration Index) menunjukkan bahwa dokter merasa apoteker
klinis aktif dalam memberikan perawatan pasien; dapat dipercaya untuk memberikan rekomendasi
KOMUNIKASI DAN
tindak lanjut atau follow up SALING PERCAYA
Nilai dan Etika Kolaborasi
Interprofesi

• Skor PPCI (Physician-Pharmacist Collaboration Index) menunjukkan bahwa dokter merasa apoteker
klinis aktif dalam memberikan perawatan pasien; dapat dipercaya untuk memberikan rekomendasi
tindak lanjut atau follow up
• Terdapat penelitian lain terkait hubungan kolaborasi antara perawat, dokter dan apoteker berbasis tim
di Kanada yang dilakukan oleh Makowsky et al. Apoteker sangat dihargai dan ketika hubungan
kolaborasi dibangun di atas rasa saling percaya dan hormat maka kolaborasi ini lebih berhasil.
PERAN DAN TANGGUNG JAWAB

• Di rumah sakit di Swedia apoteker klinis belum dimasukkan ke dalam tim inti perawatan pasien
rawat inap. Oleh sebab itu, peran tenaga medis yang lebih memahami mengenai obat-obatan
(penggunaan obat) dirasa hilang.
• Apoteker mempunyai kemampuan yang dapat menguntungkan dokter, perawat dan pasien. Hal
ini disebutkan pula oleh salah satu dokter bahwa pengetahuan obat-obatan mereka masih sedikit,
sehingga peran apoteker dalam tim inti medis itu sangat diperlukan.
• Masalah-masalah yang timbul saat bekerja menangani pasien seharusnya dibahas secara
kolaboratif dalam 1 tim (apoteker, perawat, dokter). Dalam diskusi ini antar profesi dapat
bertukar pengetahuan dan mendiskusikan hal-hal terkait pelayanan kepada pasien.
• Baik dari skor PPCI dan data kualitatif menunjukkan bahwa untuk mengembangkan hubungan
kolaborasi yang positif, kejelasan peran sangatlah penting.

PERAN DAN TANGGUNG


JAWAB
PERAN DAN TANGGUNG JAWAB

• Pengetahuan apoteker tentang efek samping obat, berinteraksi dengan pasien dan meninjau daftar obat
pasien dipandang penting.
• Apoteker diharapkan mampu berinteraksi dengan pasien secara langsung, terutama mengenai
edukasi penggunaan obat. Karena mereka yang lebih faham, dan dokter-perawat pun juga sangat
terbantu. Karena diharapkan pasien lebih memahami akan cara penggunaan obat sehingga resiko
terjadi kesalahan pemberian obat dapat ditekan

MENCEGAH MEDICATION ERROR


INTERPROFESSIONAL
KOMUNIKASI

• Apoteker dapat menjelaskan apabila seseorang sakit dikarenakan terapi yang diberikan
sebelumnya maka pasien tersebut seharusnya tidak menggunakan terapi obat tersebut. Apoteker
bisa menyampaikan kepada dokter atau perawat, sehingga bisa mendiskusikan kembali untuk
mengganti obat apa yang sesuai dengan penyakit pasien. Hal ini mengutamakan keselamatan
pasien.
KOMUNIKASI

• Komunikasi interprofesi yang dilakukan oleh apoteker, perawat, dan dokter dilakukan secara
terbuka, berbasis diskusi dan kolaboratif, dan saling sharing ilmu pengetahuan
TEAM DAN KOLABORASI TEAM

• Terdapat penelitian yang mengeksplorasi hubungan kolaborasi Dokter Umum dan


Apoteker Komunitas yang dilakukan oleh Rathbone et al. Hubungan kolaborasi dapat
dibangun selama berinteraksi. Tenaga profesional perlu berbagi perspektif yang sama
tentang tujuan dan peran masing-masing agar hubungan kolaborasi dapat terjadi.
• Masalah-masalah yang timbul saat bekerja menangani pasien seharusnya dibahas
secara kolaboratif dalam 1 tim (apoteker, perawat, dokter). Dalam diskusi ini antar
profesi dapat bertukar pengetahuan dan mendiskusikan hal-hal terkait pelayanan
kepada pasien. KOLABORASI

• Apoteker menggambarkan integrasi/pembauran mereka di dalam tim dokter dan


perawat di ruang rawat inap dengan pandangan optimis.
• Wawancara dengan para apoteker, dokter, dan perawat, sejalan dengan hubungan
kolaborasi (CWR), menunjukkan bagaimana komunikasi, kolaborasi, dan pertukaran
pengetahuan bersama berbasis tim berkembang dari waktu ke waktu, dengan fokus
pada perawatan dan keselamatan pasien.
Kelebihan Jurnal

Jurnal ini dapat dijadikan bukti dan motivasi bahwa hubungan dokter-farmasi-perawat yang
baik akan dapat memaksimalkan pelayanan dan keselamatan pasien
01
02

I hope and I believe that this Template will your Time, Money and Reputation. Get a modern
PowerPoint Presentation that is beautifully designed.
04

12
Kekurangan Jurnal

Tidak semua dokter dan perawat yang termasuk dalam intervensi mengikuti sesi interview
01

Hubungan perawat dan farmasi, tidak diukur menggunakan skoring


02

Jurnal ini membahas hubungan tenaga kesehatan hanya terbatas pada hubungan dokter-
perawat-farmasi saja
03

I hope and I believe that this Template will your Time, Money and Reputation. Get a modern
PowerPoint Presentation that is beautifully designed.
04

13
Penerapan Jurnal

Jurnal ini dapat diaplikasikan pada fasilitas


kesehatan, yakni farmasi yang berperan di fasilitas
kesehatan berupa rekonsiliiasi obat, review obat
dan visite rutin di ruangan dapat meningkatkan
pelayanan dan keselamatan pasien.
Jurnal ini dapat dijadikan acuan bahwa pelayanan
kesehatan yang berbentuk tim dapat meningkatkan
profesionalitas dan hubungan kerja yang baik

14
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Nilai dan Etika
Kepercayaan dibangun dari waktu ke waktu, dan hubungan kadang-
kadang cenderung terkait dengan kepentingan pribadi, bagaimana
membangun dan meningkatkan hubungan interprofesi
2. Peran dan Tanggung jawab
Saat ini, banyak apoteker yang terlibat dalam layanan klinis di bangsal
rumah sakit
Dokter mengetahui tentang obat, pengetahuan apoteker tentang obat
pasien dipandang penting juga
3. IPE Komunikasi
Baik apoteker, dokter, perawat ada merasa kekhwatiran untuk memulai
hubungan kerjasama karena tidak terjadinya komunikasi yang efektif
satu sama lain
4. Team dan Kolaborasi Team
Bagaimana menjalin hubungan antara dokter, perawat dan apoteker 14
RENCANA SOLUSI
“Bagaimana Menjalin Hubungan Kolaborasi Antara Dokter, Apoteker dan Perawat?”
Rencana Solusi
Pelayanan farmasi klinik sebagaimana dimaksud
meliputi:
• Pengkajian dan pelayanan Resep (aspek administratif,
klinis, farmasetis)
• Penelusuran riwayat penggunaan Obat
• Rekonsiliasi Obat
• Pelayanan Informasi Obat (PIO)
• Konseling
• Visite
• Pemantauan Terapi Obat (PTO)
• Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
• Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
• dispensing sediaan steril
• Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)
Permenkes No 72 Tahun 2016 Tentang Standart Pelayanan Kefarmasian di RS
17
Rencana Solusi
• Membangun hubungan baik interprofessional penting
dilakukan. Hal pertama yang dilakukan yakni membangun
kepercayaan antar profesi, lalu mempercayai diri sendiri
serta kompetensi pekerjaan, sehingga orang lain akan
mempercayai mereka, dan merangsang mereka memiliki
tanggung jawab atas profesi sendiri dan dapat
menjalankan peran profesi yang baik. Kolaborasi
interprofesi yang baik sendiri akan menyebabkan
peningkatan kepercayaan pasien pada rumah sakit.
• Saling berbagi pengetahuan dan mendapatkan wawasan
baru tentang pasien
• Hubungan baik interprofesi kesehatan perlu dibangun
sejak dini yakni sejak dunia perkuliahan agar mahasiswa
kesehatan lebih dini mengetahui kepercayaan serta rasa
hormat antar profesi, dan mereka saling mendapatkan
keuntungan satu sama lain dengan saling sharing ilmu
masing-masing

