Anda di halaman 1dari 25

PERKEMBANGAN PENULISAN CORAK-CORAK SEJARAH ISLAM

KLASIK
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Historiografi Islam
Yang Diampu Oleh : Drs. Fajriuddin, M.Ag & Ilham Nurjaman, M.Hum

Kelompok 1
Adib Rizqullah Zahran 1205010007
Alhusna Nuriyansyah 1205010016
Amelia Sriandini 1205010021
Arrafasya Putra Kurniadi 1205010031
Bagus Prakoso Putra Muslich 1205010036

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Perkembangan Penulisan Corak-Corak Sejarah Islam Klasik” ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada mata kuliah “Histpriografi Islam” di Prodi Sejarah dan Peradaban Islam.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca
dan juga bagi kelompok kami.

Didalam makalah ini dibahas tentang pengertian dari bagaimana Sejarah film
di Indonesia, Perkembangan film di Indonesia sebelum orde lama, Sejarah
Historiografi Islam Klasik, Perkembangan Penulisan Historiografi Islam Klasik, serta
Tokoh-Tokoh dalam Perkembangan Corak Penulisan Islam Klasik, semua dibahas
didalam makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Fajriuddin,
M.Ag & Ilham Nurjaman, M.Hum selaku dosen pembimbing mata kuliah “
Historiografi Islam” Sejarah dan Peradaban Islam yang telah memberikan tugas ini,
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 13 Maret 202

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3. Tujuan Masalah...............................................................................................2
BAB II..........................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................3
A. Sejarah Historiografi Islam Klasik.....................................................................3
B. Perkembangan Penulisan Historiografi Islam Klasik.........................................5
 Khabar.............................................................................................................6
 Hawliyat..........................................................................................................7
 Al Maghazi......................................................................................................7
 Thabaqat..........................................................................................................9
C. Tokoh-Tokoh dalam Perkembangan Corak Penulisan Historiografi Islam
Klasik.......................................................................................................................13
1. Al-Mutanabbi................................................................................................13
2. Ibnu Ishaq......................................................................................................16
BAB III........................................................................................................................19
PENUTUP...................................................................................................................19
A. KESIMPULAN................................................................................................19
B. SARAN.............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Islam adalah agama yang cerdas. Agama Islam bersifat elastis yaitu selalu bisa
di gunakan untuk setiap zamannya. Agama Islam selalu mengajarkan para
penganutnya untuk bisa menjadi orang yang cerdas, pintar, serta dapat bermanfaat
bagi banyak orang. Agama ini juga mengajarkan kita untuk terus "membaca,
menelaah, menganalisa", bahkan juga diajarkan untuk bisa menulis sebuah peradaban
yang bakal digunakan bagi generasi selanjutnya.

Budaya menulis ini sejatinya adalah suatu hal yang sangat dianjurkan dalam
agama Islam. Nabi Muhammad adalah manusia yang dikenal sebagai seseorang yang
tergolong Ummy (seseorang yang buta akan huruf), beliau adalah manusia yang
diberikan Wahyu oleh Allah dan dituntun untuk bisa membacanya oleh Malaikat
Jibril a.s. Maka dengan hal tersebut akhirnya beliau dapat membaca banyak Kalam
Allah serta hal-hal lain di dalam kehidupannya.

Tentang Historiografi1 dan metode penulisan sejarah banyak sekali yang


mengatakan bahwa keduanya sangat berbeda, padahal sebagian sejarawan
mengatakan bahwa hal tersebut tidaklah berbeda melainkan satu kesatuan yang harus
saling terikat, sebab metode penulisan tidak akan lahir apabila historiografi tidak ada,
karena historiografi merupakan sebuah dasar dari lahirnya metode penulisan sejarah.

Karya Historiografi Islam adalah sebuah bentuk karya monumental yang


dilahirkan dari orang-orang cerdas, pintar, bijaksana dengan tujuan untuk bisa
memberikan banyak bentuk peradaban bagi manusia untuk bisa di baca, di analisa, di
telah sebagai suatu ilmu pengetahuan. Agama Islam sendiri memberikan informasi

1
Muhammad Kadril, “Historiografi Islam Pada Masa Klasik”, Jurnal Rihlah, Volume 9, No.1, 2021,
hlm.14.

1
bahwa dengan sejarah diharapkan umat manusia bisa mengambil banyak hikmah
untuk dijadikan bekal dalam kehidupan.

Pada masa periode klasik, tepatnya pada masa para Sahabat Rasulullah Saw,
mereka telah terbiasa dengan budaya tulis menulis. Selain ahli dalam menghafal,
membuat syair, mereka juga ahli dalam hal tulis menulis. Mereka menganggap bahwa
dengan tulisan mereka akan tetap dikatakan dunia bahwa mereka pernah hidup, dan
jauh dari hal itu mereka juga ini memberikan banyak informasi kepada generasi
selanjutnya bahkan Islam memiliki banyak Peradaban yang kaya akan intelektual.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana Sejarah Historiografi Islam pada masa Klasik?
2. Bagaimana Perkembangan Historiografi Islam pada masa Klasik?
3. Siapakah Tokoh-Tokoh yang terkenal dalam Perkembangan Corak
Penulisan Islam Klasik?

