KLASIK
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Historiografi Islam
Yang Diampu Oleh : Drs. Fajriuddin, M.Ag & Ilham Nurjaman, M.Hum
Kelompok 1
Adib Rizqullah Zahran 1205010007
Alhusna Nuriyansyah 1205010016
Amelia Sriandini 1205010021
Arrafasya Putra Kurniadi 1205010031
Bagus Prakoso Putra Muslich 1205010036
BANDUNG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Perkembangan Penulisan Corak-Corak Sejarah Islam Klasik” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada mata kuliah “Histpriografi Islam” di Prodi Sejarah dan Peradaban Islam.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca
dan juga bagi kelompok kami.
Didalam makalah ini dibahas tentang pengertian dari bagaimana Sejarah film
di Indonesia, Perkembangan film di Indonesia sebelum orde lama, Sejarah
Historiografi Islam Klasik, Perkembangan Penulisan Historiografi Islam Klasik, serta
Tokoh-Tokoh dalam Perkembangan Corak Penulisan Islam Klasik, semua dibahas
didalam makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Fajriuddin,
M.Ag & Ilham Nurjaman, M.Hum selaku dosen pembimbing mata kuliah “
Historiografi Islam” Sejarah dan Peradaban Islam yang telah memberikan tugas ini,
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3. Tujuan Masalah...............................................................................................2
BAB II..........................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................3
A. Sejarah Historiografi Islam Klasik.....................................................................3
B. Perkembangan Penulisan Historiografi Islam Klasik.........................................5
Khabar.............................................................................................................6
Hawliyat..........................................................................................................7
Al Maghazi......................................................................................................7
Thabaqat..........................................................................................................9
C. Tokoh-Tokoh dalam Perkembangan Corak Penulisan Historiografi Islam
Klasik.......................................................................................................................13
1. Al-Mutanabbi................................................................................................13
2. Ibnu Ishaq......................................................................................................16
BAB III........................................................................................................................19
PENUTUP...................................................................................................................19
A. KESIMPULAN................................................................................................19
B. SARAN.............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Budaya menulis ini sejatinya adalah suatu hal yang sangat dianjurkan dalam
agama Islam. Nabi Muhammad adalah manusia yang dikenal sebagai seseorang yang
tergolong Ummy (seseorang yang buta akan huruf), beliau adalah manusia yang
diberikan Wahyu oleh Allah dan dituntun untuk bisa membacanya oleh Malaikat
Jibril a.s. Maka dengan hal tersebut akhirnya beliau dapat membaca banyak Kalam
Allah serta hal-hal lain di dalam kehidupannya.
1
Muhammad Kadril, “Historiografi Islam Pada Masa Klasik”, Jurnal Rihlah, Volume 9, No.1, 2021,
hlm.14.
1
bahwa dengan sejarah diharapkan umat manusia bisa mengambil banyak hikmah
untuk dijadikan bekal dalam kehidupan.
Pada masa periode klasik, tepatnya pada masa para Sahabat Rasulullah Saw,
mereka telah terbiasa dengan budaya tulis menulis. Selain ahli dalam menghafal,
membuat syair, mereka juga ahli dalam hal tulis menulis. Mereka menganggap bahwa
dengan tulisan mereka akan tetap dikatakan dunia bahwa mereka pernah hidup, dan
jauh dari hal itu mereka juga ini memberikan banyak informasi kepada generasi
selanjutnya bahkan Islam memiliki banyak Peradaban yang kaya akan intelektual.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
Ahmad Choerul Rofiq, Sejarah Islam Periode Klasik (Malang: PENERBIT GUNUNG
SAMUDERA, 2017), hlm.10.
3
Menurut Husein Nashshar,3 Penulisan Sejarah Arab Islam tumbuh dari dua arus
yang berbeda, yaitu;
1. Arus lama, yang terdiri dari cerita-cerita khayal dan folklore, yang
dipengaruhi oleh corak "sejarah" Arab klasik yang disampaikan oleh narator-
narator yang berpindah-pindah dari Arab utara, dalam bentuk al-ansab dan al-
ayyam, dan cerita tentang raja-raja Arab Selatan, serta riwayat penaklukan
mereka. Biasanya, arus lama ini mengambil bentuk syair. Kisah- kisah ini
tidak didasarkan atas penanggalan kejadian, antara satu peristiwa dengan
peristiwa lain yang tidak ada hubungannya.
