1
Kondisi ini berkembang secara professional, sehingga pada tahun 1900
terdapat 12.000 perawat terlatih diseluruh USA (Visiting Nurses / VN ;
memberikan asuhan keperawatan dirumah pada keluarga miskin, Public
Health Nurses, melakukan upaya promosi dan prevensi untuk melindungi
kesehatan masyarakat, serta Perawat Praktik Mandiri yang melakukan asuhan
keperawatan pasien dirumahsesuai kebutuhannya). (Lerman D. & Eric B.L,
1993).
Kondisi ini terus berkembang sehingga pada tahun 1992 ditetapkan
peran District Nurse (DN) adalah :
a. Merawat orang sakit dirumah, sampai klien mampu mandiri.
b. Merawat orang sakaratul maut dirumah agar meninggal dengan nyaman
dan damai.
c. Mengajarkan ketrampilan keperawatan dasar kepada klien dan keluarga,
agar dapat digunakanpada saat kunjungan perawat telah berlalu.
Selain District Nurse (DN), di UK juga muncul perawat Health Visitor
(HV) yang berperansebagai District Nurse (DN) ditambah dengan peran lain
ialah :
a. Melakukan penyuluhan dan konseling pada klien, keluarga maupun
masyarakat luas dalamupaya pencegahan penyakit dan promosi
kesehatan.
b. Memberikan saran dan pandangan bagaimana mengelola
kesehatan dan kesejahteraanmasyarakat sesuai dengan kondisi
setempat.
2. Di Dalam Negeri
Di Indonesia, layanan Home Care (HC) sebenarnya bukan merupakan
hal yang baru, karena merawat pasien di rumah baik yang dilakukan oleh
anggota keluarga yang dilatih dan atau oleh tenaga keperawatan melalui
kunjungan rumah secara perorangan, adalah merupakan hal biasasejak dahulu
2
kala. Sebagai contoh dapat dikemukakan dalam perawatan maternitas, dimana
RS Budi Kemulyaan di Jakarta yang merupakan RS pendidikan Bidan tertua
di Indonesia, sejak berdirinya sampai sekitar tahun 1975 telah melakukan
program Home Care (HC) yang disebut dengan “Partus Luar”.
3
2. Perspektif Regulasi dan Kebijakan Pemerintah tentang Home Care
4
Siapa yg berwenang melakukan tugas perawatan kunjungan rumah,
disebutkan dalam Kepmenkes No. : 1239/Menkes/SK/XI/2001.
a. Pasal 22 :
1) Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan askep dlm bentuk
kunjungan rumah.
2) Perawat dlm melakukan askep dlm bentuk kunjungan rumah harus
membawa perlengkapan perawatan sesuai kebutuhan.
(4) Home care sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan bagian atau
lanjutan dari pelayanan kesehatn yg berkesinambungan dan komprehensif Yg
diberikan kpd individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yg bertujuan
utk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau
memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan dampak penyakit.
5
semakin berkembang. Perkembangan teknologi komunikasi memungkinkan
pasien, keluarga dan perawat dapat melakukan aktifitas pelayanan dengan
baik. Penggunaan personal digital assitence sangat membantu dalam
melakukan telementoring, konsultasi dan dokumentasi tindakan keperawatan
yang di lakukan (Rice, 2016).
6
BAB II
7
tunjangan dari Medicare telah habis masa berlakunya sedangkan klien
membutuhkan perawatan yang terus-menerus tetapi tidak ingin atau tidak
mampu membayar biayanya.
2. Aspek etik dalam home care
a. Kode etik menurut ANA (1985) menyebutkan bahwa perawat menjaga
hak klien terhadap privasi dengan bijaksana melindungi informasi yang
bersifat rahasia.
b. Kode etik keperawatan indonesia ( PPNI, 2000) yaitu perawat wajib
merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas
yang dipercayakan kepadanyakecuali jika diperlukan oleh yang
berwenang sesuai ketentuan hokum yang berlaku (Muhamad Mu’in,
2015).
Beberapa perawat akan menghadapi dilema etis bila mereka harus memilih
antara menaati peraturan atau memenuhi kebutuhan untuk klien lansia, miskin dan
klien yang menderita penyakit kronik. Perawat harus mengetahui kebijakan
tentang perawatan di rumah untuk melengkapi dokumentasi klinis yang akan
memberikan penggantian biaya yang optimal untuk klien. Didalam praktik juga
harus memperhatikan dimensi politi, etika dan isu-isu seperti akses ke layanan atau
alokasi sumber daya, menajement kasus menjadi semakin pragmatis, serta
berbagai tanggapan dari masyarakat terhadap praktik mandiri (Kristin Bjornsdottir,
2009).
Pasal Krusial Dalam Kepmenkes 1239/2001 Tentang Praktik Keperawatan :
1. Melakukan asuhan keperawatan meliputi Pengkajian, penetapan diagnosa
keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan dan evaluasi.
2. Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan atas permintaan tertulis
dokter
3. Dalam melaksanakan kewenangan perawat berkewajiban :
a. Menghormati hak pasien.
b. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani.
8
c. Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
d. Memberikan informasi.
e. Meminta persetujuan tindakan yang dilakukan.
f. Melakukan catatan perawatan dengan baik
4. Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang , perawat berwenang
melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan yang ditujukan untuk
penyelamatan jiwa.
5. Perawat yang menjalankan praktik perorangan harus mencantumkan SIPP di
ruang praktiknya.
6. Perawat yang menjalankan praktik perorangan tidak diperbolehkan memasang
papan praktik (sedang dalam proses amandemen)
7. Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan dalam bentuk kunjungan
rumah.
8. Persyaratan praktik perorangan sekurang-kurangnya memenuhi :
a. Tempat praktik memenuhi syarat.
b. Memiliki perlengkapan peralatan dan administrasi termasuk formulir
/buku kunjungan, catatan tindakan dan formulir rujukan (Fatchulloh,
2015).
B. Aturan – aturan yang Mendukung
1. Perizinan
Perizinan home care diatur dalam Kep. Menkes no 148 tahun 210
tentang izin dan penyelenggaraan parktik perawat.dan permenkes 17/ 2013.
Perizinan diatur SSI peraturan yang ditetapkan pemerintah pusat maupun
daerah (Fatchulloh, 2015). Perizinan yang menyangkut operasional
pengelolaan pelayanan kesehatan rumah dan praktik yang dilaksanakan oleh
tenaga profesional dan non profesional diatur sesuai dengan peraturan yang
ditetapkan, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
9
Persyaratan perizinan
a. Berbadan hukum yang ditetapkan di badan kesehatan akte notaris tentang
yayasan di badan kesehatan.
b. Mengajukan permohonan izin usaha pelayanan kesehatan rumah kepada
Dinas Kesehatan Kota setempat dengan melampirkan:
1) Rekomendasi dari organisasi profesi.
2) Surat keterangan sehat dari dokter yang mempunyai SIP.
3) Surat pernyataan memiliki tempat praktik.
4) Izin lingkungan.
5) Izin usaha.
6) Persyaratan tata ruangan bangunan melipti ruang direktur, ruang
manajemen pelayanan, gudang sarana dan peralatan, sarana
komunikasi, dan sarana transportasi,
7) Izin persyaratan tenaga meliputi izin praktik profesional dan sertifikasi
pelayanan kesehatan rumah.
c. Memiliki SIP, SIK dan SIPP.
d. Perawat dapat melaksankan praktik keperwatan pada saran pelayanan
kesehatan, praktik perorangan dan/atau berkelompok
e. Perawat yang melaksanakan praktik keperawatan pada sarana pelayanan
kesehatan harus memiliki SIK
f. Perawat yang praktik perorangan/berkelompok harus memiliki SIPP
g. Mendapatkan rkomendasi dari PPNI
10
2. Akreditasi
Penilaian kembali terhadap mutu pelayanan kesehatan yang diterima
masyarakat, dilakukan baik oleh pemerintah atau badan independen yang akan
mengendalikan pelayanan kesehatan rumah. Tujuan proses akreditasi, agar
seluruh komponen pelayanan dapat berfungsi secara optimal, tidak terjadi
penyalahgunaan serta penyimpangan. Komponen evaluasi meliputi :
a. Pelayanan masyarakat
b. Organisasi dan administrasi
c. Program
d. Staf/personal
e. Evaluasi
f. Rencana yang akan datang
Standar penilaian akreditasi khusus home care yang dikeluarkan oleh
Komite Joint Commision Internasional (ICT) ini merupakan standar penilaian
penerapan home care berfokus pada pasien. Penilaian tersebut meliputi
keselamatan pasien, akses dan asesmen pasien, hak dan tanggung jawab
pasien, perawatan dan kontiniutas pelayanan, manajemen obat pasien serta
pendidikan pasien dan keluarga.
Perawat yang memiliki peran advokasi bertanggung jawab dalam
mempertahankan keamanan pasien, mecegah terjadinya kecelakaan dan
melindungi pasien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan. Penerapan
pendidikan bagi pasien dan keluarga perawat dapat memberikan informasi
tambahan untuk pasien yang sedang berusaha memutuskan suatu masalah,
memberikan pendidikan kesehatan yang menunjang kesehatan pasien. Hal-hal
tersebut diatas dapat ditunjang dengan pengetahuan perawat terkait penerapan
dan penatalaksanaan pendidikan pada pasien dan keluarga di unit pelayanan
home care.
11
C. Malpraktik
Vestal, K.W. (l995) mengatakan bahwa untuk mengatakan secara pasti
malpraktik, apabila pengguagat dapat menunujukkan hal-hal dibawah ini :
12
Bidang Pekerjaan Perawat Yang Berisiko Melakakan Kesalahan :
Caffee (1991) dalam Vestal, K.W. (1995) mengidentifikasi 3 area yang
memungkinkan perawat berisiko melakukan kesalahan, yaitu tahap pengkajian
keperawatan (assessment errors), perencanaan keperawatan (planning errors), dan
tindakan intervensi keperawatan (intervention errors). Untuk lebih jelasnya dapat
diuraikan sebagai berikut :
13
tindakan kolaborasi, kegagalan melakukan asuhan keperawatan secara hati-hati,
kegagalan mengikuti/mencatat order/pesan dari dokter atau dari penyelia.
