Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MAKALAH TENTANG PERLAWANAN BANGSA INDONESIA


TERHADAP INGGRIS

Di Susun Oleh :

1. SERUNI ARTI PATIKA SARI


2. NAHDIANA ZOHRATUL HUSNA
3. MIRAYANI

Kelas : X IPS 5

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT


DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMAN 1 JONGGAT
TAHUN PELAJARAN 2020/2021
2
3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Latar Belakang bangsa Inggris masuk ke Indonesia setelah kekalahan
pihak Jepang, rakyat serta pejuang Indonesia berupaya melucuti senjata para
tentara Jepang. Dari situlah maka timbullah pertempuran-pertempuran yang
memakan korban di banyak daerah. Ketika gerakan untuk melucuti pasukan
Jepang sedang berkobar, tanggal 15 September 1945, tentara Inggris mendarat
di Jakarta, kemudian mendarat di Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945.
Tentara Inggris datang ke Indonesia tergabung dalam AFNEI (Allied Forces
Netherlands East Indies) atas keputusan dan atas nama Blok Sekutu, dengan
tugas untuk melucuti tentara Jepang, membebaskan para tawanan perang yang
ditahan Jepang, serta memulangkan tentara Jepang ke negerinya.
Masa pendudukan Inggris yang singkat di Jawa (1811-1816) di akhir
Perang Napoleon merupakan titik penting dalam sejarah modern Indonesia.
Untuk pertama kali, Pemerintah Kolonial mempunyai cukup aset militer untuk
menaklukkan raja-raja pribumi yang sebelumnya meraih daulat yang
signifikan. Kekuasaan Eropa yang mutlak ini pun didukung oleh politik
kolonial baru berupa pajak tanah (land-rent), hukum Eropa, dan sistem
sentralisasi Pemerintah. Terjadilah pergeseran mendasar dalam hubungan
politik antara Pemerintah Eropa di Batavia dan kekuasaan lokal di pedalaman
Jawa.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah: “Bagaimana
perlawanan bangsa Indonesia terhadap kekuasaan Inggris?”

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui perlawanan
bangsa Indonesia terhadap kekuasaan Inggris.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Awal Mula Inggris Masuk ke Indonesia


Bangsa Inggris masuk ke Indonesia setelah kekalahan pihak Jepang,
rakyat serta pejuang Indonesia berupaya melucuti senjata para tentara Jepang.
Dari situlah maka timbullah pertempuran-pertempuran yang memakan korban
di banyak daerah. Ketika gerakan untuk melucuti pasukan Jepang sedang
berkobar, tanggal 15 September 1945, tentara Inggris mendarat di Jakarta,
kemudian mendarat di Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945. Tentara
Inggris datang ke Indonesia tergabung dalam AFNEI (Allied Forces
Netherlands East Indies) atas keputusan dan atas nama Blok Sekutu, dengan
tugas untuk melucuti tentara Jepang, membebaskan para tawanan perang yang
ditahan Jepang, serta memulangkan tentara Jepang ke negerinya.

B. Bentuk Perlawanan Indonesia Terhadap Penjajah Inggris

Pada 4 Agustus 1811, 60 kapal Inggris muncul di pelabuhan Batavia,


pusat kekuatan Belanda. Batavia dan daerah di sekitarnya jatuh ke tangan
Inggris pada 26 Agustus 1811. Inggris di bawah pimpinan Thomas Stamford
Raffles berhasil merebut seluruh kekuasaan Belanda di Indonesia yang
ditandai dengan Perjanjian Tuntang. Perjanjian Tuntang dilakukan pada 18
September 1811 yang berisi sebagai berikut: Pemerintah Belanda
menyerahkan Indonesia kepada Inggris di Kalkuta, India Semua tentara
Belanda menjadi tawanan perang Inggris. Orang Belanda dipekerjakan dalam

2
pemerintahan Inggris. Hutang Belanda tidak menjadi tanggungan Inggris.
Raffles yang berhasil merebut seluruh kekuasaan Belanda, memberikan
kesempatan rakyat Indonesia untuk melakukan perdagangan bebas. Meski
keberadaan Inggris tetap menindas rakyat Indonesia.
Atas jasanya merebut Nusantara dari Belanda, Raffles diganjar
Gubernur Jenderal Lord Minto penghargaan dengan menjabat sebagai Letnan
Gubernur Jawa.

Thomas Stamford Raffles


Kebijakan Raffles menimbulkan reaksi raja-raja pribumi. Di
Yogyakarta timbul perlawanan Sultan Hamengkubuwono III (Sultan Sepuh),
tetapi berkat politik adu domba Inggris, akhirnya Sultan Hamengkubuwono III
dapat dikalahkan dan diasingkan ke Pulau Pinang, kemudian ke Ambon.
Demikian pula perlawanan di Banten, Surakarta dan Palembang juga dapat
dipatahkan oleh Inggris
1. Perlawanan Rakyat Jawa Terhadap Penjajahan Bangsa Inggris
Pada saat Inggris berkuasa menggantikan Belanda di Jawa, yang
mengisi kekuasaan di pusat adalah Raffles, sedangkan di keresidenan
Yogyakarta adalah John Crawfurd.
Rasa kekesalan yang dilampiaskan Sultan diterima oleh Crawfurd.
Pada kunjungan pertama yang dilakukan Raffles ke Jawa Tengah pada
Desember 1811 yang disana ia menandatangani perjanjian-perjanjian
dengan para penguasa. Memperoleh kesepakatan bahwa ia akan
membatalkan perampasan-perampasan wilayah yang dilakukan oleh
Daendels. Sikap Raffles banyak menyesuaikan dengan keadaan dan
diaanggap lemah oleh Sultan. Sementara itu terjadi surar-menyurat secara

3
rahasia oleh Sunan dan Sultan untuk melaksanakan penyerangan terhadap
pemerintah Inggris. Namun kabar tersebut terdengar oleh Raffles dan
dengan segera ia mempersiapkan pasukannya. Dan pada bulan April 1812
ekspedisi terhadap Sultan dilakukan. Sultan yang menghadapi pasukan
Inggris tidak mendapat bala bantuan dari Surakarta. Seperti yang tertulis
dalam surat rahasia bahwa suarakarta akan membantu Yogyakarta apabila
bersedia melakukan perlawanan terhadap Inggris. Hal tersebut akhirnya
diketahui oleh Raffles dan kraton Yogyakarta harus membayhar ganti rugi
yang dialami oleh Inggris dan jumlahnya lebih besar dari apa yang
ditanggung oleh Kraton Surakarta.
Tanggal 11 Agustus 1812 diadakan perjanjian atas rampasan
daerah mancanegara dan daerah takluk Kedu. Dan ulah yang dibuat
Raffles lainnya adalah pemecahan kesetiaan terhadap Kraton Yogyakarta
yaitu dengan mengangkat Natakusuma sebagai Paku Alam yang
bertanggungjawab kepada pemerintah Eropa. Kesusahan yang terjadi di
Yogyakarta masih berlangsung sanpai Sultan HB III. Sultan yang baru ini
belum bisa mengembalikan keadaan kraton sepenuhnya karena secara tiba-
tiba ia wafat. Dan kedudukan selanjutnya digantikan oleh anaknya yang
masih muda. Karena anaknya belum belum mampu untuk memegang
kekuasaan maka kekuasaan dipegang oleh Paku Alam. Namun kondisi
tersebut disalahgunakan olehnya dengan cara memperkaya diri. Kemudian
setelah diketahui kondisi yang demikian maka kekuasaan dipegang Ratu
Ibu dan Patih Danurejo IV.
Kondisi yang terjadi di kraton mendapat banyak kritikan salah
satunya adalah Diponegoro seorang pangeran dari selir Sultan HB III. Ia
jarang sekali terlihat di kraton namun ia hidup di desa Tegalrejo bersama
pamannya. Dan ia hanya datang ke kraton hanya pada saatgerebeg saja.
Pada permasalahan-permasalahan yang terjadi di kraton Diponegoro selalu
turut serta dan ia pun tidak suka cara yang dilakukan oleh patih Danurejo.
Apa yang dilakukannya selalu berlawanan dengan apa yang seharusnya
terjadi dalam pemerintahan Kraton. Sehingga banyak yang tidak suka
dengan cara kerja yang dilakukannya.