1.3. Tujuan Masalah


1. Agar mengetahui dan memahami bagaimana Sejarah Historiografi
pada masa Islam Klasik.
2. Agar mengetahui dan memahami bagaimana Perkembangan dari
Historiografi Islam pada masa Klasik.
3. Agar mengetahui dan memahami Tokoh-Tokoh yang terkenal
dalam Perkembangan Penulisan Islam Klasik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Historiografi Islam Klasik


Tidak dipungkiri2 bahwa kaum Muslim adalah suatu masyarakat yang sangat
memberikan perhatian kepada penulisan sejarah. Hal ini dapat dibuktikan bahwa
banyak lahir karya-karya kaum Muslimin yang sangat banyak. Jurji Zaydan di dalam
karyanya yang berjudul Tarikh al-Tamaddun al-Islami mengungkapkan bahwa tidak
pernah dijumpai di dalam suatu golongan manusia sebelum masa modern yang
mampu menghasilkan karya-karya sejarah (historiografi) yang jumlahnya sepadan
dengan yang telah dihasilkan oleh para sejarawan Muslim. Adapun faktor pendukung,
mengapa umat muslim ini memiliki perhatian lebih terhadap penilaian sejarah adalah,
karena Pertama, Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam, dan memerintahkan
umatnya untuk memperhatikan sejarah, dengan tujuan agar umat Islam bisa menarik
hikmah didalamnya. Kedua, Penghimpunan dan penulisnya hadist merupakan perintis
jalan dan pendorong bagi perkembangan ilmu sejarah, yakni dengan semaraknya
kepergian ulama ke berbagai kota dalam rangka mencari hadits untuk memahami
Alquran atau memecahkan suatu permasalahan umat. Ketiga, para khalifah
membutuhkan suatu pengetahuan yang dapat membimbing mereka dalam
menjalankan sebuah roda pemerintahan. Keempat, orang-orang asing yang berada
dalam wilayah kekuasaan Islam membanggakan diri mereka terhadap orang-orang
Arab dengan mengungkapkan sejarah dan peradaban mereka di masa lalu. Kelima,
sistem pemerintahan, terutama sistem keuangan, dalam pemerintahan Islam turut
mendorong penulisan sejarah karena sistem pembayaran pajak daerah tergantung
pada bagaimana daerah tersebut ditaklukan dan pengkajian pada zaman pemerintahan
Umar bin Khattab ditentukan berdasarkan lamanya seseorang di dalam memeluk
agama Islam.

2
Ahmad Choerul Rofiq, Sejarah Islam Periode Klasik (Malang: PENERBIT GUNUNG
SAMUDERA, 2017), hlm.10.

3
Menurut Husein Nashshar,3 Penulisan Sejarah Arab Islam tumbuh dari dua arus
yang berbeda, yaitu;

1. Arus lama, yang terdiri dari cerita-cerita khayal dan folklore, yang
dipengaruhi oleh corak "sejarah" Arab klasik yang disampaikan oleh narator-
narator yang berpindah-pindah dari Arab utara, dalam bentuk al-ansab dan al-
ayyam, dan cerita tentang raja-raja Arab Selatan, serta riwayat penaklukan
mereka. Biasanya, arus lama ini mengambil bentuk syair. Kisah- kisah ini
tidak didasarkan atas penanggalan kejadian, antara satu peristiwa dengan
peristiwa lain yang tidak ada hubungannya.
2. Arus baru yang dimunculkan Islam, yaitu arus biografi, yang terdiri dari
berita-berita autentik dan mendalam, cabang dari ilmu hadits, oleh karena itu
melalui kritik dan seleksi. terdiri dari kisah-kisah yang benar dan kadang-
kadang juga ada khayal yang terdapat dalam diri Rasul. Sejarawan
mengumpulkan kisah-kisah itu, menyusunnya, menghubung- hubungkan
antara satu dengan yang lain, dengan disinari dengan ayat-ayat al-Qur'an.

Sejatinya kita sangat mengetahui bahwa awal mula hadirnya Historiografi Islam
adalah akibat lahirnya keresahan didalam hati para Sahabat Rasul yang telah banyak
mendengar, melihat bahkan mereka yang telah mewarisi banyak ilmu dari Rasulullah.
Mereka tidak ingin apa yang di ucapkan oleh Rasulullah, Wahyu apa saja yang telah
Rasulullah terima, serta perilaku apa saja yang telah Rasulullah buat akan hilang
dengan berjalannya waktu. Maka dengan hal itu para sahabat berinisiatif untuk bisa
menuliskannya agar dapat di jadikan patokan bagi kehidupan manusia yang
mendatang.

Perkataan, perbuatan dari Rasulullah di himpun menjadi sebuah Hadist yang


sampai sekarang dijadikan pedoman hidup bagi umat yang beragama Islam. Al-
Qur'an adalah Wahyu yang telah Allah turunkan kepada Rasulullah untuk bisa
dijadikan kitab suci dan pedoman dalam kehidupan ini. Pada mulanya, rasulullah
3
Afif Prasetyo, “Perkembangan Corak Historiografi Islam Klasik Al-Maghazi dan Al-Sirah”, dalam
https://www.academia.edu/43292736/PERKEMBANGAN_CORAK_HISTORIOGRAFI_ISLAM_KL
ASIK , diakses pada tanggal 12 maret 2023 pukul 22.31.

4
sangat melarang akan dituliskannya Allah sebab beliau sangat takut hal itu akan
tercampur dengan apa yang telah Rasulullah katakan selama hidupnya. Ia takut akan
tercampur dengan hadist-hadist.

Namun tatkalah Rasulullah meninggal dunia, para Sahabat pun memiliki


keresahan di dalam hatinya, mengingat juga bahwa mereka takut banyak sahabat
yang akan meninggal dunia sehingga banyak hadist-hadist dari Rasulullah yang tidak
tersampaikan. Akhirnya pada masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq beliau
memerintahkan Sahabat Zaid bin Tsabit agar memimpin proyek pengumpulan Al-
Qur'an.

B. Perkembangan Penulisan Historiografi Islam Klasik


Ketika berbicara sejarah, maka tidak akan pernah lepas dari yang namanya
rentang waktu. Dalam penulisan sejarah Islam sendiri, biasanya berada pada sejarah
umat manusia sejak awal datangnya agama Islam hingga hari ini. Adanya batasan
waktu atau sebuah periodesasi atau pembabakan yang diberikan oleh sejarawan
Muslim terhadap kajian penulisan sejarah Islam itu sangat memudahkan bagi mereka
yang melakukan sebuah penelitian, maupun bagi mereka yang akan belajar sejarah
dan tak kalah penting juga dengan adanya pembabakan sejarah itu menandai bahwa
ada perubahan penting yang akan terjadi di setiap periodenya. Periodesasi sejarah
Islam dari sudut pandang politik,4 mengutip pendapat Harun Nasution, bahwa dapat
dibagi secara garis besar ke dalam 3 periode besar, seperti, Pertama, Periode Klasik
(650-1250M), Kedua, Periode Pertengahan (1250-1800M), dan Ketiga, Periode
Modern (1800-Seterusnya).

Menurut Abdul Azis Duri dalam buku Badri Yatim menyebutkan bahwa
perkembangan penulisan sejarah tidak dapat dipisahkan dari perkembangan budaya
secara umum. Hal ini merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan sebab manusia
yang hidup maka pastilah berbudayaa sehingga budaya tersebut yang kemudian

4
Ading Kusdiana, Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Pertengahan (Bandung: CV. PUSTAKA
SETIA, 2017), hlm.3.

5
termasuk memberikan corak baru dalam penulisan serta perkembangan penulisan
sejarah. Perkembangan historigrafi Islam menurut Prof. Rahim Yunus dalam
bukunya, menyebutkan bahwa ada empat ciri khas yakni sebagai berikut:5

1. Pemberitahuan disampaikan melalui metode isnad. Metode ini digunakan


sebagai salah satu pembuktian kebenaran berita yang disampaikan. Pujangga
atau para pengumpul hadist seperti Imam Bukhari dan Imam Muslim dalam
menyakini hadis-hadis yang dikumpulkan menilai dari kredibel dan integrasi
serta intelektual para perawi hadist yang terdapat dalam susunan sanadnya.
2. Berita disampaikan secara terpisah-pisah satu dengan yang lainnya. Meskipun
masih dalam tema yang sama akan tetapi masing-masing berdiri sendiri tidak
merupakan satu cerita yang utuh dan berangkai.
3. Berita sejarah disajikan dalam bentuk cerita atau kisah, sesuai dengan
pemberitaan yang diterima oleh penulis sejarah. Penyajian dalam bentuk
cerita menjadikan kitab sejarah tidak terhindar dari cerita yang bersifat dialog.
4. Kehadiran syair-syair dalam buku-buku sejarah syair dijadikan sebagai salah
satu alat atau bukti adanya pemberitaan tersebut.

Setelah berubahnya zaman maka proses penulisan sejarah mulai menggunakan


metode yang lebih baku dari penulisan sebelum-sebelumnya serta lebih teratur
sehingga memudahkan pembaca untuk mengklasifikasi tema-tema yang telah
diangkat. Adapun Corak-corak Penulisan Sejarah Islam Klasik adalah:

 Khabar
Menurut Badri Yatim, Khabar adalah penulisan sejarah disandarkan pada sebuah
riwayat, sebagaimana dalam penulisan hadist dengan menggunakan sanad.6 Ada
beberapa ciri-ciri yang berkenaan dengan riwayat tersebut diantaranya berdiri sendiri,
kedua riwayat ditulis dalam bentuk cerita yang pada umumnya dibuat dalam bentuk

5
Muhammad Kadril, Loc.cit. hlm.18-19.
6
Bilal Hardiansyah, dkk, “Kontribusi Badri Yatim Dalam Historiogarfi Islam” Tsaqofah, Jurnal Agama
dan Budaya, Volume 16, No.2, 2018, hlm. 171.

6
dialog, dan ketiga riwayat tersebut diselingi dengan syair dan bahkan syair tersebut
terkadang menjadi penguat dari riwayat tersebut.7

Contoh karya sejarah yang menggunakan bentuk Khabar adalah;8

1. Ali Ibn Muhammad al-Madani (wafat tahun 831). monograf yang berhasil
ditemukan adalah al-Murdifat min Quraysy (wanita Quraisy yang banyak suami)

2. Abu Mihnaf Luth ibn Yahya (wafat tahun 774).

3. Al-Haitsam ibn Adi (wafat tahun 821) dan Ibn Habib. karyanya merupakan
kumpulan monograf dalam bentuk khabar atau nasab.

 Hawliyat
Menurut Badri Yatim yang dimaksud dengan Hawliyat adalah metode penulisan
sejarah yang menggunakan pendekatan tahun demi tahun 9 atau juga dikenal dengan
peristiwa yang kronologis hal tersebut juga dikenal dengan nama al-Tarijh al-Hawli
atau al-Tarikh 'ala al-Sinin. Metode penulisan sejarah ini merupakan penyelesaian
sejarah yang menggunakan pendekatan tahun demi tahun sehingga urutan
peristiwanya kronologis.10

 Al Maghazi
Penulisan sejarah Islam berkembang dari masa ke masa, mengikuti perkembangan
peradaban Islam. Pada mulanya umat Islam, karena perlunya agama, meriwayatkan
hadits-hadits Nabi, termasuk perang-perang Nabi dan para sahabat yang berpartisipasi
di dalamnya. Pada masa sesudahnya, para sahabat juga menjadi teladan bagi umat
Islam. Penulisan hadits itu dikatakan sebagai cikal bakal penulisan sejarah. Dari
penulisan hadits-hadits Nabi itu, para sejarawan memperluas cakupan sejarah.

7
Muhammad Kadril, Loc.cit. hlm. 19.
8
Fauzi Nor Rahman, “Perkembangan Historiografi Islam”, 3 Juni 2009, dalam
http://fauzihistory.blogspot.com/2009/06/perkembangan-historiografi-islam.html, diakses pada tanggal
12 maret 2023 pukul 22.50.
9
Bilal Hjardiansyah, dkk, Loc.cit. hlm.171.
10
Muhammad Kadril, Loc.cit. hlm. 19.

7
Pertama-tama mereka mengembangkan kepada riwayat-riwayat yang berkenaan
dengan perang-perang Nabi yang disebut dengan al-maghazi. 11

Al- Maghazi berasal dari kata ghazwah (ekspedisi militer) yang dari sudut
pandang sejarah berarti perang dan penyerangan milier yang dilakukan Nabi
Muhammad. Belakangan, maka kata ini sering diperluas untuk mencakup seluruh
misi kerasulannya. Karena itu, terdapat hubungan erat atau bahkan tumpang tindih
antara maghazi dan sirah, tetapi maghazi merupakan studi paling awal tentang sejarah
kehidupan Nabi, yang dilakukan beberapa sahabat terkemuka. Mereka
mengumpulkan hadits historis yang beredar pada masa mereka. Koleksi mereka inilah
yang kemudian menjadi data penting bagi para tabi’un. 12

Redaksi lain mengartikan al- maghazi adalah pasukan atau peperangan yang
dipimpin langsung oleh Rasulullah. Dalam hal ini Ghazwah pun tidak mesti terjadi
perang atau kontak senjata, asal ada gerakan pasukan yang dipimpin Nabi dinamakan
ghazwah juga, misalnya:

1. Patroli keamanan keempat menjelang perang Badar, pasukan muslim


dipimpin langsung oleh Rasulullah. Dalampatroli itu tidak berjumpa dengan musuh.
Ghazwah pulang dengan selamat.

2. Ketika terjadi serangan kafir Quraisy pimpinan Kuraiz bin Jabir al-Fahri
terhadap tepi kota Madinah yang tidak terjaga, maka Rasulullah langsung memimpin
ghazwah untuk mengejarnya. Pasukan musuh menghilang dan tidak diketahui lagi
jejaknya di lembah Badar sehingga ghazwah Nabi kembali tanpa hasil.

Penulis pertama maghazi adalah Aban ibn ‘Usman ibn ‘Affan (w. 105 H/23 M)
dapat disebut sebagai simbol peralihan dari penulisan hadits kepada pengkajian al-
maghazi. Sezaman dengannya adalah ‘Urwah ibn Zubayr (w. 94 H/712 M). Akan

11
Badri Yatim, Historiografi Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. 41.
12
Anonim, “Perkembangan Historiografi Islam”, dalam Syafieh74.blogspot.co.id/2013/04/
perkembangan historiografi islam, diakses hari Minggu, 12 maret 2023 pukul 13.00 WIB.

8
tetapi, bagian-bagian dari tulisannya itu ditemukan dalam kutipan-kutipan para
sejarawan muslim yang datang sesudahnya, seperti al-Thabari dan Ibn Ishaq.13

 Thabaqat
Pola penulisan riwayat hidup yang muncul dalam kitab-kitab thabaqât, sedikit
banyak telah menginspirasi terhadap penulisan manâqib. Keunggulan yang muncul
karena ia memiliki klasifikasi yang jelas dalam mengurutkan posisi seseorang. Arti
kata thabaqât secara semantik adalah lapisan atau kurun. Pada perkembangan awal
pembentukan dan penulisannya, pengertian thabaqât berarti sejumlah kumpulan
tentang informasi berbagai biografi tokoh-tokoh periwayat hadis yang didasarkan
pada pelapisan generasinya. Sebuah konsekuensi dari konsep penghormatan akan
keberadaan orang-orang yang berada di sekitar Nabi Muhammad SAW., setingkat
generasi para sahabat, tabiin, tabiittabiin dan seterusnya, yang berkedudukan sebagai
perawi hadis. Keberadaan mereka menjadi sesuatu yang sangat penting bagi
keberadaan status hadis, sehingga para ahli hadis perlu menuliskannya secara lengkap
seluruh informasi tentang status ketokohan dan keberadannya.14

Karena jumlah biografi para tokoh ini sangat banyak, maka sejak awal
perkembangannyapun dalam penulisan thabaqât sudah mengenal pembagian tokoh
yang akan diceritakannya berdasarkan wilayah domisilinya dan profesi kelompoknya
semacam Thabaqât Syâfi‘iyyah, Thabaqât Hanâbilah, Thabaqât al-Shûfiyyah,
Thabaqât al-Thibba’, Thabaqât al-Syu’arâ, dan Thabaqât al-Nahwiyyîn. Dalam
historiografi Islam, penulisan model thabaqât merupakan model yang paling terus
bertahan dan cukup digemari para ahli hingga kini, karena telah memberikan
sumbangan yang sangat jelas dalam memetakan dan menginformasikan kedudukan
tokoh-tokoh Islam, baik sebagai perawi hadis, ulama mazhab (baik fikih dan tasawuf)
maupun sebagai tokoh-tokoh lain dalam posisi keilmuan tertentu. Kitab thabaqât
lebih memudahkan dalam pencarian indeks ketokohan, keahlian dan posisi sosialnya.
Bahkan dalam klasifikasi al-Dzahabî dan al-Sakhawî, masuk pula klasifikasi biografi

13
Badri Yatim. Loc. Cit. hlm. 42.
14
Ajid Thohir, “HISTORIOGRAFI ISLAM: Bio-biografi dan Perkembangan Mazhab Fikih dan
Tasawuf”, (Jurnal: MIQOT Vol. 36, No. 2 Juli-Desember 2012), hlm: 438.

9
tokoh-tokoh lainnya, seperti kelompok orang kaya, kelompok para pengemis,
kelompok para pemberani, dan kelompok para ahli nujum. Penulisan tentang tokoh-
tokoh sufi dan fikih telah menempati posisi yang cukup sentral pula dalam tradisi
penulisan thabaqât ini, al-Ishfahânî menulis Hilyat al-Awliyâ’ wa Thabaqât al-
Ashfiya’, al-Sya’ranî menulis Thabaqât al-Kubrâ yang juga berisi riwayat hidup para
sufi dari generasi ke generasi.15

 Klasifikasi Tabaqat:
Oleh karena meluasnya penulisan tabaqat, maka untuk memudahkan mengenali
ulama sesuai dengan masa dan keahliannya masing-masing, maka tabaqat itu
diklasifikasikan seperti berikut:16

1. Tabaqat Sahabat17

Penulisan biografi sahabat dilakukan setelah berhasil ditulis sirah Nabi Muhammad
SAW. Faktor utama yang mendorong penulisan biografi sahabat adalah dalam rangka
kritik hadis. Di samping itu mereka adalah generasi pertama yang menerima hadis
langsung dari Rasulullah SAW. Untuk mengetahui apakah sebuah hadis silsilah
sanadnya bersambung sampai kepada Rasulullah atau tidak, dapat dilihat dari biografi
sahabat yang ditulis itu. Di samping itu, karena para sahabat sangat berjasa dalam
perjuangannya menegakkan agama Islam, maka tulisan biografi itu dapat menjadi
rujukan moral dan spirit dalam menjalankan Islam bagi generasi sesudahnya. Para
sejarawan yang telah berhasil menulis biografi sahabat adalah:

a) Muhammad ibn Sa’ad ibn Muni al-Zuhri (w.230 H) dalam kitab Al-Tabaqat
al-Kubra.
b) ‘Ali ibn al-Madini (w.222 H) dalam kitab Ma’rifat Man Nazal al-Sahabah min
Sair al-Buldan.
c) Khalifah ibn Khayyat al- ‘Ashfuri (w.240 H) dalam kitab Al-tabaqat.
d) Muhammad ibn Ismail al-Bukhari (w.256 H) dalam kitab Tarikh al-Sahabah.
15
Ibid. hlm. 439.
16
Marwan Salahuddin, “ Historiografi Ulama Klasik dalam Tabaqat “, (Jurnal KALIMAH: Vol. 12,
No. 1, Maret 2014), hlm. 140.
17
Ibid, hlm. 140.

10
e) Ya’qub ibn Sufyan al-Fasawi (w. 277 H) dalam kitab Al-Ma’rifah wa al-
Tarikh.
f) Abu ‘Isa Muhammad ibn ‘Isa ibn Tsawrah al-Tirmidzi (w.279 H) dalam kitab
Tasmiyah Ashab Rasul Allah.
g) Abu Ja’far Muhammad ibn Jarir al-Tabari (w. 310 H) dalam kitab Dail al-
Mudayyal min Tarikh al-Sahabah wa al Tabi’in.

2. Tabaqat al-Muhadditsin18

Hadis merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah Al- Qur’an. Kesahihan
sebuah hadis dapat dipengaruhi oleh kejujuran dan kemampuan para perawi hadis
tersebut. Untuk itu penulisan biografi tokoh dari kalangan sahabat dan tabiin sangat
penting dalam melakukan kritik terhadap hadis, terutama untuk mengetahui kejujuran
dan kemampuannya. Untuk menulis kumpulan biografi perawi hadis, para sejarawan
menggunakan pendekatan yang berbeda-beda, antara lain:

a) Mengumpulkan biografi para perawi hadis yang dipandang jujur dan


mempunyai otoritas dalam meriwayatkan hadis.
b) Mengumpulkan biografi para perawi hadis yang dipandang cacat, sehingga
nilai hadis yang diriwayatkannya dinyatakan lemah, seperti kitab Al-Du’afa’
al-Kabir karya Imam Bukhari.
c) Menggabungkan biografi para perawi hadis yang jujur dan yang cacat, seperti
Tabaqat al-Kubra karya Muhammad Ibn Sa’ad.
d) Mengumpulkan biografi para perawi hadis untuk mengetahui gelar atau
julukan para perawi hadis. Hal ini dilakukan karena banyak perawi hadis yang
mempunyai gelar atau julukan yang sama, sehingga kesulitan menjelaskan
nama sebenarnya. Untuk itu maka ditulislah biografi perawi hadis untuk
menjelaskan persamaan dan perbedaan nama yang memiliki gelar tersebut,
misalnya kitab Al-Asma’ wa al-Kuna’ karya Imam Hambali.

18
Ibid, hlm. 141.

11
e) Menulis biografi para perawi hadis yang meriwayatkan hadis dari seorang
syekh tertentu, seperti yang dilakukan oleh Muslim ibn Hallaj yang menulis
buku dengan judul Rijal Urwah.
f) Menulis biografi syekh-syekh, seperti Ya’qub ibn Sufyan al- Fasawi (w.227
H) dalam kitab Al-Ma’rifah wa al-Tarikh dan al- Nasa’i dengan judul kitab
Al-Du’afa’.
g) Mengumpulkan biografi ilmuwan dan perawi hadis yang berasal dari kota
tertentu, seperti Muhammad ibn Ali ibn Hamzah al Farahinani (w.237 H)
dengan judul kitab Tarikh fi Rijal al-Muhadditsin bi Murwi.

3. Tabaqat Para Penguasa dan Pejabat Pemerintah19

Dalam perkembangan berikutnya penulisan biografi juga berkembang bukan


hanya para ulama, tetapi juga para khalifah dan penguasa, apalagi pada awal
perkembangan Islam, masyarakat tampaknya sangat tergantung pada kepemimpinan
seorang tokoh. Kemajuan masyarakat dipandang sebagai hasil karya kepemimpinan
mereka. Karena itu, bagaimana kiprahnya seorang tokoh atau penguasa dapat
dipelajari lewat biografi yang ditulis para sejarawan. Misalnya Jalal al-Din al Suyuti
menulis kitab yang berjudul Tarikh al-Khulafa, Ali ibn Munjib al-Sayr menulis kitab
Wuzara’ al-Khulafâ al-Fatimiyyin.

4. Thabaqat Para Ilmuwan dan Pemikir20

Pada akhirnya, para sejarawan tidak hanya menulis biografi para ulama dan
penguasa saja, tetapi juga para ilmuwan dan pemikir, karena keteladanan mereka
patut ditiru. Penulisan biografi para ilmuwan itu meliputi hampir seluruh bidang ilmu,
terutama ilmu keagamaan. Misalnya biografi para ahli fikih (Tabaqat al-Fuqaha’),
ahli qiraah (Tabaqat al-Qurra’), biografi para penghafal al-Qur’an (Tabaqat al-
Huffaz), biografi ahli bahasa (Tabaqat al-Lughawiyyah) dan sebagainya. Mereka itu
19
Ibid, hlm. 142.
20
Ibid, hlm. 142.

12
antara lain, Abu Walid Muhammad ibn ‘Abdullah ibn Muhammad ibn al-Fari (w.493
H) menulis kitab dengan judul Tarikh Umat al-Andalus, Muhammad ibn Husain al-
Sulami (w.412 H) menulis kitab dengan judul Tabaqat al-Sufiyyah.

C. Tokoh-Tokoh dalam Perkembangan Corak Penulisan Historiografi Islam


Klasik
1. Al-Mutanabbi
Pada kajian Historiografi pra Islam terdapat dua kebudayaan masyarakat Arab
yang menjadi salah satu bentuk kesadaran sejarah, yaitu Al-Ayyam dan al-ansab.
Kedua kebudayaan ini seringkali terdapat pada syair-syair masyarakat Arab, hal itu
disebabkan kebiasaan orang Arab membuat syair sebagai bentuk pesan untuk
menyampaikan berbagai hal. Ternyata bagi perkembangan historiografi, syair-syair
itu memberikan sumbangsih yang sangat besar, terutama sebagai sumber sejarah.
Seperti buku yang ditulis oleh ibnu Ishaq, yang kemudian diringkas oleh ibnu
Hisyam, tentang Sirah Nabawiyyah. Perjalanan kehidupan Nabi tergambar dngan
baik dalam buku tersebut. Sumber-sumber yang dipakai salah satunya adalah dari
syair-syair. Sebagai karya duplikasi dari ibnu Ishaq, karya sirah Nabawiyyah ibnu
Hisyam pun menggunkana syair-syair dalam sumber penulisannya, terutama syair
yang muncul dalam peperangan atau dalam kejadian-kejadian yang lain.21

 Biografi Singkat Al-Mutanabbi


Salah satu penyair Abbasiyah yang karyanya juga dikenal di Indonesia adalah
al-Mutanabbi. Penggalan puisinya tertulis pada dinding perpustakaan nasional di
Jakarta. Al-Mutanabbi adalah penyair Arab yang hidup pada periode Abbasiyah
ketiga. Nama lengkap al-Muatanabbi adalah Abu Tayyib bin Husain bin Murrah bin
Abdul Jabbar al-Ju’fi al-Kindi al-Kufi. Ayahnya bernama Husain bin Murrah, adalah
seorang petugas yang menyalurkan air untuk penduduk Kindah. Mengenai nama al-
Mutanabbi sebenarnya bukan nama yang dipilih ia sendiri, tetapi diberikan oleh orang

21
Wahyu Iryana, Historiografi Islam (Jakarta: Kencana, 2021), hlm. 39.

13
kepadanya sejak ia muda. Banyak sekali asbabun nuzul mengenai penamaan beliau
dengan al-Mutanabbi, bahkan ada yang meyakini bahwa penamaan ini akibat dari
pengakuan Mutanabbi pada waktu ia masih muda sebagai nabi. Namun cerita
penamaannya yang terkenal dan dinggap paling benar adalah apa yang disebutkan
oleh Ibrahim al-Yajizi yang mengumpulkan syair-syair al-Mutanabi dalam sebuah
buku berjudul Diwan al-Mutanabbi. Al-Yajizi meyatakan bahwa Abu Tayyib Ahmad
digelari al-Mutanabbi karena syair yang dilantunkannya sangat membuat kagum para
pendengarnya. Bait yang dituangkannya dalam syairnya menyeruoai kalimat orang
yang diberi mukjizat. Ia dikenal sebagai penyair handal dalam bidang puisi penegiris
(al-Madh).22

 Muatan Sejarah dalam Puisi Al-Mutanabbi


Seorang sastrawan ketika menulis karya-karyanya pasti terdapat pesan dibalik
makna yang terkandung pada setiap baitnya. Ini lah yang dilakukan oleh al-
Mutanabbi dalam setiap puisinya, bukan hanya keindahan susunan bahasa akan tetapi
mengandung arti yang sangat mendalam bagi kehidupan. Nilai-nilai kehidupan
tersimpan dalam puisi al-Mutanabbi, sebagai contoh, al-Mutanabbi memberikan
gambaran betapa pentingnya ilmu dengan disampaikan lewat puisi yang indah

‫وبيننا لو رعيتم ذاك معرفة * إن المعارف في أهل النهى ذمم‬

Dan di antara kita terdapat pengetahuan jika saja kamu menjaganya sesungguhnya
pengetahuan merupakan perlindungan bagi orang yang berakal23

Dalam bait ini, ia menyatakan akan pentingnya pengetahuan yang harus tetap
dijaga dan diupayakan untuk terus diperbaharui karena ia merupakan jaminan untuk
hidup manusia pada masa depan da melindungi pemiliknya dari perbuatan salah dan
sesat. Secara tidak langsung al-Muatanabbi menginginkan supaya manusia mencari
22
Muhammad Walidin dan Siti Chamamah Suratno, Jurnal: Fakultas Adab and Uin Sunan Kalijaga
Yogyakarta, “Membaca Al-Mutanabbi IIII dan Hubungannya Dengan Tiga Pnguasa Abbasyiah
( Analisis Semiotik)", Vol. 19, No. 2 (2007), hlm 128.
23
Nurain, “Nilai-Nilai Kehidupan Dalam Puisi Al-Mutanabbi,” Adabiyyāt: Jurnal Bahasa Dan Sastra
Vol, 13, No. 2 (2014), hlm. 277, https://doi.org/10.14421/ajbs.2014.13206.

14
ilmu dengan benar-benar. Ilmu akan memberikan jaminan keselamatan dari jahatnya
kebodohan, memberikan kemanan, serta menjadi pelindung selama pemiliknya
menjaga ilmu tersebut.

Berkaitan dengan historiografi, al-Mutanabbi menyuguhkan puisi yang


berkaitan dengan pujian terhadap Kafur al-Ikhsidy salahsatu gubernur Mesir pada
masa Abbasiyah

‫فما الحداثة من حلم بمناعة * قد يوجد الحلم الشبان و الشيب‬

‫ترعرع الملك األستاذ مكتحال * قبل اكتحال أديبا قبل تأديب‬

‫مجربا فهما من قبل تجربة * مهذبا كرما من غير تهذيب‬

Tidak ada halangan bagi orang muda untuk memiliki kecerdasan, karena ia
bisa saja terdapat pada kaum muda dan kaum tua

Malik ustadz telah tumbuh sebagai orang tua sebelum dewasa dan menjadi
terpelajar sebelum belajar

Berpengalaman sebelum melakukan percobaan dan menjadi terdidik sebelum


menjalani proses pendidikan24

Muatan kesejarahan terdapat pada bait al-Mutanabbi diatas, dalam bait-bait di


atas al-Muatanabbi menyatakan pujian dan kekagumannya terhadap gubernur Mesir,
Kafur al-Ikhsidy, dengan sebutan Ustadz. Puisi ini menjadi penting sebagai sumber
sejarah ketika para sejarwan ingin meneliti mengenai biografi Kafur. Pada bait ini
juga, menyatakan bahwa hilm merupakan sesuatu yang bisa dimiliki dan diberikan
kepada siapa saja tanpa memandang usia, bisa dimiliki oleh kaum muda maupun
kaum tua; juga mngimplisitkan bahwa kecerdasan tersebut bisa dimiliki oleh
seseorang bersamaan dengan kelahirannya sebelum melalui proses. Kecerdasan dan
ketajaman daya pikir ini kemudian berimplikasi pada proses kedewasaan berpikir dan
bertindak yang sudah mulai tampak pada usia dini.

24
Ibid.

15
Oleh karena itu, syair-syair tersebut selain nilai kehidupan, juga terdapat nilai
kesejarahan didalamnya, banyak memberikan informasi tentang masa lalu sekaligus
mempermudah pencarian data terhadap seorang tokoh di masa lalu. Informasi
mengenai gubernur Mesir pada masa Abbasiyah ini didapati bukan pada data seorang
sejarawan akan tetapi lewat pujian seorang sastrawan kepada penguasa waktu itu.

2. Ibnu Ishaq
 Biofrafi Ibnu Ishaq
Ibnu Ishaq lahir di Madinah diperkirakan 85 tahun setelah Hijrah ke Madinah. Jadi
merupakan salah seorang Tabi'in. Ia berada di Madinah sampai Bani Abbasiyah
menggantikan Bani Umayyah dalam kekhalifahan. Setelah itu dilaporkan ia berada di
berbagai tempat antara Iraq dan Iran, ia meninggal di Baghdad tahun 768.3
Muhammad bin Ishaq bin Yasar, adalah nama lengkap dari Ibnu Ishaq adalah
termasuk sejarawan muslim yang pertama. Lahir pada tahun 85 H/704 M dan
meninggal pada tahun 151H/ 768M. Ia yang pertama kali menulis Sirat Rasulullah,
yang merupakan biografi Rasulullah pertama yang paling komprehensif. Ibnu Sa'ad
berkata tentang Ibnu Ishaq, "Ia merupakan yang pertama mengumpulkan sejumlah
ekspedisi dari Utusan Allah (Muhammad) dan mencatatnya.25

 Karya-Karya Ibnu Ishaq


Dalam sebuah riwayat dijelaskan, sesudah periode Muhammad bin Ishaq
muncullah Abu Muhammad Abdul Malik yang terkenal dengan nama Ibnu Hisyam. la
meriwayatkan Sirah Nabawiyah Ibnu Ishaq dengan berbagai penyempurnaan
setengah abad sesudah penyusunan Sirah Nabawiyah oleh Ibnu Ishaq Jadi pada
hakikatnya Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam adalah duplikat dari Al Maghazi lbnu
Ishaq dengan berbagai tambahan dan penyempurnaan oleh Ibnu Hisyam.

25
Jafri, S.H.M, Dari Safiqah Sampai Imamah: Awal dan Sejarah Perkembangan Syi’ah, (Bandung:
Pustaka Hidayah, 1995).

16
 Isi Kitab Sirah Ibnu Ishaq
Latar Belakang penulisan bersumber dari apa yang penyusun telah baca, bahwa
latar belakang penulisan Sirah yang dilakukan oleh Ibnu Ishaq adalah pada
hakikatnya didasarkan atas keberadaan hadits yang pada waktu itu sebagai salah satu
sumber hukum dalam Islam memiliki sejarah perkembangan dan penyebaran yang
kompleks. Sejak dari masa pra kodifikasi, Zaman Nabi, Sahabat dan Tabi’in hingga
setelah pembukuan pada abad ke-14. Perkembangan hadits pada masa awal lebih
banyak menggunakan lisan, dikarenakan larangan Nabi untuk menulis hadits.
Larangan tersebut berdasarkan kekhawatiran Nabi akan tercampurnya nash Al-
Qur’an dengan hadits. Selain itu juga disebabkan fokus Nabi pada para Sahabat yang
bisa menulis untuk menulis Al-Qur’an. Larangan tersebut berlanjut sampai pada masa
tabi’in besar. Bahkan dengan Khalifah yang lain.

Periodesasi penulisan dan pembukuan hadits secara resmi dimulai pada masa
pemerintahan Khalifah Umar ibn Abd Aziz Terlepas dari naik turunnya
perkembangan hadits, tak dapat dinafikan bahwa sejarah perkembangan hadits
memberikan pengaruh besar dalam sejarah peradaban Islam. Masa pembentukan
Hadits tiada lain masa kerasulan Nabi Muhammad itu sendiri, ialah lebih kurang 23
tahun. Pada masa ini Al- Hadits belum ditulis, dan hanya berada dalam benak atau
hafalan para sahabat saja. Kemudian berlanjut pada masa penghimpunan, masa ini
ditandai dengan sikap para sahabat dan tabi'in yang mulai menolak menerima Al-
Hadits baru, seiring terjadinya tragedi perebutan kedudukan kekhalifahan yang
bergeser ke bidang syari'at dan 'aqidah dengan munculnya Al- Hadits palsu. Para
sahabat dan tabi'in ini sangat mengenal betul pihak-pihak yang melibatkan diri dan
yang terlibat dalam permusuhan tersebut, sehingga jika ada Al- Hadits baru yang
belum pernah dimiliki sebelumnya diteliti secermat-cermatnya siapa-siapa yang
menjadi sumber dan pembawa Al- Hadits itu. Maka pada masa pemerintahan
Khalifah Umar bin Abdul Aziz sekaligus sebagai salah seorang tabi'in memerintahkan
penghimpunan Al-Hadits. Masa ini terjadi pada abad 2 H, dan Al- Hadits yang
terhimpun belum dipisahkan mana yang merupakan AlHadits marfu' dan mana yang
mauquf dan mana yang maqthu'. Dimasa inilah terjadi perhimpunan hadits oleh Ibnu

17
Ishaq yang dikenal dengan masa Perhimpunan, serta menjadi latar belakang
ditulisnya Sirah Ibnu Ishaq.26

26
Muhammad Abu Zahw, Al-Hadits wa Al-Muhadditsuun, Daar Al-Kitab Al-'Araby, (Beirut: Libanon,
1984), hlm. 172.

18
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penulisan dan tulisan telah menjadi budaya yang tidak dapat dilepaskan dari
kehidupan sosial masyarakat Islam di Arab. Perkembangan corak penulisan
sejarah yang telah diuraikan memberikan kita makna penting. Bahwa Islam
memiliki perhatian khusus terhadap penulisan sejarah, dengan maksud dan tujuan
yang juga telah dijelaskan.

Dimulai ketika tatkalah Rasulullah Wafat, membuat para sahabat resah dengan
banyaknya perkataan, perbuatan dan tindakan Rasulullah yang bisa dijadikan
pedoman hidup, dengan hal itu para sahabat berinisiatif untuk bisa menuliskan
hadist yang berasal dari Rasulullah, karena kalau hanya mengandalkan akal dan
ingatan saja, sejatinya manusia akan bisa lupa, namun ketika dituliskan maka
akan ada pertinggalan yang tak akan hilang.

Akhirnyapun corak-corak penulisan pada masa islam klasik timbul dengan


berbagai corak yang sangat baik seperti, Khabar, Hawliayat, Futuh, Maghzai,
Thabaqat dab Khaber. Namun, corak perkembangan Penulisan ini adalah awal,
yang kemudian akan berkembang lagi untuk menyesuaikan zamannya masing-
masing.

B. SARAN
Pada saat pembuatan makalah, Penulis menyadari bahwa banyak sekali kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. Dengan sebuah pedoman yang bisa dipertanggung
jawabkan dari banyaknya sumber, penulis akan memperbaiki makalah tersebut. Oleh
sebab itu penulis harapkan kritik serta sarannya mengenai pembahasan makalah
dalam kesimpulan di atas.

19
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2013, April). Perkembangan Historiografi Islam . Retrieved from blogspot.

Bilal Hardiansyah, d. (2018). Kontribusi Badri Yatim Dalam Historiografi Islam.


Tsaqofah, Jurnalm Agama dan Budaya, Volume 16, No. 2.

Iryana, W. (2021). Historiografi Islam. Jakarta: Kencana.

Jafri, S. (1995). Dari Safiqah sampai Imamah: Awal dan Sejarah Perkembangan
Syi'ah. Bandung: Pustaka Hidayah.

Kadril, M. (2021). Historiografi Islam Pada Masa Klasik. Jurnal Rihlah , Volume 9,
No. 1.

Kusdiana, A. (2017). Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Pertengahan.


Bandung: CV. PUSTAKA SETIA.

Nurain. (2014). Nilai-Nilai Kehidupan Dalam Puisi Al-Mutanabbi. Adabiyyat: Jurnal


Bahasa dan Sastra Vol. 13, No. 2.

Prasetio, A. (2023, maret 13). Perkembangan Corak Historiografi Islam Klasik Al-
Maghazi dan Al-Sirah. Retrieved from Academia.edu:
https://www.academia.edu/43292736/PERKEMBANGAN_CORAK_HISTO
RIOGRAFI_ISLAM_KLASIK ,

Rahman, F. N. (2009, Juni 3). Perkembangan Historiografi Islam. Retrieved from


blogspot: http://fauzihistory.blogspot.com/2009/06/perkembangan-
historiografi-islam.html,

Rofiq, A. C. (2017). Sejarah Islam Periode Klasik. Malang: PENERBIT GUNUNG


SAMUDERA.

Salahuddin, M. (1 Maret 2014 ). Historiografi Ulama Klasik dalam Thabaqat. Jurnal:


KLIMAH, Volume 12, No. 1.

20
Suratno, M. W. (2014). Membaca Al-Mutanabbi IIII dan Hubungannya Dengan Tiga
Penguasa Abbasyiah (Analisis Semiotik) Vol. 19, No. 2. Jurnal Fakultas Adab
dan Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Thohir, A. (2 Juli-Desember 2012). Historiografi Islam: Bio-biografi dan


Perkembangan Mazhab Fikih dan Tasawuf. Jurnal: MIQOT, Volume 36, No.
2.

Yatim, B. (1997). Historiografi Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Zahw, M. A. (1984). Al-Hadist wa Al-Muhadditsuun, Daar Al-Kitab Al-'Araby .


Beirut: Libanon.

21

Anda mungkin juga menyukai