Kesalahan pada tindakan keperawatan yang sering terjadi adalah kesalahan dalam
membaca pesan/order, mengidentifikasi pasien sebelum dilakukan
tindakan/prosedur, memberikan obat, dan terapi pembatasan (restrictive therapy).
Dari seluruh kegiatan ini yang paling berbahaya tampaknya pada tindakan
pemberian obat. Oleh karena itu, perlu adanya komunikasi yang baik di antara
anggota tim kesehatan maupun terhadap pasien dan keluarganya. Untuk
menghindari kesalahan ini,, sebaiknya rumah sakit tetap melaksanakan program
pendidikan berkelanjutan (Continuing Nursing Education).
14
Semua orang dewasa mempunyai otonomi, hak membuat keputusan-
keputusan bagi dirinya sendiri selama keputusan-keputusan itu tidak
membahayakan atau merugikan orang lain. Saat mengambil keputusan tentang
suatu terapi pembedahan atau terapi medik,setiap pasien punya hak untuk menolak
terapi yang demikian, atauuntuk memilih terapi alternatif.Pada kasus ini klien akan
dilakukan tindakan vakum ekstrasi, kliendapat mengambil keputusan untuk
dilkukan tindakan tersebut atau tidak Klien juga mendapatkan hak untuk
mengetahui resiko dan manfaat dari tindakan vakum ekstraksi tersebut.
15
9. Peneliti : mengidentifikasi masalah praktik dan mencari jawaban melalui
pendekatan ilmiah.
F. Keterampilan Dasar yang harus dikuasai
Home Care SK Dirjen Dirjen YAN MED NO HK. 00.06.5.1.311
menyebutkan ada 23 tindakan keperawatan mandiri yang bisa dilakukan oleh
perawat home care antara lain :
16
6. Menerapkan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH)
7. Memahami kontinum sehat- sakit
8. Memahami dasar-dasar penyakit sederhana yang umum di masyarakat
9. Memahami peningkatan kesehatan dan pelayanan kesehatan utama
10. Memahami pemberian obat
11. Memahami kemampuan interpersonal dan massa
12. Prinsip-prinsip perkembangan manusia
13. Memahami tahap-tahap perkemangan manusia
14. Memahami sikap pelayanan perawat sesuai dengan tahapan perkembangan
15. Memahami tentang stress
16. Memahami kebutuhan dasar manusia
17. Memahami tentang kesehatan reproduksi
18. Memahami perilaku empatik
19. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
20. Melakukan mobilisasi pasif terhadap klien/pasien
21. Melakukan pemberian nutrisi
22. Melaksanakan tugas sesuai dengan etika keperawatan, dan kaidah hukum
17
BAB III
18
Contoh aplikasi teori science of unitary human beings dalam
pelayanan home care nursing adalah :
1) Terapi komplementer alternatif berbasis biologis (herbal dan
suplemen)
2) Terapi komplementer elternatif berbasis energy ( prana, reiki, qi –
going, infrared).
3) Terapi komplementer alternatif berbasis body manipulasi ( massage,
shiatsu, refleksi, akupresur, bekam, dan akupunture )
4) Terapi komplementer alternatif berbasis mind and body ( meditasi,
terapi tertawa, yoga dan story telling )
5) Sistem terapi seperti ayur wedha atau obat tradisional cina.
b. Transcultural Nursing
Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh
pemahaman tentang adanya, perbedaan nilai – nilai cultural yang melekat
dalam masyarakat dan berasal dari disiplin ilmu atropologi konteks
keperawatan. Teori ini menekankan betapa pentingnya pemahaman
budaya pasien dan keluarga ketika melakukan pelayanan keperawatan.
Terkadang perawat dihadapkan pada dilemma antara tetap fokus
menggunakan pendekatan konvensional dan mengabaikan atau menolak
budaya pasien tentang penyakit. Perawat sering memaksakan konsep
konvensional dan mengabaikan paradigma budaya pasien. Dengan teori
ini, perawat diharapkan senantiasa mempu berfikir luas dalam mengatasi
permasalahan kesehatan pasien, baik dengan pendekatan konvensional
maupun modern.
Leininger beranggapan bahwa pentingnya memperhatikan
keanekaragaman budaya dan nilai – nilai dalam penerapan asuhan
keperawatan. Dalam menangani pasien jangan pernah melakukan
19
dikotomi antara metode konvensional dan tradisional, tetapi hendaknya
menggunakan secara bijaksana karena pasien adalah manusia yang unik
sehingga penanganan harus dilakukan secara holistic guna mencegah
terjadinya cultural shock.
Cultural shock akan dialami klien ketika perawat tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini
menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan
dapat menyebabkan disorientasi. Aplikasi transkultural nursing dalam
pelayanan home care nursing pada pasien harus memperhatikan aspek
budaya yang diyakini pasien, seperti :
1) Filosofi dan keyakinan pasien
2) Pandangan hidup pasien
3) Pendidikan
4) Pekerjaan
5) Kekerabatan
6) Teknologi
7) Regulasi
20
Teori self care deficit diterapkan bila anak belum dewasa, kebutuhan
melebihi kemampuan perawatan, kemampuan sebanding dengan
kebutuhan tetapi diprediksi untuk masa yang akan datang, kemungkinan
terjadi penurunan kemampuan dan peningkatan kebutuhan.
Dalam pemenuhan perawatan diri sendiri serta membantu dalam
proses penyelesaian masalah, orem memiliki metode untuk proses
tersebut diantaranya adalah bertindak atau berbuat untuk orang lain,
sebagai pembimbing orang lain, memberi support baik secara fisik atau
psikologis, meningkatkan pengembangan lingkungan untuk
pengembangan pribadi, serta mengajarkan atau member pendidikan pada
orang lain.
Inti dari teori ini adalah menggambarkan manusia sebagai penerima
perawatan yang tidak mampu memenuhi kebutuhan perawatan dirinya
dan memiliki berbagai keterbatasan – keterbatasan dalam mencapai taraf
kesehatanya. Perawatan yang diberikan didasarkan kepada tingkat
ketergantungan, yaitu ketergantungan total atau parsial. Difisit perawatan
diri menjelaskan hubungan antara kemampuan seseorang dalam bertindak
atau beraktifitas dengan tuntunan kebutuhan tentang perawatan diri.
Sehingga bila tuntutan lebih besar dari kemampuan, maka ia akan
mengalami penurunan atau defisit perawatan diri.
21
1) Kesehatan mencakup kondisi yang digambarkan sebagai penyakit,
atau, dalam istilah medis, patologi.
2) Kondisi patologis ini dapat dianggap sebagai manifestasi dari pola
total pasien.
3) Pola pasien individu yang akhirnya memanifestasikan dirinya sebagai
patologi adalah primer, dan ada sebelum perubahan struktural atau
fungsional.
4) Penghapusan patologi tidak akan dengan sendirinya mengubah pola
pasien individu.
5) Jika menjadi sakit adalah satu-satunya cara pola pasien individu dapat
memanifestasikan dirinya, maka itu adalah kesehatan bagi pasien
individu tersebut.
6) Kesehatan adalah perluasan kesadaran
22
kesadaran diri individu dan lingkungan seseorang. Dia juga menyatakan
bahwa "kesadaran adalah manifestasi dari pola interaksi orang-lingkungan
yang berkembang."
23
Pelayanan perawatan kesehatan rumah diberikan kepada individu dan
keluarga sesuai kebutuhan mereka, dengan perencanaan dan koordinasi
yang dilakukan oleh pelayanan kesehatan seperti: puskesmas, klinik
dokter, praktek bidan, perawat, atau praktek bersama oleh profesi lain
(ahli gizi, psikolog, fisioterapist, terapi wicara, dll) dengan pengiriman
staf atau perawat rumah atas kesepakan bersama dengan klien sesuai
peraturan dan kewenangan yang berlaku. Pelayanan kesehatan tersebut
difasilitasi oleh departemen kesehatan bekerja sama dengan berbagai
pihak terkait. Pelayanan perawatan kesehatan rumah meliputi
penyediaaan pelayanan keperawatan klien di rumah, rehabilitasi fisik,
terapi diet, konseling psikolog (Stanhope & Lancaster, 1999). Pelayanan
perawatan kesehatan rumah juga dapat diartikan sebagai “Medicare”
1) Pelayanan paruh waktu atau secara terus menerus, dengan perawatan
yang diberikan dibawah pengawasan seorang perawat professional
yang sudah terregistrasi/terdaftar.
2) Terapi fisik, terapi okupasional, dan terapi wicara
3) Pelayanan kesehatan sosial berada dibawah pengawasan dokter
4) Pelayanan paruh waktu atau secara terus menerus yang dilakukan oleh
pembantu perawat kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
5) Kebutuhan medis selain obat-obatan, benda biologis seperti serum dan
vaksin yang penggunaannya dalam aplikasi medis/kedokteran
6) Pelayanan medis diberikan oleh seseorang yang sudah mendapat izin
praktek perawatan kesehatan rumah melalui agency atau suatu
program dari rumah sakit
24
4) Pelayanan Kesehatan Praktek Mandiri atau Berkelompok
5) Yayasan Pelayanan Sosial
25
Kepmenkes RI No. 1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang registrasi
dan praktik perawat bahwa: Praktik keperawatan merupakan
tindakan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat secara
mandiri dan professional melalui kerjasama bersifat kolaboratif
dengan klien dan tenaga kesehatan lainnya sesuai ruang lingkup
wewenang dan tanggung jawab. Lingkup kewenangan
perawat dalam praktik keperawatan professional terhadap
klien individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat dalam
rentang sehat-sakit sepanjang daur kehidupan.
Asuhan keperawatan diberikan dengan menggunakan proses
keperawatan yang terdiri dari pengkajian, penetapan diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan tindakan keperawatan, dan
evaluasi keperawatan yang dapat diterapka pada asuhan
keperawatan gerontik pada klien usia 60 tahun keatas yang mengalami
proses penuaan dan masalahnya baik ditatanan pelayanan kesehatan
maupun di wilayah binaan di masyarakat (asuhan keperawatan
komunitas pada kelompok khusus). Dalam perawatan kesehatan
di rumah, perawat akan melakukan kunjungan rumah (home
visite) dan melakukan catatan perubahan dan evaluasi
terhadap perkembangan kesehatan klien. Peran perawat dalam
perawatan kesehatan rumah berupa koordinasi dan pemberi
asuhan keperawatan
a) koordinator,
b) pemberi pelayanan kesehatan dimana perawat memberikan
perawatan langsung kepada klien dan keluarganya,
c) (3) pendidik, perawat mengadakan penyuluhan kesehatan
dan mengajarkan caraperawatan secara mandiri
d) pengelola, perawat mengelola pelayanan kesehatan/keperawatan
klien
26
e) sebagai konselor, dengan memberikan konseling/bimbingan
kepada klien dan keluarga berkaitan dengan masalah kesehatan
klien
f) advocate (pembela klien) yang melindunginya dalam pelayanan
keperawatan, dan
g) sebagai peneliti untuk mengembangkan pelayanan keperawatan.
2) Dokter
Program perawatan rumah umumnya berada dibawah
pengawasan seorang dokter untuk memastikan masalah kesehatan
klien. Dokter berperan dalam memberikan informasi tentang diagnosa
medis klien, test-diagnostik, rencana pengobatan dan perawatan
rumah, penentuan keterbatasan kemampuan, upaya perawatan,
pencegahan, lama perawatan, terapi fisik, dll. Bila diperlukan
dilakukan kolaborasi dengan perawat, dimana perawat yang
melakukan kunjungan rumah harus mendapat izin dan keterangan dari
dokter yang bersangkutan sebagai penanggungjawab terapi program.
Program perawatan di rumah harus dilakukan follow up oleh dokter
tersebut minimal setelah 60 hari kerja, sehingga dapat disepakati
apakah program dilanjutkan / tidak.
27
3) Speech Therapist
Merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan bagi klien
dengan gangguan atau kesulitan dalam berbicara dan berkomunikasi,
dengan tujuan untuk membantu klien agar dapat mengoptimalkan
fungsi-fungsi otot bicara agar memiliki kemampuan dalam
berkomunkasi melalui latihan berbicara.
4) Fisioterapist
Program yang dilakukan adalah tindakan berfokus pada
pemeliharaan, pencegahan, dan pemulihan kondisi klien di rumah.
Aktivitas perawatan kesehatan rumah yang dilakukan adalah
melakukan latihan penguatan otot ekstremitas, pemulihan mobilitas
fisik, latihan berjalan, aktif-pasif, atau tindakan terapi postural
drainase klien COPD. Latihan lain berhubungan dengan penggunaan
alat kesehatan tertentu, seperti; pemijatan, stimulasi listrik saraf, terapi
panas, air, dan penggunaan sinar ultraviolet. Dalam hal ini ahli
fisioterapist juga mempunyai kewajiban untuk mengajarkan klien atau
keluarganya tentang langkah-langkah dalam latihan program yang
diberikan.
5) Pekerja Sosial Medis
Pekerja sosial medis yang sudah mendapatkan
training/pelatihan dapat diperbantukan dalam perawatan klien dan
keluarganya untuk jangka waktu yang panjang, khususnya pada klien
dengan penyakit kronis (long term care). Pekerja sosial sangat berguna
pada masa transisi dari peran perawatan medis atau perawat kepada
klien/keluarga.
28
BAB IV
29
5) Siapkan file asuhan keperawatan pasien.
6) Dapatkan informasi tentang sumber-sumber di keluarga dan
masyarakat.
7) Siapkan informasi dan alat bantu/media untuk pendidikan kesehatan
b. Pelaksanaan
1) Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan
2) Observasi lingkungan berkaitan dengan keamanan perawat
3) Minta keluarga menandatangani form persetujuan pelayanan
keperawatan kesehatan di rumah (untuk kunjungan pertama kali)
4) Lengkapi pengkajian data dasar pasien, review program pengobatan
mencakup efek terapi dan efek samping obat yang diberikan, anjurkan
pasien atau keluarga menginformasikan masalah-masalah yang
dihadapi
5) Diskusikan rencana pelayanan yang telah dibuat untuk pasien dan
identifikasi kemajuan atau hal lain yang perlu ditingkatkan
6) Lakukan perawatan langsung dan pendidikan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan
7) Diskusikan kebutuhan rujukan, kolaborasi dan konsultasi yang
diperlukan
8) Diskusikan rencana kunjungan selanjutnya dan aktifitas yang akan
dilakukan
9) Dokumentasikan kegiatan/informasi yang diperoleh
30
c. Monitoring dan evaluasi
Monitoring dilakukan oleh tim kesehatan terkait dengan melihat
perubahan status medis, perubahan kemampuan fungsional pasien,
kebutuhan pendidikan pasien dan keluarga. Evaluasi berdasarkan:
1) Keakuratan dan kelengkapan pengkajian data awal
2) Menilai kesesuaian perencanaan dan ketepatan dalam melakukan
tindakan/pelayanan
3) Menilai efektivitas dan efisiensi pelaksanaan tindakaan yang dilakukan
oleh pelaksana
31
B. Asuhan Keperawatan pada Home Care
Menurut Azwar (1996), pelayanan asuhan keperawatan professional
membutuhkan strategi dan standar kompetensi tertentu, untuk menjamin
terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu. American Nurses
Assosiation (ANA) 1986 telah mengembangkan standar praktek perawatan rawat
rumah yang mewajibkan perawat untuk selalu mengkaji mutu asuhan dan
mengembangkan upaya untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan. Standar
ini dikembangkan menggunakan pendekatan proses keperawatan melalui tahap-
tahap pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi, berdasarkan standar keperawatan komunitas.
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan terdiri dari pengkajian fisik “head to toe”, mengkaji
sistem tubuh pasien, mengkaji kebutuhan psikososial, kemampuan fungsi
motorik dan sensorik, mengkaji pengobatan, nutrisi, keamanan dan
kenyamanan lingkungan pasien serta mengkaji kebutuhan perawatan kolaborasi
dengan tim medis atau non medis lainnya.
Pengkajian difokuskan pada:
a. Pengkajian riwayat kesehatan:
1) Respon dan persepsi pasien terhadap status kesehatan
2) Riwayat penyakit masa lalu
3) Faktor resiko
4) Kemampuan mengatasi masalah
5) Riwayat penyakit keluarga
b. Pengkajian lingkungan sosial dan budaya
1) Status sosial ekonomi
2) Kondisi tempat tinggal dan lingkungan
3) Ketersediaan sumber-sumber yang dibutuhkan pasien
4) Tersedianya dukungan keluarga
5) Faktor budaya yang mempengaruhi kesehatan
32
c. Pengkajian spiritual mencakup nilai dan keyakinan yang dianut yang
mempengaruhi kesehatan
d. Pemeriksaan fisik an status kesehatan saat ini
e. Pengkajian kemampuan pasien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
f. Pengkajian kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
sakit.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data yang terkumpul
untuk merefleksi respon pasien. Diagnosa keperawatan yang dirumuskan
berkaitan dengan masalah actual, dan resiko, atau potensial.
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan merupakan proses penyusunan strategi atau intervensi
keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, mengurangi memelihara, atau
mengatasi masalah kesehatan pasien yang telah diidentifikasi dan telah
divalidasi selama fase perumusan diagnosa. Dalam merumuskan perencanaan
ini menekankan pada partisipasi pasien, keluarga, dan koordinasi dengan
anggota tim kesehatan lain. Perencanaan mencakup penentuan prioritas
masalah, penentuan tujuan serta penyusunan rencana tindakan secara
komprehensif.
4. Impelementasi Keperawatan
Intervensi keperawatan dilakukan sesuai dengan prosedur keperawatan
hasil pengkajian dan discharge planning yang ada, menetapkan masalah dan
kebutuhan pelayanan keperawaatan serta melaksanakan prosedur tindakan
keperawatan sesuai kebutuhan pasien seperti memasang kateter, merawat luka,
perawtana kolostomi, penggantian peritoneal dialysis, dll.
33
Dalam melakukan keperawatan, dilakukan kerjasama dengan pasien
keluarga, pelaku rawat dan tenaga lain (kesehatan maupun non kesehatan).
Tindakan yang dilakukan mengacu pada SOP (Standart Operating Procedure)
yang berlaku. Jenis tindakan yang dapat dilakukan yaitu tindakan yang bersifat
mandiri maupun tindakan kolaborasi.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan untuk mengukur efektifitas dan efisiensi pelayanan
yang telah dilakukan dan sejauh mana pemanfaatan sumber-sumber yang
tersedia. Evaluasi dilakukan selama proses pemberian pelayanan asuhan
keperawatan maupun pada akhir pemberian asuhan keperawatan.
34
BAB V
A. Definisi
Neurologi adalah sebuah spesialisasi di bidang kedokteran yang memiliki
fokus pada otak dan sistem saraf. Dokter yang memiliki spesialisasi pada diagnosis
dan pengobatan dari gangguan otak dan sistem saraf dikenal sebagai neurologis.
Gangguan neurologi sangat beragam bentuknya, banyak dari pasien yang
menderita gangguan memori dan tidak mampu menjalani aktivitas sehari-hari
secara normal. Penyakit-penyakit neurologi kebanyakan memiliki efek
melemahkan kehidupan pasien, sehingga memberikan pengobatan neurologis
sangat penting bagi kehidupan pasien.
B. Cara Mendiagnosa
Ketika orang mengalami tanda-tanda dan gejala yang menunjukkan gangguan
neurologis, dokter akan mengajukan pertanyaan spesifik mengenai gejala dan
faktor relevan lainnya (riwayat medis). Dokter biasanya juga akan melakukan
pemeriksaan fisik untuk mengevaluasi seluruh sistem tubuh, tetapi ia akan fokus
pada sistem saraf (disebut pemeriksaan neurologis).
