Anda di halaman 1dari 28

MATERI

PENDIDIK
ANGGOTA KELOMPOK 6

2103046020 2103046021
01 ANIS MAFAZATIN UMMAH 02 SYELLA HAQIQI
KHOIRIYAH

2103046022 2103046023
03 INTAN SALSABILA 04 ZAKIYATUS SYARIFAH
Q.S. Ar-Rahman/55 : 1-4

َ َ‫ َعلَّ َمهُ ْالبَي‬. ‫ان‬


‫ان‬ َ ‫ق اِإْل ْن َس‬ َ ْ‫ َعلَّ َم ْالقُر‬. ‫الرَّحْ ٰ َم ُن‬
َ َ‫ َخل‬. ‫آن‬
Tuhan yang Maha pemurah. yang telah mengajarkan Al Quran. Dia menciptakan manusia.
mengajarnya pandai berbicara.” (QS. Ar-Rahman: 1-4)
Tafsir Ayat

Ayat ini Allah yang Maha Pemurah menyatakan bahwa Dia telah
mengajarkan Al-Qur’an kepada Muhammad saw yang selanjutnya
diajarkan ke umatnya sebagai nikmat paling besar faedahnya dan paling
banyak manfaatnya bagi hamba-Nya di Dunia dan juga di Akhirat yaitu
nikmat mengajarkan Al-Qur’an kepada manusia.
Kontekstualisasi Ayat

Kontekstualisasi ayat ini memberikan pesan-pesan penting bagi pendidik. Surat ini
mengajarkan tentang sifat Allah SWT yang penuh kasih sayang dan perhatian, tentang
pentingnya Al-Qur'an sebagai sumber pengetahuan dan kebijaksanaan, serta pentingnya
pendidikan bahasa untuk berkomunikasi dengan baik. Sebagai pendidik, kita harus
memperhatikan pesan-pesan ini agar dapat memberikan pendidikan yang bermakna dan
berdampak positif bagi anak-anak kita..
H.R. Abu Daud

ِ ‫عن عبد هّللا ِ بن ُع َم َر َر‬


‫ اُكتُبْ فَ َوالَّذي نَ ْف ِسي بِيَ ِد ِه​ما‬: ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ َما قال‬
)‫ق( َر َواهُ أبو داود‬ ٌّ ‫يَ ْخ ُر َج ِم ْنهُ إاَّل ح‬
Dari Abdillah bin Umar R.A. sesungguhnya Rasulullah
SAW bersabda : “Tulislah, demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak keluar dari
mulut ini kecuali kebenaran. (HR. Abu Daud)
Syarah Hadis

Hadis ini memberikan pelajaran penting tentang keabsahan ucapan Nabi


SAW dan bahwa semua yang ia sampaikan merupakan kebenaran yang
dapat diandalkan. Oleh karena itu, setiap Muslim diharapkan untuk
mengetahui dan mempelajari ajaran-ajaran Nabi SAW, termasuk hadis-
hadis yang dikumpulkan oleh para sahabatnya.
Kontekstualisasi Hadis

Dalam Konteks Hadis ini memberi pelajaran salah satu sifat yang harus dimiliki seorang
pendidik adalah menjadi manusia terdidik yang selalu berbicara kebenaran atas nama
kebenaran, bukan atas nama kekuasaan. Memang tak ada yang indah jika bicara tentang
idealisme, tapi tak ada yang lebih indah selain bicara kebenaran, Orang- orang suci
dahulu kala, nabi-nabi, para rasul, dan para guru suci selalu menekankan akan indahnya
kebenaran, meski harus ditebus dengan darah.
Q.S. Al-Taubah/9 : 128

‫لَقَ ْد َج ۤا َء ُك ْم َرس ُْو ٌل ِّم ْن اَ ْنفُ ِس ُك ْم َع ِز ْي ٌز َعلَ ْي ِه َما َعنِتُّ ْم َح ِريْصٌ َعلَ ْي ُك ْم‬
‫َّح ْي ٌم‬
ِ ‫فر‬ ٌ ‫بِ ْال ُمْؤ ِمنِي َْن َر ُء ْو‬
Artinya : “Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri,
berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan
(keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-
orang yang beriman.” (Q-S Al-Taubah:128)
Tafsir Ayat

Ayat tersebut mengisyaratkan akan kesucian keturunan Nabi Muhammad


SAW, yang berasal dari suku-suku pilihan bangsa Arab. Nabi Muhammad
SAW memiliki banyak sifat mulia, antara lain: beliau tidak senang ketika
umatnya menderita, beliau sangat menginginkan agar umatnya
mendapatkan taufik dari Allah, dan beliau selalu berbelas kasih dan
penyayang terhadap umatnya.
Kontekstualisasi Ayat

Kontekstualisasi ayat yang berkaitan dengan seorang pendidik yaitu; yang pertama,
pendidik berasal dari kalangan sendiri, bukan orang asing. Kedua, pendidik memikirkan
apa yang dirasakan oleh peserta didiknya. Ketiga, pendidik selalu menginginkan yang
terbaik terhadap peserta didiknya. Terakhir, pendidik memiliki rasa kasih dan sayang
terhadap peserta didiknya.
H.R. At-Tirmidzi

ِ َ‫ْط ْي ُك َّل ُجلُ َساِئ ِل ِه بِن‬


ُ‫صبِ ِه اَل يَحْ َسب‬ َ ‫ َك‬: ‫ال‬
ِ ‫ان يُع‬ َ َ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ ق‬ ِ ‫َع ْن َعلِ ٍّي َر‬
ُ‫َج ِل ْي ُسهُ َأ َّن اَ َح ًدا َأ ْك َر ُم َعلَ ْي ِه ِم ْنه‬
( ْ ‫’ه’ ا’’لتِّرْ ِم ِذ‬
‫ي‬ ُ ‫) َر َوا‬
Dari Ali R.A ia berkata : “Rasulullah SAW selalu memberikan kepada setiap orang yang
hadir dihadapan beliau, hak-hak mereka (secara adil), sehingga diantara mereka tidak
ada yang merasa paling diistimewakan.” (H.R Tirmidzi)
Syarah Hadis

Hadis ini memberikan pelajaran penting tentang keabsahan ucapan Nabi


SAW dan bahwa semua yang ia sampaikan merupakan kebenaran yang
dapat diandalkan. Oleh karena itu, setiap Muslim diharapkan untuk
mengetahui dan mempelajari ajaran-ajaran Nabi SAW, termasuk hadis-
hadis yang dikumpulkan oleh para sahabatnya.
Kontekstualisasi Hadis

Dalam konteks kehidupan sehari-hari, hadis ini dapat diaplikasikan dalam berbagai
situasi, seperti dalam hubungan akademik. Dalam hubungan akademik, seorang pendidik
harus memiliki sifat adil terhadap pesrta didiknya. Pendidik tidak boleh pilih kasih dan
memandang rendah peserta didik yang kurang pandai ataupun yang kurang mampu.
Q.S. Al-Kahfi : 65-67

٦٥ ‫فَ َو َج َدا َع ْب ًدا ِّم ْن ِعبَا ِدنَا ٰاتَ ْي ٰنهُ َرحْ َمةً ِّم ْن ِع ْن ِدنَا َو َعلَّ ْم ٰنهُ ِم ْن لَّ ُدنَّا ِع ْل ًما‬
٦٦ ‫ت ُر ْش ًدا‬ َ ‫ك َع ٰلى َأ ْن تُ َعلِّ َم ِن ِم َّما ُعلِّ ْم‬ َ ‫قَا َل لَ ٗه ُم ْو ٰسى هَلْ َأتَّبِ ُع‬
٦٧ ‫ص ْب ًرا‬ َ ‫ك لَ ْن تَ ْستَ ِط ْي َع َم ِع َي‬ َ َّ‫ال ِإن‬
َ َ‫ق‬
65. lalu mereka berdua bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang
telah Kami berikan rahmat kepadanya dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan ilmu
kepadanya dari sisi Kami.
66. Musa berkata kepadanya, "Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan
kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?"
67. Dia menjawab, "Sungguh, engkau tidak akan sanggup sabar bersamaku.
Tafsir Ayat

Pada ayat ini dapat dipahami bahwa, untuk mendapatkan ilmu pengetahuan seseorang
harus belajar dan membaca. sehingga ketika manusia ingin mengetahui sebuah
informasi maka ia harus belajar, akan tetapi Allah Swt juga telah mengajarkan manusia
apa yang belum di ketahuinya, yang dipahami dengan ilmu laduni. Ilmu ini hanyalah
diberikan kepada seorang hamba yang benar-benar bertakwa kepada Allah Swt, seperti
Nabi Khidir sebagaimana mendapatkan ilmu tersebut.
Kontekstualisasi Ayat

Dalam kontekstualisasi ayat ini dijelaskan bahwa dalam ayat ini menunjukkan isyarat
bahwa seorang pendidik hendaknya menuntun anak didiknya dan memberi tahu tentang
kesulitan-kesulitan dan rintangan yang akan dihaapi oleh anak didik tesebut selama
menuntut ilmu. Bahkan mengarahkannya untuk tidak mempelajari sesuatu jika sang
pendidik mengetahui bahwa potensi anak didiknya tidak sesuai dengan bidang ilmu yang
akan dipelajari.
H.R. Baehaqi

‫ ُك ْن َعالِ ًما َأ ْو ُمتَ َعلِّ ًما َأ ْو ُم ْستَ ِم ًعا َأ ْو ُم ِجبًا‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّم‬ َ ‫قَا َل النَّبِ ُّي‬
)‫ك ( َر َواهُ ْالبَ ْيهَ ْق‬
َ ِ‫َواَل تَ ُك ْن َخا ِم ًسا فَتُ ْهل‬
Telah bersabda Rasulullah SAW :”Jadilah engkau orang yang berilmu (pandai) atau
orang yang belajar, atau orang yang mendengarkan ilmu atau yang mencintai ilmu. Dan
janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka (H.R Baehaqi)
Syarah Hadis

Rasul SAW memerintahkan umatnya menjadi ‘Alim (orang berilmu, guru,


pengajar, ustad, kyai). Jika belum sanggup, jadilah Muta’allimaan (orang yang
menuntut ilmu, murid, pelajar, santri) atau menjadi pendengar yang baik
(Mustami’an), paling tidak menjadi Muhibban pecinta ilmu, simpatisan
pengajian, donatur yayasan, lembaga dakwah dan pendidikan dengan harta,
tenaga, atau pikiran, atau mendukung majelis-majelis ilmu.
Kontekstualisasi Hadis

Sesuai dengan ajaran yang telah di sampaikan Nabi muhammad SAW sesungguhnya
menuntut ilmu itu wajib bagi seluruh umat manusia baik laki laki maupun perempuan
dan di dalam hadits di atas bisa menjadi sebagai pedoman kita sebagai manusia agar
senantiasa mencari ilmu seperi ada beberapa kegiatan yang dilakukan pada saat
menuntutilmu dalam kegiatan sehari- hari.
Q.S. An-Nahl : 43-44

‫وحي ِإلَ ْي ِه ْم فَا ْسَألُوا َأ ْه َل ال ِّذ ْك ِر ِإ ْن‬


ِ ُ‫ك ِإال ِر َجاال ن‬ َ ‫ل َو َما َأرْ َس ْلنَا ِم ْن قَ ْب ِل‬
‫ك ال ِّذ ْك َر لِتُبَيِّ َن‬ ْ ‫الزب ُِر َوَأ‬
َ ‫نزلنَا ِإلَ ْي‬ ُّ ‫ت َو‬ِ ‫) بِ ْالبَيِّنَا‬43( ‫ون‬ َ ‫ُك ْنتُ ْم اَل تَ ْعلَ ُم‬
َ ‫اس َما نز َل ِإلَ ْي ِه ْم َولَ َعلَّهُ ْم يَتَفَ َّكر‬
‫ُون‬ ِ َّ‫ِللن‬
Artinya : "Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki
yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka bertanyalah kepada orang yang
mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui, keterangan-keterangan
(mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur’an, agar kamu
menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan
supaya mereka memikirkan."
Tafsir Ayat

Ayat ini menggambarkan bahwa rasul yang diutus hanyalah laki-laki dari
keturunan Adam a.s. Para rasul tersebut diutus dengan membawa bukti
nyata tentang kebenaran mereka. Allah juga menurunkan Al-Qur’an
kepada Nabi Muhammad saw supaya beliau menjelaskan kepada manusia
mengenai ajaran, perintah, larangan, dan aturan hidup yang harus mereka
amalkan.
Kontekstualisasi Ayat

Ayat ini berkaitan dengan peran guru sebagai sumber pengetahuan diantaranya, guru
harus memahami tugas pokok, fungsi dan perannya, harus menjadikan Rasulullah sebagai
tauladan dalam menjalankan tugasnya, dituntut dapat membaca, memahami dan
mengamalkan Al-Qur’an, dan juga guru adalah sumber pengetahuan bagi peserta didik
baik dalam perkataan, sikap dan perbuatannya.
H.R. Abu Daud & At-Tirmidzi

‫ُأ‬
ِ َّ‫َم ْن ُسِئ َل َع ْن ِع ْل ٍم ِع ْل َمهُ ثُ َّم َكتَ َمهُ ْل ِج َم يَ ْو َم القِيَا َم ِة بِلِ َج ٍام ِم َن الن‬
‫ار‬
‫ترمذي‬
( ‫)روا’ه’ أ’بو داود َو وا’’ل‬
"Barang siapa ditanya tentang suatu ilmu yang ia ketahui kemudian ia
menyembunyikannya (tanpa menjawabnya), maka kelak ia dikendalikan di hari kiamat
dengan kendali yang terbuat dari api neraka." (H.R. Abu Daud dan Tirmidzi)
Syarah Hadis

Hadits ini mengingatkan kepada setiap Muslim agar jangan pelit terhadap
ilmu. Menyembunyikann ilmu dan enggan membagikannya pada orang
lain sama saja seperti sedang merencanakan untuk memasang kendali dari
api neraka di sekitar mulut kita. Sekiranya ia mengetahui dan memang
ilmu tersebut dibutuhkan oleh orang lain maka ia harus
menyampaikannya.
Kontekstualisasi Hadis

Konteks hadist ini adalah pentingnya mengamalkan ilmu kepada orang lain. biasanya
seseorang merahasiakan ilmunya dengan banyak alasan. Seseorang biasanya enggan
membagikan ilmunya karena takut tersaingi. Dalam Islam, seseorang dianjurkan untuk
menyebarkan ilmunya kepada khalayak luas, sebab itu akan menjadi amal yang tak
terputus pahalanya meski yang bersangkutan telah wafat.
Kesimpulan
Sebagai seorang pendidik wajib hukumnya untuk
menerapkan karakter-karakter seperti yang sudah
dijelaskan pada ayat dan hadis diatas. Hal ini bertujuan
supaya peran pendidik bukan hanya untuk mentransfer
ilmu, melainkan juga untuk menjadi suri tauladan yang
baik bagi peserta didiknya.
THANK YOU!!

Anda mungkin juga menyukai