Anda di halaman 1dari 44

Sekretariat :

ASWAJA NU CENTER KEPUNG


Jl. KH. Abdurahman Wahid Jatisari Krenceng
Kepung – Kediri - Jatim Penanggung Jawab :
Tlp/ Hp. 08125902865 LP Ma’arif NU
Cabang Kab Kediri

Penasehat :
KH. A. Zainuri Faqih
KH. Abdul Hannan Ma’shuum

Ketua :
Miftahul Ulum, S.H
Alhamdulillahirabbil ‘alamin kami ucapkan,
karena hanya dengan taufiq Allah ta’aalaa kami Sekretaris :
berhasil menyelesaikan penulisan modul dan bahan Mahmud, S.Pd.I
ajar Rahmatan Lil ‘Alamin. Shalawat dan salam
semoga tetap terlimpah kepada sayyidina Percetakan dan Distribusi :
Muhammad, sahabat, keluarga dan para pengikutnya Zainul Abidin, S.Ag, M.Sc
sampai pada hari kiamat.
Kehadiran modul dan bahan ajar Rahmatan Lil
‘Alamin ini bertujuan untuk membantu para peserta Tim penulis :
didik dalam memahami pengetahuan agama Islam
ASWAJA NU CENTER
(PAI) dengan pemahaman yang benar, bersih dan
Asyhari Masduki, MA
kuat. Mengingat tujuan tersebut, dalam penyajiannya
modul ini sengaja memilih bahasa yang paling Miftahul Mushlihin, S.Pd.I
sederhana, dan dari segi isi, modul ini menekankan Sutaji, S.Pd.I
pada pemahaman satu madzhab saja, dalam bidang Ripa’i, S.Pd.I
akidah mengikuti Asy’ariyyah dan dalam bidang fiqih Moh. Faqih, S.Ag
mengikuti madzhab as Syafi’iy. Fathan Zayyin
Penyajian modul dan buku ajar ini disesuaikan Ahmad Shodiq
dengan kurikulum yang didasarkan pada Kurikulum Asyhar
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) semaksimal Muhib Thohari
mungkin, agar dapat membantu para peserta didik
memahami materi pembelajaran yang disampaikan Tim Pentashih :
oleh guru.
KH. Abu Musa al Asy’ari
Demi peningkatan kualitas modul ini, kami
K. Ma’shum
mengharapkan sumbangan pemikiran, saran dan
kritik dari semua pihak. Sehingga dapat dijadikan K. Abdul Khaliq
sebagai pedoman perbaikan pada penerbitannya K. Hafidz Ghazali
selanjutnya. Lilik Nur Lathifah, M.Pd.I
Akhirnya, kami mengucapkan banyak terima Zainul Abidin, S.Ag, M.Sc
kasih kepada semua pihak khususnya para kyai dan Shobirin, S.Pd.I
ulama yang telah meluangkan waktu untuk Dafid Fuadi, S.Ag
mentashhih materi modul ini demi kemurnian materi
pembelajaran yang disajikan dalam modul ini. Terima
kasih tiada terhingga juga disampaikan kepada pihak Setting/ Lay Out :
penerbit yang telah bersedia menerbitkan modul ini. M. Aris Muchlisin, S.Pd

Tim Penyusun
Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil
[1]
Kata Pengantar …………………………………………………………. 1
Daftar Isi …………………………………………………………………… 2
BAB I AHLUSUNNAH WAL JAMAAH MENURUT
NU
A. Konsep Ahlussunnah Wal Jama‟ah Menurut 3
Nahdlatul Ulama………………………………………………..
B. Usaha Nahdlatul Ulama dalam Mempertahankan 6
Ahlussunnah Wal Jama‟ah….
C. Usaha Nahdlatul Ulama dalam Mengembangkan 8
Ahlussunnah Wal Jama‟ah….
BAB II SISTEM BERMADZHAB NU
A. Pengertian system Bermadzhab……………………………. 13
B. pentingnya system Bermadzhab dalam memahami 14
dan Mengamalkan ajaran Islam…………………………….
C. Madzhab-Madzhab Ahlussunnah Wal Jama‟ah 17
Menurut NU………………………………………………………..
BAB III AMALIYAH NU DALAM BULAN
RAMADLAN DAN SYAWAL
A. cara penetapan awal dan akhir bulan Ramadlan….. 24
B. Shalat Tarawih…………………………………………………… 27
C. Shalat Witir……………………………………………………….. 28
D. Shalat Hari Raya……………………………………………….. 30
34
Daftar Pustaka………………………………………………………….. 41
Catatan……………………………………………………………………….. 42

Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil


[2]
Standar Kompetensi
Memahami hubungan antara Nahdlatul Ulama Dengan Ahlussunnah Wal
Jama‟ah
Kompetensi Dasar
Mendiskripsikan Konsep Ahlussunnah Wal Jama‟ah Menurut Nahdlatul
Ulama
Megidentifikasi usaha Nahdlatul Ulama dalam Mempertahankan dan
Mengembangkan Ahlussunnah Wal Jama‟ah

A. Konsep Ahlussunnah Wal Jama’ah menurut NU


NU adalah salah satu organisasi Islam yang menegaskan dalam AD
dan ART-nya sebagai organisasi yang berhaluan Islam Ahlussunnah Wal
Jama‟ah. Dalam Anggaran Dasar NU Bab IV pasal 5 disebutkan “Tujuan
Nahdlatul Ulama adalah berlakunya ajaran Islam yang menganut faham
Ahlussunnah wal-jamaah...”. Penegasan ini dilatar belakangi oleh
perkembangan paham-paham non Ahlussunnah Wal Jama‟ah yang sangat
meresahkan umat Islam pada masa awal berdirinya NU.
Namun karena di antara paham non Aswaja tersebut, beberapa
diantaranya mengklaim berpaham Ahlussunnah Wal Jama‟ah, maka NU
perlu menjelaskan konsep Ahlussunnah Wal Jama‟ah yang yang dianutnya,
untuk membedakannya dengan kelompok-kelompok yang hanya mengaku-
ngaku berpaham Ahlussunnah Wal Jama‟ah.
Istilah Ahlussunnah Wal Jama‟ah terdiri dari tiga kata; yaitu:

Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil


[3]
a. Ahl, secara bahasa ahl mengandung beberapa
makna, yaitu keluarga, kerabat, pemeluk aliran atau
pengikut madzhab.
b. As Sunnah, Hadratus Syaikh K.H Hasyim
Asy‟ari (pendiri NU) dalam kitabnya Risalah
Ahlissunnah Wal jama‟ah hal.5 menjelaskan makna
sunnah sebagai berikut:

َّ‫ َّ َو َشْر ًعا َّاِ ْس ٌَّم َّلِلط ِريْ َقَِّة‬،‫السنَّ َّةُ َّلُغََّةً َّالط ِريْ َق َّةُ َّ َولَ َّْو َّ َغْي ََّر َّ َمْر ِضي ٍة‬
ُّ

َّ‫اللَُّ َعلَْي َِّو َّ َوسلم َّأ ََّْو َّ َغْي ُرَّهَُِِّم َّْن َّ ُى ََّو‬
َّ َّ ‫صلى‬ َِّ َّ ‫ف َّالدِّي َِّن َّسلَ َكها َّرسو َُّل‬
َ َّ ‫الل‬ ِِ ِِ
ُ ُ َ َ َ ْ َّ َّ ‫الْ َمْرضي َّة َّالْ َم ْسلُوَك َّة‬
َّ ِ ‫َّ َعلَْي ُك َّْمَّبِ ُسن‬:‫اللَُّ ّعلَْي َِّوَّ َو َسلم‬
َّ‫ت‬ َّ َّ‫صلى‬ ِ َّ َّ‫فَّالدِّيْ َِّنَّ َكالص َحابََِّةَّ َر ِض ََّي‬
َّ َِّ‫َعلَ ٌَّم‬
َ َّ‫َّل َقولو‬،‫اللَُّ َعْن ُه ْم‬
. ‫نَّ ََبَ ْع ِديَّاى‬ َِّ ‫اْلُلَ َف‬
َّْ ‫اءَّالر ِاش ِديْ ََّنَّ ِم‬ ْ َّ‫َو ُسن َِّة‬
“As Sunnah berarti jalan, sekalipun jalan itu tidak disukai. Menurut
istilah syara‟ as sunnah adalah sebutan untuk jalan yang disukai dan
dijalankan dalam agama, sebagaimana dipraktikkan Rasulullah
shallallahu „alayhi wasallam atau para ulama dalam agama ini seperti
para sahabat radliyallahu „anhum berdasarkan sabda Rasulullah
shallallahu „alayhi wasallam: “berpegang teguhlah kalian pada sunnah
(ajaran) ku dan sunnah (ajaran) para khulafa‟u Rasyidin setelahku”.
c. Wa kata sambung yang berarti ”dan”
d. Al Jama‟ah yang dimaksudkan di sini adalah jama‟ah para sahabat.
Sedangkan secara istilah, Rasulullah shallallahu „alayhi wasallam telah
mendefinisikannya sebagai berikut:
ِ ‫ف َّالنا َِّر َّإِلَّ َّ ِمل َّةً َّو‬
َّ‫اح َدًَّة َّقَالُْوا َّ َوَم َّْن‬ َ َّ َِّ ‫ي َّ ِمل َّةً َّ ُكلُّ ُه َّْم‬ ٍَّ َ‫ت َّ َعلَى َّثَال‬
ََّ ْ ِ‫ث َّ َو َسْبع‬ َُّ ‫َوتَ ْف ََِت‬
َّْ ِ ‫ق َّأُم‬

ِ
َّ‫اب‬ ‫ح‬ ‫َص‬‫أ‬
‫و‬ َّ ِ ‫الَّماَّأَنَاَّعلَي‬
َّ
‫و‬ َّ
َ ‫ق‬
َ َّ ِ‫الل‬
َّ َّ َّ
‫ل‬َ ‫و‬ ‫س‬ ‫ر‬ َّ ‫ا‬‫ي‬ َّ َّ
‫ي‬ ِ
‫ى‬
ْ َ ْ َ ْ َ َ ْ ُ َ َ َ
Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil
[4]
Maknanya: “Dan umatku akan terpecah menjadi 73 golongan,
seluruhnya di neraka kecuali satu golongan. Para sahabat bertanya
siapa satu golongan itu wahai Rasulullah? Rasulullah bersabda:
golongan yang mengikuti ajaranku dan para sahabatku”(HR al
Tirmidzi)
Berdasarkan hadits di atas dapat disimpulkan bahwa Ahlussunnah
Wal Jama‟ah adalah al firqah an najiyyah (kelompok yang selamat)
yang mengikuti ajaran Rasulullah dan para sahabatnya baik dalam
masalah aqidah maupun ahkam.
Salah satu tanda kelompok Ahlussunnah Wal Jama‟ah adalah bahwa
mereka selalu menjadi kelompok mayoritas (al jama‟ah) dalam setiap kurun
waktu diseluruh dunia. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah dari
Mu‟awiyah yang diriwayatkan oleh Abu Dawud. Rasulullah bersabda:

ِ ‫فَّالنا َِّرَّوو‬
َّ ِ ٌَّ‫اح َدَّة‬
َّ‫ف‬ ََ َِّ َ‫يَّثِْنت‬
َّ ِ َّ‫انَّ َو َسْب عُو ََّن‬ ََّ ِ‫ثَّ َو َسْبع‬ َُّ ‫ََّوإِنََّّ َى ِذَّهَِّالْ ِمل َّةََّ َستَ ْف ََِت‬
ٍَّ َ‫قَّ َعلَىَّثَال‬
‫اعة‬َ ‫اْلَ َم‬ ْ َّ‫اْلَن َِّةَّ َوِى ََّى‬
ْ
Maknanya: “Dan sesungguhnya agama ini akan terpecah belah menjadi
73, 72 di neraka dan satu di surga yaitu al Jama‟ah”
Makna al Jama‟ah dalam hadits di atas adalah al Jumhur (mayoritas
umat Islam) dan bukan shalat Jama‟ah. Hal ini dapat dipahami dari hadits
lain, Rasulullah –shallallahu „alaihi wasallam- bersabda:
ِ
ْ ‫اختِالَفًاَّفَ َعلَْي ُك َّْمَّبِالس َو َّادَّاْأل‬
‫َعظَم‬ ٍ َّ‫تَّ َّلََّ ََْتتَ ِم َّعَّعلَى‬
ْ َّ‫َّفَِإ َذاَّ َرأَيْتُم‬.َّ‫ضالَلََّة‬
َ َ ُ َّ ِ ‫إِنََّّأُم‬
Maknanya: “Sesungguhnya umatku tidak akan berkumpul pada
kesesatan, maka apabila kalian melihat perselisihan maka bergabunglah
dengan mayoritas umat”
Mayoritas umat Muhammad pada setiap generasi dari dahulu hingga
sekarang adalah Asy‟ariyah (orang-orang yang mengikuti Abul Hasan al
Asy‟ari) dan Maturidiyah (orang-orang yang mengikuti Abu Manshur al
Maturidi). Aqidah Asy‟ariyah dan Maturidiyah dianut oleh umat Islam di
seluruh dunia Islam seperti Indonesia, Malaysia, Mesir, Brunai Darussalam,
Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil
[5]
Suria, Lebanon, Yordania, Palestina, Maroko, Libya dan seterusnya. Dengan
demikian sangat tepat apabila al Hafidh Murtadla al Zabidi dalam syarh al
Ihya mengatakan:

ُ‫اعَرَّةَُّ َواْملاتُِريْ ِديَّّة‬


ِ ‫َش‬
َ ‫اع َِّةَّفَالْ ُمَر َُّادَِّبِِ َّْمَّاْأل‬
َ ُّ َّ‫َّإِ َذاَّأُطْلِ ََّقَّأ َْى َُّل‬:‫ان‬
‫السن َِّةَّ َواْْلَ َم‬ َّ ِ ‫ص َُّلَّالث‬
ْ ‫ال َف‬
َ
Maknanya: “Pasal Kedua: "Jika dikatakan Ahlussunnah Wal Jama‟ah
maka yang dimaksud adalah al Asy‟ariyyah dan al Maturidiyyah”.
Hadlratus Syaikh Hasyim Asy‟ari mengatakan bahwa Ahlussunnah
pada masa sekarang terhimpun dalam madzhab yang empat, beliau berkata:

َّ‫ث َّ َوالْ ِف ْق َِّو َّفَِإن ُه َّْم َّاَّلْ ُم ْهتَ ُد ْو ََّن َّالْ َمتَ َم ِّس ُك ْو ََّن‬
َِّ ْ‫اْلَ ِدي‬
ْ ‫السن َِّة َّفَ ُه َّْم َّأ َْى َُّل َّالت ْف ِس َِّْي َّ َو‬
ُّ َّ ‫أَما َّاَ ْى َُّل‬
َّ.ُ‫اجيََّة‬ ِ ‫اء َّب ع َدَّه َّالر ِاش ِدي َّن َّوى َّم َّالطائَِف َّةُ َّالن‬ ِ ْ ‫ب َّصلى َّالل َّعليو َّوسلم َّو‬ َِّّ ِ‫بِ ُسن َِّة َّالن‬
ُ َُ َْ ُ ْ َ َّ ‫اْلُلَ َف‬ َ
َّ‫اْلَنَ ِفيُّ ْو ََّن َّ َوالشافِعِيُّ ْو ََّن َّ َوالْ َمالِ ِكيَُّّ ْو ََّن‬ ََّ ‫ف َّ َم َذ ِاى‬
ْ َّ ‫ب َّأ َْربَ َع ٍَّة‬ َِّ ‫قَالُوا َّ َوقَ َّْد َّاجتَ َم َع‬
َِّ َّ ‫ت َّالْيَ ْوََّم‬
)24-23َّ‫َّص‬,‫َّ(زياداتَّتعليقات‬.‫اْلَْنبَلِيُّ ْو ََّن‬ ْ ‫َو‬

“Adapun Ahlussunnah Wal-Jama‟ah adalah kelompok ahli tafsir, ahli


hadits dan ahli fiqh. Merekalah yang mengikuti dan berpegang teguh
dengan sunnah Nabi  dan sunnah Khulafaur Rasyidin sesudahnya.
Mereka adalah kelompok yang selamat (al-firqah al-najiyah). Mereka
mengatakan, bahwa kelompok tersebut sekarang ini terhimpun dalam
madzhab yang empat yaitu Madzab Hanafi, Syafi‟i, Maliki, dan
Hanbali”. (Ziyaadaat Ta’liiqaat hal. 23-24)

B. Usaha NU Mempertahankan Ahlus Sunnah wal Jamaah


Sejak masuk di Indonesia pada abad ke 7 M, umat Islam Indonesia
telah menganut paham Ahlussunnah Wal Jama‟ah (Asy‟ariyah). Hadlratus
Syaikh Hasyim Asy‟ari menegaskan bahwa umat Islam di seluruh tanah jawa
pada masa lalu bersepakakat dalam satu madzhab, seluruhnya dalam fiqih
mengikuti madzhab Imam Muhammad bin Idris, dan dalam ushuluddin
mengikuti madzhab imam Abul Hasan al Asy‟ari, dan dalam tashawwuf
Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil
[6]
mengikuti madzhab imam al Ghazzali dan imam Abul Hasan as Syadzili –
semoga Allah meridlai mereka semua-. Beliau juga menceritakan bahwa
golongan, gerakan, paham serta ajaran yang berbeda-beda di Indonesia
mulai muncul pada tahun 1330 H.

Gerakan tersebut menamakan diri kelompok modernis (pembaharu).


Mereka ini banyak dipengaruhi oleh paham wahabi yang berkuasa di Saudi
Arabia dan juga dipengaruhi oleh pemikiran Muhammad Abduh dan Rasyid
Ridlo di Mesir. Dengan dalih pemurnian ajaran Islam, mereka melarang
amaliyah-amaliyah umat Islam yang telah berlangsung di Indoensia
berabad-abad lamanya seperti melarang acara mauludan, tahlil, haul, ziarah
kubur, dan melarang bermazhab.

Nahdlatul Ulama didirikan oleh para ulama pondok pesantren;


penerus perjuangan wali songo pada 1331 H. Kehadiran NU dimaksudkan
sebagai wadah untuk mempertahankan ajaran Islam Ahlus Sunnah wal
Jamaah di Indonesia. Sehingga sejak berdirinya NU selalu berkonsentrasi
untuk mempertahankan Ahlussunnah Wal Jama‟ah. Adapun usaha-usaha
NU (ulama NU) dalam mempertahankan Ahlussunnah Wal Jama‟ah di
antaranya adalah:

a. Membentuk komite Hijaz dibawah pimpinan K.H Wahab Hazbullah


untuk dikirim untuk menghadap pada Raja Abdul Aziz bin Abdurrahman
as Saud sebagai penguasa Hijaz dan Nejed (Saudi Arabia) dengan misi
antara lain:
1) Agar kebebasan bermadzhab tetap diberlakukan di negeri Hijaz
dengan mengikuti salah satu dari empat mahdzab
2) Agar tetap dilestarikannya tempat-tempat bersejarah yang sudah
dikenal oleh masyarakat Islam
b. Membentuk Jam‟iyah Ahli Thariqah al Mu‟tabarah al Nahdliyah
sebagai sarana mempertahankan ajaran tashawwuf dan tarekat yang

Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil


[7]
diserang oleh kelompok di luar Aswaja, dan untuk menghindari
penyelewengan dalam bidang tashawwuf
c. Membentuk Aswaja NU Center sebagai lembaga yang di antara tugasnya
adalah:
1) Menjawab berbagai tuduhan-tuduhan sesat, bid‟ah, syirik yang
dialamatkan kepada amaliyah NU baik dengan penulisan buku,
diskusi sampai debat terbuka dengan kelompok-kelompok non
Aswaja
2) Melakukan kaderisasi Aswaja dari kalangan muda NU (IPNU/IPPNU,
Anshar dan Fatayat) dalam bentuk diskusi intensif Aswaja, dengan
harapan mereka selalu siap membentengi masyarakat yang ada
disekitarnya dari berbagai paham menyimpang
C. Usaha-Usaha NU Dalam Melestarikan Ajaran Ahlu Sunnah Wal
Jama’ah
Usaha NU dalam melestarikan ajaran Ahlusunnah Wal Jama‟ah adalah
sebagai berikut:
a. Melakukan kegiatan-kegiatan yang mengakomodir amaliah menjadi ciri
khas Ahlussunnah Wal Jama‟ah seperti tawassul, tabarruk, zirah kubur,
membaca al Qur‟an untuk mayit, membaca shalawat Nabi dan lainnya
dalam bentuk tahlilan, Yasinan, Diba‟an, pujian setelah adzan dan
lainnya.
b. Mempertahankan peringatan-peringatan hari besar seperti maulid Nabi
dan Isra dan Mi‟raj yang dianggap oleh kelompok lain sebagai bid‟ah
yang sesat.
c. Mengadakan kegiatan lailatul Ijtima‟, yaitu kegiatan rutin NU yang
dilakukan untuk membina warganya. Kegiatan ini dilaksanakan setiap
tanggal 15 bulan Qamariyah. Acara lailatul Ijtima‟ dimulai dengan
membaca shalawat badar, shalat ghaib berjama‟ah untuk warga NU yang
meninggal dalam bulan itu, dengan terlebih dahulu dibacakan nama
yang telah terdaftar dalam brosur LINU (Lailatul Ijtima‟ Nahdlatul
Ulama‟) kemudian dibacakan tahlil dan diisi dengan ceramah agama
Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil
[8]
yang berisi anjuran agar warga NU selalu berusaha memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran Ahlusunnah Wal Jama‟ah.
d. Dalam lembaga pendidikan di lingkungan NU juga diberikan pelajaran
agama sesuai dengan paham Ahlusunnah Wal Jama‟ah. Pelajaran Aqidah
Akhlak, dan fiqih yang diajarkan selalu berpedoman pada kitab-kitab
yang disusun oleh para ulama‟ Ahlusunnah Wal Jama‟ah. Tujuannya
adalah agar para santri dan pelajar NU selalu berpegang teguh pada
ajaran Islam yang murni yaitu ajaran Ahlusunnah Wal Jama‟ah.
D. Usaha-Usaha NU Dalam Mengembangkan Ajaran Ahlu Sunnah
Wal Jama’ah
Usaha-usaha NU dalam mengembangkan ajaran Ahlusunnah Wal Jama‟ah
antara lain:
a. Memanfaatkan media-media pertemuan warga NU seperti lailatul
Ijtima‟, tahlilan, yasinan, dibaan dan pujian sebagai sarana untuk
sosialisasi akidah Ahlussunnah.
b. Mengadakan acara peringatan hari lahir NU yang diisi dengan kegiatan-
kegiatan yang bernuansa Aswaja seperti cerdas cermat Aswaja, lomba
karya tulis ilmiah Aswaja, lomba diba‟ dan lain-lain
c. Mengadakan kegiatan dakwah yang semula hanya berupa ceramah
dikembangkan dalam bentuk kajian-kajian, halaqah, diskusi, seminar
dan lain-lain
d. Menerbitkan buku-buku pelajaran agama di sekolah dan madrasah yang
bernuansa Aswaja
e. Menerbitkan buku-buku yang bernuansa Ahlussunnah Wal Jama‟ah

Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil


[9]
Tadrib Awwal

A. Berilah tanda silang (X) pada huruf a,b.c atau d pada jawaban
yang tepat!
1. Istilah Ahlussunnah Wal Jama‟ah terdiri dari …..
a. tiga kata b. empat kata c. empat kata d. lima kata
2. Ahlun secara bahasa ahl mengandung bebarapa makna, yaitu kecuali…
a. keluarga b. kerabat c. pemeluk aliran d. mayoritas
3. Secara bahasa as Sunnah berarti….
a. rumah b. jalan c. pintu d. jendela
4. Wa kata sambung yang berarti ...
a. atau b. kemudian c. maka d. dan
5. Maksud al Jama‟ah adalah….umat Islam
a. minoritas b. sebagian c. jama‟ah sahabat d. jama‟ah shalat
6. Ahlussunnah Wal Jama‟ah adalah al firqah an najiyyah artinya
kelompok….
a. yang selamat b. yang benar c. yang masuk surga d. yang baik
7. Umat Islam yang mengikuti ajaran Rasulullah dan para sahabatnya baik
dalam masalah aqidah maupun ahkam disebut…
a. Wahhabi b. ahlussunnah c. hizbut Tahrir d. Hizbul ikhwan
8. Umat Islam akan terpecah menjadi ….golongan
a. 71 b. 72 c. 73 d. 74
9. Tanda kelompok Ahlussunnah Wal Jama‟ah adalah bahwa mereka selalu
menjadi kelompok….
a. mayoritas b. minoritas c. paling sedikit d. paling rajin ibadah
10. Makna al Jama‟ah dalam hadits di atas adalah….
a. mayoritas umat Islam c. minoritas umat Islam
b. shalat jama`ah d. jama‟ah tabligh

Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil


[10]
11. Sebuah kelompok yang terlampau berlebih-lebihan (ghuluw) dalam memuji
dan mensifati sayyidina Ali dan membenci semua khalifah sebelumnya
adalah….
a. Syi‟ah b. Mu‟tazilah c. Khawarij d. Ahlussunnah
12. Dalam bidang aqidah, Ahlusunnah Wal Jamaah mengikuti aqidah yang
dirumuskan oleh Imam …
a. Abul Hasan Al Asy‟ari c. as Syafi‟I
b. al Ghzali d. Junaid al Baghdadi
13. Pelaksanaan kegiatan yasinan, manaqiban, diba`an dan semacamnya
bertujuan untuk….Ahlussunnah Wal Jama‟ah
a. mempertahankan b. melestarikan
b. mengembangkan d. melemaahkan
14. Kaderisasi Aswaja dalam NU dilaksanakan oleh….
a. IPNU b. Aswaja Center c. Anshor d. LDNU
15. Olimpiade Aswaja yang belakangan sering diadakan oleh NU adalah dalam
rangka untuk…..Ahlussunnah Wal Jama‟ah
c. mempertahankan b. melestarikan
d. mengembangkan d. melemaahkan

Tadrib Tsani
B. Isilah titik-titik berikut ini dengan benar!
1. Ahlussunnah Wal Jama‟ah adalah as Sawaadul A‟dham yang artinya….
2. Rasulullah berpesan agar kita selalu bergabung dengan ….umat Islam
3. Mayoritas umat Muhammad pada setiap generasi dari dahulu hingga
sekarang adalah…..
4. Asy‟ariyah adalah….
5. Maturidiyah adalah….
6. Jika dikatakan Ahlussunnah Wal Jama‟ah maka yang dimaksud adalah….
7. Lembaga ilmiah yang dibentuk NU untuk mengemban misi
mempertahankan, mengembangkan dan melestarikan Aswaja adalah….
Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil
[11]
8. Secara bahasa sunnah berarti….
9. Kitab Risalah Aqidah Ahlussunnah Wal Jama‟ah adalah karya….
10. Kitab syarah Ihya‟ ulumiddin yang ditulis oleh az Zabidi berjudul….

Tadrib Tsalits

C. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan benar!


1. Siapakan Ahlussunnah Wal Jama‟ah?
Jawab:___________________________________________
2. Apakah makna hadits nabi “ma ana alaihi wa ashabi”?
Jawab:___________________________________________
3. Apakah tujuan komite Hijaz?
Jawab:___________________________________________
4. Sebutkan anggota komite hijaz?
Jawab:___________________________________________
5. Kenapa Asy‟ariyah dan Maturidiyyah disebut dengan Ahlussunnah Wal
Jama‟ah?
Jawab:___________________________________________

Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil


[12]
Standar Kompetensi
Memahami Sistem Bermadzhab Dalam Ahlussunnah Wal Jama‟ah
Kompetensi Dasar
Menjelaskan pengertian system Bermadzhab
Menjelaskan pentingnya system Bermadzhab dalam memahami dan
Mengamalkan ajaran Islam
Mengenal Madzhab-Madzhab Ahlussunnah Wal Jama‟ah Menurut NU

A. Pengertian Sistem Bermadzhab


Menurut bahasa madzhab berarti “jalan”. Sedangkan menurut istilah
berarti:

َّ‫اختَ َارَىاَّاْ ِل َم َُّامَّالْ ُم ْجتَ ِه ُد‬


ْ ‫بَّ َو ْاعتَ َق ََّدَّ َو‬ َّ ِ ‫فَّالْ َم َسائِ َِّلَّال‬
ََّ ‫تَّذَ َى‬ َّ ِ َّ‫اَْلَ ْح َك َُّام‬
“Hukum-hukum dalam berbagai masalah yang diambil, diyakini, dan
dipilih oleh para imam mujtahid”.
Perlu diketahui bahwa tidak semua permasalahan hukum telah
dijelaskan secara pasti (qath‟iy) di dalam al Qur‟an dan hadits. Karena itu
ijtihad dituntut dari sebagian umat Islam yang telah memenuhi syarat-
syarat tertentu.
Ijtihad adalah mengeluarkan (menggali) hukum-hukum yang tidak
terdapat nash (teks) al Qur‟an dan sunnah yang jelas tentangnya. Sedangkan
Mujtahid ialah orang yang memiliki keahlian dalam hal ini. Ia adalah
seorang yang hafal ayat-ayat ahkam, hadits-hadits ahkam serta mengetahui

Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil


[13]
sanad-sanad dan keadaan para perawinya, mengetahui nasikh dan
mansukh, „am dan khash, muthlaq dan muqayyad serta menguasai betul
bahasa Arab dengan sekira hafal pemaknaan-pemaknaan setiap nash sesuai
dengan bahasa al Qur‟an, mengetahui apa yang telah disepakati oleh para
ahli ijtihad dan apa yang diperselisihkan oleh mereka, karena jika tidak
mengetahui hal ini maka dimungkinkan ia akan menyalahi ijma'
(konsensus) para ulama sebelumnya.
Sedangkan Muqallid adalah orang yang belum sampai kepada derajat
tersebut di atas, sehingga mengamalkan pendapat-pendapat para mujtahid.
Kegitan mengamalkan pendapat-pendapat para mujtahid (taqlid) inilah
yang dimaksud dengan bermadzhab.

B. Urgensi Sistem Bermadzhab Dalam Memahami Dan


Mengamalkan Ajaran Islam
Secara global umat Islam terbagi kepada dua tingkatan; mujtahid dan
muqallid. Nabi shallallahu 'alayhi wasallam bersabda:

َُّ‫ َّفَ ُربَّ َّ ُمبَ لِّ ٍَّغ َّ َّلَ َّفِ ْق َّوَ َّ ِعْن َدَّه‬،‫اىا َّفَأَد َاىا َّ َك َما َّ ََِس َع َها‬ َّْ َِ‫اللَُّ ْامَرَّأًَّ ََِس ََّع َّ َم َقال‬
َ ‫ت َّفَ َو َع‬ َّ َّ ‫نَضََّر‬

ََّّ)‫(رواهَّالَتمذيَّوابنَّحبان‬

Maknanya: “Allah memberikan keselamatan dan wajah yang berseri-seri


di hari kiamat kepada seseorang yang mendengar perkataanku,
kemudian ia memeliharanya dan menyampaikannya sebagaimana ia
mendengarnya, betapa banyak orang yang menyampaikan tapi tidak
memiliki pemahaman (terhadapnya).” (H.R. at-Tirmidzi dan Ibnu
Hibban)

Sabda Rasulullah:

َُّ‫فَ ُربََّّ ُمبَ لِّ ٍَّغَّ َّلََّفِ ْق َّوََّ ِعْن َدَّه‬

Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil


[14]
“Betapa banyak orang yang menyampaikan (hadits) tapi tidak memiliki
pemahaman terhadapnya.”

memberikan pemahaman bahwa di antara sebagian orang yang


mendengar hadits dari Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam ada yang
hanya meriwayatkan saja dan pemahamannya terhadap kandungan hadits
tersebut kurang dari pemahaman orang yang mendengar darinya. Orang
yang kedua ini dengan kekuatan nalar dan pemahamannya memiliki
kemampuan untuk menggali dan mengeluarkan hukum-hukum dan
masalah-masalah yang terkandung di dalam hadits tersebut. Dari sini
diketahui bahwa sebagian sahabat Nabi ada yang pemahamannya kurang
dari para murid dan orang yang mendengar hadits darinya.

Para ulama hadits yang menulis karya-karya dalam ilmu


Mushthalah al Hadits menyebutkan bahwa para ahli fatwa dari kalangan
sahabat kurang dari sepuluh, yaitu sekitar enam menurut suatu pendapat.
Sebagian ulama lain berpendapat bahwa ada sekitar dua ratus sahabat
yang mencapai tingkatan Mujtahid dan ini pendapat yang lebih sahih. Jika
keadaan para sahabat saja demikian adanya maka bagaimana mungkin
setiap orang muslim yang bisa membaca al Qur‟an dan menelaah beberapa
kitab berani berkata: “Mereka (para mujtahid) adalah manusia dan kita
juga manusia, tidak seharusnya kita taqlid kepada mereka.” Padahal
telah terbukti dengan data yang valid bahwa kebanyakan ulama salaf
bukan mujtahid, mereka ikut (taqlid) kepada ahli ijtihad yang ada di
kalangan mereka.

Jadi ijtihad diperbolehkan bagi para ahli yang telah memenuhi


syarat-syaratnya, dan bukan bagi setiap individu ummat Islam. Jika ijtihad
dibolehkan bagi setiap muslim meski belum memenuhi syarat maka itu
akan mengantarkan pada kekacauan dalam agama dan hukum. Ijtihad
dengan menghalalkan sesuatu dan mengharamkannya adalah tugas
seorang mujtahid seperti Imam Malik, Imam Syafi'i, Imam Abu Hanifah
dan Imam Ahmad –semoga Allah meridlai mereka-. Tidak setiap orang

Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil


[15]
yang telah menulis sebuah buku, kecil maupun besar dapat mengambil
tugas para Imam mujtahid, sehingga berfatwa, menghalalkan ini dan
mengharamkan itu tanpa merujuk kepada perkataan para Imam mujtahid
dari kalangan salaf dan khalaf yang telah dipercaya oleh ummat karena
jasa-jasa baik mereka.

Dan demikianlah kenyataannya, Allah telah membangkitkan untuk


berkhidmat kepada agamanya para ulama‟ yang amanah, bertakwa dan
wara‟, dan Allah perintahkan agar ummat merujuk kepada mereka dalam
urusan agama mereka, Allah ta‟ala berfirman:

ََّّَّَّَّَّَّَّَّ

Maknanya: “Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai


pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (Q.S. an-Nahl: 43)

Di antara Ahl adz-Dzikr tersebut adalah para pendiri madzhab


empat; asy-Syafi‟i, Malik, Abu Hanifah dan Ahmad. Kemudian para ulama
mujtahid tersebut dan lainnya tidak pernah mensyaratkan kepada orang
yang hendak mengikuti madzhab mereka bahwa ia harus mengetahui dalil
dan metode istinbath-nya, sebagaimana para sahabat juga tidak selalu
menjelaskan dalil ketika menyampaikan fatwa kepada ummat.

Dari semua uraian di atas, hendaklah kita berhati-hati dan waspada


terhadap mereka yang menganjurkan para pengikutnya untuk berijtihad,
padahal mereka sendiri, juga para pengikutnya sangat jauh dari tingkatan
ijtihad. Mereka dan para pengikutnya adalah para pengacau dan perusak
agama. Termasuk kategori ini adalah orang-orang yang biasa membagikan
di majelis-majelis mereka lembaran-lembaran tafsiran suatu ayat atau
hadits, padahal mereka tidak pernah belajar ilmu agama secara langsung
kepada para ulama. Mereka ini telah menyalahi para ulama ushul fiqh,
ulama hadits dan lainnya.

Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil


[16]
C. Madzhab-Madzhab Ahlussunnah Wal Jama’ah Menurut NU
Secara umum ajaran Islam terdiri dari tiga unsur pokok yaitu akidah,
syari‟ah/ahkam dan akhlak. Tiga unsur ajaran Islam ini biasa di sebut
dengan syajaratul Islam (pohon Islam), karena ketiganya tidak dapat
dipisahkan satu dengan lainnya. Akidah adalah dasar dan pokoknya,
syari‟ah adalah cabang-cabangnya, sedangkan akhlak adalah buahnya. Buah
tidak akan dapat muncul bila tidak ada cabang dan pokok, begitu juga
cabang tidak akan dapat tegak apabila tidak ada pokok atau akarnya.
Karena itu akidah merupakan hal yang paling mendasar dalam Islam.
Dalam menjalankan ketiga unsur ajaran Islam di atas rujukan utama
Ahlussunnah Wal Jama‟ah adalah al Qur‟an dan Sunnah Rasulullah
shallallahu „alayhi wasallam.َّ
Namun dalam memahami al Qur‟an dan hadits -sebagaimana telah
diuraikan di atas- Ahlussunnah Wal Jama‟ah mengikuti pemahaman para
mujtahid terhadap keduanya (bermadzhab). Ahlussunnah Wal Jama‟ah
tidak seperti kelompok non Aswaja yang mengusung moto “kembali kepada
al Qur‟an dan hadits”, dengan maksud memahami al Qur‟an dan hadits
secara langsung dengan membeli al Qur‟an terjemah atau buku-buku
terjemahan hadits tanpa mengikuti pemahaman seorang mujtahid.
Pemahaman al Qur‟an dan hadits dengan mengikuti pemahaman
seorang mujtahid dimaksudkan untuk menjaga kemurnian ajaran Islam.
Sebab al Qur‟an dan hadits nabi tidak cukup dipahami hanya dengan modal
al Qur‟an terjemah. Akan tetapi membutuhkan piranti-piranti lainnya
seperti asbab an nuzul, nasikh dan nasikh, ushul fiqh, bahasa arab,
nahwu, sharah, „am dan khash, muthlaq dan muqayyad dan lain
sebagainya.
Pemahaman terhadap al Qur‟an dan hadits tanpa melalui pemahaman
para mujtahid sangat rentan kesalahan dan penyimpangan. Karena itu
Ahlussunnah Wal Jama‟ah menganut pemahaman agama dengan system
bermadzhab.
Adapun madzhab yang dianut oleh NU adalah sebagai berikut:
Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil
[17]
1. Akidah
NU dalam bidang akidah mengikuti akidah Nabi dan para sahabatnya
berdasarkan rumusan imam Abu Hasan al Asy‟ari dan imam Abu Mansur
al Maturidi. Dalam naskah khithah NU pasal 3 point (b), disebutkan
bahwa dalam bidang akidah, NU mengikuti faham Ahlussunnah wal
Jamaah yang dipelopori oleh imam Abu Hasan al Asy‟ari dan imam Abu
Manshur al-Maturidi.
Pemikiran kedua tokoh ini dipilih karena:
a. Rumusan akidah Asy‟ariyah dan Maturidiyah didukung dengan dalil
naqli (al Qur‟an dan hadits) yang cukup dan dibuktikan kebenarannya
oleh dalil aqli yang tidak dapat terbantahkan. Sehingga tidak ada
pertentangan antara al Qur‟an dan akal.
b. Akidah Asy‟ariyah dan Maturidiyah dianut oleh para pembesar ulama
dalam semua disiplin ilmu; para mutakallimin, ushuliyyin, fuqaha`,
muhadditsin, shufiyyin dan lainnya. Mereka seperti al Khatib al
Baghdadi, al Hafidz ad Daruquthni, Abdul Basith a Fakhuri, Ibnu
Hajar al Asqalani, al Imam ar Rifa‟I, al Hafidz al Iraqi, Abu Bakar Ibn
Furak, Abul Hasan al Bahili, al Qadhi Abdul Wahhab al Maliki,Abul
Qasim al Qusyairi, Zakariya al Anshari, al Ghazali, al Qadhi Iyad, Ibnu
Aqil al Hanbali, al Hafidz al Alai, Abu Bakar al Bakilani, al Imam al
Juwaini, Taqiyuddin as Subki, Fakhruddin Ibn Asakir, al Hafidz az
Zabidi, dan lainnya tidak terhitung banyaknya.
c. Akidah Asy‟ariyah dan Maturidiyah dianut oleh para sultan yang
shalih seperti Shalahuddin al Ayyubi, Mudzafaruddin al Kaukabri dan
bahkan oleh sultan Muhammad al Fatih yang telah dikabarkan oleh
Nabi sebagai pemimpin yang paling baik. Rasulullah shallallahu
„alayhi wasallam bersabda:

َّ‫ش‬ ََّ ِ‫شَّ َذل‬


ُ ‫كَّاْْلَْي‬ َُّ ‫لَتُ ْفتَ َحنََّّاْل َق ْسطَْن ِطْينِي َّةَُّفَلَنِ ْع ََّمَّاْأل َِمْي َُّرَّأ َِمْي ُرَىاَّ َولَنِ ْع ََّمَّاْْلَْي‬

Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil


[18]
Maknanya: “Konstantinopel benar-benar akan ditakhlukkan, maka
benar-benar sebaik-baik pemimpin adalah pemimpinnya dan
sebaik-baik tentara adalah tentara itu”
d. Akidah Asy‟ariyah dan Maturidiyah bersifat muktadil (moderat),
tidak ghuluw (berlebihan/melampau batas yang diperintahkan) juga
tidak taqshir (cenderung mengabaikan ajaran agama), tidak ifrath
(ekstrim kanan) juga tidak tafrith (ekstrim kiri).
2. Bidang syari’ah
Dalam bidang syari‟ah atau fiqh NU mengikuti rumusan salah satu dari
madzhab empat yaitu:
a. Madzhab Hanafiy yang rumuskan oleh imam Abu Hanifah an Nu‟man
bin Tsabit
b. Madzhab Maliky yang dirumuskan oleh imam Malik bin Anas
c. Madzhab Syafi‟iy yang dirumuskan oleh imam Muhammad bin Idris
as Syafii
d. Madzhab hanbaliy yang dirumuskan oleh imam Ahmad bin Hambal

Alasan utama pemilihan empat madzhab di atas diantaranya adalah:

a. Madzhab-madzhab tersebut adalah madzhab Ahlussunnah Wal


Jama‟ah. Seluruh para ulamanya mengikuti akidah Asy‟ariyah dan
Maturidiyah dalam bidang akidah.
b. Empat imam madzhab tersebut dalam bidang akidah memiliki
rumusan yang sama dengan Asy‟ariyah dan Maturidiyah
c. Empat madzhab tersebut adalah madzhab yang terbukti mampu
bertahan sampai sekarang setelah melalui seleksi alam. Sedangkan
madzhab ahlussunnah lainnya seperti madzhab Sufyan At Tsauri dan
al Auzaiy telah punah.
d. Empat imam madzhab tersebut mempunyai murid yang secara
istiqamah mengajarkan madzhab sang guru, berdasarkan buku unduk
dari karya sang imam
e.
Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil
[19]
3. Bidang Akhlak/Tashawuf
Dalam bidang akhlak/tashawuf NU mengikuti ajaran tashawwuf yang
dirumuskan oleh imam al Ghazali dan imam Junaid al Baghdadi.
Rumusan dua imam Shufi ini didasarkan pada beberapa alasan, antara
lain:
a. Rumusan tashawwuf dua imam tersebut didasarkan pada akidah
Ahlussunnah Wal Jama‟ah. Sehingga ajaran tashawwuf mereka
terbebas dari akidah yang menyimpang dari akidah Ahlussunnah Wal
jama‟ah seperti akidah hulul dan al wahdah al muthlaqah. Hulul
adalah akidah menyimpang yang mengatakan bahwa Allah bertempat
pada sebagian tubuh walinya, sedangkan al wahdah al muthlaqah
adalah akidah menyimpang yang mengatakan bahwa Allah itu
bersatu dengan alam, bahwa masing-masing dari alam semesta ini
adalah bagian dari Allah.
b. Rumusan tashawwuf dua imam tersebut didasarkan pada syari‟at
yang benar. Tidak mempertentangkan antara hakekat, thariqah dan
syari‟ah, juga tidak mempertentangkan antara dhahir dan bathin.
Tidak ada hakekat tanpa syari‟at. Imam Junaid al Baghdadi
pemimpin para sufi mengatakan:

َّ‫اللِ َّ َم ْس ُد ْوَدَّةٌ َّإِلَّ َّ َعلَى‬ ََّ ِ‫السنَّ َِّة َّإِ َِّذ َّالط ِريْ َُّق َّإ‬
َّ َّ ‫ل‬ ُّ ‫اب َّ َو‬ ِ ْ‫ط َّبِا‬
َِّ َ‫لكت‬ ْ ‫طَ ِريْ ُقنَا َّ َى َذا َّ َم‬
ٌَّ ‫ضبُ ْو‬
ِ‫الل‬
َّ َّ‫ارَّ َر ُس ْوَِّل‬ ََّ ْ ‫اْمل ْقتَ ِف‬
ََّ َ‫يَّءَاث‬
“Jalan kita ini (tasawwuf) diikat dengan al Qur‟an dan sunnah ُ
Rasul, karena sesungguhnya setiap jalan menuju Allah itu tertutup
kecuali bagi mereka yang berpegang teguh dengan apa yang
digariskan Rasulullah”
c. Hakekat tashawwuf menurut mereka adalah ilmu dan amal. Sehingga
tashawwuf mereka selalu menekankan kepada umat Islam untuk
menuntut ilmu, bertashawwuf dengan ilmu tidak bertashawwuf
dengan kebodohan.

Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil


[20]
Tadrib Awwal

A. Berilah tanda silang (X) pada huruf a,b.c atau d pada jawaban
yang tepat!
1. Secara bahasa madzhab berarti ….
a. jalan c. rumah
b. pergi d. airan
2. Orang yang memiliki keahlian untuk ijtihad disebut…
a. muqallid c. mujtahid
b. kyai d. ulama
3. Orang yang tidak memiliki keahlian untuk ijtihad disebut …
a. muqallid c. mujtahid
b. kyai d. ulama
4. Umat Islam terbagi menjadi…bagian
a. 4 b. 3 c. 2 d. 1
5. Jumlah mujtahid dari kalangan sahabat adalah…
a. 10 b. 50 c. 100 d. 200
6. Apabila ijtihad dilakukan oleh semua orang maka akan
mengantarkan….dalam agama
a. kekacauan b. kehebatan c. keluesan d.kebaikan
7. Berikut ini yang bukan nama imam madzhab empat…
a. al Auza‟iy b. As syafi‟iy c. Abu Hanifah d. Ahmad
8. Madzhab Fiqih yang diakui oleh NU berjumlah….
a. 5 b. 4 c. 3 d. 2
9. Dalam Tashawwuf NU mengikuti imam…
a. Al Junaid al Baghdadi b. Abu Hanifah
b. Malik bin Anas d. as Syafi‟iy
10. Dalam bidang akidah NU mengikuti imam…
a. Hasyim Asy‟ari b. Abu Hanifah
b. Abul Hasan Asy‟ari d. as Syafi‟iy
Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil
[21]
11. Dasar tashawwuf Ahlussunnah Wal Jama‟ah adalah…
a. Al Qur‟an saja c. as Sunnah saja
b. Al Qur‟an dan hadits d. Ijma‟
12. Salah satu paham yang menyimpang dari tashawwuf Ahlussunnah Wal
Jama‟ah adalah….
a. Al wahdah al muthlaqah c. hulul
b. Kebatinan d. tauhid
13. Keyakinan bahwa Allah bertempat pada sebagian walinya adalah ajaran
tashawwuf yang sesat, ajaran ini disebut dengan….
a. Al wahdah al muthlaqah c. hulul
b. Kebatinan d. tauhid
14. Madzhab Hanafi dirumuskan oleh….
a. Anas bin Malik c. Malik bin Anas
b. Muhammad bin Idris d. Abu Hanifah
15. Madzhab Malikiy dirumuskan oleh….
a. Anas bin Malik c. Malik bin Anas
b. Muhammad bin Idris d. Abu Hanifah

Tadrib Tsani

B. Isilah titik-titik berikut ini dengan benar!


1. Akidah, syari‟ah dan tashawwuf biasa disebut dengan….
2. Pendiri madzhab Hanbaliy adalah....
3. Muhammad bin Idris adalah perumas madzhab....
4. Pengikut imam Abul Hasan al Asy‟ari disebut….
5. Pengikut imam Abu Manshur al Maturidi disebut....
6. Hakekat tashawwuf adalah....
7. Rumusan akidah Asy‟ariyah dan Maturidiyah didukung dengan dalil naqli
(al Qur‟an dan hadits) dan dibuktikan kebenarannya oleh….
8. Diantara sultan yang berakidah Ahlussunnah Asy‟ariyah adalah….
Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil
[22]
9. Hukum-hukum dalam berbagai masalah yang diambil, diyakini, dan dipilih
oleh para imam mujtahid disebut dengan….
10. Kelompok yang melarang pengikutnya untuk taqlid, berarti mereka telah
mengajak mereka….tanpa ilmu

Tadrib Tsalits

C. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan benar!


1. Siapakah mujtahid itu?
Jawab: __________________________________________
2. Siapakah muqallid itu?
Jawab: __________________________________________
3. Jelaskan pengertian madzhab?
Jawab: __________________________________________
4. Kenapa dalam mengamalkan ajaran agama kita harus bermadzhab?
Jawab: __________________________________________
5. Sebutkan 4 madzhab fiqih dengan pendirinya!
Jawab: __________________________________________

Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil


[23]
Standar Kompetensi
Memahami amaliah Nahdlatul Ulama
Kompetensi Dasar
Menjelaskan cara penetapan awal dan akhir bulan Ramadlan
Menjelaskan tata cara shalat tarawih dan witir
Menjelaskan tata cara shalat „Id
Mengamalkan tata cara shalat tarawih, witir dan id

A. Penetapan Awal Dan Akhir Bulan Ramadlan


Para ulama madzhab empat dan lainnya telah bersepakat bahwa dasar
untuk menentukan awal Ramadhan adalah sebagai berikut:
“Mengamati hilal (bulan tanggal satu) ketika matahari tenggelam tanggal
29 Sya‟ban, apabila hilal dapat dilihat maka hari berikutnya adalah awal
Ramadhan dan apabila hilal tidak terlihat maka hari besoknya adalah
tanggal 30 Sya‟ban dan hari setelahnya adalah awal Ramadhan”.
Metode ini telah dilakukan oleh seluruh umat Islam di semua Negara.
Para ulama fikih telah menfatwakan dan menetapkan bahwa metede
tersebutlah yang dapat dijadikan sebagai pedoman, dan tidak boleh
berpegang pada perkataan ahli hisab dan ahli falak untuk menetapkan awal
bulan Ramadhan atau selesainya Ramadhan.
Imam Ahmad dalam musnadnya dan Muslim dalam kitab shahihnya
serta an Nasai dan ibnu Majah dalam kitab Sunannya telah meriwayatkan

Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil


[24]
hadits dari Abi Hurairah bahwa Rasulullah –shallallahu „alaihi wasallam-
bersabda:

ََّ ِْ‫ص ْوُم ْوا َّثََالث‬ ِ ِ


َّ‫ي‬ ُ َ‫ص ْوُم ْوا َّ َوإِ َذا َّ َرأَيْتُ ُمَّْوَّهُ َّفَافْطُروا َّفَإِ َّْن َّغُمَّ َّ َعلَْي ُك َّْم َّف‬
ُ َ‫إِ َذا َّ َرأَيْتُ َُّم َّاهلالَ ََّل َّف‬
َّ‫يَ ْوًما‬
“Apabila kalian melihat hilal maka berpuasalah dan apabila kalian
melihatnya maka berhari rayalah dan apabila tertutup mendung maka
berpuasalah 30 hari”.
Al Bukhari meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda:
ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ِِ ِ
َ ْ ‫ص ْوُم ْواَّلُرْؤيَت َّوَّ َوأَفْطُرْواَّلُرْؤيَت َّوَّفَِإ َّْنَّغُمََّّ َعلَْي ُك َّْمَّفَأَ ْكملُ ْواَّعدََّةَّ َش ْعبَا ََّنَّثَالَث‬
َّ‫ي‬ ُ
“Berpuasalah karena melihat hilal dan berhari rayaah karena melihat
hilal apabila tertup mendung maka sempurnakanlah bilagan sya‟ban 30
hari”
Penetapan awal dan akhir bulan Ramadlan dengan hisab/ falak
adalah tidak pernah diamalkan oleh Rasulullah dan khulafa‟u Rasyidun
serta diperselisihkan keabsahannya di kalangan para ulama Ahlussunnah
wal Jama‟ah (lihat hasil musans Ulama NU tahun 1408/1987 di PP Ihya
Ulumiddin Cilacap).
Hanya saja secara garis besar kita harus mengakui bahwa di kalangan
ulama Syafi‟iyah terdapat riwayat yang mengakomodasi metode hisab-falak
dan memperbolehkannya sebagai dasar bagi para ahli hisab itu sendiri dan
mereka yang mempercayai terhadap ahli hisab tersebut. Artinya, dalam
pendapat inipun, hisab tidak dapat digunakan sebagai dasar penetapan yang
mengikat umat secara umum maupun dalam lingkup yang lebih terbatas.
Seorang mufti Mesir yang terkenal dalam madzhab Malikiy Syekh
Muhammad Ahmad „Ullaisys al Malikiy (W 1299H) dalam kitab Fathal „Aliy
al Maalikiy juz 1 hal. 168 cet. Dar al Fikr menyatakan bahwa: memang
diakui adanya riwayat yang memperbolehkan untuk menggunakan hisab
dalam Malikiyah dan Syafi‟iyah akan tetapi perlu diketahui bahwa riwayat
tersebut adalah:
Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil
[25]
1. Syadzdzah (menyimpang dari ijma‟)
2. Muqaayyadah (terikat) hanya bagi pribadi ahli hisab
3. Muqayyadah (terikat) dengan keadaan kabut dan sesamanya sehingga
waktu itu hilal tidak berhasil dirukyah.
Syekh Sahal Mahfudz Rais Syuriyah PBNU dalam buku Dialog
dengan Kyai Sahal hal. 76 mengatakan bahwa di kalangan NU yang
berprinsip moderat hisab terkait dengan penetapan awal bulan maupun
bulan-bulan yang lain adalah metode yang dibutuhkan, namun hanya
sebatas metode pendamping, untuk membantu atau mempermudah rukyah
seperti untuk memprediksi letak dan posisi hilal. Adapun hasil akhirnya
tetap berdasarkan pada hasil rukyah langsung.
Ketentuan ini tidak perlu merepotkan kita sebagai orang awam,
karena rukyah untuk penetapan awal Ramadhan, „Idul Fithri dan „Idul Adha
adalah fardhu kifayah. Pelaksanaan rukyah yang diusahakan oleh
pemerintah adalah sudah cukup sebagai pelaksanaan fardhu kifayah
tersebut bagi seluruh umat Islam Indonesia. Untuk itu kaum muslimin,
khususnya Nahdhiyyin, untuk kepentingan memulai puasa Ramadhan,
melaksanakan „Idul Fithri dan „Idul Adha diimbau agar menyimak
pengumuman dan itsbat pemerintah pusat (KEMENAG) mengenai
penetapan awal Ramadhan, „Idul Fithri dan „Idul Adha melalui media cetak
atau elektronik. Jika pengumuman dan penetapannya didasarkan rukyatul
hilal atau istikmal maka wajib diikuti dan ditaati, tetapi jika pengumuman
dan penetapan pemerintah hanya semata-mata berdasarkan hisab maka
tidak wajib untuk diikuti dan ditaati.
Bagi kalangan Hasibin yang berpegang teguh pada hasil hisabnya
ketika rukyah tidak berhasil karena tertutup kabut misalnya dan yang
mempercayainya maupun bagi orang yang berhasil melihat hilal meskipun
ditolak oleh hakim untuk diitsbatkan dan yang mempercayai ikhbarya
secara fikih memang dimungkinkan dan dapat dilegalkan untuk berbeda
dengan penetapan pemerintah/hakim. Meski demikian ada etika syar‟iy
yang harus dipenuhi oleh mereka dalam rangka menghindari fitnah dan
Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil
[26]
kesalahpahaman di kalangan masyarakat. Etika syar‟iy yang dimaksud
adalah bahwa mereka yang melaksanakan hari raya mendahului itsbat
pemerintah berkewajiban untuk menyamarkan, dan haram hukumnya bagi
mereka untuk menyiarkan atau menampakkan kegiatan yang berhubungan
dengan syiar hari raya kepada orang lain, misalnya bertakbiran
menggunakan pengeras suara dan lain-lain.
Dan perlu diketahui bahwa ormas Islam, perkumpulan atau lembaga-
lembaga di luar pemerintah (terlebih perorangan) dalam pandangan fikih,
tidak mempunyai wewenang apapun untuk mengitsbatkan kapan datangnya
awal bulan. Karena penetapan awal bulan Qamariyyah adalah wewenang
pemerintah.
Penjelasan di atas adalah sesuai dengan ruh keputusan munas alim
ulama NU tahun 1404/1983 M, keputusan Muktamar NU ke 27 tahun 1405
H/ 1984 dan hasil munas ulama NU tahun 1408 /1987.
B. Shalat tarawih
Shalat Tarawih adalah shalat sunnah yang dilakukan setelah shalat „isya
di bulan Ramadlan yang jumlah rakaatnya 20 rakaat. Dinamakan tarawih
karena dahulu para sahabat beristirahat setelah melakukan empat rakaat
(setiap dua kali salam).
Waktu shalat tarawih adalah setelah melakukan shalat Isya‟ walaupun
pada waktu maghrib dalam jama‟ taqdim, sampai dengan terbitnya fajar
shadiq.
Jumlah Rakaat Shalat Tarawih selain penduduk Madinah adalah 20
Rakaat dengan 10 kali salam. Apabila dilakukan dengan 4 rakaat dengan
satu kali salam maka tidak sah. Sedangkan melakukan shalat tarawih hanya
11 rakaat dengan berpedoman hadits yang diriwayatkan oleh „Aisyah
radliyallahu „anha adalah tidak tepat, karena dalam hadits tersebut
menjelaskan shalat yang dilakukan oleh Rasulullah pada Ramadlan dan
lainnya. Selain itu Rasulullah tidak pernah menyebutnya dengan shalat
tarawih.
Syekh Zakariya al Anshari dalam kitab fathul Wahhab menegaskan:
Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil
[27]
َِّ َ‫َوَم ْذ َىبُنَا َّاَنَّ َّالت َرا ِويْ ََّح َّعِ ْشُرْو ََّن َّ َرْك َع َّةً َّلِ َما َّ َرَوى َّالْبَ ْي َه ِقى َّ َو َغْي ُرَّهُ َّبِاْ ِل ْسن‬
َّ‫اد َّالص ِحْي َِّح َّ َع َِّن‬

َّ‫َّ ُكناَّنَ ُق ْوَُّمَّ َعلَىَّ َع ْه َِّدَّعُ َمََّرَّبِعِ ْش ِريْ ََّنَّ َرْك َع َّةًَّ َوالْ ِوتْ ََّر‬:َّ‫ال‬ َّ ِ ‫بَّبِ َّْنَّيَِزيْ َِّدَّالص َح‬
ََّ َ‫ابَّق‬ َّْ ِ‫السائ‬

Maknanya: “Adapun mazhab kami adalah sesungguhnya shalat tarawih


itu 20 rakaat, sebagaimana yang diriwayatkan oleh imam al Baihaqi
dan yang lainnya dengan sanad yang shahih dari Saib bin Yazid bahwa
beliau berkata: kami mengerjakan shalat tarawih pada masa Umar 20
rakaat dan shalat Witir”.

Contoh niat shalat Tarawih adalah:


ََّّ‫ال‬ َّ ًََّّ‫ َمأْ ُم ْوًماَّأ ََد َّاء‬/‫يَّ ُم ْستَ َّْقبِ ََّلَّاْ ِلقْب لََِّةَّإِ َم ًاما‬
ََّ ‫للَِّتَ َع‬ َِّ ْ َ‫صلِّ َّْيَّ ُسن َّةََّالت َرا ِويْ َِّحَّ َرْك َعت‬
َ ُ‫ا‬
Maknanya: “Aku melakukan shalat sunat tarawih 2 rakaat, seraya
menghadap qiblat, dengan menjadi imam/makmum secara ada`,
karena Allah ta'aalaa”.

C. Shalat witir
Shalat witir adalah termasuk salah satu jenis shalat sunnah malam
yang dilakukan dengan bilangan yang ganjil. Shalat witir hukumnya
sunnah muakkadah yaitu sunnah yang ditekankan sekali. Meskipun
ditekankan sekali namun bukan berarti menjadi wajib. Rasulullah
shallallahu „alayhi wa sallam sendiri tidak pernah meninggalkan shalat
witir baik saat bermukim maupun sedang bepergian.
Waktu shalat witir adalah setelah shalat „Isya sampai terbitnya Fajar
Shadiq, dan dapat dilakukan pada waktu Maghrib dalam jama‟ taqdim.
Batas minimal rakaat shalat witir adalah 1 rakaat, batasan minimal
sempurna adalah 3 rakaat dan yang paling sempurna adalah 11 rakaat.
Apabila shalat witir dilakukan lebih dari 1 rakaat, maka sebaiknya memisah
di antara 2 rakaat dengan salam.

Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil


[28]
ٍَّ َ‫َحبَّ َّأَ َّْن َّيُ ْوتََِّر َّبِثَال‬
َّ‫ث‬ ٍَّ ‫َحبَّ َّأَ َّْن َّيُ ْوتََِّر َِِّبَ ْم‬
َ ‫س َّفَلْيَ ْف َع َّْل َّ َوَم َّْن َّأ‬ َ ‫ال ِوتْ َُّر َّ َحقَّ َّفَ َم َّْن َّأ‬
)‫اح َدَّةٍَّفَ ْليَ ْف َع َّْلَّ(رواهَّأبوَّداودَّوالنسائ‬
ِ ‫فَ ْلي ْفع َّلَّوم َّنَّأَحبََّّأَ َّْنَّي وتَِّرَّبِو‬
َ َ ُْ َ ْ ََ ْ َ َ
Maknanya: “Witir itu adalah haq, maka barang siapa yang suka
melaksanakan 5 rakaat maka laksanakanlah, dan barang siapa yang
suka melaksanakannya tiga rekaat maka laksanakanlah, dan barang
siapa yang suka mengerjakan witir satu rekaat maka laksanakanlah”
(HR Abu Dawud dan an Nasa‟i)
Menyambung shalat witir (langsung 3 rakaat seperti shalat
Maghrib) hukumnya makruh.
Contoh niat shalat witir 1 rakaat:

َّ‫للَِّتَ َع َال‬
َّ َّ‫صلِّ َّْيََّّ َرْك َعة ال ِوتْ َِّر‬
َ ُ‫ا‬
Aku melakukan shalat sunat witir 1 rakaat karena Allah ta'ala

Niat Shalat Witir

ََّ ‫تَّال ِوتْ َِّرَّلِل َِّوَّتَ َع‬


َّ‫ال‬ ََّْ ‫صلِّ َّْيَّ َرْك َع‬
َ ُ‫ا‬
Aku melakukan shalat sunat witir 2 rakaat, karena Allah ta'ala.

Niat Shalat Witir yang satu rakaat

َّ‫للَِّتَ َع َال‬
َّ َّ‫صلِّ َّْيََّّ َرْك َع َّةًَّ ِم ََّنَّال ِوتْ َِّر‬
َ ُ‫ا‬
Aku melakukan shalat sunnah witir 1 rakaat, karena Allah ta'ala.
Dalam pelaksanaannya, pada rakaat pertama sunnah membaca
surah al A‟la, dan pada rekaat kedua sunnah membaca surah al Kafirun.
Sedangkan pada satu rekaat berikutnya disunnahkan membaca surah al
Ikhlash, al Falaq dan an Nas.

Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil


[29]
Khusus di bulan Ramadlan warga NU mengerjakan shalat witir
sesudah shalat tarawih dengan jumlah rakaat 3 dengan dua kali salam.
Pada malam tanggal 15 hingga akhir Ramadlan pada rakaat terakhir witir
sesudah I‟tidal disunnahkan membaca do‟a qunut. Hal ini sebagaimana
keterangan dalam kitab fathul qarib bahwa:

ِ َّ ِ ‫فَّالث‬
َِّ ‫ِّص‬ َّ ِ َّ‫ف)َّاَ ِخ َِّرَّ(الْ ِوتْ َِّر‬
َّ ٍ (َّ‫ت‬
َ ‫انَّم َّْنَّ َش ْه َِّرَّ َرَم‬
َّ)‫ضا ََّن‬ ْ ‫فَّالن‬ َُّ ‫( ََّو)َّالْ ُقنُ ْو‬
Maknanya: “Dan membaca doa qunut pada akhir shalat witir pada paro
kedua dari bulan Ramadlan”.

Tugas

1. Hafalkan wirid dan doa setelah shalat taraweh dan shalat witir
2. Praktikkan bacaan bilal dalam shalat tarawih dan witir

D. Shalat hari raya

Tidak ada perbedaan pendapat di kalangan umat Islam bahwa pada


hari raya idul fitri (1 syawal) dan hari raya idul adha (10 dzulhijah)
disunnahkan shalat dua rakaat dilanjutkan dengan khutbah „id oleh imam
atau khatib, perbedaannya hanya terletak pada tempat pelaksanaan hari
raya tersebut. Dalam hal ini warga NU memilih melaksanakan shalat „id di
masjid, sebagaimana keterangan dalam kitab Fathul Wahhab:

َّ‫ضْي ِق َِّو‬ ِ ِ ِ ِ ِ ْ‫فَّالْمس ِج َِّدَّاَف‬ ِ ِ


َ ‫ض َُّلَّل َشَرف َّوَّالََّّلعُ ْذ ٍَّرَّ َك‬
َ ْ َ َّ َّ‫َوف ْعلُ َها‬
Maknanya: “Mengerjakan shalat id di masjid lebih utama, karena
merupakan tempat yang mulia, kecuali apabila ada halangan seperti
masjid terlalu sempit”.
Memang dalam keterangan yang lain dijelaskan bahwa nabi selalu
melaksanakan shalat „id di lapangan. Akan tetapi hal ini dilakukan nabi
bukan tanpa alasan. Nabi melakukan ini masjid pada masa itu terlalu

Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil


[30]
sempit untuk menampung jamaah shalat „id. Ibnu Hajar al Haitami dalam
kitab Tuhfatul Muhtaj mengatakan bahwa:

َِّ‫ص ْغ َِّرَّ َم ْس ِج ِدَّه‬ ِ ِ َّ ‫اعَّوردََّّبِاَن َّوَّاَِّنَاَّخر‬ ِ ِ َ ‫فَّالص ْخر َِّاءَّاَْف‬


َّ ِ َّ‫َوقِْي ََّلَّ َوفِ ْعلُ َها‬
ُ ‫جَّالَْي َهاَّل‬
َ َ َ ُ ُ َ َِّ َ‫ض َُّلَّلالتِّب‬ َ
Maknanya: “Ada yang mengatakan bahwa shalat id lebih utama
dilakukan di lapangan karena mengikuti tindakan nabi, namun
pernyataan ini dapat dibantah bahwa Nabi melakukan shalat id di
lapangan karena sempitnya masjid untuk menampung jamaah”.
Shalat „id di masjid lebih utama dari pada shalat „id di lapangan
disebabkan beberapa hal, antara lain:
1. Masjid adalah tempat yang paling mulia
2. Para jama‟ah dapat melakukan shalat tahiyyatul masjid
3. Para jama‟ah dapat melakukan I‟tikaf
Tata Cara Shalat ‘Id
1. Panggilan jama‟ah shalat „id adalah “ as shalatu jaami‟ah” tanpa adzan
dan iqamah
2. Berdiri bagi yang mampu
3. Niat bersamaan dengan takbiratul ihram
Lafadh niyyat adalah sebagai berikut:

َّ‫ال‬ َّ ًَّ‫يَّ ُسن َّةََّ ِعْي َِّدَّاْ ِلفطْ َِّرَّاََد َّاء‬


َ ‫للَِّتَ َع‬ َِّ ْ َ‫صلِّىَّ َرْك َعت‬
َ ُ‫ا‬
Saya melakukan shalat 2 rakaat sunnah „idil fitri secara ada` karena
Allah ta‟aalaa
ِ ‫يَّسنَّةََّ ِعي‬
َّ‫ال‬
َ ‫تع‬
َ َّ ‫لل‬ ََّّ
‫اء‬
ً ‫د‬
َ ‫ا‬
َ َّ ‫ى‬‫ح‬َ ‫ض‬
ْ ‫ل‬
َ ‫ا‬
ْ َّ َّ
‫د‬ ْ ُ َِّ ْ َ‫صلِّىَّ َرْك َعت‬
َ ُ‫صلِّىَّا‬
َ ُ‫ا‬
Saya melakukan shalat 2 rakaat sunnah „idil adlha secara ada` karena
Allah ta‟aalaa
4. Membaca Do‟a Iftitah

Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil


[31]
5. Takbir 7 kali (selain takbiratul Ihram) pada rakaat yang awal dan 5 kali
pada rakaat yang kedua (selain takbir berdiri). Di antara setiap dua
takbir membaca:

َّ‫اللَُّأَ ْكبَ ُر‬ َّ ََّّ‫للَِّ َو َّلََّإِ َّلوََّإِل‬


َّ َّ‫اللَُّ ََّو‬ َّ َّ‫اللَِّ َواْْلَ ْم َُّد‬
َّ َّ‫ُسْب َحا ََّن‬
6. Membaca Ta‟awwudz
7. Membaca Surah al Fatihah
8. Membaca surah Qaaf pada rakaat yang pertama dan surah al Qamar
pada rakaat yang kedua. Atau membaca surah al A‟laa pada rakaat yang
pertama dan surah al Ghasyiyah pada rakaat yang kedua. Atau
membaca surah al Kafirun pada rakaat yang pertama dan surah al
Ikhlash pada rakaat yang kedua
9. Selanjutnya seperti melakukan shalat-shalat yang lainnya
10. Setelah selesai melakukan shalat, disunnahkan melakukan 2 khuthbah.
Khuthbah „Id sama dengan Khuthbah Jum‟ah dalam beberapa rukun dan
sunnahnya, tidak dalam syarat-syaratnya. Dalam Khuthbah „Id
disunnahkan takbir 9 kali pada permulaan khuthbah pertama, dan 7 kali
pada permulaan khuthbah kedua.

Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil


[32]
Tadrib Awwal

A. Berilah tanda silang (X) pada huruf a,b.c atau d pada jawaban
yang tepat!
1. Melihat bulan tanggal satu disebut….
a. rukyah b. hisab c. istikmal d. semua benar
2. Metode penentuan awal dan akhir Ramadlan adalah dengan…
b. rukyah b. hisab c. falak d. semua benar
3. Menyempurnakan bilangan bulan Sya‟aban menjadi 30 hari disebut….
c. rukyah b. hisab c. istikmal d. semua benar
4. Metode yang tidak dapat dijakan sebagai pedoman dalam penetapan awal
dan akhir Ramadlan adalah….
d. rukyah b. hisab c. istikmal d. semua benar
5. Sebagian ulama ada yang memperbolehkan ahli hisab untuk mengamalkan
hasil hisabnya dengan ketentuan….
a. diumumkan c. tidak diumumkan
b. mengajak orang lain d. takbiran
6. Menurut kyai Sahal fungsi hisab adalah sebagai metode …
a. pokok b. utama c. penentu d. pendamping
7. Penetapan awal bulan Qamariyyah adalah wewenang ….
a. Kyai b. ahli hisab c. pemerintah d. pondok pesantren
8. Metode penentuan awal Ramadlan adalah sesuai dengan hasil keputusan
munas alim tahun….
a. 1893 b. 1983 c. 1938 d. 1988
9. Jumlah rakaat shalat tarawih adalah…
a. 20 b. 10 c. 8 d.4
10. Jumlah salam dalam shalat tarawih adalah….
a. 4 b. 8 c. 10 d. 20

Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil


[33]
11. Shalat „id di Masjid lebih utama dari pada shalat di lapangan, karena
masjid…
a. tempat yang paling mulia c. tempat paling luas
b. tempat paling dekat d. tempat paling layak
12. Bacaan qunut dibaca dalam shalat witir pada….
c. Separo pertama bulan Ramadhan
d. Separo akhir bulan Ramadhan
e. Sepulah hari terakhir bulan Ramadlan
f. Malam ganjil akhir Ramadlan
13. Menyambung shalat witir (langsung 3 rakaat seperti shalat Maghrib)
hukumnya….
g. Boleh b. halal c. makruh d. haram
14. Rasulullah shalat „id dilapangan dikarenakan….
h. masjid sempit c. tidak ada masjid
i. masjid banyak d. masjid jelek
15. Jumlah takbir dalam rakaat pertama shalat „id (selain takbiratul ihram)
adalah….
j. 5 b. 7 c.8 d. 9

Tadrib Tsani

B. Isilah titik-titik di bawah ini dengan benar!


1. Shalat yang jumlah rakaatnya selalu ganjil disebut….
2. Jumlah rakaat shalat tarawih adalah…
3. Shalat tarawih dilaksanakan dengan…salam
4. Shalat hari raya sebaiknya dilaksanakan di…
5. Rasulullah shalat „id di lapangan karena….
6. Do‟a qunut dibaca dalam shalat witir pada….
7. Metode penetapan awal Ramadlan adalah dengan…
8. Rukyatul Hilal artinya….

Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil


[34]
9. Istikmal artinya….
10. Bacaan takbir pada rakaat kedua shalat „id berjumlah….

Tadrib Tsalit

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan benar!


1. Apa yang dimaksud dengan ru‟yatul hilal?
Jawab: __________________________________________
2. Apa yang dimaksud dengan hisab?
Jawab: __________________________________________
3. Metode apa yang dipilih NU dalam menentukan awal dan akhir bulan
ramadhan!
Jawab: __________________________________________
4. Bagaimana sikap kalian dalam menghadapi perbedaan awal dan akhir bulan
Ramadhan?
Jawab: __________________________________________
5. Sebutkan kelebihan shalat hari raya di Masjid dibandingkan dengan di
lapangan!
Jawab: __________________________________________

Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil


[35]
Ikhtibar Fashliy

A. Berilah tanda silang (X) pada huruf a,b.c atau d pada jawaban
yang tepat!
1. NU lahir sebagai reaksi atas munculnya gerakan yang….
a. mengganggu keamanan c. mengkristenkan bangsa Indonesia
b. menolak NKRI d. mengancam pemahaman aswaja
2. Gerakan pembaharu di Indonesia banyak dipengaruhi oleh gerakan dari….
a. Mesir c. Pakistan
b. Saudi Arabia d. Afganistan
3. Sistem mengambil hukum dari sumber-sumbernya yang dilakukan oleh
seorang ahli disebut…
a. madzhab c. taqlid
b. bermazhab d. ijtihad
4. Berikut ini yang bukan pendiri mazhab empat adalah…
a. Abu Hanifah c. Imam Syafii
b. Imam Malik d. Imam Baihaqi
5. Shalat tarawih dalam NU dilakukan dengan …
a. 8 rakaat c. 15 rakaat
b. 10 rakaat d. 20 rakaat
6. Menyempurnakan bulan sya‟ban atau ramadlan 30 hari ketika tidak bisa
rukyah disebut…
a. Istikmal c. Takamul
b. Takmilah d. Ikmal
7. Shalat tarawih dengan berjamaah secara terus menerus di masjid dilakukan
semenjak zaman…
a. Nabi c. Tabiin
b. Sahabat d. Tabiit-tabiin
8. Ahlussunnah wal Jamaah dalam bidang aqidah mengikuti…
a. Abu Hasan al Asy‟ari d. Hadlratus Syaikh Hasyim Asy‟ari

Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil


[36]
b. Imam al-Maturidi
c. Abu Hasan al Asy‟ari dan Abu Mansur al Maturidi
9. Apabila seolah-olah terjadi pertentangan antara akal dan nash, maka NU
mengambil jalan…
a. mendahulukan akal c. tidak menggunakan keduanya
b. mendahulukan nash d. mencari jalan lain
10. Model ajaran tasawuf yang diterima NU adalah yang…
a. mengikuti amaliah para wali c. memberikan berkah
b. berupa praktek spiritual d. berlandaskan akidah dan syariah
11. NU dalam menggali hukum Islam menggunakan cara…
a. bermazhab c. menggali langsung dari sumbernya
b. bertaklid d. mengikuti kyai
12. NU dalam mengamalkan ajaran Islam menggunakan pendekatan…
a. Istidlal c. Mazhab
b. Istiqra‟ d. Madkhal
13. Pada zaman Rasulullah, shalat „id dikerjakan di lapangan….
a. agar lebih syi‟ar
b. karena waktu itu masjid tidak muat
c. berarti di masjid tidak ada dasar hukumnya
d. agar kaum wanita yang haidl bisa mengikuti
14. Melihat bulan tanggal satu disebut….
a. rukyah b. hisab c. istikmal d. semua benar
15. Secara bahasa madzhab berarti ….
a. jalan c. rumah
b. pergi d. airan
16. Ahlussunnah Wal Jama‟ah adalah al firqah an najiyyah artinya
kelompok….
a. yang selamat b. yang benar c. yang masuk surga d. yang baik
17. Umat Islam yang mengikuti ajaran Rasulullah dan para sahabatnya baik
dalam masalah aqidah maupun ahkam disebut…
a. Wahhabi b. ahlussunnah c. hizbut Tahrir d. Hizbul ikhwan
Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil
[37]
18. Umat Islam akan terpecah menjadi ….golongan
a. 71 b. 72 c. 73 d. 74
19. Tanda kelompok Ahlussunnah Wal Jama‟ah adalah bahwa mereka selalu
menjadi kelompok….
a. mayoritas b. minoritas c. paling sedikit d. paling rajin ibadah
20. Makna al Jama‟ah dalam hadits di atas adalah….
a. mayoritas umat Islam c. minoritas umat Islam
b. shalat jama`ah d. jama‟ah tabligh
21. Dalam bidang aqidah, Ahlusunnah Wal Jamaah mengikuti aqidah yang
dirumuskan oleh Imam …
a. Abul Hasan Al Asy‟ari c. as Syafi‟I
b. al Ghzali d. Junaid al Baghdadi
22. Pelaksanaan kegiatan yasinan, manaqiban, diba`an dan semacamnya
bertujuan untuk….Ahlussunnah Wal Jama‟ah
a. mempertahankan c. melestarikan
b. mengembangkan d. melemaahkan
23. Olimpiade Aswaja yang belakangan sering diadakan oleh NU adalah dalam
rangka untuk…..Ahlussunnah Wal Jama‟ah
a. mempertahankan c. melestarikan
b. mengembangkan d. melemaahkan
24. Apabila ijtihad dilakukan oleh semua orang maka akan
mengantarkan….dalam agama
a. kekacauan b. kehebatan c. keluesan d.kebaikan
25. Berikut ini yang bukan nama imam madzhab empat…
a. al Auza‟iy b. As syafi‟iy c. Abu Hanifah d. Ahmad
26. Madzhab Fiqih yang diakui oleh NU berjumlah….
a. 5 b. 4 c. 3 d. 2
27. Dalam Tashawwuf NU mengikuti imam…
a. Al Junaid al Baghdadi b. Abu Hanifah
b. Malik bin Anas d. as Syafi‟iy

Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil


[38]
28. Dalam bidang akidah NU mengikuti imam…
a. Hasyim Asy‟ari b. Abu Hanifah
b. Abul Hasan Asy‟ari d. as Syafi‟iy
29. Dasar tashawwuf Ahlussunnah Wal Jama‟ah adalah…
a. Al Qur‟an saja c. as Sunnah saja
b. Al Qur‟an dan hadits d. Ijma‟
30. Salah satu paham yang menyimpang dari tashawwuf Ahlussunnah Wal
Jama‟ah adalah….
a. Al wahdah al muthlaqah c. hulul
b. Kebatinan d. tauhid
31. Madzhab Malikiy dirumuskan oleh….
a. Anas bin Malik c. Malik bin Anas
b. Muhammad bin Idris d. Abu Hanifah
32. Metode yang tidak dapat dijakan sebagai pedoman dalam penetapan awal
dan akhir Ramadlan adalah….
a. rukyah b. hisab c. istikmal d. semua benar
33. Penetapan awal bulan Qamariyyah adalah wewenang ….
a. Kyai b. ahli hisab c. pemerintah d. pondok pesantren
34. Jumlah salam dalam shalat tarawih adalah….
a. 4 b. 8 c. 10 d. 20
35. Menyambung shalat witir (langsung 3 rakaat seperti shalat Maghrib)
hukumnya….
a. boleh b. halal c. makruh d. haram
36. Jumlah takbir dalam rakaat pertama shalat „id (selain takbiratul ihram)
adalah….
a. 5 b. 7 c.8 d. 9

Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil


[39]
B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan benar!
1. Siapakan Ahlussunnah Wal Jama‟ah?
Jawab: __________________________________________
2. Sebutkan 4 usaha NU dalam melestarikan, mengembangkan aswaja !
Jawab: __________________________________________
3. Jelaskan mengapa NU harus bermazhab !
Jawab: __________________________________________
4. Apa yang anda ketahui antara mazhab dan manhaj!
Jawab: __________________________________________
5. Jelaskan pengertian bermazhab!
Jawab: __________________________________________

Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil


[40]
1. K.H. Hasyim Asy’ari, Risalah Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah.
2. Abu Abdillah, Argumen Ahlussunnah Wal Jama’ah.
3. Hasil Muktamar NU Makasar, Peraturan Dasar dan Peraturan
Rumah Tangga NU.
4. K.H. Sirojuddin Abas, Hujjah Ahlussunnah Wal jama’ah.
5. K.H. Muhyiddin Abdussomad, Hujjah Ahlussunnah Wal jama’ah.

Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil


[41]
…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………..............
Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil
.....................................................................................................................
[42]
.....................................................................................................................

.....................................................................................................................
…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………..............
Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil
.....................................................................................................................
[43]
.....................................................................................................................

.....................................................................................................................
…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………..............

.....................................................................................................................
Aswaja 8 Madrasah Tsanawiyah Semester Ganjil
.....................................................................................................................
[44]
.....................................................................................................................

...........................................................

Anda mungkin juga menyukai