Untuk mendiagnosa masalah neurologi, bergantung pada beberapa tes :
1. Alat pencitraan CT scan dan MRI – Magnetic resonance imaging (MRI) dan
computerized tomography (CT) berfokus pada otak dan daerah korda spinalis,
terdapat juga MRI angiography dan CT angiography yang melihat gambaran
dari pembuluh darah, digunakan untuk mempelajari sistem saraf dan
mendeteksi area yang bermasalah. Alat carotid Doppler ultrasound digunakan
untuk memeriksa aliran darah yang menuju ke otak melalui arteri karotis.
2. Test PET – PET scan dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi baik
genetik maupun molekular mengenai otak dan aktivitasnya. Alat ini banyak
digunakan untuk mendeteksi area bermasalah pada otak dan juga jaringan-
35
jaringan otak yang masih bisa diselamatkan. Hal ini menunjukkan bahwa PET
scan tidak hanya digunakan untuk mendeteksi masalah yang ada, tetapi juga
untuk memperlambat progresi penyakit.
3. Elektroensefalogram (EEG) - EEG digunakan terutama untuk meneliti epilepsy
dan penyakit Alzheimer, juga mengidentifikasi individu yang harus dirujuk
untuk melayani pemeriksaan lebih lanjut jika penyakit otak adalah penyebab
dari epilepsinya. EEG biasa digunakan dalam menentukan diagnosis penyakit
epilepsi dengan mengidentifikasi setiap keabnormalan pada otak seperti lesi
yang memicu serangan epilepsi.
4. Studi konduktivitas saraf atau elektromiogram (EMG) - teknik yang digunakan
untuk mengevaluasi fungsi saraf dan otot dengan cara merekam aktivitas listrik
yang dihasilkan oleh otot skeletal. Ini merupakan tes penting yang digunakan
untuk mendiagnosis kelainan otot dan saraf. Ini sering digunakan untuk
mengevaluasi kelainan sistem saraf periferal.
5. Elektroneurogram (ENG) – alat ini merupakan sebuah tes diagnostik yang
digunakan untuk mengukur aktivitas kelistrikan dari sel-sel saraf di otak,
terutama pada area sentral dan perifer.
6. Analisis pergerakan mata
7. Tes neurofisiologis – tes ini meliputi beberapa tes tertulis yang menilai
perhatian, bahasa, memori, pemikiran, dan pembelajaran dari pasien
8. Lumbal pungsi – dikenal juga sebagai analisis cairan serebrospinal, tes ini
dilakukan dengan mengambil sedikit cairan dari kanal spinal untuk dianalisis
9. Biopsi dari otot kulit dan saraf
10. Tes darah
36
C. Pengobatan Gangguan Neurologi
Pengobatan untuk gangguan neurologi biasanya berdasarkan gejala yang ada.
Jadi, pengobatan yang sama dapat digunakan untuk gangguan yang berbeda
apabila didapati gejala yang sejenis.
1. Gangguan pergerakan (penyakit Parkinson, sklerosis multipel, distonia,
spastisitas) – pengobatan yang paling umum untuk kondisi-kondisi tersebut
meliputi stimulasi otak dalam, injeksi Botox untuk memodifikasi koneksi otot
dan saraf dengan mengurangi pengeluaran asetilkolin, dan pengobatan secara
intravena.
2. Stroke dan penyakit serebrovaskular – untuk kondisi ini, pengobatan dilakukan
dengan cara kombinasi beberapa obat seperti pengencer darah, pengontrol
tekanan darah, dan pengontrol lipid bersamaan dengan prosedur angiografi dan
radioterapi. Jika terdapat tumor, maka akan dilakukan tindakan operasi.
3. Pengobatan vestibular – kondisi neurologis tertentu dapat menyebabkan
gangguan kesimbangan, vertigo, dan mual. Pengobatan vestibular seperti
manuver Epley dapat diberikan
4. Penyakit neuromuskular – ALS, miopati, neuropati, dan myasthenia gravis,
pengobatan meliputi obat oral dan topikal, injeksi Botox, dan terapi rehabilitasi.
5. Gangguan kognitif – terapi fisiologis, obat, dan konseling digunakan untuk
gangguan yang menyebabkan penurunan kognitif.
37
1. Sklerosis Multipel
Sklerosis multipel adalah penyakit yang menyerang otak dan korda
spinalis. Multiple sklerosis adalah suatu penyakit autoimun yang ditandai oleh
pembentukan antibody terhadap myelin susunan saraf pusat. System saraf
perifer tidak terkena. Respon peradangan berperan menimbulkan penyakit
dengan menyebabkan pembengkakan dan edema yang merusak neuron neuron
dan menyebabkan pembentukan flak jaringan parut pada myelin.
Mutiple sklerosis merupakan penyakit berat yang secara medis obatnya
sampai detik ini belum ditemukan dan sampai sekarang belum ada orang yang
sembuh 100 %. Multiple sclerosis memang merupakan penyakit yang terasa
atau kelihatan cukup aneh, bukan saja bagi orang lain tetapi juga bagi
penderitanya sendiri. Gejala gejala yang timbul terjadi secara tiba tiba dan bias
hilang lagi secara sekejap. Atau menetap selama berhari hari atau berminggu
minggu atau bahkan berbulan bulan. Gejala yang dijumpai meliputi :
a. Mati rasa
b. Rasa geli atau kelemahan pada beberapa bagian tubuh tertentu
c. Juga ditemukan pandangan yang buram
d. Gejala yang progresif seperti kaku otot, gangguan saluran kemih, dan
gangguan cara pikir juga bisa ditemui.
Dengan pengobatan sesegera mungkin, gejala dapat pulih dan
perkembangan dari penyakit dapat ditunda. Penyebab dari sklerosis multipel ini
masih belum pasti diketahui, akan tetapi beberapa studi menunjukkan
kemungkinan penyebabnya berasal dari lingkungan, genetik, atau virus.
Hidup dengan sklerosis sangat mungkin ditangani dengan bantuan dari
neurologis, yang dapat memberikan pengobatan yang akan mengurangi atau
mengubah respon sistem kekebalan tubuh dan mencegahnya menyerang
myelin, selaput pembungkus saraf yang merupakan target penyakit ini.
Neurologis juga dapat menyarankan beberapa pengobatan yang lebih canggih
dan terkadang invasif untuk kasus sklerosis multipel yang parah.
38
Pengobatan Multiple Sclerosis
Multiple sclerosis termasuk jenis penyakit yang tidak bisa
disembuhkan, terutama multiple sclerosis progresif primer. Jenis MS ini
belum memiliki metode penanganan yang efektif. Pengobatan yang diberikan
bertujuan untuk mengurangi gejala dan kekambuhan pasien.
Tiap jenis MS memiliki metode pengobatan yang berbeda-beda. MS
kambuhan akan ditangani dengan obat-obatan yang dapat mengurangi
frekuensi masa kambuh. Sebagian obat ini juga dapat digunakan untuk
penderita MS progresif sekunder yang masih mengalami masa remisi.
Berdasarkan fungsinya, langkah pengobatan MS dapat dikelompokkan ke
dalam tiga kategori
a. Menangani masa kambuh atau serangan
Langkah pengobatan yang digunakan untuk mengatasi gejala-gejala pada
masa kambuh atau serangan adalah steroid, seperti prednisone dan
methylprednisolone. Obat ini dapat diberikan secara oral maupun melalui
infus.
b. Memengaruhi perkembangan penyakit (Disease Modifying Drugs)
Frekuensi masa kambuh merupakan faktor penting dalam menentukan
jenis obat untuk menangani MS. Obat-obatan ini dapat mengurangi
kerusakan pada mielin sehingga frekuensi masa kambuh dan tingkat
keparahannya bisa berkurang. Contoh obat-obatan tersebut di antaranya
Interferon beta, Fingolimod, Glatiramer acetate, Natalizumab,
Teriflunomide dan Alemtuzumab
39
c. Mengatasi gejala-gejala MS
MS dapat menyebabkan gejala serta tingkat keparahan yang beragam.
Gejala yang ringan biasanya tidak membutuhkan penanganan medis
karena akan hilang dengan sendirinya. Sementara gejala dengan tingkat
keparahan tinggi tentu harus ditangani dengan seksama, misalnya melalui
Antikonvulsan/antikejang, Relaksan otot, Fisioterapi, , Antidepresan,
Terapi psikologi, Obat untuk mengurangi rasa lelah, Obat-obatan untuk
mengatasi gangguan kandung kemih dan pencernaan.
2. Penyakit Alzheimer
Penyakit Alzheimer adalah gangguan yang sering ditemukan dan dikenal
sebagai penyebab dari kehilangan memori pada usia tua. Alzheimer dapat
melemahkan kemampuan berpikir dan menilai sesuatu. Hal ini tidak dibatasi
oleh usia, biarpun paling sering ditemukan pada pasien usia lanjut, namun
telah ditemukan juga pada usia muda.
Gejala utama dari Alzheimer meliputi kehilangan memori jangka pendek,
disorientasi, kesulitan melakukan kegiatan sehari-hari seperti menggosok gigi
atau mencuci rambut, kesulitan untuk mengingat kembali kata-kata yang
digunakan sehari-hari, dan gangguan emosi.
Pada tahapan pertengahan dari penyakit ini, bisa ditemukan halusinasi dan
paranoid. Pada tahap lanjutan, penyakit ini dapat mengganggu pasien saat
berkomunikasi, mengenali orang lain, berjalan, menelan, atau bahkan
tersenyum. Penyakit ini dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya
40
Pasien Alzheimer akan mengalami penurunan kemampuan otak, daya
ingat, dan semakin kehilangan kemampuan untuk mengontrol buang air. Hal-
hal itu dapat menyebabkan pasien rentan jatuh, mengalami kurang gizi, tidak
dapat berkomunikasi, maupun terkena infeksi dan mengalami berbagai
komplikasi lainnya.
