Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jamur adalah tumbuhan yang berinti, berspora, dan tidak
berklorofil, berupa sel atau benang yang bercabang-cabang, dengan
dinding dari selulosa atau dari kitin atau dari keduanya dan umumnya
berkembang biak secara seksual dan aseksual. Jamur ini tergolong
tumbuhan thallus karena belum bisa dibedakan antara bagian batang,
daun, maupun akarnya (Dwijeseputro, 2003
Diantara tumbuhan – tumbuhan rendah ( bercahaya ), maka
golongan ganggang alga dan golongan jamur merupakan kelanjutan
daripada golongan bakteri. Apakah golongan ganggang itu langsung
menjadi golongana bakteri ataukah jamur yang menjadi kelanjutan
langsung dari bakteri. Hali ini sangat sukar ditentukan. Peninjauan
secara morfologi dan fisiologi menemukan suatu golongan bakteri ,
yaitu ordo chlamydobacterialos, yang dapat dipandang sebagai
pangkal pertumbuhan golongan ganggang , hal mana dapat diketahui
dari sifat – sifatnya mengenai adanya lapisan lendir yang
mengelubungi tubuh organisme tersebut, akan tetapi pembiakannya
dengan menggunakan konidia itu lebih menggenangkan kepada sifat
jamur ( Dwidjoseputro, 2005 ).
Selanjutnya golongan jamur itu demikian luasnya sehingga
penguasaannya dibidang ilmu pengetahuan memerlukan keahlian
tersendiri bidang itu disebut mikologi. Hanya jamur – jamur tingkat
rendah masuk dalam bidang mikrobiologi ( Dwidjoseputro, 2005 ).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah struktur tubuh jamur yang ada pada tempe?

i
2. Bagaimanakah struktur tubuh jamur yang ada pada roti?
3. Bagaimana struktur jamur pada jamur tiram?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat peneliti paparkan
tujuan dari praktikum ini, yaitu :
1. Untuk struktur tubuh jamur yang ada pada tempe
2. Untuk struktur tubuh jamur yang ada pada roti

D. Hipotesis
Sebelum melakukan penelitian atau ekperimen, peneliti
memiliki dugaan awal (hipotesis) bahwa jamur yang ada di tempe dan
roti dan jamur tiram memiliki stuktur sama yang sederhana yang
terdiri dari hifa, dan memiliki kotak spora.

i
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Jamur atau Fungi


Fungi adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa
atau sel tunggal, eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa,
berproduksi seksual atau aseksual. Dalam dunia kehidupan fungi
merupakan kingdom tersendiri, karena cara mendapatkan
makanannya berbeda dengan organisme eukariotik lainnya yaitu
melalui absorpsi (Gandjar. 1999).
Sebagian besar tubuh fungi terdiri dari atas benang – benang
yang disebut hifa, yang saling berhubungan menjalin semacam jala
yaitu miselium. Miselium dapat dibedakan atas miselium vegetative
yang berfungsi meresap menyerap nutrient dari lingkungan , dan
miselium fertile yang berfungsi dalam reproduksi ( Gandjar. 1999 ).
Fungi tingkat tinggi maupun tingkat rendah mempunyai cirri
khas yaitu berupa benang tunggal atau bercabang – cabang yang
disebut hifa. Fungi dibedakan menjadi dua golongan yaitu kapang dan
khamir. Kapang merupakan fungi yang berfilamen atau mempunyai
miselium, sedangkan khamir merupakan fungi bersel tunggal da tidak
berfilamen. Fungi merupakan organisme menyerupai tanaman , tetapi
mempunyai beberapa perbedaan yaitu :
 Tidak mempunyai kolorofil
 Mempunyai dinding sel dengan komposisi berbeda
 Berkembang biak dengan spora
 Tidak mempunyai batang , cabang, akas dan daun
 Tidak mempunyai system vesicular seperti pada tanaman
 Bersifat multiseluler tidak mempunyai pembagian fungi masing -
masing bagian seperti pada tanaman.

i
Fungi ada yang bersifat parasit dan ada pula yang bersifat
saprofit. Parasit apabila dalam memenuhi kebutuhan makanannya
dengan mengambil dari benda hidup yang ditumpanginya, sedangkan
bersifat saprofit apabila memperoleh makanan dari benda mati dan
tidak merugikan benda itu sendiri. Fungi dapat mensintesis protein
dengan mengambil sumber karbon dari karbohidrat (misalnya
glukosa,sukrosa,atau maltose ), sumber nitrogen dari bahan organic
atau anorganik, dan mineral dari substratnya. Ada juga beberapa fungi
yang dapat mensintesis vitamin – vitamin yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan biakan sendiri, tetapi ada juga yang tidak dapat
mensintesis sendiri sehingga harus mendapatkan dari substrat,
misalkan tiamin dan biotin ( Dwidjoseputro,2005 ).
Jamur berbiak secara vegetative dan generative dengan
berbagai macam spora. Macam spora yang terjadi dengan tiada
perkawinan adalah :
1. Spora biasanya yang terjadi karena protoplasma dalam suatu sel
tertentu berkelompok – kelompok kecil, masing – masing
mempunyai membran serta inti sendiri. Sel tempat terjadinya spora
ini disebut sporangium, dan sporanya disebut sporangiospora.
2. Konidiospora yaitu spora yang terjadi karena ujung suatu hifa
berbelah – belah seperti tasbih. Didalam hal ini tidak ada
sporangium, tiap spora disebut konidiospora atau konidia saja,
sedang tangkai pembawa konidia disebut konidiosfor.
3. Pada beberapa spesies, bagian – bagian miselium dapat membesar
serta berdinding tebal, bagian itu merupakan alat membesar serta
berdinding tebal, bagian itu merupakan alat pembiak yang disebut
klamidiospora ( spora yang berkulit tebal )
4. Jika bagian – bagian miselium itu tidak menjadi lebih besar
daripada aslinya, maka bagian – bagian itu disebut artospora
(serupa batu bata ), oidiospora atau oidia ( serupa telur )

i
Spora kapang berproduksi secara aseksual dengan
menghasilkan arthokonidia, blastokonidia, klamisdospora, konidia,
sporangiospora, dan secara seksual dengan menghasilkan akospora,
basidiospora dan zigospora.
Karakteristik fungi jamur adalah sebagai berikut ;
1. Kandungan air
Pada umumnya jamur benang lebih tahan terhadap
kekeringan dibanding khamir atau bakteri. Namun demikian,
batasan ( pendekatan ) kandungan air totol pada makanan yang
baik untuk pertumbuhan jamur dapat diestimasikan, dan
dikatakan bahwa kandungan air dibawah 14 – 15 % pada biji –
bijian atau makanan kering dapat mencegah atau memperlambat
pertumbuhan jamur.
2. Suhu
Kebanyakan jamur termasuk dalam kelompok mesofilik,
yaitu dapat tumbuh pada suhu normal. Suhu optimum untuk
kebanyakan jamur sekitar 25O C – 30O C, namun beberapa tumbuh
baik pada suhu 25O C – 37O C atau lebih, misalnya pada spesies
Aspergilis.s.p
3. Kebutuhan oksigen dan derajat keasaman
Jamur benang biasanya bersifat aerob, yang membutuhkan
oksigen untuk pertumbuhannya. Kebanyakan jamur dapat tumbuh
pada interval PH yang luas ( PH 2.0 – 8.5 ), walaupun pada
umumnya jamur lebih suka pada konidia asam.
4. Kebutuhan makanan ( Nutrisi )
Jamur pada umumnya mampu menggunakan bermacam –
macam makanan dari yang sederhana sampai yang kompleks.
Kebanyakan jamur memiliki bermacam – macam enzim hidrolit,
yaitu amylase, pektinose, proteinose, dan lipase.

B. Jamur Tiram

i
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari
kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes
dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan
tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram
dengan bagian tengah agak cekung. Jamur tiram masih satu kerabat
dengan Pleurotus eryngii dan sering dikenal dengan sebutan King
Oyster Mushroom.
Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang
tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk. Tubuh buah terlihat
saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah melapuk
atau pokok batang pohon yang sudah ditebang karena jamur tiram
adalah salah satu jenis jamur kayu. Untuk itu, saat ingin
membudidayakan jamur ini, substrat yang dibuat harus
memperhatikan habitat alaminya. Media yang umum dipakai untuk
membiakkan jamur tiram adalah serbuk gergaji kayu yang merupakan
limbah dari penggergajian kayu.
Pada umumnya jamur tiram, Pleurotus ostreatus, mengalami
dua tipe perkembangbiakan dalam siklus hidupnya, yakni secara
aseksual maupun seksual. Seperti halnya reproduksi aseksual jamur,
reproduksi aseksual basidiomycota secara umum yang terjadi melalui
jalur spora yang terbentuk secara endogen pada kantung spora atau
sporangiumnya, spora aseksualnya yang disebut konidiospora
terbentuk dalam konidium. Sedangkan secara seksual, reproduksinya
terjadi melalui penyatuan dua jenis hifa yang bertindak sebagai gamet
jantan dan betina membentuk zigot yang kemudian tumbuh menjadi
primodia dewasa. Spora seksual pada jamur tiram putih, disebut juga
basidiospora yang terletak pada kantung basidium.
Mula-mula basidiospora bergerminasi membentuk suatu masa
miselium monokaryotik, yaitu miselium dengan inti haploid. Miselium
terus bertumbuh hingga hifa pada miselium tersebut berfusi dengan
hifa lain yang kompatibel sehingga terjadi plasmogami membentuk

i
hifa dikaryotik. Setelah itu apabila kondisi lingkungan memungkinkan
(suhu antara 10-20 °C, kelembapan 85-90%, cahaya mencukupi, dan
CO2 < 1000 ppm) maka tubuh buah akan terbentuk. Terbentuknya
tubuh buah diiringi terjadinya kariogami dan meiosis pada basidium.

i
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan hari Jum’at pada tanggal 31 Januari
2020 di SMA Negeri 1 Jonggat.

B. Alat dan Bahan


1. Alat yang diperlukan :
 Mikroskop
 Kaca objek dan kaca penutup
 Jarum pentul
 Pipet tetes
 Gelas beker
 Tisu
2. Bahan
a) Jamur tempe
b) Jamur roti
c) Jamur tiram

C. Cara Kerja
a) Siapkanlah alat dan bahan untuk mengamati Hifa pada roti
yang berjamur
b) Ambil sedikit air dengan pipet tetes, lalu teteskan pada kaca
objek
c) Ambil jamur pada roti menggunakan tusuk gigi atau pinset,
kemudian letakkan pada kaca objek.
d) Amatilah jamur tersebut menggunakan Mikroskop dengan
perbesaran 10x
e) Gambarkan atau foto bentuk jamur tersebut!

i
f) Setelah itu, bersihkan kaca objek lalu keringkan. Ulangi
kegiatan 2-5 pada jamur tempe.
g) Jika sudah, Buatlah laporan hasil pengamatan terhadap jamur.

i
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Jamur Pada Roti

2. Jamur pada tempe

3. Jamur tiram

i
B. Pembahasan
Setelah dilakukan penelitian, maka hasil dari penelitian ini adalah:
a. Jamur pada roti merupakan jenis jamur divisi Zygomycota dengan
nama latin Rhizopus Stolonifer (Rhizopus Sp.) Jenis jamur ini
memiliki hifa pendek bercabang-cabang dan berfungsi sebagai akar
(Rizoid) untuk melekatkan diri serta menyerap zat-zat yang
diperlukan dari substrat. Selain itu, terdapat pula Sporangiofor
(hifa yang mencuat ke udara dan mengandung banyak inti sel, di
bagian ujungnya terbentuk sporangium (sebagai penghasil spora),
serta terdapat Stolon (hifa yang berdiameter lebih besar daripada
rizoid dan sporangiofor).
b. Jamur Pada Tempe
Berdasarkan pengamatan atau penelitian yang dilakukan,
jamur pada tempe merupakan jamur bernama latin Rhizopus
Oryzae yang merupakan divisi Zygomycota. Bentuk jamur ini
seperti benang-benang halus tanpa kepala.
c. Jamur Tiram
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari
kelompok Basidiomycota dengan ciri-ciri umum tubuh buah
berwarna putih atau krem dengan tudung berbentuk setengah
lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak
cekung.

i
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Struktur tubuh jamur jika diamati dengan menggunakan
mikroskop akan tampak lebih jelas bagian-bagiannya. Beraneka ragam
jenis jamur mempunyai struktur tubuh yang berbeda-beda. Dan
dikelompokkan ke dalam 4 subdivisi, yaitu: zygomycota,
basidiomycota, ascomycota, deuteromycota. Bagian-bagian jamur
terdiri atas: rizoid, stolon, sporangiofor,spora, sporangium, hifa.

B. Saran
Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan :
1. Diharapkan pembaca mengerti tentang berbagi bentuk dan jenis
jamur.
2. Diharapkan pembaca dapat mengerti dan memahami cara kerja
dalam praktikum ini.
3. Dalam praktikum ini diharapkan lebih berhati-hati dalam
mengambil jamur mikroskopis agar tidak merusak struktur tubuh
jamur tersebut.

i
DAFTAR PUSTAKA

http://skyoshie.blogspot.com/2014/09/laporan-pengamatan-biologi-
jamur-kelas.html
Sutedjo. 1991. Mikrobiologi. Jakarta: Rhineka Cipta.

Dwidjoseputro, D. 1982. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih
memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya diberi
kesempatan yang luar biasa ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan
laporan praktikum dengan judul “Jamur pada Makanan” ini dengan tepat
waktu.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk


junjungan nabi gung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah
menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua, yang
merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama
Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar
bagi seluruh alam semesta.

Dalam melakukan percobaan ini, tentunya banyak sekali hambatan


yang telah penulis rasakan, oleh sebab itu, kami berterimakasih kepada
beberapa pihak terutama guru pengajar mata pelajaran lintas minat
Biologi kami yang telah membantu membina dan mendukung kami
dalam mengatasi beberapa hambatan yang kami.

Selain itu kami juga sadar bahwa pada laporan kami ini dapat
ditemukan banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, kami benar-benar menanti kritik dan saran untuk kemudian
dapat kami revisi dan kami tulis di masa yang selanjutnya, sebab sekali
kali lagi kami menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
disertai saran yang konstruktif. Dan semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat.

Ubung, 04 Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................2
D. Hipotesis.....................................................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA..................................................................................3
A. Jamur atau Fungi.......................................................................................3
B. Jamur Tiram...............................................................................................6
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..............................................................8
A. Waktu dan Tempat Penelitian.................................................................8
B. Alat dan Bahan..........................................................................................8
C. Cara Kerja...................................................................................................8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................10
A. Hasil Pengamatan...................................................................................10
B. Pembahasan ............................................................................................11
BAB V PENUTUP................................................................................................12
A. Kesimpulan..............................................................................................12
B. Saran .........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13

Anda mungkin juga menyukai