Anda di halaman 1dari 31

Syaikh Ahmad al-Marzuqi al-Hasani

Penyusun Nazham Aqidatul Awam

Nama Lengkap Beliau

Nama lengkap beliau adalah Syekh Ahmad bin Muhammad bin Sayyid Ramadhan Mansyur bin
Sayyid Muhammad al-Marzuqi Al-Hasani, dilahirkan sekitar tahun 1205 H di Mesir.

Di antara guru-gurunya adalah Syekh al-Kabir Sayyid Ibrahim al-'Ubaidi yang pada masanya
adalah sosok yang konsentrasi di bidang Qira-ah al-'Asyarah (Qiraah 10). Dan di antara murid-
muridnya adalah Syekh Ahmad Dahman (1260-1345 H), Sayid Ahmad Zaini Dahlan (1232-1304
H), Syekh Thahir al-Takruni, dan lainnya.

Beliau sepanjang waktu bertugas mengajar Masjid Mekkah karena kepandaian dan
kecerdasannya Syekh Ahmad Marzuki diangkat menjadi Mufti Madzhab Al-Maliki di Mekkah
menggantikan Sayyid Muhammad yang wafat sekitar tahun 1261, Syekh Ahmad Marzuki juga
terkenal sebagai seorang Pujangga dan dijuluki dengan panggilan Abu Al-Fauzi.

Kehidupan Dan Karya Beliau

Al-Marzuqi dikenal sebagai penulis yang handal serta amat lincah dalam menuliskan qolam-nya
(pena), terutama menyangkut puji-pujian kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW. Salah satu
karyanya yang terkenal dan fenomenal adalah Mandzumat 'Aqidah Al-Awwam, yaitu ringkasan
ilmu kalam mengupas tentang tauhid untuk dijadikan acuan dalam aqidah bagi orang-orang
awam, dituangkan dalam sebuah nadzam (prosa) berisi sebanyak 57 bait (satu baris, berisi dua
satar) syair. Kitab ini begitu penting sekali sehingga banyak para ulama yang mengulas panjang
lebar isi kandungan mandzumat. Begitu pentingnya pelajaran yang bisa diambil dari mandzumat
'Aqidah Al-Awwam ini, Syekh Nawawi ibn Umar Al-Bantani Al-Jawi gelar As-Syeikh 'Ulama
Hijaz dari tanah Jawa, sebutan Indonesia kala itu, juga turut memberikan syarah Mandzumat
'Aqidah Al-Awwam' ini dengan nama Syarah Nur Al-Dholam (Cahaya dalam Kegelapan).

Beberapa karya Marzuqi antara lain 'Aqidah al-Awwam, Tahsil Nail al-Maram li Bayan
Manzumah Aqidatul Awam (1326 H), Bulugh al-Maram li Bayan Alfadz Maulid Sayyid al-Anam
Fi Syarh Maulid Ahmad Al-Bukhari (1282 H), Bayan Al-Ashli fi Lafdz bi Afdzal, Tashil al-Ad-
han Ala Matan Taqwim al-Lisan fi Al-Nahwi li al-Khawarizmi al-Baqali, Al-Fawaid al-
Marzuqiyah al-Zurmiyah, Mandzumah fi Qawaid al-Sharfi wa al-Nahwi dan Matan Nazam fi
Ilm al-Falak.

Kisah Mengarang Kitab Aqidatul Awam

Menurut riwayat, pada malam Jumat pertama bulan Rajab tahun 1258, Syaikh Ahmad Marzuki
mimpi bertemu dengan Rasulullah saw dan para sahabat beliau. Dalam mimpi tersebut, Rasul
berkata kepada Syaikh Ahmad Marzuki,

“bacalah (tulisah) nadzom tauhid yang siapapun yang menghafalnya akan masuk surga, dan
memperoleh hal-hal baik yang diinginkan yang sesuai dengan Qur’an dan Sunnah.”

Syaikh Ahmad Marzuki menjawab, “Ya Rasul, Nadzam seperti apakah itu?”

Maka para sahabat pun menyela pertanyaan Syaikh Ahmad Marzuki, “dengarkanlah apa yang
dikatakan Rasulullah.”

Kemudian Rasulullah bersabda, “bacalah abdau bismillahi war rahmani hingga akhir nadzom
“wa shukhuful kholilu wal kalimu.. fiha kalamul hakamil ‘aliimi.”
Ketika Syaikh Ahmad Marzuki terbangun, beliau mencoba mengulangi mendaras apa yang telah
diajarkan Rasul di dalam mimpi dari awal nadzom hingga akhir dan ternyata tidak ada satu pun
nadzom yang terlupa. Kemudian beliau kembali bermimpi bertemu Rasulullah (kali ini pada
waktu-waktu sahur). Nabi SAW bertanya, “bacalah nadzom yang telah kau kumpulkan di dalam
hatimu (hafalkan).”

Maka Syaikh Ahmad Marzuki mendaras nadzom tersebut dari awal hingga akhir dengan
disaksikan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat Nabi yang duduk di sekeliling Syaik Ahmad
Marzuki.

Para sahabat radiyallahu anhum senantiasa mengucapkan Amin ketika setiap bait selesai
dibacakan. Begitu selesai membaca, Nabi SAW berkata, “Semoga Allah menolongmu menuju
hal-hal yang diridoi-Nya, dan menerima dari mu apa-apa yang diridoi. Semoga Allah
memberkahimu dan orang-orang mukmin dan menjadikannya (nadzom) bermanfaat bagi para
hamba Allah. Amin.”

Ketika banyak orang yang mengetahui riwayat mimpi Syaikh Ahmad al-Marzuqi tersebut, maka
mereka pun meminta beliau untuk menuliskannya dan Syaikh pun memenuhi permintaan
mereka. (sumber: syarkh ‘adiqatul awwam tulisan Sayid Muhammad bin Alwi bin Abbas Al-
Maliki al-Makky al-Hasani)

Kitab Nadzhom Aqidatul awam semula hanya berisi 26 bait , namun karena rasa cinta dan
rindunya Syech Ahmad marzuqi kepada nabi Muhammad saw maka beliau menambahkan
hingga mencapai 57 Bait Nadzhom.
Syekh Thohir bin Sholeh Al-Jazairi
Pengarang Kitab Jawahir Al-Kalamiyah

Syekh Thohir bin Sholeh bin Ahmad bin Mauhub As-Sam'uni Al-Waghlisi Al-Jaza'iri Ad-
Dimasyqi Al-Hasani adalah seorang ulama' berkebangsaan Syiri'a yang termasuk salah satu
pembesar ulama' bidang bahasa dan sastra pada zamannya. Ayahnya, seorang faqih bermazhab
Maliki dan seorang mufti di Syam. Pada tahun 1263 H. ayahnya pindah dari Aljazair ke
Damaskus.

Syekh Thahir lahir di Syam pada tahun 1268 H. bertepatan dengan tahun 1852 M. Beliau belajar
di Madrasah al-Jaqmikiyah dan tamat bersama ustad Abdurrahman al-Bustany. Kemudian ia
melanjutkan pendidikannya belajar kepada Syekh Abdul Ghani al-Ghonimy al-Maidany (1222-
1298 H). Beliau sangat suka mempelajari berbagai disiplin ilmu, antara lain Fisika, Matematika
di samping keseriusannya dalam mempelajari ilmu yang berbahasa Arab dan ilmu-ilmu
keislaman.

Ketika usianya sampai 30 tahun, beliau telah menguasai bahasa Arab, Persia, Turki dan Prancis.
Beliau giat mancari dan mempelajari manuskrip-manuskrip kuno, untuk itu ia membantu
berdirinya perpustakaan Dar al-Kutub al-Dzahiriyah di Damaskus dan perpustakaan al-
Khalidiyah di Yerussalem.

Murid-Muridnya yang terkenal antara lain :

1. Syekh Jamaluddin al-Qosimy

2. Syekh Abdul Razzak al-Baithari

3. Syekh Salim al-Bukhary

4. Syekh Muhammad Kurdi Ali

5. Syekh Muhibudin al-Khathibi

6. Syekh Muhammad Said al-Bany

Karya-karyanya :

Syekh Thahir al-Jazairy telah menulis lebih dari 20 judul buku, diantaranya :

1. Al-Jawahir al-Kalamiyah fi idhah al-‘aqidah al-Islamiyah


2. Tanbih al-Adzkiya’ fi qishash al-Anbiya’

3. Al-Tibyan li ba’dhi mabahits al-muta’allaqot bi al-Qur’an

4. Taujih al-nazhari ila ‘ilm al-atsar

5. Al-Tafsir al-Kabir (terdiri dari 4 jilid dan tersimpan di perpustakaan al-Zhahiriyah)

Pada tahun 1325 H. beliau pindah ke Mesir, kemudian ia kembali lagi ke Damaskus pada tahun
1338 H. lalu ia diangkat sebagai anggota al-Majma’ al-Ilmiy al-Araby serta ditunjuk sebagai
kepala perpustakaan Dar al-Kutub al-Dzahiry. Beliau wafat pada bulan Rabi’ul Awwal tahun
1338 H bertepatan dengan 1920 M.
Syeikh Al-zarnuji
Pengarang kitab Ta’limul Muta’allim

Kitab Ta’limul Muta’allim adalah salah satu Kitab klasik yang dikarang oleh Syeih Al-Zarnuji
kurang lebih pada abad VI Hijriyah. Yaitu zaman kemerosotan dan kemunduran Daulah Bani
Abasiyah atau periode kedua Dinasti Abasiyah sekitar tahun 296-656 H.

Dalam Al-Mausu’ah disebutkan bahwa Imam Zarnuji nama lengkapnya adalah Burhanuddin Al-
Zarnuji (Nu’man bin Ibrahim), seorang ahli bahasa dari Bukhara, wafat tahun 1242 H,
mempunyai karangan Kitab Al-Muwadhah “Syarah Kitab Maqamat”, karangan Al-Nariri. Dan
yang terkenal dengan Kitabnya “Ta’limul Muta’allim Thariq Al-Ta’allum” yang telah
diterjemahkan dalam bahasa Latin sekitar tahun 1200.

Kitab ini menurut pengarangnya sendiri diberi nama “Ta’limul Muta’allim Thariq Al-Ta’allum”
yang mempunyai pengertian bahwa Kitab ini merupakan bimbingan terhadap santri atau siswa
dalam belajar atau menuntut ilmu..

