Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang mengemban konsep Rahmatan lil
‘Alamin atau lebih dikenal dengan Islam sebagai payungnya cakrawala dunia.
Karena dengannya akan terbentuk atsmosfer kehidupan dunia yang berjalan
sesuai dengan aturan dari Sang Khaliq dan tentunya sesuai dengan Sunatullah.
Untuk mewujudkan hal yang demikian, maka Allah swt memberikan
misi besar kepada Nabi Muhammad saw sebagai manusia pilihan yang
menjadi motor penggerak dalam usaha membangun keadaan yang ideal
tersebut dengan aturan-aturan Islam yang ada. Maka dengan jalan dakwah lah
Allah swt memerintahkan kepada Rasul saw untuk berusaha mengajak setiap
insan manusia ke jalan kebenaran, yakni Islam ini.
Tentunya dalam perjalanan dakwah yang ada, beliau saw memiliki
beberapa strategi sebagai langkah akurat yang mana dalam hal ini beliau saw
telah dibimbing oleh Allah swt melaui salah satu firman-Nya.
Munculnya konsep metode dakwah yang ada dimaksudkan untuk
menghadapi statifikasi keilmuan dalam masyarakat luas, dimana mereka pada
dasarnya memiliki tingkat keilmuan dan pemahaman yang berbeda. Dengan
adanya berbagai macam konsep metode dakwah yang ada, maka diharapkan
proses penyebar luasan Islam sebagai Rahmatan lil ‘Alamin ini dapat tercapai
dengan baik.
Namun selaku manusia yang secara sederhana, Nabi saw adalah sama
dengan manusia yang lainnya, maka pada suatu ketika sampailah Nabi saw
pada suatu titik kemarahan yang amat sangat, sehingga hal ini nantinya akan
menjadikan salah satu sebab turunya ayat pendamping dalam proses
perealisasian dan aktualisasi konsep dakwah yang ada sebelumnya.
Tentunya proses dakwah yang dilakukan oleh Nabi saw memerlukan
perjalanan yang panjang, menaik dari anak tangga yang satu ke yang lainnya,
hingga pada akhirnya proses dakwah ini sampailah pada generasi penerusnya.
Konsep dakwah yang telah beliau saw ajarkan merupakan petunjuk
praktis yang dapat dijadikan refrensi segar dalam mengemban dan
melanjutkan prosesi dakwah yang notabenenya proses dakwah ini tidak
memiliki batasan akhir waktunya. Karena setiap zaman akan terdapat
persoalan yang berbeda dengan persoalan yang sebelumnya. Sehingga tidak
menutup kemungkinan bahwa bobot tantangan dakwah pada generasi yang
baru akan sampai pada benteng yang tinggi dan kuat.
Oleh karena itu, dakwah Islam ini dengan metode yang ada harus
senantiasa diemban dan dipegang erat dengan maksud agar terjaganya nilai-
nilai Islam yang murni dan tidak dicampuri oleh nafsu hati manusia yang tidak
faham akan konsep Rahmatan lil ‘Alamin ini.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah : “Apa
kandungan surat An-Nahl ayat 125?”

C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memahami kandungan
surat An-Nahl ayat 125.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Surat An-Nahl Ayat 125

Artinya:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalanNya dan Dialah yang lebih mengetahui orangorang yang mendapat
petunjuk”

B. Kandungan Surat An-Nahl Ayat 125


Melakukan dakwah merupakan salah satu tugas para nabi dan rasul.
Berdakwah itu mulia karena misi dari dakwah adalah menebar kebaikan,
mengajak orang lain untuk berbuat kebaikan, melarang mereka untuk
melakukan kemaksiatan dan kerusakan di muka bumi ini. Tujuan dari
pelaksanaan dakwah adalah terwujudnya semangat untuk mengamalkan nilai-
nilai agama secara total di muka bumi ini.
Untuk itu, Allah SWT memerintah Rasulullah saw dan kita yang
melakukan dakwah menggunakan berbagai cara dan metode yang terbaik.
Ayat ini memberikan tiga macam metode dalam berdakwah : yaitu, alhikmah,
almau`idhah dan almujâdalah. Alhikmah biasanya diartikan dengan bijaksana.
Menurut para ahli tafsir alhikmah adalah pengetahuan yang mendalam tentang
kandungan al-Qur`an dan al-Sunnah, serta dalil-dalil yang kuat; artinya bahwa
seorang juru dakwah harus membekali dirinya dengan ilmu yang dibutuhkan
dalam kegiatan dakwahnya, khususnya ilmu yang berkaitan dengan al-Qur`an
dan al-Sunnah sehingga dapat membedakan antara yang hak dengan yang
bathil serta mampu melakukan istidlâl dengan benar.
Almau`idhah, yaitu wejangan atau nasihat. Menurut beberapa ahli
tafsir yang dimaksud dengan almau`idhah di sini tidak hanya sekedar nasihat,
tetapi nasihat atau wejangan yang mengandung unsur ancaman (alzajr).
Artinya, bahwa seorang juru dakwah pada kesempatan tertentu harus mampu
menyampaikan pesan-pesan al-Qur`an, meskipun yang disampaikan adalah
sebuah ancaman Allah SWT, disampaikannya dengan cara yang halus,
menarik dan menyentuh hati lawan bicaranya.
Ayat tersebut juga menunjukkan bahwa Allah memberi beberapa
alternatif metode dalam melaksanakan tugas dakwah. Metode tersebut
adalah al-hikmah (kebijaksanaan), al-mau'idzah al-hasanah (pengajaran/
nasihat yang baik) dan al-mujadalah (perdebatan) namun berdebat
dengan cara yang baik, saling menghargai dan beretika.

C. Penjelasan Makna Penting


1. ‫و ۡٱل َم ۡو ِعظَ > ِة ۡٱل َح َس >نَ ِة‬  : Dengan
َ hikmah dan pelajaran yang baik. Maksudnya
yaitu ketika mengajak manusia ke jalan Allah swt hendaknya dengan cara
yang baik, lemah lembut, dan tidak menyinggung perasaan mereka serta
sesuai dengan porsinya.
2. ُ‫و ٰ َج ِد ۡلهُم بِٱلَّتِي ِه َي َأ ۡح َسن‬  : Bantahlah
َ mereka dengan cara yang baik. Maksudnya
yaitu ketika berdakwah dan mereka membantah dakwah yang diberikan.
Maka balaslah bantahan mereka dengan bantahan yang tidak menyulut api
kemarahan.
َ ‫َأ ۡعلَ ُم بِ َمن‬  : Mengetahui tentang siapa yang tersesat. Maksudnya Allah
3. ‫ض> َّل‬
swt lebih mengetahui tentang siapa orang yang tersesat dari jalan
kebenaran.
4. ‫ُوا بِ ِم ۡث ِل َما ُع>>وقِ ۡبتُم بِه‬
ْ ‫فَ َعاقِب‬  : Maka balaslah dengan balasan yang sama dengan
siksaan yang ditimpakan kepadamu. Maksudnya dibolehkan hukumnya
untuk membalas perbuatan jahat yang ditimpakan kepada diri seseorang.
Dengan syarat balasan tersebut sama kadar-bobotnya dengan perbuatan
jahat yang dirasakan atau diterima.
5. ‫ر‬ٞ >‫ص >بَ ۡرتُمۡ لَهُ > َو خ َۡي‬  : Kamu
َ bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik.
Maksudnya memang secara hukum diperbolehkan untuk membalas
perbuatan jahat yang dilakukan oleh seseorang. Akan tetapi, apabila kita
bersabar, maka itulah yang lebih baik disisi-Nya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Metode dakwah dalam surah An-Nahl ayat 125 terdapat tiga cara
efektif, yakni:
1. Dengan hikmah
2. Dengan pelajaran yang baik, dan
3. Dengan jalan debat yang tidak menimbulkan dampak tidak baik

B. Saran
Dalam menyebarkan atau mendakwahkan ajaran-ajaran Islam haruslah
memeperhatikan objek dakwahnya. Sehingga proses dakwah akan berjalan
dengan baik dan dapat diterima oleh masyarakat dengan baik pula. Hal ini
juga dimaksudkan agar pemilihan metode dakwah yang telah dicontohkan
oleh Rasul saw dapat diakuratkan dengan kebutuhan masyarakat yang akan
dijadikan sebagai objek dakwah..
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Surah_An-Nahl
http://sadchalis15.wordpress.com/tag/asbabun-nuzul-an-nahl-ayat-125/
RI, Kementerian Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid V, 2010, (Jakarta :
Lentera Abadi)

Anda mungkin juga menyukai