Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

ISLAM PERADABAN MELAYU


PERIODISASI PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM

Disusun Oleh :

Kelompok II

Ayu Melinda (2010209016)

Muhammad Haikal (2010209015)

Popy Oktavia (2010209010)

Oktaviana (2030209004)

Dosen Pengampu : Dr. Nyayu Soraya, S.Ag, M.Hum

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul “Periodisasi Perkembangan Peradaban Islam” ini dengan tepat waktu.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa kita ke zaman yang terang benderung seperti saat ini.

Dengan tersusunnya makalah ini, kami berharap dapat lebih memahami


secara mendalam tentang Islam dan Peradaban Melayu. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan
penyusunan makalah berikutnya.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
berkontribusi dalam pembuatan makalah, karena makalah tidak akan selesai jika
tidak ada bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Maka dari itu saya
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah, serta kesehatan kepada saya sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini. Dr. Nyayu Soraya, S.Ag, M.Hum sebagai dosen
pengampu mata kuliah Islam dan Peradaban Melayu Serta anggota kelompok
kami.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini.


Oleh karena itu sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 6 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3
A. Periode Klasik (650 – 1250 M ) ........................................................... 4
B. Periode Pertengahan (1250 – 1800 M )................................................ 17
C. Periode Modern (1800 – Sekarang ) .................................................... 28
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 34
A. Kesimpulan ......................................................................................... 34
B. Saran .................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 35

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak diantara kita yang mengaku agama islam tapi tidak pernah
tahu akan islam, tidak pernah tahu bagaimana islam bahkan seperti apa
peradaban islam itu berkembang. Bahkan dikalangan sejarawan terdapat
perbedaan tentang saat peradaban dimulainya sejarah islam. Oleh karena itu
penting bagi kita sebagai umat islam mengenal perkembangan peradaban
islam dari periode ke periode islam sebagai upaya kecintaan dan eksistensi diri
kita sebagai seseorang muslim.
Islam adalah agama rahmatan lil alamin, yang artinya agama yang
menebarkan kasih sayang, rahmat dan kesejahteraan bagi seluruh alam
semesta, termasuk hewan, tumbuhan, manusia dan semua mahluk yang ada
didalamnya.
Sebelum awal kehadiran islam dengan diturunkannya kesempurnaan
islam untuk mengatur segala aspek kehidupan manusia di gua hira kepada
Nabi Muhammad SAW. Masyarakat arab pra islam adalah masyarakat yang
memiliki bermacam – macam agama, adat istiadat, ahlak prilaku, dan tantanan
hidup. Namun, peraturan dan hukum – hukum islam banyak berbeda dengan
situasi dan kondisi masyarakat arab pra Islam, sehingga menimbulkan
perlawanan.
Periodesasi peradaban Islam merupakan ciri bagi ilmu sejarah yang
mengkaji peristiwa dalam konteks waktu dan tempat dengan tolak ukur yang
bermacam-macam. Menurut Prof. Dr. H.N. Shiddiqi, ada beberapa pendapat
lain yang tolak ukrunya adalah sistem politik, hal ini biasanya digunakan pada
sejarah konvensional. Tolak ukrunya pada persoalan ekonomi (maju
mundumya ekonomi) dalam sebuah negara. Peradaban dan kebudayaan suatu
bangsa adalah pada masuk dan berkembangnya suatu agama. Jadi, periodesasi
peradaban Islam adalah ilmu sejarah atau tahapan sejarah yang mengkaji
perkembangan peradan Islam dalam konteks dan tempat dengan tolak ukur
tertentu.

1
Dalam sejarah, proses tukar menukar dan interaksi dengan kebudayaan
lain memang kerap terjadi dan tidak bisa dihindari. Seperti yang terjadi antara
peradanan Islam dengan Kebudayaan barat. Namaun dalam kondisi dimana
suatu kebudayaan itu lebih kuat dibandingkan yang lain terhadap dominasi
yang kuat terhadap yang lemah. Istilah Ibnu Khaldun, "masyarakat yang
ditaklukan, cenderung meniru penakluknya”.
Hal demikan terjadi pada peradaban Islam ketika Islam menjadi kuat
dan dominan pada abad pertengahan, masyarakat Eropa cenderung meniru
"berkiblat ke dunia Islam". Tetapi ketika kebudayaan Barat yang kuat dan
dominan maka proses peniruan itu juga terjadi. Terbukti ketika kebangkitan
Barat dan melemahnya politik Islam, para ilmuwan Muslim belajar berbagai
disiplin ilmu ke Barat."
Periodisasi sejarah peradaban islam dibagi menjadi 3 yaitu periode
klasik yang dimulai (650-1250M) yang digambarkan sebagai era umat islam
mencapai prestasi – prestasi (puncak kejayaan). Periode Pertengahan dimulai
sejak dinasti abasiyah (1250-1800M), dengan ciri – ciri kekuasaan politik
berpecah – pecah dan saling bermusuhan, atau dikenal dengan masa stagnasi
pemikiran islam, dan periode modern (1800 sampai sekarang) yang dikenal
dengan era kebangkitan islam.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari materi periodisasi perkembangan
peradaban islam yaitu :
1. Menjelaskan bagaimana periodisasi perkembangan peradaban islam?
2. Menjelaskan bagaimana ciri – ciri perkembangan peradaban islam?

C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan masalah dari materi periodisasi perkembangan
peradaban islam yaitu :
1. Agar dapat memahami periodisasi perkembangan peradaban islam.
2. Agar dapat memahami ciri – ciri perkembangan peradaban islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

Periodisasi Perkembangan Peradaban Islam


Di kalangan sejarawan terdapat perbedaan tentang saat dimulainya
sejarah Islam. Secara umum, perbedaan pendapat tersebut dapat dibedakan
menjadi dua. Pertama, sebagian sejarawan berpendapat bahwa sejarah Islam
dimulai sejak Nabi Muhammad saw diangkat menjadi rasul. Oleh karena itu,
menurut pendapat ini, selama 13 tahun Nabi Muhammad saw tinggal di
Mekah telah lahir masyarakat muslim meskipun belum berdaulat. Kedua,
sebagian sejarawan berpendapat bahwa sejarah umat Islam dimulai sejak
Nabi Muhammad saw hijrah ke Madinah karena masyarakat muslim baru
berdaulat ketika Nabi Muhammad saw tinggal di Madinah. Muhammad saw
tinggal di Madinah tidak hanya sebagai rasul, tetapi juga merangkap sebagai
pemimpin atau kepala negara berdasarkan konstitusi yang disebut Piagam
Madinah.1
Menurut Nourouzzaman Shiddiqy Sejarah peradaaban Islam dibagi
menjadi tiga periode; pertama, periode klasik (+650–1258 M); kedua, periode
pertengahan (jatuhnya Baghdad sampai ke penghujung abad ke-17 M) dan
periode modern (mulai abad ke-18 sampai sekarang). Sama dengan
Nourouzzamam adalah Harun Nasution Sejarah peradaban Islam dibagi
menjadi tiga periode: pertama, periode klasik (650–1250 an); kedua, periode
pertengahan (1250 – 1800 an) dan periode modern (1800 sampai sekarang.
Harun Nasution membagi perjalanan sejarah Islam secara umum ke
dalam tiga bagian besar yaitu Periode klasik, yang dimulai (650-1250 M)
yang digambarkan sebagai era umat Islam mencapai prestasi-prestasi (puncak
kejayaan). Periode pertengahan dimulai sejak runtuhnya Dinasti Abbasiyah
(1250 1800 M), dengan ciri-ciri kekuasaan politik terpecah-pecah dan saling
bermusuhan, atau dikenal dengan masa stagnasi pemikiran Islam, dan periode
modern (1800 sampai sekarang) yang dikenal dengan era kebangkitan Islam."

1
Din Muhammad Zakariya, Sejarah Peradaban Islam, (Malang, 2018), hlm. 15

3
A. Periode Klasik (650 – 1250 M)
Periode Klasik merupakan masa kemajuan, keemasan dan kejayaan Islam
dan dibagi ke dalam dua fase, yaitu sebagai berikut:
1. Fase Ekspansi, Integrasi dan Pusat Kemajuan (650 - 1000 M)
Di masa inilah daerah Islam meluas melalui Afrika utara sampai
ke Spanyol di belahan Barat dan melalui Persia sampai ke India di
belahan Timur.Daerah-daerah itu tunduk kepada kekuasaan Islam.Di
masa ini pulalah berkembang dan memuncak ilmu pengetahuan, baik
dalam bidang agama maupun umum dan kebudayaan serta peradaban
Islam. Di masa inilah yang menghasilkan ulama ulama besar, seperti
Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi'i dan Imam Ibn Hambal
dalam bidang Fiqh. Imam al-Asya'ri, Imam al-Maturidi, Wasil ibn 'Ata',
Abu Huzail, Al-Nazzam dan Al-Jubba'i dalam bidang Teologi. Zunnun al-
Misri, Abu Yazid al-Bustami dan al-Hallaj dalam bidang
Tasawuf.AlKindi, al-Farabi, Ibn Sina dan Miskawaih dalam bidang
Falsafat. Ibn Hayyam, al Khawarizmi, al-Mas'udi dan al Razi dalam
bidang Ilmu Pengetahuan, dan lain-lainnya.2
Periode klasik fase pertama atau pada fase I dikenal sebagai masa
ekpansi dan integrasi Islam. Masa ini sesungguhnya telah dimulai sejak
kepemimpinan Rasulullah SAW sampai dengan pertengahan Dinasti
Abbasiyah pada tahun 1000 M. Dikatakan masa ekspansi, karena sebelum
Rasulullah wafat tahun 632 M, seluruh semenanjung Arabia telah tunduk
di bawah kekuasaan Islam dan ekspansi ke daerah-daerah di luar Arabia
pada zaman Khalifah pertama, Abu Bakar Siddiq. Beberapa catatan
penting tentang perkembangan Negara Islam pada masa klasik fase
pertama ini adalah sebagai berikut:
a. Perkembangan Islam Masa Rasulullah SAW
1) Lahirnya Negara Madinah
Hijrahnya Rasulullah dari Mekah ke Madinah merupakan awal
kemajuan Islam, yaitu dengan diproklamasikannya sebuah Negara

2
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah pemikiran dan Gerakan, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1982), hlm. 12

4
dengan nama Madinah al Munawwarah bagi kota Yastrib.3
Setibanya di Madinah, Rasulullah SAW disambut dengan penuh suka
cita oleh sahabat-sahabat Anshar dan Nabi resmi menjadi pemimpin
penduduk kota itu. Berbeda dengan periode Mekkah, pada periode
Madinah, Islam merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang
berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah
Nabi Muhammad bukan saja berkedudukan sebagai pemimpin agama,
tetapi juga sebagai kepala negara. Dengan kata lain, dalam diri Nabi
terkumpul dua kekuasaan, kekuasaan spiritual dan kekuasaan
duniawi. Kedudukannya sebagai Rasul secara otomatis merupakan
kepala negara. Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara
baru itu, Rasul segera meletakkan dasar-dasar kehidupan
bermasyarakat. Dasar pertama, pembangunan masjid.Selain tempat
shalat, masjid juga sebagai sarana penting untuk mempersatukan
kaum muslimin dan tempat bermusyawarah masalahmasalah yang
dihadapi.Bahkan pada masa Nabi, masjid juga berfungsi sebagai pusat
pemerintahan.
Dasar kedua adalah Ukhuwah Islamiyyah, persaudaraan
sesama muslim. Nabi mempersaudarakan golongan Muhajirin dan
Anshar. Upaya yang dilakukan Rasulullah ini bermakna menciptakan
suatu bentuk persaudaraan yang baru, yaitu persaudaraan berdasarkan
agama, menggantikan persaudaraan darah (Muakhakhah).
Dasar ketiga, hubungan persahabatan dengan pihak pihak lain
yang tidak beragama Islam. Di Madinah, selain orang Arab Islam,
juga terdapat golongan masyarakat Yahudi dan golongan masyarakat
Arab yang masih menganut agama nenek moyang mereka. Agar
stabilitas masyarakat dapat diwujudkan, Nabi Muhammad
mengadakan perjanjian beragama dan seluruh untuk menjamin
kebebasan masyarakat wajib anggota masyarakat mempertahankan
keamanan negeri itu dari serangan luar. Perjanjian ini dalam
pandangan ketatanegaraan sering disebut dengan Konstitusi Madinah.

3
Syamsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : Amzah, 2009) hlm. 69

5
Piagam Madinah berfungsi untuk mengantisipasi gejala perpecahan
dan menyatukan umat agar berdiri sebuah negara yang kuat.
Sejak lahirnya Negara Madinah, Islam semakin kuat, kaum
Muslimin sering memenangkan peperangan. Rasul membuat batas
wilayah sebagai basis territorial dengan membuat parit saat perang
Khandak, membuat lembaga pelengkap pemerintahan, semisal
angkatan perang, pengadilan, pendidikan, bait al mal, menunjuk ahli-
ahli yang bertindak sebagai pendamping Nabi. Namun, semua
pengikut Nabi Muhammad siap diperintah untuk menjalankan tugas
apapun. Oleh Nabi Muhammad para sahabat dibebankan tugas-tugas
dakwah dan politik, meskipun saat itu tidak ada pejabat/ pegawai
yang digaji.
2) Perluasan Wilayah pada Masa Rasulullah
Sejarah Islam di zaman nabi Muhammad SAW terbagi
menjadi dua periode yaitu periode Mekkah dan periode Madinah.
Pada periode Mekkah (13 tahun) pengikut nabi Muhammad masih
sangat sedikit, sementara kegiatan keagamaan lebih ditekankan
kepada penanaman akidah, dan pembinaan akhlak.Posisi umat Islam
pada periode ini sangat lemah. Mereka berada di bawah tekanan dan
penindasan kaum quraisy. Dakwah nabi Muhammad mendapat
tantangan dari warga mekkah.Sedangkan periode Madinah
berlangsung selama 10 tahun, dan pokok ajaran Islam berkembang
secara komprehensif .
b. Islam Pada Masa Khulafaurrasyidin (632-661 M)
Setelah Rasulullah wafat pada tahun 632 M, umat muslim
dihadapkan kepada suatu krisis konstitusional. Rasul tidak menunjuk
penggantinya. Sejumlah suku melepaskan diri dari kekuasaan Madinah
dan menolak memberi penghormatan kepada khalifah yang baru.Sebagian
dari mereka bahkan menolak Islam. Ada golongan yang telah murtad, ada
yang mengaku dirinya sebagai nabi. Ada juga golongan yang tidak mau
lagi membayar zakat karena mengira zakat sebagai upeti kepada Nabi

6
Muhammad SAW.Yang masih tetap patuh kepada agama Islam adalah
penduduk Mekkah, Madinah dan Thaif.
Setelah Rasulullah Saw meninggal dunia, beliau digantikan oleh
keempat orang sahabat terdekat, yakni Abu Bakar, Umar, Usman dan
Ali.Mereka kemuduian dikenal Khulafa'al-Rasyidin, berarti para khalifah
yang mendapat petunjuk dari Allah. Disebut demikian karena dibanding
dengan ratarata khalifah setelahnya, mereka masih konsisten menjaga apa
yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW berupa akhlak dan
petunjuk-petunjuknya Allah khususnya dalam menjalankan
kekhalifahannya.4
1) Islam Masa Khalifah Abu Bakar Siddiq (632-634 M)
Abu bakar menjadi khalifah pertama yang menggantikan
Rasulullah Saw melalui musyawarah (di balai Tsaqifah Bani Sa'idah)
tokoh dari kaum muhajirin dan anshar yang kemudian membaiatnya.
Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun. Masa sesingkat itu habis
untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama tantangan yang
ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk
kepada pemerintah Madinah, mereka menganggap bahwa perjanjian
yang dibuat dengan Nabi Muhammad SAW, dengan sendirinya batal
setelah Nabi wafat. Karena sikap keras dan menentang pemerintahan,
Abu bakar menyelesaikan persoalan ini dengan perang Riddah (perang
melawan kemurtadan).
Adapun sistem politik Islam masa Abu Bakar bersifat
sentralistis sebagaimana yang diterapkan Nabi. Jadi kekuasaan
legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan Khalifah.Meskipun
demikian, dalam memutuskan suatu masalah, Abu Bakar selalu
mengajak para sahabat untuk bermusyawarah. Kebijakan di bidang
pemerintahan yang pertama Pemerintahan Berdasarkan Musyawarah,
kedua Amanat Baitul Mal, ketiga Konsep Pemerintahan (sentralistik
dan merakyat) dan keempat Kekuasaan Undang-undang.

4
Muhammad Nurhakim, Sejarah dan Peradaban Islam, (Malang: UMM Pres, 2003), hlm. 5

7
Setelah menyelesaikan persoalan dalam negeri Abu Bakar baru
mulai melakukan ekspansi ke luar Arabia.Daerah yang dapat dikuasai
meliputi Al Hirah di Irak, Syria. Pada saat Abu Bakar wafat, pasukan
Islam sedang berhadapan dengan pasukan Palestina dan Al Hirah di
Irak.
2) Islam Masa Khalifah Umar Bin Khattab (634-644 M)
Ketika Abu Bakar sakit dan merasa dekat dengan ajalnya, Abu
Bakar bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian
mengangkat Umar sebagai penggantinya. Di zaman Umar gelombang
ekspansi pertama terjadi, sehingga kekuasaan Islam sudah meliputi
jazirah Arabia, Palestina, (Syria, Damaskus ditaklukkkan tahun 635
M). Mesir dan ibukotanya Iskandaria (641 M) sebagian besar wilayah
dan ibu kota Persia dan Mesir. Dengan demikian masa kepemimpinan
Umar, wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi jazirah Arabia,
Palestina, Syiria, sebagaian 40 wilayah Persia dan Mesir."
Masa Umar, persoalan umat Islam semakin komplek, berbagai
pertimbangan terhadap situasi dan realitas umat menuntut Umar
menafsirkan kembali aturan yang sudah berlaku sebelumnya. Pada
masa pemerintahannya, Umar telah membentuk lembaga-lembaga
yang disebut juga dengan ahlul hall wal aqdi, di antaranya adalah:
a) Majelis Syura (Diwan Penasihat), ada tiga bentuk:a. Dewan
Penasihat Tinggi, yang terdiri dari para pemuka sahabat yang
terkenal, antara lain Ali, Utsman, Abdurrahman bin Auf, Muadz
bin Jabbal, Ubay bin Kaab, Zaid bin Tsabit, Tolhah dan Zubair.b.
Dewan Penasihat Umum, terdiri dari sahabat (Anshar dan
Muhajirin) dan pemuka berbagai suku, bertugas membahas
masalah yang menyangkut kepentingan umum. Dewan antara
Penasihat Tinggi dan Umum, beranggotakan para sahabat (Anshar
dan Muhajirin) yang dipilih, hanya membahas masalah-masalah
khusus.
b) Al-Katib (Sekretaris Negara), di antaranya adalah Abdullah bin
Arqam.

8
c) Nidzamul Maly (Departemen Keuangan) mengatur masalah
keuangan dengan pemasukan dari pajak bumi, ghanimah jizyah fai
dan lain-lain.
d) Nidzamul Idary (Departemen Administrasi), bertujuan untuk
memudahkan pelayanan kepada masyarakat, di antaranya adalah
diwanul jund yang bertugas menggaji pasukan perang dan pegawai
pemerintahan.
e) Departemen Kepolisian dan Penjaga yang bertugas memelihara
keamanan dalam negara.
f) Lembaga Pengadilan, untuk memisahkan kekuasaan eksekutif dan
yudikatif
g) Jawatan Pekerjaan Umum
h) Menciptakan tahun Hijriyah,
i) Pendidikan dan lain-lain.
Pada masa Umar, badan-badan tersebut belum terbentuk secara
resmi, dalam arti secara de jure belum terbentuk, tapi secara de facto
telah dijalankan tugastugas badan tersebut. Namun, dalam
menjalankan pemerintahannya, Umar senantiasa mengajak
musyawarah para sahabat. Umar memerintah selama sepuluh tahun
(13-23 H/634 644 M).Masa jabatannya berakhir dengan kematian. Ia
dibunuh oleh seorang budak Al lu'luah. Untuk menentukan
penggantinya, Umar Umar tidak menempuh jalan seperti yang
dilakukan oleh Abu Bakar. Dia menunjuk enam orang sahabat yaitu
Usman, Ali, Thalhah bin Zubair, Saad bin abi Waqqa dan
Abdurrahman bin Auf untuk bermusyawarah sehingga terpilihlah
Usman sebagai khalifah ke III.
3) Islam Masa Khalifah Usman Bin Affan (644-656 M)
Pemerintahan Usman berlangsung selama 12 tahun
Pemerintahan Utsman di bagi menjadi dua periode, yaitu periode
kemajuan dan periode kemunduran Pada periode kemajuan
pemerintahan Utsman mengalami kemajuan yang sangat luar biasa.
Peta Islam semakin meluas Masa pemerintahan Usman (644-655 M),

9
Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia,
Transoxania, dan Tabaristan berhasil direbut. Ekspansi Islam pertama
berhenti sampai disini. Kepemimpinan Usman berbeda dengan
kepemimpinan Umar, ini mungkin karena umurnya yang lanjut
(diangkat dalam usia 70 tahun) dan sifatnya yang lemah lembut. Selain
itu Utsman berhasil membentuk armada laut dengan kapalnya yang
kokoh dan mengalau serangan-serangan di Laut Tengah yang
dilancarkan oleh tentara Bizantium. Usman berjasa membangun
bendungan,ia juga membangun jalan dan jembatan, membangun
masjid dan memperluas mesjid Nabi di Madinah.
Namun, periode kemunduran kekuasaannya ditandai terjadinya
huru-hara sampai akhir hayatnya. Salah satu penyebabnya adalah
rakyat kecewa karena kebijakan Usman, yang mengangkat keluarga
dalam kedudukan tinggi, seperti Marwah ibn Hakam. Beliaulah yang
sesungguhnya menjalankan pemerintahan, sedangkan Utsman hanya
menyandang gelar khalifah.
4) Islam pada Masa Ali bin Abi Thalib (656-661 M)
Setelah Usman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali,
Ali memerintah hanya enam tahun. Selama pemerintahannya, ia
menghadapi berbagai pergolakan. Pemberontakan terjadi karena para
gubernur yang diangkat oleh Usman, dipecat oleh Ali. Ali juga
menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair, dan Aisyah karena Ali
tidak mau menghukum pembunuh Usman. Bersamaan dengan itu
kebijakan Ali juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari gubernur
di Damaskus, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang
merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan Akhirnya pasukan Ali
bertemu dengan pasukan Mu'awiyah di Shiffin (perang Shiffin). yang
diakhiri dengan tahkim (arbitrase). Tapi tahkim tidak menyelesaikan
masalah sehingga muncul golongan yang keluar dari barisan Ali
(Khawarij) dan Ali dibunuh oleh salah satu anggota khawarij ini. Pada
masa Khulafaurrasidin inilah terjadi penaklukan Islam di Persia, Syam,

10
Mesir, dan pada masa ini juga manusia benar-benar berada dalam
manhaj Islam yang benar."
c. Perkembangan Negara Islam Pada Masa Bani Umayyah (661-
749 M)
Memasuki masa kekuasaan Muawiyah yang menjadi awal
kekuasaan Bani Umayyah Pemerintahan yang bersifat demokratis
berubah menjadi Monarchiheridetis (kerajaan turun
temurun).Kekahalifahan Bani Umayyah diperoleh melalui kekerasan,
diplomasi dan tipu daya, tidak dengan pemilihan bermaksud
mencontoh monarchi di Persia dan Byzantium. Kekuasaan Bani
Umayyah berumur kurang lebih 90 tahun. Ibu kota negara
dipindahkan dari Madinah ke Damaskus, tempat ia berkuasa sebagai
gubernur sebelumnya. Khalifah khalifah besar Dinasti Bani Umayyah
ini adalah Mu-awiyah ibn Abi Sufyan (661-680 M), Abd al-Malik ibn
Marwan (685-705 M), al-Walid ibn Abdul Malik (705-715 M), Umar
ibn Abdul Aziz (717-720 M), dan Hasyim ibn Abdul al-Malik (724-
743 M).
Ekpansi yang terhenti pada masa khalifah Usman dan Ali
dilanjutkan kembali oleh dinasti ini.Di zaman Mu-awiyah, Tunisia
dapat ditaklukkan Di sebelah Timur Mu-awiyah dapat menguasai
daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afghanistan sampai ke
Kabul.Angkatan lautnya melakukan serangan ke ibukota Byzantium,
Konstantinopel. Kemudian dilanjutkan oleh khalifah Abd alMalik,
berhasil menundukkan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan
Samarkand. Tentranya sampai ke India dan dapat menguasai
Balukhistan, Sindan daerah Punjab sampai Maltan." Ekspansi ke Barat
secara besar-besaran dilanjutkan oleh al-Walid ibn Abdul Malik Masa
pemerintahan Walid, Umat Islam merasakankemakmuran
kesejahteraan dan kebahagiaan Pemerintahannya berjalan selama 10
tahun. Ekspedisi militer dilakukan dari Afrika Utara menuju wilayah
barat daya, benua Eropa, pada tahun 711 M. Setelah Aljazair dan
Maroko dapat ditaklukkan, Tariq bin Ziyad, pemimpin pasukan Islam

11
menyeberangi selat yang memisahkan antara Maroko dan benua Eropa.
Di tempat yang sekarang dikenal dengan Gibraltar (jabal
Tariq).Tentara Spanyol dapat dikalahkan. Menyusul kota-kota lain
seperti Seville, Elvira, dan Toledo yang dijadikan ibukota Spanyol
yang baru setelah jatuhnya Kordova. Dengan keberhasilan Ekspansi ke
beberapa daerah, baik di timur maupun barat, wilayah kekuasaan Islam
masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat luas. Daerah-daerah itu
meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah Arabia, Irak,
sebagian Asia Kecil, Persia, Afghanistan, Pakistan, Purkmenia, Uzbek
dan Kirgis di Asia Tengah.
d. Perkembangan Negara Islam Masa Khilafah Bani Abbasiyyah
(750-1258 M)
Kekuasaan Khilafah Abbasiyah melanjutkan kekuasaan dinasti
Bani Umayyah. Dinamakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan
penguasa dinasti ini adalah keturunan al-Abbas paman Nabi
Muhammad Saw. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Shaffah
ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas. Kekuasaannya
berlangsung dalam rentang waktu yang panjang dari tahun 132 H (750
M)- 656 H (1258 M).Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan
yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial
dan budaya.
Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para
sejarawan membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima
periode:
1) Periode pertama (132 H/750 M-232 H/847 M), disebut periode
pengaruh Persia pertama.
2) Periode kedua (232 H/847 M-334 H/945 M ), disebut masa
pengaruh Turki pertama.
3) Periode ketiga (334 H/945 M- 447 H- 1055 M), masa kekuasaa
dinasti Buwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini
disebut juga masa pengaruh Persia kedua.

12
4) Periode keempat (447 H/1055 M- 590 H/1194 M ), masa kekuasaan
dinasti Bani Seljuk dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah,
biasanya disebut juga dengan masa Turki kedua.
5) Periode kelima (590 H/1194 M- 656 H/1258 M), masa khalifah
bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif
di sekitar kota Baghdad.
Pada periode pertama, pemerintahan bani Abbas mencapai
masa keemasannya. Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh
yang kuat dan memiliki kekuasaan politik dan agama. Di sisi lain,
kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga
berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu
pengetahuan Islam. Namun, setelah periode ini berakhir, pemerintahan
bani Abbas mulai menurun dalan bidang politik, meskipun filsafat dan
ilmu pengetahuan terus berkembang.
Masa pemerintahan Abu Al Abbas, pendiri dinasti ini sangat
singkat, yaitu dari tahun 750-754 M. Karena itu pembina sebenarnya
dari daulat Abbasiyah adalah Abu Ja'far Al-mansur (754-775 M).
Puncak keemasan dari dinasti ini berada pada tujuh khalifah
sesudahnya, yaitu Al Mahdi (775-785 M), Al Hadi (775-786 M),
Harun Alrasyid (786-809 M), Al-Ma'mun (813-833M), Al Mu'tashim
(833-842), Al Wasiq (842-847 M). dan Al Mutawakkil (847-861 M).
Pada mulanya ibukota negara adalah al-Hasyimiyah, dekat Kufah.
Namun, untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang
baru berdiri itu, al-Mansyur memindahkan ibukota negara ke kota yang
baru dibangunnya, Baghdad, dekat bekas ibukota Persia, tahun 762 M.
Masa ini juga ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
(dibidang agama maupun non agama) dan kebudayaan Dalam bidang
hukum dikenal para imam mazhab seperti Malik. Abu Hanifah, Syafi'l
dan Ibn Hanbal.Di bidang teologi dikenal tokoh-tokoh, seperti Abu
Hasan al-Asy'ari, al Maturidi, Wasil Ibn Atha' al-Mu'tazili, Abu al-
Huzail, al Nazzam dan al-Juba'i.Di bidang ketasawufan dikenal
Dzunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami, al-Hallaj dan lain

13
sebagainya. Sementara dalam bidang filsafat dan Ilmu Pengetahuan,
dikenal al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Maskawih, Ibn al-Haytsam,
Ibn Hayyan, al-Khawarizmi, al-Mas'udi dan Razi.
Popularitas daulat Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman
Harun Al Rasyid (786-809 M) dan puteranya Al Makmun (813-833
M). Kekayaan negara berlimpah dan dimanfaatkan untuk membangun
keperluan sosial, rumah sakit, lembaga pendidikan, kedokteran dan
farmasi didirikan. Pada masa ini penerjemahan buku-buku digalakkan.
Beliau menggaji para penerjemah dari agama kristen dan agama lain
yang ahli untuk menerjemahkan buku-buku Yunani. Mendirikan Baitul
Hukmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi
dengan perpustakaan yang besar. Pada masa Al Makmun Bagdad
mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Demikianlah kemajuan politik dan kebudayaan yang pernah
dicapai oleh pemerintahan Islam pada masa klasik, sehingga Islam
mencapai masa keemasan dan kejayaan. Masa keemasan ini mencapai
puncaknya pada masa kekuasaan Bani Abbas periode pertama, Namun
sayang, setelah periode ini berakhir, Islam mengalami masa
kemunduran atau disintegrasi.
2. Perkembangan Negara Islam Fase Disintegrasi (1000-1250 M)
Masa disintegrasi dalam bidang politik sebenarnya telah mulai
terjadi pada akhir zaman Bani Umayyah, tetapi memuncak di masa Bani
Abbasiyah Wilayah kekuasaan Bani Umayyah, dari awal berdirinya
sampai masa keruntuhannya, sejajar dengan batas-batas wilayah
kekuasaan Islam. Hal ini berbeda dengan masa pemerintahan Bani Abbas.
Kekuasaan dinasti ini tidak pernah diakui di Spanyol dan seluruh Afrika
Utara, kecuali Mesir. Secara riil, daerah-daerah itu berada di bawah
kekuasaan gubernur-gubernur propinsi bersangkutan. Hubungannya
dengan khalifah ditandai dengan pembayaran upeti.
Pada masa pemerintahan Bani Abbas, tidak ada usaha untuk
merebut jabatan khilafah dari tangan Bani Abbas. Rakyat membiarkan
jabatan khalifah tetap dipegang Bani Abbas. Hal ini terjadi karena

14
khalifah sudah dianggap sebagai jabatan keagamaan yang sakral dan tidak
bisa diganggu gugat lagi. Sedangkan kekuasaan dapat didirikan di pusat
maupun di daerah yang jauh dari pusat pemerintahan dalam bentuk
dinasti-dinasti kecil yang merdeka. Ada kemungkinan bahwa para
khalifah Abbasiyah sudah cukup puas dengan pengakuan dari propinsi
propinsi tertentu, dengan pembayaran upeti itu.
Akibat dari kebijaksanaan yang lebih menekankan pembinaan
peradaban dan kebudayaan Islam daripada persoalan politik itu, propinsi-
propinsi tertentu di pinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa Bani
Abbas. Kecuali Bani Umayyah di Spanyol dan Idrisiyyah di Marokko,
propinsi-propinsi itu pada mulanya tetap patuh membayar upeti selama
mereka menyaksikan Baghdad stabil dan khalifah mampu mengatasi
pergolakan-pergolakan yang muncul Namun pada saat wibawa khalifah
sudah memudar, mereka melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad.
Menurut Watt, sebenarnya keruntuhan kekuasaan Bani Abbas
mulai terlihat sejak awal abad kesembilan. Fenomena ini bersamaan
dengan datangnya pemimpin-pemimpin yang memiliki kekuatan militer
di propinsi - propinsi tertentu yang membuat mereka benar-benar
independen. Kekuatan militer Abbasiyah waktu itu mulai mengalami
kemunduran. Sebagai gantinya, para penguasa Abbasiyah mempekerjakan
orang-orang profesional di bidang kemiliteran, khususnya tentara Turki
dengan sistem perbudakan baru seperti diuraikan di atas. Pengangkatan
anggota militer Turki ini, dalam perkembangan selanjutnya teryata
menjadi ancaman besar terhadap kekuasaan khalifah Apalagi pada
periode pertama pemerintahan dinasti Abbasiyah, sudah muncul
fanatisme kebangsaan berupa gerakan syu'u arabiyah (kebangsaan/anti
Arab). Gerakan inilah yang banyak memberikan inspirasi terhadap
gerakan politik, disamping persoalan-persoalan keagamaan. Nampaknya,
para khalifah tidak sadar akan bahaya politik dari fanatisme kebangsaan
dan aliran keagamaan itu, sehingga meskipun dirasakan dalam hampir
semua segi kehidupan, seperti dalam kesusasteraan dan karya-karya
ilmiah, mereka tidak bersungguh sungguh menghapuskan fanatisme

15
tersebut, bahkan ada diantara mereka yang justru melibatkan diri dalam
konflik kebangsaan dan keagamaan itu.
Dinasti-dinasti yang lahir dan melepaskan diri dari kekuasaan
Baghdad pada masa khilafah Abbasiyah, diantaranya terdiri dari bangsa
Persia, Turki, Kurdi, dan Arab. Mendekati masa akhir kekuasaan
Abbasiyah, tentara Turki berhasil merebut kekuasaan khalifah, sehingga
khalifah bagaikan boneka yang tidak dapat berbuat apa-apa Selanjutnya
kekuasaan Abbasiyah dikuasai oleh Bani Buwaih Bani Abbasiyah tetap
diakui, tetapi kekuasaan dipegang oleh sultan-sultan Buwaihi.Kekuasaan
dinasti Buwaihi atas Baghdad kemudian dirampas oleh Dinasti Seljuk
Seljuk adalah seorang pemuka suku bangsa Turki yang berasal dari
Turkestan.
Kekuasaan dinasti saljuk, memicu terjadinya perang salib dalam
beberapa tahap, yang menyebabkan semakin melemahnya kekuasaan
Islam, ditambah lagi serangan tentara Mongolia yang bersekutu dengan
gereja -gereja kristen, schingga menghancurleburkan pusat-pusat
kekusaan Islam. sampai jatuhnya Bagdad ke Tangan Khulagu Khan.
Di masa inilah keutuhan umat Islam dalam bidang politik mulai
pecah. Kekuasaan Khalifah menurun dan akhirnya Baghdad dapat
dirampas dan dihancurkan oleh Khulugu Khan di tahun 1258 M. Gelar
Khalifah sebagai lambang kesatuan politik umat Islam hilang."
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, Kemajauan
Islam pada masa klasik disebabkan beberapa faktor yaitu semangat para
pejuang Islam baik masa Rasulullah sampai khalifah Abbasiyah yang
benar-benar menyadari pentingnya menyampaikan dakwah Islam,
sehingga kekuasaan Islam berkembang luas ke berbagai penjuru dunia. Di
samping jabatan khalifah terutama pada masa umayyah dan masa
Abbasiyah dipegang oleh tokoh yang kuat secara politik dan agama.
Selain itu juga di masa klasik sangat banyak kemajuan kemajuan yang
diperoleh seperti ilmu pengetahuan di bidang Agama dan kebudayaan,
Teologi, filsafat dan lain sebagainya, serta banyak menghasilkan tokoh-
tokoh ilmuan muslim yang karyanya sangat berpengaruh bagi dunia

16
sampai sekarang seperti Ibnu Sina, al-Kindi, al-Farabi, dan masih banyak
tokoh-tokoh muslim lainya.
Sedangkan pada masa klasik ini dikarenakan banyak dipengaruhi
oleh sifat negatif pemimpinnya seperti gemar hidup mewah, perebutan
kekuasaan antara khalifah, karena penunjukan khalifah tidak lagi secara
musyawarah seperti masa khulafaurrasyidin, tetapi secara turun temurun
sehingga terjadi perang saudara. Di samping itu, luasnya kekuasaan Islam
masa Abbasiyah menyulitkan komunikasi antar dinasti, sehingga dinasti-
dinasti yang kecil banyak yang memperkuat diri sendiri dan merdeka dari
kekuasaan Abbasiyah bahkan ada yang merebut kekuasaan dari tangan
khalifah Abbasiyah.

B. Periode Pertengahan (1250-1800 M)


Perkembangan Islam pada periode pertengahan dimulai dari tahun
1250 sampai tahun 1800, pada abad ini kemajuan pada bidang pengetahuan
memang tidak sehebat periode klasik. Tapi pada periode ini juga berperan
sangat penting terutama dalam persebaran Islam. Pada periode ini lah Islam
menyebar hingga asia tenggara. Dalam sejarah peradaban Islam, kerajaan
yanng cukup menonjol dalam sejarah keemasan Islam adalah kerajaan
Umayyah di Spanyol yang berlangsung kurang lebih delapan abad (711-1492
M) dan kerajaan Abbasiyah yang berpusat di Baghdad yang berlangsung
selama kurang lebih lima abad (750-1258 M). Jika kita membahas Islam
periode pertengahan kita bisa membaginya ke dalam dua fase, yaitu: fase
kemunduran yang dimulai dengan hancurnya dinasti Abbasiyah (1250-an) dan
Fase Tiga kerajaan besar (1500-1800 M).
Awal periode ini yaitu fase kemunduran dan transisi. Dengan luluh
lantahnya Baghdad otomatis dunia Islam kehilangan pusat peradaban mereka,
dan itu membawa impact yang sangat terasa bagi kehidupan Islam setelahnya.
Banyak dinasti - dinasti Islam yang bermunculan setelah hancurnya Bani
Abbasiyah. Akan tetapi kesultanan kesultanan baru ini justru saling berkonflik
satu sama lain. Sehingga tidak ada perkembangan yang berarti pada fase ini.
Kemudian setelah fase kemunduran ada fase Tiga kerajaan besar.

17
Ketiga kerajaan ini adalah Kerajaan yang sangat disegani pada
masanya, terutama kekuatan militernya. Dengan kekuatan militernya,
Kerajaan-kerjaan ini mempunyai wilayah yang luas. Akan tetapi ketika negara
negara Eropa mulai bangkit dari keterpurukan justru tiga kerajaan ini menjadi
terpuruk. Sehingga akhirnya wilayah kekuasaannya yang awalnya sangat luas,
perlahan-perlahan terkikis dan dikuasai oleh bangsa Eropa. Akan tetapi
terlepas dari itu semua, sesungguhnya masih banyak perkembangan
perkembangan yang masih bisa kita gali, dari Islam pada periode pertengahan
ini.
1. Fase Kemunduran I/ Transisi Abad Pertengahan
Di masa ini desentralisasi dan disintegrasi bertambah meningkat.
Perbedaan antara Sunni dan Syi’ah dan juga antara Arab dan Persia
bertambah nyata kelihatan. Dunia Islam terbagi dua. Bagian Arab yang
terdiri dari Arabia, Irak, Suria, Palestina, Mesir dan Afrika utara berpusat
di Mesir. Bagian Persia yang terdiri dari Balkan, Asia kecil, Persia dan
Asia tengah berpusat di Iran. Kebudayaan Persia mendesak kebudayaan
Arab.5
Periode awal perkembangan pada periode pertengahan ini ditandai
dengan runtuhnya pusat peradaban Islam di Baghdad, yang diakibatkan
oleh serangan bangsa Mongol dan konflik internal pemerintahan
Abbasiyah. Baghdad pada masa dinasti Abbasiyah dulu dikenal sebagai
pusat bagi keilmuwan dunia. Banyak sekali Ilmu-ilmu berharga yang ada
di kota Baghdad. Akan tetapi semua peninggalan itu sudah tidak ada
bekasnya sama sekali, semua peninggalan-peninggalan kota Baghdad itu
telah dimusnahkan pasukan Mongol. Keruntuhan dan kehancuran pusat
peradaban Islam ini membawa dampak yang sangat besar bagi
perkembangan politik umat Islam setelahnya. Pada fase ini muncul
beberapa dinasti besar diantaranya:
a. Dinasti Timuriyah
Setelah lebih dari satu abad umat Islam menderita dan berusaha
bangkit dari kehancuran akibat serangan bangsa Mongol. Badai

5
Syamruddin Nasution, Sejarah Perkembangan Peradaban Islam, (Pekan Baru : 2007), hlm.6

18
malapetaka kembali menerpa, yaitu serangan yang juga dari keturunan
bangsa Mongol. Berbeda dari Hulagu Khan dan keturunannya pada
dinasti Ilkhan, penyerang kali ini sudah masuk Islam, tetapi sisa
kebiadaban dan kekejaman masih melekat kuat. Serangan ini dipimpin
oleh Timur Lenk pendiri dinasti Timuriyah. Timur sendiri adalah
penganuut Syiah yang fanatik, yang memandang bahwa orang yang
bukan Syiah meskipun beragama Islam adalah orang sesat. Pada masa
Timur Lank inilah justru terjadi pembantaian umat Islam, di setiap
ekspansinya pasti disertai pembantaian. Setelah menaklukan Jata dan
Khawarizm. Di setiap negeri yang ditaklukannya ia membantai
penduduk yang melakukan perlawanan. Di Afghanistan, bahkan ia
membangun menara yang disusun dari 2000 mayat. Di Iran ia
membantai kurang lebih 70.000 penduduk. Dan menyusunnya menjadi
menara. Dia melakukan ekspansi sampai ke Moskow dan India.
Bahkan pada masa kepemimpinan Timur Lank, dinasti ini bisa
mengalahkan Kerajaan Usmani dan menawan Bayazid I.
b. Dinasti Mamluk
Dinasti yang didirikan oleh seorang bekas budak dan istri al-
Ayubi yang bernama Shajarah al-Dhur (1249 M). Pada awal berdirinya
ia tidak mendapat dukungan dari Baghdad dan akhirnya dijatuhkan,
selanjutnya kesultanan dipegang Amir Aybek, yang kemudian
menikah dengan al Dhur. Dinasti Mamluk memerintah di Mesir dalam
janka waktu yang panjang (1249-1517 M), menghiasi catatan penting
dalam sejarah Islam. Dinati Mamluk juga menghadapi ancaman dari
agresi oleh bangsa Mongol di daerah antara Baisan dan Nablus di
Palestina.
c. Mamluk Vs Mongol
Dalam peristiwa 'Ain Jalut yang terjadi tiga tahun pasca
kehancuran Baghdad, dimana tentara Mongol yang dipimpin Ketbuga
kalah dalam peperangan menghadapi Mamluk, maka selamatlah pusat
peradaban ke II dunia Islam, Kairo, Mesir. Setelah Baybar menang
atas Mongol di 'Ain Jalut, demi persatuan Islam, ia mencari sisa

19
keturunan Abbasiyah yang masih hidup yaitu Ahmad dan sumpah setia
kepadanya sebagai Khalifah Abbasiyah. Setelah tiga tahun vakum
kekhalifahan Islam, kekhalifahan Abbasiyah muncul kembali sebagai
boneka dari penguasa Mamluk. Untuk mengetahui lebih detail
mengenai sejarah dinasti Mamluk, dapat dibaca di artikel dinasti
Mamluk.
Selanjutnya yaitu masa Kemunduran I abad pertengahan
(1250-1500 M). Pada zaman ini jenghiz khan dan keturunannya datang
menghancurkan dunia Islam. Jenghiz Khan berasal dari Mongolia
setelah menduduki Peking di tahun 2121 M, ia mengalihkan serangan
serangannya kearah Barat. Satu demi satu kerajaan-kerajaan Islam
jatuh ketangannya.
Serangan ke Baghdad dilakukan oleh cucunya Hulagu Khan.
Terlebih dahulu ia mengalahkan Khurasan di Persia dan kemudian
menghancurkan Hasysyasyin di Alamut. Khalifah dan keluarga serta
sebagian besar penduduk dibunuh. Beberapa dari anggota keluarga
Bani Abasiyah dapat melarikan dan diantaranya ada yang menetap di
Mesir. Dari sini Hulagu meneruskan serangannya ke Syiria dan dari
Syiria ia ingin memasuki Mesir. Akan tetapi, di Ain Jalut (Goliath) ia
dapat dikalahkn oleh Baybars, Jenderal mamluk dari Mesir, ditahun
1260 M.
Baghdad dan daerah yang ditaklukan Hulagu selanjutnya
diperintah oleh Dinasti Ilkhan. Ikhlan adalah gelar yang diberikan
kepada Hulagu. Daerah yang dikuasai dinasti ini dalah daerah yang
terletak antara asia kecil di Barat dan di India di Timur. Dinasti Ikhln
berumur 100 tahun. Hulagu bukanlah beragama Islam dan anaknya
Abaga (1265-1281 M) masuk Kristen. Diantara keturunannya ynag
pertama masuk Islam yaitu cucunya Tagudar dengan nama Ahmad,
tetapi mendapat tantangan dari para Jendralnya.
Ghasan Mahmud (1295-1305 M) juga masuk Islam dan
demikian juga Uljaytu Khuda Banda (1305-1316 M). Uljaya pada
mulanya beragama Kristen, ia adalah Raja Mongol besar yang

20
terakhir. Kerajaan yang dibentuk Hulagu akhirnya menjadi beberapa
kerajaan kecil, diantaranya Kerajaan Jaylar (1336-1411 M) dengan
Baghdad sebagi ibu kota, kerajaan Salghari (1148-1282 M) di Paris,
dengan kerajaan Muzaffari (1313-1393 M) juga di Paris.
Timur Lenk, seorang yang berasal dari keturunan Jeng Hizkan
dapat menguasai samarkand pada tahun 1369 M. Dari samarkand ia
mengadakan serangan-serangan ke sebelah barat dan dapat menguasai
daerah yang terletak diantara Delhi dan laut Marmara. Keganasan
Timur Lenk digambarkan oleh pembunuhan massal yang dilakukannya
dikota-kota yang tidak mau menyerah tetapi justru melawan
kedatangannya dikota yang telah ditundukannya. Di Mesir khilafah
Fatimiyah digantikan oleh Dinasti Salahudin al-ayubi. Dengan
kedatangnnya Mesir kembali kealiran Sunni. Di India persainagn dan
kekuasaan juga selalu terjadi sehingga India senangtiasa menghadapi
perubahan penguasa. Di Spayol terjadi peperangan diantara dinasti-
dinasti Islam disana diantara raja-raja Kristen.
Pada masa ini desentralisasi dan disintegrasi bertambah
meningkat. Perbedaan antara Sunni dan syi'ah. demikian juga antara
Arab dan Persia bertambah kelihatan. Dunia Islam pada zaman ini
terbagi dua, yaitu: Bagian Arab yang terdiri dari Arabia, Irak, suria,
Palestina, Mesir dan Afrika Utara, dengan Mesir sebagai pusat, dan
kedua bagian Persia yang terdiri atas Balkan, Asia keil, Asia Tengah
dengan Iran sebagai Pusat. Kebudayaan Persia mendesak kebudayaan
Arab. Pada fase ini, di kalangan umat Islam semakin meluas pendapat
bahwa pintu ijtihat tertutup. Demikian juga tarekat dengan pengaruh
negatifnya. Perhatian pada ilmu pengetahuan kurang sekali. Umat
Islam di Spanyol dipaksa masuk Kristen atau keluar dari daerah itu.
Dizaman ini pula hancurnya Khulafah secara formal bagian
yang merupakan pusat dunia Islam jatuh ketangan bukan Islam untuk
beberapa waktu dan terlebih dari itu Islam lenyap dari Spanyol.
Perbedaan antara kaum Sunni dan kaum Syiah menjadi memuncak
demikian pula antara Arab dan Persia. Disamping itu, pengaruh

21
tarekat-tarekat bertambah mendalam dan bertambah meluas didunia
Islam. Pendapat yang ditimbulkan dizaman disintegrasi itu bahwa
pintu ijtihad telah tertutup diterima secara umum dizaman ini.
2. Fase Tiga Kerajaan Besar (1500-1800)
Setelah umat Islam mengalami fase transisi atau fase kemunduran.
Keadaan umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan
kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar: Usmani
di Turki, Mughal di India dan Safawi di Persia. Kerajaan Usmani, di
samping yang pertama berdiri juga yang terbesar dan paling lama bertahan
dibanding dua kerajaan lainnya.
a. Turki Utsmani
Kerajaan Usmani didirikan pada tahun 1290 M oleh Usman
putera dari al-Tugril. Pada awalnya kerajaan Turki hanya memiliki
wilayah yang sangat kecil, pemberian dari sultan Seljuk yang bernama
Alauddin sebagai tanda balas jasa kepada al-Tugril yang membantunya
mengusir Mongol. Alaudin memberikan daerah Iski Shahr dan
sekitarnya kepada al-Thugril.
Namun dengan adanya dukungan militer, tidak berapa lama
Usmani menjadi kerajaan yang besar dan bertahan dalam kurun waktu
lama. Dengan naik tahtanya putera Usman yang bernama Orkhan,
membawa kemajuan yang sangat besar terutama dalam bidang militer.
Pada periode ini tentara Islam pertama kali masuk ke Eropa. Orkhan
membagi pasukan utama tentara menjadi tiga : Sipahi (tentara reguler),
Hazeb (tentara ireguler), dan Jenisari. Setelah mempunyai kemiliteran
yang kuat, Usmani mulai melakukan ekspansi untuk memperluas
wilayahnya mulai Adrionopol hingga penaklukan Kosovo. Namun
penaklukan terbesar adalah penaklukan Konstantinopel pada masa
kepemimpinan Muhammad al-Fatih, penaklukan ini sekaligus menjadi
awal kehancuran Bizantium. Pada masa al-Fatih ini juga disahkan
undang-undang baru Islam yang disahkan dalam qanun namah.
Pada masa Salim II setelah menaklukan Sultan Mamluk (1517
M). Ia memindahkan khalifah boneka bani Abbas ke Konstatinopel

22
dan secara paksa mengambil gelar sakral dan selanjutnya digunakan
oleh Sultan Turki, Salim I. Sejak pemindahan jabatan sakral dari Kairo
ke Konstatinopel, maka sejak itu nama Konstatinopel diganri menjadi
Istambul dan ibu kotanya dipindahkan ke kota tersebut.
Puncak kejayaan Usmani terjadi saat kepemimpinan Sulaiman
al-Qanuni. Sulaiman bukan hanya sultan yang terkenal di kalangan
Turki Usmani, akan tetapi pada awal abad 16 ia adalah kepala negara
paling terkenal di dunia. Ia seorang penguasa yang saleh. Ia berhasil
menegakkan syariat Islam. Sulaiman juga berhasil menerjemahkan al
Qur'an dalam bahasa Turki. Sulaiman juga berhasil menyusun kitab
undang-undang (qanun). Kitab tersebut diberinama Multaqa al-Abhur,
yang menjadi pegangan hukum Turki Usmani hingga datangnya
reformasi pada abad 19. Dalam masa kerajaan ustmani ini tidak hanya
bidang politik yang mengalami kemajuan namun di bidang Agama,
Ilmu Pengetahuan dan Budaya perkembangan yang baik. juga
mengalami perkembangan yang baik.
Pada saat terjadi pertentangan antara Katolik dan Protestan,
yang diantaranya lari untuk meminta suaka politik kepada Khalifah
Sulaiman. Mereka diberi kebebasan untuk memilih agama, dan
diberikan tempat di Turki Usmani. Setelah Sulaiman meninggal, Turki
Usmani mengalami kemunduran.
b. Kerajaan Safawi
Ketika kerajaan Usmani sudah mencapai puncak kemajuannya,
kerajaan Safawi di Persia baru berdiri. Kerajaan ini berkembang
dengan cepat. Kerajaan Safawi menyatakan Syiah sebagai mazhab
negara. Kerajaan Safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang
berdiri di Ardabil, Azerbajian. Tarekat ini diberi nama tarekat
Safawiyah didirakan pada waktu yang sama dengan berdirinya Turki
Usmani. Kerajaan ini berdiri pada 1501 M dan didirikan oleh Ismail,
setelah berhasil menaklukan Tabriz ibukota AK Kyoyunlu. Hanya
dalam waktu sepuluh tahun wilayah kekuasaan imperium ini sudah
meliputi Persia dan bagian timur Bulan Sabit Subur.

23
Namun kekalahan Kerajaan Safawi melawan Usmani pada
tahun 1514 M di Chaldiran dan hampir direbutnya kerajaan,
nampaknya memberikan goncangan moral hebat kepada Ismail.
Kehidupan Ismail berubah, ia lebih senang menyendiri, menempuh
kehidupan hura-hura dan berburu. Kondisi ini menimbulkan dampak
negatif bagi kerajaan Safawi, yaitu persaingan segitiga antara
pimpinan suku-suku Turki, pejabat keturunan Persia dan Qizilbah
dalam merebut pengaruh memimpin kerajaan.
Kondisi memprihatinkan baru bisa diatasi setelah raja Safawi
kelima, Abbas I, naik tahta. Langkah yang ditempuhnya yaitu pertama
membentuk pasukan baru dari para budak, untuk menghilangkan
dominasi pasukan Qizilbash. Kedua mengadakan perjanjian damai
dengan Turki Usmani. Untuk mewujudkannya ia menyerahkan
wilayah Azerbaijan, Georgia dan sebagain Luristan. Disamping itu ia
tidak akan menghina tiga khalifah pertama dalam Islam dalam khotbah
jumat.
Usaha-usaha yang dilakukan Abbas berhasil membuat kerajaan
Safawi kuat kembali. Setelah kekuatan terbina dengan baik, ia
berusaha mendapatkan wilayah kekuasaanya dari Turki Utsmani. Pada
tahun 1602 M, pasukan Abbas menyerang dan berhasil menguasai
Tabriz, Sirwan dan Baghdad. dan dilanjutkan menguasai beberapa kota
dari wilayah kekuasaan Usmani. Selanjutnya Abbas I merebut
kepulauan Hurmuz dan mengubag pelabuhan Gumrun menajdi
pelabuhan bandar Abbas.
Masa kekuasaan Abbas I merupakan puncak kejayaan Kerajaan
Safawi. Secara politik, ia mampu mengatasi beberbagai masalah di
dalam negeri yang mengganggu stabilitas negara dan berhasil merebut
kembali wilayah-wilayah yang pernah direbut kerajaan Usmani. Masa
kemunduran, Kerajaan Safawi dihancurkan oleh serangan-serangan
bangsa Afghan. Kerajaan Mughal diperkecil oleh pukulan-pukulan
raja-raja India. Kerajaan Usmani terpukul di Eropa. Umat Islam
semakin mundur dan statis. Pada saat itu, Eropa bertambah kaya dan

24
maju. Penjajahan Barat dengan kekuatan yang dimilikinya meningkat
ke dunia Islam.
c. Kerajaan Mughal
Kerajaan Mughal di India, merupakan salah satu kerajaan
Islam terbesar di dunia yang menghiasi sejarah umat Islam, pada
periode abad pertengahan. Pendiri kerajaan ini adalah Zahirudin
Muhammad, dikenal dengan Babur. la putra dari Miransah, putera
ketiga dari Timur Lank. Pada tahun 1525 M hanya dengan
mengandalkan 13.000 orang tentara dan meriam Babur dapat
menaklukan Punjab. Setelah berhasil menaklukan Punjab, membuka
jalan untuk meneruskan serangan ke Delhi.
Pada 21 April 1526 M, terjadilah peperangan dahsyat di
Panipat, Sultan Ibrahim mempertahankan negeri bersama 100.000
tentara dan 1000 kendaraan gajah. Namun Babur mampu
memenangkan pertempuran karena ia menggunakan senjatu api berupa
meriam, dan akhirnya Sultan Ibrahim gugur bersama 25.000
pasukannya. Dengan ditaklukannya Sultan Ibrahim, maka terbukalah
kesempatan bagi Babur untuk mendirikan kerajaan Mughal di India.
Setelah Humayun putera sekaligus penerus dari Babur berhasil
merebut kembali wilayah Mughal yang sempat dikuasai Samar Khan.
Mughal mengalami puncak kejayaan pada masa Muhammad, putera
Humayun yang diangkat dengan gelar Abu Fath Jalaluddin dan gelar
yang paling terkenal adalah Sultan Akbar Agung. Ia menjadi raja
terbesar di antara raja-raja Mughal di India. Kekuasaannya hampir
seluruh wilayah anak benua India. Ia dikenal sebagai pribadi yang
jenius, bijaksana, ahli perang dan administrator negara yang ulung.
Selain itu, ia juga dekenal sebagai tokoh perbandinga Agama dengan
konsep Din-e-Illahinya. Akbar menerapkan politik Universal. Dengan
politik ini, semua rakyat India dipandang sama.
Wilayah imperium juga dibagi menjadi sejumlah provinsi dan
distrik yang dikelola oleh seorang uang dipimpin oleh pejabat

25
pemerintah pusat untuk mengummpulkan pajak dan mencegah
penyalahgunaan oleh kaum petani.
Raja yang sangat berperan dalam persebaran Islam di India
adalah Aurangzeb. Dia memberikan corak keislaman ditengah
masyarakat Hindu. Aurangzeb mengajak rakyatnya untuk masuk
Islam, ia menyuruh arca-arca Hindu ditanam dibawah jalan-jalan
menuju masjid agar orang Islam setiap harinya menginjak arca-arca
tersebut. Kebijakan dari Aurangzeb ini mendapat kecaman keras dari
kalangan Hindu, yang justru balik menentangnya. Tindakan
Aurangzeb itu pula yang pada akhirnya membawa kerajaan Mughal
mengalami masa kemunduran.
Setelah Aurangzeb wafat raja-raja berikutnya mulai lemah.
Kerajaan Mughal dan rajanya tidak lebih hanya sebagai simbol dan
lambang belaka, bahkan raja hanya diberi gaji kolonial Inggris yang
telah datang untuk biaya hidup tinggal di dalam Istana. Seperti dua
kerajaan besar, kerajaan Mughal selain mengalami perkembangan di
bidang politik, juga mengalami perkembangan di bidang agama dan
peradaban.
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada
fase tiga kerajaan besar ini pula dibagi menjadi dua fase lagi yaitu
sebagai berikut:
a. Fase Kemajuan (1500-1700 M)
Fase ini merupakan kemajuan Islam II. Tiga kerajaan besar
yang di maksud adalah kerajaan Usmani di Turki, kerajaan
Syafawi di persia, dan kerajaan Mughal di India.
Sultan Muhammad Al-Fatih ( 1451-1481 M) dari kerajaan
Usmani mengalahkan kerajaaan Bizantium dengan menduduki
Istambul di tahun 1453 M. Dengan demikian Ekspansi ke arah
barat berjalan lebih lancar. Akan tetapi, di zaman sultan salim 1
(1512-1520 M) perhatian ke barat d alihkan ke timur. Persia mulai
di serang dan dalam peperangan Syah Ismail di kalahkan. Stelah
menguasai syiria, sultan Shalim merebut Mesir dari tangan Dinasti

26
Mamluk. Kairo jatuh pada tahun 1517 M. Kemajuan-kemajuan lain
di buat oleh sultan Sulaiman Al-Qanuni tahun 1520-1566 M.
Sultan sulaiman adalah sultan usmani yang terbesar. Di zamannya
Irak, Belgrado, Pulau Rodes, Tunis, Bedapest, dan Yaman dapat di
kuasai.Di masa kejayaannya, daerah kekuasaan kerajaan Usmani
mencakup asia kecil.
Gedung-gedung yang di tinggalkan periode ini antara lain
Taj Mahal di Agra, benteng merah, masjid masjid, istana-istana
dan gedung-gedung pemerintahan di Delhi. Pada zaman ini,
perhatian pada ilmu pengetahuan kurang sekali. Dia mengalami
kemorosotan. Dengan timbulnya Turki dan India sebagai kerajaan
besar, di samping bahasa Arab dan Persia, bahasa Turki dan bahasa
Urdu juga mulai muncul sebagai bahasa penting dalam Islam.
Bahasa Arab di jadikan sebagai bahasa persatuan mengalami
penurunan.
Kemajuan dalam bidang politik dan jauh lebih kecil dari
kemajuan Islam I. Disamping itu Barat mulai bangkit akan tetapi
kekuatan Eropa masih lemah jika dibandingkan dengan kekuasaan
Islam.
b. Fase Kemunduran II (1700-1800 M)
Sesudah Sulaiman Qanuni, kerajaan Usmani tidak lagi
mempunyai Sultan-sultan yang kuat. Kerajaan ini memulai
memasuki fase kemundurannya pada abad 17. Didalam negeri
timbul pemberontakan, seperti di Syria dan di Lebanon. Disamping
itu, terjadi pula peperangan-peperangan dengan negara tetangga,
seperti Venifia, dan dengan Syah Abassiyah dari Persia, dalam
peperangan itu kerajaan Usmani mengalami kekalahan dan
daerahnya di Eropa mulai diperkecil sedikit demi sedikit. Kerajaan
Syafawi di Persia mendapat serangan dari Raja Afgan yang
menganut paham Sunni. Di India terjadi pemberontakan -
pemberontakan di Negara Hindu yang merupakan mayoritas
penduduk India sementara itu Inggris telah pula turut memainkan

27
peranan dalam politik india dan menguasai India. Pada masa ini
kekuatan militer, politik, perdagangan, dan ekonomi umat Islam
semakin menurun. Akhirnya pada tahun 1748 M. Napoleon
menduduki Mesir. Sejak Napoleon menduduki Mesir, umat Islam
mulai sadar akan kelemahan dan kemundurannya, karena pada saat
itu Mesir adalah salah satu pusat peradaban Islam yang terpenting.

C. Periode Modern (1800- Sekarang)


Periode Modern atau biasa disebut zaman kebangkitan umat islam,
merupakan masa dimana mulai muncul para pembaharu-pembaharu islam.
Periode modern ini dimulai sejak abad ke 18 hingga abad ke 20 M. pada
periode ini banyak tokoh-tokoh muslim yang mulai tersadar tas sifat jumud
pada umat islam. Kemunduran dalam bidang pemikiran dan peradaban
dimulai segera setelah berakhirnya periode kejayaan islam terus berlangsung,
dan didunia islam mendapatkan dirinya diujung jalan kemunduran progresif
yang panjang.
Umat islam mulai sadar bahwa dibarat telah timbul peradaban baru
yang lebih tinggi dan menjadi ancaman. Itu dimulai sejak jatuhnya mesir
ketangan barat. Melihat kebudayaan dan kemajuan barat tersebut raja-raja dan
para pemuka islam mulai memikirkan bagaimana meningkatkan mutu dan
kekuatan umat islam kembali.
Menurut sejarah, kebangkitan islam berawal dari ketika napoleon
Bonaparte bersama pasukannya mendarat di sungai NIL pada abad ke 18 atau
sekitar tahun 1798 M. Peristiwa itu menjadi permulaan dunia islam mengenal
modernitas. Jadi diperiode modern ini, timbullah pemikiran-pemikiran, ide-ide
mengapa umat islam lemah, mundur, dan bagaimana mengatasinya, dan perlu
adanya pembaharuan dalam islam.
Para tokoh muslim pun mulai berupaya untuk membawa islam bangkit
kembali, tokoh-tokoh tersebut ialah diantaranya Jamaludin Al Afghani dan
Muhammad Abduh. Al-Afghani, Muhammad Abduh, Ameer Ali, dan
Muhammad Iqbal, masing-masing dengan cara mereka, mengkonsentrasikan
perhatian mereka pada masalah pembaharuan dan mengasingkan unsur-unsur

28
itu dalam pandangan hidup islam dalam dalam suatu masa kemajuan yang
dikuasai oleh kategori-kategori pemikiran Barat. Bahkan di zaman
kontemporer, tampak semakin nyata bermunculan pemikiran islam yang
memiliki corak tersendiri. Yang perlu dicatat diantaranya : Abdus Salam6
dengan obsesinya, terciptanya persemakmuran sains di antara Negara –
Negara muslim. Selanjutnya Khursid Ahmad, Syed Nawad Haide Naqvi dan
Muhammad Nejatullah Siddiquedi bidang ekonomi.7
Masa modern, menurut Harun Nasution dimulai dari tahun 1800 –
sekarang. Masa ini disebut dengan zaman kebangkitan Islam. Ekspedisi
Napoleon Bonaparte di Mesir yang berakhir tahun 1801 M, membuka mata
dunia Islam, terutama di Turki dan Mesir, akan kemunduran dan kelemahan
umat Islam. Raja dan pemuka-pemuka Islam mulai berpikir dan mencari jalan
untuk mengembalikan kejayaan Islam. Padahal pada periode klasik, Islam
menjadi panglima dalam peradaban. Sebaliknya, di Barat pada masa itu masih
mengalami kegelapan. Sedangkan masa modern ini ditandai dengan adanya
kesadaran umat Islam terhadap kelemahan dirinya dan adanya dorongan untuk
memperoleh kemajuan dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Kondisi saat itu negara-negara Islam banyak
dijajah oleh penjajah. Banyak negara muslim mengikuti gerakan pembaruan
tersebut, sehingga lahirlah suatu tatanan baru dalam dunia Islam, yaitu
kebangkitan dunia Islam, baik bidang ilmu pengetahuan, politik, pendidikan,
maupun kebangkitan melawan penjajah. Usaha untuk memulihkan kembali
kekuatan Islam dikenal dengan gerakan modernisasi atau pembaruan yang
didorong oleh tiga faktor.
a. Pemurnian ajaran Islam dan unsur-unsur asing yang dipandang sebagai
penyebab kemunduran Islam.
b. Menimba gagasan-gagasan pembaruan dan ilmu pengetahuan Barat. Hal ini
dari dengan pengiriman para pelajar muslim oleh penguasa Turki, Mesir,
dan India ke negara-negara Eropa untuk menimba ilmu pengetahuan

6
C.A. Qadir, Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Dalam Islam, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
1989). Hlm 200
7
Mahdi Ghulsyani, Filsafat Sains Menurut Al-quran, (Bandung: Mizan, 1989). Hlm. 22

29
dilanjutkan dengan gerakan penerjemahan karya-karya Barat ke dalam
bahasa Islam. Kondisi negara-negara Arab, seperti Mesir, Turki di bawah
jajahan Negara negara Eropa, khususnya Perancis.
Kini di Indonesia pun muncul cendikiawan islam diantaranya:
Jalaludin Rahmat, Armahedi Mashar, A.M. Saefudin, Dawan Raharjo,
Kontowijoyo, Syafi’I Ma’arif,Nurcholis Majid, Amin Rais dan sebagainya.
Kebangkitan umat islam ini di bagi menjadi dua periode,yakni kebangkitan
awal yakni(1800-1967) dan kebangkitan kedua yakni (1967-sekarang). Pada
periode kebangkitan awal, muncul kesadaran pentingnya pembaharuan dalam
islam, baik secara politik, militer, social, dan budaya. Sementara itu
kebangkitan kedua, kekalahan arab oleh Israel tahun1967 menjadi titik yang
menggugah umat. Kemudian berkembanglah pemikiran- pemikiran dan
metodologis dalam rangka pembaharuan islam di era kontemporer.
Para tokoh pembaharuan islam berusaha menggerakkan umat islam
untuk memperbaharui kehidupan serta mendorong umat islam untuk mengusir
dominasi kekuasaan bangsa Barat di Negara-negara islam.sakah satunya
adalah Kyai Haji Ahmad Dahlan ( Muhammad Darwis). Ia lahir di
Yogyakarta, 1 Agustus 1868 dan wafat di Yogyakarta juga pada tanggal 23
Februari 1923 pada umur 54 tahun.
Sejak kecil Muhammad Darwis dididik dalam lingkungan pesantren
yang mengajarinya pengetahuan agama dan bahasa Arab. Dari sinilah islam
begitu melekat dalam diri Dahlan kecil. Ketika berusia 15 tahun (1833), ia
menunaikan ibadah haji yang dilanjutkan dengan menuntut ilmu agama dan
bahasa arab di Mekkah selama lima tahun disinilah ia berinteraksi dengan
pemikiran-pemikiran pembaru dunia islam seperti Muhammad Abduh, Al
Afghani, Rasyid Ridha, dan Ibnu Taimiyah. Dalam periode modern ini ada
beberapa hal penting diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pembaharuan Islam
Hakikat pembaharuan merujuk kepada makna kata tajdid
(pembaharuan), tajdid disini mencerminkan suatu tradisi yang berlanjut,
yaitu suatu upaya yang menghidupkan kembali meimanan islam beserta
praktik-praktiknya dalam komunitas kaum muslimin.

30
Pembaharuan islam bukan dalam hal menyangkut dasar atau
fundamental ajaran islam, artinya bahwa pembaharuan islam bukan
dimaksudkan untuk mengubah, memodifikasi atau merevisi nilai-nilai dan
prinsip-prinsip islam supaya sesuai dengan selera zaman, melainkan lebih
terkait dengan penafsiran terhadap ajaran-ajaran dasar agar sesuai dengan
kebutuhan perkembangan dan semangat zaman.
2. Era Modern
Masa pembaharuan (modern) bagi dunia islam adalah masa yang
dimulai dari tahun1800 M sampai sekarang. Pada awal-awal menjelang
masa pembaharuan, umat islam diberbagai Negara telah menyimpang dari
ajaran islam yang bersumber kepada Al-Qur’an dan Hadist. Penyimpangan
itu terdapat dalam hal.
a. Ajaran islam tentang ketauhidan telah bercampur dengan kemusyrikan.
Hal ini ditandai dengan banyaknya umat islam yang selain menyembah
Allah Swt.
b. Adanya kelompok umat islam, yang selama hidup didunia ini hanya
mementingkan urusan akhirat dan meninggalkan urusan dunia.
c. Banyak umat islam yang menganut paham fatalisme, yaitu paham yang
mengharuskan berserah diri kepada nasib dan tidak perlu berikhtiar,
karena hidup manusia dikuasai dan ditentukan oleh nasib.
d. Dari segi ekonomi, masyarakat muslim Indonesia banyak yang miskin.
e. Dari segi politik, masyarakat muslim Indonesia terjajah.
f. Dari penguasaan ilmu dan teknologi, masyarakat muslim Indonesia
terbelakang.
Penyimpangan- penyimpangan umat islam terhadap agamanya
tersebutlah yang sudah seluruhnya menjadi pendorong lahirnya para tokoh
pebaharu, yang berusaha menyadarkan umat islam yang benar, yang
bersumber kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah (Hadist).
3. Tokoh Pembaharu Islam Di Era Modern
Dari berbagai penyimpangan umat islam yang muncul,
menyebutkan keresahan yang serius bagi umat islam yang dapat
menghambat terciptanya masyarakat baldatun toyyibatun warobbun ghofur

31
(negeri yang baik dengan rabb yang maha pengampun) serta umat islam
yang sudah seharusnya berpegang teguh pada kitabullah. Hal ini
mengharuskan lahirnya para tokoh pembaru islam di era modern, dan pada
era tersebut salah satu tokoh yang merespon berbagai persoalan umat islam
ialah K.H Ahmad Dahlan.
Sebagai pendiri Muhammadiyah, Ahmad Dahlan telah melihat
adanya keterpurukan kaum muslim Indonesia. Sehingga kondisi itulah yang
mendorong beliau mendirikan Muhammadiyah.
Dari segi politik, Masyarakat muslim Indonesia terjajah, dari segi
penguasaan ilmu dan teknologi, masyarakat muslim Indonesia terbelakang.
Ddengan kata lain Muhammaddiya oleh Ahmad Dahlan dijadikan sebagai
arana untuk mendorong masyarakat muslim Indonesia meraih kemajuan
dalam berbagai bidang kehidupan.
4. Pembahruan Hasil Pemikirian K.H Ahmad Dahlan
Secara instusional, pada perempat pertama abad ke 20
Muhammadiyah dikenal sebagai symbol perubahan, kemajuan, dan
karenanya dikenal sebagai gerakan modern. Pandangan dunia akan
Muhammddiya yang menjauhkan diri dari kehidupan dunia diganti dengan
pandangan yang menyebutkan bahwa islam membolehkan umatnya untuk
memperoleh kebahagiaan duniawi. Sikap dunia yang intoleran diganti
menjadi toleran. Dari hal ini tersebutlah pola pikir masyarakat mulai
terarahkan.
Selain hal tersebut pemikiran Ahmad Dahlan yang menjadi dasar
penggerak Muhammadiyah dalam usahanya memberikan makna
pembaharuan kedaalam dua gerakan, yaitu gerakan purifikasi (pemurnian)
dan modernisas (pembaharuan).
Dalam bidang lain Ahmad Dahlan memberikan amal usaha
Muhammadiyah dengan harapan umat islam mampu berkarya
mengembangkan kreatifitas serta dapat bekerja keras untuk memenuhi
kebutuhan mereka. Adapun amal usaha Muhammadiyah dalam bidan
ekonomi dan social yakni:
1) Rumah sakit, Balai Kesehatan, Poliklinik.

32
2) Panti Asuhan dan Santunan
3) Bank Perkreditan Rakyat
4) Baitut Tanwil Muhammadiyah(BMT)
5) Koperasi Warga Muhammadiyah BUMM Berupa PT.

33
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Di kalangan sejarawan terdapat perbedaan tentang saat dimulainya
sejarah Islam. Secara umum, perbedaan pendapat tersebut dapat dibedakan
menjadi dua. Pertama, sebagian sejarawan berpendapat bahwa sejarah Islam
dimulai sejak Nabi Muhammad saw diangkat menjadi rasul. Oleh karena itu,
menurut pendapat ini, selama 13 tahun Nabi Muhammad saw tinggal di
Mekah telah lahir masyarakat muslim meskipun belum berdaulat. Kedua,
sebagian sejarawan berpendapat bahwa sejarah umat Islam dimulai sejak Nabi
Muhammad saw hijrah ke Madinah karena masyarakat muslim baru berdaulat
ketika Nabi Muhammad saw tinggal di Madinah.
Harun Nasution membagi perjalanan sejarah Islam secara umum ke
dalam tiga bagian besar yaitu Periode klasik, yang dimulai (650-1250 M) yang
digambarkan sebagai era umat Islam mencapai prestasi-prestasi (puncak
kejayaan). Periode pertengahan dimulai sejak runtuhnya Dinasti Abbasiyah
(1250 1800 M), dengan ciri-ciri kekuasaan politik terpecah-pecah dan saling
bermusuhan, atau dikenal dengan masa stagnasi pemikiran Islam, dan periode
modern (1800 sampai sekarang) yang dikenal dengan era kebangkitan Islam."
B. Saran
Demikian makalah Periodisasi Perkembangan Peradaban Islam yang
dapat kami paparkan. Semoga barmanfaat dan tentunya makalah ini tidak
terlepas dari kesalahan, kekurangan, dan kekeliruan. Oleh karena itu penulis
memohon kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan makalah
selanjutnya.

34
DAFTAR PUSTAKA

Ghulsyani, Mahdi. 1989. Filsafat Sains Menurut Al – qur’an. Bandung: Mizan.


Munir Amin, Syamsul. 2009. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Amzah
Nasution, Harun. 1982. Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah pemikiran dan
gerakan, Jakarta: Bulan Bintang.
Nasution, Syamruddin. 2007. Sejarah Perkembangan Peradaban Islam. Pekan
Baru: Riau
Nurhakim, Muhammad. 2003. Sejarah dan Peradaban Islam. Malang: UMM Pres
Qadir, C.A. 1989. Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Dalam Islam. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.
Soraya, Nyayu. 2021. Islam dan Peradaban Melayu. Serang Banten: Desanta
Muliavisitama.
Zakariya Din, Muhammad, 2018. Sejarah Peradaban Islam. Malang

35

Anda mungkin juga menyukai