4
Hingga pada suatu ketika pada saat Crawfurd telah digantikan
Smitsser dan Danurejo masih memegang kekuasaan suasana politik dalam
kraton semakin tidak menentu. Banyak sekali para pejabat yang
diberhentikan olehnya. Sehingga banyak sekali yang tidak suka dengan
sikap Danurejo.
Sejak diberhentikannya bupati Banyumas Diponegoro jadi sering
tidak kelihatan dalam kraton, ia kembali ke desanya untuk mengumpulkan
massa guna melakukan perlawanan terhadap pemerintah Belanda dan
Danurejo. Konsep perang sabil pun menjadi landasan perlawanan, sebab ia
adalah seorang tokoh yang memebimbing keagamaaan Sultan dalam
kraton. Para pengikut dan pendukung Diponegoro pun semakin banyak
sehingga terjadilah perang yang berkecamuk di Yogyakarta.
Pemberontakan sepoy Tahun 1815 terjadi pada saat akhir
kekuasaan Inggris di Pulau Jawa. Pemerontakan itu dipicu oleh adanya
persekongkolan yang terjadi diantara pasukan Sepoy dan Pakubuwono IV.
Pasukan sepoy adalah pasukan yang dibawa oleh Inggris dari india ketika
Belanda dikalahkan oleh perancis untuk membersihkan tanah jawa dari
orang-orang Belanda. Tugas dari pasukan sepoy hanyalah sebagai pasukan
sukarela saja yang ditempatkan di keresidenan jawa.
Persekongkolan ini dimulai ketika Belanda terlepas dari perancis
yang telah terdengar oleh pasukan Sepoy. Pasukan sepoy yang mengetahui
hal tersebut khawatir bahwa apabila suatu sat Inggris akan meninggalkan
Jawa maka mereka tidak ikut dibawa ke India. Pikiran tersebut selalu
membayangi mereka, hingga mereka menukan cara untuk bisa
mengadakan perlawanan terhadap Inggris. Ide seperti itu kemudian
dikembangkan dan agar mereka mendapat dukungan dari kraton para
pangeran salah satu dari mereka yaitu pemimpinnya, Dhaugkul Syihk,
mencoba untuk mendekati Pakubuwono VI. Dengan mendekati
pakubuwono VI akhirnya mereka mendapatkan dukungan dari kraton para
pangeran, namun tidak untuk Yogyakarta. Mereka tidak mendapat
dukungan dari Sultan meski Dhaugkul Sikh mendekatinya.

5
Pendekatan yang dilakukan oleh Dhaugkul Sikh kepada adalah
dengan cara menyamakan kesamaan budaya yang ada di jawa dan yang
ada di india, bukan hanya itu ia juga menyenangkan hati Sunan dengan
cara menghadirkan kesenian dari India. Setelah meluluhkan hati Sunan ia
pun melancarkan aksinya dengan membujuk bekerjasama untuk melawan
Inggris. Dan Sunan menerima karena ia berkeinginan untuk meningkatkan
hegemominya di jawa yang telah terkalhkan oleh Yogyakarta. Hal lain
adalah agar anaknya dapat menjadi Sultan di Yogyakarta dan pangeran
dari Mangkubumi dapat menjadi pengusa Surakarta.
Setelah diketahui oleh Raffles bahwa terjadi persekongkolan yang
terjadi antara pasukan sepoy dan Pakubuwono VI maka Raffles mengirim
pasukan untuk menyelidikinya dan mengancam kepada pasukan Sepoy
bahwa siapa yang melakukan persekongkolan akan ditembak mati. Dan
ketika Pakubuwono berjanji pada Mangkubumi akan melindunginya
apabila akan ditangkap oleh pasukan Inggris maka Pakubuwono tidak
melindunginya dan malah membiarkan Mangkubumi ditangkap dan
diasingkan.
2. Perlawanan Rakyat Palembang Terhadap Penjajahan Bangsa Inggris
Raffles merasa bahwa karena Palembang adalah bekas daerah
kekuasaan Belanda maka secara otomatis Palembang adalah wilayah
kekuasaan Inggris juga ketika Belanda menyerah kepada Inggris. Karena
itu Raffles mengirim 3 orang utusan dipimpin oleh Richard Philips ke
Palembang untuk mengambil alih kantor sekaligus benteng Belanda di
Palembang dan meminta hak kuasa sultan atas tambang timah di Pulau
Bangka.
Sultan Mahmud Baharuddin menolak permintaan itu dengan
merujuk pada surat Raffles sebelumnya bahwa kalau Belanda berhasil
diusir, Palembang akan menjadi kesultanan yang merdeka. Tentu saja
Raffles kaget luar biasa setelah mengetahui bahwa dengan cerdas Sultan
Mahmud Badaruddin menjadikan isi suratnya dahulu sebagai legitimasi
untuk melepaskan diri dari kekuasaan Inggris.

6
Raffles akhirnya memilih mengkhianati janjinya tersebut. Dia
mengirim ekspedisi perang di tahun 1812 yang dipimpin oleh Mayor
Jenderal Robert Gillespie. Sebulan kemudian sampailah ekspedisi tersebut
di Sungai Musi. Sultan Badaruddin juga sudah bersiap-siap menghadapi
gempuran tersebut. Dibangunnya pertahanan di setiap lokasi yang
strategis. Disiapkannya pula rakit yang dilengkapi meriam juga perahu
bersenjata api. Pasukan Sultan Badaruddin juga membuat rakit-rakit yang
memuat minyak yang mudah terbakar. Rencananya rakit api ini akan
diarahkan untuk ditabrakkan ke kapal Inggris. 242 meriam juga disiapkan
di benteng Palembang untuk menghadapi pertempuran ini.
Kesultanan Palembang akhirnya jatuh ke tangan Inggris hanya
dalam hitungan seminggu. Karena pertahanan di Pulau Borang sudah jebol
tanpa perlawanan yang berarti. Ternyata adik sultan yang bernama
Pangeran Adipati Ahmad Najamuddin telah menjadi komandan yang
pengecut bagi pasukannya di pulau yang strategis ini. Mengetahui itu,
Sultan Badaruddin segera meninggalkan kraton Palembang dengan
membawa seluruh tanda kebesaran kesultanan lalu mempersiapkan
perlawanan gerilya terhadap Inggris.
Tanggal 26 April 1812 bendera Inggris sudah berkibar di atas
benteng Palembang. 14 Mei 1812, Najamuddin diangkat oleh Robert
Gillespie atas nama Inggris sebagai sultan Palembang menggantikan
kakaknya. Tambang timah di Pulau Bangka dan Belitung pun akhirnya
diserahkan oleh sultan boneka ini kepada Inggris. Menyusul keberhasilan
ekspedisi ini, Robert Gillespie ditarik pulang ke Batavia untuk digantikan
oleh kapten R. Mearers menjadi Residen Palembang. Pertengahan Agustus
1812, Mearers memimpin pasukannya untuk menyerbu pertahanan gerilya
Sultan Badaruddin di Buaya Langu, hulu Sungai Musi. Dalam
pertempuran tersebut, Mearers mengalami luka parah yang berujung pada
kematiannya di sebuah rumah sakit di Muntok.
Meares lalu digantikan oleh Mayor William Robinson. Tampaknya
dia tidak cocok dengan Sultan Najamuddin yang dinilai menjadi sultan
yang lemah dan tidak dihargai oleh rakyat Palembang. Dia sebenarnya

7
juga tidak setuju dengan keputusan Raffles mengangkat sang sultan
tersebut. Juga kebiasaan Raffles yang suka mengumbar janji, juga
pembiaran yang dilakukan Raffles pada peristiwa pembantaian pasukan
Belanda. Karena itu atas inisiatifnya sendiri Robinson mengirim seorang
perwira didampingi penerjemah untuk bernegosiasi dengan Sultan
Badaruddin. Misi gagal.
Akhirnya Robinson datang sendiri menemui Sultan Badaruddin di
Muara Rawas pada tanggal 19 Juni 1813. Misi berhasil. Sultan Badaruddin
mau kembali ke Palembang untuk kembali menjadi sultan menggantikan
adiknya, Najamuddin. Sementara dia mengijinkan Inggris untuk
meneruskan konsesi timahnya di Pulau Bangka dan Belitung. Demikianlah
akhirnya tanggal 13 Juli 1813, Sultan Badaruddin kembali menghuni
istananya (keraton besar) di Palembang. Sementara Najamuddin bertempat
tinggal di keraton lama.
Raffles tersinggung berat dengan keputusan si Robinson dengan
dalih tidak meminta pendapatnya lebih dahulu. Akhirnya perjanjian
Robinson dengan Sultan Badaruddin dibatalkan sepihak. Robinson dipecat
lalu ditangkap dengan alasan menerima suap dari Sultan badaruddin.
Pada tanggal 4 Agustus 1813, armada Inggris dipimpin Mayor W.
Colebrooke tiba di Palembang untuk menurunkan Sultan Badaruddin dari
tahtanya kembali untuk digantikan oleh Sultan Najamuddin. Uang yang
dikatakan uang suap untuk Robinson, dikembalikan pihak Inggris ke
Sultan Badaruddin lengkap dengan bunganya. 21 Agustus 1813, Sultan
Najamuddin kembali menduduki tahtanya di keraton besar. Pada 1814,
Napoleon kalah. Sesuai traktat London yang ditandatangani pada tanggal
13 Agustus 1814, Belanda kembali berkuasa di Nusantara.

C. Akhir Perlawanan Inggris Terhadap Indonesia


Akhir kekuasaan Inggris di Indonesia ditandai dengan
penandatanganan Konvensi London tanggal 19 Agustus 1814 antara John
Fendell dari Inggris dengan Belanda yang diwakili Mr. Elout, Baron Van der

8
Capellen dan Buyske yang isinya Belanda memperoleh kembali tanah
jajahannya yang direbut Inggris termasuk wilayah Indonesia.
Berdasar kesepakatan tersebut Inggris mengembalikan Indonesia
kepada Belanda pada tahun 1816 dan sebagai gantinya Inggris memperoleh
daerah kekuasaan Belanda di India. 

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bangsa Inggris masuk ke Indonesia setelah kekalahan pihak Jepang,
rakyat serta pejuang Indonesia berupaya melucuti senjata para tentara Jepang.
Dari situlah maka timbullah pertempuran-pertempuran yang memakan korban
di banyak daerah
Pada 4 Agustus 1811, 60 kapal Inggris muncul di pelabuhan Batavia,
pusat kekuatan Belanda. Batavia dan daerah di sekitarnya jatuh ke tangan
Inggris pada 26 Agustus 1811. Inggris di bawah pimpinan Thomas Stamford
Raffles berhasil merebut seluruh kekuasaan Belanda di Indonesia yang
ditandai dengan Perjanjian Tuntang.
Kebijakan Raffles menimbulkan reaksi raja-raja pribumi. Di
Yogyakarta timbul perlawanan Sultan Hamengkubuwono III (Sultan Sepuh),
tetapi berkat politik adu domba Inggris, akhirnya Sultan Hamengkubuwono III
dapat dikalahkan dan diasingkan ke Pulau Pinang, kemudian ke Ambon.
Demikian pula perlawanan di Banten, Surakarta dan Palembang juga dapat
dipatahkan oleh Inggris.
Sedangkan di Palembang, Sultan Mahmud Baharuddin menolak
permintaan Inggris dengan merujuk pada surat Raffles sebelumnya bahwa
kalau Belanda berhasil diusir, Palembang akan menjadi kesultanan yang
merdeka. Tentu saja Raffles kaget luar biasa setelah mengetahui bahwa
dengan cerdas Sultan Mahmud Badaruddin menjadikan isi suratnya dahulu
sebagai legitimasi untuk melepaskan diri dari kekuasaan Inggris.
Akhir kekuasaan Inggris di Indonesia ditandai dengan
penandatanganan Konvensi London tanggal 19 Agustus 1814 antara John
Fendell dari Inggris dengan Belanda yang diwakili Mr. Elout, Baron Van der
Capellen dan Buyske yang isinya Belanda memperoleh kembali tanah
jajahannya yang direbut Inggris termasuk wilayah Indonesia.

10
B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu penulis
memohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam makalah ini.
Penulis juga menerima kritik dan saran dari para pembaca agar dalam
pembuatan makalah selanjutnya lebih baik lagi. Demikian makalh ini, semoga
bermanfaat. 

11
DAFTAR PUSTAKA

http://masfu35.blogspot.com/2011/11/asal-usul-perang-jawa.html

http://sejarah.kompasiana.com/2010/05/28/l’histoire-se-repete-11-palembang-sisi-
gelap-raffles/

12
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya kepada kami sehingga tugas ini dapat kami selesaikan.
Taklupa shalawat serta salam kami haturkan kepada junjunan kami Nabi
Muhammad SAW.
Tugas ini kami beri judul “Bentuk Perlawanan Indonesia Terhadap
Penjajah Inggris” yang disesuaikan dengan materi tugas mata pelajaran Sejarah
Indonesia. Semoga dengan adanya makalah ini kami dapat memahami sejarah
Perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajah Inggris.
Kesempurnaan hanyalah milik Allah, kekurangan dan kelemahan milik
kami, karena itu kami berharap kritik dan saran untuk menningkatkan mutu dan
kualitas kinerja kami, agar dapat memperbaiki masalah selanjutnya, menjadi lebih
baik lagi.

Ubung, 04 November 2021


Penyusun

13
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakanh....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................2
A. Awal Mula Inggris Masuk ke Indonesia.............................................2
B. Bentuk Perlawanan Indonesia Terhadap Penjajah Inggris.................2
C. Akhir Perlawanan Inggris Terhadap Indonesia..................................8
BAB III PENUTUP .....................................................................................10
A. Kesimpulan.......................................................................................10
B. Saran.................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................12

14

Anda mungkin juga menyukai