Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

AL-HADIST

“ SEJARAH PERHIMPUNAN DAN PEMBUKUAN HADIST PADA ABAD KE-4


SAMPAI ABAD KE-7”

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 4

1. FENI IKA HILVINA (210202137)


2. IHYAQ ULUMUDIN (210202164)
3. HAFIDATURRAHMI (210202151)

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM (HKI)

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) MATARAM

2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Sejarah Perhimpunan dan Pembukuan Hadist abad
IV, V, VI, VII" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Al-hadis. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan tentang sejarah dan pembukuan hadis bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak dosen M. Noor, M.HI Mata kuliah Al-hadis.
Kami ucapan terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya
makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 24 September 2021

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................................4
C. TUJUAN DAN MANFAAT............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................5
A. SEJARAH PERHIMPUNAN DAN PEMBUKUAN HADITS PADA ABAD KE 4......................5
B. SEJARAH PERHIMPUNAN DAN PEMBUKUAN HADITS PADA ABAD KE 5......................7
C. SEJARAH PERHIMPUNAN DAN PEMBUKUAN HADITS PADA HADITS PERIODE VI......9
D. SEJARAH PERHIMPUNAN DAN PEMBUKUAN HADITS PADA HADITH PERIODE VII....9
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................11
A. KESIMPULAN.............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................12

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hadis disebut juga Sunnah adalah segala sesuatu yang bersumber atau disandarkan
kepada Rasulullah SAW, baik berupa perketaan, perbuatan, atau taqrir beliau. Hadis
sebagai sumber ajaran Islam setelah al-Qur'an. Sejarah perjalanan hadis tidak terpisahkan
dari sejarah perjalanan Islam itu sendiri.

Kendati demikian, keberadaan hadis dalam proses kodifikasinya sangat berbeda


dengan al-Quran yang sejak awal mendapat perhatian secara khusus baik dari Rasulullah
saw maupun para sahabat berkaitan dengan penulisannya. Sementara perhatian terhadap
hadis tidaklah demikian. Upaya kodifikasi hadis secara resmi baru dilakukan pada masa
pemerintahan Umar bin Abdul Aziz khalifah Bani Umayyah yang memerintah tahun 99-
101H, yang waktunya relatif jauh dari masa Rasulullah saw. Kenyataan ini telah memicu
berbagai spekulasi perihal otentisitas al-Hadits itu sendiri.

Dari kalangan orientalis seperti; Joseph Schacht dan Goldziher dalam bukunya
Muhammedanische Studien telah memastikan diri untuk mengingkari adanya
pemeliharaan hadis pada masa Sahabat sampai awal abad II H. Juga beberapa penulis
muslim kontemporer seperti halnya Ahmad Amin dan Isma'il Ad'ham berke simpulan
bahwa hadis sebagai sumber hukum Islam tidak otentik karena baru ditulis satu abad
setelah Rasulullah wafat, dalam hal ini adalah tidak tepat. Tuduhan ini menurut Dr. M.
Mustafa Azami lebih disebabkan karena kurangnya ketelitian mereka dalam melacak
sumber-sumber yang berkaitan dengan kegiatan penulisan hadis.

Mencermati uraian di atas, maka dalam makalah ini akan dibahas tentang penulisan
dan penghapalan hadis.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah perkembangan dan pembukuan hadits dari abad ke 4
2. Bagaiman sejarah perkembangan dan pembukuan hadits dari abad ke 5
3. Bagaimana sejarah perkembangan dan pembukuan hadits dari abad ke 6
4. Bagaimana sejarah perkembangan dan pembukuan hadits dari abad ke 7

C. TUJUAN DAN MANFAAT


1. Utuk mengetahui sejarah perkembangan dan pembukuan hadits
2. Untuk mengetahui terjadinya pemalsua hadist dan upaya penyelamatannya

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH PERHIMPUNAN DAN PEMBUKUAN HADITS PADA ABAD KE 4


Dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan periwayatan Hadith mulai berkembang,
sejalan dengan banyaknya ulama’ yang tertarik untuk menulis fatwa-fatwa dari para
Sahabat dan Tabi’in dalam permasalahan-permasalahan yang timbul pada waktu itu. Dan
untuk mengantisipasi hilangnya Hadith-Hadith nabi, karena adanya Hadith-Hadith palsu
yang menyebar di kalangan sahabat yang wafat dalam menegakkan agama Allah, maka
usaha penulisan dan kodifikasi (tadwin) Hadith semakin keras di lakukan para ulama’ di
kalangan Tabi’in
Kodifikasi atau tadwin Hadith, artinya ialah pencatatan, penulisan, atau pembukuan
Hadith. Secara individual, seperti diuraikan dalam pembahasan diatas, pencatatan telah
dilakukan oleh para Sahabat sejak zaman Rasul SAW. Akan tetapi yang dimaksud dalam
pembahasan ini, ialah kodifikasi secara resmi berdasarkan perintah khalifah, dengan
melibatkan beberapa personil yang ahli dalam masalah ini. Bukan yang dilakukan secara
perseorangan atau untuk kepentingan pribadi, seperti yang terjadi pada masa-masa
sebelumnya.
Dan yang perlu digaris bawahi dalam pembahasan kodifikasi Hadith adalah, bahwa
kodifikasi Hadith ini terjadi pada akhir qurun partama, dan pembahasan tentang kaidah-
kaidah kodifikasi Hadith belum ditulis  pada waktu itu, akan tetapi hanya dikonsep dalam
hati para penulis, dan di hati mereka terdapat Hadith- Hadith pilihan sebelum masa
kodifikasi. Pun pula para perowi  dan  pengumpul Hadith tidak mempunyai dasar-dasar
dan kaidah-kaidah tertulis penyusunan, akan tetapi mereka mempunyai dasar-dasar dan
kaidah-kaidah yang sempurna dalam hati walaupuntidak bisa diwujudkan dalam
kenyataan
Setelah agama islam tersiar luas di masyarakat, dipeluk dan dianut oleh penduduk
yang bertempat tinggal diluar jazirah Arabia, dan para sahabat mulai terpencar di
beberapa wilayah, bahkan tidak sedikit jumlahnya yang telah meninggal dunia, maka
terasalah perlunya Al-Hadith di abadikan dalam bentuk tulisan dan kemudian di bukukan
dalam dewan Hadith.Urgensi ini menggerakkan hati Khalifah Umar bin Abdul Aziz,
seorang khalifah Bani Umayyah yang menjabat antara tahun 99 H sampai tahun 101 H,
untuk menulis dan membukukan Al-Hadith
Usaha kodifikasi Hadith yang pertama ini yang dipimoin oleh khalifah Umar bin
‘abdul Aziz  ( khalifah bani umayyah VIII ), melalui intruksinya kepada pejabat daerah
agar memperhatikan dan mengumpulkan Hadith dari para penghafalnya. Intruksi khalifah
yang pertama ini pertama kali di sampaikan pada Abu Bakr bin Muhammad ibn ‘mr ibn
Hazm ( Gubernur Madinah ), ia mengirim instruksi yang iainya:

“Perhatikan atau periksalah Hadith- Hadith Rasul SAW kemudian tulislah ! Aku khawatir
akan lenyapnya ilmu dengan meninggalnya para ulama (para ahlinya). Dan janganlah
kamu terima kecuali Hadith- Hadith dari Rasul SAW”

5
Dengan adanya perintah dari Khalifah Umar bin Abdul Aziz tersebut, para ulama
mulai menulis dan membukukan Hadith dan pada waktu itu pula masjid-masjid dipenuhi
para yang melakukan pengkajian dan pembahasan Hadith. Perintah tersebut diikuti
dengan kebijaksanaan penggunaan sebagian Bait al-Mal  untuk membiayai kegiatan
penulisan Hadith. Ibn Syihab al-Zuhri adalah orang yang pertama yang melaporkan
pengumpulan Hadith pada permulaan abad ke-2.  Kemudian disusul oleh ulama yang lain
bersamaan dengan kegiatan Ulama dalam bidang Ilmu-ilmu agama lainya,seperti Ilmu
fikih, ilmu kalam, dan sebagainya. Oleh karena itu, masa ini dikenal dengan ‘ashr al-
tadwin (masa pembukuan).

Abu bakr ibn Hazm berhasil menghimpun Hadith- Hadith yang ada pada ‘Amrah
binti ‘Abd al-Rahman al-Anshari (murid kepercayaan ‘A’isyah),yang menurut Ulama
tidaklah begitu lengkap.Sedangkan Ibn Syihab al Zuhri berhasil menghimpunnya, yang
menurut penilaian para Ulama lebih lengkap. Akan tetapi, sayang sekali karya dari kedua
ulama Tabi’in ini lenyap, tidak sampai diwariskan kepada generasi sekarang
1. Motif utama Khalifah Umar bin Abdul Aziz berinisiatif membukukan Hadith:
a. Kemauan beliau yang kuat untuk tidak membiarkan Hadith seperti waktu yang
sudah-sudah. Karena beliau hawatir akan hilang dan lenyapnya Hadith dari
perbendaharaan masyarakat, disebabkan belum dikodifikasikannya dalam diwan
Hadith.
b. Kemauan beliau yang keras untuk membersihkan dan memelihara Hadith dari
Hadith- Hadith maudlu’  yang di buat oleh orang-orang untuk mempertahankan
ideologi golongannya dan mempertahankan madzhabnya, yang mulai tersiar sejak
awal berdirinya kekhalifahan Ali bin Abi Thalib r.a .
c. Alasan tidak didewankannya Hadith secara resmi di zaman Rasulullah SAW dan
Khulafa al-rasyidin, karena adanya kekawatiran bercampur dengan Al-Quran.
d. Kalau zaman Khulafa al-Rasyidin belum pernah dibayangkan dan terjadi
peperangan antara orang muslim dengan orang kafir, demikian juga perang
saudara orang muslim yang kian hari kian menjadi-jadi, yang sekaligus berakibat
berkurangnya jumlah ulama ahli Hadith
Setelah berlalu abad ke 3 yang merupakan masa keemasan bagi perkembangan ilmu-
ilmu islam, khususnya ilmu-ilmu tentang hadis Nabi. Ulama pada abad ke 4 ini mengikuti
usaha pendahulu mereka dalam berkhidmat kepada Sunnah Nabi saw.
Abad ke empat ini merupakan abad pemisahan antara ulama Mutaqaddimin, yang
dalam menyusun kitab hadits mereka berusaha sendiri menemui para sahabat atau tabi’in
atau tabi’in yang menghafal hadits dan kemudian menelitinya sendiri, dengan ulama
mutaakhirin yang dalam usahanya menyusun kitab-kitab hadits, mereka hanya menukil
dari kitab-kitab yang disusun oleh ulama mutaqaddimin.
Mereka berlomba-lomba untuk menghafal sebanyak-banyaknya hadits-hadits yang
telah dikodifikasikan, sehingga tidak mustahil sebagian dari mereka sanggup menghafal
beratus-ratus ribu hadits. Sejak periode inilah timbul bermacam-macam gelar keahlian
dalam ilmu hadits, seperti gelar al-Hakim dan al-Hafidz. Adapun Kitab – kitab yang
masyhur hasil ulama abad ke-empat, antara lain :
a. Mu’jamu al-Kabir, M’jamu al-Awsath, Mu’jamu al-Shaghir, karya al-Imam Sulaiman
bin Ahmad al-Tabrany (360 H.).

6
b. Sunan al-Daruquthny, karya al-Imam Abdul Hasan Ali bin Umar bin Ahmad al-
Daruquthny (306-385 H.).
c. Shahih bin ‘Auwanah, karya Abu ‘Auwanah Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim al-
Asfayainy (354 H.).
d. Shahih Ibnu Khudzaimah, Karya Ibnu Khudzaimah Muhammad bin Ishaq (316 H.).
2. Perkembangan Kodifikasi Pada Abad ini
Di antara mereka ada menyusun kitab hadis mengikuti metode kitab Shahih Al-
Bukhari dan Shahih Muslim dalam mentakhrij hadis-hadis shahih. Diantaranya:
a). Shahih Ibn Khuzaimah (223 H-311 H)
b). Shahih Ibn Hibban (>270 H-354 H)
c). Al Mustadrak al-Hakim (321 H-405 H)
Ada pula beberapa ulama yang menyusun kitab hadis dengan
menggunakan  metode As-Sunan dalam penyusunannya. Diantaranya:
a). Muntaqo ibn Jarud (w. 307 H)
b). Sunan Ad-Daruquthni (306 H-385 H)
c). Sunan Al-Kubra Al-Baihaqi (384 H-458 H)
Muncul pula pada masa ini kitab hadis yang sangat bemanfaat sekali dalam
menjelaskan antara hadis yang tampaknya bertentangan. Diantaranya: Syarh Musykil
al-Atsar Ath-Thahawi (239 H-321 H)
Pada masa ini pun para ulama ada yang membuat kitab hadis yang mentartib hadis-
hadis berdasarkan nama sahabat periwayatnya. Diantaranya: Mu’jam Al-Kabir Ath-
Thabrani (260 H-360 H)
Beberapa ulama membuat kitab-kitab Mustakhraj. Mustakhraj artinya adalah yang
dikeluarkan, maksudnya adalah seorang mengeluarkan (meriwayatkan) hadis dari satu
kitab, dan sanadnya dari dia sendiri. Lalu sanadnya bertemu dengan syaikh pengarang
kitab itu, selanjutnya bertemu dengan rawi yang lebih atas dari syaikh tersebut.
Diantara kitab Mustakhraj ini adalah:
a. Mustakhraj Abu Bakar Al-Isma’ili  ‘ala Shahih al-Bukhari (w. 371 H)
b. Mustakhraj Muhammad bin Ahmad bin Al-Hasan Al-Ghatrifi ‘ala al Bukhari (w.
377 H)
c. Mustakhraj Ibn Abi Dzihlin ‘ala al-Bukhari (w. 378 H)
d. Mustakhraj Ahmad bin Musa bin Mardawaih Al-Ashbahani ‘ala Shahih al-
Bukhari (w. 416 H)
e. Mustakhraj Ya’qub bin Ishaq Al-Isfirayaini ‘ala shahih Muslim (w. 316 H)
f. Mustakhraj Ahmad bin Salamah An-Naisaburi ‘ala Shahih muslim (w. 286 H)
g. Mustakhraj Ahmad bin Hamdan bin ‘Ali Al-Hairy An-Naisaburi ‘ala Muslim (w.
311 H)
h. Mustakhraj Muhammad bin Muhammad bin Raja’ An-Naisaburi ‘ala Muslim (w.
286 H)
i. Mustakhraj Muhammad bin Muhammad bin Yusuf Ath-Thusi ‘ala Shahih Muslim
(w. 344 H)

B.  SEJARAH PERHIMPUNAN DAN PEMBUKUAN HADITS PADA ABAD KE 5

7
Pada abad ini para ulama mencoba membuat kumpulan hadis dengan metode jam’i.
Yaitu metode penggabungan antara dua kitab atau lebih. Kitab ini dikutip dari beberapa
kitab hadis abad sebelumnya. Diantaranya:
1. Al-Jam’u Baina as-Shahihain (Kumpulan dari Shahih Al-Bukhari dan Shahih
Muslim)
a. Ad-Dimasyqi (w. 401 H)
b. Ibn Al-Furat (w. 414 H)
c. Al-Barqoni (w. 425 H)
d. Imam Abi Abdillah Al-Humaidi (w. 488 H)
e. Al-Baghawi (w. 516 H)
f. Al-Asybili (w. 581 H)
g. Imam Abi Abdillah Al-Anshary (w. 582 H)
h. Abi Hafsh Al-Maushili (w. 622 H)
i. Ash-Shagani (w. 650 H)
2. Al-Jam’u baina Kutub al-Khamsah au As-Sittah (Kumpulan dari kutub al-Khomsah
atau al-Sittah)
a. At-Tajrid li Ash-Shihhah wa As-Sunan As-Sirqisthi (w. 535 H)
b. Al-Jaami’ baina al-Kutub As-Sittah Al-Asybili (w. 581 H)
c. Jaami’ al-Ushul fi Ahaadiits Ar-Rasul Ibn Atsir (544 H-606 H)
d. Anwaar al-Mishbah fi al-Jam’i baina al-Kutub As-Sittah Ash-Shihhah Al-
Gharnathi (w. 646 H)
Pada Abad ini pun muncul beberapa kitab yang lain, yang semakin memperkaya
khazanah keilmuan Islam. Diantaranya:
a. Syarh As-Sunnah Al Baghawi (436 H-516 H)
b. Mashabih As-Sunnah Al-Baghawi (436 H-516 H)
c. Jaami’ al-Ushul fi Ahaadiits Ar-Rasul Ibn Atsir (544 H-606 H)
Usaha ulama ahli hadits pada abad V dan seterusnya adalah ditujukan untuk
mengklasifikasikan al-Hadits dengan menghimpun hadits-hadits yang sejenis
kandungannya atau sejenis sifat-sifat isinya dalam satu kitab hadits. Disamping itu
mereka pada men-syarahkan (menguraikan dengan luas) dan mengikhtishar
(meringkaskan) kitab-kitab hadits yang telah disusun oleh ulama yang mendahuluinya.
seperti yang dilakukan oleh Abu 'Abdillah al-Humaidi (448 H.) adapun contoh kitab-
kitab hadits pada periode ini antara lain:
1. Sunan al-Kubra, Karya abu Bakar Ahmad bin Husain 'Ali al-Baihaqy (384-458 H.)
2. Muntaqa al-Akhbar, karya Majduddin al-Harrany (652 H.)
3. Fathu al-Bari Fi Syarhi al-Bukhari, Karya Ibnu Hajar al-'Asqolany (852 H.).
4. Nailu al-Awthar, Syarah kitab Muntaqa al-Akhbar, karya al-Imam Muhammad bin
Ali al-Syaukany (1172- 1250 H.)
Dan muncul pula Kitab-kitab hadits targhib dan tarhib, sepeti :
1. Al-Targhib wa al-Tarhib, karya al-Imam Zakiyuddin Abdul ‘Adzim al-Mundziry (656
H.)
2. Dalailu al-falihin, karya al-Imam Muhammad Ibnu ‘Allan al-Shiddiqy (1057 H.)
sebagai kitab syarah Riyadu al-Shalihin, karya al-Imam Muhyiddin abi zakaria al-
Nawawawi (676 H.)

8
Pada periode ini para ulama juga menciptakan kamus hadits untuk mencari pentakhrij
suatu hadits attau untuk mengetahui dari kitab hadits apa suatu hadits didapatkan,
misalnya :
1. al-Jami’u al-Shaghir fi Ahaditsi al-Basyiri al-Nadzir  , karya al-Imam Jalaluddin al-
Suyuthy (849-911 H.)
2. Dakhairu al-Mawarits fi Dalalati ‘Ala Mawadhi’i al-Ahadits, karya al-Imam
al-‘Allamah al-Sayyid Abdul Ghani al-Maqdisy al-Nabulisy.
3. Al-Mu'jamu al-Mufahras Li al-Alfadzi al-Haditsi al-Nabawy, Karya Dr. A.J. Winsinc
dan Dr. J.F. Mensing.
4. Miftahu al-Kunuzi al-Sunnah, Karya Dr. A.J. Winsinc.
C. SEJARAH PERHIMPUNAN DAN PEMBUKUAN HADITS PADA HADITS
PERIODE VI
(Masa Pemeliharaan,Penertiban Dan Penambahan), Masa Ini Juga Disebut  ‘Asru
Tahdhib Wa Al-Tartib Wa Al-Istidrak .

Kalau pada abad pertama, kedua dan ketiga, Hadith mengalami berturut-turut
periwayatan,penulisan, dan penyaringan dari fatwa-fatwa para sahabat dan tabi’in, dan
Hadith yang telah didewan oleh ulama Mutaqoddimin (ulama abad I sampai III ) tersebut
mengalami sasaran baru , yakni di hafal dan diselidiki sanadnya oleh
ulama mutaakhkhirin (ulama abad IV dan seterusnya).

Para ahli Hadith berlomba-lomba untuk menghafal sebanyak-banyaknya Hadith yang


telah terdewan itu, hingga tidak mustahil sebagian dari mereka sanggup menghafal
beratus-ratus ribu Hadith .Sejak periode inilah timbul bermacam-macam gelar keahlian
dalam ilmu Hadith,seperti Al-Hakim, Al-Hafidz dan lainnya.

Abad keempat ini adalah abad pemisah antara ulama mutaqoddimin, yang dalam
penyusunan kitab Hadith mereka berusaha sendiri menemui para sahabat atau tabi’in
penghafal Hadith kemudian meneliti sendiri dengan ulama mutaakhirin yang usahanya
menyusun kitab-kitab Hadith, mereka hanya menukil dari kitab-kitab ulama
mutaqaddimin.

D. SEJARAH PERHIMPUNAN DAN PEMBUKUAN HADITS PADA HADITH


PERIODE VII
(Masa Pensyarahan, Penghimpunan, Pentakhrijan, Dan Pembahasan), Disebut
Juga ‘Asru Al-Syarh Wa Al-Jami’ Wa Al-Takhrij Wa Al-Bahs.

Usaha ulama ahli Hadith pada abad V dan seterusnya adalah ditujukan untuk
mengklasifikasikan Hadith dengan menghimpun Hadith-Hadith yang sejenis
kandungannya atau sejenis sifat-sifat isinya dalam kitab Hadith. Di samping itu mereka
pada men-syarahkan (menguraikan dengan luas), dan meng-ikhtishar (meringkaskan)
kitab-kitab Hadith yang telah disusun oleh ulama yang mendahuluainya. Oleh karena itu,
lahirnya kitab-kitab Hadith hukum; seperti :

1. Sunan al-Kubra, karya Abu Bakar Ahmad bin Husain Ali al-Baihaqy (384-458 H).
2. Muntaqa al-Akhbar, karya Majduddin al-Harrany (w 652 H).

9
3. Nailu al-Autar, sebagai syarah dari kitab Muntaqa al-Akhbar, karya Muhammad bin
Ali al-Syaukany (1172-1250 H).

Kitab-kitab Hadith Targhib wa al-Tarhib, seperti:

1. Targhib wa al-Tarhib, karya Imam Zakiyu al-Din Abdu al-Adzim al-Mundziri (w 656 H).
2. Dalilu al-Falihin, karya Muhammad Ibn ‘Allan Al-Siddiqy (w 1057 H), sebegai Syarah
kitab Riyadu al-Shalihin, karya Imam Muhyid al-Din Abi Zakariya al-Nawawi.

Selanjutnya bangkit ulama ahli Hadith yang berusaha menciptakan kamus Hadith
untuk mencari pentakhrij suatu  Hadith atau untuk mengetahui dari kitab Hadith apa suatu
Hadith itu didapatkan, seperti:

1. Al-Jami’ al-Shaghir fi AHadithi al-Basyiri al-Nadzir, Karya Imam Jalalu al-Din al-


Suyuty (849-911 H).Kitab ini mengumpulkan haidth-Hadith yang terdapat pada Kutub
al-Sittah dan lainnya, dan selesai ditulis tahun 907 H.
2. Dakhair al-Mawarith fi al-Dalalati ‘ala Mawadli’i al-AHadith, karya Al-Alamah al-
Sayyid Abdu al-Ghani al-Maqdisy al-Nabulisy.di dalamnya terkumpul kitab Athraf 7
(Shahih Bukhary-Muslim, sunan empat dan Muwatta’ ).
3. Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadli al-Hadith al-Nabawy, karya Dr.A.J Winsinc dan
Dr.J.F Mensing, selesai tahun 1936 M.
4. Miftah kunuzi al-Sunnah, karya Dr.Winsinc, berisikan Hadith-Hadith yang terdapat 14
macam kitab Hadith, dicetak pertama tahun 1934 di mesir

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari sedikit uraian sejarah kodifikasi al-Hadits tersebut, dapat kita tarik sebuah
kesimpulan, bahwa hadits yang sekarang bisa kita nikmati dari kitab-kitab hadits
susuanan para ulama, ternyata memiliki sejarah perjuangan yang besar.
Pengkodifikasian kitab hadis dari Abad IV abad Ke V, merupakan usaha para ulama
untuk menyelamatkan sunnah dan Hadis sebagai sumber ajaran islam. Pencatatan hadis
yang pada awalnya dipertentangkan, menjadi hal yang mesti untuk dilakukan. Bukankah
pelarangan pencatatan hadis oleh Rasulullah saw dilakukan untuk kemaslahatan. Oleh
karena itu, pencatatan hadis untuk memelihara keaslian sunnah dan hadis nabi mesti pula
dilakukan. Supaya umat islam di masa depan tidak kehilangan petunjuk yang akan
menunjukkan mereka ke jalan yang benar

11
DAFTAR PUSTAKA
http://dedimulyana96.blogspot.com/2015/03/makalah-perkembangan-hadits-pada-abad.html?
m=1

https://asyroff.wordpress.com/al-hadis/sejarah-perkembangan-hadith-periode-iv-vvivii-sampai-
abad-20/

http://langitjinggadipelupukmatarumahmakalah.blogspot.com/2014/10/sejarah-pembinaan-dan-
penghimpunan-hadis.html?m=1

https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/contoh-kata-pengantar-mulai-dari-makalah-sampai-karya-
ilmiah

12

Anda mungkin juga menyukai