Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Metode merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar mengajar di lembaga
pendidikan. Apabila proses pendidikan tidak menggunakan metode yang tepat maka akan sulit
untuk mendapatkan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Namun masih saja di lapangan
penggunaan metode mengajar ini banyak menemukan kendala. Kendala penggunaan metode
yang tepat dalam belajar mengajar banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, keterampilan guru
belum memadai, kurangnya sarana prasarana, kondisi lingkungan pendidikan dan kebijakan
lembaga pendidikan yang belum menguntungkan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang
variatif.
Apa yang ditemukan oleh Ahmad Tafsir mengenai kekurang tepatan penggunaan metode
ini patut menjadi renungan. Beliau mengatakan pertama, banyak siswa yang tidak serius, main-
main ketika mengikuti suatu materi pelajaran, kedua gejala tersebut diikuti oleh masalah kedua
yaitu tingkat penguasaan materi yang rendah, dan ketiga para siswa pada akhirnya akan
menganggap remeh mata pelajaran tertentu.
Kenyataan ini menunjukkan betapa pentingnya metode dalam proses belajar mengajar.
Tetapi betapapun baiknya suatu metode bila tidak diiringi dengan kemampuan guru dalam
menyampaikan materi maka metode tinggalah metode. Al-Qur’an sebagai kitab suci umat islam
di dalamnya memuat berbagai informasi tentang seluruh kehidupan yang berkaitan dengan
manusia. Karena memang Al-Qur’an diturunkan untuk umat manusia, sebagai sumber pedoman,
sumber inspirasi dan sumber ilmu pengetahuan. Salah satunya adalah hal yang berkaitan dengan
pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Metode pendidikan dalam Al-Qur’an ?
2. Bagaimana Penafsiran QS. An-Nahl 75-76 ?
3. Bagaimana Penafsiran QS. An-Nahl 125 ?
4. Bagaimana Penafsiran QS. Yusuf 111 ?
5. Bagaimana Hadits tentang pendidikan dalam Al-Qur’an ?

C. Tujuan
1. Mengetahui Metode pendidikan dalam Al-Qur’an.
2. Mengetahui Penafsiran QS. An-Nahl 75-76.
3. Mengetahui Penafsiran QS. An-Nahl 125.
4. Mengetahui Penafsiran QS. Yusuf 111.
5. Mengetahui Hadits tentang pendidikan dalam Al-Qur’an.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Metode Pendidikan Dalam Al-Qur’an


Metode dapat diartikan sebagai cara untuk penyampaian materi pelajaran kepada anak
didik. Menurut Mohammad Athiyah al-Absary mendefinisikan sebagai jalan yang diikuti untuk
memberi pemahaman kepada murid-murid dalam segala macam hal pelajaran dan mata
pelajaran. Bertolak pada pandangan tersebut, Al-Qur’an memiliki berbagai pendekatan yaitu
metode dalam pendidikan, yakni dalam menyampaikan materi pendidikan.
AlQur’an adalah kalam Ilahi yang diturunkan secara berangsur-angsur sesuai dengan
kejadian yang berlangsung, sehingga menjadi lebih melekat dalam hati, lebih mudah untuk
dipahami oleh akal manusia, menuntaskan segala masalah, memberikan jawaban atas
pertanyaanpertanyaan, juga untuk menguatkan hati rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam
menghadapi cobaan dan kesulitan yang beliau hadapi, juga para sahabatnya.1
Didalam Al-Qur’an, banyak metode yang bisa diterapkan untuk menyampaikan kalam-
kalam Allah kepada manusia. Hal ini secara implisit menyatakan bahwa, variasi metode-metode
yang digunakan akan membentuk peranan yang sangat penting. Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam telah menyampaikan apa yang diturunkan kepadanya kepada sahabat-sahabatnya,
kemudian para sahabat menyampaikannya baik dalam bentuk hafalan maupun tulisan dan
membacanya dengan lisan-lisan mereka.2

B. Metode Perumpamaan
Metode perumpamaan adalah metode yang banyak dipergunakan dalam al-Quran dan
hadits. Untuk memperjelas hal-hal yang masih samar bagi para sahabat. menggunakan analogi
dan memberi analisis hukum serta menyampaikan perumpamaan kepada mereka. Berikut ini ayat
Al-Qur’an yang membahas tentang metode perumpamaan :
 Qs. An-Nahl 75
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫َض َرَب ُهّٰللا َم َثاًل َعْبًدا َّمْم ُلْو ًك ا اَّل َيْقِد ُر َع ٰل ى َش ْي ٍء َّو َم ْن َّرَز ْقٰن ُه ِم َّنا ِر ْز ًقا َح َس ًنا َفُهَو ُيْنِفُق ِم ْنُه ِس ًّر ا‬
)٧٥( ‫َّو َج ْهًراۗ  َهْل َيْس َتٗو َن ۗ  َا ْلَحْم ُد ِهّٰلِلۗ  َبْل َاْكَثُر ُهْم اَل َيْع َلُم ْو َن‬
Artinya : "Allah membuat perumpamaan seorang hamba sahaya di bawah kekuasaan orang
lain, yang tidak berdaya berbuat sesuatu, dan seorang yang Kami beri rezeki yang baik, lalu dia
menginfakkan sebagian rezeki itu secara sembunyi-sembunyi dan secara terang-terangan.

1 Abdul Hamid, (2016). Pengantar Studi Al-Qur’an.(Jakarta: Kencana, Cet-ke. 1), h. 30.
2 Abdul Hamid, (2016). Pengantar Studi Al-Qur’an. (Jakarta: Kencana, Cet-ke. 1), h. 32.

2
Samakah mereka itu? Segala puji hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak
mengetahui”.
 Qs. An-Nahl 76
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫َاْبَك ُم اَل َيْقِد ُر َع ٰل ى َش ْي ٍء َّو ُهَو َك ٌّل َع ٰل ى َم ْو ٰل ٮُهۙ  َاْيَنَم ا ُيَو ِّجْهّه اَل‬ ‫َو َض َر َب ُهّٰللا َم َثاًل َّرُج َلْي َاَح ُدُهَم ۤا‬
‫ِن‬
)٧٦( ‫َّيْأُم ُر ِبا ْلَع ْد ِل ۙ  َو ُهَو َع ٰل ى ِص َر ا ٍط ُّم ْسَتِقْيٍم‬ ‫َيْأِت ِبَخْيٍر ۗ  َهْل َيْسَتِو ْي ُهَو ۙ  َو َم ْن‬
Artinya : “Dan Allah (juga) membuat perumpamaan, dua orang laki-laki, yang seorang bisu,
tidak dapat berbuat sesuatu dan dia menjadi beban penanggungnya, ke mana saja dia disuruh
(oleh penanggungnya itu), dia sama sekali tidak dapat mendatangkan suatu kebaikan. Samakah
orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan, dan dia berada di jalan yang lurus?".
Pada surah An-Nahl di atas, Allah Subhanahu Wa Ta'ala menjelaskan kembali
perumpamaan bagi orang-orang musyrik dengan bentuk yang lebih jelas seputar kepercayaan
hymereka kepada patung sembahan mereka. Demikian pula halnya orang-orang musyrik. Mereka
jadikan benda-benda mati sebagai tumpuan dan tujuan ketika memanjatkan doa dan
menggantungkan harapan. Alangkah jauhnya kesesatan mereka yang menyamakan Tuhan
pencipta alam semesta dengan makhluk yang punya keterbatasan.
Perumpamaan tersebut, bisa dijadikan sebuah metode dalam pembelajaran. Metode
perumpamaan adalah metode yang menyamakan suatu benda atau kejadian dengan benda atau
kejadian yang lain. Pada ayat An-Nahl tersebut misalnya diumpamakan antara dua orang: yang
seorang bisu, bodoh, dan tidak mengerti apa-apa dan seorang lagi mampu berbicara lagi cakap.
Orang yang pertama adalah perumpamaan untuk patung sembahan orang-orang musyrik,
sedangkan yang kedua perumpamaan untuk Allah. Patutkah dipersamakan antara keduanya? Jika
hal demikian tidak patut, maka lebih tidak patut lagi menyamakan antara patung dengan Allah.
Allah swt dalam ayat ini menerangkan persamaan sifat-sifat antara patung dengan orang
yang bisu yang bukan saja tidak memiliki kemampuan berbicara, tetapi juga tidak memiliki
kemampuan berpikir. Dia tidak mengerti maksud orang lain, dan orang lain juga tidak dapat
memahami maksudnya. Karena itu, dia tidak dapat menyelesaikan urusannya sendiri apalagi
urusan orang lain. Dia hanya jadi beban orang lain, di manapun dia ditempatkan, dan tugas apa
pun yang diberikan kepadanya tentulah tidak mendatangkan hasil yang baik.