Pencegahan Penyakit Alzheimer
Penyakit Alzheimer bisa dicegah dengan beberapa cara, misalnya:
a. Berhenti merokok
b. Menjaga berat badan tetap ideal
c. Mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang
d. Rutin berolahraga
3. Penyakit Parkinson
Penyakit Parkinson juga merupakan gangguan neurologi yang sering
ditemui dimana terdapat degenerasi dari sel saraf di bagian tengah otak yang
mengatur sistem pergerakan tubuh. Gejala meliputi gemetar atau kekakuan
yang tidak disadari pada tungkai, yang lama-kelamaan akan memburuk
menjadi tremor atau guncangan. Tidak lama kemudian akan terjadi
perburukan dari keseimbangan dan koordinasi. Penurunan kognitif dan
gangguan emosi juga akan terjadi kemudian. Penyakit ini paling sering
dijumpai pada kelompok usia 50-65 tahun.
Genetik dipercaya sebagai penyebab utama, meskipun ada beberapa kasus
dimana toksin lingkungan dan infeksi virus juga berperan.
Pengobatan Penyakit Parkinson
41
Ada beberapa metode penanganan Penyakit Parkinson. Metode
penanganan yang dilakukan bertujuan untuk meredakan gejala dan
meningkatkan kualitas hidup pasien. Metode pengobatan yang dapat
dilakukan berupa:
a. Terapi suportif, seperti fisioterapi.
b. Penggunaan obat-obatan, seperti antikolinergik dan levodopa.
c. Prosedur bedah.
Walau tidak dapat diobati, Penyakit Parkinson dapat dicegah. Berolahraga
dan rutin mengonsumsi makanan kaya antioksidan dipercaya dapat
mengurangi risiko sesorang terkena Penyakit Parkinson.
4. Meningitis
Meningistis merupakan peradangan yang terjadi pada selaput saraf,
penyakit ini diakibatkan oleh adanya infeksi virus dan parasit seperti
toksoplasma. Meningistis merupakan penyakit yang dapat ditularkan,
pencegahan yang dapat dilakukan untuk penyakit saraf ini adalah dengan
memberi vaksinasi terhadap parasit penyebabnya.
Gejala dan Faktor Pemicu Meningitis
Meski gejalanya awalnya mirip dengan flu, meningitis tetap harus
diwaspadai, karena juga dapat menimbulkan kejang dan kaku pada leher. Pada
bayi di bawah usia 2 tahun, meningitis umumnya ditandai dengan
memunculkan benjolan di kepala.
Ada beberapa faktor yang dapat memicu meningitis, antara lain:
a. Infeksi kuman.
b. Penyakit kanker dan lupus.
c. Efek samping obat dan operasi otak.
Risiko terkena meningitis juga akan meningkat pada ibu yang sedang hamil
atau lupa menjalani imunisasi.
42
Pengobatan Meningitis
Pengobatan meningitis umumnya berbeda-beda tergantung kepada
penyebabnya. Sebagai contoh, dokter bisa meresepkan obat anti mikroba, atau
menjalankan terapi lain bila meningitis disebabkan oleh kanker atau lupus.
Penyakit ini bisa dicegah dengan menjalani gaya hidup sehat dan
menghindari kondisi yang dapat memicu penyebaran infeksi. Guna
meningkatkan kekebalan tubuh dari kuman penyebab meningitis, lakukan
vaksinasi sesuai anjuran dokter
5. Migraine
Penyakit ini sering menyerang sebagian besar manusia, gejalanya pusing
pada salah satu bagian kepala. Pada umumnya terjadi di kepala bagian samping
agak belakang, meskipun terkesan ringan, namun jika disepelekan, migrain
dapat berbahaya karena bisa mengakibatkan kerusakan sel-sel saraf pada otak.
Tanda-tanda & gejala
Pada migrain biasa, beberapa jam atau beberapa hari sebelum sakit
kepala, penderita biasanya memiliki gejala (prodromal) yang jadi sinyal
bahwa sakit kepala akan segera muncul. Gejala prodromal ini termasuk:
a. Perubahan mood
b. Sensitif terhadap cahaya dan suara
c. Hiperaktif
d. Merasa lesu
e. Perubahan nafsu makan
f. Mual dan muntah
Setelah gejala prodromal, aura (gangguan sementara indra atau otot)
kemudian datang sebelum sakit kepala. Biasanya 10 sampai 30 menit, lalu
sakit kepala dimulai dan gejala aura pergi. Gejala aura termasuk pendengaran
dan masalah penglihatan (kilatan cahaya, cahaya berkedip-kedip, dan bintik
43
buta alias blind spot). Nyeri pada satu satu sisi kepala bisa menjadi intens dan
berdenyut-denyut. Mual dan muntah juga dapat terjadi.
Beberapa orang mungkin tidak memunculkan gejala aura, dan nyeri
biasanya terjadi di kedua sisi kepala. Beberapa penderita juga mungkin
mengalami masalah penglihatan atau perut tanpa sakit kepala.
Pengobatan Migraine
Beberapa perubahan gaya hidup sehat dan pengobatan rumahan yang
dapat membantu Anda mengatasi migrain adalah :
a. Menghentikan kegiatan yang menyebabkan rasa sakit sampai dokter Anda
mengatakan Anda bisa memulainya lagi
b. Latihan pemanasan, seperti latihan aerobik yang ringan dan benar
c. Melakukan peregangan sebelum dan setelah olahraga atau latihan
d. Memperkuat otot-otot di paha, panggul, dan punggung bawah untuk
keseimbangan otot yang benar
e. Perhatikan asupan makanan Anda
f. Menghirup minyak esensial untuk meredakan sakit kepala
6. Vertigo
Vertigo merupakan sakit kepala diiringi dengan gejala ketidak seimbangan
dan penderita pada umumnya mengeluhkan adanya pandangan berputar diikuti
mual dan muntah. vertigo dapat disembuhkan tanpa obat, namun keadaan
vertigo sangat tidak mengenakkan karena dapat menjadikan penderita tidak
mampu beraktivitas.
Pengobatan Vertigo
Sering kali gejala vertigo akan membaik seiring berjalannya waktu meski
tanpa pengobatan, salah satunya dengan beristirahat. Hal ini terjadi karena
44
otak Anda dapat menyesuaikan diri pada perubahan telinga bagian dalam,
sebagai upaya menjaga keseimbangan tubuh.
Meski begitu, ada beragam pengobatan yang ditentukan berdasarkan
penyebab dan tingkat keparahan vertigo yang dialami oleh pasien, di
antaranya :
1) Vertigo yang disebabkan karena Benign Paroxysmal Positional
Vertigo (BPPV)
Melakukan beberapa manuver kepala sederhana berikut ini bisa jadi salah
satu cara untuk mengatasi sensasi pusing yang Anda alami.
Manuver epley
1) Duduklah tegak di pinggir kasur Anda dengan tungkai tergantung.
Putar kepala Anda 45 derajat ke kiri. Taruh bantal di bawah Anda, jadi
ketika Anda berbaring, bantal akan bertumpu di antara bahu dan bukan
di bawah kepala Anda.
2) Segera berbaring, kepala menghadap kasur (tetap dalam sudut 45
derajat). Bantal harus berada di bawah bahu Anda. Tunggu 30 detik.
3) Putar kepala Anda 90 derajat ke kanan tanpa mengangkatnya. Tunggu
30 detik.
4) Putar kepala dan tubuh Anda dari sisi kiri ke sisi kanan, jadi Anda bisa
melihat lantai. Tunggu 30 detik.
5) Perlahan-lahan duduk lagi, tapi tetaplah di kasur selama beberapa
menit.
6) Ulangi instruksi gerakan dari sisi yang berbeda dan lakukan gerakan
ini tiga kali sebelum tidur setiap malamnya, sampai Anda tidak pusing
lagi selama 24 jam.
45
2) Sentuh lantai dengan kepala (keadaan sujud). Selipkan dagu ke dalam
dada sehingga kepala Menyentuh atau masuk ke dalam lutut. Tunggu
sekitar 30 detik.
3) Masih dalam posisi bersujud, putar kepala Anda ke arah telinga yang
bermasalah (kalau Anda merasa pusing di sisi kiri, putar wajah ke siku
kiri). Tunggu 30 detik.
4) Kemudian dengan gerakan yang cepat, angkat kepala Anda sampai
posisinya lurus horizontal dengan punggung Anda. Jaga kepala Anda
tetap pada sudut 45 derajat. Tunggu 30 detik.
5) Setelah itu dengan gerakan yang cepat juga angkat kepala Anda dan
duduklah tegak, tapi tetap jaga kepala Anda menghadap bahu pada
posisi yang sama dengan telinga yang bermasalah. Lalu, berdilah
perlahan.
46
1) Membatasi konsumsi garam dan diuretik untuk mengurangi volume
cairan yang tersimpan dalam tubuh
2) Menghindari kafein, cokelat, alkohol, dan rokok
3) Melakukan fisioterapi untuk mengatasi gangguan keseimbangan
4) Akupuntur dan akupresur bagi sebagian orang mampu mengurangi
gejala keduanya, namun sampai saat ini belum ada bukti ilmiah bahwa
hal tersebut efektif.
7. Gegar Otak
Gegar otak adalah luka pada otak yang disebabkan oleh benturan eksternal,
seperti jika kepala Anda terbentur benda fisik atau dengan kepala orang lain.
Gegar otak dapat menyebabkan linglung dan hilang kesadaran. Kondisi ini juga
dapat menyebabkan hilang ingatan (amnesia) akan peristiwa yang terjadi
sebelum maupun setelah benturan terjadi.
Gegar otak adalah bentuk halus dari cedera otak karena penyakit ini tidak
merusak tempurung kepala dan dapat sembuh dengan cepat.
Tanda-tanda & gejala
a. Tidak sadar sementara waktu
b. Kehilangan ingatan jangka pendek
c. Pusing
d. Sakit kepala
e. Linglung
f. Tidak dapat mengendalikan tubuh atau gangguan keseimbangan
g. Mual dan muntah
h. Tidak dapat berkonsentrasi
Gejala gegar otak biasanya berlangsung selama beberapa jam hingga
beberapa hari. Selain itu, masih ada juga beberapa ciri dan gejala gegar otak
yang tidak disebutkan di atas. Apabila Anda memiliki keluhan yang sama,
konsultasikan kepada dokter.
47
Pengobatan Gegar Otak
Beberapa pilihan pengobatan untuk gegar otak adalah:
a. Saat terjadi luka otak, pasien harus beristirahat dan dipantau dengan
sangat hati-hati di rumah.
b. Dokter dapat meresepkan obat pereda nyeri seperti paracetamol untuk
membantu pasien menghilangkan sakit kepala.
c. Pasien dilarang menggunakan ibuprofen dan aspirin karena kedua jenis
obat ini dapat meningkatkan risiko perdarahan.
d. Apabila gejala pasien tidak membaik atau bertambah gawat, pasien
mungkin mengalami pendarahan di otak dan telah terjadi
pembengkakan, sehingga perlu segera dibawa ke rumah sakit untuk
dirawat dan diobati.
Pengobatan di rumah
a. Konsumsi obat-obatan seperti paracetamol untuk mengurangi rasa
sakit pada luka.
b. Perhatikan asupan makanan Anda sesuai yang dianjurkan dokter.
c. Istirahat sampai Anda merasa pulih sepenuhnya. Tanyakan dokter
kapan bisa kembali beraktivitas seperti biasanya.
d. Hubungi dokter apabila kondisi pasien tidak membaik setelah 24 jam.
e. Hindari terjadinya cedera lain. Gegar otak dapat kambuh, khususnya
dalam jangka waktu 3 bulan, dan dapat menyebabkan kerusakan
permanen pada otak bahkan kematian. Pasien dilarang main sepak
bola, basket, tinju, atau bela diri sampai setidaknya 3 bulan setelah
sembuh.
48
BAB VI
49
C. Strategi Peningkatan Kualitas Tim
Strategi Peningkatan Kualitas Team dengan managemen asuhan keperawatan
dalam pelayanan home care nursing yaitu dengan manajemen kasus.
Dalam melaksanakan manajemen kasus, koordinator kasus dari perawat
bertindak sebagai case manajer yang akan melakukan koordinasi dengan tim
kesehatan home care yang sesuai dengan kewenangan dan kompetensinya dalam
melakukan pelayanan home care nursing.
1. Perawat memiliki otonomi dalam pelayanan
2. Tanggung jawab dan tanggung gugat sebagai manajer kasus sesuai dengan
otoritas yang dimiliki.
3. Fragmentasi dalam pelayanan bisa dikurangi.
4. Evaluasi terhadap outcome dapat dibandingkan dari proses penerimaan hingga
akhir dan bisa dibandingkan dengan mudah dengan kasus yang hampir sama.
5. Kepuasan pasien, keluarga dan team home care akan lebih optimal.
6. Penggunaan sumber daya akan lebih efektif.
7. Kerjasama dengan team lain yang memiliki latar belakang yang sama akan
lebih optimal.
8. Pengkajian akan lebih fokus dan komprehensif.
9. Pendidikan kepada pasien dan keluarga akan lebih baik.
10. Kontinuitas layanan akan lebih baik.
(Suardana,2013).
50
a. Search quality yaitu kualitas yang dapat dievaluasi pelanggan sebelum
membeli, misalnya harga.
b. Experience quality yaitu kualitas yang bisa dievaluasi pelanggan setelah
membeli atau meng-konsumsi suatu jasa pelayanan, misalnya ketepatan
waktu dan kecepatan pelayanan.
c. Credence quality yaitu kualitas yang sukar dievaluasi pelanggan
meskipun telah mengkonsumsi suatu jasa, misalnya kualitas pembedahan.
2. Fungsional quality yaitu komponen dengan kualitas cara menyampaikan suatu
jasa.
3. Corporate image yaitu profil, reputasi, citra umum, daya tarik khusus suatu
perusahaan.
E. Pengukuran Kualitas
Pengukuran kualitas pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut (Herlambang, S.
2016) :
1. Reliabilitas, kualitas pelayanan diukur dari konsistensi dari performance atau
penampilan secara yang meyakinkan dan dipercaya.
2. Tanggap, kualitas pelayanan diukur dengan ketanggapan, kemauan, kesiapan,
dan kecepatan petugas dalam memberikan pelayanan.
3. Kompetensi, kualitas pelayanan diukur dari kompetensi tenaga kesehatan yang
bermakna memiliki keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk
memberikan pelayanan, pelatihan yang pernah diikuti, pengakuan dari suatu
profesi, asosiasi atau institusi yang berwenang dan memiliki kredibilitas.
4. Accessibility, kualitas pelayanan yang diukur dari kemudahan pasien untuk
mendapatkan pelayanan dan dapat menghubungi petugas dengan mudah,
accessibility dapat diukur dengan menghitung waktu dalam mendapatkan
pelayanan dan kemudahan dalam mendapatkannya.
5. Etika petugas seperti kesopanan, rasa hormat, kesungguhan, keramatamahan
dari penyedia jasa.
51
6. Komunikasi berarti menjaga agar tiap pelanggan mendapat informasi sesuai
dengan bahasa yang mereka pahami dan mendengarkan keinginan mereka.
7. Kredibilitas menyangkut hal yang dapat dipercaya, kejujuran penyedia
pelayanan kesehatan.
8. Keamanan adalah bebas dari bahaya, resiko ataupun keraguan.
9. Kelengkapan fasilitas pelayanan dan penampilan lingkungan fisik dari suatu
jasa.
52
BAB VII
53
keluarga dengan pendekatan model ini harus diperhatikan beberapa kunci
antara lain:
a. Perilaku yang tidak diberikan penguatan biasanya akan menurun
b. Bentuk reward sebagai penguatan berbeda antara satu pasien dengan
pasien lain jadi ketahuilah apa yang disukai pasien sebagai reward.
c. Reward yang teratur dan konsisten diperlukan dalam melakukan
perbaikan pada tahap awal.
d. Jika sudah menunjukkan perubahan perilaku maka pemberian reward
tetap diperlukan.
e. Proses perubahan perilaku bukanlah sebuah hukuman
f. Merubah perilaku yang buruk yang menurut pasien menyenangkan
memerlukan strategi khusus.
2. Cognitive-development learning theory
Model ini dikembangkan oleh Erikson, Koehler, Koffka, Lewin dan
Piaget. Teori ini mengedepankan penghargaan terhadap pengalaman hidup
pasien sebagai salah satu bagian perkembangan kehidupannya yang
mempengaruhi persepsi mereka terhadap proses pembelajaran. Perubahan
persepsi mempengaruhi hasil pemikiran. Motivasi belajar sangat dipengaruhi
oleh kebutuhan, masalah yang ingin dipecahkan, dan stuktur kognitif yang
terbentuk dari pengalaman hidup. Menurut konsep ini belajar dapat diartikan
sebagai suatu proses internal yang berkesinambungan sebagai bentuk evolusi
yang mengarahkan perilaku seseorang. Dari konsep ini perawat dalam
melakukan edukasi hendaknya harus memperhatikan pengalaman yang dimiliki
pasien dan keluarganya dengan demikian perubahan yang dilakukan harus
diupayakan tetap memperhatikan pengalaman yang ada pasien.
3. Humanistic learning theories
Metode pembelajaran humanistik memberikan cara mendidik
komprehensif dengan memandang pasien dan keluarga sebagai makhluk yang
holistik dari sudut pandang tempat, waktu, bagaimana dan apa yang menjadi
54
kebutuhan belajar pasien. Elemen dari humanistik learning theories yang
memabantu dalam meningkatkan kemampuan belajar pasien di rumah adalah :
a. Cinta atau kasih sayang : pasien akan termotivasi belajar bila proses
belajar yang dilakukan sebagai wujud rasa kasih sayang perawat kepada
pasien dan keluarganya. Contoh : kita melatih Range of Motion (ROM)
pasien stroke dengan keras dan disiplin agar pasien tidak mengalami
kontraktur dan bisa cepat berjalan.
b. Kreativitas : Pasien dan keluarga akan termotivasi untuk belajar apabila
kreativitas posistif yang dilakukan dihargai oleh perawat. Contoh : Kita
memberikan dukungan pada keluarga yang sudah berinisiatif
menggunakan botol berisi air hangat untuk mengurangi keluhan nyeri
pada lutut yang menderita rhematik.
c. Perkembangan : Setiap kemajuan yang ditemukan merupakan hadiah
yang patut disyukuri oleh perawat, keluarga dan pasien.
d. Konsep diri : setiap proses belajar yang dilakukan akan optimal, jika
proses belajar tetap memberikan penghargaan terhadap setiap kelebihan
pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang dimiliki oleh pasien dan
keluarga.
e. Otonomi : Proses edukasi akan berdampak positif jika pasien diberikan
kepercayaan dan diberikan kebebasan dalam memilih dan melakukan
aktifitas belajar yang diinginkan.
f. Mengatur diri sendiri : Untuk mewujudkan tujuan proses belajar maka
sebaiknya pasien dan keluarga diberikan kesempatan untuk mengatur
sendiri kegiatan belajar yang dipilih.
4. Social-cognitive learning theories
Menurut teori ini proses belajar sangat dipengaruhi oleh bagaimana cara
pasien atau keluarga mendapatkan pengetahuan, nilai-nilai, standar moral, dan
standar perilaku yang ada dilingkungannya. Menurut model ini kesiapan pasien
untuk mulai belajar tentang kesehatan sangat dipengaruhioleh faktor internal
55
dan faktor eksternal. Upaya perubahan perilaku akan semakin kuat jika
perubahan didorong oleh faktor internal. Untuk itu tenaga kesehatan harus
memahami faktor internal yang memungkinkan pasien untuk belajar (Locus of
Control). Model ini mungkin tidak banyak bisa diberlakukan pada pasien lanjut
usia dan orang dengan depresi, karena dengan kasus tersebut justru dukungan
dari luar akan lebih berarti.
56
konsep modern dan tradicional yang berbasis budaya pasien, maka transformasi
akan lebih optimal.
D. Prinsip Pendidikan
Secara umum yang menjadi subyek dalam pembelajaran pada pasien yang
dirawat dirumah adalah orang dewasa baik sebagai pasien maupun care giver.
Untuk itu pemahaman tentang pembelajaran orang dewasa sangat penting
dikuasai. Orang dewasa memiliki karakteristik tersendiri yang senantiasa harus
diperhatikan ketika melakukan pembelajaran. Hal yang perlu mendapat perhatian
adalah pengalaman hidup, kondisi sosial ekonomi, tanggung jawab keluarga,
tujuan khusus dan keinginan untuk belajar. Selain itu gaya belajar, manfaat belajar
untuk memecahkan masalahnya dan keterbatasan kondisi fisik, mental dan kognitif
harus diperhatikan.
Orang dewasa akan belajar lebih baik jika apa yang dipelajari menarik dan
berguna untuk dirinya. Proses belajar pada orang dewasa akan lebih cepat jika
mulai dari apa yang dibutuhkannya. Proses belajar pada orang dewasa akan
berjalan lebih cepat apabila dalam proses menggunakan contoh-contoh actual dan
relevan dengan kondisi actual yang dialami oleh pasien. Mengabaikan dan
menolak pengalaman yang dimiliki akan mengurangi keberhasilan proses belajar.
Untuk itu dalam memenuhi kebutuhan belajar maka perawat hendaknya
menerapkan prinsip antara lain:
1. Buat proses pembelajaran secara bertahap dan realistis sesuai dengan
kemampuan, minat dan sumber daya yang ada.
2. Ikut sertakan keluarga untuk berpartisipasi dalam melakukan evaluasi hasil
belajar sesuai dengan tingkat pencapaian yang didapatkan
Berusaha memahami perilaku manusia yang kompleks untuk mengetahui cara
yang efektif melakukan pembelajaran.
57
E. Strategi pembelajaran di Rumah
Strategi terbaik yang dapat dipilihkan untuk melakukan edukasi pada pasien
dirumah antara lain diskusi, storytelling dan demonstrasi. Alat yang digunakan
dapat berupa computer, video, model, audiocassette tape, pamphlets, poster, foto,
cheklist dan karton.
1. Strategi pembelajaran pada kelompok khusus
Strategi pembelajaran secara khusus perlu dirancang dengan baik sesuai dengan
kondisi pasien. Secara umum yang dijadikan ketentuan dalam menetapkan
strategi pembelajaran khusus adalah umur, kondisi fisik dan psikologis pasien.
a. Pasien lansia
Pasien lansia memiliki karakteristik khsusus sebagai dampak dari
proses menuanya. Akibat proses menua lansia akan mengalami
penurunan fungsi indera yang berdampak pada penurunan kemampuan
menerima stimulus. Penurunan kognitif dan intelegensi mempengaruhi
kemampuan lansia dalam mengintepretasikan informasi, menganalisa
permasalahan dan penurunan daya ingat sehingga akan mempengaruhi
kecepatan proses belajar pasien. :
Cara yang dianjurkan untuk edukasi pada lanjut usia
1) Penyampaian informasi harus pelan
2) Jangan buru-buru mengarapkan respon pasien
3) Waktu yang disiapkan lebih banyak
4) Setiap sesi berikan informasi yang tidak terlalu banyak
5) Ulang informasi secara teratur
6) Gunakan analog
7) Berikan penguatan dengan menunjukkan video hasil rekaman
8) Gunakan kertas biru atau hijau
9) Gunakan kertas yang tidak mengkilap
10) Pastikan kaca mata lansia bersih
58
11) Huruf yang ukuran lebih besar dan jelas
12) Gunakan kalimat pendek dan sederhana
13) Pastikan muka kita dilihat jelas oleh lansia
14) Kurangi bising disekitar
15) Gunakan alat bantu dengar
16) Berikan waktu pada pasien untuk mengulang
17) Gunakan kombinasi teknik verbal, tulisan dan gambar
b. Pasien yang tidak kooperatif
Pasien yang telah lama dirawat, finansial kurang, dukungan keluarga
terbatas, pengetahuannya sangat kurang, tidak percaya dengan pelayanan
kesehatan, pasien setelah dirawat tidak mengalami perubahan yang berarti
menyebabkan pasien resisten terhadap semua edukasi yang diberikan.
Pasien biasanya sering menolak kehadiran perawat. Kondisi ini sering
menyebabkan perawat merasa frustasi, marah, kehilangan harapan dan
merasa tidak bermanfaat sehingga sering menyimpulkan bahwa perawat
tidak dihargai. Pada kasus-kasus seperti ini pasien biasanya sudah tidak
kooperatif. Jika pasien sulit untuk di edukasi maka sebaiknya perawat
melakukan kontrak pembelajaran.
c. Pasien buta huruf
1) Berikan therapy yang sederhana dan jadwal yang mudah dimengerti
2) Menggunakan waktu dengan menggunakan cuing (waktu dan situasi)
Contoh : minum obat malam -> minum obat selepas maghrib
3) Gunakan alat pembelajaran yang sederhana
4) Pembelajaran dilakukan pelan-pelan
5) Lebih hangat, jangan menggunakan pendekatan seperti menggurui
d. Pasien dengan gangguan jiwa
Perilaku yang banyak ditemukan pada pasien jiwa seperti, kecemasan,
ketakutan, tidak percaya dan kesalahan dalam melakukan persepsi
sehingga modal utama dari perawat dalam melakukan home care adalah
59
mempraktekkan komunikasi therapeutic. Langkah-langkah edukasi pada
pasien dengan gangguan jiwa adalah :
1) Buat pemeriksaan bukan membuat asumsi sendiri tentang kondisi
pasien
2) Bangun hubungan saling percaya
3) Tunjukkan perilaku yang sikap yang positif
4) Ikut sertakan dan perkuat peran keluarga dalam meningkatkan “self
esteem” pasien
5) Berbagi tujuan
6) Gunakan alat yang relevan yang bisa membangun keberanian, jelas
dan tidak mengabaikan aspek moral.
7) Hindari informasi dan rangsangan yang berlebihan
8) Seting wajah yang lembut untuk mengurangi stress dan meningkatkan
konsentrasi pasien
9) Berikan informasi secara verbal dan tertulis (jelaskan dan beri leaflet)
e. Pasien anak-anak
Pada pasien anak-anak terutama pada infant dan toddler serta
preschool harus memperhatikan hal-hal berikut: Disarankan
menggunakan alat-alat seperti boneka, wayang, binatang, dan alat-alat
kesehatan yang digunakan pada kelompok anak-anak.
f. Pasien usia sekolah
Secara umum kemampuan intelektual anak sudah berkembang. Anak
sudah mampu memahami aspek tubuh dan fungsi tubuh, memiliki
pengalaman dan sudah memiliki pandangan tersendiri meskipun masih
sederhana. Kemampuan koping masih belum optimal. Anak harus
diberikan informasi yang benar terutama jenis dan waktu pengobatan agar
pasien lebih taat mengikuti aturan medikasi dan perawatan.
60
g. Care giver
Care giver adalah orang yang secara langsung dan terus menerus
melakukan kontak dengan pasien. Yang menjadi care giver bisa social
worker, perawat, keluarga dan tenaga terlatih lainnya. Edukasi yang harus
diberikan kepada care giver adalah :
1) Peran, fungsi, hak dan kewenangan care giver
2) Cara mengetahui sumber dukungan bagi bagi pasien
3) Teknik komunikasi
4) Penguatan bahwa mereka merupakan bagian yang penting dalam
pelayanan
5) Latihan ketrampilan
6) Sistem kerja, pergantian dan pengalihan pelayanan
61
BAB VIII
62
C. Masalah – Masalah yang berhubungan dengan Pasien safety di Rumah
Menurut Rice R (2001) jenis kasus yang dapat dilayani pada perawatan
kesehatan di rumah meliputi kasus-kasus yang umum pasca perawatan di rumah
sakit dan kasus-kasus khusus yang di jumpai di komunitas.
1. Kasus umum yang merupakan pasca perawatan di rumah sakit adalah:
a. Klien dengan penyakit obstruktif paru kronis,
b. Klien dengan penyakit gagal jantung,
c. Klien dengan gangguan oksigenasi,
d. Klien dengan perlukaan kronis,
e. Klien dengan diabetes,
f. Klien dengan gangguan fungsi perkemihan,
g. Klien dengan kondisi pemulihan kesehatan atau rehabilitasi,
h. Klien dengan terapi cairan infus di rumah,
i. Klien dengan gangguan fungsi persyarafan,
j. Klien dengan HIV/AIDS.
2. Sedangkan kasus dengan kondisi khusus, meliputi :
a. Klien dengan post partum,
b. Klien dengan gangguan kesehatan mental,
c. Klien dengan kondisi usia lanjut,
d. Klien dengan kondisi terminal.
63
keperawatan untuk meningkatkan kesehatannya dan mencegah tingkat
keparahan sehingga tidak perlu di rawat di rumah sakit.
2. Layanan berbasis promotif dan preventif
Pelayanan atau asuhan kesehatan masyarakat yang fokusnya pada promosi dan
prevensi. Pelayanannya mencakup mempersiapkan seorang ibu bagaimana
merawat bayinya setelah melahirkan, pemeriksaan berkala tumbuh kembang
anak, mengajarkan lansia beradaptasi terhadap proses menua, serta tentag diet
mereka.
3. Pelayanan atau asuhan spesialistik yang mencakup pelayanan pada penyakit-
penyakit terminal misalnya kanker, penyakit-penyakit kronis seperti diabetes,
stroke, hipertensi, masalah-masalah kejiwaan dan asuhan paa anak.
64
“Suharyati” staf dosen keperawatan komunitas PSIK Univ. Padjajaran Bandung
di RSHS Bandung menunjukkan bahwa konsumen RSHS cenderung menerima
program HHC (Hospital Home Care) dengan alasan ; lebih nyaman, tidak
merepotkan, menghemat waktu & biaya serta lebih mempercepat tali
kekeluargaan (Suharyati, 1998)
D. Tindakan yang berhubungan dengan Pasien Safety
Tindakan yang behubungan dengan pasien safety bisa berupa pengukuran
tanda-tanda vital; pemasangan atau penggantian selang lambung (NGT);
pemasangan atau penggantian kateter; perawatan luka dekubitus atau ulcer dan
jenis luka lainnya; penghisapan lendir dengan atau tanpa mesin; pemasangan
peralatan oksigen; penyuntikan (IM, IV, Sub kutan); pemasangan atau penggantian
infus; pengambilan preparat laboratorium (urin, darah, tinja, dan lain-lain);
pemberian huknah; perawatan kebersihan diri (mandi, keramas, dan lain-lain);
latihan atau exercise, fisioterapi, terapi wicara, dan pelayanan terapi lainnya;
transportasi klien; pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan perawatan kesehatan;
konseling pada kasus-kasus khusus; konsultasi melalui telepon; memfasilitasi
untuk konsultasi ke dokter; menyiapkan menu makanan; menyiapkan dan
membersihkan tempat tidur; memfasilitasi terhadap kegiatan sosial atau
mendampingi; memfasilitasi perbaikan sarana atau kondisi kamar atau rumah.
65
BAB IX
66
a. Hitam (black). Menurut Arisanty 2013, warna dasar luka hitam artinya
jaringan nekrosis (mati) dengan kecendrungan keras kering. Jaringan
tidak mendapatkan vaskulerisasi yang baik dari tubuh sehingga mati.
b. Kuning (yellow). Warna dasar luka kuning artinya jaringan nekrosis
(mati) yang lunak berbentuk seperti nanah beku pada permukaan kulit
yang sering disebut dengan slough. Jaringan ini juga mengalami
kegagalan vaskulerisasi dalam tubuh dan memiliki eksudat yang banyak
hingga sangat banyak.
c. Merah (red). Warna dasar luka merah artinya jaringan granulasi dengan
vaskulerisasi yang baik dan memiliki kecendrungan mudah berdarah.
Warna dasar merah menjadi tujuan klinisi dalam perawatan luka hingga
hingga luka dapat menutup. Hati yang tidak cerah atau berwarna pucat
karena kemungkinan ada lapisan biofilm yang menutupi jaringan
granulasi.
d. Pink. Warna dengan baik menuju maturasi. Artinya luka sudah menutup,
namun biasanya sangat rapuh sehingga perlu untuk tetap dilundungi
selama proses maturasi terjadi. Memberikan kelembapan pada jaringan
epitel dapat membantu agar tidak timbul luka baru. (Puspita,2013)
67
dibutuhkan suatu alat dalam pengkajian luka untuk mengetahui perkembangan
luka antara lain:
1. TIME
Internasional Wound Bed Preparation Advisory Board (IWBPAB) banyak
mengembangkan konsep persiapan dasar luka. Menurut Schultz (2003) dalam
Arisanty 2013, persiapan dasar luka adalah penatalaksanaan luka sehingga
dapat meningkatkan penyembuhan dari dalam tubuh sendiri atau memfasilitasi
efektifitas terapi lain. Metode ini bertujuan mempersiapkan dasar luka dari
adanya infeksi, benda asing, atau jaringan mati menjadi merah terang dengan
proses epitelisasi yang baik. TIME dikenalkan oleh Prof. Vincent Falanga pada
tahun 2003 yang disponsori oleh produk Smith dan Nephew dalam penelitian
ini sehingga keluar akronim (sebutan) manajemen TIME. T tissue management
(manajemen jaringan), I infection or inflammation control (pengendalian
infeksi), M moisture balance (keseimbangan kelembaban), dan E edge of
wound (pinggiran luka untuk mendukung proses epitelisasi).
a. Infection-Inflamation Control (Manajemen Infeksi dan Inflamsi)
TIME yang kedua adalah nfektion-inflammation control,yaitu kegiatan
mengatasi perkembangan jumlah kuman pada luka. Semua luka adalah
luka yang terkontaminasi, namuntidak selalu ada infeksi (Smith, 2014).
Luka dikatan infeksi jika ada tanda inflamasi/infeksi, eksudat purulen,
bertambah, dan berbau, luka meluas/ break down, dan pemeriksaan
penunjang diagnostik menunjukan leukosit dan makrofag meningkat,
kultur eksudat menunjukan bakteri >106/g jaringan.
b. Moisture Balance Managemen (Manajemen pengaturan kelembapan
luka) Winter (2013) menemukan evolusi kelembapan pada penyembuhan
luka (moist wond healing). Falanga (2003) mengemukakan bahwa cairan
yang berlebihan pada luka kronis dapat menyebabkan gangguan kegiatan
sel mediator seperti growth factor pada jaringan. Banyaknya cairan luka
68
(eksudat) pada luka kronis dapat menimbulkan maserasi dan perlukaan
baru pada daerah sekitar luka sehingga konsep kelembapan yang
dikembangkan adalah keseimbangan kelembapan pada luka. Tujuan
manajemennya adalah melindungi kulit sekitar luka, menyerap eksudat,
mempertahankan kelembapan, dan mendukung penyembuhan luka
dengan menentukan jenis dan fungsi balutan yang akan digunakan. Luka
kering atau luka tanpa eksudat hingga luka eksudat minimal harus dibuat
lembab dengan memberikan balutan yang berfungsi memberikan hidrasi
dan kelembapan pada luka, seperti hydrogel, hydrocolloid, interactive wet
dressing, dan salep herbal TTO.
c. Epitelization Advancement Management ( Manajemen Tepi Luka)
Proses penutupan luka yang dimulai dari tepi luka disebut proses
epitelisasi. Proses penutupan luka terjadi pada fase poliferasi. Epitel (tepi
luka) sangat penting diperhatikan sehingga proses epitelisasi dapat
berlangsung secara efektif. Tepi luka yang siap melakukan proses
penutupan (epitelisasi) adalah tepi luka yang halus, bersih, tipis, menyatu
dengan dasar luk, dan lunak. Tepi luka yang kasar disebabkan oleh
pencucian yang kurang bersih atau lemak yang dihasilkan oleh tubuh
menumpuk dan mengeras di tepi luka. Tepi luka yang tebal disebabkan
oleh proses epitelisasi yang tidak mau maju (tetap ditempat) sehingga
epitel menumpuk di tepi luka dan menebal. Dasar luka yang belum
menyatu dengan tepi luka disebabkan oleh adanya kedalaman,
undermining, atau jaringan mati. Jika di tepi luka masih ada jaringan mati
(nekrosis) jaringan tersebut harus diangkat. Jika ada kedalaman dan
undermining, proses granulasi harus dirangsang dengan dengan
menciptakan kondisi yang sangat lembap (hipermoist) yang seimbang.
Jika tinggi luka dengan tepi luka sama (menyatu), proses epitelisasi dapat
terjadi dengan baik dan rata. Jika dasar luka belum menyatu dengan tepi
luka, namun proses epitelisasi telah terjadi, hal ini dapat menyebabkan
69
luka sembuh dengan permukaan yang tidak rata. Tepi luka juga harus
lunak, jika tidak , epitel akan mengalami kesulitan menyebrang karena
tepi luka yang keras (frozen). Cara epektif untuk melunakannnya adalah
menggunakan minyak dan melakukan masase (pijat) dengan lembut.
70
BAB X
1. Penurunan kesadaran
2. Membutuhkan perawatan khusus yang tergantung kepada bantuan orang lain
atau memerlukan peralatan khusus
3. Ancaman terhadap dirinya atau orang lain, oleh dirinya sendiri atau orang lain
71
1. Sampaikan bahwa ODHA ada dapat obat ARV yang disediakan oleh
pemerintah secara Cuma-Cuma dilayanan kesehatan yang telah menyediakan
layanan perawatan, pengobatan dan dukungan.
2. Sampaikan informasi yang benar berkaitan dengan HIV agar ODHA dan
keluarga tidak panic dan dapat menerima kondisinya dengan lebih baik
3. Tunjukkan dukungan moral dan spiritual kepada ODHA dan anggota keluarga
lainnya.
72
1. Cuci Tangan
Mencuci tangan adalah satu-satunya cara terbaik untuk membunuh
kuman. Cuci tangan setelah memakai kamar kecil dan sebelum menyediakan
makanan. Cuci lagi tangan sebelum dan setelah menyuapinya, memandikannya,
membantunya memakai kamar kecil, atau melakukan perawatan lain.
2. Menutup Luka
Jika kita tersayat atau luka, khususnya di tangan, kita harus lebih
berhati-hati agar tidak menulari Odha atau kita sendiri.
3. Jauhkan Orang yang Sakit
Jika kita atau orang lain sakit, menjauhlah dari Odha hingga kita sehat..
4. Perlengkapan Pribadi
Odha sebaiknya tidak memakai perlengkapan pribadi bergantian; ini termasuk
pisau cukur, sikat gigi, jepitan, gunting kuku atau kutikel, anting atau perhiasan
“tajam” lainnya, atau perlengkapan pribadi lain yang dapat terkena darah.
73
Restriksi cairan 1,5 - 2 Liter/hari dipertimbangkan terutama pada pasien
dengan gejala berat yang disertai hiponatremia. Restriksi cairan rutin pada
semua pasien dengan gejala ringan sampai sedang tidak memberikan
keuntungan klinis.
d. Pengurangan berat badan
Pengurangan berat badan pasien obesitas (IMT > 30 kg/m2) dengan gagal
jantung dipertimbangkan untuk mencegah perburukan gagal jantung,
mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup.
e. Kehilangan berat badan tanpa rencana
f. Latihan fisik
Latihan fisik direkomendasikan kepada semua pasien gagal jantung
kronik stabil. Program latihan fisik memberikan efek yang sama baik
dikerjakan di rumah sakit atau di rumah.
74
d. Angiotensin II receptor blocker (seperti losartan) bekerja dengan
menghambat efek angiotensin sehingga menurunkan tekanan darah.
e. Antikoagulan (seperti heparin dan wafarin) berfungsi mencegah
gumpalan darah dengan menghambat kerja faktor pembekuan darah.
f. Antiplatelet (seperti aspirin dan clopidrogel) sama halnya dengan
anikoagulan, berfungsi untuk mencegah terbentuknya gumpalan darah
dengan cara berbeda.
g. Penurun kolestrerol (seperti atorvastatin) berfungsi meningkatkan kadar
kolesterol baik HDL dan menurunkan kadar kolestrol jahat LDL.
h. Terapi simptomatik lainnya
75