Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH TSAQAFAH ARABIYAH

TENTANG

KONSEP TSAQAFAH ARABIYAH

DAN UNSUR-UNSURNYA

Disusun oleh:

KELOMPOK I (PERTAMA)

1. MAWANDI

2. ULFA AHYATUL FADILAH

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NURUL HAKIM (IAI NH)

KEDIRI LOMBOK BARAT NTB

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa Arab merupakan bangsa yang sangat penting untuk dikenal oleh

seluruh umat muslim didunia, sebab di Arablah tepatnya di kota Mekkah Nabi

Muhammad dilahirkan sebagai masyarakat Arab. Masyarakat Arab yang sebelum

datangnya Nabi Muhammad merupakan masyarakat Jahiliyyah berubah menjadi

masyarakat yang lebih baik dengan datangnya Nabi Muhammad dengan membawa

agama Islam.

Tsaqafah Arabiyah merupakan satu mata kuliah yang didalamnya membahas

mengenai kebudayaan yang terdapat di bangsa Arab, meliputi masyarakat bangsa

Arab, komunikasi atau interasksi bangsa Arab, dan budaya yang terdapat di bangsa

Arab itu sendri. Manusia dan kebudayaan tak terpisahkan, secara bersama-sama

menyusun kehidupan. Manusia menghimpun diri menjadi satuan sosial-budaya,

menjadi masyarakat. Masyarakat manusia melahirkan, menciptakan,

menumbuhkan, dan mengembangkan kebudayaan: tak ada manusia tanpa

kebudayaan, dan sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa manusia; tak ada masyarakat

tanpa kebudayaan, tak ada kebudayaan tanpa masyarakat.

Di antara mahluk-mahluk ciptaan Al-Khaliq, hanya masyarakat manusia yang

meniru-niru Sang Pencipta Agung merekayasa kebudayaan. Kebudayaan adalah

reka-cipta manusia dalam masyarakatnya. Kesadaran manusia terhadap

pengalamannya mendorongnya menyusun rumusan, batasan, definisi, dan teori


tentang kegiatan-kegiatan hidupnya yang kemudian disebut kebudayaan, ke dalam

konsepsi tentang kebudayaan. Kesadaran demikian bermula dari karunia akal,

perasaan dan naluri kemanusiaannya, yang tidak dimiliki oleh mahluk lain, seperti

hewan atau binatang. Dalam sementara pemahaman, secara biologis manusia pun

digolongkan sebagai binatang, namun binatang berakal (reasoning animal).

Oleh karena itu, penulis ingin menjelaskan dalam makalah ini yang berjudul

“Konsep Tsaqafah Arabiyah dan Unsur-Unsurnya”. Makalah ini guna

melaksanakan kewajiban sebagai mahasiswa dalam mata kulian “Tsaqafah

Arabiyah”

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, penulis dapat mengambil

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep Tsaqafah Arabiyah?

2. Apa unsur-unsur dari Tsaqafah Arabiyah

C. Tujuan

Dari rumusan masalah yang dipaparkan di atas, tujuan penulisan dari makalah

ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui konsep dari Tsaqafah Arabiyah

2. Untuk mengetahui unsur-unsur dari Tsaqafah Arabiyah


KATA PENGANTAR

Sesungguhnya segala puji hanya milik Allah Ta’ala. yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah ini dengan baik. Salawat beserta salam semoga tetap tercurah limpahkan

kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam beserta istri-istrinya,

keluarganya, sahabat, para syuhada dan para pengikutnya yang selalu berusaha dan

istiqamah hingga hari akhir nanti.

Dengan izin Allah Ta’ala akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini

sebagai tugas diajukan sebagai tugas kuliah pada mata kuliah Tsaqafa Arabiyyah

dengan judul Konsep Tsaqafah Arabiyah dan Unsur-Unsurnya. Hanya kepada

Allah jugalah penulis ucapkan rasa syukur atas kekuatan akal dan pikiran yang telah

dianugerahkan kepada penulis kemudian ucapan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu dalam penyelesaian tugas ini, terutama kepada dosen

pengammpu mata kuliah ini penulis ucapkan Jazahullahu khoiron yang telah

mengajarkan dan membimbing kami dalam mata kuliah ini.

Kesempurnaan hanya milik Allah Ta’ala, jad untuk kesempurnaan dan

kelengkapan makalah ini penulis sangat berharap masukan dan kritikan dari semua

pihak. Semoga makalah ini memberikan banyak manfaat untuk kita semua. Amin.

Kediri, Oktober 2021

Penulis
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Tsaqafah Arabiyah

Definisi Tsaqofah secara etimologi, dalam kamus Al-Munjid fi-llughot wal-

A’lam, kata tsqofah, adalah masdar dari kata dengan variasi format dan makna

sebagai beriku:1

a. Tsaqifa-yastsqafu: memahami sesuatu dengan mudah.

b. Tsaqufa-yatsqufu: cerdas, ringan

c. Tsaqafa-yatsqufu: mengalahkan kecerdasannya.

Menurut Dr. Syaukat Muhammad Ulyan, bahwa tsaqofah mempunyai arti

menang, mengalahkan, memanfaatkan potensi, berada, bertemu, menyamakan hak,

meluruskan dan memperbaiki.2

Sementara itu di dalam Alqur’an terdapat beberapa ayat yang

mempergunakan akar kata “‫ ”ثقف‬dengan variasi makna sebagai berikut:

ُ ‫( َوا ْقتُلُ ْوهُ ْم َحي‬Dan bunuhlah


a. Surat Al-Baqarah ayat 191 bermakna : ‫ْث ث َ ِق ْفت ُ ُموهُ ْم‬

mereka di mana kamu jumpai mereka)

b. Surat Ali Imron ayat 112 bermakna : ‫الذلَّةُ اَيْنَ َما ث ُ ِقفُ ْوا‬
ِ ‫علَ ْي ِه ُم‬ ْ َ‫( ض ُِرب‬Mereka
َ ‫ت‬

diliputi kehinaan di mana saja mereka berada)

ِ ‫( فَ ِا َّما تَثْقَفَنَّ ُه ْْم فِى ا ْل َح ْر‬Maka jika engkau


c. Surat Al-Anfal ayat 57 bermakna : ‫ب‬

(Muhammad) mengungguli mereka dalam peperangan)

1
Louis Mahlouf, al Munjid fi el- Lughot wa al A’lam, (Beirut: Dar el-Masyriq, 1986), hal.71.
2
Muhammad Syaukat Ulyan, As-tsaqofah al-Islamiyah wa-Tahadiyatil ‘Ashri, (Riyadh: Dar er-
rasyid, 1981), hal 10.
Dari variasi makna etimologis tersebut, mengindikasikan bahwa tsaqofah

mempunyai beberapa unsur yang sangat penting, yakni :

a. Kecerdasan dan kepandaian

b. Cepat, mudah

c. Berada, bertemu

d. Meluruskan, memperbaiki

e. Mempersamakan hak

f. Memperoleh

g. Mendidik budi pekerti

h. Menang/mengalahkan, menangkap

i. Memanfaatkan potensi/kekuatan.3

Adapun definisi Tsaqofah secara terminmologi, di bawah ini penulis

memaparkan definisi menurut para ahli:

1) Menurut Dr. Syaukat Muhamad Ulyan

“Tsaqofah dalam konsep kontemporer adalah seluruh pengetahuan baik yang

praktis maupun teoritis yang berlandaskan pada empirisme, atau pemikiran yang

bertujuan meningkatkan kemajuan manusia, dengan memanfaatkan berbagai aspek

kehidupan praktis. Atau berupa penjabaran teori kehidupan ke dalam realita, dan

mengatur perilaku dan moral manusia, yang merupakan tempat dan tujuan setiap

kreatifitas manusia menuju kesempurnaan masyarakat Islam”.4

3
Muhammad Syaukat Ulyan, As-tsaqofah al-Islamiyah wa-Tahadiyatil ‘Ashri, (Riyadh: Dar er-
rasyid, 1981), hal. 10.
4
Ibid, 11.
Di samping itu, Syaukat juga mengutip definisi lain tentang tsaqofah: “Ada

konsep lain tentang tsaqofah, yakni segala mencakup konsep pemikiran, aktivitas

dan eksperimen serta keahlian yang berkembang di segala lapisan masyarat...”5

2) Menurut Abdul Jalil dengan mengutip beberapa pendapat tentang definisi

tsaqafah sebagai berikut:6

a) Tsaqofah adalah seluruh ilmu pengetahuan dan seni yang memerlukan

kecerdasan akal.

b) Tsaqofah adalah adalah serangkaian pemikiran, keteladanan dan keyakinan

adat istiadat dan tradisi, cara berfikir yang menghubungkan karekteristik

lembaga-lembaga sosial dalam masyarakat.

c) Tsaqofah adalah berbagai aspek kehidupan masyarakat yang cakupannya

sangat luas sesuai dengan tradisi yang dilakukannya.

d) Tsaqofah adalah segala bentuk warisan peradaban dan pemikiran, baik yang

berupa teori maupun praktis yang menjadi ciri kas masyarakat yang dilakukan

oleh setiap individu sejak lahir hingga meninggal.

Dari serangkain definisi tsaqofah tersebut, maka menjadi jelaslah bahwa

tsaqofah mempunyai pengertian yang variatif di mata para pakar, sesuai dengan

displin ilmu dan filosofi yang dianut oleh masing-masing. Namun kendatipun

rumusannya berbeda tapi saling berdekatan, yakni berupa sekumpulan sifat etika

dan nilai-nilai sosial yang diterima individu semenjak lahirnya yang membentuk

watak dan kepribadian seseorang.

5
Ibid, 12.
6
Abdul Jalil, Makna Tsaqofah Dalam Konteks Kontemporer. (Universitas negeri Jakarta Vol. VIII
No. I Januari 2012), hal. 52.
Tsaqofah merupakan gambaran hidup bagi umat, yang membentuk karakter

kepribadiannya dan keberlangsungan eksistensinya, yang mengatur perjalanan

hidup dan orientasi hidupnya. Sehingga tsaqofah akan menjadi semacam akidah

yang dipercayai, prinsip-prinsip yang dijaga, perilaku yang dipegang, tradisi yang

selalu dijaga kelestariannya, dan pemikiran yang diharapkan selalu berkembang

tanpa batas.

Sebagai kesimpulang dan pelengkap uraian tentang definisi tsaqofah,

penulis memaparkan definisi tsaqofah versi pakar linguistik Indonesia, WJS

Purwodarminto, bahwa tsaqofah: “hasil aktifitas dan kreatifitas akal sehat, meliputi

aspek seni, kepercayaan, adat-istiadat dan sebagainya, di bahasa Indonesia-kan

sebagai kebudayaan”7

Adapun ‫ عربية‬secara bahasa kata yang dinisbahkan untuk orang arab, yang

asal katanya ‫( عرب‬ini bentuk jamak) dari bentuk mufradnya ‫عربي‬. Sehingga bisa

disusun dalam susunan kata secara bentuk mufrad dan jamaknya di bawah ini.

ْ ْ‫عربيْعربيونْأوْعرب‬

‫ عربية‬ditambah dengan huruf ‫( ي‬ya,un nisbah) dan ‫( ة‬ta, marbuthoh) menjadi

tanda mu’annats ada suatu kata. Sehingga bisa ditulis dengan ‫( ثقافة عربية‬tsaqafah

arabiyah) atau ‫( الثقافة العربية‬ats-tsaqafah al-arabiyah) 2 kalimat ini dalam bentuk

na’at man’ut atau sifat mausufahb atau ‫( ثقافة العرب‬tsaqafatul arabi) dalam bentuk

idhofah atau mudhofun mudhof ilaih. Ketiga kalimat ini sudah tepat menurut

tatacara penulisan dalam kaidah bahasa arab dan memiliki makna kebudayaan yang

7
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: P.N Balai Pustaka, 1985), hal.
157.
dinisbahkan (sandarkan) kepada orang arab (makna untuk 2 kalimat yang pertama)

dan kebudayaannya orang arab (makna kalimat yang ketiga). Adapun penulisan

yang kurang tepat dalam kaidah bahasa arab yaitu: ‫( ثقافة العربية‬tsaqafatul arabiyah

atau tsaqafah al-arabiyah).

Jadi tsaqafah arabiyah adalah kebudayannya orang arab yang harus

dipelajari. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ats-tsaqafah itu adalah kebudayaan.

Menurut para ahli, mereka menjelaskan tentang makna kebudayaan adalah

kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat

dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh sekumpulan anggota masyarakat.8 Ki

Hajar Dewantara mengemukakan bahwa kebudayaan berarti buah budi manusia

adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan

alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai

rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai

keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.9

Jadi, kebudayaan mencakup semuanya yang di dapatkan atau dipelajari oleh

manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang

dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif. Artinya, mencakup segala cara-

cara atau pola-pola berpikir, merasakan dan bertindak. Seorang yang meneliti

kebudayaan tertentu akan sangat tertarik objek-objek kebudayaan seperti rumah,

sandang, jembatan, alat-alat komunikasi dan sebagainya.

8
Soerjono, Soekanto. Sosiologi suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hal. 150-151.
9
Ki Hajar, Dewantara, Kebudayaan (Yogyakarta: Penerbit Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa,
1994). hal.
Jadi, tsaqafah arabiyah itu bisa dikenal dengan kebudayaan orang arab.

Sehingga bisa disimpulkan dengan seluruh sistem gagasan, tindakan, dan hasil

karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat arab saat itu. Untuk

memudahkan dalam memahami kebudayan orang arab pada saat itu, di bawah ini

penulis akan memaparkan 7 unsur dari kebudayaan arab tersebut.

B. Unsur-unsur Ats-Tsaqafah Al-Arabiyah

Kebudayaan bukan lagi semata-mata koleksi karya seni, buku-buku, alat-alat,

atau museum, gedung, ruang, kantor, dan benda-benda lainnya. Kebudayaan

terutama dihubungkan dengan kegiatan manusia yang bekerja, yang merasakan,

memikirkan, memprakarsai dan menciptakan. Dalam pengertian demikian,

kebudayaan dapat dipahami sebagai “hasil dari proses-proses rasa, karsa dan cipta

manusia.” Dengan begitu, “(manusia) berbudaya adalah (manusia yang) bekerja

demi meningkatnya harkat dan martabat manusia. Strategi kebudayaan yang

menyederhanakan praktek operasional kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari

dan kebijakan sosial dilakukan dengan menyusun secara konseptual unsur-unsur

yang sekaligus merupakan isi kebudayaan.

Unsur-unsur kebudayaan tersebut bersifat universal, yakni terdapat dalam

semua masyarakat di mana pun di dunia, baik masyarakat “primitif” dan terpencil

masyarakat sederhana atau prapertanian maupun masyarakat berkembang atau

mengindustri dan masyarakat maju atau masyarakat industri dan pascaindustri yang

sangat rumit dan canggih. Unsur-unsur tersebut juga menunjukkan jenis-jenis atau

kategori-kategori kegiatan manusia untuk “mengisi” atau “mengerjakan,” atau


“menciptakan” kebudayaan sebagai tugas manusia diturunkan ke dunia sebagai

“utusan” atau khalifah untuk mengelola dunia dan seisinya, tidak hanya

melestarikan isi alam semesta melainkan juga merawat, melestarikan dan

membuatnya indah.

Menurut Koentjaraningrat yang dikutip oleh Nurdien Harry Kistanto dalam

artikelnya yang berjudul tentang Konsep Kebudayaan, bahwa unsur-unsur

kebudayaan tersebut dapat dirinci dan dipelajari dengan kategori-kategori sub-unsur

dan sub-sub-unsur, yang saling berkaitan dalam suatu sistem budaya dan sistem

social, yang meliputi 7 unsur di bawah ini: 10

(1) Sistem dan organisasi kemasyarakatan;

Bangsa Arab diketahui telah memiliki peradaban jauh sebelum Islam

muncul disana. Beberapa ahli mengungkapkan bahwa aspek peradaban Arab

meliputi agama, politik, ekonomi dan seni budaya. Sejarawan muslim membagi

penduduk Arab menjadi tiga kategori, yaitu: 1) al-‘Arab al-Ba’idah: Arab Kuno;

2) ‘Arab al-Arabiyah: Arab Pribumi; dan 3) al’Arab al-Musta’ribah: Arab

pendatang. Eksistensi Arab Kuno tidak dapat terdeteksi oleh sejarah kecuali

beberapa kaum yang dikisahkan dalam al-Quran dan kitab-kitab pendahulunya.

Adapun Arab pribumi adalah dua golongan besar, yaitu Qahthaniyun dan

‘Adnaniyun yang berasal dari Yaman dan merupakan keturunan Nabi Isma’il

yang berdiam di Hijaz, Tahama, Nejad, Palmerah dan sekitarnya.11

10
Nurdien Harry Kistanto Tentang Konsep Kebudayaan (Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Diponegoro), hal. 7
11
Supriyadi, Dedi, Sejarah Peradaban Islam, cet. VIII. (Bandung: Pustaka Setia 2016), hal. 50.
Dari segi tempat tinggal mereka dibagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu

Ahl al-Hadharah (penduduk kota) dan Ahl al-Badiyah (penduduka gurun pasir).

Kedua kelompok ini banyak perbedaan dalam pranata sosial, tata cara, ekonomi,

dan politik yang dipengaruhi kondisi geografi dan kondisi alam dimana mereka

tinggal.12

Peradaban Arab pra Islam sering pula dikenal dengan nama Era Jahiliyyah

(kebodohan). Penamaan ini tidak murni dikarenakan kebodohan mereka dalam

berbagai segi dan tidak berperadaban, namun karena ketiadaan pengetahuan

mereka akan agama, tata cara kemasyarakatan, politik, dan pengetahuan tentang

ke-Esaan Allah. Adapun dari segi fisik, mereka dinilai lebih sempurna dibanding

orang-orang Eropa dalam berbagai organ tubuh, begitupula dalam sisi pertanian

dan perekenomian yang telah maju. Disamping faktor teologis tersebut, mereka

memiliki beberapa karakteristik khusus yang semakin memperkuat kesan Jahil

(bodoh) pada mereka. Lebih jauh, Ignaz Goldziher, seorang orientalis asal

Hongaria bahwa kondisi masyarakat kala itu bukan hanya jahiliyyah, namun

juga barbarisme dan cenderung primitif.13

Diantara preseden buruk yang melekat pada Arab pra-Islam adalah kondisi

dan kedudukan wanita yang dipandang sebelah mata, bahkan setengah manusia.

Meskipun ditemukan beberapa kepala suku wanita di Mekkah, Madinah, Yaman

dan sebagainya, namun jumlah mereka amat sedikit sekali. Di mata masyarakat

mereka, wanita tidak ada harganya dan tidak lebih berharga dari barang

12
Karim, M. Abdul.. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, cet. VI. (Yogyakarta: Bagaskara
2015), hal. 50
13
Supriyadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam, ……………………., hal. 57.
dagangan di pasar. Beberapa pendapat bahkan lebih vulgar menyebutkan bahwa

mereka tidak lebih binatang, wanita dianggap barang dan hewan ternak yang

tidak memiliki hak.14

(2) Sistem religi dan upacara keagamaan;

Dari segi teologis, bangsa Arab juga telah mengenal berbagai macam agama

seperti paganisme, Kristen, Yahudi, Majusi dan agama Tauhid. Konsep agama

Tauhid juga cukup terasa dalam budaya Arab kala itu dengan penyebutan Allah

sebagai Tuhan dan pengkultusan Ka’bah sebagai Bait Allah dan adanya ritual

haji tiap tahunnya. Namun budaya paganisme terasa lebih kental dalam bangsa

Arab pra-Islam dengan banyaknya patung-patung yang disembah dan diletakkan

disekitar Ka’bah sebagai manifestasi tuhan-tuhan sembahan mereka.15

Sedikitnya terdapat 360 buah patung disekeliling Ka’bah yang mewakili tiap-

tiap kabilah dan suku tertentu.16

(3) Sistem mata pencaharian;

Mata pencaharian bangsa Arab pra-Islam sebagian besar adalah bertani dan

berkebun, terutama di daerah Najran. Selain itu juga mereka membuat alat-alat

dari besi dan baja, seperti perhiasan dan senjata. Bangsa Arab masa pra-Islam

sebagian besar menganut kepercayaan terhadap banyak dewa yang diwujudkan

melalui bentuk-bentuk berhala dan patung. Jadi penduduk bangsa Arab Pra-

Islam juga banyak yang bermata pencaharian sebagai pembuat patung dan

berhala. Kala itu berhala tersebut berpusat di Ka'bah. Berhala-berhala yang

14
Supriyadi, Dedi, Sejarah Peradaban Islam, …………………, hal. 55.
15
Palmer, Martin (Ed).. World Religions. (London: HarperCollins Publishers 2005), hal. 157.
16
Karim, M. Abdul.. Sejarah Pemikiran dan …………………..,, hal. 59.
sangat diagungkan penduduk di Arab pra-Islam meliputi berhala Hubal, berhala

Latta, dan berhala Uzza, karena mereka percaya bahwa berhala tersebut

memiliki kekuatan yang hebat dibandingkan dengan berhala lainnya.

Bangsa Arab pra-Islam sangat menjunjung tinggi budaya mereka, sangat

menjaga keutuhan budaya dan bangga dengan budaya mereka, namun bangsa

Arab Pra-Islam sangat sensitif dengan penduduk dari luar. Penduduk Arab Pra-

Islam juga memiliki postur tubuh yang lebih ideal jika dibandingkan dengan

penduduk Eropa. Perawakan bangsa Arab lebih gagah dan perkasa, hal tersebut

mungkin juga dipengarui oleh pekerjaan sehari-hari mereka, yaitu bercocok

tanam, yang memerlukan banyak tenaga.17

(4) Sistem (ilmu) pengetahuan;

Dalam bidang ilmu pengetahuan, bangsa Arab telah terkenal dengan karya

sastranya. Pasar-pasar tahunan seperti Ukaz, Dzul Majaz dan Mihnah

mengadakan perlombaan rutin dalam syair-syair dan puisi-puisi Arab.

Pemenang perlombaan tersebut mendapat kehormatan dengan ditulisnya

sya’irnya dengan tinta emas dan digantungkan di Ka’bah atau Mu’allaqat.18

Mereka juga dianugerahi kelebihan berupa kemampuan menghafal yang sangat

tinggi, khususnya hafalan terhadap sya’ir-sya’ir dan kronologi sejarah nenek

moyang mereka.19

17
https://www.kompasiana.com/riezkisejati/5edc645c097f3660f95b7b73/peradaban-arab-praislam
18
Hitti, Philip K, History of The Arabs: Tenth Edition.( London: Macmillan Education LTD, 1970),
hal. 93.
19
Karim, M. Abdul.. Sejarah Pemikiran dan ………………….., hal. 57
(5) Sistem teknologi dan peralatan;

Masyarakat Arab telah mengenal dan menggunakan peralatan pertanian

semi-modern seperti alat bajak, cangkul, garu dan tongkat kayu untuk menanam.

Penggunaan hewan ternak sebagai pembawa air dan penarik bajak juga telah

dikenal kala itu. Mereka juga mampu membangun sistem irigasi yang baik,

meskipun bendungan Ma’arib yang mereka bangun akhirnya rusak dan tidak

berfungsi.20 Untuk menyuburkan tanah dan memperbanyak hasil produksi,

mereka juga telah menggunakan berbagai macam pupuk alami, seperti pupuk

kandang dan juga penyilangan pohon tertentu untuk mendapat bibit unggul.

Sistem pengelolaan ladang dan sawah mereka juga telah menggunakan sistem

sewa tanah, bagi hasil atau bekerjasama dengan penggarap.21

Di samping pertanian, mereka juga terkenal dalam urusan perdagangan.

Perdagangan yang dilakukan juga tidak terbatas sesama Arab, namun juga

dengan non-Arab. Kemajuan mereka dilihat dari kegiatan ekspor dan impor yang

telah dilakukan para pedagang Arab Selatan dan Yaman sejak 200 tahun sebelum

lahirnya Islam. Mereka melakukan ekspor barangbarang seperti dupa, kayu

gaharu, minyak wangi, kulit binatang, buah kismis dan lainnya dan mengimpor

bahan bangunan, bulu burung unta, logam mulia, batu mulia, sutra, gading,

rempah-rempah, intan dan sebagainya dari Afrika, Persia, Asia Selatan dan

Cina.22

20
Hitti, Philip K. History of The Arabs: ………..., hal. 64-65.
21
Karim, M. Abdul.. Sejarah Pemikiran dan ……………….., hal. 54-55.
22
Ibid, hal. 55-56.
(6) Bahasa

Di sini, perlu disebutkan beberapa faktor yang menjadi motivasi bangsa

Arab Jahiliyyah dalam mengembangkan keindahan bahasa antara lain:23

1) Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi di antara sesama mereka untuk

menggambarkan dan menceritakan perjalanan mereka dalam mengarungi

padang pasir, dan juga digunakan untuk menceritakan mengenai keindahan

binatang, maupun menggambarkan ketangkasan mereka dia atas pelana kuda,

dan banyaknya hasil rampasan perang yang mereka menangkan.

2) Bahasa digunakan untuk mengobarkan semangat perjuangan, menghasut api

pertikaian sesama mereka, seperti mengobarkan rasa balas dendam dan

menggambarkan kepahlawanan serta kemenangan yang diperolehnya. Dan

untuk itu semua mereka menggunakan syair sebagai sarananya.

3) Bahasa digunakan untuk menerangkan segala kejadian penting dan nasihat

yang dibutuhkan oleh anak buahnya, seperti memberikan cerita mengenai

keagungan nenek moyang mereka.

Selain faktor-faktor di atas, faktor lain yang juga menjadi pemicu utama

perhatian bangsa Arab Jahiliyyah terhadap bahasanya sendiri adalah adanya

adanya kontes deklamasi yang diadakan setiap tahun di kota Mekkah yang

diikuti oleh semua bangsa Arab yang datang di Mekkah untuk menunaikan

ibadah Haji, yang sebelumnya mereka akan mengadakan pasaran bersama. Di

dalam suatu kesempatan, mereka juga mengadakan kontes syair, dan jika dalam

23
Haeruddin, Karakteristik Sastra Arab pada Masa Pra-Islam (NADY AL-ADAB | Volume 12,
Nomor 1, Februari 2016), hal. 41
perlombaan itu ada seorang penyair yang menang, maka bait syairnya akan

ditulis dengan tinta emas dan digantungkan di dinding Ka'bah agar bait-bait syair

itu dikenal oleh setiap orang yang melakukan thawaf. Dan kelak syair yang telah

dihafal oleh seseorang akan diajarkan kepada kaumnya, kemudian diteruskan

secara turun-temurun sehingga syair itu akan dihafal oleh beberapa generasi.

Demikianlah perkembangan syair dari sejak zaman jahiliyah sampai masa

sekarang. Gambaran di atas menunjukkan kepada kita akan besarnya perhatian

bangsa Arab terhadap bahasanya yang tidak terdapat pada bangsa lain sehingga

menjadi keistimewaan tersendiri bagi bangsa Arab.24

(7) Kesenian

Tradisi orang Arab jahiliah yang gemar dalam membuat patung, merupakan

salah satu seni rupa yang dimiliki bangsa Arab pada saat itu. Dalam membuat

patung berhala, orang Arab membuatnya bukan hanya sebagai untuk mereka

sembah saja, melainkan juga memang suka dalam pembuatan patung. Orang-

orang Arab pada saat itu memang dikenal pintar dalam membuat patung, bahkan

setiap kabilah memiliki patung berhala mereka masing-masing untuk mereka

sembah. Berhala tersebut biasanya terbuat dari batu dan kayu.25

Bahasa Arab penuh dengan syair dan kosa kata yang indah. Mereka senang

berkumpul mengelilingi para penyair yang sangat dihormati untuk

mendengarkan syair-syairnya. Di samping sebagai penyair, orang Arab Jahiliyah

sangat mahir berpidato dengan bahasa yang indah. Seperti para penyair, para ahli

24
Ibid,
25
https://iyansetione.wordpress.com/2013/10/24/kebudayaan-seni-arab-saudi/
pidato pada masa itu memiliki derajat yang tinggi. Negeri Yaman adalah tempat

berkembangnya kebudayaan yang sangat penting di Jazirah Arab sebelum Islam

datang. Bangsa Arab ini memang termasuk bangsa yang bercita rasa seni yang

tinggi.26

26
https://www.islamfuture.net/peradaban-bangsa-arab-sebelum-islam/
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan makalah di atas, penulis bisa memberika kesimpulan di

bawah ini:

1. Tsaqafah itu memiliki banyak makna secara bahasa dan bisa disimpulkan

dengan kata “kebudayaan”.

2. Arabiyah itu kata yang dinisbahkan kepada orang arab, yang asal katanya ‫عرب‬

(arabun).

3. Konsep Tsaqafah Arabiyah adalah hasil aktifitas dan kreatifitas akal sehat,

meliputi aspek seni, kepercayaan, adat-istiadat dan sebagainya yang terdapat

pada masyarakat/orang arab.

4. Unsur-Unsur Tsaqafah Arabiyah itu ada 7 yaitu: (1) Sistem dan organisasi

kemasyarakatan; (2) Sistem religi dan upacara keagamaan; (3) Sistem mata

pencaharian; (4) Sistem (ilmu) pengetahuan; (5) Sistem teknologi dan

peralatan; (6) Bahasa; dan (7) Kesenian.

B. Kritik dan Saran

1. Bagi pembaca diharapkan lebih menguasai dan memahami isi dan hal-hal yang

berkaitan dalam makalah ini.

2. Agar lebih memanfaatkan waktu untuk membaca dan belajar.

3. Bila ada kesalahan dalam penyusunan makalah ini mohon kritik dan saran yang

bersifat membangun dan menjadikan lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA

Dewantara, Ki Hajar. Kebudayaan. 1994. Yogyakarta: Penerbit Majelis Luhur

Persatuan Tamansiswa.

Mahlouf, Louis. 1986. al Munjid fi el- Lughot wa al A’lam, Beirut: Dar el-Masyriq.

Syaukat Ulyan, Muhammad. 1981. As-tsaqofah al-Islamiyah wa-Tahadiyatil

‘Ashri, Riyadh: Dar er-rasyid.

Jalil, Abdul. 2012. Makna Tsaqofah Dalam Konteks Kontemporer. (Universitas

negeri Jakarta Vol. VIII No. I Januari.

Poerwadarminta, W.J.S. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia, P.N Balai Pustaka

Jakarta.

Soerjono, Soekanto. 2009. Sosiologi suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Kistanto, Nurdien Harry. Tentang Konsep Kebudayaan (Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Diponegoro.

Dedi, Supriyadi. 2016. Sejarah Peradaban Islam, cet. VIII. Bandung: Pustaka Setia.

M. Abdul, Karim. 2015. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, cet. VI.

Yogyakarta: Bagaskara.

Palmer, Martin (Ed).. 2005. World Religions. (London: HarperCollins Publishers.

https://www.kompasiana.com/riezkisejati/5edc645c097f3660f95b7b73/peradaban

-arab-praislam

https://iyansetione.wordpress.com/2013/10/24/kebudayaan-seni-arab-saudi/

https://www.islamfuture.net/peradaban-bangsa-arab-sebelum-islam/

Philip K, Hitti, 1970. History of The Arabs: Tenth Edition.( London: Macmillan

Education LTD.

Anda mungkin juga menyukai