Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PSIKOSOSIAL

“Konsep Budaya dan Antropologi Kesehatan dalam Keperawatan Transkultural”

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Ns. Suwarningsih, S.Kep., M.Kep

Mata Kuliah Keperawatan Psikososial

Dosen Pembimbing:

Disusun oleh:

Kelompok 5

1. Ary Rachmat Kusuma


2. Siti Rahmawati
3. Safitri Anjani

FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMAD HUSNI THAMRIN

TAHUN 2017/2018

Page i
Kata pengantar

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Psikososial berjudul “Konsep Budaya dan Antropologi”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal. Terlepas dari itu, kami menyadari
bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena , kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Psikososia yang berjudul “Konsep Budaya
dan Antropologi” ini bermanfaat bagi para pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, 14 September 2017

Penyusun

DAFTAR ISI

Page ii
Table of Contents
Kata pengantar.......................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
2.1 Pengertian Keperawatan Transkultural..................................................................................3
2.2 Tujuan Keperawatan Transkultural........................................................................................3
2.3 Konsep Budaya Keperawatan Transkultural..........................................................................3
2.4 Antropologi Keperawatan Transkultural................................................................................5
2.5 Paradigma Keperawatan Transkultural..................................................................................8
BAB III................................................................................................................................................11
PENUTUP...........................................................................................................................................11
3.1 KESIMPULAN...................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................13

Page iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menjadi seorang perawat bukanlah tugas yang mudah. Perawat terus ditantang oleh
perubahan-perubahan yang ada, baik dari lingkungan maupun klien. Dari segi lingkungan,
perawat selalu dipertemukan dengan globalisasi. Sebuah globalisasi sangat memengaruhi
perubahan dunia, khususnya di bidang kesehatan. Terjadinya perpindahan penduduk
menuntut perawat agar dapat menyesuaikan diri dengan perbedaan budaya. Semakin banyak
terjadi perpindahan penduduk, semakin beragam pula budaya di suatu negara. Tuntutan itulah
yang memaksa perawat agar dapat melakukan asuhan keperawatan yang bersifat fleksibel di
lingkungan yang tepat.

Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani klien karena peran perawat
adalah memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual klien. Namun
peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat
penting terutama untuk pasien terminal yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan
mendekati sakaratul maut.

Menurut Dadang Hawari (1977) “ orang yang mengalami penyakit terminal dan
menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual, dan
krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu
mendapatkan perhatian khusus”.

Klien dalam kondisi terminal membutuhkan dukungan dari utama dari keluarga,
seakan proses penyembuhan bukan lagi merupakan hal yang penting dilakukan. Sebenarnya,
perawatan menjelang kematian bukanlah asuhan keperawatan yang sesungguhnya. Isi
perawatan tersebut hanyalah motivasi dan hal-hal lain yang bersifat mempersiapkan kematian
klien. Dengan itu, banyak sekali tugas perawat dalam memberi intervensi terhadap lansia,
menjelang kematian, dan saat kematian.

Page 1
Agama dalam ilmu pengetahuan merupakan suatu spiritual nourishment (gizi ruhani).
Seseorang yang dikatakan sehat secara paripurna tidak hanya cukup gizi makanan tetapi juga
gizi rohaninya harus terpenuhi. Menurut hasil Riset Psycho Spiritual For AIDS Patient,
Cancepatients, and for Terminal Illness Patient, menyatakan bahwa orang yang mengalami
penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan,
krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang
ajal perlu mendapat perhatian khusus (Hawari, 1977)

1.2 Rumusan Masalah


 Apa yang dimaksud transkultural ?
 Apakah tujuan dari keperawatan tanskultural ?
 Apakah yang dimaksud konsep budaya keperawatan transkultural ?
 Aapakah yang dimaksud antropologi keperawatan transkultural ?
 Apakah yang dimaksud paradigma keperawatan transkultural ?

1.3 Tujuan
 Mahasiswa mengetahui definisi dari transkultural ?
 Mahasiswa mengetahui tujuan dari keperawatan tanskultural ?
 Mahasiswa mengetahui tentang konsep budaya keperawatan transkultural ?
 Mahasiswa mengetahui tentang antropologi keperawatan transkultural ?
 Mahasiswa mengetahui tentang paradigma keperawatan transkultural ?

Page 2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keperawatan Transkultural

Keperawatan Transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada


analisis dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya (Leininger, 1978). Keperawatan
transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis, yang difokuskan pada perilaku individu
atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau
perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya. Pelayanan
keperawatan transkultural diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya.

2.2 Tujuan Keperawatan Transkultural

Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk mengembangkan sains


dan pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada
kebudayaan (kultur-culture) yang spesifik dan universal (Leininger, 1978). Kebudayaan
yang spesifik adalah kebudayaan dengan nilai-nilai norma spesifik yang tidak dimiliki
oleh kelompok lain, seperti pada suku Osing, Tengger, ataupun Dayak. Sedangkan
kebudayaan yang universal adalah nilai atau norma yang diyakini dan dilakukan hampir
oleh semua kebudayaan seperti budaya berolahraga membuat badan sehat, bugar; budaya
minum teh dapat membuat tubuh sehat (Leininger, 1978).
Dalam melaksanakan prakti kkeperawatan yang bersifat humanis, perawat perlu
memahami landasan teori dan praktik keperawatan yang berdasarkan budaya.Budaya yang
telah menjadi kebiasaan tersebut diterapkan dalam asuhan keperawatan transkultural,
melalui 3 strategi utama intervensi, yaitu mempertahankan, bernegosiasi dan
merestrukturisasi budaya.

2.3 Konsep Budaya Keperawatan Transkultural

Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan
dengan belajar, beserta keseluruhan hasil budi dan karyanya. Mcnurut E.B. Tylor (1974),
kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung

Page 3
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat. dan kemampuan-
kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata
sebagai manusia yang bersifat sosial. Budaya yang berupa norma, adat istiadat menjadi
acuan perilaku manusia dalam kehidupan dengan yang lain. Pola kehidupan yang
berlangsung lama dalam suatu tempat, selalu diulangi, membuat manusia terikat dalam
proses yang dijalaninya. Keberlangsungan terus-menerus dan lama merupakan proses
internalisasi dari suatu nilai-nilai yang mempengaruhi pembentukan karakter, pola pikir,
pola interaksi perilaku yang kesemuanya itu akan mempunyai pengaruh pada pendekatan
intervensi keperawatan (cultural nursing approach)
Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu. Oleh sebab itu,
penting bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat (Pasien).
Misalnya kebiasaan hidup sehari-hari, seperti tidur, makan, kebersihan diri, pekerjaan,
pergaulan sosial, praktik kesehatan, pendidikan anak, ekspresi perasaan, hubungan
kekeluargaaan, peranan masing-masing orang menurut umur. Kultur juga terbagi dalam
sub-kultur. Subkultur adalah kelompok pada suatu kultur yang tidak seluruhnya
mengaanut pandangan keompok kultur yang lebih besar atau member makna yang
berbeda. Kebiasaan hidup juga saling berkaitan dengan kebiasaan cultural.
Nilai-nilai budaya Timur, menyebabkan sulitnya wanita yang hamil mendapat
pelayanan dari dokter pria. Dalam beberapa setting, lebih mudah menerima pelayanan
kesehatan pre-natal dari dokter wanita dan bidan. Hal ini menunjukkan bahwa budaya
Timur masih kental dengan hal – hal yang dianggap tabu.
Dalam tahun-tahun terakhir ini, makin ditekankan pentingnya pengaruh kultur
terhadap pelayanan perawatan. Perawatan Transkultural merupakan bidang yang relative
baru; ia berfokus pada studi perbandingan nilai-nilai dan praktik budaya tentang kesehatan
dan hubungannya dengan perawatannya. Leininger ( 1991 ) mengatakan bahwa
transkultural nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan
perbedaan maupun kesamaan nilai-nilai budaya (nilai budaya yang berbeda ras, yang
mempengaruhi pada seseorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada
pasien). Perawatan transkultural adalah berkaitan dengan praktik budaya yang ditujukan
untuk pemujaan dan pengobatan rakyat (tradisional). Caring practices adalah kegiatan
perlindungan dan bantuan yang berkaitan dengan kesehatan.
Menurut Dr. Madelini Leininger, studi praktik pelayanan kesehatan transkultural
adalah berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam kaitan