C. Metode Penjelasan dengan Hikma, Nasehat & Diskusi


 Qs. An-Nahl 125
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫ُاْدُع ِاٰل ى َس ِبْيِل َر ِّبَك ِبا ْلِح ْك َم ِة َو ا ْلَم ْو ِع َظِة اْلَحَس َنِة َو َج ا ِد ْلُهْم ِبا َّلِتْي ِهَي َاْح َس ُن ۗ  ِاَّن َر َّبَك ُهَو‬
‫َاْع َلُم ِبَم ْن َض َّل َع ْن َس ِبْيِلٖه َو ُهَو َاْع َلُم ِبا ْلُم ْهَتِد ْيَن‬

3
Artinya : "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik,
dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang
lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang
mendapat petunjuk."3

Surah An-Nahl Ayat di atas merupakan ayat yang menunjukkan kewajiban berdakwah
dan menjelaskan metode dakwah. Meskipun khitab ini ditujukan kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, ayat ini merupakan ayat dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah kepada umat
manusia, baik kepada mereka yang sudah masuk Islam maupun mereka yang belum masuk Islam
(musyrikin). Ayat ini menjelaskan tiga metode pembelajaran yakni :

1. Metode Hikmah (perkataan yang bijak dan baik)


Allah Subhanahu Wa Ta'ala. menyuruh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. agar
mengajak makhluk kepada Allah dengan hikmah, yakni dengan berbagai larangan dan perintah
yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan Sunnah, agar mereka waspada terhadap siksa Allah. 4
Menurut M. Quraish Shihab, hikmah yakni berdialog dengan kata-kata bijak sesuai dengan
tingkat kepandaian orang yang diajak pada kebaikan.5
Hikmah adalah mengajak kepada jalan Allah dengan cara keadilan dan kebijaksanaan,
selalu mempertimbangkan berbagai faktor dalam proses belajar mengajar, baik faktor subjek,
obyek, sarana, media dan lingkungan pengajaran. Pertimbangan pemilihan metode dengan
memperhatikan peserta didik diperlukan kearifan agar tujuan pembelajaran tercapai dengan
maksimal. Selain itu dalam penyampaian materi maupun bimbingan terhadap peserta didik
hendaknya dilakakuan dengan cara yang baik yaitu dengan lemah lembut, tutur kata yang baik,
serta dengan cara yang bijak.
Kata Al-Hikmah ditafsirkan oleh Imam Al-Qurtubi sebagai “kalimat yang lemah lembut”
yang mana ini diberlakukan kepada kaum muslimin sebagai pedoman pengajaran atau proses
belajar mengajar. Proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan lancar manakala ada
interaksi yang kondusif antara guru dan peserta didik. Komunikasi yang arif dan bijaksana
memberikan kesan mendalam kepada para siswa. Guru yang bijaksana akan selalu memberikan
peluang dan kesempatan kepada siswanya untuk berkembang.

2. Metode Mau'idhzah Hasanah (nasehat yang baik)


Adalah bentuk pendidikan dengan memberikan nasehat dan peringatan baik dan benar,
perkataan yang iemah lembut, penuh dengan keikhlasan, sehingga peserta didik terdorong untuk
melakukan segala aktivitasnya dengan baik. Dalam mau’idhzah hasanah ini mencakup targhib
(seruan kearah kebaikan dan memberi iming-iming balasan kebaikan) dan tarhib (seruan untuk

3 QS. An-Nahl 16: Ayat 125


4 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta: Gema Insani, 2000), h 178
5 M. Quraish shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002, vol. VII) h 386

4
meninggalkan keburukan dengan memberi peringatan dan ancaman bagi mereka yang
melanggar).
Sebagai sebuah metode, mau’idhzah baru dapat mengena sasaran bila ucapan yang
disampaikan itu disertai dengan pengalaman dan keteladanan dari yang menyampaikannya. Nah,
inilah yang bersifat hasanah. Kalau tidak, ia adalah yang buruk, yang seharusnya dihindari. Di
sisi lain, mau’idhzah biasanya mencegah sasaran dari sesuatu yang kurang baik, dan ini dapat
mengundang emosi baik dari yang menyampaikan, lebih-lebih dari yang menerimanya. Maka
mau’idhzah adalah sangat perlu untuk mengingatkan kebaikannya itu.6
Pengajaran yang baik mengandung nilai-nilai kemanfaatan bagi kehidupan para siswa.
Mau’idhzah hasanah sebagai prinsip dasar melekat pada setiap pendidik sehingga penyampaian
kepada para siswa lebih berkesan. Siswa tidak merasa digurui walaupun sebenarnya sedang
terjadi penstranferan nilai.

3. Metode Jidal (debat atau diskusi dengan cara yang baik)


Metode diskusi yang dimaksud dalam al-Qur’an ini adalah diskusi yang dilaksanakan
dengan tata cara yang baik dan sopan. Yang mana tujuan dari metode ini ialah untuk lebih
memantapkan pengertian dan sikap pengetahuan mereka terhadap suatu masalah.
Definisi diskusi itu sendiri yaitu cara penyampaian bahan pelajaran dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk membicarakan, menganalisa guna mengumpulkan pendapat,
membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternative pemecahan masalah. Dalam kajian
metode mengajar disebut metode “hiwar” (dialog). Diskusi memberikan peluang sebesar-
besarnya kepada para siswa untuk mengeksplor pengetahuan yang dimilikinya kemudian
dipadukan dengan pendapat siswa lain. Satu sisi mendewasakan pemikiran, menghormati
pendapat orang lain, sadar bahwa ada pendapat di luar pendapatnya dan di sisi lain siswa merasa
dihargai sebagai individu yang memiliki potensi, kemampuan dan bakat bawaannya.
Metode ini lebih menekankan kepada pemberian dalil, argumentasi dan alasan yang kuat.
Para siswa berusaha untuk menggali potensi yang dimilikinya untuk mencari alasan-alasan yang
mendasar dan ilmiyah dalam setiap argumen diskusinya. Para guru bertindak sebagai motivator,
stimulator, fasilitator atau sebagai instruktur.
Metode ini juga mengenalkan pengetahuan, fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan dan
untuk merangsang perhatian murid dengan berbagai cara (sebagai apresiasi, selingan, dan
evaluasi). Selain itu, dalam pelaksanaan metode ini, perlu menerapkan kemungkinan jawaban
pertanyaan, mengandung masalah atau hanya terbatas pada jawaban “ya” dan ”tidak”. 7

D. Metode Kisah : Qs. Yusuf 111


Dalam proses belajar mengajar, cerita merupakan salah satu metode yang terbaik.
Dengan adanya metode bercerita diharapkan mampu menyentuh jiwa jika didasari dengan
ketulusan hati yang mendalam. Metode kisah ini diisyaratkan dalam al-Qur’an.

6 M. Quraish shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002, vol. VII) h 387
7 Moh. Haitami Salim, Pendidikan Agama dalam Keluarga, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), h.259

5
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫َلـَقْد َك ا َن ِفْي َقَص ِص ِهْم ِعْبَر ٌة ُاِّلوِلى اَاْل ْلَبا ِبۗ  َم ا َك ا َن َح ِد ْيًثا ُّيْفَتـٰر ى َو ٰل ـِكْن َتْص ِد ْيَق اَّلِذ ْي َبْيَن‬
‫َيَدْيِه َو َتْفِص ْيَل ُك ِّل َش ْي ٍء َّو ُهًدى َّو َر ْح َم ًة ِّلـَقْو ٍم ُّيْؤ ِم ُنْو َن‬
Artinya : "Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang
mempunyai akal. (Al-Qur'an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-
kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman." (QS. Yusuf 12: Ayat 111)

Ahmad Tafsir memberikan pengertian metode adalah cara yang paling tepat dan cepat
dalam melakukan sesuatu.8 Menurut Sukanto, kisah adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
guru kepada murid-muridnya, ayah kepada anak-anaknya, guru bercerita kepada pendengarnya.
Suatu kegiatan yang bersifat seni karena erat kaitanya dengan keindahan dan bersandar kepada
kekuatan kata-kata yang dipergunakan untuk mencapai tujuan cerita.9
Metode kisah merupakan salah metode yang banyak digunakan ditaman kanak-kanak
suatu metode bercerita mengundang perhatian anak terhadap pendidik sesuai dengan tema
pembelajaran. Bila isi cerita dikaitkan dengan dunia kehidupan anak di taman kanak-kanak,
maka mereka dapat memahami isi cerita itu, mereka akan mendengarkanya dengan penuh
perhatian, dan dengan mudah dapat menangkap isi cerita.10
Abuddin Nata mengartikan metode kisah adalah suatu metode yang mempunyai daya
tarik yang menyentuh perasaan anak. Islam menyadari siafat alamiah manusia menyenangi cerita
yang pengaruhnya besar terhadap perasaan. Oleh karenanya dijadikan salah satu teknik
pendidikan.11
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud metode kisah
adalah menuturkan atau menyampaikan cerita secara lisan kepada anak didik sehingga dengan
cerita tersebut dapat disampaikan pesan-pesan yang baik. Dengan adanya proses belajar
mengajar, maka metode kisah merupakan suatu cara yang digunakan oleh guru untuk
menyampaikan pesan atau materi pelajaran yang disesuaikan dengan kondisi anak didik.

E. Hadits Tentang Metode Pendidikan Dalam Al-Qur’an

8 Ahamad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h 9
9 Soekanto, Seni Bercerita Islami, (Jakarta: Bina Mitra Press, 2001), h 9
10 Moeslichatoen R., Metode Pengjaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h 157
11 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), h 97

6
7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Metode yaitu cara untuk penyampaian materi pelajaran kepada anak didik. Macam-
macam metodeantara lain : Metode Teladan, Metode Kisah-Kisah, Metode Nasehat, Metode
Pembiasaan, Metode Ceramah, Metode Tanya Jawab dan Metode Diskusi. Metode pengajaran
adalah suatu cara yang dipilih dan dilakukan guru ketika berinteraksi dengan anak didiknya
dalam upaya menyampaikan bahan pengajaran tertentu, agar bahan pengajaran tersebut mudah
dicerna sesuai dengan pembelajaran yang ditargetkan. Tuntunan atau arahan tentang metode
pembelajaran yang terdapat di dalam al-Quran sangatlah lengkap apabila kita menggalinya
secara terus menerus. Apabila kita terus menggali dan mencari di seluruh ayat-ayat al-Quran
lainnya, tentunya akan ditemukan lebih banyak lagi metode pembelajaran. Dengan memahami
dan menerapkan metode pembelajaran yang tepat, maka kegiatan belajar akan relatif lebih
mudah, lebih efektif, lebih efisien dan memiliki potensi keberhasilan yang lebih besar. Dalam
menggunakan metode, seorang guru juga harus memperhatikan prinsip supaya penggunaan
metode tetap diwarnai dengan semangat dan terarah. Selain itu, semua kegiatan pendidikan dan
pembelajaran muaranya harus sesuai dengan apa yang telah digariskan dalam al-Qur’an sebagai
rujukan serta sesuai dengan hadits.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, ( Bandung : Remaja Rosda Karya, 1992),
M. Quraish Syihab. Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian AlQur’an Volume 2. Lentera Hati
Jakarta, 2000.
M. Quraish Syihab. Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian AlQur’an Volume 13. Lentera Hati
Jakarta, 2003.
Hamid, A. (2016). Pengantar Studi Al-Qur’an. Jakarta: Kencana
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002, vol. VII

Anda mungkin juga menyukai