2. Arus baru yang dimunculkan Islam, yaitu arus biografi, yang terdiri dari
berita-berita autentik dan mendalam, cabang dari ilmu hadits, oleh karena itu
melalui kritik dan seleksi. terdiri dari kisah-kisah yang benar dan kadang-
kadang juga ada khayal yang terdapat dalam diri Rasul. Sejarawan
mengumpulkan kisah-kisah itu, menyusunnya, menghubung- hubungkan
antara satu dengan yang lain, dengan disinari dengan ayat-ayat al-Qur'an.
Sejatinya kita sangat mengetahui bahwa awal mula hadirnya Historiografi Islam
adalah akibat lahirnya keresahan didalam hati para Sahabat Rasul yang telah banyak
mendengar, melihat bahkan mereka yang telah mewarisi banyak ilmu dari Rasulullah.
Mereka tidak ingin apa yang di ucapkan oleh Rasulullah, Wahyu apa saja yang telah
Rasulullah terima, serta perilaku apa saja yang telah Rasulullah buat akan hilang
dengan berjalannya waktu. Maka dengan hal itu para sahabat berinisiatif untuk bisa
menuliskannya agar dapat di jadikan patokan bagi kehidupan manusia yang
mendatang.
4
sangat melarang akan dituliskannya Allah sebab beliau sangat takut hal itu akan
tercampur dengan apa yang telah Rasulullah katakan selama hidupnya. Ia takut akan
tercampur dengan hadist-hadist.
Menurut Abdul Azis Duri dalam buku Badri Yatim menyebutkan bahwa
perkembangan penulisan sejarah tidak dapat dipisahkan dari perkembangan budaya
secara umum. Hal ini merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan sebab manusia
yang hidup maka pastilah berbudayaa sehingga budaya tersebut yang kemudian
4
Ading Kusdiana, Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Pertengahan (Bandung: CV. PUSTAKA
SETIA, 2017), hlm.3.
5
termasuk memberikan corak baru dalam penulisan serta perkembangan penulisan
sejarah. Perkembangan historigrafi Islam menurut Prof. Rahim Yunus dalam
bukunya, menyebutkan bahwa ada empat ciri khas yakni sebagai berikut:5
Khabar
Menurut Badri Yatim, Khabar adalah penulisan sejarah disandarkan pada sebuah
riwayat, sebagaimana dalam penulisan hadist dengan menggunakan sanad.6 Ada
beberapa ciri-ciri yang berkenaan dengan riwayat tersebut diantaranya berdiri sendiri,
kedua riwayat ditulis dalam bentuk cerita yang pada umumnya dibuat dalam bentuk
5
Muhammad Kadril, Loc.cit. hlm.18-19.
6
Bilal Hardiansyah, dkk, “Kontribusi Badri Yatim Dalam Historiogarfi Islam” Tsaqofah, Jurnal Agama
dan Budaya, Volume 16, No.2, 2018, hlm. 171.
6
dialog, dan ketiga riwayat tersebut diselingi dengan syair dan bahkan syair tersebut
terkadang menjadi penguat dari riwayat tersebut.7
1. Ali Ibn Muhammad al-Madani (wafat tahun 831). monograf yang berhasil
ditemukan adalah al-Murdifat min Quraysy (wanita Quraisy yang banyak suami)
3. Al-Haitsam ibn Adi (wafat tahun 821) dan Ibn Habib. karyanya merupakan
kumpulan monograf dalam bentuk khabar atau nasab.
Hawliyat
Menurut Badri Yatim yang dimaksud dengan Hawliyat adalah metode penulisan
sejarah yang menggunakan pendekatan tahun demi tahun 9 atau juga dikenal dengan
peristiwa yang kronologis hal tersebut juga dikenal dengan nama al-Tarijh al-Hawli
atau al-Tarikh 'ala al-Sinin. Metode penulisan sejarah ini merupakan penyelesaian
sejarah yang menggunakan pendekatan tahun demi tahun sehingga urutan
peristiwanya kronologis.10
Al Maghazi
Penulisan sejarah Islam berkembang dari masa ke masa, mengikuti perkembangan
peradaban Islam. Pada mulanya umat Islam, karena perlunya agama, meriwayatkan
hadits-hadits Nabi, termasuk perang-perang Nabi dan para sahabat yang berpartisipasi
di dalamnya. Pada masa sesudahnya, para sahabat juga menjadi teladan bagi umat
Islam. Penulisan hadits itu dikatakan sebagai cikal bakal penulisan sejarah. Dari
penulisan hadits-hadits Nabi itu, para sejarawan memperluas cakupan sejarah.
7
Muhammad Kadril, Loc.cit. hlm. 19.
8
Fauzi Nor Rahman, “Perkembangan Historiografi Islam”, 3 Juni 2009, dalam
http://fauzihistory.blogspot.com/2009/06/perkembangan-historiografi-islam.html, diakses pada tanggal
12 maret 2023 pukul 22.50.
9
Bilal Hjardiansyah, dkk, Loc.cit. hlm.171.
10
Muhammad Kadril, Loc.cit. hlm. 19.
7
Pertama-tama mereka mengembangkan kepada riwayat-riwayat yang berkenaan
dengan perang-perang Nabi yang disebut dengan al-maghazi. 11
Al- Maghazi berasal dari kata ghazwah (ekspedisi militer) yang dari sudut
pandang sejarah berarti perang dan penyerangan milier yang dilakukan Nabi
Muhammad. Belakangan, maka kata ini sering diperluas untuk mencakup seluruh
misi kerasulannya. Karena itu, terdapat hubungan erat atau bahkan tumpang tindih
antara maghazi dan sirah, tetapi maghazi merupakan studi paling awal tentang sejarah
kehidupan Nabi, yang dilakukan beberapa sahabat terkemuka. Mereka
mengumpulkan hadits historis yang beredar pada masa mereka. Koleksi mereka inilah
yang kemudian menjadi data penting bagi para tabi’un. 12
Redaksi lain mengartikan al- maghazi adalah pasukan atau peperangan yang
dipimpin langsung oleh Rasulullah. Dalam hal ini Ghazwah pun tidak mesti terjadi
perang atau kontak senjata, asal ada gerakan pasukan yang dipimpin Nabi dinamakan
ghazwah juga, misalnya:
2. Ketika terjadi serangan kafir Quraisy pimpinan Kuraiz bin Jabir al-Fahri
terhadap tepi kota Madinah yang tidak terjaga, maka Rasulullah langsung memimpin
ghazwah untuk mengejarnya. Pasukan musuh menghilang dan tidak diketahui lagi
jejaknya di lembah Badar sehingga ghazwah Nabi kembali tanpa hasil.
Penulis pertama maghazi adalah Aban ibn ‘Usman ibn ‘Affan (w. 105 H/23 M)
dapat disebut sebagai simbol peralihan dari penulisan hadits kepada pengkajian al-
maghazi. Sezaman dengannya adalah ‘Urwah ibn Zubayr (w. 94 H/712 M). Akan
11
Badri Yatim, Historiografi Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. 41.
12
Anonim, “Perkembangan Historiografi Islam”, dalam Syafieh74.blogspot.co.id/2013/04/
perkembangan historiografi islam, diakses hari Minggu, 12 maret 2023 pukul 13.00 WIB.
8
tetapi, bagian-bagian dari tulisannya itu ditemukan dalam kutipan-kutipan para
sejarawan muslim yang datang sesudahnya, seperti al-Thabari dan Ibn Ishaq.13
Thabaqat
Pola penulisan riwayat hidup yang muncul dalam kitab-kitab thabaqât, sedikit
banyak telah menginspirasi terhadap penulisan manâqib. Keunggulan yang muncul
karena ia memiliki klasifikasi yang jelas dalam mengurutkan posisi seseorang. Arti
kata thabaqât secara semantik adalah lapisan atau kurun. Pada perkembangan awal
pembentukan dan penulisannya, pengertian thabaqât berarti sejumlah kumpulan
tentang informasi berbagai biografi tokoh-tokoh periwayat hadis yang didasarkan
pada pelapisan generasinya. Sebuah konsekuensi dari konsep penghormatan akan
keberadaan orang-orang yang berada di sekitar Nabi Muhammad SAW., setingkat
generasi para sahabat, tabiin, tabiittabiin dan seterusnya, yang berkedudukan sebagai
perawi hadis. Keberadaan mereka menjadi sesuatu yang sangat penting bagi
keberadaan status hadis, sehingga para ahli hadis perlu menuliskannya secara lengkap
seluruh informasi tentang status ketokohan dan keberadannya.14
Karena jumlah biografi para tokoh ini sangat banyak, maka sejak awal
perkembangannyapun dalam penulisan thabaqât sudah mengenal pembagian tokoh
yang akan diceritakannya berdasarkan wilayah domisilinya dan profesi kelompoknya
semacam Thabaqât Syâfi‘iyyah, Thabaqât Hanâbilah, Thabaqât al-Shûfiyyah,
Thabaqât al-Thibba’, Thabaqât al-Syu’arâ, dan Thabaqât al-Nahwiyyîn. Dalam
historiografi Islam, penulisan model thabaqât merupakan model yang paling terus
bertahan dan cukup digemari para ahli hingga kini, karena telah memberikan
sumbangan yang sangat jelas dalam memetakan dan menginformasikan kedudukan
tokoh-tokoh Islam, baik sebagai perawi hadis, ulama mazhab (baik fikih dan tasawuf)
maupun sebagai tokoh-tokoh lain dalam posisi keilmuan tertentu. Kitab thabaqât
lebih memudahkan dalam pencarian indeks ketokohan, keahlian dan posisi sosialnya.
Bahkan dalam klasifikasi al-Dzahabî dan al-Sakhawî, masuk pula klasifikasi biografi
13
Badri Yatim. Loc. Cit. hlm. 42.
14
Ajid Thohir, “HISTORIOGRAFI ISLAM: Bio-biografi dan Perkembangan Mazhab Fikih dan
Tasawuf”, (Jurnal: MIQOT Vol. 36, No. 2 Juli-Desember 2012), hlm: 438.
9
tokoh-tokoh lainnya, seperti kelompok orang kaya, kelompok para pengemis,
kelompok para pemberani, dan kelompok para ahli nujum. Penulisan tentang tokoh-
tokoh sufi dan fikih telah menempati posisi yang cukup sentral pula dalam tradisi
penulisan thabaqât ini, al-Ishfahânî menulis Hilyat al-Awliyâ’ wa Thabaqât al-
Ashfiya’, al-Sya’ranî menulis Thabaqât al-Kubrâ yang juga berisi riwayat hidup para
sufi dari generasi ke generasi.15
Klasifikasi Tabaqat:
Oleh karena meluasnya penulisan tabaqat, maka untuk memudahkan mengenali
ulama sesuai dengan masa dan keahliannya masing-masing, maka tabaqat itu
diklasifikasikan seperti berikut:16
1. Tabaqat Sahabat17
Penulisan biografi sahabat dilakukan setelah berhasil ditulis sirah Nabi Muhammad
SAW. Faktor utama yang mendorong penulisan biografi sahabat adalah dalam rangka
kritik hadis. Di samping itu mereka adalah generasi pertama yang menerima hadis
langsung dari Rasulullah SAW. Untuk mengetahui apakah sebuah hadis silsilah
sanadnya bersambung sampai kepada Rasulullah atau tidak, dapat dilihat dari biografi
sahabat yang ditulis itu. Di samping itu, karena para sahabat sangat berjasa dalam
perjuangannya menegakkan agama Islam, maka tulisan biografi itu dapat menjadi
rujukan moral dan spirit dalam menjalankan Islam bagi generasi sesudahnya. Para
sejarawan yang telah berhasil menulis biografi sahabat adalah:
a) Muhammad ibn Sa’ad ibn Muni al-Zuhri (w.230 H) dalam kitab Al-Tabaqat
al-Kubra.
b) ‘Ali ibn al-Madini (w.222 H) dalam kitab Ma’rifat Man Nazal al-Sahabah min
Sair al-Buldan.
c) Khalifah ibn Khayyat al- ‘Ashfuri (w.240 H) dalam kitab Al-tabaqat.
d) Muhammad ibn Ismail al-Bukhari (w.256 H) dalam kitab Tarikh al-Sahabah.
15
Ibid. hlm. 439.
16
Marwan Salahuddin, “ Historiografi Ulama Klasik dalam Tabaqat “, (Jurnal KALIMAH: Vol. 12,
No. 1, Maret 2014), hlm. 140.
17
Ibid, hlm. 140.
10
e) Ya’qub ibn Sufyan al-Fasawi (w. 277 H) dalam kitab Al-Ma’rifah wa al-
Tarikh.
f) Abu ‘Isa Muhammad ibn ‘Isa ibn Tsawrah al-Tirmidzi (w.279 H) dalam kitab
Tasmiyah Ashab Rasul Allah.
g) Abu Ja’far Muhammad ibn Jarir al-Tabari (w. 310 H) dalam kitab Dail al-
Mudayyal min Tarikh al-Sahabah wa al Tabi’in.
2. Tabaqat al-Muhadditsin18
Hadis merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah Al- Qur’an. Kesahihan
sebuah hadis dapat dipengaruhi oleh kejujuran dan kemampuan para perawi hadis
tersebut. Untuk itu penulisan biografi tokoh dari kalangan sahabat dan tabiin sangat
penting dalam melakukan kritik terhadap hadis, terutama untuk mengetahui kejujuran
dan kemampuannya. Untuk menulis kumpulan biografi perawi hadis, para sejarawan
menggunakan pendekatan yang berbeda-beda, antara lain:
18
Ibid, hlm. 141.
11
e) Menulis biografi para perawi hadis yang meriwayatkan hadis dari seorang
syekh tertentu, seperti yang dilakukan oleh Muslim ibn Hallaj yang menulis
buku dengan judul Rijal Urwah.
f) Menulis biografi syekh-syekh, seperti Ya’qub ibn Sufyan al- Fasawi (w.227
H) dalam kitab Al-Ma’rifah wa al-Tarikh dan al- Nasa’i dengan judul kitab
Al-Du’afa’.
g) Mengumpulkan biografi ilmuwan dan perawi hadis yang berasal dari kota
tertentu, seperti Muhammad ibn Ali ibn Hamzah al Farahinani (w.237 H)
dengan judul kitab Tarikh fi Rijal al-Muhadditsin bi Murwi.
Pada akhirnya, para sejarawan tidak hanya menulis biografi para ulama dan
penguasa saja, tetapi juga para ilmuwan dan pemikir, karena keteladanan mereka
patut ditiru. Penulisan biografi para ilmuwan itu meliputi hampir seluruh bidang ilmu,
terutama ilmu keagamaan. Misalnya biografi para ahli fikih (Tabaqat al-Fuqaha’),
ahli qiraah (Tabaqat al-Qurra’), biografi para penghafal al-Qur’an (Tabaqat al-
Huffaz), biografi ahli bahasa (Tabaqat al-Lughawiyyah) dan sebagainya. Mereka itu
19
Ibid, hlm. 142.
20
Ibid, hlm. 142.
12
antara lain, Abu Walid Muhammad ibn ‘Abdullah ibn Muhammad ibn al-Fari (w.493
H) menulis kitab dengan judul Tarikh Umat al-Andalus, Muhammad ibn Husain al-
Sulami (w.412 H) menulis kitab dengan judul Tabaqat al-Sufiyyah.
21
Wahyu Iryana, Historiografi Islam (Jakarta: Kencana, 2021), hlm. 39.
13
kepadanya sejak ia muda. Banyak sekali asbabun nuzul mengenai penamaan beliau
dengan al-Mutanabbi, bahkan ada yang meyakini bahwa penamaan ini akibat dari
pengakuan Mutanabbi pada waktu ia masih muda sebagai nabi. Namun cerita
penamaannya yang terkenal dan dinggap paling benar adalah apa yang disebutkan
oleh Ibrahim al-Yajizi yang mengumpulkan syair-syair al-Mutanabi dalam sebuah
buku berjudul Diwan al-Mutanabbi. Al-Yajizi meyatakan bahwa Abu Tayyib Ahmad
digelari al-Mutanabbi karena syair yang dilantunkannya sangat membuat kagum para
pendengarnya. Bait yang dituangkannya dalam syairnya menyeruoai kalimat orang
yang diberi mukjizat. Ia dikenal sebagai penyair handal dalam bidang puisi penegiris
(al-Madh).22
Dan di antara kita terdapat pengetahuan jika saja kamu menjaganya sesungguhnya
pengetahuan merupakan perlindungan bagi orang yang berakal23
Dalam bait ini, ia menyatakan akan pentingnya pengetahuan yang harus tetap
dijaga dan diupayakan untuk terus diperbaharui karena ia merupakan jaminan untuk
hidup manusia pada masa depan da melindungi pemiliknya dari perbuatan salah dan
sesat. Secara tidak langsung al-Muatanabbi menginginkan supaya manusia mencari
22
Muhammad Walidin dan Siti Chamamah Suratno, Jurnal: Fakultas Adab and Uin Sunan Kalijaga
Yogyakarta, “Membaca Al-Mutanabbi IIII dan Hubungannya Dengan Tiga Pnguasa Abbasyiah
( Analisis Semiotik)", Vol. 19, No. 2 (2007), hlm 128.
23
Nurain, “Nilai-Nilai Kehidupan Dalam Puisi Al-Mutanabbi,” Adabiyyāt: Jurnal Bahasa Dan Sastra
Vol, 13, No. 2 (2014), hlm. 277, https://doi.org/10.14421/ajbs.2014.13206.
14
ilmu dengan benar-benar. Ilmu akan memberikan jaminan keselamatan dari jahatnya
kebodohan, memberikan kemanan, serta menjadi pelindung selama pemiliknya
menjaga ilmu tersebut.
Tidak ada halangan bagi orang muda untuk memiliki kecerdasan, karena ia
bisa saja terdapat pada kaum muda dan kaum tua
Malik ustadz telah tumbuh sebagai orang tua sebelum dewasa dan menjadi
terpelajar sebelum belajar
24
Ibid.
15
Oleh karena itu, syair-syair tersebut selain nilai kehidupan, juga terdapat nilai
kesejarahan didalamnya, banyak memberikan informasi tentang masa lalu sekaligus
mempermudah pencarian data terhadap seorang tokoh di masa lalu. Informasi
mengenai gubernur Mesir pada masa Abbasiyah ini didapati bukan pada data seorang
sejarawan akan tetapi lewat pujian seorang sastrawan kepada penguasa waktu itu.
2. Ibnu Ishaq
Biofrafi Ibnu Ishaq
Ibnu Ishaq lahir di Madinah diperkirakan 85 tahun setelah Hijrah ke Madinah. Jadi
merupakan salah seorang Tabi'in. Ia berada di Madinah sampai Bani Abbasiyah
menggantikan Bani Umayyah dalam kekhalifahan. Setelah itu dilaporkan ia berada di
berbagai tempat antara Iraq dan Iran, ia meninggal di Baghdad tahun 768.3
Muhammad bin Ishaq bin Yasar, adalah nama lengkap dari Ibnu Ishaq adalah
termasuk sejarawan muslim yang pertama. Lahir pada tahun 85 H/704 M dan
meninggal pada tahun 151H/ 768M. Ia yang pertama kali menulis Sirat Rasulullah,
yang merupakan biografi Rasulullah pertama yang paling komprehensif. Ibnu Sa'ad
berkata tentang Ibnu Ishaq, "Ia merupakan yang pertama mengumpulkan sejumlah
ekspedisi dari Utusan Allah (Muhammad) dan mencatatnya.25
25
Jafri, S.H.M, Dari Safiqah Sampai Imamah: Awal dan Sejarah Perkembangan Syi’ah, (Bandung:
Pustaka Hidayah, 1995).
16
Isi Kitab Sirah Ibnu Ishaq
Latar Belakang penulisan bersumber dari apa yang penyusun telah baca, bahwa
latar belakang penulisan Sirah yang dilakukan oleh Ibnu Ishaq adalah pada
hakikatnya didasarkan atas keberadaan hadits yang pada waktu itu sebagai salah satu
sumber hukum dalam Islam memiliki sejarah perkembangan dan penyebaran yang
kompleks. Sejak dari masa pra kodifikasi, Zaman Nabi, Sahabat dan Tabi’in hingga
setelah pembukuan pada abad ke-14. Perkembangan hadits pada masa awal lebih
banyak menggunakan lisan, dikarenakan larangan Nabi untuk menulis hadits.
Larangan tersebut berdasarkan kekhawatiran Nabi akan tercampurnya nash Al-
Qur’an dengan hadits. Selain itu juga disebabkan fokus Nabi pada para Sahabat yang
bisa menulis untuk menulis Al-Qur’an. Larangan tersebut berlanjut sampai pada masa
tabi’in besar. Bahkan dengan Khalifah yang lain.
Periodesasi penulisan dan pembukuan hadits secara resmi dimulai pada masa
pemerintahan Khalifah Umar ibn Abd Aziz Terlepas dari naik turunnya
perkembangan hadits, tak dapat dinafikan bahwa sejarah perkembangan hadits
memberikan pengaruh besar dalam sejarah peradaban Islam. Masa pembentukan
Hadits tiada lain masa kerasulan Nabi Muhammad itu sendiri, ialah lebih kurang 23
tahun. Pada masa ini Al- Hadits belum ditulis, dan hanya berada dalam benak atau
hafalan para sahabat saja. Kemudian berlanjut pada masa penghimpunan, masa ini
ditandai dengan sikap para sahabat dan tabi'in yang mulai menolak menerima Al-
Hadits baru, seiring terjadinya tragedi perebutan kedudukan kekhalifahan yang
bergeser ke bidang syari'at dan 'aqidah dengan munculnya Al- Hadits palsu. Para
sahabat dan tabi'in ini sangat mengenal betul pihak-pihak yang melibatkan diri dan
yang terlibat dalam permusuhan tersebut, sehingga jika ada Al- Hadits baru yang
belum pernah dimiliki sebelumnya diteliti secermat-cermatnya siapa-siapa yang
menjadi sumber dan pembawa Al- Hadits itu. Maka pada masa pemerintahan
Khalifah Umar bin Abdul Aziz sekaligus sebagai salah seorang tabi'in memerintahkan
penghimpunan Al-Hadits. Masa ini terjadi pada abad 2 H, dan Al- Hadits yang
terhimpun belum dipisahkan mana yang merupakan AlHadits marfu' dan mana yang
mauquf dan mana yang maqthu'. Dimasa inilah terjadi perhimpunan hadits oleh Ibnu
17
Ishaq yang dikenal dengan masa Perhimpunan, serta menjadi latar belakang
ditulisnya Sirah Ibnu Ishaq.26
26
Muhammad Abu Zahw, Al-Hadits wa Al-Muhadditsuun, Daar Al-Kitab Al-'Araby, (Beirut: Libanon,
1984), hlm. 172.
18
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penulisan dan tulisan telah menjadi budaya yang tidak dapat dilepaskan dari
kehidupan sosial masyarakat Islam di Arab. Perkembangan corak penulisan
sejarah yang telah diuraikan memberikan kita makna penting. Bahwa Islam
memiliki perhatian khusus terhadap penulisan sejarah, dengan maksud dan tujuan
yang juga telah dijelaskan.
Dimulai ketika tatkalah Rasulullah Wafat, membuat para sahabat resah dengan
banyaknya perkataan, perbuatan dan tindakan Rasulullah yang bisa dijadikan
pedoman hidup, dengan hal itu para sahabat berinisiatif untuk bisa menuliskan
hadist yang berasal dari Rasulullah, karena kalau hanya mengandalkan akal dan
ingatan saja, sejatinya manusia akan bisa lupa, namun ketika dituliskan maka
akan ada pertinggalan yang tak akan hilang.
B. SARAN
Pada saat pembuatan makalah, Penulis menyadari bahwa banyak sekali kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. Dengan sebuah pedoman yang bisa dipertanggung
jawabkan dari banyaknya sumber, penulis akan memperbaiki makalah tersebut. Oleh
sebab itu penulis harapkan kritik serta sarannya mengenai pembahasan makalah
dalam kesimpulan di atas.
19
DAFTAR PUSTAKA
Jafri, S. (1995). Dari Safiqah sampai Imamah: Awal dan Sejarah Perkembangan
Syi'ah. Bandung: Pustaka Hidayah.
Kadril, M. (2021). Historiografi Islam Pada Masa Klasik. Jurnal Rihlah , Volume 9,
No. 1.
Prasetio, A. (2023, maret 13). Perkembangan Corak Historiografi Islam Klasik Al-
Maghazi dan Al-Sirah. Retrieved from Academia.edu:
https://www.academia.edu/43292736/PERKEMBANGAN_CORAK_HISTO
RIOGRAFI_ISLAM_KLASIK ,
20
Suratno, M. W. (2014). Membaca Al-Mutanabbi IIII dan Hubungannya Dengan Tiga
Penguasa Abbasyiah (Analisis Semiotik) Vol. 19, No. 2. Jurnal Fakultas Adab
dan Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta.
21