Nortvedt, et al, 2019. Enabling collaboration and building trust among health science students attending
an interprofessional educational project. Cogent Medicine. p 1-15 19
Terdapat 3 hal utama yang diidentifikasi sebagai
mediator kolaborasi antar profesional :
1. Frekuensi kontak, menggambarkan interaksi dengan
para professional
2. Ko-kolaborator, terkait dengan persepsi kredibilitas
mitra kolaboratif
3. Sifat komunikasi, yang menggabungkan dua sub
tema, (1) metode komunikasi dan (2) jenis komunikasi
Frekuensi Kontak
• Frekuensi interaksi satu sama lain merupakan hal penting untuk keberhasilan
kolaborasi
• Pasien juga memiliki hubungan baik dengan dokter atau apoteker setempat yang
dimediasi oleh kontak secara teratur, dan bersedia berkolaborasi satu sama lain
untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan.
• Perlunya interaksi yang sering antara pasien dan tenaga kesehatan profesional
dalam perawatan pasien juga perlu diterapkan untuk berkolaborasi dengan
profesional medis lainnya.
Ko-Kolaborator
• Kredibilitas adalah masalah yang ditengahi dengan siapa dan kapan
kolaborasi efektif dapat terjadi untuk meningkatkan kepatuhan. Sebagai
contoh, dokter mempertanyakan kredibilitas praktisi perawatan kesehatan
dengan perspektif paradigmatik dan tidak menganggap mereka sebagai
kolaborator yang cocok dalam perawatan pasien.
• Apoteker dan dokter umum tidak berbagi perspektif yang sama tentang
peran dan tujuan sehingga kolaborasi lebih sulit karena kurangnya
kepercayaan. Ketika apoteker dan dokter berinteraksi satu sama lain pada
lokasi yang sama maka perspektif dapat diselaraskan yang mengarah ke
perspektif dan kepercayaan bersama.
• co-location dilaporkan sebagai fasilitator kolaborasi yang signifikan
Sifat Komunikasi
Sifat komunikasi ditandai oleh 2 subtema.
• Metode komunikasi, berkaitan dengan bagaimana sebenarnya kolaborator
berkomunikasi. Berbagai alat komunikasi digunakan untuk kolaborasi
antarprofesional termasuk secara tertulis, elektronik, telepon dan tatap muka.
Dilaporkan bahwa komunikasi secara elektronik dan tertulis efekktif efektif
untuk interaksi kecil/rutin dalam pertukaran informasi, tetapi komunikasi tatap
muka sebagai yang terbaik untuk memupuk kolaborasi yang efektif.
• Jenis komunikasi muncul ketika kedua kelompok profesional menghubungi
satu sama lain ketika dihadapkan dengan masalah, dan hanya beberapa
contoh komunikasi proaktif yaitu pertemuan rutin.
• Hubungan satu sama lain dapat mengubah perspektif kredibilitas dan rasa
hormat serta membangun kepercayaan. Ketika perspektif diselaraskan dan
peran dibagikan, dokter dan apoteker saling percaya satu sama lain dan
kolaborasi terjadi lebih mudah.
• Proses sosialisasi antara apoteker dan dokter, di mana hubungan dan
perspektif bersama dibangun secara sosial, menghasilkan kepercayaan dan
memfasilitasi kolaborasi.
Rathbone, Adam; Sarab Mansoor; Ines Krass;
Hamrosi Kim and Parisa Aslani. 2016. Qualitative
Study To Conceptualise a Model of Interprofessional
Collaboration Between Pharmacists and General
Practitioners To Support Patients’ Adherence To
Medication. BMJ Open 2016;6:e010488.
doi:10.1136/bmjopen-2015-010488
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai