Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Struktur Jamur, Klasifikasi Jamur dan Pertumbuhan dan


Perkembangan Jamur

STRUKTUR JAMUR
Secara umum, jamur dapat didefinisikan sebagai organisme eukariotik
yang mempunyai inti dan organel. Jamur tersusun dari hifa yang merupakan
benang-benang sel tunggal panjang, sedangkan kumpulan hifa disebut dengan
miselium. Miselium merupakan massa benang yang cukup besar dibentuk dari
hifa yang saling membelit pada saat jamur tumbuh. Jamur mudah dikenal dengan
melihat warna miseliumnya. Bagian penting tubuh jamur adalah suatu struktur
berbentuk tabung menyerupai seuntai benang panjang, ada yang tidak bersekat
dan ada yang bersekat. Hifa dapat tumbuh bercabang-cabang sehingga
membentuk jaring-jaring, bentuk ini dinamakan miselium. Pada satu koloni jamur
ada hifa yang menjalar dan ada hifa yang menegak. Biasanya hifa yang menegak
ini menghasilkan alat-alat pembiak yang disebut spora, sedangkan hifa yang
menjalar berfungsi untuk menyerap nutrien dari substrat dan menyangga alat-alat
reproduksi. Hifa yang menjalar disebut hifa vegetatif dan hifa yang tegak disebut
hifa fertil. Pertumbuhan hifa berlangsung terus-menerus di bagian apikal,
sehingga panjangnya tidak dapat ditentukan secara pasti. Diameter hifa umumnya
berkisar 3-30 µm. Jenis jamur yang berbeda memiliki diameter hifa yang berbeda
pula dan ukuran diameter itu dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan.
Hifa adalah benang halus yang merupakan bagian dari dinding tubuler
yang mengelilingi membran plasma dan sitoplasma. Jamur sederhana berupa sel
tunggal atau benang-banang hifa saja. Jamur tingkat tinggi terdiri dari anyaman
hifa yang disebut prosenkim atau pseudoparenkim. Prosenkim adalah jalinan hifa
yang kendor dan pseudoparenkim adalah anyaman hifa yang lebih padat dan
seragam. Sering terdapat anyaman hifa yang padat dan berguna untuk mengatasi
kondisi buruk yaitu rhizomorf atau sklerotium. Ada pula yang disebut stroma
yaitu jalinan hifa yang padat dan berfungsi sabagai bantalan tempat tumbuhnya
bermacam-macam bagian lainnya. Sebagian besar jamur membentuk dinding
selnya dari kitin, yaitu suatu polisakarida yang mengandung pigmen-pigmen yang
kuat namun fleksibel.

KLASIFIKASI JAMUR
Jamur terdiri dari empat kelas utama yaitu :
1. Chitridiomycetes
Sebagian besar Chitridiomycetes adalah organisme aquatik.
Chitridomycetes merupakan jamur yang berflagel. Cara penyerapan
makanannya dengan cara absorbsi, dinding selnya terbuat dari kitin.
Sebagian besar Chitridiomycetes membentuk hifa senositik dan spora
berflagel tunggal atau disebut zoospora.
2. Zygomycetes
Anggota Zygomycetes memiliki hifa yang tidak bersekat dan memiliki
banyak inti disebut hifa senositik. Kebanyakan kelompok ini saprofit.
Berkembang biak secara aseksual dengan spora, dan secara seksual dengan
zigospora. Ketika sporangium pecah, sporangiospora tersebar, dan jika
jatuh pada medium yang cocok akan tumbuh menjadi individu baru. Hifa
yang senositik akan berkonjugasi dengan hifa lain membentuk zigospora.
3. Ascomycetes
Golongan jamur ini memiliki ciri dengan spora yang terdapat di dalam
kantung yang disebut askus. Askus adalah sel yang membesar yang
didalamnya terdapat spora yang disebut askospora. Setiap askus biasanya
memiliki 2-8 askospora. Kelompok ini memiliki 2 stadium
perkembangbiakan yaitu stadium konidium (aseksual) dan stadium askus
(seksual). Sebagian besar Ascomycetes bersifat mikroskopis dan hanya
sebagian kecil bersifat makroskopis yang memiliki tubuh buah.
4. Basidiomycetes
Kebanyakan anggota Basidiomycetes adalah jamur payung dan cendawan.
Basidiomycetes mempunyai hifa yang bersekat, fase seksualnya dengan
pembentukan basidiospora yang terbentuk pada basidium sedangkan fase
aseksualnya ditandai dengan pembentukan konidium. Konidium maupun
basidiospora pada kondisi yang sesuai dapat tumbuh dengan membentuk
hifa bersekat melintang yang berinti satu (monokariotik). Selanjutnya, hifa
akan tumbuh membentuk miselium.
Untuk jamur yang belum diketahui cara perkembangbiakan secara
generatifnya dikelompokkan ke dalam kelas khusus Deuteromycetes.
Deuteromycetes merupakan jamur yang hifanya bersekat dan menghasilkan
konidia, namun jamur ini belum diketahui cara perkembangbiakan secara
generatifnya. Deuteromycetes disebut juga jamur imperfecti (jamur tidak
sempurna). Penamaan atau pengelompokkan ini bersifat sementara karena apabila
telah diketahui cara reproduksi generatifnya (pembentukan askus) maka
dikelompokkan ke dalam kelas Ascomycetes. Deuteromycetes secara filogenitik
bukan merupakan suatu kelompok taksonomi.

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN JAMUR


Faktor-faktor pertumbuhan jamur meliputi kelembaban yang tinggi,
persediaan oksigen, dan ketersediaan bahan organik. Jamur merupakan saprofit
dan dapat hidup dari bahan organik yang telah mati atau yang mengalami
pembusukan (Peltczar et al., 1986). Jamur akan mencari dan mengabsorbsi
molekul-molekul organik. Melewati dinding selnya, jamur dapat mengabsorbsi
molekul-molekul kecil yang kemudian diabsorbsi dan digunakan secara langsung
atau disusun menjadi molekul organik dalam sel (Campbell et al., 2003).
Spora jamur memiliki berbagai bentuk dan ukuran, dan dapat dihasilkan secara
seksual maupun aseksual. Pada umumnya spora adalah organisme uniseluler,
tetapi ada juga spora multiseluler. Spora dihasilkan di dalam atau dari struktur
hifa yang terspesialisasi. Ketika kondisi lingkungan memungkinkan pertumbuhan
yang cepat, jamur memperbanyak diri dengan menghasilkan banyak spora secara
aseksual. Terbawa oleh angin atau air, spora-spora tersebut berkecambah jika
berada pada tempat yang lembab pada permukaan yang sesuai (Campbell et al.,
2003).
Menurut Peltczar (1986), spora seksual dihasilkan dari peleburan dua nukleus.
Ada
beberapa spora seksual yaitu:
a. Askospora yang merupakan spora bersel satu yang terbentuk di dalam
pundi atau kantung yang dinamakan askus. Biasanya terdapat delapan
askospora di dalam setiap askus.
b. Basidiospora yang merupakan spora bersel satu yang terbentuk di atas
struktur berbentuk gada yang dinamakan basidium.
c. Zigospora yang merupakan spora besar berdinding tebal yang terbentuk
apabila ujung-ujung dua hifa yang secara seksual serasi, disebut juga
gametangia.
d. Oospora merupakan spora yang terbentuk di dalam struktur betina khusus
yang disebut oogonium, pembuahan telur atau oosfer oleh gamet jantan
yang terbentuk di dalam anteridium menghasilkan oospora.
Jamur dapat melakukan reproduksi secara seksual (generatif) maupun aseksual
(vegetatif). Jamur memperbanyak diri dengan cara memproduksi sejumlah besar
spora aseksual jika kondisi habitat sesuai. Untuk mendapatkan kebutuhan
energinya.

2.2 Jamur yang Mempengaruhi Wanita dalam Bidang Kebidanan

A. Candida Albicans
Candida albicans adalah jamur yang hidup di area rongga mulut, saluran
pencernaan, vagina, kulit, serta beberapa area lain di tubuh. Dalam kondisi
normal, jamur ini tidak berbahaya. Namun, apabila terjadi suatu gangguan di
tubuh, flora tersebut bisa berkembang biak secara tidak terkendali. Saat inilah ia
akan menyebabkan terjadinya infeksi jamur.
Penyakit yang bisa ditimbulkan oleh jamur candida albicans :
1. Infeksi saluran kencing
Candida albicans adalah jenis jamur yang paling sering menyebabkan infeksi di
saluran kencing. Biasanya, infeksi yang disebabkan oleh jamur ini menyerang
saluran kencing bagian bawah. Namun pada beberapa kasus, infeksi bisa meluas
hingga ke ginjal.
Kondisi ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
a. Konsumsi antibiotik secara rutin
b. Penggunaan kateter
c. Diabetes
d. Gangguan imun
Tidak semua orang yang terkena infeksi jamur di saluran kencing akan mengalami
gejala. Namun saat muncul, gejalanya bisa berupa:
a. Sering ingin buang air kecil
b. Rasa perih dan panas saat buang air kecil
c. Nyeri di perut dan pinggul
d. Darah di urine
2. Infeksi jamur vagina
Infeksi jamur di genital lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.
Umumnya, kondisi ini bisa muncul karena ada faktor penyerta seperti diabetes,
kehamilan, penggunaan obat-obatan, dan gangguan sistem imun.
Infeksi ini biasanya akan menimbulkan gejala berupa:
a. Rasa sangat gatal pada vagina
b. Kemerahan dan pembengkakan pada bagian luar vagina
c. Rasa nyeri dan terbakar saat buang air kecil
d. Rasa sakit saat melakukan hubungan seksual
e. Keputihan dengan warna dan bau yang beda dari biasanya
f. Ruam kemerahan dan rasa gatal di penis (pada pria)

Sebagian besar infeksi candida albicans bisa diatasi dengan konsumsi obat
antijamur. Selain itu, ada juga beberapa bahan alami yang bisa digunakan untuk
membantu membasi jamur berlebih di tubuh.
Obat yang digunkan untuk mengatasi infeksi jamur candida albicans ada
beragam. Masing-masing pengidapnya bisa diresepkan jenis yang berbeda sesuai
kondisinya. Namun, ada jenis obat yang paling umum digunakan yaitu
fluconazole. Selain fluconazole, obat seperti nystatin atau clotrimazole juga dapat
diberikan, terutama pada kasus infeksi jamur di rongga mulut. Clotrimazole pun
dapat diresepkan untuk infeksi jamur yang terjadi di kulit beserta obat lain seperti
miconazole dan econazole. Obat untuk infeksi jamur bisa diberikan dalam bentuk
obat minum, salep, krim, atau obat hisap. Semua tergantung dari jenis infeksi
yang diderita.

B. Kandidiasis Vulvovaginitis
Kandidiasis vulvovaginitis ialah penyakit jamur candida yang mengenai
mukosa vagina dan vulva. Penyebabnya yang tersering biasanya adalah candida
albicans. Nama lain dari penyakit ini adalah kandidosis vulvovaginitis atau
Mycotic Vulvovaginitis. Kandidiasis vulvovaginitis dapat terjadi apabila ada
faktor predisposisi baik eksogen maupun endogen. Faktor eksogen untuk
timbulnya kandidiasis vulvovaginitis adalah kegemukan, DM, kehamilan, dan
Infeksi kronik dalam servik atau vagina. Sedangkan faktor eksogennya iklim,
panas dan kelembaban yang meningkat serta higyeni yang buruk. Patogenesis
kandidiasis vulvovaginitis dimulai dari adanya faktor predisposisi memudahkan
pseudohifa candida menempel pada sel epitel mukosa dan membentuk kolonisasi.
Kemudian candida akan mengeluarkan zat keratolitik (fosfolipase) yang
menghidrolisis fosfolopid membran sel epitel, sehingga mempermudah invasi
jamur kejaringan. Dalam jaringan candida akan mengeluarkan faktor kemotaktik
neutrofil yang akan menimbulkan raksi radang akut yang akan bermanifestasi
sebagai daerah hiperemi atau eritema pada mukosa vulva dan vagina. Zat
keratolitik yang dikeluarkan candida akan terus merusak epitel mukosa sehingga
timbul ulkus-ulkus dangkal.

C. Balanitis
Balanitis adalah peradangan pada kulup atau kepala penis. Kondisi ini
ditandai dengan kepala penis yang tampak memerah dan membengkak akibat
infeksi bakteri, infeksi jamur, atau alergi.
Penyakit balanitis dapat dialami oleh siapa saja, terutama anak berusia di bawah 4
tahun dan laki-laki dewasa yang belum disunat. Meskipun demikian, kondisi ini
juga dapat dialami oleh laki-laki dewasa atau pun bayi yang telah disunat.
Balanitis bukanlah kondisi yang serius dan dapat sembuh dalam waktu beberapa
hari dengan penanganan yang tepat.

Penyebab Balanitis
Penyebab balanitis yang paling umum adalah infeksi bakteri atau jamur. Infeksi
dapat terjadi ketika kepala penis atau kulup tidak dibersihkan secara rutin,
sehingga menimbulkan iritasi dan menyebabkan pertumbuhan jamur atau bakteri.
Jika dibiarkan, kondisi ini dapat memicu peradangan.
Selain infeksi, balanitis juga bisa disebabkan oleh berbagai faktor lain, seperti:
a. Penggunaan sabun batang yang membuat kulit penis mudah kering dan
iritasi.
b. Alergi terhadap pelumas atau kondom berbahan lateks.
c. Konsumsi obat-obatan tertentu, seperti obat pencahar, obat pereda nyeri,
dan antibiotik.
d. Infeksi menular seksual, seperti sifilis, trikomoniasis, dan gonore.
e. Kelainan pada kulit, seperti eksim dan psoriasis.
f. Cedera di bagian ujung penis atau kulup.
g. Penyakit atau kelainan tertentu, seperti diabetes dan fimosis.
h. Obesitas.

Gejala Balanitis
Gejala utama balanitis adalah kemerahan dan pembengkakan di kepala penis atau
kulup. Ujung penis yang membengkak dapat menyebabkan saluran kemih tertekan
dan penderitanya merasakan nyeri ketika buang air kecil.
Balanitis juga memiliki beberapa gejala tambahan, seperti:
a. Penis terasa gatal dan seperti terbakar.
b. Keluar cairan berwarna kekuningan dan berbau dari penis.
c. Kulup terasa kencang.
d. Muncul benjolan di pangkal paha akibat pembengkakan kelenjar getah
bening.

Pengobatan Balanitis
Penyakit balanitis dapat ditangani melalui terapi obat. Jenis obat yang digunakan
tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Obat-obatan yang umum diberikan
adalah:
 Antibiotik
Antibiotik digunakan untuk mengobati balanitis yang disebabkan oleh infeksi
bakteri. Obat ini diberikan dalam bentuk salep atau pil. Contoh antibiotik yang
digunakan adalah amoxicillin, cefadroxil, dan ciprofloxacin.
 Antijamur
Antijamur digunakan untuk mengobati balanitis yang disebabkan oleh infeksi
jamur Candida (balanitis candidiasis). Obat ini diberikan dalam bentuk krim
atau tablet. Beberapa jenis obat antijamur yang digunakan adalah clotrimazole,
fluconazole, dan itraconazole.
 Kortikosteroid
Obat ini digunakan untuk meredakan peradangan pada balanitis, baik karena
infeksi maupun alergi. Contoh obat kortikosteroid yang sering diberikan
adalah prednisolone, methylprednisolone, dan betametasone.

D. Candidal Diapers Dermatitis


Candidal Diapers Dermaitis adalah ruam popok yang disebabkan oleh
infeksi jamur candida albicans, yang dapat memicu terjadinya kolonisasi jamur
kandida. Dermatitis popok ditandai dengan kelainan kulit yang bertambah merah
dan basah, berbatas tegas, berskuama disertai pustul yang berkonfigurasi satelit.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/candidiasis
https://www.sehatq.com/artikel/candida-albicans-jamur-penyebab-infeksi-di-
mulut-hingga-vagina
Casari, E. (2010). Gardnerella, Trichomonas vaginalis, Candida.
Discipline of Gynecology and Obstetrics,Faculdade de Medicina,Brazil. (n.d.).
Incidence of Gardnerella vaginalis, Candida sp and human paviloma virus n
cytological smears.
Gispen, W. (2007). Leiden Cytologi and pathology Laboratory Leiden
Netherland. Vulvovaginal Candida, 41-60.
Kelestemur, N. (2012). Department of Parasitology, Faculty of Medicine, Fırat
University. The Frequency of Trichomonas vaginalis, Gardnarella vaginalis and
Candida ssp. Among Infertile Men and Women with Vaginitis,
Melbourne Sexual Health Centre. (2010, July). RECURRENT VULVO
VAGINAL CANDIDIASIS.
www.projectinform.org. (2011, January). Vaginal candidiasis and HIV disease.
https://www.alodokter.com/balanitis
Amini,G.A.L., (2017). Mikrobiologi Kebidanan. Jakarta : Fakultas Kedokteran
dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai