Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH SPI

“ SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM


PERIODE KLASIK “

Guru Pembimbing : Taufik Rohman,S.Ag,S.Pd


Nama Kelompok :
1. Silfiya Fatmawati
2. Melinda Diah Agustina
3. Rizki Riyantawati
4. Rendi Setyo Utomo
5. Jefri Indra Saputra

MA MUHAMMADIYAH 1 SUMBERREJO
BOJONEGORO
TAHUN AJARAN 2015/2016
1
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr. Wb.

Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah serta karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ilmiah dalam
bentuk makalah ini tanpa suatu halangan yang amat berarti hingga akhirnya penulis dapat
menyalesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan dan dukungannya dalam pembuatan makalah ini.Tak lupa penulis ucapan terima kasih
kepada Bapak guru kami yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, apabila ada kata di dalam makalah ini yang
kurang berkenan penulis mohon maaf sebesar - besanya.Sekali lagi penulis ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam pembuatan makalah
ini.Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Wassalamualikum Wr. Wb.

Sumberrejo,10 November 2015

Penyusun,

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………………………………………………………..i
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………….ii
Daftar Isi………………………………………………………………………………………….iii
Bab. I PENDAHULUAN………………………………………………………………………….1
A. Pengertian Sejarah Islam ……......………………………………………………………..1
B. Periodisasi Sejarah Islam………………………………………………………………….1
C. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………3

Bab II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………...4
A. Masa Kerasulan Nabi Muhammada SAW…………..…………………………………….4
B. Lahirnya Negara Muslim Pertama………………………………...………...………….....5
C. Pembentukan Negara Madina…...………………………………………………………...6
D. Perluasan Wilayah pada Masa Rasulullah………………………………………………...7
E. Kondisi Masyarakat sepeninggal Rasulullah SAW………………………………………8
F. Perkembangan peradaban Islam pada masa Bani Ummayah……………………………..9
G. Perkembangan Peradaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah…………………………10

Bab. III PENUTUP………………………………………………………………………………13


A. Kesimpulan………………………………………………………………………………13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian Sejarah Islam

Kata sejarah dalam bahasa Arab disebut tarikh dan sirah, atau dalam bahasa Inggris disebut
history. Dari segi bahasa, al-tarikh berarti ketentuan masa atau waktu, sedang ‘Ilmu Tarikh’ ilmu
yang membahas peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian, masa atau tempat terjadinya
peristiwa, dan sebab-sebab terjadinya peristiwa tersebut.

Sedangkan menurut pengertian istilah, al-tarikh berarti; ”sejumlah keadaan dan peristiwa-
peristiwa yang terjadi di masa lampau, dan benar-benar terjadi pada diri individu atau
masyarakat, sebagaimana benar-benar terjadi pada kenyataan-kenyataan alam dan manusia”.

Dalam bahasa Indonesia sejarah berarti: silsilah; asal-usul (keturunan); kejadian dan peristiwa
yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Sedangkan Ilmu Sejarah adalah ”pengetahuan atau
uraian peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau”.

Dalam bahasa Inggris sejarah disebut history, yang berarti orderly description of past
events(uraian secara berurutan tentang kejadian-kejadian masa lampau).

Menurut Ibnu Khaldun, sejarah tidak hanya dipahami sebagai suatu rekaman peristiwa masa
lampau, tetapi juga penalaran kritias untuk menemukan kebenaran suatu peristiwa masa lampau.
Dengan demikian unsur penting dalam sejarah adalah adanya objek peristiwa (who), adanya
batas waktu (when), yaitu masa lampau, adanya pelaku (who), yaitu manusia,
tempatnya (where), latar belakangnya (whay), dan daya kritis dari peneliti sejarah.

Dari pengertian demikian kita dapat mengatakan bahwa yang dimaksud sejarah Islam adalah
peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang sungguh-sungguh terjadi yang seluruhnya
berkaitan dengan agama Islam. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan sejarah Islam adalah berbagai peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi, yang
berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan agama Islam dalam berbagai aspek. Dalam
kaitan ini maka muncullah istilah yang sering digunakan untuk sejarah Islam ini, diantaranya
Sejarah Islam, Sejarah Peradaban Islam, Sejarah dan Kebudayaan Islam.

Dalam mempelajari dan mengkaji sejarah Islam (muslim) yang terkandung dalam buku-buku
sejarah, maka kita harus mengetahui terlebih dahulu:

1. Apa yang menjadi tujuan penulisan, apakah bentuk sejarah pragmatik ataukah
berbentukfilsafat sejarah.
2. Siapa penulis sejarah itu, termasuk bagaimana kecenderungan sikap hidup atau ide poliik
yang dianutnya, dan
3. Kapan dia menulis, karena dari situ dapat pula memberi pengaruh apa dan siapa yang
telah membuat dia berinterprestasi begitu.

B. Periodisasi Sejarah Islam

Dikalangan ahli sejarah terdapat perbedaan tentang kapan dimulainya sejarah Islam yang telah
berusia lebih dari empat belas abad ini. Di satu pihak menyatakan bahwa sejarah Islam (muslim)
dimulai sejak Nabi Muhammad SAW. diangkat sebagai Rasul, dan berada di Makkah atau tiga

4
belas tahun sebelim hijrah ke Madinah. Di lain pihak menyatakan, bahwa sejarah Islam itu
dimulai sejak lahirnya negara Madinah yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW. Atau
tepatnya setelah Nabi Muhammad SAW. Berhijrah ke Madinah yang sebelumnya bernama
Yatsrib.

Timbulnya perbedaan dari kedua belah pihak tersebut disebabkan karena perbedaan tinjauan
tentang unit sejarah. Pihak pertama melihat bahwa unit sejarah adalah masyarakat. Masyarakat
Muslim telah ada sejak Nabi Muhammad SAW. Menyampaikan seruannya. Malah jumlah
mereka sedikit atau banyak tidak menjadi soal. Disamping itu, meskipun mereka belum
berdaulat, tetapi sudah terikat dalam satu organisasi yang memiliki corak tersendiri. Sedangkan
pihak kedua melihat bahwa niat sejarah itu adalah Negara, sehingga sejarah Islam muai dihitung
sejak lahirnya Negara Madinah.

Perbedaan pendapat tersebut akan tercermin pada pembagian periodisasi sejarah (kebudayaan)
Islam yang dikemukakan oleh para ahli, terutama dalam hal tahun permulaan sejarah Islam pada
periode pertama atau biasa disebut periode klasik, dan bahkan ada yang menyebutkan sebagai
periode praklasik guna mengisi babakan sejarah Islam yang belum disebutkan secara tegas dalam
periode klasik tersebut.

Pendapat senada juga dikemukakan oleh Nourouzzaman as-Shiddiqi yang menyatakan bahwa
waktu sekarang ini para sejarawan cenderung mengambil masyarakat sebagai unit sejarah. Jika
unit sejarah itu tertumpu pada Negara, maka hal itu mengandung kelemahan. Artinya, batas
Negara tidak selalu tetap. Dia telah membagi perjalanan sejarah Islam ke dalam tiga bagian besar
beserta cirri-ciri sebagai berikut:

1. Periode klasik, yang dimulai sejak Rasulallah SAW. Menyampaikan seruannya sampai
masa runtuhnya Dinasti Abbasiyah pada tahun 656 H/1258 M. Cirinya ialah tanpa
menutup mata terhadap adanya dinasti-dinasti kecil, Dinasti Umaiyah Barat yang
berkedudukan diAndalusia dan interengum (masa peralihan pemerintahan) Dinasti
Fatimah di Mesir, masih ada satu kekuasaan politik yang kuat dan disegani. Dalam
periode klasik inilah umat Islam mencapai prestasi-prestasi puncak di bidang
kebudayaan.
2. Periode pertengahan yang dimulai sejak runtuhnya Dinasti Abbasiyah sampai abad ke-11
H/17 M. Ciri-cirinya ialah kekuasaan politik terpecah-pecah dan saling bermusuhan.
Osmanli Turki, Mamluk Mesir, Umaiyah Barat di Andalusia, Mamluk India, dan
berdirinya kerajaan-kerajaan Muslim yang berdaulat sendiri-sendiri.
3. Periode modern, yaitu sejak abad ke-12 H/18 M sampai sekarang. Dalam periode ini
umat Islam sudah tidak memiliki kekuatan politik yang disegani. Dinasti Turki Osmanli
yang pernah menggedor pintu Wina sudah mendapat julukan The Sick Man of Europa.
Bukan saja Turki sudah tidak mampu memperluas wilayah dibagi-bagi antara Inggris,
Perancis dan Rusia. Wilayah Turki Barat seperti sepotong kue yang menjadi rebutan
antara kekuasaan-kekuasaan besar Barat. Bekas jajahan setiap Negara Barat inilah yang
kemudian melahirkan Negara-negara baru setelah Perang Dunia I.

Adapun dalam makalah kami ini akan dibahas tentang permasalahan perkembangan
Islam pada masa klasik. Yakni pada masa Rasulullah dan Sahabat Beliau sepeniNggal
beliau meninggal dunia.

5
C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan Islam pada zaman Rasulullah Saw ?


2. Mengetahui perkembangan Islam setelah wafatnya Rasulullah Saw.

6
BAB II

PEMBAHASAN

Nabi Muhammad Saw. Adalah golongan Bani Hasyim, suatu kabilah yang kurang berkuasa
dalam suku Quraisy. Dalam usia muda, Muhammad hidup sebagai pengembala kambing
keluarganya dan kambing penduduk mekkah. Melalui kegiatan pengembalaan ini dia
menemukan tempat untuk berpikir dan merenung. Dalam suasana demikian, dia ingin melihat
sesuatu dibalik semuanya. Pemikiran dan perenungan ini membuatnya jauh dari segala pemikiran
nefsu duniawi, karena itu sejak muda ia sudah dijuluki Al-Amin, orang yang terpercaya.

Nabi Muhammad ikut untuk pertama kali dalam kafilah dagang ke syiria(syam) dalam usia baru
12 tahun. Kafilah tersebut dipimpin oleh Abu Tholib. Dalam perjalanan ini, di Bushara, sebelah
seltan syiria, ia bertemu dengan seorang pendeta bernama, Buhairoh. Pendeta ini melihat tanda
tanda kenabian pada Muhammad sesuai petunjuk cerita-cerita Kristen.

Pada usia yang ke dua puluh lima, Muhammad berangkat ke syiria membawa barang dagangan
milik Khadijah seorang saudagar wanita kaya raya. Dalam perdagangan ini Muhammad
memperoleh laba yang besar. Khadijah kemudian melamarnya. Lamaran itu diterima dan
perkawinan segera dilaksanakan. Ketika itu Muhammad berusia 25 tahun dan Khadijah 40 tahun.
Dalam perkembangan selanjutnya, Khadijah adalah wanita yang pertama masuk islam dan
banyak membantu Nabi dalam perjuangan menyebarkan Islam.

A. Masa Kerasulan Nabi Muhammad Saw

Menjelang usianya yang keempat puluh, dia sudah terlalu biasa memisah kan diri dari pergaulan
masyarakat, berkontemplasi ke gua Hira,sebuah gunung yang dekat dengan kota Mekkah. Dan ia
beribadah dengan mengikuti ajaran agama kakeknya yaitu Nabi Ibrahim dari beberapa hari
sampai beberapa bulan. Pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611M, Malaikat Jibril muncul
dihadapannya, menyampaikan wahyu Allah yang pertama: Bacalah dengan nama tuhanmu yang
telah menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmu itu sangat mulia. Dia telah mengajarkan Qolam. Dia telah mengajar manusia apa
yang mereka tidak ketahui(QS 96:1-5). Dengan turunnya wahyu pertama itu, berarti Muhammad
telah dipilih Tuhan menjadi Nabi. Dalam wahyu pertama ini, dia belum disuruh untuk menyeru
manusia kepada suatu agama.

Setelah wahyu pertama itu datang, jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama, sementara Nabi
Muhammad menantikannya dan selalu datang ke gua Hira. Dalam keadaan menanti itulah turun
Jibril yang membawa perintah kepadanya. Wahyu itu berbunyi sebagai berikut: Hai orang yang
berselimut, bangun, dan beri ingatlah, hendaklah engkau besatkan tuhanmu dan bersihkanlah
pakaianmu, tinggalkanlah perbuatan dosa, dan janganlah ngkau memberi (dengan
maksud)memperoleh (balasan) yang lebih banyak dan untuk memenuhi perintah tuhanmu
bersabarlah (Q.S. Al-Muddatsir: 1-7).

Dengan turunnya perintah itu, mulailah Rasulullah berdakwah. Pertama tama, beliau
melakukannya dengan cara diam diam dilingkungan sendiri dan dikalangan rekan rekannya.
Karena itulah, orang yang pertama kali menerima dakwahnya adalah keluarga dan sahabat
dekatnya. Langkah dakwah seterusnya yang diambil adalah menyeru masyarakat umum.

Setelah dakwah terang-terangan itu, pemimpin Quraisy mulai menghalangi dakwah Rasul.
Banyak cara yang ditempuh para pemimpin Quraisy untuk mencegah dakwah Nabi Muhammad

7
pertama tama mereka mengira bahwa , kekuatan nabi terletak pada lindungan dan pembelaan abu
tholib yang amat disegani itu. Karena itu mereka menyusun siasat bagaimana melepaskan
hubungan Nabi dengan abu thalib dan mengancam dengan mengatakan “kami minta anda
memilih satu diantara dua: memerintahkan Muhammad berhenti dari dakwahnya atau ijinkan
kepada kami unuk mencegahnya. Maka dengan itu Abu Thalib sebagai pamannya mencegah
Nabi muhammad SAW akan dakwahnya karena beliau takut dari kaum Qurais. Namun Nabi
menolak dengan mengatakan: “Demi allah saya tidak akan berhenti memperjuangkan amanat
allah ini, walaupun semua anggota keluarga dan sanak saudara akan mengucilkan saya”. Abu
Thalib sangat terharu mendengar jawaban kemenakannya itu, kemudian berkata: “teruskanlah,
demi Allah aku akan terus membelamu”.

Kekejaman yang dilakukan oleh penduduk Makkah terhadap kaum muslimin itu, mendorong
Nabi Muhammad untuk mengungsikan sahabat sahabtnya ke luar Makkah. Pada tahun kelima
kerasulannya, Nabi menetapkan Habsyah (Ethiopia) sebagai negeri tempat pengungsian.
Rombongan pertama sejumlah sepuluh orang pria dan lima dari wanita, diantaranya Usman bin
Affan beserta istrinya Ruqoyah putri Rasulullah, Zubair bin Awwam dan Abdurrahman bin Auf.
Semakin kejam mereka memperlakukan umat islam semakin banyak orang yang masuk agama
ini. Bahkan, ditengah meningkaynya kekejaman itu, dua orang yang terkuat di Quraisy masuk
Islam, hamzah dan Umar bin Khattab. Namun tidak lama kemdian Abu Thalib paman Nabi
sekaligus pelindung utama Nabi meninggal dunia dan menyusul Tiga hari setelah itu Khadijah
istri Nabi, meninggal dunia pula. Peristiwa itu terjadi pada tahun sepuluh kenabian. Dan di tahun
ini pula merupakan tahun kesedihan bagi Nabi Muhammad SAW.

Untuk menghibur Nabi yang sedang ditimpa duka, Allah mengisra’ dan memi’rojkan beliau pada
tahun ke-10 kenabiannya itu. Berita tentang isra’ dan mi’raj ini menggemparkan masyarakat
Makkah. Bagi orang kafir, ia dijadikan bahan propaganda untuk mendustakan nabi. Sedangkan,
bagi orang yang beriman, ia merupakan ujian keimanan.

Menurut Ahmad Syalabi, ada lima faktor yang mendorong orang kafir Quraisy menentang Nabi :
(1) Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. (2) Mereka tidak
menginginkan persamaan hak antara hamba sahaya dengan golongan bangsawan. (3) Para
pemimpin Quraisy tidak dapat menerima ajaran akan hari pembalasan. (4) Kokoh kepercayaan
mereka terhadap agama nenek moyang. (5) Pemahat dan penjual batu memandang Islam sebagai
penghalang rezeki.

B. Lahirnya Negara Muslim Pertama

Ketika Rasulullah SAW dan Abu Bakar berangkat untuk hijrah, orang-orang Quraisy mulai
memperlihatkan keberangannya dengan menganiaya pengikut Rasulullah yang belum berangkat,
seperti Asma binti Abu Bakar dan yang lainnya.

Dalam perjalanan menuju Madinah, Rasulullah SAW sempat singgah di Quba sampai kemudian
Ali bin Abi Thalib berhasil mengikutinya. Di Quba Rasul sempat mendirikan pondasi masjid
Quba. Setibanya di Madinah, Rasulullah SAW disambut dengan penuh suka cita oleh sahabat-
sahabat Anshar. Langkah pertama yang dilakukan di Madinah ialah membangun masjid sebagai
tempat ibadah.

Untuk menyatukan potensi sahabat anshar dan muhajirin, Rasulullah telah menyatukan sahabat
Muhajirin dan Anshar dengan sistem muakhkhah, yakni mengangkat sebagian anggota dari
mereka menjadi saudara angkat bagi yang lain. Sebagai tindak lanjut dari pembentukan umat,

8
umat Yahudi pun mempunyai pandangan negatif. Untuk mengantisipasi gejala perpecahan,
akhirnya Rasulullah SAW melakukan pembentukan kesepakatan diantara mereka dengan
membuat suatu undang-undang yang kemudian dikenal dengan Piagam Madinah. Piagam
Madinah merupakan undang-undang pertama di dunia yang menjadi landasan dalam
pembentukan Negara Madinah.

Menurut kami, langkah-langkah yang diambil oleh Nabi Muhammad adalah sangat brilian, yaitu
dengan membuat suatu undang-undang yang kemudian dikenal dengan Piagam Madinah.
Fungsinya untuk mengantisipasi gejala perpecahan dan menyatukan umat agar berdiri sebuah
negara yang kuat yaitu Negara Madinah

C. Pembentukan Negara Madinah

Setelah tiba dan diterima penduduk Yatsrib (Madinah), Nabi resmi menjadi pemimpin penduduk
kota itu. Babak sejarah dalam dunia Islam pun dimulai. Berbeda dengan periode Mekkah, pada
periode Madinah, Islam merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan
kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad mempunyai kedudukan
bukan saja sebagai kepala atau pemimpin agama, tetapi juga sebagai kepala negara. Dengan kata
lain, dalam diri Nabi terkumpul dua kekuasaan, kekuasaan spiritual dan kekuasaan duniawi.
Kedudukannya sebagai Rasul secara otomatis merupakan kepala negara. Dalam rangka
memperkokoh masyarakat dan negara baru itu, ia segera meletakkan dasar-dasar kehidupan
bermasyarakat. Dasar pertama, pembangunan masjid. Selain untuk tempat salat, juga sebagai
sarana penting untuk mempersatukan kaum muslimin dan sebagai tempat bermusyawarah
merundingkan masalah-masalah yang dihadapi. Bahkan pada masa Nabi, masjid juga berfungsi
sebagai pusat pemerintahan.

Dasar kedua adalah ukhuwah islamiyyah, persaudaraan sesama muslim. Nabi mempersaudarakan
golongan Muhajirin dan Anshar. Apa yang dilakukan Rasulullah ini berarti, menciptakan suatu
bentuk persaudaraan yang baru, yaitu persaudaraan berdasarkan agama, menggantikan
persaudaraan berdasarkan darah.

Dasar ketiga, hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam. Di
Madinah, selain orang Arab Islam, juga terdapat golongan masyarakat Yahudi dan golongan
masyarakat Arab yang masih menganut agama nenek moyang mereka. Agar stabilitas
masyarakat dapat diwujudkan, Nabi Muhammad mengadakan perjanjian dengan mereka. Untuk
itu, sebuah piagam yang menjamin kebebasan beragama orang-orang Yahudi sebagai suatu
komunitas telah dibuat. Setiap golongan masyarkat memiliki hak tertentu dalam bidang politik
dan keagamaan. Kemerdekaan beragama dijamin, dan seluruh anggota masyarakat berkewajiban
mempertahankan keamanan negeri itu dari serangan luar. Dalam perjanjian itu, jelas disebutkan
bahwa Rasulullah saw sebagai kepala pemerintahan karena sejauh menyangkut peraturan dan
tata tertib umum, otoritas mutlak diberikan kepada beliau. Dalam bidang social, beliau juga
meletakkan dasar persamaan antarsesama manusia. Perjanjian ini dalam pandangan
ketatanegaraan sekarang, sering disebut dengan Konstitusi Madinah.

Menurut kami, dengan terbentuknya Negara Madinah maka Islam makin bertambah kuat karena
dengan berdirinya Negara Madinah kaum Muslimin sering memenangkan peperangan. Tidak ada
pejabat pegawai yang digaji. Namun, semua pengikut Nabi Muhammad siap diperintah untuk
menjalankan tugas apapun. Oleh Nabi Muhammad para sahabat dibebankan tugas-tugas dakwah
dan politik.

9
D. Perluasan Wilayah pada Masa Rasulullah

Sejarah islam di zaman nabi Muhammad SAW terbagi menjadi dua macam periode yaitu periode
Mekkah dan periode Madinah. Pada periode Mekkah (12 tahun) pengikut nabi Muhammad
masih sangat sedikit, sementara kegiatan keagamaan lebih ditekankan kepada penanaman akidah,
dan pembinaan akhlak. Posisi umat islam pada periode ini sangat lemah. Mereka berada dibawah
tekanan dan penindasan kaum quraisy. Dakwah nabi Muhammad mendapat tantangan sengit
(dari warga mekkah), terutama dari kelompok oligarki. Mereka tidak hanya takut pada tantangan
nabi Muhammad terhadap agama tradisional mereka yang bersifat politisme itu, tetapi juga
khawatir kalau striktur masyarakat dan kepentingan-kepentingan.

Pada waktu Nabi Muhammad wafat ,wilayah kekuasaan Madinah telah mencakup seluruh jazirah
Arabia Husein Muknis menyatakan ,sejak pertama berdirinya hingga wafatnya Nabi, dan ketika
wilayah kekuasan islam sudah meliputi seluruh jazirah Arabia, maka perkembangan wilayah
Negara islam dapat dibagi menjadi beberapa fase yaitu:

Fase pertama,yaitu sejak rajab 1 H sampai rajab 2 H. pada fase ini, kekuasaan Nabi menjadi
sempurna atas seluruh bagian kota madinah dan sekitarnya. Pada masa ini, Nabi mengirim
sepuluh ekspedisi, baik ghazwah (ekspedisi militer yang di pimpim Nabi Saw). Maupun syariyah
(ekspedisi militer yang di pimpim sahabat).

Fase kedua, yaitu mulai dari perang Badar sampai Perang Khandaq berakhir (17 Ramadhan
2H/13 Maret 624 M-Dzulqa’dah 5H/April 627 M). Pada fase ini, madinah menetapkan
kekuasaannya atas seluruh tanah Hijraz (kecuali Mekkah dan Thaif). Pada masa ini pula
kelompok-kelompok besar Yahudi di Madinah yang berkhiyanat terusir atau dihukum berat,
sehingga Negara Madinah menjadi kekuatan politik dan militer terbesar di Hijaz dan sekitar
Najd.

Fase ketiga, yaitu mulai Muharam 6H sampai jumadilakhir 6H (Juni 627 M-November 628 M).
Pada fase ini Negara Madinah berhasil menggabungkan seluruh daerah di perbatasan Najd
dengan Madinah. Ini berarti menambah wilayah islam seluas 40mil persegi di sebelah timur,
yangmembuka jalan untuk peluasan wilayah kekuasaan lebih lanjut ke arah Najd sehingga
Quraisy Mekkah menjadi terkepung.

Fase keempat, yaitu mulai ekspedisi ke Hasma sampai dilaksanakannya ‘Umrah Al-
Qadha(‘umrah setahun setelah perjanjian Hudaibiyah), (Jumadilakhir 6H/November 628 M-
Dzulqadah7H/Maret 629M). pada fase ini ekspedisi Islam mengarah ke utara Madinah, mencapai
Wadi Al-Qura dan Daumat al-Jandal, sehingga umat Islam dapat menguasai Khaibar, Fadak, dan
Wadi Al-Quran.

Fase kelima, yaitu dari Dzulhijah 7H sampai penaklukan Thaif,DzulQadah 8H(April 629 M-
Februari 630 M). Peristiwa penting yang termasuk dalam fase ini adalah penaklukan kota
Mekkah. Sebelumnya Nabi sudah memusatkan perhatiannya kepada kabilah-kabilah Bali,
Judzam, Bahra’.

Menurut Ahmad Faridh, bahwa khauf adalah cambuk yang digunakan Allah SWT untuk
menggiring hamba-hamba-Nya menuju ilmu dan amal supaya dengan keduanya itu mereka dapat
dekat dengan Allah SWT. Khauf adalah kesakitan hati karena mmbayangkan sesuatu yang
ditakuti, yang akan menimpa diri di masa yang akan datang. Khauf dapat mencegah hamba
berbuat maksiat dan mendorongnya untuk senantiasa berada dalam ketaatan.

10
E. Kondisi Masyarakat Sepeninggal Rasulullah SAW

Dengan wafatnya Nabi Muhammad SAW di madinah pada tahun 11 hijriah (632 M), ummat
muslim dihadapkan kepada suatu krisis konstitusional. Rasul tidak menunjuk penggantinya,
bahkan tidak pula membentuk sebuah majelis untuk masalah tersebut. Sejumlah suku
melepaskan diri dari kekuasaan madinah dan menolak memberi penghormatan kepada khalifah
yang baru, bahkan menolak pemerintahannya. Sebagian dari mereka bahkan menolak islam. Ada
golongan telah murtad, ada yang mengaku dirinya sebagai nabi dan mendapat pengikut
(pendukung) yang tidak sedikit jumlahnya. Ada juga golongan yang tidak mau lagi membayar
zakat karena mengira zakat sebagai upeti kepada Nabi Muhammad SAW. Yang masih tetap
patuh kepada agama islam adalah penduduk Mekkah, Madinah dan Thaif. mereka tetap
memenuhi kewajiban dan mau mengorbankan apa yang mereka miliki untuk mengembalikan
kejayaan islam.

a. Sistem Pemilihan Khalifah

Permasalahan politik yang pertama kali muncul sepeninggal Rasulullah SAW adalah siapakah
yang menjadi penggantinya sebagai kepala pemerintahan dan bagaimana sistem
pemerintahannya, karena Nabi Muhammad SAW tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang
akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat islam setelah beliau wafat. Tetapi
setelah beliau telah mengajarkan suatu prinsip, yaitu musyawarah, sesuai dengan ajaran islam itu
sendiri. Prinsip tersebut telah dibuktikan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam setiap
pergantian pimpinan dari empat khalifah periode khulafa’ al-rasyidun, meski dengan versi yang
beragam.

b. Abu Bakar As-Siddiq

Abu Bakar mengaku jabatan khalifah berdasarkan pilihan yang berlangsung sangat
demokratis di muktamar tsaqifah bani sa’id, memenuhi tata cara perundingan yang
dikenal dunia moderen ini. Kaum anshar menekankan pada persyaratan jasa (merit),
mereka mengajukan calon Sa’ad bin Ubadah. Kaum mujahirin menekankan pada
persyaratan kesetiaan mereka mengajukan calon Abu Ubaidah bin Jarrah. Sementara itu
dari ahlul bait menginginkan Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah atas kedudukannya
dalam islam, juga sebagai menantu karib Nabi. hampir saja perpecahan terjadi bahkan
adu fisik, melalui perdebatan dengan beradu argumentasi, akhirnya Abu Bakar disetujui
oleh jamaah kaum muslimin untuk menduduki jabatan khalifah. Rupanya,semangat
keagamaan Abu bakar mendapat penghargaan yang tinggi dari umat Islam,sehingga
masing-masing pihak menerima dan membaiatnya.

c. Umar Bin Khatab

Umar bin Khatab menjadi pemimpin negara, setelah Abu Bakar, selama sepuluh tahun.
Beliau di angkat dan dipilih para pemuka masyarakat dan disetujui oleh jamaah kaum
muslimin. Pilihan itu sudah dimintakan pendapat dan persetujuan pada saat mereka
menengok Abu Bakar waktu sakit. Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah
dekat,ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat,kemudian mengangkat Umar
sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya
perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam.Kebijaksanaan Abu Bakar tersebut
ternyata diterima masyarakat yang segera membaiat Umar.
11
d. Ustman Bin Affan

Ustman bin Affan dipilih dan diangkat dari enam orang calon yang ditunjuk oleh khalifah
Umar saat menjelang ajalnya karena pembunuhan. Umar dibunuh oleh seorang majusi,
budak dari Persia bernama Abu Lu’lu’ah.Untuk menentukan penggantinya,Umar tidak
menempuh jalan yang dilakukan Abu Bakar.Dia menunjuk enam orang sahabat dan
meminta kepada merika untuk memilih salah seorang diantaranya menjadi khalifah.
Enam orang tersebut adalah Usman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa’ad bin Abi Waqqas, dan
Abdurrahman bin Auf. Setelah Umar wafat,tim ini bermusyawarah dan berhasil
menunjuk Usman sebagai khalifah, melalui persaingan yang agak ketat dengan Ali bin
Abi Thalib.

e. Ali bin Abi Thalib

Ali bin Abi Thalib tampil memegang pucuk pimpinan Negara di tengah-tengah
kericuhan dan huru-hara perpecahan akibat terbunuhnya Usman oleh kaum
pemberontak.Khalifah Ali dipilih dan diangkat oleh jamaah kaum muslimin di madinah
dalam suasana yang sangat kacau,dengan pertimbangan jika Khalifah tidak segera dipilih
dan diangkat,maka keadaan akan semakin bertambah kacau,meskipun ada golongan yang
tidak menyukai Ali,tetapi tidak ada seorang yang ingin diangkat menjadi Khalifah karena
Ali masih ada.

F. Perkembangan peradaban Islam pada masa Bani Umayyah

Dinasti Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan bin Harb bin
Umayyah. Muawiyah dapat menduduki kursi kekuasaan dengan berbagai cara,siasat, dan
tipu muslihat yang licik, bukan atas dasar demokrasi yang berdasarkan atas hasil pilihan
umat islam.

Dengan demikian, berdirinya dinasti ini bukan berdasarkan hukum musyawarah.


Dinasti Bani Umayyah berdiri selama kurang lebih 90 tahun (40-132H/661750M),
dengan Damaskus sebagai pusat pemerintahannya. Dinasti Umayyah sangat bersifat Arab
Orientalis, artinya dalam segala hal dan segala bidang para pejabatnya berasal dari
keturunan Arab murni, begitu pula dengan corak peradaban yang dihasilkan pada masa
dinasti ini.

Pada masa pemerintahan dinasti ini banyak kemajuan, perkembangan, dan perluasan
daerah yang dicapai, terlebih pada masa pemerintahan Khalifah Walid bin Abdul Malik
(86-96H/705-715M). Pada masa awal pemerintahan Muawiyah bin Abi Sufyan ada usaha
memperluas wilayah kekuasaan ke berbagai daerah, seperti ke India dengan mengutus
Mhallab bin Abu Sufyan, dan usaha perluasan ke Barat ke daerah Byzantium dibawah
pimpinan Yazid bin Muawiyah. Selain itu juga diadakan perluasan wilayah ke Afrika
Utara. Juga mengarahkan kekuatannya untuk merebut pusat-pusat kekuasaan diluar
jazirah Arab, antara lain kota Konstantinopel. Adapun alasan Muawiyah bin Abi Sufyan
untuk terus berusaha Byzantium. Pertama, Byzantium merupakan basis kekuatan Agama
Kristen Ortodoks, yang pengaruhnya dapat membahayakan perkembangan Islam. Kedua,
orang-orang Byzantium sering mengadakan pemberontakan kedaerah Islam. Ketiga,
termasuk wilayah yang mempunyai kekayaan yang melimpah.

Tidak hanya itu, Islam menjadi sebuah Agama yang mampu memberikan motifasi para
pemeluknya untuk mengembangkan diri dalam berbagai bidang kehidupan social, politik,
12
ekonomi, budaya, dan sebagainya. Andalusia pun memcapai kejayaan pada masa
pemerintahan Islam.

Kemajuan-Kemajuan yang Dicapai

Pertama, Bani Umayyah berhasil memperluas daerah kekuasaan Islam ke berbagai


penjuru dunia, seperti Spanyol, Afrika Utara, Suria, Palestina, Semenanjung Arabia, Irak,
sebagian kecil Asia, Persia, Afghanistan, Pakistan, Rukhmenia, Uzbekistan, dan Kirgis.

Kedua, Islam memberikan pengaruh bagi kehidupan masyarakat luas, Sikap fanatik Arab
sangat efektif dalam membangun bangsa Arab yang besar sekaligus menjadi kaum
muslimin atau bangsa Islam Setelah pada saat itu bangsa Arab merupakan prototipikal
dari bangsa Islam sendiri.

Ketiga, telah berkembang ilmu pengetahuan secara tersendiri dengan masing-masing


tokoh spesialisnya. Antara lain, dalam ilmu Qiro’at (7 qiro’at) yang terkenal yaitu: Ibnu
katsir (120H), Ashim (127H), dan Ibnu Amr (118H).

Ilmu Tafsi tokohnya ialah Ibnu Abbas (68H) dan muridnya Mujahid yang pertama kali
menghimpun Tafsir dalam sebuah suhuf, Ilmu Hadits dikumpulkan oleh Ibnu Syihab Az-
Zuhri atas perintah Umar bin Abdul Aziz, tokohnya ialah Hasan Al-Basri (110H), Sa’id
bin Musayyad, Rabi’ah Ar-Ra’iy guru dari Imam Malik, Ibnu Abi Malikah, Sya’bi Abu
Amir bin Syurahbil. Kemudian ilmu Kimia dan Kedokteran, Ilmu Sejarah, Ilmu Nahwu,
dan sebagainya.

Keempat, perkembangan dalam hal administrasi ketatanegaraan, seperti adanya Lembaga


Peradilan (Qadha), Kitabat, Hajib, Barid, dan sebagainya.

G. Perkembangan peradaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah

Awal kekuasaan Dinasti Bani Abbas ditandai dengan pembangkangan yang dilakukan
oleh Dinasti Umayah di Andalusia (Spanyol). Di satu sisi, Abd al-Rahman al-Dakhil
bergelar amir (jabatan kepala wilayah ketika itu); sedangkan disisi yang lain, ia tidak
tunduk kepada khalifah yang ada di Baghdad. Pembangkangan Abd al-Rahman al-Dakhil
terhadap Bani Abbas mirip dengan pembangkangan yang dilakukan oleh muawiyah
terhadap Ali Ibn Abi Thalib. Dari segi durasi, kekuasaan Dinasti Bani Abbas termasuk
lama, yaitu sekitar lima abad.

Abu al-Abbas al-Safah (750-754 M) adalah pendiri dinasti Bani Abbas. Akan tetapi
karena kekuasaannya sangat singkat, Abu ja’far al-Manshur (754-775 M) yang banyak
berjasa dalam membangun pemerintahan dinasti Bani Abbas. Pada tahun 762 M, Abu
ja’far al-Manshur memindahkan ibukota dari Damaskus ke Hasyimiyah, kemudian
dipindahkan lagi ke Baghdad dekat dengan Ctesiphon, bekas ibukota Persia. Oleh karena
itu, ibukota pemerintahan Dinasti Bani Abbas berada di tengah-tengah bangsa Persia.

Abu ja’far al-Manshur sebagai pendiri muawiyah setelah Abu Abbas al-Saffah,
digambarkan sebagai orang yang kuat dan tegas, ditangannyalah Abbasiyah mempunyai
pengaruh yang kuat. Pada masa pemerintahannya Baghdad sangatlah disegani oleh
kekuasaan Byzantium.

13
Kekuasaan dinasti Bani Abbas atau khilafah Abbasiyah, melanjutkan kekuasaan dinasti
Umayah. Dinamakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini
adalah keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad saw. Kekuasaannya berlangsung
dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d 656 H (1258 M).

Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai
dengan perubahan politik, social dan budaya. Berdasarkan pola pemerintahan dan pola
politik itu para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi
lima periode :

1. Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia
pertama.

2. Periode Kedua (232 H/847 M – 334 H/945 M), disebut masa pengaruh Turki pertama.

3. Periode Ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih
dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia
kedua.

4. Periode Keempat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M), masa kekuasaan dinasti Bani sejak
dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan masa pengaruh
Turki kedua.

5. Periode Kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh
dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif disekitar kota Baghdad.

Kemajuan Dinati Bani Abbasyiah

Setiap dinasti atau rezim mengalami fase-fase yang dikenal dengan fase pendirian, fase
pembangunan dan kemajuan, fase kemunduran dan kehancuran. Akan tetapi durasi dari
masing-masing fase itu berbeda-beda karena bergantung pada kemampuan
penyelenggaraan pemerintahan yang bersangkutan.

Pada masa pemerintahan, masing-masing memiliki berbagai kemajuan dari beberapa


bidang, diantaranya bidang politik, bidang ekonomi, bidang sosial. Pada masing-masing
bidang memiliki kelebihan dan kekurangan.

a. Bidang Politik

Walaupun demikian, dalam periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang
mengganggu stabilitas, baik dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar.
Gerakan-gerakan ini seperti sisa-sisa Bani Umayyah dan kalangan intern Bani Abbas,
revolusi al-khawarij di Afrika utara, gerakan zindik di Persia, gerakan Syi’ah dan konflik
antar bangsa serta aliran pemikiran keagamaan, semuanya dapat dipadamkan.

b. Bidang Ekonomi

Pada masa al-Mahdi perekonomian mulai nmeningkat dengan peningkatan di sector


pertanian, melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas,

14
tembaga dan besi. Terkecuali itu dagang transit antara timur dan barat juga banyak
membawa kekayaan. Bahsrah menjadi pelabuhan yang penting.

c. Bidang Sosial

Popularitas daulat Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Al-Rasyid


(786-809 M) dan puteranya Al-Ma’mun (813-833 M). kekayaan yang banyak di
manfaatkan Harun Al-Rasyid untuk keperluan social. Rumah sakit, lembaga pendidikan,
dokter, dan farmasi didirikan. Pada masanya sudah terdapat paling tidak 800 orang
dokter. Disamping itu pemandian-pemandian juga dibangun. Tingkat kemakmuran yang
paling tinggi terwujud pada zaman khalifah ini, kesejahteraan sosial, kesehatan,
pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta kesusastraan berada pada zaman
keemasannya

BAB III

PENUTUP

15
A. Kesimpulan

Nabi Muhammad Saw. Adalah golongan Bani Hasyim, ia datang dengan agama Islam
dimana Allah tidak akan menerima pada hari kiamat akan agama selain agama Islam.
Menjelang usianya yang keempat puluh, dia sudah terlalu biasa memisah kan diri dari
pergaulan masyarakat, berkontemplasi ke gua Hira,sebuah gunung yang dekat dengan
kota Mekkah. Dan ia beribadah dengan mengikuti ajaran agama kakeknya yaitu Nabi
Ibrahim.

Islam merupakan agama yang langsung diturunkan oleh Allah SWT yang memuat
peraturan mutlak dan abadi untuk mengatur kehidupan umat manusia. Peraturan itu
tertuang dalam Al-Qur’an. Sebagai pedoman hidup, Al-Qur’an sudah mencakup seluruh
aspek kehidupan umat manusia.

Pada pemerintahan masa sahabat (Khulafa ar-Rasyidin) kekuasaan Abu Bakar bersifat
sentral.Sedangkan Khalifah Umar menduduki system pemerintahan yang menonjol,ia
juga dijuluki peletak Dasar/Pembangun Negara Modern.

Pemerintahan Usman mengalami masa kemakmuran dan berhasil dalam beberapa tahun
pertama pemerintahannya.Ia melanjutkan kebijakan-kebijakan Khalifah Umar.Pada
separuh terkhir pemerintahannya,muncul kekeciwaan dan ketidak puasan di kalangan
masyarakat karena ia mulai mengambil kebijakan yang berbeda dari sebelumnya,Usman
mengangkat keluarganya (Bani Umayah) pada kedudukan yang tertinggi.

Melainkan masa Ali,ia ingin bercita-cita mengembalikan system pemerintahan yang


sudah dilakukan oleh Usman untuk dirubah seperti masa pemerintahan Umar.Ali
kemudian bertikad untuk mengganti semua gubernur yang tidak disenangi rakyat,tetapi
Mua’wiyah gubernur Syria,menolaknya.Oleh karenanya khalifah Ali harus menghadapi
kesulitan dengan Bani Umayah.

Pada masa dinasti Bani Umayyah, peradaban Islam mengalami perkembangan/kemajuan,


yaitu:

a. Berhasil dalam memperluas daerah kekuasaan Islam ke berbagai penjuru


dunia, seprti Spanyol, Afrika Utara, Suria, Palestina, Semenanjung Arabia,
Irak, sebagian kecil Asia, Persia, Afghanistan, Pakistan, Rukhmenia,
Uzbekistan, dan Kirgis.
b. Islam mempengaruh kehidupan masyarakat luas.
c. Ilmu pengetahuan, antara lain: Ilmu Qiro’at, Ilmu Tafsir, Ilmu Hadits,
Ilmu Kimia, dan kedokteran, Ilmu Sejarah, Ilmu Nahwu, dan sebagainya.

Dinasti Abbasiyah adalah suatu dinasti (Bani Abbas) yang menguasai daulat (negara)
Islamiah pada masa klasik dan pertengahan Islam. Daulat Islamiah ketika berada di
bawah kekuasaan dinasti ini disebut juga dengan Daulat Abbasiyah. Daulat Abbasiyah
adalah daulat (negara) yang melanjutkan kekuasaan Daulat Umayyah. Dinamakan Dinasti
Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Abbas (Bani
Abbas), paman Nabi Muhammad SAW.

Sejalan dengan berdirinya Dinasti Abbasyiah, ada beberapa kemajuan yang dicapai oleh
Dinasti ini, diantaranya bidang politik, bidang ekonomi, bidang sosial. Selain itu juga
setiap Dinasti bukan hanya mencapai kemajuan, tapi juga mendapat sebuah kehancuran.

16
DAFTAR PUSTAKA

17
Ajid Thohir, PERKEMBANGAN PERADABAN DI KAWASAN DUNIA ISLAM, cet.1,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004)

Badri yatim, SEJARAH PERADABAN ISLAM, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008)

Dr. Badriatim, M.A, Sejarah Peradapan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafino Persada.1993)

http:/Sejarah Peradaban Islam Bani Umayyah.

http:/www.seribd.com/doc/22677510/Sejarah-peradaban-Islam-Bani-Umayyah/19-03-
2012.

Husayn Ahmad Amin, seratus tokoh dalam ssejarah islam (bandung, Remaja rosdakarya,
2006 cet 9)

Jaih Mubarok, Dr., M.Ag., Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Bani Quraisyi,
Cet. 1, 2004)

https://www.google.com/search?
q=makalah+sejarah+perkembangan+islam+periode+klasik&ie=utf-8&oe=utf-8
https://hapidzcs.wordpress.com/2012/11/20/sejarah-perkembangan-islam-periode-klasik/

18

Anda mungkin juga menyukai