Pada pokoknya Kitab Ta’limul Muta’allim mempunyai pengertian sebuah kitab yang
memberikan bimbingan kepada siswa dalam proses menuntut ilmu agar ilmu yang diperoleh bisa
bermanfaat atau dengan kata lain berhasil atau berguna

Kitab Ta’limul Muta’allim ini pada abad XIV M, yaitu pada masa pemerintahan Murad Khan bin
Salim Khan, pernah dicintai dan digemari oleh para siswa yang hidup pada masa itu. Selain tata
bahasanya yang santun dan indah, Kitab ini juga memiliki kandungan makna yang spektakuler
dan signifikan. Oleh karena itu wajarlah kalau Kitab ini menjadi buku pegangan dan pedoman
bagi para siswa (pelajar) dan para siswa pada masa itu. Kini Kitab Ta’limul Muta’allim dipelajari
dan dijadikan pegangan serta pedoman oleh para pencari ilmu (pelajar) diseluruh belahan dunia.

Nama lengkap dari pengarang kitab Ta’lim al-Muta’allim adalah Burhanuddin az-Zarnuji.
Namun yang dikenal luas hanya az-Zarnuji ini disebabkan karena pada kitab Ta’lim al-
Muta’allim sendiri hanya ditulis demikian dan juga pada kitab Syarah Ta’lim al-Muta’allim yang
dikarang oleh Syeikh Ibrahim bin Ismail tidak menyebutkan sama sekali nama lengkap dari az-
Zarnuji. Tetapi ada pula yang menyebutkannya bahwa nama lengkap az-Zarnuji adalah Nu’man
bin Ibrahim ibn Khalil az-Zarnuji Taj ad-Din sebagaimana yang ditulis oleh al-Zarkeli dalam
kitabnya al-A’lam (Tokoh-tokoh).

Sedangkan Djudi dalam tesisnya “Konsep Belajar Menurut Az-Zarnuji; Kajian Psikologi-Etik
KItab Ta’lim Al-Muta’allim”, menerangkan bahwa terdapat beberapa perbedaan para penulis
atau peneliti dalam penyebutan nama lengkap az-Zarnuji yang antara lain menyebutkan az-
Zarnuji adalah Burhanul Islam az-Zarnuji dan ada juga yang menyebutkannya Burhanuddin al-
Islam az-Zarnuji. Adapun penulis pada hal ini menggunakan yang pertama yaitu Syekh
Burhanuddin az-Zarnuji sebagaimana yang telah ditulis oleh Hasan Langgulung.

Mengenai sejarah kehidupan Burhanuddin az-Zarnuji sampai saat ini pula masih belum ada
peneliti yang menerangkan kapan Burhanuddin az-Zarnuji dilahirkan. Adapun tentang
kewafatannya Burhanuddin az-Zarnuji wafat pada tahun 591 H/1195 M. Sedangkan mengenai
asal Burhanddin az-Zarnuji Mochtar Affandi dalam tesisnya ”The Method of Muslim Learning
as Illustrated in Al Zarnuji’s Ta’lim al Muta’allim (1990)” mengatakan bahwa asal dari
Burhanuddin az-Zarnuji dilihat dari nisbah namanya az-Zarnuji, berarti az-Zarnuji berasal dari
wilayah Zarandj yang merupakan sebuah kota di Sidjistan pada abad pertengahan yang sekarang
dikenal dengan Afganistan.

Pendapat tentang tempat asal az-Zarnuji dari Afganistan karena tidak ada referensi yang
menyatakan bahwa az-Zarnuji berasal dari bangsa Arab. Walaupun apabila dilihat dari karyanya
kitab Ta’lim al-Muta’allim menggunakan bahasa Arab hal tersebut tidak dapat dijadikan patokan
bahwa az-Zarnuji berasal dari bangsa Arab. Karena banyak sekali para ulama ulama non Arab
yang juga menuliskan karya-karyanya dengan menggunakan bahasa Arab, seperti kitab Tafsir
Munir yang sering disebut sebagai Tafsir Marah Labid yang menggunakan bahasa Arab
merupakan karangan Syekh Muhammad Nawawi yang berasal dari Indonesia.

Afganistan sendiri merupakan salah satu wilayah penyebaran Islam dari Dinasti Ghaznawiyah
yang berdiri sejak tahun 350 H. pada zaman bani Ghaznawiyah ini pembangunan dan kemajuan
bidang ilmu pengetahuan mengalami kemajuan sehingga tidak kalah dengan daerah daerah
sekitar seperti bukhara. Maka hal tersebut sangat mempengaruhi perkembangan intelektual az-
Zarnuji.

Az-Zarnuji sendiri menetap di Khurasan dan Transoxania pada akhir abad ke -12 dan menjadi
seorang ahli mazhab Hanafi. Hal ini senada dengan pendapat Djudi bahwa Burhanuddin az-
Zarnuji adalah seorang pengikut mazhab Hanafi. Adapun mazhab Hanafi tersebut banyak dianut
oleh orang orang Turki dan keturunannya, seperti Turkistan, Pakistan, dan Afganistan. Ciri utama
mazhab ini adalah mengandalkan ro’yi (fikir) dan analogi (secara kias). Oleh sebab itu
dimungkinkan Az-Zarnuji sebagai orang yang banyak mengandalkan akal di sampaing Al-qur’an
dan Al-hadits dalam memaparkan argumentasinya. Maka dari itu para peneliti mengkatagorikan
bahwa az-Zarnuji sebagai seorang filosof.

Mengenai riwayat pendidikan az-Zarnuji memulai menuntut ilmu di Bukhara dan Samarkand
yang saat itu menjadi kota pusat kegiatan keilmuan. Karena pada saat itu masjid-masjid di kota
tersebut dijadikan sebagai lembaga-lembaga pendidikan. Salah satu dari lembaga-lembaga
pendidikan tersebut di asuh oleh Burhanuddin al-Marginani seorang ahli mazhaf Hanafi yang
telah mengarang kitab al-Hidayah Fi Furu’ al-Fiqh yang kemudian dikenal sebagai guru utama
az-Zarnuji.
Selain itu guru-guru az-Zarnuji yang terkenal adalah Nizamuddin bin Burhanuddin Al-Marginani
yang merupakan anak dari Burhanuddin Al-Marginani, Syamsuddin Abdul Wadji Muhammad
bin Muhammad bin Abdussatar al-Amidi.

Selain itu masih banyak ulama-ulama yang menjadi guru az-Zarnuji sebagaimana yang dapat kita
lihat dari pendapat-pendapat mereka diangkat di dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim. Adapun
beberapa guru-guru az-Zarnuji adalah sebagai berikut:

1. Ali bin Abi Bakar bin Abdul Jalil al-Farghoni al-Marghirani ar-Rusytani;

2. Ruknul Islam Muhammad bin Abi Bakar, Ahli Fikih, sastra dan syair, wafat tahun 573 H/
1177 M;

3. Hamad bin Ibrahim; ahli Fikih, sastra dan ilmu kalam, wafat tahun 576 H/ 1180M;

4. Fakhruddin al-Kasyani, wafat 587 H / 1191 M;

5. Fakhruddin al-hasan bin Mansur yang dikenal dengan Qadi Khan, wafat Ramadhan 592
H;

6. Ruknuddin al-Farghani, ahli fiqih, sastra dan syair, wafat tahun 594 H/ 1098 M.

7. al-Imam Sadiduddin Asy-Syirazi.

Melihat dari banyaknya guru-guru az-Zarnuji yang mempunyai keahlian keahlian dibidangnya
yang berbeda-beda memungkinkan bahwa az-Zarnuji sendiri tidak hanya ahli dalam bidang
pendidikan saja, tetapi juga ahli dalam bidang bidang lain, seperti fikih, sastra, syair dan lain
lain.
Syeikh Zainuddin Al-malibari
Pengarang Kitab Fathul Mu’in Syarah Qurratul’ Ain

Salah satu nama yang tidak asing bagi para pelajar mazhab Syafii adalah Zainuddin al-Malaibari.
Itulah nama bagi penyarang kitab Fathul Mu’in, sebuah kitab fiqih yang sangat populer bagi
kalangan pelajar pertengahan. Kitab Fathul Muin merupakan kitab kurikulum tingkatan
menengah di seluruh pesantren di Indonesia dan beberapa negara lainnya.

Nama lengkap beliau adalah Syeikh Zainuddin Ahmad bin Qadhi Muhammad al-Ghazali bin
Syeikh Zainuddin al-Makhdum Kabir bin Syeikh Qadhi Ali bin Syeikh Qadhi Ahmad al-Ma’bari
Asy-Syafii al-Asy’ari al-Funnani al-Malaibari.

Beliau dilahirkan di Chombal dalam wilayah Malaibar atau yang sekarang dikenal dengan
Kerala, negara bagian bagian barat daya. Dilahirkan tahun 938 H/1532 M.

Imam Zainuddin al-Malaibari berasal dari keluarga al-Makhdum, satu keluarga yang
diperkirakan sampai ke Malaibar, India pada abad ke 7 H/15 M. Keluarga ini didirikan oleh
Syeikh Qadhi Zainuddin Ibrahim Ahmad yang merupakan paman dari Syeikh Zainuddin Kabir,
sang kakek. Keluarga al-Makhdum menjadi panutan bagi masyarakat Ponnan dan Malaibar
secara menyeluruh, bukan hanya bagi umat Islam tetapi juga menjadi panutan bagi masyarakat
yang bukan muslim. Keluarga la-Makhdum memiliki peran yang besar dalam penyebaran ilmu
agama dan ilmu Arabiyah di Negri India. Sampai sekarang keluarga al-Makhdum dikenal sebagai
keluarga yang penuh dengan ilmu fiqh, dakwah dan adab. Menurut ahli sejarah, asal usul
keluarga al-makhdum berasal dari Negri Yaman. Mereka meninggalkan negrinya dalam rangka
berdakwah hingga sampai ke Negri Malaibar.

Sebagian kalangan yang menuliskan biografi beliau, seperti Imam al-Laknawi dalam kitab
Nazhatul Khawatir, Syeikh Umar Ridha dalam kitab Mu’jam Muallifin, dan Az-Zarkaly dalam
kitab al-A’lam, menyebutkan nama ayah beliau adalah Syeikh Abdul Aziz al-Malaibar. Namun
nama ayah beliau yang sebenarnya sebagaimana beliau tulis sendiri dalam kitab beliau al-
Ajwibah al-Ajibah ‘an As`ilah al-Gharibah adalah Syeikh Muhammad al-Ghazali. Sedangkan
Syeikh Abdul Aziz sendiri merupakan paman Syeikh Zainuddin ini.

Ayah beliau, Syeikh Muhammad al-Ghazali merupakan seorang ulama yang wara’ dan masyhur,
ahli dalam ilmu hadits, tafsir dan kalam dan merupakan qadhi di Malaibar Selatan, dan juga
merupakan pendiri mesjid jamik Chombal. Ibu beliau juga merupakan seorang wanita shalihah
yang berasal dari keluarga yang dikenal keshalihannya.

Kakek beliau yang juga bernama Zainuddin - sehingga dikenal dengan Syeikh Zainuddin Kabir
sedangkan cucu beliau dengan Zainuddin Saghir - sangat mencintai ulama sufi terlebih lagi
Imam Ghazali, sehingga beliau menamai salah satu anaknya dengan nama Muhammad al-
Ghazali yang merupakan ayah dari Syeikh Zainuddin. Kakek beliau memiliki banyak karangan.
Salah satunya adalah Nadham dalam ilmu akhlak, Hidayah Atqiya` yang kemudian disyarah oleh
anak beliau Syeikh Abdul Aziz al-Makhdumi dengan nama Maslak al-Atqiya wa Manhaj al-
Ashfiya, disyarah oleh Saiyid Abu Bakar Syatha dengan nama Kifayatul Atqiya wa Manhaj al-
Ashfiya dan juga disyarah oleh ulama Nusantara, Syeikh Nawawi al-Bantani dengan nama
Sulam Fudhala’ li Khatimah Nubala`. Syeikh Zainuddin Kabir juga mengarang nadham yang
mengajak umat dan para raja berjihad melawan kafir Portugis.

Syeikh Zainuddin Shagir Memulai membaca ilmu dasar-dasar dalam agama kepada ayahanda
dan ibunda beliau. Kemudian beliau menuju ke daerah Ponnan untuk belajar kepada paman
beliau Syeikh Abdul Aziz yang mengajar di Mesjid Jamik di sana.

Imam Zainuddin al-Malaibari tidak mencukupkan perjalanan ilmiyah beliau hanya di negrinya
saja, namun beliau memperluas rihlah ilmiyah beliau hingga mencapai jazirah Arab dan Hijaz
sambil menunaikan ibadah haji dan umrah. Beliau menetap dalam waktu lebih kurang 10 tahun
dan berguru kepada beberapa ulama besar di tanah Haramain. Di antara guru-guru beliau di
Haramain adalah;

Syeikh Islam Ibnu Hajar al-Haitami, merupakan guru yang paling beliau cintai sehingga dalam
kitab Fathul Muin beliau menyebutkan kata “syaikhuna/guku kami” secara mutlak untuk Ibnu
Hajar al-Haitami.

Syeikh Islam Izzuddin Abdul Aziz Az-Zamzami

Syeikhul Islam Abdurrahman bin Zayad, mufti Negri Hijaz dan Yaman

Syeikh Islam Saiyid Abdurrahman ash-Shafawi

Imam Zainul Abidin Abu Makarim Muhammad bin Tajul Arifin Abi Hasan ash-Shiddiqi al-
Bakri, yang merupakan murid dari Syaikhul Islam Zakaria al-Anshari.

Guru beliau, Syeikhul Islam Ibnu Hajar al-Haitami sangat mengagumi kecerdikan Imam
Zainuddin. Para ahli sejarah menyebutkan bahwa Ibnu Hajar al-Haitami pernah mengunjungi
Malaibar, India dan menetap beberapa waktu di Mesjid Jamik Ponnani tempat Syeikh Zainuddin
mengajar.

Ketika beliau menetap di Haramain, beliau banyak menggunakan kesempatan untuk meminta
fatwa kepada beberapa ulama besar masa itu seperti kepada Syeikh Islam Syamsuddin
Muhammad bin Ahmad ar-Ramli (w. 1004 H), Syeikh Muhammad Khatib asy-Syarbini (w. 979
H), Imam Abdullah Bamakhramah (w. 972 H), Imam Abdurrauf bin Yahya al-Makki yang juga
murid dari Syeikhul Islam Ibnu Hajar al-Haitami. Pertanyan-pertanyan tersebut beliau
kumpulkan dalam satu kitab yang beliau namakan dengan al-Ajwibah al-Ghaliyah fi al-As`ilah
al-Gharibah.
Beliau mendapat talqin zikir jali dan khafi dari guru beliau Imam Muhammad bin Abi Hasan al-
Bakri dan mengambil thariqat Qadiriyah dari beliau pada tahun 966 H/1587 M, tepat sebelum
fajar hari jumat pada 10 Ramadhan.

Diantara ulama besar yang semasa dengan beliau dalam belajar adalah Syeikh Abu Bakar Salim
al-Hadhrami, Syeikh Aidarus al-Ahmadiabadi, Imam Mula Ali Qari, Syeikh Ibnu Abdullah
Saqqaf al-Hadhrami dll.

Murid-murid beliau.

Syeikh Zainuddin al-Malaibari merupakan salah satu pengkhadam Mazhab Syafii. Beliau
mengajar ilmu syar’iyah dan ilmu Arabiyah di Mesjid Jamik Ponnani dalam masa 63 tahun. Dari
halaqah beliau ini, lahirlah beberapa ulama besar, antara lain;

1. Syeikh Abdurrahman al-Makhdum kabir al-Ponani

2. Syeikh Jamaluddin bin bin Syeikh Usman al-Ma’bari al-Ponnani

3. Syeikh Jamaluddin bin Syeikh Abdul Aziz al-Makhdum al-Ponnani

4. Qadhi Usman Labba al-Qahiri

5. Syeikh Qadhi Usman al-Qahiri

6. dll

Karya-karya beliau.

Selain mengajar, Syeikh Zainnuddin juga mengarang beberapa kitab dalam bahasa Arab. Di
antara karya-karya beliau adalah;

1. Irsyadul Ibad ila Sabil Rasyad, kitab yang berisi fiqh, aqidah dan tashawuf. Dalam kitab
Fathul Mu’in, Syeikh Zainuddin sempat menyebutkan nama kitab Irsyadul Ibad ini.

2. Ihkam Ahkam Nikah, kitab ini juga sempat beliau singguh dalam fathul muin pada awal
kitab Nikah. Kitab ini pernah di cetak di Malaibar

3. Qurratul ain bi muhimmat ad-din, yang merupakan matan dari Fathul Mu’in. Kitab ini
disyarah oleh ulama Nusantara, Syeikh Nawawi al-Bantani dengan nama Nihayah al-Zain fi
Irsyad al-Mubtadiin.

4. Fathul Muin Syarh Qaurratul ain, kitab ini selesai dikarang tahun 982 H.

5. Tuhfatul Mujahidin fi ba’dh akhbar Burtughaliyin, berisi tentang kelebihan berjihad dan
sedikit sejarah kaum kafir di Malaibar dan sejarah perlawanan umat Islam terhadap penjajah
Portugis, kitab ini selesai dikarang tahun 985 H. Kitab ini telah diterjemahkan kedalam berbagai
bahasa dunia, sperti Inggris, Spanyol, Jerman, Prancis, Ceska, Persia, Urdu, Tamil, Gujarat dan
kanada.

6. Manhaj al-Wadhih syarah kitab beliau sendiri Ihkam Ahkam nikah, salah satu naskah
manuskripnya ada di Universitas malik Suud Saudi Arabiya

7. al-Ajwibah al-Ajibah ‘an As`ilah al-Gharibah

8. Mukhtashar Syarah Shudur fi Ahwal al-mauta wal qubur Imam Suyuthi

9. al-Jawahir fi Uqubah Ahli Kabair

10. al-Fatawa al-Hindiyah

Kedudukan beliau dalam mazhab Syafii.

Walaupun nama dan pendapat beliau tidak pernah disebut oleh ulama yang membahas seputar
masalah perbedaan ulama muta`akhirin Syafii’iyah seperti Syeikh Sulaiman Kurdi, pengarang
kitab Fawad Madaniyah fi man Yufta biqaulihi min Muta`akhiri Syafi’iyah, dimana beliau
banyak menyebutkan tentang murid Ibnu Hajar al-Haitami yang lain seperti Syeikh Abdurrauf al-
Makki, namun Syeikh Zainuddin al-Malaibary mendapat kedudukan yang besar dalam barisan
ulama muta`akhirin Syafi`iyah. Hal ini dapat dilihat dari penerimaan dan pujian dari para ulama
mazhab Syafii lain terhadap kitab beliau Fathul muin. Kitab Fathul muin dijadikan pelajaran di
perbagai negara yang bermazhab Syafii seperti Mesir, India, Indonesia, Malaysia, Makkah,
Madinah, Syam, Bagdad, Srilanka dll. Di Aceh, seluruh Dayah menggunakan kitab Fathul Muin
dengan Hasyiah I’anah Thalibin sebagai kitab kurikulum setelah kitab Fathul Qarib dan Hasyiah
al-Bajuri.

Dalam kitab Fathul Muin, beliau lebih banyak cenderung kepada tarjih Imam Ibnu Hajar al-
Haitami dari pada tarjih Imam Ramli. Selain dikaji, kitab Fathul Muin juga di beri hasyiah
oleh beberapa ulama, di antara hasyiahnya adalah;

1. I’anathuth Thalibin karangan Saiyid Bakri Syatha. Kitab ini merupakan hasyiah dari fathul
muin yang paling populer

2. I’anathul musta’in syarh ‘ala Fathul muin karangan Syeikh Syahir Ali bin Ahmad bin Sa’id
Bashabarin (wa. 1304 H)

3. Tarsyihul mustafidin syarh ‘ala fath muin karangan Sayyid Alawi bin Saiyid Ahmad as-
Saqqaf (w. 1335H/1916 M).
4. Hasyiah ‘ala Fathul Muin karangan Maulana Ahmad asy-Syirazi al-Malaibari (w. 1326 H)
terdiri atas 3 jilid

5. Hasyiah ‘ala Fathul Muin karangan Syeikh Qanit Syihabuddin Ahmad Kuya asy-Syaliyati
(w. 1374 H)

6. Tansyith al-Muthali’in syarah ‘ala Fath Mu’in, karangan Syeikh Maulawi Ali bin Syeikh
Arif billah Maulana Syeikh Abdurrahman an-Naqsyabandi at-Tanuri (w. 13347 H), belum
sempurna.

7. Syarah ‘ala Fath Mu’in karangan Syeikh Maulana Zainuddin al-Makhdumi al-Kahir al-
Funnani (w.1304 H), terdiri atas 3 jilid.

8. Ta’liq Kabir ‘ala Fath Mu’in, karangan Syeikh Ahmad bin Muhammad al-Balankuty (w.
1341 H)

9. Dll

Anti Penjajahan

Syeikh Zainuddin al-Malaibar juga merupakan seorang ulama yang sangat anti kepada
penjajahan Portugis kala itu. Beliau sangat mencintai tanah airnya dan berupaya menyadarkan
kaumnya akan pentingnya mencintai tanah air. Beliau juga menciptakan nasyid-nasyid yang
mendendangkan kecintaan kepada tanah air dan membangkitkan ruh jihad melawan kaum kafir.
Untuk tujuan itu beliau mengarang Kitab Tuhfatul Mujahidin fi Ba’dh Akhbar al-Burtuthaliyin.

Dalam kitab ini beliau menjelaskan sedikit tentang hukum dan dorongan untuk berjihad, sejarah
perkembangan Islam di Malaibar, sedikit tentang adat istiadat kaum kafir di Malaibar, dan
sejarah masuknya kaum kafir Eropa ke Malaibar serta bagaimana buruk dan kejamnya perlakuan
mereka terhadap kaum muslimin. Beliau menghadiahkan kitab tersebut kepada Sultan Ali I bin
Adil Syah, sultan di India Selatan masa itu.

Kitab ini mejadi sebuah kitab yang sangat bernilai karena menggerakkan perlawanan kepada
kaum penjajah Portugis dan juga merupakan kitab pertama yang menceritakan sejarah Malaibar
dahulu.

Dalam kitab Tuhfatul Mujahidin, Syeikh Zainuddin al-Malaibar juga menyebutkan bagaimana
Portugis menguasai hampir seluruh Kerajaan di Islam di India dan wilayah Asia Tenggara.
Beliau menyebutkan beberapa raja Muslim yang mampu merebut kembali benteng-bentang yang
dibangun oleh Portugis, diantaranya adalah Sulthan al-Mujahid Ali al-Asyi yang tidak lain
merupakan Sultan Kerajaan Aceh Darussalam, Sultan Ali Mughayat Syah, yang berhasil
melepaskan Sumatra dari cengkraman Portugis. [1]
Wafat

Terjadi perbedaan pendapat di kalangan ahli sejarah tentang tahun wafat beliau. Menurut Jirji
Zaidan yang diikuti oleh Carl Brockelmann dan az-Zarkali, beliau wafat tahun 987 H/1579 M.
Namun pendapat ini sanga tidak tepat, karena dalam kitab Tuhfatul Mujahidin, Syeikh Zainuddin
al-Malaibar juga menceritakan kejadian-kejadian yang terjadi pada tahun 991 H/1583 M.
Menurut pendapat yang kuat, beliau meninggal tahun 1028 H sebagaimana disebutkan oleh ahli
sejarah India, Syeikh Muhammad Misliyar dalam kitabnya, Tuhfatul Akhyar fi Tarikh Ulama
Malaibar.

Beliau dimakankan di dekat mesjid Jamik di Kungippalli, propinsi Chombal berdampingan


dengan kubur istri beliau. Kubur beliau diziarahi oleh kaum muslim dari berbagai daerah.
Ahmad bin al-Husen bin Ahmad al-Asbahaniy
Pengarang Kitab Matan Taqrib

Bagi pelajar fiqh Syafii, kitab Ghayah wa Taqrib atau yang lebih di kenal kitab Matan Taqrib
merupakan kitab yang tidak asing lagi. Kitab ini menjadi kitab kurikulum bagi para pemula
pelajar fiqh Syafii. Kitab ini merupakan kitab yang kecil yang lengkap mulai dari bab Thaharah
hingga `itq. Kitab ini di karang ulama seorang ulama Syafii`yah yang hidup di abad ke 5 H.
Beliau adalah Ahmad bin al-Husen bin Ahmad al-Asbahaniy yang terkenal dengan panggilan al-
Qadhi (Hakim) Abu Suja’. Beliau itu beliau juga di gelari dengan gelar (kuniyah) Abu Thayyib.
Beliau belajar fiqih Syafii di Basrah lebih dari 40 tahun. {1}

Para ahli sejarah berbeda pendapat tentang tahun kelahiran dan wafat beliau. Salah seorang
murid beliau Imam Ahmad bin Muhammad Abu Thahir as-Silafy (w. 576 H) dalam kitabnya
Mu`jam Safar menuliskan bahwa beliau pernah menanyakan kepada Abu Suja` sendiri tentang
tahun kelahiran beliau, Abu Suja` menjawab tahun 434 H di Basrah, sedangkan ayah beliau lahir
di `Abbadan dan kakek beliau lahir di Asfihan (kota di Iran yang terletak sekitar 340 km dari ibu
kota Iran, Taheran) {2}. Keterangan tersebut juga di kutip oleh Imam Yaqut bin Abdullah al-
Hamawi dalam kitab beliau Mu`jam Buldan ketika menerangkan tentang Negeri `Abbadan {3}.
Dalam kitab tersebut tidak di sebutkan tahun wafat beliau.

Sedangkan dalam kitab A`lam karangan Zarkali di sebutkan beliau lahir tahun 533 H/1138 M
dan wafat pada tahun 593 H/1197 M {4}, maka umur beliau berdasarkan keterangan ini adalah
hanya 60 tahun. Hal sangat bertentangan dengan keterangan dalam Kitab Hasyiah al-Bajuri dan
Hasyiah Bujairimi `ala Khatib yang menerangkan bahwa beliau memiliki umur panjang hingga
160 tahun. Dan keterangan ini juga sangat menentang dengan keterangan murid beliau sendiri
Imam as-Silafi dalam kitab Mu`jam Safr, dimana beliau menyebutkan bahwa Abu Suja` sendiri
pada tahun 500 H menyebutkan kepadanya bahwa beliau sudah mempelajari fiqih Mazhab Syafii
selama 40 tahun lamanya, setelah itu Imam as-Silafi menyebutkan bahwa Abu Suja` masih hidup
hingga masa yang tidak beliau ketahui.

Ada kemungkinan bahwa keterangan kitab al-A`lam karangan Zarlaki yang di kutip banyak
penerbit yang menuliskan biografi Abu Suja` ketika menerbitkan kitab Matan taqrib, terjadi
kesalahan ketika penulisan, mungkin yang sebenarnya adalah tahun kelahiran beliau 433 H,
(hanya selesih setahun dengan keteragan murid abu Suja` sendiri, Imam as-Silafy) sehingga usia
umur beliau tepat 160 sehingga sama dengan keterangan yang di sebutkan dalam Bujairimi dan
Hasyiah Al-Bajuri. Wallu A`lam bish Shawab.

Dalam Kitab Kasyfun Dhunun di sebutkan tahun wafat beliau adalah 488 H tanpa di sebutkan
tahun kelahiran {5}. Sedangkan Imam Tajuddin as-Subky dalam kitab Tabaqat Syafi`iyyah
Kubra memasukkan beliau dalam golongan para ulama yang wafat pada setelah tahun 500 H.
KH.Sirajuddin Abbas menanggapi perbedaan ini mengatakan; ada kemungkinan bahwa beliau
menghilang dari negrinya Asfahan, Persia pada tahun 488 H, sehingga orang mengatakan bahwa
beliau telah meninggal. Orang tidak tahu bahwa beliau telah mengasingkan diri menjadi pelayan
Masjid Madinah sampai wafatnya tahun 593 H {6}.

Para ahli sejarah menulis gelar beliau dengan Syihabuddin, hal ini sesuai dengan kebiasaan ahli
sejarah yang memberi gelar Syihabuddin kepada para ulama yang bernama Ahmad dan gelar
Syamsuddin kepada para ulama yang bernama Muhammad. Karena itu kita dapati para ahli
sejarah menulis nama Imam Ramli Kabir dengan gelar Syihabuddin karena nama beliau adalah
Ahmad dan menulis gelar Imam Ramli Shaghir dengan Syamsuddin karena nama beliau adalah
Muhammad {7}.

Abu Suja’ di kenal sebagai seorang imam ahli ibadah, shalih dan berilmu dan taat dalam agama.
Beliau pernah menjabat sebagai qadhi dan kemudian menjadi menteri. Beliau menjabat menteri
di umur 47 tahun, dimasa jabatannya tersebut beliau banyak menyematkan keadilan dan ilmu
agama, beliau memiliki 10 pembantu yang berkeliling membagikan shadaqah kepada manusia.
Masing-masing mereka membagikan 1.120 dinar yang akan di bagikan kepada orang yang
berhak.

Kemudian beliau menempuh jalan zuhud meninggalkan kenikmatan duniawi, beliau hijrah ke
Madinah dan menetap di Masjid Nabawi sebagai orang yang bertugas merapihkan tikar dan
menyalakan lentera dan membersihkan Mesjid Nabawi serta menjadi pengkhadam Hujrah
Rasulullah SAW. dan beliau jalankan tugas tersebut sampai akhir hayatnya {8}.
Beliau di karunia umur panjang hingga berusia 160 tahun dan dalam keadaan lanjut usia
demikian, tidak ada satupun anggota badan beliau yang cedera. Orang – orang bertanya tentang
sebab anggota badan beliau sehat hingga masa tua, beliau menjawabnya:
‫حفظنا ها فى الصغر فحفظها ا فى الكبر‬
Kami menjaganya (dari dosa) ketika masih muda maka Allah menjaganya ketika kami tua.
Beliau wafat dan dimakamkan di sebuah ruangan mushallah yang beliau bangun sendiri di dekat
Masjid Nabawi di samping pintu Jibril. Kitab Mukhtashar Ghayah wa Taqrib atau Matan Taqrib
ini di syarah oleh beberapa ulama lain antara lain:

Muhammad Ibnu Qasim al-Ghazi (w.928 H) dengan kitab beliau Fathul Qarib Mujib yang
kemudian di beri hasyiah oleh Imam al-Bajuri. Kitab ini menjadi pelarajan kurikulum di seluruh
pesantren di Indonesia. Selain Imam al-Bajuri, Fathul Qarib juga di beri hasyiah oleh ulama
Indonesia, Syeikh Nawawi al-Bantani dengan nama kitab beliau Qut al-Habib al-Gharib, dan
juga di beri hasyiah oleh Imam al-Azizy, al-Barmawy, dan al-Qalyuby.
Ibnu Daqiq al-`Id.

Imam Muhammad Khatib Syarbainy (w.977 H) dengan nama kitab beliau Iqna` yang kemudian
di beri hasyiah oleh Imam Bujaurimi yang di kenal dengan nama Hasyiah Bujairimi `ala Khatib
sebanyak 4 jilid besar. Selain itu kitab syarah ini juga di beri hasyiah oleh beberapa ulama lain
seperti al-Mudabaghy, al-Ajhury, an-Nabrawy juga di beri taqrirat oleh Syeikh al-Bajuri dan
Syeikh `Aush.
Sayyid Taqiyuddin al-Hishni dengan nama kitab beliau Kifayatul Akhyar fi hill Ghayah al-
Ikhtishar

Syeikh Taqiyuddin Abi Bakar Ibnu Qadhi `Ajalun (wafat 829 H) setelah mensyarahnya beliau
juga kembali meringkasnya dan beliau tambahkan sedikit tentang perbedaan pendapat Imam
Rafii dan Nawawi dengan nama kitab beliau `Umdatun Nadhar fi Tashhih Ghayah al-
Ikhtishar{9}

Syeikh Ahmad al-Akhshashy (w. 889 H) dengan kitab beliau yang bernama Syarah Mukhtashar
Abi Suja`
Syeikh Ahmad bin Muhammad al-Manufi (w. 931 H) kitab beliau beri nama al-A`naq kemudian
beliau ringkas sendiri kembali dan beliau namai Tasynif al-Isma` bi Hill alfadh Abi Suja`
Syeikh Waliyuddin al-Bashir (w.972 H) dengan kitab syarah beliau yang bernama an-Nihayah fi
Syarh Syarh al-Ghayah.

Ahmad bin Qasim al-Ubady (w.994 H) dengan syarah beliau yang bernama Fath Ghaffar bi Kasy
Mukhbaat Ghayah al-Ikhtishar.

DR. Mushtafa Daib al-Bugha dengan kitab beliau at-Tahzib fi Adillah Matn al-Ghayah wa
Taqrib. Kitab ini berisi dalil baik dari ayat atau hadits dari setiap hukum yang ada dalam matan
Taqrib.

Selain di syarah, kitab Matan Taqrib juga di gubah menjadi nadham oleh seorang ulama yang
ahli dalam menggubah nadham yaitu Imam Syarafuddin `Imrithy (w. 989 H) dengan nama
Nihayah Tadrib, Syeikh Ahmad al-Absyihy (w. 883 H), Syeikh Abdul Qadir bin al-Mudhaffar
(w.892 H) Syeikh Ahmad bin Abdu salam al-Manufi (w. 931 H), Syeikh ad-Dausary (w. 1243 H).

Selain itu kitab sudah di terjemahkan dalam berbagai bahasa termasuk dalam bahasa bahasa
Perancis pada tahun 1895 dan ke bahasa Jerman pada tahun 1987. {10}

kitab Matan Taqrib masih di pakai sampai saat ini, hal ini menunjukkan satu kelebihan bagi kitab
tersebut, di mana walaupun kitab tersebut kecil dan telah melewati masa hampir satu abad
namun masih di gunakan sebagai pegangan utama bagi pemula dalam belajar fiqh Syafii`yah.

Semoga Allah selalu melimpahkan barakah ilmu Abu Suja` kepada kita semua dan Allah
memberikann taufiq dan hidayah kepada kita untuk mengikuti jejak beliau.
Amiin ya Rabbal `Alamin.

As-Subki, Tajuddin bin `Ali bin Abdul Kafy, Thabaqat Syafi`iyyah Kubra, jld 6 hlm 15 thn 1413
H
Abu Thahir as-Silafy, Ahmad bin Muhammad, Mu`jam as-Safr, hlm 25 Maktabah Tijariyah
Al-Hamawy, Yaqut bin Abdullah, Mu`jam Buldan, jld 4 hlm 74 Beirut, Dar Fikr
Az-Zarkaly, al-A`lam, jld 1 hlm 116 Dar al-`ilm lilmalayiin th 2002
Haji Khalifah, Kasyfun Dhunun, jld 2 hlm 1189 Beirut, Dar Turats Arabi
KH. Sirajuddin Abbas, Thabaqat Syafi`yah Ulama Syafii dan kitab-kitabnya dari Abad ke Abad,
hlm 129 Pustaka Tarbiyah Baru th 2011
Al-Bajuri, Ibrahim, Hasyiah al-bajuri `ala Fath Qarib jld 1 hlm 10 Haramain
Al-Bujairimi, Sulaiman bin Muhammad, Hasyiah Bujairimi `ala Khtaib, jld 1 hlm 23 Dar Kutub
Ilmiyah 1997
Haji Khalifah, Kasyfun Dhunun, jld 2 hlm 1189 Beirut, Dar Turats Arabi
http://www.feqhweb.com/vb/t352.html
Referensi:
1. As-Subki, Tajuddin bin `Ali bin Abdul Kafy, Thabaqat Syafi`iyyah Kubra, thn 1413 H
2. Abu Thahir as-Silafy, Ahmad bin Muhammad, Mu`jam as-Safr, Maktabah Tijariyah
3. Al-Hamawy, Yaqut bin Abdullah, Mu`jam Buldan, Beirut, Dar Fikr
4. Az-Zarkaly, al-A`lam, Dar al-`ilm lilmalayiin th 2002
5. Haji Khalifah, Kasyfun Dhunun, Beirut, Dar Turats Arabi
6. KH. Sirajuddin Abbas, Thabaqat Syafi`yah Ulama Syafii dan kitab-kitabnya dari Abad ke
Abad, Pustaka Tarbiyah Baru th 2011
7. Al-Bajuri, Ibrahim, Hasyiah al-bajuri `ala Fath Qarib, Haramain
8. Al-Bujairimi, Sulaiman bin Muhammad, Hasyiah Bujairimi `ala Khatib, Dar Kutub Ilmiyah th
1997
9. http://www.feqhweb.com/vb/t352.html

Syeikh Jalaluddin Al-mahalli dan Jalaluddin As-suyuthi


Pengarang Kitab Tafsir Jalalain

Tafsir Jalalain adalah salah satu dari sekian banyak kitab tafsir yang masih populer hingga
sekarang. Bahkan bagi kalangan pesantren, mengkaji kitab ini seakan menjadi pelajaran wajib
yang pasti dijumpai di setiap pesantren. Pembahasan dalam kitab ini banyak menonjolkan segi
pembahasan ilmu nahwu, sharaf, dan qiraahnya, sehingga al-Qur'an yang diturunkan memakai
bahasa arab dapat dipahami dengan pemahaman yang benar. Oleh karenanya Kitab Tafsir
Jalalain ini sangat cocok untuk para pemula yang ingin mendalami tafsir al-Qur'an.

Kitab ini tergolong unik karena merupakan hasil karya tulis dua ulama terkemuka, yaitu
Jalaluddin as-Suyuthi dan Jalaluddin al-Mahalli. Karena disusun oleh dua Jalaluddin itulah kitab
tafsir ini juga dinamakan Tafsir Jalalain. Pada awalnya kitab ini ditulis oleh Jalaluddin al-
Mahalli. Entah mengapa beliau mengawali penulisan tafsirnya ini dari Surah al-Kahfi hingga
sampai surah terakhir, An-Nas. Usai menafsirkan Surah An-Nas, al-Mahalli kembali ke halaman
muka Al-Quran, menafsirkan surah Al-Fatihah. Namun sayang, usai menafsirkan surah Al-
Fatihah, beliau dipanggil ke haribaan Allah pada tahun 864 H./1459 M.

Setelah bertahun-tahun kemudian, pekerjaan yang belum selesai ini kemudian dilanjutkan oleh
salah seorang muridnya yaitu Jalaluddin as-Suyuthi. As-Suyuthi melanjutkan dengan surah Al-
Baqarah, Ali Imran dan seterusnya hingga akhir surah Al-Isra. Meskipun ditulis oleh dua orang
yang berbeda, metodologi serta pola dan gaya bahasa yang digunakan oleh as-Suyuthi dalam
merampungkan tafsir jalalain ini nyaris sama persis dengan tulisan awal sang guru. Oleh
karenanya banyak yang mengira bahwa tafsir ini hanya ditulis oleh satu orang saja.

Kebesaran dua tokoh penyusun Tafsir Jalalain ini sangat melegenda. Di samping dikenal karena
pembahasannya yang luas dalam setiap kitab, Jalaluddin al-Mahalli dan as-Suyuthi juga telah
menghasilkan karya yang jumlahnya cukup banyak. Siapakah kedua tokoh ini? Berikut
profilnya.

Jalaluddin al-Mahalli

Nama lengkap beliau adalah Al-Imam Jalaluddin Abu Abdillah Muhammad bin Syihabuddin
Ahmad bin Kamaluddin Muhammad bin Ibrahim bin Ahmad bin Hasyim Al-`Abbasi Al-Anshari
Al-Mahalli Al-Qahiri Asy-Syafi`i. Beliau lahir di Kairo, Mesir, tahun 791H/1389 M. Beliau
dikenal dengan julukan Jalaluddin yang berarti orang yang mempunyai keagungan dalam
masalah agama. Sedangkan sebutan Al-Mahalli dinisbahkan pada kampung kelahirannya,
Mahalla Al-Kubra, sebuah daerah yang terletak di sebelah barat Kairo, tidak jauh dari Sungai
Nil.

Semenjak kecil tanda-tanda kecerdasan sudah menonjol pada diri al-Mahalli. Beliau menguasai
berbagai disiplin ilmu agama, antara lain tauhid, tafsir, fiqih, ushul fiqh, nahwu, sharaf dan
mantiq. Pada masanya beliau merupakan seorang 'allamah terkemuka, terkenal pandai dalam
pemahaman masalah-masalah agama, sehingga sebagian orang menyebutnya seorang yang
memiliki pemahaman yang brillian melebihi kecemerlangan berlian. Dalam kitab Mu’jam Al-
Mufassirin, As-Sakhawi menuturkan bahwa Al-Mahalli adalah "sosok imam yang sangat pandai
dan berfikiran jernih, bahkan kecerdasannya di atas rata-rata". Meskipun begitu beliau pernah
mengatakan bahwa sebetulnya dirinya tidak mampu banyak menghafal, mungkin karena hal ini
tampaknya kemudian menjadi motivasi beliau untuk terus belajar dan berjuang mengarungi
lautan ilmu.

Beliau juga dikenal sebagai seorang ulama yang berkepribadian mulia, saleh dan wara'. Beliau
adalah sosok yang sederhana, jauh dari gemerlap dunia. Bahkan pernah ditawarkan kepadanya
jabatan sebagai Qadi terbesar di negerinya, namun beliau menolaknya. Dalam sebuah riwayat
diceritakan bahwa meskipun tidak miskin, beliau hidup pas-pasan. Guna memenuhi kebutuhan
sehari-hari, beliau bekerja sebagai pedagang. Meski demikian, kondisi tersebut tidak
mengendurkan tekadnya untuk terus mengais ilmu.

Selain banyak belajar secara otodidak, Jalaluddin al-Mahalli juga memiliki banyak guru,
diantaranya yaitu:

a). Al-Imam Syamsuddin Abu Abdillah Muhazmad bin Abdu ad-Da'im An-Nu`aimi Al-`Asqalani
Al-Barmawi Al-Qahiri Asy-Syafi`i yang lebih dikenal dengan Syamsu al-Barmawi (763 - 831
H ), dalam ilmu fikih, ushul fikih dan bahasa Arab, beliau tinggal di Madrasah Al-Baibarsiyyah
tempat Jalaluddin al-Mahalli belajar.

b). Al-Imam Al-Faqih Burhanuddin Abu Ishaq Ibrahim bin Ahmad Al-Baijuri, lebih dikenal
dengan Burhan Al-Baijuri (825 - 750 H ) dalam ilmu fikih.

c). Al-Imam Al-Muhaddits Jalaluddin Abu al-Fadhl Abdurrahman bin Umar bin Ruslan Al-
Kanani Al-`Asqalani Al-Bulqini Al-Mishri, lebih dikenal dengan Jalal Al-Bulqini (763 - 824 H )
dalam bidang hadits.

d). Al-Imam Al-Muhaddits Waliyuddin Abu Zur`ah Ahmad bin Al-Muhaddits Abdurrahim Al-
`Iraqi (762 - 826 H ) dalam bidang ilmu hadits.

e). Al-Imam Al-Hafidz Qadhi al-Qudhat `Izuddin Abdul Aziz bin Muhammad bin Ibrahim bin
Jama`ah Al-Kanani (694 - 767 H), dalam bidang hadits dan ushul fiqih.

f). Asy-Syaikh Syihabuddin Al-`Ajimi, cucu Ibnu Hisyam, dalam bidang nahwu.

g). Asy-Syaikh Syamsuddin Muhammad bin Syihabuddin Ahmad bin Shalih bin Muhammad bin
Abdullah bin Makki Asy-Syanuthi (Wafat 873 H ) dalam bidang nahwu dan bahasa Arab.

h). Al-Imam Nashiruddin Abu Abdillah Muhammad bin Anas bin Abu Bakr bin Yusuf Ath-
Thanatada'i Al-Mishri Al-Hanafi (Wafat 809 H), dalam bidang ilmu waris dan ilmu hitung.

i). Al-Imam Badruddin Mahmud bin Muhammad bin Ibrahim bin Ahmad Al-Aqshara'i (Wafat
825 H ), dalam bidang ilmu logika, ilmu debat, ilmu ma`ani, ilmu bayan, ilmu `arudh dan ushul
fikih.
j). Al-Imam Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Utsman Ath-Tha'i Al-Basathi
Al-Maliki (670 - 842 H), dalam bidang tafsir, ushuluddin, dan lain-lain.

k). Al-Imam `Ala'uddin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al-Bukhari Al-Hanafi (799
- 841 H).

l). Asy-Syaikh Al-`Allamah Nizhamuddin Yahya bin Yusuf bin Muhammad bin Isa Ash-Shairami
Al-Hanafi (777 - 833 H), dalam bidang fikih.

m). Asy-Syaikh Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Abu Bakr bin Khudhar bin Musa,
lebih dikenal dengan Ibnu Ad-Dairi (788 - 862 H).

n). Asy-Syaikh Majduddin Al-Barmawi Asy-Syafi`i.

o). Asy-Syaikh Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Khalil Al-Gharaqi Asy-
Syafi`i (Wafat 816 H ) dalam bidang fikih.

p). Asy-Syaikh Syihabuddin Ahmad bin Abi Ahmad Muhammad bin Abdullah Al-Maghrawi Al-
Maliki (Wafat 820 H).

q). Asy-Syaikh Kamaluddin Abu Al-Baqa' Muhammad bin Musa bin Isa bin Ali Ad-Damiri (742
- 808 H ), hadir dalam sebagian kajiannya.

r). Asy-Syaikh Syihabuddin Abu al-`Abbas Ahmad bin `Imad bin yusuf bin Abdu an-Nabi al-
Aqfahasi Al-Qahiri, lebih dikenal dengan Ibnu al-`Imad (750 - 808 H).

s). Asy-Syaikh Badruddin Muhammad bin Ali bin Umar bin Ali bin Ahmad Ath-Thanabadi.

t). Syaikh al-Islam Al-Imam Syihabuddin Ibnu Hajar Al 'Asqalani (773 - 852 H) dalam bidang
hadits dan ilmu hadits.

u). Asy-Syaikh Jamaluddin Abdullah bin Fadhlullah, dalam bidang hadits.

v). Al-Imam Al-Muhaddits Syarafuddin Abu Thahir Muhammad bin Muhammad bin Abdul
Lathif Asy-Syafi`i, lebih dikenal dengan Ibnu Al-Kuwaik (737 - 821 H ).

w). Al-Imam Al-`Allamah Syamsuddin Abu Al-Khair Muhammad bin Muhammad bin Ali bin
Yusuf bin Al-Jazari Asy-Syafi`i (752 - 833 H).

x). Asy-Syaikh Nashiruddin Muhammad bin Muhammad bin Mahmud Nashiruddin Al-`Ajami
As-Samnudi Asy-Syafi`i, lebih dikenal dengan Ibnu Mahmud (Wafat 855 H), Jalaluddin al-
Mahalli menghafal al-Qur'an kepadanya ketika masih kecil.

Karya-Karya Jalaluddin al-Mahalli adalah:


a). Al-Badru ath-Thali` fi Halli Jam`i al-Jawami`, merupakan Syarh dari Jam`u al-Jawami` yang
ditulis oleh Tajuddin As-Subuki, kitab dalam ilmu ushul fiqih.

b). Syarh Al-Waraqat yang ditulis Imam Al-Haramain Al-Juwaini,

c). Kanzu ar-Raghibin fi Syarhi Minhaji ath-Thalibin Imam An-Nawawi

d). Tafsir al-Qur'an al-'adzim atau lebih dikenal dengan tafsir Jalalain, bersama Jalaluddin as-
Suyuthi.

e). Syarh Mukhtashar Burdah.

f). Al-Anwar Al-Madhiyah.

g). Al-Qaul Al-Mufid fi An-Nail As-Sa`id.

h). Ath-Thib An-Nabawi.

i). Kitab fi Al-Manasik.

j). Kitab fi Al-Jihad.

k). Syarh Al-Qawa`id Ibnu Hisyam, belum lengkap.

l). Syarh At-Tashil Ibnu Malik.

m). Hasyiyah `ala Jaami`i Al-Mukhtasharat, belum lengkap.

n). Hasyiyah Jawahir Al-Isnawi, belum lengkap.

Sedangkan murid-muridnya di antaranya yaitu:

a). Al-Imam Nuruddin Abu Al-Hasan Ali bin Al-Qadhi Afifuddin Abdullah bin Aham, lebih
dikenal dengan nama As-Samhudi, Ulama, Mufti, Pengajar dan Sejarawan di Madinah (844-911
H), ia mempelajari Syarh al-Minhaj, Jam`ul Jamami`, dan lain-lain.

b). Asy-Syaikh Burhanuddin Ibrahim bin Muhammad bin Abu Bakr bin Ali bin Mas`ud bin
Ridhwan Al-Mari Al-Maqdisi lebih dikenal dengan nama Ibnu Abi Syarif (836 - 923 H ) lahir di
Yerusalem kemudian pergi ke Kairo dan mempelajari Syarh Jam`ul Jawami`.

c). Asy-Syaikh Syihabuddin Abu Al-Fattah Ahmad bin Muhammad bin Ali bin Ahmad bin Musa
Al-Absyaihi Al-Mahalli, ia mempelajari Syarh al-Minhaj dan Syarh Jam`ul Jamami`.

d). Asy-Syaikh Khairuddin Abu Al-Khair Muhammad bin Muhammad bin Daud Ar-Rumi Al-
Qahiri Al-Hanafi, lebih dikenal dengan nama Ibnu Al-Farra' (814 - 897 H), ia mempelajari
bidang fikih dan ushul fikih.
e). Asy-Syaikh Kamaluddin Abu Al-Fadhl Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin
Bahadir Al-Maumani Ath-Tharablusi Al-Qahiri Asy-Syafi`i (Wafat 877 H , ia mempelajari Syarh
al-Minhaj, Syarh Jam`ul Jamami`, Syarh Alfiyah Al-`Iraqi, dan lain-lain.

f). Asy-Syaikh Shalahuddin Muhammad bin Jalaluddin Muhammad bin Muhammad bin Khalaf
bin Kamil Al-Manshuri Ad-Dimyathi, Qadhi di Dimyath, lebih dikenal dengan nama Ibnu Kamil
(Wafat 887 H ).

g). Asy-Syaikh Syamsuddin Abu Al-Barakay Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin
Ali bin Yusuf bin Al-Baz Al-Asyhab Manshur bin Syibl Al-Ghiraqi (795 - 858 H ).

h). Asy-Syaikh Najmuddin Muhammad bin Syarafuddin Muhammad bin Najmuddin Muhammad
bin Sirajuddin Umar bin Ali bin Ahmad Al-Qurasyi Ath-Thanabadi Al-Qahiri Asy-Syafi`i.

i). Asy-Syaikh Syihabuddin Ahmad bin Muhammad bin Musa Asy-Syihab Al-Bairawati Al-
Khanaki Asy-Syafi`i.

j). Asy-Syaikh `Imaduddin Abu al-Fida' Ismail bin Ibrahim bin Abdullah bin Muhammad bin
Abdurrahman bin Ibrahim bin Abdurrahman bin Ibrahim bin Sa`dulah bin Jama`ah (825 - 861
H), ia mempelajari Syaikh Jam`ul Jawami` dan lain-lain.

k). Asy-Syaikh Hisamuddin Husain bin Muhammad bin Hasan Al-Ghazi Asy-Syafi`i atau lebih
dikenal dengan nama Ibnu Al-Harasy.

l). Asy-Syaikh Syarafuddin Abdul Haq bin Syamsuddin Muhammad bin Abdul Haq bin Ahmad
bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Abdul `Al As-Sanbathi, ia mempelajari
beberapa kitab (Wafat 842 H).

m). Asy-Syaikh Zainuddin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman bin Muhammad bin
Muhammad bin Syaraf bin Al-Lu'lu'i Ad-Dimasyqi bin Qadhi `Ajlun, (Lahir 839 H).

n). Asy-Syaikh Zainuddin Abdurrahman bin Muhammad bin Haji bin Fadhl As-Santawi, ia
mempelajari fikih dan ushul fikih.

o). Asy-Syaikh Abdullah bin Ahmad bin Abi Al-Hasan Ali bin Isa bin Muhammad bin Isa bin
Muhammad bin Isa Al-Jamal Al-Hasani As-Samhudi (Lahir 804 H ) ia mempelajari bahasa Arab,
Syarh Ibnu Aqil, fikih, ushul fikih, dan lain-lain.

p). Asy-Syaikh Ali bin Daud bin Sulaiman bin Khalad bin `Audh bin Abdullah bin Muhammad
bin Nuruddin Al-Jaujari, Khatib Masjid Raya Toulon, ia hadir di beberapa kajian Jalaluddin Al-
Mahalli.

q). Asy-Syaikh Nuruddin Ali bin Muhammad bin Isa bin Umar bin `Athif Al-`Adani Al-Yamani
Asy-Syafi`i, lebih dikenal dengan nama Ibnu `Athif (Lahir 812 H).
r). Asy-Syaikh Sirajuddin Umar bin Hasan bin Umar bin Abdul Aziz bin Umar An-Nawawi, ia
mempelajari Syarh Al-Minhaj.

s). Asy-Syaikh Najmuddin Muhammad bin Burhanuddin Ibrahim bin Jamaluddin Abdullah bin
Muhammad bin Abdurrahman, lahir 833 H di Yerusalem, ia mempelajari Syarh Jam`ul Jawami`.

t). Asy-Syaikh Syarafuddin Yahya bin Muhammad bin Sa`id bin Falah bin Umar Al-`Abasi Al-
Qahiri Asy-Syafi`i, lebih dikenal dengan nama Al-Baqani, lahir pada tahun 827 H dan wafat pada
tahun 900 H.

u). Asy-Syaikh Abu Bakr bin Quraisy bin Ismail bin Muhammad Quraisy Azh-Zhahiri, lahir pada
tahun 850 H.

v). Asy-Syaikh Al-Imam Ali bin Muhammad bin Isa bin Yusuf bin Muhammad Al-Asymuni,
(838-918 H).

w). Asy-Syaikh Burhanuddin Abu Al-Hasan Ibrahim bin Umar bin Hasan bin Ali bin Abu Bakr
Al-Buqa`i (809 - 885 H).

x). Jalaluddin as-Suyuthi (849 H. - 911 H.). Ia melanjutkan penulisan kitab tafsir (yang kemudian
dikenal dengan tafsir jalalain) yang disusun al-Mahalli hingga selesai.

Wafat

Jalaluddin al-Mahalli wafat pada Sabtu pagi, pertengahan Ramadhan 864 H, bertepatan dengan
tahun 1459 M.

Jalaluddin as-Suyuthi

Nama lengkap beliau adalah Abdurrahman bin Kamal Abu Bakar bin Muhammad bin
Sabiquddin bin Fakhr Utsman bin Nadziruddin Muhammad bin Saifuddin Khidr bin Najmuddin
bin Abi ash-Shalah Ayyub bin Nashiruddin Muhammad bin Himamuddin Al-Hammam Al-
Hudairi As-Suyuthi.

Beliau bergelar Jalaluddin dan biasa juga dipanggil Abu Fadhil. Namun di kemudian hari beliau
lebih dikenal dengan nama As-Suyuthi, yang dinisbatkan kepada tempat di mana ayahnya
dilahirkan di daerah Suyuth. Beliau adalah seorang ulama, hafidz hadits, musnid, muhaqiq dan
cendekiawan muslim yang hidup pada abad ke-15 di Kairo, Mesir.

As-Suyuthi lahir ba’da Maghrib, malam senin bulan Rajab 849 H. Beliau berasal dari lingkungan
cendekiawan, sehingga sejak dini ayahnya selalu berusaha mengarahkannya menjadi ilmuwan
dan orang shalih. Sejak usia belia beliau selalu diajak sang ayah menghadiri berbagai majelis
ilmu. Bahkan sang ayah sering meminta doa dari ulama besar untuk anaknya. Salah satu ulama
yang pernah mendoakannya agar menjadi ulama besar adalah Imam Ibnu Hajar al-Asqalani,
muhaddits besar penyusun kitab Bulughul Maram. Tidak hanya mendoakan, setiap kali minum
segelas air usai mengajar, Syaikh Ibnu Hajar selalu menyisakan sedikit untuk diminum as-
Suyuthi.

Ketika as-Suyuthi berumur enam tahun, sang ayah wafat. As-Suyuthi kemudian diasuh oleh
Syaikh Kamaluddin bin Humam al-Hanafi, pengarang kitab Fathul Qadir. Di bawah asuhan sang
allamah itulah as-Suyuthi berhasil hafal al-Qur’an di usia delapan tahun. Setelah itu beliau
kemudian menghafal kitab al-’Umdah, lalu Minhajul Fiqhi Wal Ushul dan Alfiyah Ibnu Malik.

Ketika usianya menginjak 15 tahun, as-Suyuthi mulai berkelana dan berguru kepada para ulama
besar. Dalam pengembaraan mencari ilmu, beliau pernah singgah di Syam, Hijaz, Yaman Hindia,
Maroko dan Takrur. Dalam kitabnya yang berjudul Khusn al-Muhadlarah, as-Suyuthi
mengatakan bahwa beliau mendapatkan ijazah dari setiap guru yang didatanginya, yaitu
mencapai 150 ijazah dari 150 orang guru. Syaikh Abdul Wahhab Asy-Sya’rani mengatakan
dalam kitab Thabaqat-nya, bahwa as-Suyuthi telah berguru kepada lebih dari 600 ulama. Di
antara guru-guru beliau antara lain:

a). Syaikh Siraajuddien al-Balqini, yang mengajarnya berbagai kitab fiqih seperti al-Hawi Ash-
Shaghir, Al-Minhaj, Syarah Al-Minhaaj dan Ar-Raudhah.
b). Syaikh Sihabuddin Asy-Syaarmasahi, guru ilmu faraidh (waris).
c). Asy-Syari Al-Manawi Abaz Kuriya Yahya bin Muhammad, guru ilmu faraidh.
d). Syaikh Taqiyuddin Asy-Syamini Al-Hanafi (w 872 H), guru ilmu tata Bahasa Arab dan ilmu
hadits.
e). Syaikh Muhyiddin Muhammad bin Sulaiman Ar-Rumi Al-Hanafi, guru ilmu tafsir, ilmu
Ushul, ilmu bahasa Arab dan ilmu Ma’ani. Beliau berguru kepadanya selama empat belas tahun.
f). Jalaluddin Al-Mahalli (penyusun pertama Tafsir Al-Jalalain)
g). Izzul Kinaani Ahmad bin Ibrahim al-Hanbali. Dll.

Selain ilmu agama, Imam as-Suyuthi juga berguru beberapa bidang ilmu umum seperti ilmu
hitung dan ilmu faraidl dari Majid bin As-Siba’ dan Abdul Aziz Al-Waqaai, serta ilmu kedokteran
kepada Muhammad bin Ibrahim Ad-Diwani Ar-Rumi. Bahkan selain berguru kepada ulama laki-
laki, As-Suyuthi juga meresap ilmu dari sejumlah ilmuwan perempuan, diantaranya yaitu Aisyah
binti Jarullah, Ummu Hani binti Abul Hasan, Shalihah binti Ali, Nasywan binti Abdullah Al-
Kanani dan Hajar binti Muhammad Al-Mishriyyah.

Sikap dan Akhlaqnya

Meskipun as-Suyuthi terkenal akan kecerdasan, kekuatan hafalan dan keuletannya dalam belajar,
As-Suyuthi adalah seorang Ulama yang ahli ibadah, zuhud dan tawadhu’. Maka tidak heran
kemudian beliau pun menjelma menjadi seorang ulama besar yang memenuhi taraf kemampuan
untuk berijtihad. Selain alim, as-Suyuthi juga dikenal sebagai sosok yang teguh pendirian dan
tidak suka menjilat kepada pemerintah. Bahkan beliau tidak pernah mau menerima hadiah dari
raja.

Suatu ketika seorang raja memberinya hadiah berupa uang seribu dinar dan seorang budak
perempuan. Segera saja uang itu beliau kembalikan, sedangkan sang budak perempuan
dimerdekakan. Beliau kemudian berkata kepada sang raja, “jangan berusaha memalingkanku
hanya dengan memberi hadiah semacam itu, karena Allah telah menjadikanku tidak merasa
butuh lagi terhadap hal-hal semacam itu.”

Karya-Karyanya

As-Suyuthi termasuk ulama yang sangat produktif dalam berkarya. Beliau telah menulis ratusan
kitab dalam berbagai bidang keilmuan, mulai dari Tafsir, Hadits, Fiqih, Bahasa Arab, Sastra,
Tasawuf, hingga ilmu Sejarah. Menurut perhitungan muridnya yang bernama ad-Dawudi, hasil
karyanya lebih dari 500 buah. Sementara Ibnu Iyas, murid As-Suyuthi yang lain, mengatakan
bahwa jumlah karya As-Suyuthi mencapai 600 buah. Adapun menurut As-Sa’id Mamduh, karya
As-Suyuthi mencapai 725 buah. Sedangkan menurut Sayyid Muhammad Abdul Hayy Al-Kattani,
jumlah keseluruhan karya Imam Suyuthi adalah 904 kitab dalam berbagai disiplin ilmu.
Berikut adalah beberapa karya tulis beliau yang terkenal:

1. Al-Itqan fi 'Ulum al-Qur'an , kitab tafsir yang menjelaskan bagian-bagian penting dalam ilmu
mempelajari al-Qur'an
2. Tafsir al-Jalalain , yang ditulis bersama Jalaluddin al-Mahalli
3. Jami' ash-Shagir , merupakan kumpulan hadits-hadits pendek
4. Al-Asybah wa an-Nazhair , dalam ilmu qawa'id fiqh
5. Syarh Sunan Ibnu Majah, merupakan kitab yang menjelaskan kitab hadits sunan ibnu majah
6. Al-Asybah wa an-Nazhair , dalam ilmu nahwu
7. Ihya'ul Mayyit bi Fadhaili Ahlil Bait
8. Al-Jami' al-Kabir
9. Al-Hawi lil Fatawa
10. Al-Habaik fi Akhbar al-Malaik
11. Ad-Dar al-Mantsur fi at-Tafsir bil Ma'tsur
12. Ad-Dar al-Muntatsirah fi al-Ahadits al-Musytahirah
13. Ad-Dibaj 'ala Shahih Muslim bin al-Hajjaj
14. Ar-Raudh al-Aniq fi Fadhli ash-Shadiq
15. Al-'Urf al-Wardi fi Akhbari al-Mahdi
16. Al-Gharar fi Fadhaili 'Umar
17. Alfiyatu as-Suyuthi
18. Al-Kawi 'ala Tarikh as-Sakhawi
19. Al-La āli' al-Mashnu'ah fi al-Ahadits al-Maudhu'ah
20. Al-Madraj ila al-Mudraj
21. Al-Mazhar fi Ulum al-Lughah wa Anwa'uha
22. Al-Mahdzab fimā Waqa'a fi al-Qur'ān min al-Mu'rab
23. Asbāb Wurud al-Hadits
24. Asrār Tartib al-Qur'ān
25. Anmudzaj al-Labib fi Khashāis al-Habib
26. Irsyad al-Muhtadin ilā Nashrati al-Mujtahidin
27. I'rāb al-Qur'ān
28. Ilqām al-Hajar liman zakā sāb Abi Bakr wa 'Umar
29. Tārikh al-Khulafā'
30. Tahdzir al-Khawash min Ahadits al-Qashash
31. Tuhfatu al-Abrār binakti al-Adzkār an-Nawawiyyah
32. Tadrib ar-Rāwi fi Syarhi Taqrib an-Nawāwi
33. Tazyin al-Mamālik bi Manaqib al-Imām Mālik
34. Tamhid al-Farsy fi al-Khishāl al-Maujibah li Zhil al-'Arsy
35. Tanwir al-Hawalik Syarh Muwaththa' Mālik
36. Tanbih al-Ghabiyy fi Tibra'ati Ibni 'Arabi
37. Husnu al-Muhādharah fi Akhbār Mishr wa al-Qāhirah
38. Durr as-Sihābah fiman dakhala Mishr min ash-Shahābah
39. Dzam al-Makas
40. Syarh as-Suyuthi 'ala Sunan an-Nasā'i
41. Shifatu Shāhibi adz-Dzauqi 'Aini al-Ishābah fi Ma'rifati ash-Shahābah
42. Kasyf
43. As-Salim
44. Thabaqāt al-Huffādz
45. Thabaqat al-Mufassirin
46. 'Uqudul Jimān fi 'ilmi al-Ma'āni wa al-Bayān
47. 'Uqudu az-Zabarjid 'ala Musnad al-Imām Ahmad fi I'rāb al-Hadits
48. Al-Mughthi fi Syarhi al-Muwaththa'
49. Lubb al-Lubbāb fi Tahrir al-Ansāb
50. Al-Bāb al-Hadits
51. Al-Bāb an-Nuqul fi Asbāb an-Nuzul
52. Mā Rawāhu al-Asāthin fi 'Adami al-Maji'i ilā as-Salāthin
53. Musytahā al-Uqul fi Muntaha an-Nuqul
54. Mathla' al-Badrain fiman Yu'ti Ajruhu Marratain
55. Miftāhu al-Jannah fi al-I'tishām bi as-Sunnah
56. Miftahamāt al-Aqrān fi Mubhamāt al-Qur'ān
57. Nazham al-Aqyān fi A'yān al-A'yān
58. Ham'u al-Hawami' Syarhu Jam'u al-Jawami'
59. At-Tahadduts bi Ni'matillah
60. Mu'jam al-Mu'allafāt as-Suyuthi
61. Fahrusat Mu'allafātii
62. Al-Fāruq baina Al-Mushanif wa as-Sariq
63. Thibb an-Nufus
64. Nawadhir al-Ayak fi Ma'rifati al-Niyak
65. Ar-Rahmah fi ath-Thibbi wa al-Hikmah

Sedangkan Murid-Murid Beliau di antaranya:

1. Syaikh Abdul Qodir bin Muhammad bin Ahmad Asy-Syadzili Asy-Syafi’i.


2. Syaikh Ibnu Iyas, Abul Barokat, Muhammad bin Ahmad bin Iyas Al-hanafi, penulis kitab
“Badai’uz Zuhur Fi Waqo’iud Duhur”.
3. Syaikh Al-Hajj Muhammad Sukyah.
4. Syaikh Syamsuddin, Muhammad bin Abdurrohman bin Ali bin Abu Bakar Al-‘Alqomi.
5. Syaikh Syamsuddin, Muhammad bin Ali bin Ahmad Ad-Dawudi Al-Mishri.
6. Ibnu Thulun; Syaikh Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Thulun
Ad-Damasyqi Al-Hanafi.
7. Syaikh Muhammad bin Al-Qodhi Rodhiyuddin Muhammad bin Muhammad bin Abdulloh
binBadr bin Utsman bin Jabir Al-Ghozi Al-‘Amiri Al-Qurosyi Asy-Syafi’i.
8. Syaikh Muhammad bin Yusuf bin Ali bin Yusuf Asy-Syami.
9. Syaikh Jamaluddin, Yusuf bin Abdulloh Al-hasani Al-Armayuni Asy-Syafi’i.

Wafat Beliau

Imam as-Suyuthi menghabiskan umurnya untuk mengajar, memberikan fatwa dan menulis. Akan
tetapi menginjak usia 40 tahun, atau menjelang usia tuanya beliau lebih memilih ber-uzlah dari
keramaian dunia untuk beribadah dan mengarang saja. Setelah sempat sakit, Imam agung ini
meninggal pada usia 61 tahun 10 bulan 18 hari, yaitu pada malam Jum'at tanggal 19 Jumadil Ula
tahun 911 H dirumah beliau yang berada di Roudlotul Miqyas. Jenazah beliau dimakamkan di
pemakaman Qaushun atau Qaisun, di luar pintu gerbang Qarafah, Kairo.
Muhammad bin Qasim Al-ghazy
Pengarang kitab Fathul Qarib Al-mujib Syarah Matan Taqrib

.‫هو المام شمس الدين أبو عبد ا محمد بن قاسم بن محمد بن محمد الغازي ثم القاهري الشافعي و يعرف بابن الغرابيلي‬
‫هـ( و نشأبها فحفظ القرأن و الشاطيبية و المنهاج و ألفية الحديث والنحو‬٨٥٩) ‫ولد في رجب سنة تسع وخمسين وثمانمائة بغزة‬
(‫هـ‬٨٨١) ‫و معظم جمع الجوامع و غير ذلك ثم قدم القاهرة في رجب ستة إحدى و ثمانين و ثمانمائة‬

Syaikh Muhammad bin Qāsim bin Muhammad Al-Ghazzi adalah seorang imam yang ma'ruf
.dikalangan ulama Syafi'iyyah
√ Beliau dikenal dengan nama Ibn Al-Gharābīlī (‫)الغرابيلي‬
√ Dilahirkan pada bulan Rajab tahun 859 H.
√ Beliau dilahirkan dikota Ghazza Palestina (dikenal dengan Gaza) dan tumbuh besar disana.
√ Beliau menghafal Alqur'an, Asy-Syathibiyyah, Al-Minhaj dan kitab Al-Fiyatul Hadits dan Al-
Fiyah an Nahwu serta sebagian besar kitab Jam'ul Jawāmi'.
√ Kemudian beliau pindah ke Kairo Mesir pada bulan Rajab tahun 881 H dan meneruskan
perjuangan ilmiyyahnya disana untuk belajar dan mengajar di Jāmi' Al-Azhar.
√ Guru-guru beliau diantaranya adalah:

‫ أخذ عنه الفقه‬.(‫هـ‬٨٨١-٨١٢) ‫ شمس الدين أبو الوفا محمد بن أحمد بن خضر الغزي الشافعي المعروف بإبن الحمصي‬.١
‫والعربية‬

Syamsuddin Abul Wafa', Muhammad bin Khadr Al-Ghazzi Asy-Syāfi'iy, yang dikenal dengan ①
.Ibnul Himshi
• Beliau (Ibnul Himshi) tinggal di Ghazza dan mengajarkan ilmu fiqh dan bahasa arab kepada
Syaikh Muhammad bin Qassim Al-Ghazzi ini.
• Beliau hidup pada tahun 812-881 H.

‫ أخد عنه الفقه والصألين‬.(‫هـ‬٩٠٦-٨٢٢) ‫ شيخ السلم محمد بن محمد بن السيد المقدسي الشهير بكمال الدين بن أبي شريف‬.٢
‫)أصأول الفقه و أصأول الدين( و قرأ عليه شرح المحلي لجمع الجوامع ووصأفه بالعالم المتفنن‬

.Syaikhul Islam Muhammad bin Muhammad As-Sayyid Al-Maqdisi ②


• Terkenal dengan nama Kamaludīn Ibn Abi Syarīf.
• Hidup tahun 882 H-906 H.
• Beliau ilmu fiqh, ushul fiqh dan ushuliddin (aqidah) dari Ibn Abi Syarif.
• Dan beliau membacakan kepada Syaikhnya Syarah Mahalli li Jam'il Jawāmi' dan beliau
menyebut gurunya sebagai seorang Alim yg multi talenta atau menguasai berbagai disiplin ilmu.

‫ أخذ عنه الفقه قراءة‬.(‫هـ‬٨٨٠-٨٠٧) ‫ الشيخ أحمد بن علي بن حسين بن حسن بن علي بن عبد الواحد الشهاب العبادي‬.٣
‫وسماعا‬

Syaikh Ahmad bin 'Ali bin Hushain bin Hasan bin 'Ali bin 'Abdil Wahb Asy-Syihāb ③
.Al-'Abbadi
• Hidup pada tahun 807-880 H.
• Beliau juga belajar ilmu fiqh dengan cara membaca kitab dihadapan beliau (gurunya) serta
mendengarkan kitab yang di-imla'-kan oleh gurunya.
‫ لزم شمس الدين الجوجري و قرأ عليه جانبا في أصأول الفقه والعروض‬.٤

.Syamsuddin Al-Jūjrī ④
• Beliau belajar kepada gurunya ini ilmu ushul fiqh dan ilmu arudh (ilmu bahasa arab).

‫ قرأ على علء الدين الحصني شرح العقائد وحاشيته وشرح التصريف وشرح القطب في المنطق و معظم المطول و غير‬. ٥
‫ذالك‬

Alauddin Al-Hashanī ⑤
• Belajar Syarhul 'Aqāid dan hasiyahnya serta Syarh At-Tashrīf dan Syarhul Qutub Fil Mantiq
(ilmu mantiq) dan mayoritas buku-buku yang panjang dan meluas.

‫ و مما قرأه عليه من تصانيفه‬،‫ قرأ على بدر الدين المارداني في الفرائض والحساب والجبر و المقابلة وما يلحق بتلك العلوم‬. ٦
‫شرح الفصول‬

Badruddin Al-Mārdānī ⑥
• Belajar tentang ilmu farāidh dan ilmu hitung serta al jabar serta ilmu-ilmu umum yang lainnya.
• Dan beliau juga membaca karangan gurunya yaitu Syarh Al-Fushūl.

‫ و قرأ عليه بالقراءات السبع‬،‫قرأ على زين الدين زكريا القياس من شرح جمع الجوامع للمحلي‬

Zainuddin Zakariyya ⑦
• Beliau belajar dari gurunya kitab Al-Qiyyās dari Syarhul Jam'ul Jawāmi' Lil Mahalli.
• Dan juga belajar kepada beliau tentang qirāat Sab'ah (qirāat qurāniyah yang 7 bacaan).

‫قرأ على جمال الدين الكوراني شرح أشكال التأسيس‬

.Jamāluddin Al-Kūrāni ⑧
• Beliau belajar Syarh Asykāl At-Ta'sis

‫أخذ القراءاة جمعا و إفرادا عن شمس الدين محمد بن القادري‬

.Beliau belajar Ilmu qirāat dari Syaikh Syamsuddin bin Muhammad bin Al-Qadirī ⑨
Dan masih banyak lagi guru-guru beliau yang lain , baik dalam ilmu fiqih, ilmu qirāat, ilmu
bahasa arab maupun ilmu-ilmu agama yang lainnya, bahkan ilmu umum seperti matematika,
ilmu hitung, aljabar dan yang lainnya.
Beliau memiliki sifat yang sangat mulia dan dipuji oleh banyak teman sebayanya dan guru-
gurunya.
Dikatakan

‫تنوميننز النمانم اوبن نقانسنم فنوي نجوملنةة منن اولفنننوونن‬

Bahwasanya beliau itu memiliki kelebihan banyak kemampuan dalam berbagai macam ilmu.
In syā Allāh kita akan lanjutkan pada pertemuan berikutnya tentang murid-murid dan sifat-sifat
yang mulia.
Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai