Anda di halaman 1dari 34

Kelompok 1

Nurkholis wadud
Annisa Nugrahani
Lisna D
Siti Farida Audia
Siti soleha

JAMUR
Reproduksi
Bagian terbesar suatu kapang secara potensial mampu untuk tumbuh dan
berkembang biak.
Secara alamiah berkembang biak dengan berbagai cara, baik secara aseksual
dengan pembelahan, penguncupan, atau pembentukan spora, dapat pula secara
seksual dengan peleburan nukleus dari dua sel induknya. Pada pembelahan, suatu
sel membagi diri untuk membentuk dua sel anak yang serupa. Pada penguncupan,
suatu sel anak tumbuh dari penonjolan kecil pada sel inangnya.
Ada banyak macam spora aseksual, yaitu
1. Konidiospora atau konidium
Konidium yang kecil dan bersel satu disebut mikrokonidium. Konidium
yang bersel banyak dinamakan makrokonidium. Konodium dibentuk di
ujung atau di sisi satu hifa.
2. Sporangiospora
Spora bersel satu ini terbentuk di dalam kantung yang disebut sporangium
di ujung hifa khusus (sporangiospor).
3. Oidium atau artrospora
Spora bersel satu ini terbentuk karena terputusnya sel-sel hifa.
4. Klamidospora
Spora bersel satu yang berdinding tebal ini sangat resisten terhadap
keadaan yang buruk, terbentuk dari sel-sel hifa somatik

Gambar
5. Blastospora
Tunas atau kuncuk pada sel-sel khamir disebut blastospora. Spora seksual,
yang dihasilkan dari peleburan dua nukleus, terbentuk lebih jarang, lebih
sedikit dari aseksual. Ada tiga spora seksual yaitu;
a) Askospora, spora bersel satu ini terbentuk di dalam pundi atau
kantung yang dinamakan askus. Biasanya terdapat delapan
askospora di dalam setiap askus.

b) Basidiospora, spora bersel satu ini terbentuk di atas struktur


berbentuk ganda yang dinamakan basidium.
c) Zigospora, adalah spora besar berdinding tebal yang terbentuk
apabila ujung-ujung dua hifa yang secara seksual serasi, disebut
juga gametangia.
d) Oospora , spora ini terbentuk di dalam struktur betina khusus yang
disebut oogonium. Pembuahan telur atau oosper, oleh gamet jantan
yang terbentuk di dalam anteridium menghasilkan oospora. Dalam
setiap oogonium terdapat satu atau beberapa oosper.
Spora aseksual dan seksual dapat dikitari oleh struktur pelindung yang
sangat terorganisasi yang disebut tubuh buah. Tubuh buah aseksual
diantaranya adalah atservulus dan piknidium. Tubuh buah seksual
yang umum disebut peritesium dan opotesium.

Gambar
Siklus Hidup Jamur
Siklus Hidup Jamur melewati beberapa tahap atau fase. Kehidupan jamur
berawal dari spora (Basidiospora) yang kemudian akan berkecambah membentuk
hifa yang berupa benang-benang halus. Hifa ini akan tumbuh ke seluruh bagian
media tumbuh. Kemudian dari kumpulan hifa atau miselium akan terbentuk
gumpalan kecil seperti simpul benang yang menandakan bahwa tubuh buah jamur
mulai terbentuk. Simpul tersebut berbentuk bundar atau lonjong dan dikenal
dengan stadia kepala jarum (pinhead) atau primordia. Simpul ini akan membesar
dan disebut ilah kancing kecil (small button). Selanjutnya stadia kancing kecil
akan terus membesar mencapai stadia kancing (button) dan stadia telur (egg).
Pada stadia ini yang tadinya tangkai dan tudung yang tadinya tertutup selubung
universal mulai membesar. Selubung tercabik, kemudian diikuti stadia
perpanjangan (elongation). Cawan (volva) pada stadia ini terpisah dengan tudung
(pillueus) karena perpanjangan tangkai (stalk). Stadia terakhir adalah stadia
dewasa tubuh buah.
Jamur memiliki siklus hidup yang beragam, mulai dari yang sangat
sederhana sampai yang sangat kompleks. Cara berkembang dan organ seksualitas
dalam jamur juga memiliki bentuk yang beragam.
Pada stadia kancing yang telah membesar akan terbentuk bilah. Bilah yang
matang akan memproduksi basidia dan Basidiospora, kemudian tudung
membesar. Pada waktu itu, selubung universal yang semula membungkus seluruh
tubuh buah akan tercabik. Tudung akan terangkat keatas karena memanjangnya
batang, sedangkan selubung universal yang sobek akan tertinggal di bawah dan
disebut cawan. Tipe perkembangan tubuh buah seperti ini disebut tipe
angiocarpic.
Pada tipe perkembangan yang lain, yaitu gymnocarpic, lapisan universal
tidak terbentuk. Sisi dari pembesaran tudung dihubungkan dengan batang oleh
selubung dalam. Pada waktu bilah membesar, selubung dalam tercabik dan
melekat melingkari batang membentuk cincin atau anulus. Sebagai organisme
yang tidak berklorofil, jamur tidak dapat melakukan proses fotosintetis seperti
halnya tumbuh-tubuhan. Dengan demikian jamur tidak adapat memanfaatkan
langsung energi matahari. Jamur mendapat makanan dalam bentuk jadi seperti
selulosa, glukosa, lignin, protein dan senyawa pati. Bahan makanan ini tidak akan
diurai dengan bantuan enzim yang diproduksi oleh hifa menjadi tumbuh senyawa
yang dapat diserap dan dignakan untuk tumbuh dan berkembang. Semua jamur
yang edibel (dapat dimakan) bersifat saprofit, yaitu hidup dari senyawa organik
yang telah mati.

Siklus hidup gambar


Reproduksi seksual dalam tahap plasmodial jamur lendir meliputi 3 fase yang
berbeda: plasmogami, kariogami, dan meiosis.

1. Plasmogami terdiri atas 2 protoplas, membawa dua inti haploid bersama


dalam 1 sel.
2. Kariogami merupakan peleburan dari 2 inti tersebut, menghasilkan
pembentukan zigot diploid (2n) dan merupakan awal diplofase pada daur
hidup ini. Plasmodium berinti banyak, sejumlah protoplasma yang bebas
mengalir yang dapat melewati kain sutera atau kertas saring dan tetap tidak
berubah.
3. Meiosis memperbaiki keadaan haploid dan memulai haplofase dari daur
ini.

Struktur Tubuh Jamur

Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel,
misalnya khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar
yang ukurannya mencapai satu meter, contohnya jamur kayu. Tubuh jamur
tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang
disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah.
Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk
pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa.
Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik.
Pada umumnya, sel khamir lebih besar daripada bakteri, tetapi khamir
yang paling kecil tidak sebesar bakteri yang terbesar. Khamir sangat beragam
ukurannya, berkisar antara 1 smpai 5 µm lebarnya dan panjangnya dari 5 sampai
30 µm atau lebih. Biasanya berbentuk telur, tetapi beberapa ada yang memanjang
atau berbentuk bola. Setiap spesies mempunyai bentuk yang khas, namun
sekalipun dalam biakan murni terdapat variasi yang luas dalam hal ukuran dan
sel-sel individu, tergantung kepada umur dan lingkungannya. Khamir tidak
dilengkapi plagelum atau organ-organ penggerak yang lainnya.
Tubuh atau talus suatu kapang pada dasarnya terdiri dari dua bagian;
miselium dan spora sel (sel resisten, istirahat atau dorman). Miselium kumpulan
dari hifa yang lebarnya 5 sampai 10 µm, dibandingkan dengan bakteri yang
diameternya 1 µm.
Aseptat atau senosit. Hifa seperti ini tidak mempunyai dinding sekat atau
septum.
Septat dengan sel-sel uninukleat. Sekat membagi hifa menjadi ruang-ruang
atau sel-sel berisi nukleus tunggal. Pada setiap septum terdapat pori di tengah-
tengah yang memungkinkan perpindahan nukleus dan sitoplasma dari satu ruang
ke ruang yang lain. Setiap ruang hifa yang bersekat tidak terbatasi oleh suatu
membran, setiap ruang ini dinamakan sel.
Septat dengan sel-sel multinuleat. Septum mambagi hifa menjadi sel-sel
dengan lebih dari satu nukleus dalam setiap ruang.
Miselium (somatik) dapat vegetatif atau reproduktif. Beberapa hifa dari
miselium somatik menembus ke dalam medium untuk mendapatkan zat makanan.
Miselium reproduksi bertanggungjawab untuk pembentukan spora dan biasanya
tumbuh meluas ke udara medium.

Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa


mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan
kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang
tidak bersepta atau hifa senositik. Struktur hifa senositik dihasilkan oleh
pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma.
Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi
haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat
menembus jaringan substrat.
Perbedaan proses infeksi berbagai agen infeksi
Masing-masing faktor penyebab memiliki karakteristik tersendiri. Jamur
menimbulkan infeksi umumnya terjadi di kulit. Infeksi jamur lebih cenderung
mengenai daerah-daerah yang sering berkeringat dan lembab, seperti muka,
badan, kaki, lipatan paha, dan lengan.
Infeksi yang disebabkan oleh jamur tidak hanya terjadi di luar baguan
tubuh (kulit), tetapi terjadi juga di dalam tubuh. Misalnya Candida Albicans.
Candida Albicans adalah jenis fungi yang seperti ragi, umumnya ditemukan di
dalam mulut, kerongkongan, usus, dan saluran genital. Normalnya, bakteri baik
dalam usus akan berkompetisi dengan candida dan menjaganya agar tetap
terkendali tanpa menyebabkan masalah kesehatan apapun. Namun ketika
keseimbangan antara bakteri baik dan candida terganggu, maka infeksi candidas
tidak dapat dihindari. Contoh lain adalah infeksi jamur yang terjadi di susunan
saraf pusat, seperti meningitis, meningoensafilitis, intrakranial tromboflebitis, dan
abses otak

Sumber: Aryulina Diah, Muslim Choirul Dkk. 2006. Biologi SMA dan MA untuk
kelas x. Jakarta; Erlangga
Staf Pengajar FK UI. (1993). Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara
Pringgoutomo, S., Himawan, S. & Tjarta, A. (2002). Buku AjarPatologi I
(Umum). Jakarta:
Sagung Seto.
Kelompok 4 :

1. Adzan Yudianto

2. Chika Wahyu Sasqiautami

3. Ella Novri Hosana

4. Ketut Sartini

5. Renny Sauma Wardhani

FUNGI (CENDAWAN = MYCOTA)

A. Pengertian Fungi

Fungi merupakan organisme eukariot heterotrof yang memerlukan senyawa organik


untuk nutrisinya yang bersifat uniseluler maupun multiseluler. Nama yang diberikan
untuk cendawan berasal dari wakilnya yang mencolok, yaitu cendawan topi (Yunani):
mykes, latin: fungus) (Schlegel dan Schmidt, 1994). Fungus berarti tumbuh dengan
subur. Istilah ini selanjutnya ditujukan kepada jamur yang memiliki tubuh buah serta
tumbuh atau muncul di atas tanah atau pepohonan (Tjitrosoepomo, 1991). Ilmu yang
mempelajari tentang jamur disebut mikologi (Mycota = mykes, logos = ilmu).

Jamur adalah eukariota yang mencerna makanan secara eksternal dan menyerap nutrisi
secara langsung melalui dinding sel-nya. Jamur adalah heterotrof dan, menyerupai
hewan, yaitu memperoleh karbon dan energi dari organisme lain. Beberapa jamur
mendapatkan nutrisi mereka dari host hidup (tanaman atau hewan) dan disebut
biotrophs; yang lain mendapatkan nutrisi dari tanaman mati atau hewan dan disebut
saprotrophs (saprophytes, saprob). Beberapa jamur menginfeksi host hidup, tetapi
membunuh sel inang untuk mendapatkan nutrisi mereka; ini disebut necrotrophs (Carris
et al., 2012).

B. Ciri-Ciri Jamur

Organisme yang disebut jamur bersifat heterotrof, dinding sel spora mengandung kitin,
tidak berplastid, tidak berfotosintesis, tidak bersifat fagotrof, umumnya memiliki hifa
yang berdinding yang dapat berinti banyak (multinukleat), atau berinti tunggal
(mononukleat), dan memperoleh nutrien dengan cara absorpsi (Gandjar, et al., 2006).
Jamur mempunyai dua karakter yang sangat mirip dengan tumbuhan yaitu dinding sel
yang sedikit keras dan organ reproduksi yang disebut spora. Dinding sel jamur terdiri
atas selulosa dan kitin sebagai komponen yang dominan. Kitin adalah polimer dari gugus
amino yang lebih memiliki karakteristik seperti tubuh serangga daripada tubuh
tumbuhan. Spora jamur terutama spora yang diproduksi secara seksual berbeda dari
spora tumbuhan tinggi secara penampakan (bentuk) dan metode produksinya
(Alexopoulus dan Mimms, 1979).

Di antara semua organisme, jamur adalah organisme yang paling banyak menghasilkan
enzim yang bersifat degradatif yang menyerang secara langsung seluruh material oganik.
Adanya enzim yang bersifat degradatif ini menjadikan jamur bagian yang sangat penting
dalam mendaur ulang sampah-sampah alam, dan sebagai dekomposer dalam siklus
biogeokimia (Mc-Kane, 1996). Menurut Alexopoulus dan Mimms (1979), beberapa
karakteristik umum dari jamur yaitu: jamur merupakan organisme yang tidak memiliki
klorofil sehingga cara hidupnya sebagai parasit atau saprofit. Tubuh terdiri dari benang
yang bercabang-cabang disebut hifa, kumpulan hifa disebut miselium, berkembang biak
secara aseksual dan seksual.

Reproduksi secara aseksual pada jamur dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu
dengan fragmentasi miselium, pembelahan (fission) dari sel-sel somatik menjadi sel-sel
anakan. Tunas (budding) dari sel-sel somatik atau spora, tiap tunas membentuk individu
baru, pembentukan spora aseksual, tiap spora akan berkecambah membentuk hifa yang
selanjutnya berkembang menjadi miselium (Pelczar dan Chan, 1986). Reproduksi secara
seksual melibatkan peleburan dua inti sel yang kompatibel. Proses reproduksi secara
seksual terdiri dari tiga fase yaitu plasmogami, kariogami dan meiosis. Plasmogami
merupakan proses penyatuan antara dua protoplasma yang segera diikuti oleh proses
kariogami (persatuan antara dua inti). Fase meiosis menempati fase terakhir sebelum
terbentuk spora. Pada fase tersebut dihasilkan masing-masing sel dengan kromosom
yang bersifat haploid (Alexopoulus dan Mimms, 1979).

Jamur bersifat heterotrof artinya tidak dapat menyusun atau mensintesis makanan
sendiri. Jamur hidup dengan memperoleh makanan dari organisme lain atau dari materi
organik yang sudah mati. Berdasarkan cara pengambilan makanannya jamur terbagi
menjadi :

Jamur Saprofit

Jamur saprofit menghasilkan bermacam-macam enzim ekstraseluler yang bisa


mendegradasi kebanyakan makromolekul alam. Kebanyakan jamur saprofit berperan
sebagai dekomposer yang penting dalam siklus biogeokimia. Jamur berperan sebagai
organisme awal yang mendegradasi kayu. Hal ini disebabkan, dengan eksepsi dari sedikit
bakteri hanya jamur yang mampu memecah lignin. Lignin mengisi ± 25% dari materia
yang terdapat di hutan. Selain itu mereka juga mencerna material hewan mati (Mc-
Kane, 1996).

Jamur Parasit
Banyak sekali penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh jamur, dan penyakit tersebut
mempengaruhi pertumbuhan tanaman sehingga tanaman menjadi sakit, bahkan mati.
Jamur-jamur parasit ini juga menyerang tanaman pertanian dan menyebabkan tanaman
tersebut rusak, dan bisa menyebabkan gagal panen. Jamur parasit umumnya hidup
(menyerang) pada inang yang spesifik. Selain itu jamur parasit adalah faktor utama yang
memperpendek usia penyimpanan bahan pangan dan makanan di dunia, terkecuali jika
diawetkan (Pacioni, 1981).

Asosiasi Mutualistik

Banyak jamur yang terlibat hubungan yang sukses dengan serangga dan tumbuhan,
mereka berpartner yang saling menguntungkan, sebuah fenomena yang disebut
mutualisme. Kira-kira 10% dari seluruh jenis fungi yang diketahui adalah anggota dari
asosiasi mutualistik yang disebut lichens. Lichens tersusun dari jamur dan algea dan
cynobakter. Jamur juga membentuk asosiasi mutualisme yang bermanfaat dengan akar
tanaman, membentuk mikoriza. Jamur ini mengkoloni buluh akar dan berfungsi
memperluas permukan sentuh antara akar tumbuhan dengan permukaan tanah.
Mikoriza mempengaruhi kemampuan tumbuhan untuk menyerap air dan nutrien dari
tanah, dan meningkatkan aktifitas metabolisme tumbuhan, angka pertumbuhan, dan
peningkatan hasil (Mc-Kane, 1996).