Page 4
dengan kesehatannya. Dengan mengidentifikasi praktik kesehatan dalam berbagai budaya
(kultur), baik di masa lampau maupun zaman sekarang akan terkumpul persamaan-
persamaan. Lininger berpendapat, kombinasi pengetahuan tentang pola praktik
transkultural dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan makin sempurnanya
pelayanan perawatan dan kesehatan orang banyak dan berbagai kultur.
Sistem pengobatan tradisional merupakan sub unsur kebudayaan masyarakat
sederhana, pengetahuan tradisional. Dalam masyarakat tradisional, sistem pengobatan
tradisional ini adalah pranata sosial yang harus dipelajari dengan cara yang sama seperti
mempelajari pranata social umumnya dan bahwa praktek pengobatan asli (tradisional)
adalah rasional dilihat dari sudut kepercayaan yang berlaku mengenai sebab akibat. 

2.4 Antropologi Keperawatan Transkultural


Istilah antropologi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua kata,
yaitu anthropos berarti manusia dan logos berarti kta atau kajian. Jadi antropologi adalah
kajian tentang manusia dan masyarakat, baik yang masih hidup ataupun yang sudah mati
yang sedang berkembang atau pun yang sudah punah.antropologi memiliki minat yang
luas, lebih luas dan terpecah-pecah di bandigkan dengan disiplin-disiplin ilmu sosial
lainnya (Kelly 1988).
Menurut asal kata anthropologi berasal dari kata Yunani (baca: anthropos) yang
berarti "manusia" atau "orang", dan logosyang berarti "wacana" (dalam pengertian
"bernalar", "berakal"). Anthropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis
sekaligus makhluk sosial.
a. Koentjaraningrat : Anthropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada
umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta
kebudayaan yang dihasilkan.
b. William A. Havilland: Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha
menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk
memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
c. David Hunter: anthropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak
terbatas tentang umat manusia.
d. Solita Sarwono: Antropologi kesehatan adalah studi tentang pengaruh unsur-unsur
budaya terhadap penghayatan masyarakat tentang penyakit dan kesehatan.
e. Menurut Weaver : Antropologi Kesehatan adalah cabang dari antropologi terapan  
yang menangani berbagai aspek dari kesehatan dan penyakit.

Page 5
f. Menurut Hasan dan Prasad : Antropologi Kesehatan adalah cabang dari ilmu mengenai
manusia yang mempelajari aspek-aspek biologi dan kebudayaan manusia (termasuk
sejarahnya) dari titik tolak pandangan untuk memahami kedokteran (medical), sejarah
kedokteran (medico-historical), hukum kedokteran (medico-legal), aspek sosial
kedokteran (medico-social) dan masalahmasalah kesehatan manusia.
g. Menurut Hochstrasser : Antropologi Kesehatan adalah pemahaman biobudaya manusia
dan karyakaryanya, yang berhubungan dengan kesehatan dan pengobatan.
h. Menurut Lieban : Antropologi Kesehatan adalah studi tentang fenomena medis
i. Menurut Fabrega : Antropologi Kesehatan adalah studi yang menjelaskan