Fungi bersifat khemoorganotrof dan memperoleh nutrisinya secara absorpsi dengan


bantuan enzim ekstraseluler untuk memecah biomolekul kompleks seperti karbohidrat,
protein, dan lemak menjadi monomernya yang akan diasimilasi menjadi sumber karbon
dan energi (Madigan et al., 2012). Bahan makanan ini akan diurai dengan bantuan enzim
yang diproduksi oleh hifa menjadi senyawa yang dapat diserap dan digunakan untuk
tumbuh dan berkembang (Sinaga, 2000). Penyerapan makanan dilakukan oleh hifa yang
terdapat pada permukaan tubuh fungi (Lockwood, 2011).

C. Struktur Tubuh Jamur

Berdasarkan struktur dasarnya, fungi dibagi menjadi 3 kelompok yaitu khamir (yeast),
kapang (mold) dan cendawan (mushroom).

Khamir (Yeast)

Yeast merupakan sel tunggal (uniseluler) yang membentuk tunas dan pseudohifa
(Webster dan Weber, 2007). Hifanya panjang, dapat bersepta atau tidak bersepta dan
tumbuh di miselium. Yeast memiliki ciri khusus bereproduksi secara aseksual dengan
cara pelepasan sel tunas dari sel induk. Beberapa khamir dapat bereproduksi secara
seksual dengan membentuk aski atau basidia dan dikelompokkan ke dalam Ascomycota
dan Basidiomycota. Dinding sel yeast adalah struktur yang kompleks dan dinamis dan
berfungsi dalam menanggapi perubahan lingkungan yang berbeda selama siklus
hidupnya (Hoog et al., 2007). Sel khamir biasanya berbentuk telur, beberapa memanjang
atau bentuk bola. Khamir tidak dilengkapi flagelum atau organ penggerak lainnya.

Kapang (mold)

Kapang adalah jenis lain dari fungi, sebagian besar memiliki tekstur yang tidak jelas dan
biasanya ditemukan pada permukaan makanan yang membusuk atau hangat, dan
tempat-tempat lembab. Sebagian besar kapang berreproduksi secara aseksual, tetapi
ada beberapa spesies yang bereproduksi secara seksual dengan menyatukan dua jenis
sel untuk membentuk zigot dengan produk uniselular sel (Viegas, 2004). Talusnya terdiri
dari filamen panjang yang bergabung bersama membentuk hifa. Hifa dapat tumbuh
banyak sekali, hifa fungi tunggal di oregon dapat mencapai 3,5 mm. Sebagian besar
kapang, hifanya bersepta dan bersifat uniseluler. Hifanya disebut hifa bersepta. Pada
beberapa kelas fungi, hifanya tidak bersepta dan di sepanjang selnya terdapat banyak
nukleus yang disebut coenocytic hyphae.

Cendawan (Mushroom)

Cendawan merupakan salah satu kelompok dalam phylum fungi yang biasa disebut
dengan mushroom. Cendawan (mushroom) adalah fungi makroskopis yang memiliki
tubuh buah dan sering digunakan untuk konsumsi. Cendawan memiliki bagian yang
disebut dengan tubuh buah. Tubuh buah tersebut terdiri dari holdfast atau bagian yang
menempel pada substrat, lamella, dan pileus (Dwidjoseputro, 1994). Menurut Schlegel
dan Schmidt (1994), cendawan merupakan organisme yang berinti, mampu
menghasilkan spora, tidak mempunyai klorofil karena itu jamur mengambil nutrisi
secara absorbsi. Pada umumnya bereproduksi secara seksual dan aseksual, struktur
somatiknya terdiri dari filamen yang bercabang-cabang. Cendawan memiliki dinding sel
yang terdiri atas kitin atau selulosa ataupun keduanya.

Tubuh fungi secara umum terdiri dari:

Hifa

Fungi secara morfologi tersusun atas hifa. Dinding sel hifa bebentuk tabung yang
dikelilingi oleh membran sitoplasma dan biasanya berseptat. Fungi yang tidak berseptat
dan bersifat vegetatif biasanya memiliki banyak inti sel yang tersebar di dalam
sitoplasmanya. Fungi seperti ini disebut dengan fungi coenocytic, sedangkan fungi yang
berseptat disebut monocytic (Madigan et al., 2012).
Kumpulan hifa akan bersatu dan bergerak menembus permukaan fungi yang disebut
miselium. Hifa dapat berbentuk menjalar atau menegak. Biasanya hifa yang menegak
menghasilkan alat perkembangbiakan yang disebut spora. Septa pada umumnya
memiliki pori yang sangat besar agar ribosom dan mitokondria dan bahkan nukleus
dapat mengalir dari satu sel ke sel yang lain. Miselium fungi tumbuh dengan cepat,
bertambah satu kilometer setiap hari. Fungi merupakan organisme yang tidak bergerak,
akan tetapi miselium mengatasi ketidakmampuan bergerak itu dengan menjulurkan
ujung-ujung hifanya denagan cepat ke tempat yang baru (Campbell et al., 2010).

Pada ujung batang hifa mengandung spora aseksual yang disebut konidia. Konidia
tersebut berwarna hitam, biru kehijauan, merah, kuning, dan cokelat. Konidia yang
menempel pada ujung hifa seperti serbuk dan dapat menyebar ke tanah dengan
bantuan angin. Beberapa fungi yang makroskopis memiliki struktur yang disebut tubuh
buah dan mengandung spora. Spora tersebut juga dapat menyebar dengan bantuan
angin, hewan, dan air (Madigan et al., 2012). Kavanagh (2011) melaporkan bahwa
sebagian besar hifa pada yeast berbentuk lembaran, seperti pada Cythridomycetes dan
Sacharomyces cerreviceae. Hifa mengandung struktur akar seperti rhizoid yang berguna
sebagai sumber daya nutrisi.

Hifa dapat dijadikan sebagai ciri taksonomi pada fungi. Beberapa jenis fungi ada yang
memiliki hifa berseptat dan ada yang tidak. Oomycota dan Zygomycota merupakan jenis
fungi yang memiliki hifa tidak berseptat, dengan nuklei yang tersebar di sitoplasma.
Berbeda dengan kedua jenis tersebut, Ascomycota dan Basidiomycota berasosiasi
aseksual dengan hifa berseptat yang memiliki satu atau dua nuklei pada masing-masing
segmen (Webster dan Weber, 2007).

Hifa yang tidak bersepta disebut hifa senositik, memiliki sel yang panjang sehingga
sitoplasma dan organel-organelnya dapat bergerak bebas dari satu daerah ke daerah
lainnya dan setiap elemen hifa dapat memiliki beberapa nukleus. Hifa juga dapat
diklasifikasikan berdasarkan fungsinya. Hifa vegetatif (miselia), bertanggungjawab
terhadap jumlah pertumbuhan yang terlihat di permukaan substrat dan
mempenetrasinya untuk mencerna dan menyerap nutrisi. Selama perkembangan koloni
fungi, hifa vegetatif berkembang menjadi reproduktif atau hifa fertil yang merupakan
cabang dari miselium vegetatif. Hifa inilah yang bertanggungjawab terhadap produksi
tubuh reproduktif fungi yaitu spora (Campbell et al., 2010).

Hifa tersusun dari dinding sel luar dan lumen dalam yang mengandung sitosol dan
organel lain. Membran plasma di sekitar sitoplasma mengelilingi sitoplasma. Filamen
dari hifa menghasilkan daerah permukaan yang relatif luas terhadap volume sitoplasma,
yang memungkinkan terjadinya absorpsi nutrien (Willey et al., 2009).

2. Dinding Sel
Sebagian besar dinding sel fungi mengandung khitin, yang merupakan polimer glukosa
derivatif dari N-acetylglucosamine. Khitin tersusun pada dinding sel dalam bentuk ikatan
mikrofibrillar yang dapat memperkuat dan mempertebal dinding sel. Beberapa
polisakarida lainnya, seperti manann, galaktosan, maupun selulosa dapat menggantikan
khitin pada dinding sel fungi. Selain khitin, penyusun dinding sel fungi juga terdiri dari
80-90% polisakarida, protein, lemak, polifosfat, dan ion anorganik yang dapat
mempererat ikatan antar matriks pada dinding sel (Madigan et al., 2012). Dinding sel
fungi juga tersusun oleh fosfolipid bilayer yang mengandung protein globular. Lapisan
tersebut berfungsi sebagai tempat masuknya nutrisi, tempat keluarnya senyawa
metabolit sel, dan sebagai penghalang selektif pada proses translokasi. Komponen lain
yang menyusun dinding sel fungi adalah antigenik glikoprotein dan aglutinan, senyawa
melanins berwarna coklat berfungsi sebagai pigmen hitam. Pigmen tersebut bersifat
resisten terhadap enzim lisis, memberikan kekuatan mekanik dan melindungi sel dari
sinar UV, radiasi matahari dan pengeringan) (Kavanagh, 2011).

3. Nukleus

Nukleus atau inti sel fungi bersifat haploid, memiliki ukuran 1-3 mm, di dalamnya
terdapat 3 – 40 kromosom. Membrannya terus berkembang selama pembelahan
Nuclear associated or–ganelles (NAOs). Terkait dengan selubung inti, berfungsi sebagai
pusat-pusat pengorganisasian mikrotubula selama mitosis dan meiosis. Nucleus pada
fungi juga mempengaruhi kerja kutub benang spindel dan sentriol.

4. Organel-organel Sel Lainnya

Fungi memiliki mitokondria yang bentuknya rata atau flat seperti krista mitokondria.
Badan golgi terdiri dari elemen tunggal saluran cisternal. Pada struktur sel fungi juga
memiliki ribosom, retikulum endoplasma, vakuola, badan lipid, glikogen partikel
penyimpanan, badan mikro, mikrotubulus, vesikel.

D. Cara Reproduksi Jamur

Secara alamiah jamur dapat berkembang biak dengan dua cara, yaitu secara aseksual
dan seksual. Reproduksi secara aseksual dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu
dengan fragmentasi miselium, pembelahan (fission) dari sel-sel somatik menjadi sel-sel
anakan. Tunas (budding) dari sel-sel somatik atau spora, tiap tunas membentuk individu
baru, pembentukan spora aseksual, tiap spora akan berkecambah membentuk hifa yang
selanjutnya berkembang menjadi miselium (Pelczar dan Chan, 1986).

Reproduksi secara seksual melibatkan peleburan dua inti sel yang kompatibel. Proses
reproduksi secara seksual terdiri dari tiga fase yaitu plasmogami, kariogami dan meiosis.
Plasmogami merupakan proses penyatuan antara dua protoplasma yang segera diikuti
oleh proses kariogami (persatuan antara dua inti). Fase meiosis menempati fase terakhir
sebelum terbentuk spora. Pada fase tersebut dihasilkan masing-masing sel dengan
kromosom yang bersifat haploid (Alexopoulus dan Mimms, 1979).

Carris et al. (2012) menyatakan bahwa jamur umumnya berkembang biak dengan
pembentukan spora. Sebuah spora adalah unit kelangsungan hidup atau persebaran diri,
yang terdiri dari satu atau beberapa sel, yang mampu berkecambah untuk menghasilkan
hifa baru. Tidak seperti bibit tanaman, spora jamur kekurangan embrio, tetapi
mengandung cadangan makanan yang dibutuhkan untuk perkecambahan. Banyak jamur
menghasilkan lebih dari satu jenis spora sebagai bagian dari siklus hidup mereka. Spora
jamur dapat dibentuk melalui proses aseksual hanya melibatkan mitosis (mitospora),
atau melalui proses seksual yang melibatkan meiosis (meiospora). Banyak jamur dapat
berkembang biak dengan baik proses seksual dan aseksual.

Meiospora

Contoh spora meiospora yang merupakan produk dari meiosis yaitu ascospora dan
basidiospora. Ascospora terbentuk di dalam struktur seperti kantung yang disebut ascus.
Ascus mulai keluar sebagai kantung sitoplasma dan inti, dan dengan proses yang disebut
“pembentukan sel bebas” (Kirk et al. 2008) dinding sel membentuk de novo sekitar
masing-masing inti dan sekitarnya sitoplasma untuk membentuk askospora (biasanya
delapan per ascus). Ascospora bervariasi dalam ukuran, bentuk, warna, pembentukan
sekat, dan ornamen antara taksa. Basidiospora terbentuk pada basidium dan biasanya
bersel satu dengan satu atau dua inti haploid. Basidiospora bervariasi dalam ukuran,
warna dan ornamen tergantung pada kelompok taksonomi. Informasi lebih lanjut
tentang penyebaran ascospora dan basidiospora dapat ditemukan di bawah.

2. Mitospora

Contoh mitospora adalah konidia, sporangiospora, dan zoospora, yang dibentuk oleh
anggota filum Ascomycota, Zygomycota, dan Chytridiomycota, masing-masing. Tipe lain
dari propagul aseksual dihasilkan oleh jamur dalam beberapa filum yang berbeda adalah
chlamydospore tersebut.

Konidia

Konidia terbentuk dari modifikasi hifa atau sel conidiogenous sel jamur yang telah
berdiferensiasi. Sel Conidiogenous dapat dibentuk secara tunggal pada hifa, pada
permukaan struktur hifa agregat, atau dalam berbagai jenis tubuh buah. Tubuh buah
dalam yang konidia terbentuk adalah piknidia dan acervuli. Sporodochia dan synnemata
adalah contoh tubuh buah yang konidia terbentuk. Konidia yang diproduksi terutama
oleh Ascomycota, meskipun beberapa Basidiomycota mampu menghasilkan mereka
juga.

Sporangiospora

Sporangiospora propagul aseksual terbentuk di dalam sporangium bulat atau silinder


dengan proses yang melibatkan pembelahan sitoplasma. Sporangiospora berdinding
tipis, bersel satu, hialin atau pucat berwarna, dan biasanya bulat atau ellipsoid dalam
bentuk. Satu sampai 50.000 sporangiospora dapat dibentuk dalam sporangium tunggal.
Ketika dewasa, sporangiospora yang dirilis oleh kerusakan pada dinding sporangial, atau
seluruh sporangium dapat tersebar sebagai satu unit. Sporangiospora diproduksi oleh
jamur filum Chytridiomycota dan Zygomycota.

Zoospora

Zoospora adalah mikroskopis, propagul motil, kira-kira. 2 sampai 14 pM panjang dan 2


sampai 6 pM diameter yang tidak memiliki dinding sel dan ditandai dengan memiliki
satu atau lebih flagella. Flagela berdiameter ~ 0. 25 m dan panjang sampai 50 m.
Zoospora yang dihasilkan oleh kelompok Jamur sejati (Chytridiomycota), dan oleh
organisme jamur-seperti di Straminipila dan beberapa jamur lendir. Lamanya waktu
zoospora mampu berenang ditentukan oleh endogen energi cadangan-zoospora mereka
tidak dapat memperoleh makanan dari sumber-dan eksternal kondisi lingkungan.
Zoospora mungkin menunjukkan gerakan kemotaksis dalam menanggapi gradien kimia,
seperti eksudat akar. Pada akhir fase motil, zoospora mengalami proses yang disebut
encystment dan menghasilkan dinding sel. Zoospora yang encysted, disebut kista,
mungkin berkecambah langsung oleh pembentukan tabung kuman, atau tidak langsung
dengan munculnya zoospora lain.

Zoospora yang terbentuk di dalam struktur kantung-seperti yang disebut zoosporangium


dengan proses yang melibatkan mitosis dan sitoplasma belahan dada-sama dengan
pembentukan sporangiospora di sporangia. Tergantung pada kelompok taksonomi,
zoospora muncul dari zoosporangium melalui kerusakan pada dinding zoosporangial,
melalui lubang preformed di dinding ditutupi dengan topi yang disebut operkulum yang
membalik kembali, atau dengan sebuah plug agar-agar yang larut

Chlamydospora

Chamydospora adalah propagul hidup terbentuk dari sel hifa yang ada atau Konidium
yang mengembangkan dinding menebal dan sitoplasma dikemas dengan cadangan lipid.
Dinding sel yang menebal dapat berpigmen atau hialin, dan chlamydospora berkembang
sendiri-sendiri atau dalam kelompok, tergantung pada jamur. Chlamydospora secara
pasif tersebar, dalam kebanyakan kasus ketika miselium rusak. Chlamydospora dibentuk
oleh berbagai kelompok jamur dan sering ditemukan dalam budaya penuaan.

Sclerotia

Sclerotia (Sclerotium) adalah agregasi kompak hifa dibedakan menjadi kulit terluar, kulit
berpigmen, dan massa dalam sel hialin disebut medulla a. Sclerotia mengandung
cadangan makanan, dan merupakan jenis hidup propagul yang dihasilkan oleh sejumlah
jamur di filum Ascomycota Basidiomycota dan; di beberapa jamur, seperti Rhizoctonia
solani, mereka adalah satu-satunya jenis propagul diproduksi, sedangkan pada jamur
Claviceps purpurea seperti dan Sclerotinia sclerotiorum, mereka musim dingin, tungau
struktur yang dapat berkecambah secara langsung, atau menimbulkan struktur di mana
meiospora terbentuk.