Berbagai faktor, mekanisme dan proses yang memainkan peranan didalam atau
mempengaruhi cara-cara dimana individu-individu dan kelompok-kelompok terkena
oleh atau berespons terhadap sakit dan penyakit. Mempelajari masalah-masalah sakit
dan penyakit dengan penekanan terhadap pola-pola tingkahlaku. (Fabrga, 1972;167)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Antropologi adalah: Ilmu yang
mempelajari tentang manusia baik deri segi kebudayaan, peran, tingkahlaku, aspek
biologi dan kesehatan.
Kita mengenal tiga cabang besar antropologi, yang setiap cabang berkembang
sendiri seolah menjadi di siplin tersendiri, yakni:antropologi biologi, antropologi
arkeologi, dan antropologi sosial budaya.
Antropologi biologi “mempelajari manusia sebagai makhluk biologi, anatomi, dan
susunan genetik,yang seluruhnya berfungsi untuk menjelaskan proses evolusi manusia,
yakni rangkaian tahap demi tahap perkembangan manusia hingga bentuknya yang
sekarang” (Kelly 1988). Selain antropologi biologi, antropologi arkeologi juga
memusatkan perhatian proses evolusi, pembentukan manusia, khususnya evolusi
masyarakat dan kebudayaan. Antropolog arkeolog membangun hipotesa-hipotesa
tentang asal-usul suatu masyarakat kuno berdasarkan artefak dan fosil yang di temukan
di situs-situs penggalian (Kelly 1988). Sebagian antropolog-biologi dan antropolog-
arkeologi melakukan penelitian dan teori tentang penyakit-penyakit yang berkembang
pada masa lampau, ribuan tahun yang lalu, yang mungkin memusnahkan populasi
manusia tertentu. Atau mereka berteori tentang pembentukan dan persebaran ras di
permukaan bumi.
Cabang ketiga adalah antropologi social budaya yang menjadi sasaran pehatian kita
dalam buku ini. Antropologi sosial budaya “mempelajari pengetahuan, gagasan,

Page 6
keyakinan, nilai-nilai warga suatu masyarakat dan menjadikannya sebagai pedoman
bagi mewujudkannya perilaku sosial dalam menghadapi kehidupan,” (kelly 1988).
Lapangan perhatian ini jelas menunjukan bagaimana antropologi sosial-budaya
memandang kesehatan. Kesehatan dilihat sebagai kebudayaan yang di definisnya sudah
kita bicarakan pada bagian terdahulu. Antropologi kesehatan adalah ilmu yang
mempelajari aspek biologi dan kebudayan manusia untuk mengetahui  sejarah
pengobatan, sistem pengobatan, masalah-masalah sosial, dalam pengobatan, dan
masalah kesehatan masyarakat.
Ruang lingkup antropologi kesehatan adalah ekologi dan epidimiologi penyakit,
etnomedis, sistem sosial dan sistem medis, dan sistem medis dan perubahan
kebudayaan.
Antropologi merupakan suatu disiplin yang hidup dan terus berkembang, yang
merangsang intelektual yang sekaligus memberikan informasi pada pengembangan
organisasi-organisasi, pembangunan dan para pembuat kebijakan seluruh dunia.
Praktek antropologi dimulai sejak manusia mulai  berpikir tentang masyarakat dan
keyakinan-keyakinan mereka dan secara sadar memutuskan untuk membandingkan diri
mereka dengan masyarakat-masyarakat lain yang melakukan kontak dengan mereka.
Berikut beberapa manfaat dari antropologi :
1. Antropologi sangat dibutuhkan dalam merancang sistem pelayanan kesehatan
modern yang bisa diterima masyarakat tradisional
2. Program Perilaku Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat
3. Penanganan kebiasaan buruk yang menyebabkan sakit
4. Memberikan masukan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menunjang
pembangunan kesehatan, mendukung perumusan kebijakan masalah kesehatan, dan
mengatasi kendala dalam pelaksanaan program kesehatan melalui pendekatan
kebudayaan
5. Memberikan suatu cara untuk memandang masyarakat secara keseluruhan
termasuk individualnya. Dimana cara pandang yang tepat dalam meningkatkan
kesejahteraan suatu masyarakat dengan tetap bertumpu pada akar kepribadian
masyarakat yang membangun.
6. Memberikan suatu model yang secara operasional berguna untuk menguraikan
proses social budaya bidang kesehatan.

Page 7
7. Sumbangan terhadap metode penelitian dan hasil penelitian. Baik dalam
merumuskan suatu pendekatan yang tepat maupun membantu analisis dan
interprestasi hasil tentang suatu kondisi yang ada di masyarakat

2.5 Paradigma Keperawatan Transkultural


Paradigma keperawatan transkultural adalah cara pandang, persepsi, keyakinan, nilai-
nilai dan konsep-konsep dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar
belakang budaya terhadap konsep sentral, yaitu manusia, keperawatan, kesehatan dan
lingkungan.
1. Manusia
Manusia adalah individu atau kelompok yang memiliki nilai-nolai dan norma-
norma yang diyakini berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan tindakan.
Menurut leininger (1984), manusia mempunyai kecenderungan untuk mempertahankan
budayanya setiap saat dan dimana saja dia berada.
Klien yang dirawat di rumah sakit harus belajar budaya baru ,yaitu budaya rumah
sakit, selain membawa budayanya sendiri.Klien secara aktif memilih budaya dari
lingkungan, termasuk dari perawat dan semua pengunjung di rumah sakit.klien yang
sedang dirawat belajar agar cepat pulih dan segera pulang ke rumah untuk memulai
aktivitas hidup yang lebih sehat.
2. Kesehatan
Kesehatan adalah keseluruhan aktivitas yang dimiliki klien dalm mengisi
kehidupanya, yang terletak pada rentang sehat sakit (Leininger , 1978).Kesehatan
merupakan suatu keyakinan, nilaI, pola kegiatan yang dalam konteks budaya digunakan
untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang atau sehat, yang dapat diamati dalam
aktivitas sehari-hari (Andrew & Boyle, 1995). Kesehatan menjadi fokus dalam interaksi
antara perawat dan klien.
Menurut Depkes (1999), sehat adalah keadaan yang memungkinkan seorang
produktif. Klien yang sehat adalah yang sejahtera dan seimbang secara berlanjut dan
produktif. Produktif bermakna dapat menumbuhkan dan mengembangkan kualitas
hidup secara optimal. Klien memiliki kesempatan yang lebih luas untuk memfungsikan
diri sebaik mungkin di tempat ia berada.
Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama ,yaitu ingin mempertahankan
keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Leininger, 1978). Asuhan

Page 8
keperawatan yang diberikan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan klien memilih
secara aktif budaya yang sesuai dengan status kesehatannya. Untuk memilih secara
aktif budaya yang sesuai dengan status kesehatannya, klien harus mempelajari
lingkunganya. Sehat yang akan dicapai adalah kesehatan yang holistik dan humanistik
karena melibatkan peran serta klien yang lebih dominan.
3. Lingkungan
Lingkungan adalah keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan
,keyakina,dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehiduapan
klien dan budayanya.Ada tiga bentuk lingkungan yaitu lingkungan fisik ,sosial, dan
simbolik (Andrew & Boyle, 1995). Ketiga bentuk lingkungan tersebut berinteraksi
dengan diri manusia membentuk budaya tertentu.
Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau lingkungan yang diciptakan oleh
manusia, seperti daerah khatulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim tropis
(Andrew & Boyle, 1995). Lingkungan fisik dapat membentuk budaya tertentu,
misalnya bentuk rumah di daerah panas yang mempunyai banyak lubang, berbeda
dengan bentuk rumah orang Eskimo yang hampir tertutup rapat (Andrew & Boyle,
1995). Daerah pedesaan atau perkotaan dapat menimbulkan pola penyakit tertentu,
seperti infeksi saluran pernafasan akut pada balita di Indonesia lebih tinggi di daerah
perkotaan (Depkes, 1999). Bring (1984 dalam Kozier & Erb, 1995) menyatakan bahwa
respon klien terhadap lingkungan baru, misalnya rumah sakit dipengaruhi oleh nilai-
nilai dan norma-norma yang diyakini klien.
4. Keperawatan
Keperawatan dipandang sebagai suatu ilmu dan kiat yang diberikan kepada klien
dengan berfokus pada prilaku, fungsi dan proses untuk meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan atau pemulihan dari sakit (Andrew & Boyle, 1995).
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai latar belakang budayanya. Asuhan
keperawatan ditujukan memandirikan sesuai dengan budaya klien. Asuhan keperawatan
diberikan sesuai dengan karakteristik ruang lingkup keperawatan, dikelola secara
profesional dalam konteks budaya klien dan kebutuhan asuhan keperawatan Strategi
yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan atau mempertahankan
budaya, mengakomodasi atau menegosiasi budaya dan mengubah atau mengganti
budaya klien (Leininger, 1984).

Page 9
a. Cara 1 : Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan
dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai
dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat
meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolah
raga setiap pagi.
b. Cara 2 : Negosiasi budaya yaitu intervensi dan implementasi keperawatan untuk
membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatannya. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya
lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien yang sedang
hamil mempunyai pantangan makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti
dengan sumber protein hewani yang lain.
c. Cara 3 : Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan
status kesehatannya. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang
biasanya merokok menjadi tidak merokok. Seluruh perencanaan dan implementasi
keperawatan dirancang sesuai latar belakang budaya sehingga budaya dipandang
sebagai rencana hidup yang lebih baik setiap saat. Pola rencana hidup yang dipilih
biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.

Page 10
BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Keperawatan Transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada


analisis dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya yang bertujuan untuk
mengembangkan sains dan pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik
keperawatan pada kebudayaan (kultur-culture) yang spesifik dan universal (Leininger, 1978).

Mcnurut E.B. Tylor (1974), kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks,


yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat. dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat.

Istilah antropologi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua kata,
yaitu anthropos berarti manusia dan  logos berarti kta atau kajian. Jadi antropologi adalah
kajian tentang manusia dan masyarakat, baik yang masih hidup ataupun yang sudah mati
yang sedang berkembang atau pun yang sudah punah.antropologi memiliki minat yang luas,
lebih luas dan terpecah-pecah di bandigkan dengan disiplin-disiplin ilmu sosial lainnya
(Kelly 1988).

Berikut beberapa manfaat dari antropologi :


a. Antropologi sangat dibutuhkan dalam merancang sistem pelayanan kesehatan modern
yang bisa diterima masyarakat tradisional
b. Program Perilaku Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat
c. Penanganan kebiasaan buruk yang menyebabkan sakit
d. Memberikan masukan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menunjang
pembangunan kesehatan, mendukung perumusan kebijakan masalah kesehatan, dan
mengatasi kendala dalam pelaksanaan program kesehatan melalui pendekatan
kebudayaan

Page 11
e. Memberikan suatu cara untuk memandang masyarakat secara keseluruhan termasuk
individualnya. Dimana cara pandang yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan
suatu masyarakat dengan tetap bertumpu pada akar kepribadian masyarakat yang
membangun.
f. Memberikan suatu model yang secara operasional berguna untuk menguraikan proses
social budaya bidang kesehatan.
g. Sumbangan terhadap metode penelitian dan hasil penelitian. Baik dalam merumuskan
suatu pendekatan yang tepat maupun membantu analisis dan interprestasi hasil
tentang suatu kondisi yang ada di masyarakat

Dari beberapa manfaat di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat ilmu antropologi
bagi dunia kesehatan adalah sebagai sarana untuk berkomunikasi dan berinteraksi baik
petugas kesehatan dengan pasien, atau dengan keluarga pasien dan dengan sesama profesi
kesehatan dengan memperhatikan aspek tingkah laku, kebudayaan dan sifat masing-masing
individu, keluarga dan masyarakat

Page 12
DAFTAR PUSTAKA

Modul S1 Keperawatan STIKES YAHYA BIMA

Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009, Keperawatan Kesehatan Komunitas, Jakarta: Salemba
Medika

Page 13

Anda mungkin juga menyukai