E. Klasifikasi Jamur

Mc. Kane (1996) mengatakan setiap fungi tercakup di dalam satu kategori taksonomi,
dibedakan atas tipe spora, morfologi hifa, dan siklus seksualnya. Kelompok-kelompok ini
adalah : Oomycetes, Zygomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes, dan Deuteromycetes.
Kecuali Deuteromycetes semua fungi menghasilkan spora seksual. Berikut tabel untuk
membedakan lima kelompok fungi.

Menurut Maligan et al. (2012), fungi secara filogenetik dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu
chytridiomycetes, zygomycetes, glomeromycetes, ascomycetes, dan basidiomycetes.
Pembagian kelompok tersebut berdasarkan cara reproduksi.

Chytridiomycota

“Chytrids” adalah sekelompok kecil jamur dengan sekitar 900 spesies yang telah
teridentifikasi terdapat di berbagai habitat air dan darat di seluruh dunia. Fitur yang
dimiliki oleh semua anggota filum ini adalah pembentukan zoospora dengan satu
posterior diarahkan, flagela whiplash. Beberapa chytrids adalah patogen tanaman
ekonomis penting, seperti, Synchytrium endobioticum, yang menyebabkan penyakit
kutil hitam kentang, yang lain adalah vektor virus tanaman (Olpidium), namun sebagian
besar saprofit yang menggunakan substrat seperti selulosa, kitin, dan keratin sebagai
sumber makanan. Sebagaimana dicatat sebelumnya, chytrid katak (frog chytrid),
Batrachochytrium dendrobatidis, telah terlibat sebagai faktor utama dalam penurunan
populasi katak dan amfibi lain di seluruh dunia (Berger et al 1998;. Wake dan
Vredenburg 2008)..
2. Zygomycota

Kelompok Zygomycetes terkadang disebut sebagai “jamur rendah” yang dicirikan


dengan hifa yang tidak bersekat (coneocytic), dan berkembang biak secara aseksual
dengan zigospora. Kebanyakan anggota kelompok ini adalah saprofit. Pilobolus, Mucor,
Absidia, Phycomyces termasuk kelompok ini (Wallace, et al.,1986). Rhizopus nigricans
adalah contoh dari anggota kelompok ini, berkembang biak juga melalui hifa yang
koneositik dan juga berkonjugasi dengan hifa lain. Rhizopus nigricans juga mempunyai
sporangiospora. Ketika sporangium pecah, sporangiospora tersebar, dan jika mereka
jatuh pada medium yang cocok akan berkecambah dan tumbuh menjadi individu baru.
Spora seksual pada kelompok jamur ini disebut zygospora (Tortora, et al., 2001). .

3. Ascomycota

Golongan jamur ini dicirikan dengan sporanya yang terletak di dalam kantung yang
disebut askus. Askus adalah sel yang membesar, yang di dalamnya terbentuk spora yang
disebut askuspora. Setiap askus biasanya menghasilkan 2-8 askospora (Dwidjoseputro,
1978). Kelas ini umumnya memiliki 2 stadium perkembangbiakan yaitu stadium askus
atau stadium aseksual. Perkembangbiakan aseksual ascomycetes berlangsung dengan
cara pembelahan, pertunasan, klamidospora, dan konidium tergantung kepada spesies
dan keadaan sekitarnya (Sastrahidayat, 1998). Selain itu menurut Dwidjoseputro (1978),
kebanyakan Ascomycetes mikroskopis, hanya sebagian kecil yang memiliki tubuh buah.
Pada umumnya hifa terdiri atas sel-sel yang berinti banyak.

4. Basidiomycota

Basidiomycetes dicirikan memproduksi spora seksual yang disebut basidiospora.


Kebanyakan anggota basiodiomycetes adalah cendawan, jamur payung dan cendawan
berbentuk bola yang disebut jamur berdaging, yang spora seksualnya menyebar di udara
dengan cara yang berbeda dari jamur berdaging lainnya. Struktur tersebut berkembang
setelah fusi (penyatuan) dari dua hifa haploid hasil dari formasi sel dikaryotik. Sebuah sel
yang memiliki kedua inti yang disumbangkan oleh sel yang kompatibel secara seksual.
Sel-sel yang diploid membelah secara meiosis menghasilkan basidiospora yang haploid.
Basidiospora dilepaskan dari cendawan, menyebar dan berkecambah menjadi hifa
vegetatif yang haploid. Proses tersebut berlanjut terus (Mc-Kane, 1996).

Kelas basiodiomycetes ditandai dengan adanya basidiokarp yang makroskopik kecuali


yang hidup sebagai parasit pada daun dan pada bakal buah (Rahayu, 1994).
Dwidjoseputro (1978) menerangkan bahwa karakteristik dari Basiodiomycetes antara
lain kebanyakan makroskopik, sedikit yang mikroskopik. Basidium berisi 2-4
basiodiospora, masing-masing pada umumnya mempunyai inti satu. Diantara
Basiodiomycetes ada yang berguna karena dapat dimakan, tetapi banyak juga yang
merugikan karena merusak tumbuhan, kayu-kayu dan perabot rumah tangga. Selain itu
tubuh Basidiomycetes terdiri dari hifa yang bersekat dan berkelompok padat menjadi
semacam jaringan, dan tubuh buah menonjol daripada Ascomycetes. Misellium terdiri
dari hifa dan sel-sel yang berinti satu hanya pada tahap tertentu saja terdapat hifa yang
berinti dua. Pembiakan vegetatif dengan konidia.

Pada umumnya tidak terdapat alat pembiakan generatif, sehingga lazimnya berlangsung
somatogami. Anyaman hifa yang membentuk mendukung himenium disebut
himenofore. Himenofore dapat berupa rigi-rigi, lamella, papan-papan dan dengan
demikian menjadi sangat luas permukaan lapis himenium (Tjitrosoepomo, 1991).

5. Glomeromycota

Mikoriza arbuskula (AM) jamur, lama dianggap termasuk dalam Zygomycota, kini
dimasukkan ke dalam filum yang berbeda, yaitu Glomeromycota (Shüβler et al. 2001).
Glomeromycota adalah kelompok jamur kuno, yang dikenali dalam rekaman fosil
setidaknya 400 juta tahun. Fungi AM merupakan bentuk obligat, asosiasi mutualistik,
yang disebut endomycorrhizae, pada akar kebanyakan (~ 80%) tumbuhan vaskular.
Hanya sejumlah kecil (~ 160) spesies diakui dalam filum. Salah satu fitur yang paling khas
dari jamur ini adalah arbuscules yang bercabang banyak terbentuk di dalam sel-sel
kortikal akar hostnya; arbuscules adalah titik pertukaran antara jamur dan tanaman, di
mana karbohidrat yang dihasilkan oleh tanaman diperoleh oleh jamur, dan nitrogen,
fosfor, dan mineral lainnya yang diperoleh oleh miselium jamur akan ditransfer ke
tanaman. Jamur memperoleh sebanyak 20-40% dari fotosintat yang dihasilkan oleh
tanaman. Beberapa jamur AM juga memproduksi struktur penyimpanan di dalam akar
tanaman yang disebut vesikel. Jamur Endomycorrhizal menghasilkan jaringan hifa
meluas ke luar akar (hifa extraradical). Hifa ekstraradikal berfungi untuk perpanjangan
akar tanaman, peningkatan akses tanaman air dan tanah mineral, terutama fosfor dan
nitrogen. Reproduksi jamur AM yaitu dengan spora yang berdinding tebal mulai dari
ukuran 40-800 m dengan diameter, yang masing-masing dapat berisi ratusan atau
ribuan inti. Spora dibentuk secara tunggal atau dalam kelompok, dan miselium jamur
AM adalah coenocytic. Reproduksi seksual tidak diketahui terjadi dalam filum ini (Carris
et al., 2012).

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D. 1978. Pengantar Mikologi. Edisi ke-2. Penerbit Alumni. Bandung.

Dwidjoseputro, D. 1994. Pengantar Mikologi. Penerbit Alumni. Bandung


Kavanagh, K. 2011. FUNGI: Biology and Application. Wiley Press. USA.

Schlegel, H. G. dan K. Schmidt. 1994. Mikrobiologi Umum. UGM Press. Yogyakarta.


Kelompok 5:

Annisa yunita

Siti afriani

Siti rahmawati

Tenny ramayanti

Yola yunita

Struktur Virus dan siklusnya

A. Struktur Virus
Virus adalah penyebab infeksi terkecil dengan diameter 20-300 nm,
mengandung hanya salah satu asam nukleat RNA atau DNA sebagai
genom. Asam nukleat diselubungi oleh protein, dan kadang-kadang
dibungkus oleh membran yang mengandung lipid. Seluruh unit yang
infektif disebut dengan virion. Virus tidak aktif dilingkungan ekstra sel,
hanya akan bereplikasi pada sel hidup tingkat genetik. Asam nukleat virus
mengandung informasi genetik yang diperlukan untuk memprogram sel
hospes membentuk sejumlah makromolekul bahan genetik viral. Selama
tahap replikasi, sejumlah dasar kopi DNA viral dan protein selunung viral
dibentuk. Protein selunung dibentuk bersama pembentukan kapsid yang
berfungsi melindungi virus dari lingkungan ekstrasel dan memungkinkan
perlekatan dan diduga berperan pada penetrasi permukaan sel yang baru.
Asam nukeat, bila didolasi dan virion dapat dihidrolisis oleh ribo atau
deoksiribonuklease. Virus dapat menginfeksi organisme uniseluler seperti
mikroplasma, bakteri, dan algae juga tumbuhan dan hewan tingkat tinggi.
Struktur Virus
a. Ukuran virus
Kita dapat merasakan kalau tubuh kita sakit karena terserang virus tanpa
dapat diketahui bagaimana virus tersebut masuk kedalam tubuh hal ini
karena ukuran virus sangat kecil. Virus berukuran lebih kecil dari pada
bakteri, yakni berkisar antara 20 milimikron-300 milimikron (1
mikron=1000 milimikron). Untuk mengamatinya diperlukn mikroskop
elektron yang pembesarannya dapat mencapai 50.000 X.
b. Bentuk virus
Virus hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron dan lolos dari
saringan bakteri (bakteri filter). Jika diamati dengan mikroskop, virus
memiliki bentuk yang beraneka ragam, ada yang berbentuk bola, kotak,
jarum dan huruf T. Virus pada umumnya berupa semacam hablur (kristal)
dan bentuknya sangat bervariasi, yaitu ada yang berbentuk oval,
memanjang, silindris, kotak, dan kebanyakan berbentuk seperti kecebong
denagn “kepala” oval dan “ekor” silindris.
c. Susunan tubuh virus
Virus bersifat aseluler (tidak mempunyai sel), Hanya memiliki satu macam
asam nukleat (RNA dan DNA). Tubuh virus terdiri atas: kepala, kulit
(selubang atau kapsid), isi tubuh, dan serabut ekor.
1) Kepala
Kepala virus berisi DNA dan bagian luarnya diselubungi kapsid.
2) Kapsid
Kapsid adalah selubang yang berupa protein. Kapsid terdiri atas selubang
yang berupa protein. Kapsid terdiri atas bagian-bagian yang disebut
kapsomer. Misalnya, kapsid pada TMV dapat terdiri atas satu rantai
pelipeptida yang tersusun atas 2.100 kapsomer. Kapsid juga terdiri atas
protein monomer protein-protein monomer yang identik, yang masing-
masing terdiri dari rantai peptida.
3) Isi tubuh
Isi tubuh yang sering disebut virion. Adalah bahan genetik yakni asam
nukleat (DNA atau RNA), contoh adalah sebagai berikut.
(a) Virus yang isi tubuhnya RNA dan bentuknya menyerupai kubus antara
lain, polyomyelitis, virus radang mulut dan kuku, dan virus influenza.
(b) Virus yang isi tubuhnya RNA, protein, lipida, dan polisakarida,
contohnya paramixovirus.
(c) Virus yang isi tubuhnya terdiri atas RNA, protein, dan banyak lipida,
contohnya virus cacar.
4) Ekor
Ekor virus merupakan alat penancap ketubuh organisme yang diserangnya.
Ekor virus terdiri atas tubus bersumbat yang di lengkapi benang / serabut.
Gambar 2.1 Susunan tubuh virus

Tubuh virus tersusun atas senyawa-senyawa berikut:


1) Asam nukleat, asam deoksiribonukleat (DNA) atau asam ribonukleat
(RNA) sebagai bagian inti. Asam nukleat pada virus diselubangi kapsid
sehingga disebut nukleokapsid. Ada dua macam nukleokapsid yaitu:
(a) Nukleokapsid telanjang, misalnya pada TMV, adenovirus dan
warzervirus (virus kulit).
(b) Nukleokapsid yang masih diselubangi membran pembungkus misalnya
viorus influenza dan virus hespes.
2) Protein, merupakan komponen utama yang menyusun bagian terbesar
dari kapsid.
3) Lipid, terdapat pada virus dalam bentuk fosfolipid, gikolipid, asam
nukleat, kolesterol dan lemak-lemak alami.
4) Karbohidrat, terdapat dalam bentuk ribose atau deoksirebose dalam
asam nukleat.
B. Siklus pertumbuhan virus oleh beberapa ahli dibagi dalam 3 tahap:
1. Tahap awal: penempelan, penetrasi dan pelepasan selubung
2. Tahap tengah: ekspresi gen dan replikasi gen \
3. Tahap akhir: pengemasan atau assembling dan pelepasan virion
Penjelasan:
1. Pengenalan sel target sebagai hospes
Semua virus mempunyai protein luar yang merupakan”receptor”
bindingsite yang dapat berikatan dengan reseptor protein spesifik pada
permukaan sel hospes. Ikatan keduanya bersifat lemah dan merupakan
ikatan nonkovalen. Spesifitas ikatan antara reseptor permukaan viral dan
reseptor permukaan sel hospes menentukan kisaran hospes (hospes range)
yang dapat diinfeksi virus. Kebanayakan virus memiliki kisaran hospes
sempit, tetapi adapula yang memiliki kisaran hospes luas.
AIDS, HIV-1 mengenal dan berkaitan dengan resptor pada limposit
tertentu kemudian menyerang dan terjadilah infeksi. Virus Poliomielitis
hanya berkaitan dengan reseptor sel manusia dan primate dan tidak
menginfeksi sel dari spesies lain.
Virus Rabies menginfeksi semua sel mamalia. Spesifitas organ yang
diinfeksi ditentukan pula oleh kemampuan interaksi antara virus dengan
reseptor jarinagn.
Reseptor sel yakni berupa protein permukaan sel berperan banyak hal:
Herpes simpleks tipe 1, menempel pada reseptor faktor tumbuh fibroblast
Virus rabies menempel pada reseptor asethikolin
Virus AIDS menempel pada protein CD4 limposit T helper.
2. Penempelan dan penetrasi virion parental
Setelah menempel pada sel hospes, virus akan berpenetrasi pada membran
plasma kemudian itu melepas genom, masuk lingkungan seluler untuk
bereplikasi.
Terdapat 3 cara masuknya virus kedalam sel hospes:
a. Fusi: selubung viral menempel pada membran plasma eksterna,
kemudian melepas asam nukleat virus.
b. Viropeksis atau pinositosis: internalisasi seluruh virion disini terjadi
fusi membrane vakuola internal, kemudian asam nukleat virus dilepas.
c. Virus tanpa membran akan langsung masuk plasma eksterna PH
rendah dalam vesikula akan mendukung pelepasan selubung luar virus.
Robeknya membran vesikula akan membenamkan inti/corevirion
kedalam sitoplasma sel hospes.
Contohnya proses penetrasi virus kedalam sel hospes dapat diamati
pada bakteriofaga (virus bakteri) bakteriofaga yang menginfeksi E.Coli
memiliki cara penetrasi yang unik.

Bakteriofaga menempelkan beberapa serabut ekornya pada permukaan sel


hospes (E.Coli).

 Dengan menggunakan lisozim diekor bakteriofaga, melisiskan dinding sel


bakteri. Pada titik yang lisis tersebut, kemudian selubung ekor
bakteriofaga berkontraksi menusukkan ujung ekor masuk sel bakteri.
 DNA bakteriofaga masuk kesel bakteri
 Protein kapsid tetap berada diluar sel bakteri.
3. Replikasi genom dan ekspresi gena
Tahap pertama dari ekspresi gena viral adalah sintesis MRNA. Tahap
selanjutnya berbeda jalurnya tergantung pada sifat asam nukleat yang
dimiliki setiap virus. Virus DNA, bereplikasi di nukleus dan menggunakan
enzim polimerase RNA milik sel hospes (enzim ini tergantung DNA)
untuk mensintesis m-RNA viral.
Poxvirus bereplikasi di sitoplasma, virus tidak memiliki akses pada
polimerase sel hospes. Namun virus ini membawa sendiri enzim
polimerase di dalam partikel virus. Genom semua virus DNA mengandung
untai ganda, kecuali parvovirus yang hanya memiliki genom DNA untai
ganda.
Virus RNA, biasanya bereplikasi disitoplasma, kecuali virus influenza.
Virus ini melakukan replikasi utama di nukleas untuk mensintesa progeni
virus RNA, tetapi untuk penyempurnaan replikasinya dilakukan
disitoplasma.
4. Virus RNA dibagi 4 golongan, berdasar cara sintesis m-RNA:
a. Cara sintesis sederhana, contohnya pada poliovirus yang memiliki
RNA untai tunggal bersifat polaritas positif sebagai materi genetiknya.
Virus ini menggunakan genom RNA langsung sebagai m-RNA.
b. Virus memiliki untai tunggal dengan polaritas negatif sebagai materi
genetiknya. untuk mendapatkan m-RNA, dilakukan transkripsi RNA
negatif sebagai sentakan/template. Karna sel hospes tidak memiliki
polimerase RNA dengan polaritas negatif yang memiliki satu potong
RNA, contohnya virus campak(termasuk dalam paraxyvirus) atau
rabies (merupakan radovirus) dan yang memiliki banyak potongan
RNA contohnya virus influenza (myxovirus).
c. Virus memiliki RNA untai ganda sebagai materi genetika. Karna sel
hospes tidak memiliki enzim yang mampu mentraskrip RNA ini
menjadi m-RNA, virus membawa enzim polimerase sendiri.
Contohnya: Reovirus yang memiliki 10 segmen dari RNA untai
tunggal.
d. Virus memiliki RNA untai tunggal yang bersifat Polaris positif yang
dapat di transkripsi menjadi DNA untai ganda dengan bantuan
polimerase DNA (RNA-dependent) atau disebut reverse transcriptase.
Kopi DNA kemudian ditranskripsi menjadi MRNA dengan bantuan
polimerase RNA milik sel hospes.
5. Pelepasan virion dari sel hospes
Setelah mature, protein-protein viral ditransport, pertunasan (budding)
diinsertasikan pada membran plasma eksterna sel hospes. Virus yang
dilepas dapat mencapai 10.000 persel/per 6 jam.
Pada stadium prebudding, virus dapat diserang oleh immune surveillance.
Untuk mengatasi keadaan tersebut virus menghindari dengan beberapa
strategi antara lain: virus tidak muncul ke permukaan sel tetapi menyebar
lewat connecting process (antara sel yang berdekatan) atau dengan fusi
membran.
Beberapa virus (polivirus) diassembling lengkap pada sitoplasma hospes
dan dilepas setelah sel hospes tersebut lisis.

Siklus hidup virus memiliki dua jenis siklus yaitu siklus litik dan siklus
lisogenik, berikut penjelasannya

A. Silus Litik

 Siklus litik adalah replikasi virus yang disertai dengan matinya sel inang setelah
terbentuk anakan virus yang baru. Siklus litik virus yang telah berhasil diteliti
oleh para ilmuwan adalah siklus litik virus T (Bacteriophage), yaitu virus yang
menyerang bakteri Escherichia coli (bakteri yang terdapat di dalam colon atau
usus besar manusia).

Siklus litik Bakteriofag terdiri atas 5 fase, yaitu fase adsorbsi, fase penetrasi sel
inang, fase eklifase, fase replikasi, dan fase pemecahan sel inang.

1. Fase Adsorbsi

Fase adsorbsi merupakan fase awal dimana ujung ekor Bakteriofag menempel
atau melekat pada bagian tertentu dari dinding sel bakteri yang masih dalam
keadaan normal. Daerah itu disebut daerah reseptor (receptor site atau receptor
spot). Virus yang menempel kemudian mengeluarkan enzim lisosim/lisozim yang
berfungsi merusak atau melubangi dinding sel bakteri.

2. Fase penetrasi 

Fase penetrasi, ujung ekor virus T dan dinding sel bakteri E. coli yang telah
menyatu tersebut larut hingga terbentuk saluran dari tubuh virus T dengan
sitoplasma sel bakteri. Melalui saluran ini DNA virus masuk ke dalam sitoplasma
bakteri.
3. Fase eklifase dan Replikasi
Fase eklifase DNA virus mengambil alih kendali DNA bakteri. Pengendalian ini
terjadi di dalam proses penyusunan atau sintesis protein di dalam sitoplasma
bakteri. Seterusnya DNA virus mengendalikan sintesis protein kapsid virus., pada
proses ini juga terjadi replikasi DNA virus sehingga jumlah DNA dari virus T
bertambah sangat banyak seiiring terjadinya sintesis protein. (Jika belum paham
mengenai apa itu sintesis protein, pelajari materi mengenai proses sintesis protein
dan juga jika belum paham mengenai proses terjadinya replikasi DNA, bisa di
pelajari di materi substansi hereditas bab replikasi DNA)

4. Fase Perakitan

 Fase perakitan pada siklus litik merupakan fase dimana bagian-bagian protein dan
DNA yang terbentuk dari proses sintesis protein dan replikasi DNA terjadi
sehingga dihasilkan virus-virus baru yang seutuhnya.

5. Fase Lisis

Fase lisis merupakan fase rusaknya sel bakteri karena aktifitas enzimatis dari virus
T serta jumlah virus T yang sudah tidak muat ditampung oleh sel bakteri tersebut
sehingga dinding sel bakteri menjadi pecah. Selanjutnya sejumlah virus T yang
baru tersebut akan keluar dan siap untuk menyerang sel bakteri lainnya
siklus litik dan lisogenik

A. Silus Lisogenik

 Siklus lisogenik memiliki perbedaan sedikit dengan siklus litik, tetapi secara
umum hampir sama dengan siklus litik. Pembedanya adalah ketika sudah
mencapai fase penetrasi, DNA virus tidak mengalami replikasi dan sintesis protein
melainkan bergabung dengan DNA bakteri sehingga antara DNA virus dan DNA
bakteri menjadi satu.

Sebagai contoh ini terjadi pada virus HIV yang menginfeksi sel T limfosit pada
manusia, sehingga pada tahun-tahun awal seseorang yang terinfeksi HIV tidak
menimbulkan gejala-gejala klinis, karena DNA dari virus HIV bersembunyi
dengan bergabung dengan DNA sel T limfosit(lebih jelasnya pelajari mengenai
materi penyusupan virus HIV ke sel T limfosit disini)

 Ketika DNA virus sudah bergabung dengan DNA bakteri, maka yang terjadi
adalah ketika bakteri melakukan pembelahan diri, secara otomatis DNA virus juga
akan ikut mengganda.

Saat kondisi menguntungkan bagi DNA virus maka siklus lisogenik dapat masuk
ke dalam siklus litik lagi yang ditandai dengan fase replikasi dan sintesis protein
dari virus tersebut. untuk lebih jelasnya lihat gambar

siklus litik dan lisogenik


Kelompok 6

Alvian fauzan

Liza ika wulandari

Rosalinda H.sa’diah

Safitri hanjani

Sanabillah yasmin

BAKTERI

Bakteri berasal dari bahasa Latin bacterium; jamak: bacteria adalah kelompok
organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke
dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik). Hal ini
menyebabkan organisme ini sangat sulit untuk dideteksi, terutama sebelum
ditemukannya mikroskop. Barulah setelah abad ke-19 (setelah ditemukannya
mikroskop), ilmu tentang mikroorganisme terutama bakteri (bakteriologi) mulai
berkembang.

Memiliki ciri :

1. Prokariot
2. Sel tunggal, mikroorganisme miskroskopik dengan diameter 100 -750 µm
3. Umumnya berukuran lebih kecil daripada sel eukariot
4. Sangat kompleks meskipun ukurannya kecil.

Struktur bakteri terbagi menjadi dua yaitu:


1. Struktur dasar (dimiliki oleh hampir semua jenis bakteri)
Meliputi: dinding sel, membran plasma, sitoplasma, ribosom, DNA, dan
granula penyimpanan
2. Struktur tambahan (dimiliki oleh jenis bakteri tertentu)
Meliputi kapsul, flagelum, pilus, fimbria, klorosom, Vakuola gas dan
endospora.

Berdasarkan 3 bentuk dasar

1. Cocus ( Bulat)
Cocus merupakan bakteri sperik (lensa) atau oval yang memiliki beberapa
rangkaian yang didasarkan pada belahannya hasil pembelahan sel.
a. Pmbelahan dalam satu belahan yang menghasilkan susunan diplokokus
atau streptokokus
b. Pembelahan dalam 2 belahan yang
menghasilkan rangkaian tetrad ( Persegi berisi 4
kokus)
c. Pembelahan dalam 3 belahan menghasilkan
rngkaian sarsina- sarsina ( kubus berisi 8 kokus)
d. Pembelahan dalam belahan random yang menghasilkan ragkaian
stafilokokus ( kokus yang tidak beraturan, membentuk kumpulan atau
berkelompok seperi anggur, rata-rata ukuran kokusnya sekitar 0,5µm –
1.0 µm).
2. Batang atau Basil
Basil merupakan bakteri yang berbentuk batang.
Semuanya dibagi dalam satu belahan yang menghasilkan
basil, rangkaian streptobasillus atau kokobsil.
a. Basil : basil tunggal Streptobasil : Rangkaian Basil
b. Kokobasil : oval dan serupa dengan kokus, ukurannya
lebar 0,5µm – 1,0µm, panjang 1,0µm – 4,0µm.

3. Spiral
Spiral meliputi satu dari tiga bentuk ini: vibrio, spirillum atau spirochete.
a. Vibrio : lengkungan atau batang yang
berbentuk koma
b. Spirillum : tebal, spiral kaku
c. Spiroket : tipis, spiral fleksibel dengan ukuran
antara 1µm - 100µm.

4. Bentuk lainnya
Bentuk lainnya trihome, lembaran, bertangkai, filamen, persegi, bentuk
bintang, bentuk berkas, berlobus, dan pleomorphic.

Strukur tipe bakteri tersusun oleh :

1. Membran sitoplasma yang dibungkus oleh dinding sel berpeptidoglikan dan


mungkin dapat bermembran luar.
2. Cairan sitoplasma yang berisi daerah inti (Nukleoid) dan sejumlah ribosom.
3. Sering terdapat beragam struktur eksternal seperti glycocalyx, flagella, dan
pili.
A. Membran sitoplasma
Dikenal juga dengan membran sel atau membran plasma dengan
ketebalan 7 nanometer (nm) . terletak dibagian dalam sel dan
membungkus sitoplasma dri bakteri.
Membran sel merupakan membran selektif permeabel yang
menentukan masuk dan keluarnya dari organisme. Semua sel harus
mengambil dan menahan berbaagai jenis bahan kimiayang diperlukan
untuk metabolisme.
Dan sejumlah fungsi lain yang berhubungan dengan membran
sitoplasma bakteri berhubungan dengan protein yang terlibat dalam
pembelahan sel.
B. Dinding Sel
Dinding sel bakteri tersusun atas protein yang berikatan dengan
polisakarida (peptidoglikan). Dinding sel terietak di luar membran sel.
Adanya dinding sel menyebabkan bentuk bakteri menjadi tetap.
Dinding sel berfungsi untuk melindungi sel bakteri terhadap
lingkungannya.
Berdasarkan struktur peptidoglikannya, bakteri dibedakan menjadi
bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Bakteri gram positif
memiliki peptidoglikan Iebih banyak daripada bakteri gram negatif.
Pewarnaan gram pada bakteri diperkenalkan oleh Hans Christian Gram,
seorang dokter berkebangsaan Denmark pada tahun 1884. Pewarnaan
bakteri diawali dengan mewarnai bakteri dengan pewarna ungu dan
yodium. kemudian dicuci dengan alkohol. Selanjutnya, bakteri diberi
pewarna merah safranin. Hasil proses pewarnaan tersebut adalah
bakteri gram positif akan berwarna ungu. Sedangkan bakteri gram
negatif akan berwarna merah.

C. Struktur dalam Sitoplasma


1) Sitoplasma
Merupakan sesuatau yang dibungkus oleh membran sitoplasma.
Sekitar 80% mengandung air. Di dalamnya ditemukan asam nukleat
(DNA dan RNA), enzim amino, karbohidrat, lipid, ion organik dna
beberapa senyawa berberat molekul rendah.
2) Nukleoid
Nukleoid adalah daerah dalam sel prokariotik yang berisi materi
DNA utama. (Sebagai catatan, beberapa DNA juga akan di bagian
lain dari sel, tetapi bahan utama akan di nukleoid tersebut.) nukleoid
memiliki bentuk yang tidak teratur dibandingkan dengan inti sel
eukariotik, yang melingkar. DNA dalam nukleoid adalah melingkar,
dan mungkin memiliki beberapa salinan pada suatu waktu tertentu.
Selain itu, DNA di nukleoid mungkin superkoil, yang berarti
memiliki liku dalam bentuk yang melingkar yang membuatnya
lebih kompak. Seperti sel-sel tumbuh, DNA dalam nukleoid dapat
memperpanjang ke dalam sitosol (cairan sel).
3) Plasmid
Selain ADN. bakteri juga memiliki plasmid. Plasmid mengandung
gen-gen tertentu. misalnya gen patogen dan gen kebal antibiotik.
Plasmid juga mampu memperbanyak diri. Dalam satu sel bakteri
dapat terbentuk lebih kurang 20 plasmid.
4) Ribosom
Ribosom berfungsi dalam sintesis protein. Ribosom tersusun atas
protein. Jika dilihat menggunakan mikroskop ribosom tampak
seperti struktur kecil yang melingkar.

D. Struktur di luar dinding sel


1) Kapsul
Merupakan selubung pelindung bakteriyang tersusun atas
polisakarida. Kapsul terletak di luar dinding sel. Hanya bakieri
bersifat patogen yang memiliki kapsul. Kapsul berfungai untuk
mempertahankan din dan antitoksiri yang dihasilkan oleh sel inang.
Kapsul juga berfungsi untukmelindungi diri dari kekeringan

2) Flagella
FIagel merupakan alat gerak pada bakteri sehingga membentu
bakiteri untuk mendekati makanan atau menjauh jika ada racun atau
bahan kimia. Berdasarkan jumlah dan letak flagel. bakteri dapat
dibedakan menjadi:
a. atrik adalah bakten yang tidak memiliki flagel.
b. monotrik adalah bakteri yang memiliki satu flagel pada bagian
ujung tubuhnya
c. amfitnk adalah bakteri yang memiliki banyak f lagel pada
kedua bagiari ujung tubuhnya.
d. lopotrik adalah bakteri yang memiliki banyak f lagel hanya pada
satu ujung tubuhnya, dan
e. peritrik adalah bakieri yang memiliki f lagel pada seluruh
permukaan tubuhnya.
3) Pili
Merupakan tabung protein yang tipis berasal dari membran
sitoplasma dan ditemukan pada baktri gram negatid, tetapi tidak ada
pada bakteri gram positif.

Siklus Hidup Bakteri


Reproduksi bakteri dapat terjadi secara seksual melalui cara transduksi,
konjugasi, dan transformasi atau secara aseksual dengan cara pembelahan
biner.
A. Secara seksual
1. Transduksi
Transduksl adabh pemindahn materi genetik dengan perantaraan
virus. Proses ini diawali dengan masuknya virus ke dalam bakteni.
Selanjutnya, virus akan berkembangbiak sehingga menyebabkan sel
bakteri yang dimasukinya mengalami pecah (Usis). Virus yang baru
terbentuk akan berhamburan keluar dan sel bakteri.
2. Konjugasi
Konjugasi merupakan perkawinan antara kedua sel kelamin. Sel
kelamin jantan ditandai dengan adanya rambut halus (fili) pada
permukaan dinding sel yang dapat berkaitan pada suatu tempat
khusus di permukaan sel betina. Reproduksi secara konjugasi terjadi
pada bakten gram negatif seperti Escherichia coil, Salmonella dan
Pseudomonas.
3. Transformasi
Transformasi adalah pemindahari sedikit materi genetik berupa
ADN atau gen dan bakteni satu ke bakteri lainnya yang sejenis
dengan proses fisiologis yang kompleks.

B. Secara Aseksual
Perkembang biakan secara aseksual adalh denga cara membalah diri.
Bakteri mampu berkembang biak secara cepat, pertumbuhan bakteri
juga dipengaruhi oleh faktor suhu, kelembapan. sinar matahari, dan zat
kimia. Suhu optimum untuk pertumbuhan bakteri
adalah 27°—30°C. Bakteri dapat tumbuh dengan baik pada Iingkungan
yang lembap. Sinar matahari mampu merusak struktur materi genetik
bakteni sehingga dapat menghambat pertumbuhan ba kteni. Beberapa
jenis zat kimia. misalnya antibiotik yang dapat merusak
bahkan mematikan bakteri.

DAFTAR PUSTAKA

Dr.H.M Subandi, Drs.Ir.Mp.2002. Mikrobiologi. Jakarta : Penerbit Rosda

Sylvia T. Pratisi, S.Si, M.S,Si. 2013. Mikrobiologi Farmasi. Penerbit


Erlangga: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai