Anda di halaman 1dari 25

Makalah

Memahami Hakekat Sejarah Peradaban Islam


Dosen : Fathur Rohman

Oleh Kelompok 6:

Djendhar Bumi Muhammad (09040320054)


Dyajeng Pangestu Anggraeni (09020320026)
Efril Liyansah (09040320055)
Erika Tia Hikma Wardani (09020320027)
Fahmi Firmansyah (09020320028)

KELAS H3A1
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Bismillahirrahmanirrahim ,
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas dan izin dan karunia-Nya,
Kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu dengan baik. Tak lupa pula kami haturkan shalawat
serta salam kepada junjungan Rasullullah Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir kepada kita
di hari akhir kelak.
Penulisan makalah berjudul “Memahami Hakekat Sejarah Peradaban Islam”. Bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah pengantar studi islam.
Akhirul kalam, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Semoga makalah ini
bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.
Wassalamualaikum wr.wb

Surabaya, 16 November 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 TUJUAN
1.3 RUMUSAN MASALAH
BAB PEMBAHASAN
2.1 Periodesasi Peradaban Islam
2.2 Peradaban Islam masa Rasulullah
2.3 Peradaban Islam masa Khulafaur Rosyidin
2.4 Peradaban Islam masa Dinasti Umayah
2.5 Peradaban Islam masa Dinasti Abbasiyah
BAB PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
PERIODESASI SEJARAH PERADABAN ISLAM
Periodesasi merupakan pembabakan waktu yang digunakan untuk berbagai peristiwa atau kejadian
yang terjadi pada saat itu juga. Lebih lengkapnya lagi peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia
yaitu pada setiap masa memerlukan suatu pengklasifikasian pada suatu peristiwa yaitu berdasarkan
jenis maupun waktu dan tempat terjadinya peristiwa tersebut. Peristiwa-peristiwa yang terjadi itu di
susun secara kronologis atau berdasarkan waktu kejadian peristiwa, baik berdasarkan bentuk maupun
jenis peristiwa.
Periodesasi ini digunakan untuk mempermudah pemahaman dan pembahasan serta penjelasan   sejarah
kehidupan tentang manusia. Periodesasi yang dibuat oleh banyak orang atau banyak peneliti berakibat
pada adanya perbedaan-perbedaan pandangan sehingga periodesasi ini besifat subjektif dimana yang di
pengaruhi subjek prmasalaham serta pribadi penelitiannya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Apa tujuan pembuatan dari makalah ini?

1.3 TUJUAN
1. Tujuan kami membuat makalah ini untuk lebih memahami dan menambah wawasan tentang
Hakekat Sejarah Peradaban Islam.
2. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam
3. Dan untuk memaparkan dan menerapkan Hakekat Sejarah Peradaban Islam dalam
kehidupan sehari – hari.

BAB PEMBAHASAN

2.1 Periodesasi Peradaban Islam


Periodisasi Sejarah Islam
Hasil pemikiran Islam ini berkembang seiring zaman. Tentu, pemikiran Islam, memiliki
karakteristiknya masing – masing di setiap zaman. Periodesasi sejarah Islam penting untuk
dilakukan dan dikaji, agar dapat membedakan dengan mudah, karakteristik – karakteristik
pemikiran yang dimaksud di setiap zaman, serta lebih sistematis.
Periodesasi sejarah Islam menurut Harun Nasution, dibagi menjadi tiga: periode klasik (650 – 1250
Masehi), pertengahan (1250 – 1800 M), dan modern (1800 – sekarang). Periode klasik dibagi lagi
menjadi masa kemajuan Islam 1 (650-1000 M) dan masa Disintegrasi (1000-1250 M).
Namun, perlu diketahui, para sejarawan memiliki perbedaan pandangan mengenai dimulainya
sejarah peradaban Islam.
Beikut perbedaan dimulainya sejarah peradaban Islam
1. Permulaan sejarah ketika Nabi Muhammad SAW diutus untuk menjadi Rasul di Mekah.
Hal ini dikarenakan sudah terbentuk masyarakat Muslim, meskipun belum berdaulat. Namun,
merekalah yang menjadi pendukung negara Madinah terbentuk.
2. Permulaan sejarah adalah ketika negara Madinah sudah berdaulat.
Pendapat ini dirasa memiliki kelemahan, karena batas wilayah administratif cenderung tidak tetap.
Periodisasi Sejarah Islam Klasik, Pertengahan dan Modern
Sebelum membahas periodesasi sejarah Islam Klasik, Pertengahan, dan Modern, akan dibahas
singkat mengenai masyarakat Arab pra Islam. Masyarakat Arab pra Islam adalah masyarakat yang
memiliki bermacam – macam agama, adat – istiadat, akhlak dan peraturan hidup.
Begitu pun Islam yang diturunkan untuk mengatur segala aspek kehidupan manusia. Namun,
peraturan dan hukum – hukum Islam banyak berbeda dengan agama lain yang telah dianut
masyarakat Arab pra Islam, sehingga menimbulkan banyak perlawanan.
Sebelum diturunkannya awal kesempurnaan Islam di Gua Hira kepada Nabi Muhammad SAW, di
sekitar Laut Tengah (Mediterania) abad ke-6 masehi, ada dua kekaisaran adidaya, yaitu Kekaisaran
Romawi dan Persia. Sejak abad ke-6, laut Mediterania telah menjadi tempat persilangan dimana
perebutan pengaruh dan budaya etnis dan agama terjadi.
Beikut Periodisasi Sejarah Islam
1. Periodesasi Sejarah Islam Klasik.
Periode ini dimulai sejak zaman Rasulullah Saw. hingga Dinasti Abbasiyah. Sejak kecil,
Rasulullah dikenal sebagai orang yang berbudi pekerti luhur. Beliau tidak pernah ikut – ikutan
kebiasaan buruk masyarakat kala itu, seperti minum khamr dan berjudi. Karena itulah Rasulullah
Saw. diberi julukan al-Amin, yang artinya orang yang dipercaya.
Ketika Rasulullaah di Mekah, dakwah fokus ke pengajaran tauhid, baru setelah hijrah ke Madinah,
Rasulullah Saw. membina masyarakat dengan membangun tauhid. Masyarakat Madinah lebih
demokratis dibanding dengan masyarakat Mekah.
Hal ini dibuktikan dari diadakannya Piagam Madinah. Ringkasan isi Piagam Madinah oleh Syalabi
yaitu:
Pengakuan terhadap hak pribadi, keagamaan, dan politik
Terjaminnya kebebasan beragama
Membantu secara moril dan materiil adalah kewajiban penduduk Madinah, baik itu Muslim,
Yahudi, maupun Nasrani
Pemimpin tertinggi Madinah adalah Nabi Muhammad Saw.
Setelah Rasulullah Saw. wafat, tonggak kepemimpinan dilanjutkan oleh al-Khulafa al-Rasyidin.
Mereka juga membuat dasar – dasar pemerintahan yang demokratis, membentuk departemen –
departemen, dan jabatan lain untukmengurus urusan publik.
Dinasti Umayyah berdiri tahun 661 masehi di Damaskus, oleh Muawiyah bin Abu Sufyan. Pada
masa ini, kekuasaan Islam sangat luas, meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Irak,
Jazirah Arab, Persia, sebagian Asia Kecil, Pakistan, Afganistan, Purkmenia, Kirgiztan, dan
Uzbekistan.
Selain memperluas wilayah, Dinasti Umayyah juga banyak melakukan perkembangan di bidang
pembangunan dan ilmu pengetahuan. Tokoh – tokoh intelektual pada Dinasti Umayyah di
antaranya al-Khalil bin Ahmad, Sibawaih, Hasan al-Basri, dan Ibnu Syihab az-Zuhri.
Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-
Abbas, dan berlangsung pada 750-1258 masehi. Dinasi Abbasiyah berdiri setelah memenangkan
pertarungan dengan Dinasti Umayyah.
Dapat dikatakan bahwa pada masa ini, umat Islam berada pada puncak daya cipta, penalaran, dan
perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi, yang nantinya akan menjadi referensi peradaban
Barat.
Rumah sakit – rumah sakit juga didirikan dengan menggunakan kekayaan negara, begitu juga
pendidikan kedokteran, farmasi, perpustakaan, dan pusat penerjemah.
Tokoh – tokoh intelektual pada masa Dinasti Abbasiyah di antaranya adalah al-Kindi, ar-Razi, al-
Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Maskawih, dan al-Ghazali.
Kemudian beralih ke masa Disintegrasi, di mana negara yang letaknya jauh dari pusat
pemerintahan, perlahan – lahan melepaskan diri dan muncul dinasti – dinasti kecil.
2. Periodesasi Sejarah Islam Pertengahan
Periode sejarah Islam pertengahan dimulai pada abad ke-13 hingga abad ke-18, atau sekitar tahun
1250 – 1800 masehi.
Akhir abad ke-18 menjadi masa kegelapan dunia Islam disebabkan jatuhnya imperium – imperium
kesultanan dan perebutan kekuasaan. Selain itu, juga terjadi karena perkembangan sains dan
teknologi yang stagnan.
Perkembangan sains dan teknologi yang stagnan, menurut Umer Chapra disebabkan oleh tiga
faktor, yaitu:
Dukungan finansial dari negara yang menurun
Sektor swasta tidak berdaya menanggung beban pendidikan
Para rasionalis yang memaksa masyarakat untuk memasukkan pandangan mereka yang notabene
bertentangan.
Buku yang ditulis al-Ghazali dan Ibnu Rusyd adalah bukti perdebatan mengenai akal dan wahyu.
3. Periodesasi Sejarah Islam Modern
Periode sejarah peradaban Islam modern dimulai pada abad ke-18 hingga abad ke-20. Pada periode
ini, banyak tokoh muslim yang kemudian sadar, atas sifat jumud pada umat Islam. tokoh – tokoh
itu berupaya untuk membawa Islam bangkit kembali. Tokoh – tokoh itu di antaranya Jamaluddin
a-Afghani (1839) dan Muhammad Abduh (1849).
Menurut sejarah, awal kebangkitan Islam adalah ketika Napoleon Bonaparte bersama pasukannya
mendarat di lembah Sungai Nil pada abad ke-18, atau sekitar tahun 1798 masehi. peristiwa itu
menjadi awal dunia Islam mengenal modernitas.
Periodisasi Sejarah Pendidikan Islam
Periodesasi sejarah pendidikan Islam memiliki korelasi dengan periodesasi sejarah peradaban
Islam. Dra. Zuhairini, MA, membagi periode tersebut ke dalam lima periode, yaitu:
1. Pada zaman Nabi Muhammad Saw.,
Merupakan periode di mana Rasulullah Saw melakukan pembinaan pendidikan Islam.
2. Periode pertumbuhan pendidikan Islam.
Berlangsung sejak zaman Rasulullah Saw. hingga Dinasti Umayyah, periode ini ilmu – ilmu
naqliyah berkembang.
3. Periode kejayaan pendidikan Islam.
Berlangsung sejak berdirinya Dinasti Abbasiyah hingga runtuhnya Baghdad. Periode ini ilmu
aqliyah berupa ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang serta banyak madrasah yang
didirikan.
4. Periode kemunduran pendidikan Islam.
Periode ini terjadi sejak runtuhnya Baghdad hingga keruntuhan Mesir oleh Napoleon Bonaparte.
Akhirnya banyak warisan budaya dan ilmu pengetahuan berpindah ke dunia Barat
5. Periode pembaharuan pendidikan Islam.
Ditandai dengan didudukinya Mesir oleh Napoleon Bonaparte. Inilah awal Islam bangkit dari masa
kelam. Selain itu juga ada pendapatan dari tokoh yang lain. Pendapat itu dari Prof. Dr. Hasan
Langgulung yang membagi periodesasi pendidikan Islam.

2.2 Peradaban Islam pada Masa Rasulullah S.A.W.


Setelah menerima wahyu kedua, Rasulullah menyadari tugas yang dibebankan pada dirinya. Maka
mulailah secara diam-diam mengajak orang memeluk Islam. Mula-mula kepada keluarga
kemudian para sahabat dekat. Sejarah merupakan suatu rujukan yang sangat penting untuk
mewujudkan masa depan yang lebih baik. Berkaitan dengan itu kita bisa mengetahui kejadian-
kejadian yang terjadi pada masa lalu, terutama bagi umat Islam. Perkembangan Islam pada masa
Nabi Muhammad Saw melalui berbagai macam cobaan dan tantangan yang dihadap untuk
menyebarkannya. Islam berkembang dengan pesat hampir semua lapisan masyarakat dipegang dan
dikendalikan oleh Islam. Perkembangan Islam pada zaman inilah merupakan titik tolak perubahan
peradaban Islam kearah yang lebih maju.
Pada awal mula Nabi Muhammad mendapatkan wahyu dari Allah SWT, yang isinya menyeru
manusia untuk beribadah kepadanya, mendapat tantangan yang besar dari berbagai kalangan
Quraisy. Hal ini terjadi karena pada masa itu kaum Quraisy mempunyai sesembahan lain yaitu
berhala-berhala yang dibuat oleh mereka sendiri. Karena keadaan yang demikian itulah, dakwah
pertama yang dilakukan di Mekah dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi, terlebih karena jumlah
orang yang masuk Islam sangat sedikit.
Keadaan ini berubah ketika jumlah orang yang memeluk Islam semakin hari semakin banyak,
Allah pun memerintah Nabi untuk melakukan dakwah secara terang-terangan. Bertambahnya
penganut agama baru yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw.  membuat kemapanan spiritual
yang sudah lama mengakar di kaum Quraisy menjadi terancam. Karena hal inilah mereka berusaha
dengan semaksimal mungkin mengganggu dan menghentikan dakwah tersebut. Dengan cara
diplomasi dan kekerasan mereka lakukan. Merasa terancan, Allah Swt. memerintahkan Nabi
Muhammad beserta kaum muslim lainnya untuk berhijrah ke kota Madinah. Disinilah babak baru
kemajuan Islam dimulai.
1. Dakwah Secara Diam-Diam
Setelah menerima wahyu kedua, Rasulullah menyadari tugas yang dibebankan pada dirinya. Maka
mulailah secara diam-diam mengajak orang memeluk Islam., mula-mula kepada keluarga
kemudian para sahabat dekat. Seorang demi seorang diajak agar mau meninggalkan agama berhala
dan hanya menyembah kepada Allah Yang Maha Esa. Usaha yang dilakukan itu berhasil. Orang-
orang yang mula-mula beriman adalah:
a)    Istri beliau sendiri, Khadijah
b)   Kalangan pemuda, Ali Ibn Abi Thalib dan Zaid Ibn Harits
c)    Dari kalangan budak, Bilal
d)   Orang tua/tokoh masyarakat, Abu Bakar Al-Shiddiq. (A Syalabi: 1983; 84)
Setelah Abu Bakar masuk islam, banyak orang-orang yang mengikuti untuk  masuk agama islam,
seperti: Utsman Ibn Affan, Zubair Ibn Awwam, Talhah Ibn Ubaidillah, Fatimah Binti Khaththab,
Arqam Ibn Abd. al-Arqam, dan lain-lain. Mereka itu mendapat bimbingan agama langsung dari
Rasulullah sendiri. Sebagai pusat pembinaan waktu itu di rumah Arqam Ibn Abd. al-Arqam (Dar
al-Arqam). (Ibn Hisyam 1, 1375; 245-262)

2. Dakwah Secara Terang-Terangan

 Setelah Nabi Muhammad SAW melakukan dakwah yang bersifat rahasia, terhimpunlah pengikut
Nabi sebanyak 30 orang. Dakwah di kala itu di laksanakan secara diam-daim. Setelah fase itu,
Allah SWT memerintahkan kepada Nabi untuk berdakwah secara terang-terangan, yaitu dengan
turunnya ayat (Q.S Al Hijr15:94) yang Artinya: “ maka sampaikanlah olehmu secara terang-
terangan segala apa yang di
perintahkan (kepada mu) dan berpalinglah dari orang-orang musrik” ( hasby as-syidiq,dkk
1977:992)
Ayat inilah yang memerintahkan pada Rasulullah untuk berdakwah secara terus
terang   dan terbuka.

B.     Keadaan Islam Di Masa Nabi Muhammad Saw Pada Fase Madinah.

1.      Rasulullah Membangun Masyarakat Baru


Setalah tiba dan diterima penduduk Yastrib ( Madinah  ), Nabi resmi menjadi pemimpin penduduk
kota itu. Babak baru dalam sejarah Islam pun dimulai. Berbeda dengan periode Mekkah, periode
Madinah, Islam, merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan
masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad mempunyai kedudukan, bukan saja
sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala Negara. Dengan kata lain, dalam diri Nabi
terkumpul dua kekuasaan, kekuasaan spiritual dan duniawi. Kedudukannya sebagai Rasul secara
otomatis merupakan sebagai Kepala Negara. Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara
baru itu, nabi segera meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat. Dasar pertama ,
pembangunan Masjid, selain untuk tempat shalat, juga sebagai sarana penting untuk
mempersatukan kaum Muslimin dan mempertalikan jiwa mereka. Masjid pada masa Nabi juga
berfungsi sebagai pussat pemerintahan. Dasar kedua , Ukhuwah Islamiah , persaudaraan sesama
musllim. Nabi mempersaudarakan golongan Muhajirin dengan Anshor. Ini berarti menciptakan
suatu bentuk persaudaraan yang baru yaitu persaudaraan berdasarkan agama, menggantikan
persaudaraan berdasarkan darah. Dasar ketiga , hubungan persahabatan sengan pihak-pihak lain
yang tidak beragama islam.

2. Perjanjian Dengan Pihak Yahudi


Setelah islam sudah terpancang dibumi Madinah, dan islam juga sudah kokoh di negeri itu, maka
Rasulullah mengatur hubungan dengan selain golongan muslim. Perhatian beliau saat itu terpusat
untuk menciptakan keamanan, kebahagian dan kebaikan bagi semua manusia. Untuk itu beliau
menerapkan undang-undang yang luwes dan penuh tenggang rasa, yang tidak pernah terbayangkan
dalam kehidupan dunia yang selalu dibayangi fanatisme.
Tetangga yang paling dekat dengan orang muslim di Madinah adalah orang-orang Yahudi.
Sekalipun memendam kebencian dan permusuhan terhadap orang-orang Muslim, namun mereka
tidak berani menampakkannya. Rasulullah menawarkan perjanjian kepada mereka, yang intinya
memberikan kebebasan menjalankan agama dan memutar kekayaan, dan tidak boleh saling
menyerang atau memusuhi. Ada dua belas butir isi perjanjian itu, Diantaranya adalah :
Orang-orang Yahudi adalah satu umat dengan orang-orang Mukmin. Bagi orang Yahudi agama
mereka dan bagi orang Mukmin agama mereka.
Orang-orang Yahudi dan Mukmin masing–masing harus menafkahkan kehidupan mereka.
Mereka harus saling bahu-membahu dalam menghadapi musuh yang hendak membatalkan
perjanjian ini.
Mereka harus saling menasehati, berbuat baik dan tidak boleh berbuat jahat.
Perjanjian ini tidak boleh dilanggar kecuali memang dia orang yang zhalim dan jahat.
Dengan disahkannya perjanjian ini, maka Madinah dan sekitarnya seakan-akan merupakan satu
negara yang makmur. Ibukota Madinah dan Presidennya, jika boleh disebut begitu, adalah
Rasulullah SAW. Pelaksana pemerintahan dan penguasa mayoritas adalah orang-orang Muslim.
Sehingga dengan begitu Madinah benar-benar menjadi ibukota bagi Islam.

3. Harta rampasan perang


Pada saat kafilah dagang kaum Musyrik Mekkah mengadakan perjalanan dagang dari Syam ke
Mekkah. Hal ini diketahui orang-orang muslim. Ini merupakan kesempatan emas bagi pasukan
Madinah untuk melancarkan pukulan yang telak terhadap orang-orang Musyrik. Pukulan dalam
bidang politik, ekonomi dan militer.
Kafilah dagang itu sendiri membawa harta kekayaan penduduk Mekkah, yang jumlahnya sangat
melimpah, yaitu sebanyak 1000 ekor unta, yang membawa harta benda milik mereka, yang
nilainya tidak kurang dari 5000 dinar emas. Sementara yang mengawalnya tidak lebih dari empat
puluh orang.
Harta rampasan perang ini didapat pada saat terjadinya perang Badar yang tak terhindarkan lagi
pada saat orang nuslim Madinah hendak merampas harta kafilah dagang ini. Harta rampasan inilah
modal kekayaan orang-orang muslim di Madinah. Harta rampasan ini dibagi-bagikan kepada
penduduk Madinah. Dan pada saat ini pula turun ayat yang mewajibkan puasa dan membayar
zakat. Sehingga orang-orang muslim yang miskin di Madinah dapat terbantu karena syari’ah yang
ditetapkan Allah.

2.3 Peradaban Islam masa Khulafaur Rosyidin

A.    PENGERTIAN KHULAFAURRASYIDIN

1.      Khulafaurrasyidin
Kata khulafaurrasyidin itu berasal dari bahasa arab yang terdiri dari kata khulafa dan rasyidin,
khulafa’ itu menunjukkan banyak khalifah, bila satu disebut khalifah, yang mempunyai arti
pemimpin dalam arti orang yang mengganti kedudukan Rasulullah SAW sesudah wafat
melindungi agama dan siasat (politik) keduniaan agar setiap orang menepati apa yang telah
ditentukan oleh batas-batasnya dalam melaksanakan hukum-hukum syariat agama islam.
Adapun kata Arrasyidin itu berarti arif dan bijaksana. Jadi khulafaurrasyidin mempunyai arti
pemimpin yang bijaksana sesudah nabi Muhammad wafat. Para khulafaurrasyidin itu adalah
pemimpin yang arif dan bijaksana.
 Mereka itu terdiri dari para sahabat nabi Muhammad SAW yang berkualitas tinggi dan baik
adapun sifat-sifat yang dimiliki khulafaurrasyidin sebagai berikut:
a)      Arif dan bijaksana
b)      Berilmu yang luas dan mendalam
c)      Berani bertindak
d)     Berkemauan yang keras
e)      Berwibawa
f)       Belas kasihan dan kasih sayang
g)      Berilmu agama yang amat luas serta melaksanakan hukum-hukum Islam.
Para sahabat yang disebut khulafaurrasyidin terdiri dari empat orang khalifah yaitu:
1)      Abu Bakar Shiddiq khalifah yang pertama (11–13 H/632–634 M)
2)      Umar bin Khattab khalifah yang kedua (13–23 H/634–644 M)
3)      Utsman bin Affan khalifah yang ketiga (23–35 H/644–656 M)
4)      Ali bin Abi Thalib khalifah yang keempat (36–41 H/656–661M)
2.      Tugas-tugas Khulafaurrasyidin
Tugas Rasulullah SAW meliputi dua hal, yaitu tugas kenabian dan tugas kenegaraan. Para khalifah
hanya menggantikan Rasulullah dalam tugas kenegaraan, yaitu sebagai kepala negara, kepala
pemerintahan, dan pemimpin umat. Tugas beliau sebagai Nabi dan Rasul tidak digantikan oleh
siapapun, karena tugas kenabian yang dimilikinya itu bersifat khusus atas pemilihan langsung oleh
Allah SWT di samping itu, beliau adalah nabi dan rasul terakhir. Tidak ada nabi dan rasul yang
diangkat setelah beliau wafat.
Masa kekhalifaan beliau kurang lebih selama 30 tahun. Waktu yang sekian lama itu Islam meluas
ke daerah Syam, Irak, Palestina, Mesir, Sudan dan beberapa daerah di Benua Afrika. Panglima
perang pada masa khulafaurrasyidin yang terkenal diantaranya ialah Khalid bin Walid, Abu
Ubaidah, Amr bin Ash, Mutsanna bin Haritsah, Sa’ad bin Abu Waqqosh.

B.     KHALIFAH-KHALIFAH KHULAFAU ARRASYIDIN

1.      Abu Bakar Ash-Shiddiq (11-13 H/632-634 M)


Abu Bakar, nama lengkapnya ialah Abdullah bin Abi Quhafa At-Tamimi. Di zaman pra Islam
bernama Abdul Ka’bah, kemudian diganti oleh nabi menjadi Abdullah. Dia temasuk salah seorang
sahabat yang utama. Dijuluki Abu Bakar karena dia lah orang yang paling awal memeluk agama
Islam. Gelar Ash-Shiddiq diperolehnya karena ia dengan segera membenarkan dalam berbagai
peristiwa, terutama Isra’ dan Mi’raj. Seringkali mendampingi rasulullah di saat-saat penting atau
jika berhalangan, Rasulullah mempercayainya sebagai pengganti untuk menangani tugas-tugas
keagamaan dan atau mengurusi persoalan-persoalan di Madinah.
            Wafatnya nabi mengakibatkan beberapa masalah bagi masyarakat muslim. Beberapa orang
Arab yang lemah imannya melakuakan riddah, yaitu gerakan pengingkaran terhadap
Islam. Riddah berarti murtad, beralih agama dari Islam ke kepercayaan semula, secara politis
merupakan pembangkangan (distortion) terhadap lembaga khalifah. Sikap mereka adalah
perbuatan makar yang melawan agama dan pemerintah sekaligus.
Khalifah Abu Bakar meninggal dunia, pada hari Senin, 23 Agustus 624 M setelah lebih kurang
selama 15 hari terbaring di tempat tidur. Ia berusia 63 tahun dan kekhalifahannya berlangsung 2
tahun 3 bulan 11 hari. Sebelum wafat, khalifah Abu Bakar  telah berwasiat kepada para
sahabatnya, bahwa khalifah pengganti setelah dirinya adalah Umar bin Khattab. Hal ini dilakukan
guna menghindari perpecahan diantara kaum muslimin.

Langkah-langkah kebijakan Abu Bakar


Setelah rasulullah wafat, muncullah kesulitan-kesulitan yang dihadapi umat islam dibawah
pimpinan Abu Bakar, diantaranya yang terpenting adalah menghadapi orang-orang yang mengaku
nabi, menghadapi orang-orang murtad, dan orang-orang yang membangkang tidak mau membayar
pajak.
1. Menumpas Nabi Palsu
2. Memberantas Kaum Murtad
3. Menghadapi Kaum yang Ingkar Zakat
4. Mengumpulkan Ayat-Ayat Al-Qur’an

2.      Umar bin Khaththab (13-23 H/634-644 M)

Umar bin Khaththab nama lengkapnya adalah Umar bin Khaththab bin Nufail keturunan Abdul
Uzza Al-Quraisy dari suku Adi; salah satu suku terpandang mulia. Umar dilahirkan di Mekah
empat tahun sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW. Ia adalah seorang yang berbudi luhur,
fasih dan adil serta pemberani.[3]
Beberapa keunggulan yang dimiliki Umar, membuat kedudukannya semakin dihormati dikalangan
masyarakat Arab, sehingga kaum Quraisy memberi gelar ”Singa padang pasir”, dan karena
kecerdasan dan kecepatan dalam berfikirnya, ia dijuluki ”Abu Faiz”. Itulah sebabnya pada saat-
saat awal penyiaran Islam, Rasulullah SAW berdoa kepada Allah, ”Allahumma Aizzul Islam bi
Umaraini” artinya: ”Ya Allah, kuatkanlah Agama Islam dengan salah satu dari dua Umar” yang
dimaksud dua Umar oleh Rasulullah SAW adalah Umar bin Khattab dan Amru bin Hisyam (nama
asli Abu Jahal).
Setelah mendapat persetujuan dari para sahabat dan baiat dari semua anggota masyarakat Islam
Umar menjadi Khalifah. Umar bin Khathtab menyebut dirinya “Khalifah Khalifati Rasulillah”
(pengganti dari pengganti Rasulullah). Ia juga mendapat gelar Amir Al-Mukminin (komandan
orang-orang beriman) sehubungan dengan penaklukan-penaklukan yang berlangsung pada masa
pemerintahannya.
 Khalifah Umar memerintah selama 10 tahun lebih 6 bulan 4 hari. Kematiannya sangat tragis,
seorang budak Persia bernama Fairuz atau Abu Lu’lu’ah secara tiba-tiba menyerang dengan
tikaman pisau tajam ke arah khalifah yang akan menunaikan shalat subuh yang telah di tunggu
oleh jama’ahnya di masjid Nabawi di pagi buta itu. Khalifah terluka parah, dari pembaringannya ia
mengangkat “Syura” (komisi pemilih) yang akan memilih penerus tongkat kekhalifahannya.
Khalifah Umar wafat tiga hari setelah peristiwa penikaman atas dirinya, yakni 1 Muharam 23
H/644 M.[4]
Atas persetujuan Siti Aisyah istri rasulullah Jenazah beliau dimakamkan berjajar dengan makam
Rasulullah dan makam Abu Bakar. Demikianlah riwayat seorang khalifah yang bijaksana itu
dengan meninggalkan jasa-jasa besar yang wajib kita lanjutkan.

Langkah-langkah Kebijakan Umar bin Khattab


Usaha Umar bin Khattab lebih luas di bandingkan dengan usaha Abu Bakar, karena meliputi usaha
meneruskan ekspansi dan penyiaran Islam ke Syiria dan Persia yang diteruskan ke Mesir. Dalam
bidang kenegaraan, khalifah membentuk dewan-dewan pemerintah serta mengatur tata tertib
kehidupan masyarakat Islam. sebagai berikut: pernah terjadi (tahun 6H) dimana seorang Raja
Persia mengoyak-ngoyak surat dariku, sebaliknya kelak negeri Persia akan dikoyak-koyak dan
dikuasai kaum Muslimin.
Iskandariah, ibu kota Mesir telah dikepung selama empat bulan sebelum di taklukkan oleh pasuka
Islam di bawah pimpinan Ubadah bin Samit yang dikirim oleh khalifah di front peperangan Mesir.
Cyirus menandatangani perjanjian damai dengan kaum muslimin. Perjanjian tersebut berisi
beberapa hal sebagai berikut.
1)      Setiap warga negara diminta untuk membayar pajak perorangan sebanyak 2 dinar setiap
tahun.
2)      Gencatan senjata akan berlangsung selama 7 bulan .
3)      Bangsa Arab akan tinggal di markasnya selama gencatan senjata dan pasukan Yunani tidak
akan menyerang Iskandariah dan harus menjatuhkan diri dari permusuhan.
4)      Umat Islam tidak akan menghancurkan gereja-gerejan dan tidak boleh mencampuri urusan
umat Kristen.
5)      Pasukan tetap Yunani harus meninggalkan Iskandariah dengan membawa harta benda dan
uang, mereka akan membayar pajak perseorangan selama satu bulan.
6)      Umat Yunani harus tetap tinggal di Iskandariah.
7)      Umat Islam harus menjaga 150 tentara Yunani dan 50 sipil sebagai sandera sampai batas
waktu dari perjanjian ini dilaksanakan.
Dengan jatuhnya Iskandariah maka sempurnalah penaklukan atas Mesir. ibu kota negeri itu
dipindahkan ke kota baru yang bernama Fustat yang dibangun oleh ‘Amr bin Ash pada tahun 20 H.
Masjid ‘Amr masih berdiri tegak di pinggiran kota Kairo hingga kini sebagai saksi sejarah yang
tidak dapat dihilangkan.
Khalifah Umar juga meletakkan prinsip-prinsip demokratis dalam pemerintahannya dengan
membangun jaringan pemerintahan sipil yang sempurna. Kekuasaan Umar menjamin hak yang
sama bagi setiap warga negara. Kekuasaan bagi Umar tidak memberikan hak istimewa tertentu 
sehinnga tidak ada perbedaan antara penguasa dan rakyat, dan mereka setiap waktu dapat
dihubungi oleh rakyat.
Khalifah Umar dikenal bukan saja pandai menciptakan peraturan-peraturan baru, ia juga
memperbaiki dan mengkaji ulang terhadap kebijaksanaan yang telah ada jika itu diperlukan demi
tercapainya kemaslahatan umat Islam. Misalnya mengenai kepemilikan tanah-tanah yang diperoleh
dari suatu peperangan(ghanimah).

3.      Utsman bin Affan (23-36 H/644-656 M).


Khalifah ketiga adalah Utsman bin Affan. Nama lengkapnya ialah Utsman bin Affan bin Abil Ash
bin Umayyah dari suku Quraisy. Ia memeluk Islam karena ajakan Abu Bakar, dan menjadi salah
seorang sahabat dekat Nabi SAW. Ia sangat kaya tetapi berlaku sedehana, dan sebagian besar
kekayaannya digunakan untuk kepentingan Islam. Ia mendapat julukan zun nurain, artinya
memiliki dua cahaya, karena menikahi dua putri Nabi SAW secara berurutan setelah yang satu
meninggal. Dan Utsman pernah meriwayatkan hadis kurang lebih 150 hadis.

Pencapian Pada Masa Pemerintahan Utsman.


Pada masa-masa awal pemerintahannya, Utsman melanjutkan sukses para pendahulunya, terutama
dalam perluasan wilayah kekuasaan Islam. Daerah-daerah sterategis yang sudah dikuasai Islam
seperti Mesir dan Irak. Karya monumental Utsman yang dipersembahkan kepada umat Islam ialah
penyusunan kitab suci Al-Qur’an. Penyusunan Al-Qur’an, yaitu Zaid bin Tsabit, sedangkan yang
mengumpulkan tulisan-tulisan Al-Qur’an antara lain Adalah dari Hafsah, salah seorang Istri Nabi
SAW. Kemudian dewan itu membuat beberapa salinan naskah Al-Qur’an untuk dikirimkan ke
berbagai wilayah kegubernuran sebagai pedoman yang benar untuk masa selanjutnya.
Khalifah Utsman r.a. berusaha menjaga dan melestarikan sistem pemerintahan yang telah
ditetapkan oleh Khalifah Umar r.a. surat yang dituliskan khalifah Utsman mencerminkan
pelestarian tersebut : “khalifah Umar r.a. telah menentukan beberapa sistem yang tidak hilang dari
kita, bahkan melingkupi kehidupan kita. Dan tidak ditemukan seorang pun di antara kalian yang
melakukan perubahaan dan penggantian. Allah yang berhak mengubah dan menggantinya.”
Di awal kekhalifahannya, umur Utsman r.a. relatif tua. Akan tetapi, di saat umur khalifah melebihi
70 tahun, beliau masih sanggup memberangkatkan pasukan perang. Bentuk manajemen yang
ditetapkan dalam pemerintahaan Umar r.a. tercermin dalam pengumpulan mushaf Al-qur’an
menjadi satu di kenal dengan Mushaf Utsmani. Pada masa kekhalifahan Utsman r.a. terdapat
indikasi praktik nepotisme. Hal ini yang membuat sekelompok sahabat mencela kepemimpinan
Utsman r.a. karena telah memilih keluarga kerabat sebagai pejabat pemerintahaan.
Pemerintahan Utsman berlangsung selama 12 tahun. Pada paroh terakhir masa kekhalifahannya,
muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan
Utsman memang sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar. Pada tahun 35 H/655 M, Utsman di
bunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang kecewa itu. Utsman menjadi khalifah
selama 12 tahun, dan wafat dalam usia 82 tahun. Sifatnya yang lemah lembut dan berhati sosial
telah meninggalkan jasa yang tidak sedikit untuk kepentingan Islam, antara
lain:  Menyempurnakan pembukuan Al-Qur’an, Merenovasi bangunan Masjid Nabawi di
Madinah, Membentuk angkatan laut atas usul Muawiyah bin Abu Sofyan, Membangun gedung-
gedung pengadilan, yang semula masjid-masjid, Menumpas pemberontakan-pemberontakan
seperti di Khurasan dan Iskandariyah.
Pembunuhan Utsman merupakan malapetaka besar yang menimpa umat Islam. Dikalangan umat
Islam yang diturunkan melalui Muhammad yang berbahasa Arab (sehingga perwujudan islam pada
masa awalnya bercorak Arab) dengan alam pemikiran yang dipengaruhi kebudayaan Helinesia dan
persi. Pembenturan itu membawa kegoncanggan dan kericuhan dalam beberapa bidang sebagai
berikut :
a. Bidang Bahasa Arab.
b. Bidang Akidah.
c. Bidang Politik.

4.      Ali bin Abi Thalib (35-41 H/656-661 M).


Khalifah keempat adalah Ali bin Abi Thalib. Ali adalah keponakan dan menantu Nabi. Ali adalah
putra Abi Thalid bin Abdul Muthalib. Ali adalah seseorang yang memiliki kelebihan, selain itu ia
adalah pemegang kekuasaan. Pribadinya penuh vitalitas dan energik, perumus kebijakan dengan
wawasan yang jauh ke depan. Ia adalah pahlawan yang gagah berani, penasehat yang bijaksana,
penasihat hukum yang ulung dan pemegang teguh tradisi, seorang sahabat sejati, dan seorang
lawan yang dermawan. Ia telah bekerja keras sampai akhir hayatnya dan merupakan orang kedua
yang berpengaruh setelah Nabi Muhammad.
Gelar-gelar yang disandang oleh Ali
“Babul Ilmu” gelar dari Rasulullah yang artinya karena beliau termasuk orang yang banyak
meriwayatkan hadist Zulfikar karena pedangnya yang bermata, juga disebut “Asadullah” (singa
Allah) dua dan setiap Rasulullah memimpin peperangan Ali selalu ada dibarisan depan dan
memperole kemenangan. “Karramallahu Wajhahu” gelar dari Rasulullah yang artinya wajahnya
dimuliakan oleh Allah, karena sejak kecil beliau dikenal kesalehannya dan kebersihan jiwanya.
“Imamul masakin” (pemimpin orang-orang miskin), karena beliau selalu belas kasih kepada orang-
orang miskin, beliau selalu mendahulukan kepentingan orang-orang fakir, miskin dan yatim.
Meskipun ia sendiri sangat membutuhkan. Ali termasuk salah satu seorang dari tiga tokoh yang
didalamnya bercermin kepribadian Rasulullah SAW. Mereka itu adalah Abu Bakar Asshiddiq,
Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib. Mereka bertiga laksana mutiara memancarkan
cahayanya, itulah sebabnya Ali dijuluki “Almurtadha” artinya orang yang diridhai Allah dan
Rasulnya.

Kebijakan Ali Menyusun Kembali Aparatur Kekhalifaan


Dalam periode khalifah Abu Bakar dan Umar, kehidupan masyarakat masih dalam taraf
kesederhanaan seperti periode Nabi Muhammad SAW. Rakyat masih bersatu padu dan kokoh
dibawah ikatan tali persaudaraan Islam. Mereka selalu kompak dalam semangat jihad yang ikhlas
demi kelulusan agama Islam. Keadaan ini mulai berubah sejak periode Khalifah Utsman bin Affan.
Mereka mulai terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat duniawi, apalagi saat gubernur yang diangkat
Khalifah Utsman banyak yang tidak mampu memimpin umat dan tidak disenangi masyarakat.
Oleh karena itu Khalifah Ali bin Abi Thalib menanggung beban yang berat dalam memimpin
kaum muslimin dengan wilayah kekuasaan yang semakin meluas. Kebijakan-kebijakan Khalifah
Ali dalam menanggulangi hal-hal tersebut adalah:
1. Tanah-tanah atau pemberian-pemberian yang dilakukan Khalifah Utsman bin Affan
kepada keluarga, sanak kerabatnya dan kepada siapa saja yang tanpa alasan yang benar atau tidak
syah, ditarik kembali dan menjadi milik Baitul Mal sebagai kekayaan negara. Hal ini dilakukan
Khalifah untuk membersihkan pemerintahan.
2. Wali/Amir atau gubernur-gubernur penguasa wilayah yang diangkat Khalifah Utsman diganti
dengan orang-orang baru.
a)      Kuwait, Abu Musa Al Asy’ari diganti Ammarah bin Syahab
b)      Mesir, Abdullah bin Sa’ad diganti Khais bin Tsabit
c)      Basyrah, Abdullah bin Amr diganti Usnab bin Hany Al Anshori
d)     Syam (Syiria),Muawwiyah bin Abidiga Sofyan nti Shal bin Hanif
Hal ini dilakukan Khalifah Ali, karena mereka banyak yang tidak disenangi oleh kaum muslimin,
bahkan banyak yang menganggap bahwa mereka itulah yang menyebabkan timbulnya
pemberontakan-pemberontakan pada masa Khalifah Usman.
3. Sebagai upaya untuk mencerdaskan umat, Khalifah Ali meningkatkan dalam Ilmu pengetahuan,
khususnya ilmu yang berkaitan dengan Bahasa Arab agar umat Islam mudah dalam mempelajari
Al-Qur’an dan Hadits.
4. Berusaha untuk mengembalikan persatuan dan kesatuan umat Islam. Akan tetapi usahanya ini
kurang berhasil, karena api fitnah dikobarkan kaum munafik Yahudi yang tidak menyukai Islam.
5. Mengatur tata pemerintahan untuk mengembalikan kepentingan umat, seperti memberikan
kepada kaum muslimin tunjangan yang diambil dari Baitul Mal sebagaimana yang telah dilakukan
Abu Bakar dan Umar.
Kekecewaan sebagian Masyarakat Terhadap Kegagalan Ali                             
Menangkap Pembunuh Utsman, umat Islam pada Khalifah Ali, pecah menjadi beberapa
kelompok. Ini adalah akibat belum selesainya kasus wafatnya Utsman bin Affan. Oleh karena itu,
masa pemerintahan Ali diwarnai berbagai kekecewaan yang mengakibatkan pemberontakan-
pemberontakan yang ingin menumbangkan Khalifah Ali.
1.      Perang Jamal
Dinamakan perang Jamal, karena dalam perang itu Aisyah mengendarai unta. Perang ini terjadi
antara Khalifah Ali dengan Aisyah yang didukung oleh Zubair dan Thalhah. Ketiga sahabat ini
menuntut balas atas kematian Khalifah Usman bin Affan. Perang ini terjadi pada tahun 36 H dan
tidak berlangsung lama. Zubair dan Thalhah tewas, begitu juga unta yang ditunggangi Aisyah
terbunuh. Sedangkan Aisyah pun dapat ditawan oleh pasukan Khalifah Ali bin Abi Thalib.
“Sebaiknya Ibunda kembali ke Madinah”, usul Khalifah Ali bin Abi Thalib, “Baiklah. Akan tetapi
aku ber amanat agar engkau tetap mencari pembunuh Usman bin Affan dan memenggal kepala
penjahat itu”, sahut Aisyah. “Saya setuju, Demi Allah, saya akan mencari pembunuh Usman bin
Affan”, sumpah Khalifah Ali. Akhirnya Aisyah janda Nabi Muhammad SAW dikembalikan
ke Madinah dengan penuh kehormatan.
2.      Perang Siffin
Setelah Khalifah Ali menundukkan pasukan berunta di Basrah, beliau bersama pasukannya menuju
Kufah. Dari Kufah beliau mengirim Jabir bin Abdullah Al Bajali untuk meminta Muawwiyah
mengurungkan niatnya menentang beliau, dan mengajak agar Muawwiyah menyatakan bai’ahnya
terhadap Khalifah Ali bin Abi Thalib. Utusan Ali diterima oleh Muawwiyah.
Dimulailah perang besar di dataran Siffin dengan dahsyatnya antara Ali dengan Muawwiyah.
Pertempuran berkecamuk hingga 4 hari lamanya. Dalam pertempuran tersebut tentara Muawwiyah
mula-mula menang, tetapi kemudian kalah, dan akhirnya hendak melarikan diri. Tiba-
tiba Amr mengambil siasat damai dengan memerintahkan kepada seluruh tentaranya
mengacungkan Mushaf Al-Qur’an pada pucuk tombaknya serta menyeru “Marilah damai dengan
hukum Kitabullah”. Melihat situasi yang demikian, pasukan Ali pecah menjadi dua golongan satu
golongan menerima perdamaian, mengingat pertempuran yang dilakukan sesama muslik, satu
golongan yang lain berpendapat perang terus hingga nyata siapa nanti yang menang, dengan
dugaan mereka bahwa mengangkat Kitabullah hanyalah semata-mata tipu daya musuh. Khalifah
Ali terpaksa mengikuti golongan pertama yang lebih banyak, yaitu menghentikan pertempuran
yang sedang berkobar dan menantikan keputusan yang akan dirundingkan tanggal 15 Rajab 37 H.
Perundingan tersebut dikenal dengan perdamaian Daumatul Jandal, karena terjadi di daerah
Daumatul Jandal. Dalam perundingan itu, pihak Muawwiyah mengangkat Amr bin Ash sebagai
kepala utusan, dari pihak Ali mengangkat Abu Musa Al Asy’ari. Tanya jawab diadakan dan
akhirnya setuju untuk mempersiapkan jawaban agar Ali dan Muawwiyah diturunkan dari
keKhalifaan. Kemudian diserahkan kepada umat untuk memilih Khalifah yang disukainya, demi
persatuan dan kesatuan umat Islam. Mula-mula Abu Musa berdiri, kemudian memutuskan
mencabut Ali dari ke Khalifahan. Setelah itu Amr bin Ash juga berdiri dan memutuskan memecat
Ali seperti yang dikatakan Abu Musa dan menetapkan Muawwiyah menjadi Khalifah atas
pemilihan umat.

Peristiwa Tahkim dan Dampaknya


Akibat terjadinya perselisihan pendapat dalam pasukan Ali, maka timbullah golongan Khawarij
dan Syi’ah. Khawarij adalah golongan yang semula pengikut Ali , setelah berhenti perang Siffin
mereka tidak puas, dan keluar dari golongan Ali, karena mereka ingin melanjutkan peperangan
yang sudah hampir menang, dan mereka tidak setuju dengan perundingan Daumatul Jandal.
Mereka berkomentar mengapa harus bertahkim kepada manusia, padahal tidak ada tempat
bertahkim kecuali allah. Maksudnya tidak ada hukum selain bersumber kepada Allah. Khawarij
menganggap Ali telah keluar dari garis Islam. Karena itu orang-orang yang melaksanakan hukum
tidak berdasarka Kitab Allah maka ia termasuk orang kafir. Sebaliknya golongan kedua Syi’ah
(golongan yang tetap setia mendukung Ali sebagai Khalifah) memberi tanggapan bahwa tidak
menutup kemungkinan kepemimpinan Muawwiyah bertindak salah, karena ia manusia biasa,
selain itu golongan Syi’ah beranggapan bahwa hanya Ali satu-satunya yang berhak menjadi
Khalifah. Mengingat perdebatan ini tidak titik temunya dan mengakibatkan perundingan Daumatul
Jandal gagal sehingga perdamaian tidak terwujud.

Ali bin Abi Thalib Wafat


Kaum Khawarij tidak lagi mempercayai kebenaran pemimpin-pemimpin Islam, dan mereka
berpendapat bahwa pangkal kekacauan Islam pada saat itu adalah karena adanya 3 orang imam,
yaitu Ali, Muawwiyah dan Amr.
Kemudian kaum Khawarij membulatkan tekadnya, “tiga orang imam itu harus dibunuh dalam satu
saat, bila hal itu tercapai umat Islam akan bersatu kembali”. Demikian tekad mereka. “Saya
membunuh Ali”, kata Abdurrahman bin Muljam, “Saya membunuh Muawwiyah”, sambut Barak
bin Abdullah Attamimi, “Dan saya membunuh Amr”, demikian kesanggupan Amr bin Bakr
Attamimi. Mereka bersumpah akan melaksanakan pembunuhan pada tanggal 17 Ramadhan 40
H/24 Januari 661 M di waktu subuh. Diantara tiga orang Khawarij itu. Tetapi hanya Ibnu Muljam
yang berhasil membunuh Ali ketika beliau sedang sholat Subuh di Masjid Kufah tetapi Ibnu
Muljam pun tertangkap dan juga dibunuh.
Barak menikam Muawwiyah mengenai punggungnya, ketika Muawwiyah sedang sholat Subuh di
Masjid Damaskus. Sedang Amr bin Bakr berhasil membunuh wakil imam Amr bin Ash ketika ia
sedang sholat Subuh di Masjid Fusthat Mesir. Amr bin sendiri tidak mengimami sholat, sedang
sakit perut di rumah kediamannya sehingga ia selamat. Khalifah Ali wafat dalam usia 58 tahun,
kemudian Hasan bin Ali dinobatkan menjadi Khalifah yang berkedudukan di Kufah.

C.    KEMAJUAN PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN

Masa kekuasaan khulafaur rasyidin yang dimulai sejak Abu Bakar Ash-Shiddiq hingga Ali bin Abi
Thalib, merupakan masa kekuasaan khalifah Islam yang berhasil dalam mengembangkan wilayah
Islam lebih luas. Nabi Muhammad SAW yang telah meletakkan dasar agama Islam di Arab,
setelah beliau wafat, gagasan dan ide-idenya diteruskan oleh para khulafaur rasyidin.
Pengembangan agama Islam yang dilakukan pemerintahan khulafaur rasyidin dalam waktu yang
relatif singkat telah membuahkan hasil yang gilang-gemilang. Dari hanya wilayah Arabia, ekspansi
kekuasaan Islam menembus luar Arabia memasuki wilayah-wilayah Afrika, Syiria, Persia, bahkan
menembus ke Bizantium dan Hindia. Ekspansi ke negeri-negeri yang sangat jauh dari pusat
kekuasaan, dalam waktu tidak lebih dari setengah abad merupakan kemenangan menakjubkan dari
suatu bangsa yang sebelumnya tidak pernah memiliki pengalaman politik yang memadai.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan ekspansi itu demikian cepat, antara lain sebagai berikut :
1.      Islam, di samping merupakan ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, juga
agama yang mementingkan soal pembentukan masyarakat.
2.      Dalam dada para sahabat Nabi SAW tertanam keyakinan yang sangat kuat tentang kewajiban
menyerukan ajaran-ajaran Islam (dakwah) keseluruh penjuru dunia.
3.      Bizantium dan Persia, dua kekuatan yang menguasai Timur Tengah pada waktu itu mulai
memasuki masa kemunduran dan kelemahan, baik karena sering terjadi peperangan antara
keduanya maupun karena persoalan-persoalan dalam negeri masing-masing.
4.      Pertentangan aliran agama di wilayah Bizantium mengakibatkan hilangnya kemerdekaan
beragama bagi rakyat.
5.      Islam datang kedaerah-daerah yang dimasukinya dengan sikap simpatik dan toleran, tidak
memaksa rakyat untuk mengubah agamanya dan masuk Islam.
6.      Bangsa Sami di Syiria dan Palestina, dan bangsa Hami di Mesir memandang bangsa Arab 
lebih dekat daripada bangsa Eropa, Bizantiun, yang memerintah mereka.
7.      Mesir, Syiria dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya. Kekayaan intu membantu penguasa
Islam untuk membiayai ekspansi ke daerah yang lebih jauh.[8]
Pada masa kekuasaan para khulafaur rasyidin, banyak kemajuan peradaban telah dicapai. Di
antaranya adalah muculnya gerakan pemikiran dalam Islam. Di antara gerakan pemikiran yang
menonjol pada masa khulafaur rasyidin adalah sebagai berikut :
1.      Menjaga keutuhan Al-Qur’an Al-Karim dan mengumpulkan dalam bentuk mushaf pada masa
Abu Bakar.
2.      Memberlakukan mushaf standar pada masa Utsman bin Affan.
3.      Keseriusan mereka untuk mencari serta mengajarkan ilmu dan memerangi kebodohan
berIslam  pada penduduk negeri. Oleh sebab itu, para sahabat pada masa Utsman dikirim ke
berbagai pelosok untuk menyiarkan Islam. Mereka mengajarkan Al-Qur’an dan As-sunnah kepada
banyak penduduk negeri yang sudah dibuka.
4.      Sebagian orang yang tidak senang kepada Islam, terutama dari pihak orientalis abad ke-19
banyak mempelajari fenomena futuhat al-Islamiyah dan menafsirkan dengan motif bendawi.
5.      Islam pada masa awal tidak mengenal pemisahaan antara dakwah dan Negara, antara da’I
maupun panglima.
Dr. Hasan Ibrahim dalam bukunya “Tarikh Al-Islam As-Siyasi”, menjelaskan bahwa organisasi-
organisasi atau lembaga-lembaga negara yang ada pada masa Khulafaur rasyidin, diantaranya
sebagi berikut :
1.      Lembaga Politik.
Termasuk dalam lembaga politik khilafah (jabatan kepala negara), wizarah (kementerian negara),
dan kitabah (sekretaris negara.
2.      Lembaga Tata Usaha Negara
Termasuk dalam urusan lembaga tata usaha negara, Idaratul Aqalim (pengelolaan pemerintah
daerah) dan diwan (pengurusan departemen) seperti diwan kharaj (kantor urusan
keuangan), diwan rasail (kantor urusan arsip), diwanul barid (kantor urusan pos), diwan
shyurtah  (kantor urusan kepolisian) dan departemen lainnya.
3.      Lembaga Keuangan Negara.
Termasuk dalam lembaga keuangan negara adalah urusan-urusan keuangan dalam masalah
ketentaraan, baik angkatan perang maupun angkatan laut, serta perlengkapan dan  persenjataannya.
4.      Lembaga Kehakiman Negara.
Termasuk dalam lembaga kehakiman negara, urusan-urusan mengenai Qadhi (pengadilan
negeri), Madhalim (pengadilan banding), dan Hisabah (pengadilan perkara yang bersifat lurus dan
terkadang juga perkara pidana yang memerlukan pengurusan segera.

2.4 Peradaban Islam masa Dinasti Umayah

PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI UMAYYAH


Dinasti Umayyah adalah pemerintahan Muslim yang telah berkembang setelah periode Khulafa al-
Rashidin, yang telah dimulai pada 41 H atau 661 M. Dalam dinasti Umayyah yang telah menjadi
pusat di bagian Damaskus yakni telah membentuk kejaian sebuah peristiwa tahkim saat perang
Siffin. Perang yang seharusnya untuk membalas atas kematian khalifah yang bernama Utsman bin
Affan, pada awalnya telah dimenangkan dengan pihak Ali. Namun, ketika adanya sebuah tanda-
tanda dari kekalahan yakni menjadi begitu jelas, pihak Muawiyah Ali segera membuat proposal
sebagai kembali ke hukum Allah. Dalam hal ini, Ali ditipu oleh taktik dan taktik Muawiyah, yang
dideritanya pada akhir kekalahan politik. Sementara itu, Muawiyah memiliki kesempatan yakni
sebagai mengangkat dirinya sebagai khalifah dan raja.

Dinasti inilah yang pertama kali menerobos sebuah sistem pemilihan dalam para pemimpin, yang
diubah melalui konsensus menjadi sistem keluarga atau monarki sejak awal.

Dalam peristiwa ini saat masa depan merupakan awal dari munculnya pemahaman yang sangat
beragam tentang masalah-masalah teologis, termasuk tiga kelompok kekuatan yang telah muncul
sejak akhir masa pemerintahan Ali yakni Mu’awiyah, Syiah, dan Khawarij.

A. Sejarah Berdirinya Bani Umayyah

Dinasti Umayyah telah didirikan dengan Muawiyah bin Abu Sufyan bin Harb bin Umayyah bin
Abdul Syams bin Abdul Manaf bin Qusay bin Kilab. Dia berasal dari pemimpin suku Quraisy.
Muawiyah yakni telah dianggap sebagai pemimpin, berasal dari keluarga bangsawan kaya dan
dihormati dengan komunitasnya. Dalam awal perkembangan Islam, sebagian besar dalam anggota
dinasti Umayyah yakni telah menentang dakwah Nabi Muhammad SAW. Namun, ketika ia dan
kaum Muslim telah berhasil menduduki kota Mekah dalam tahun 8 H/630 M, dari keluarga Bani
Umayyah telah menyerah dan setuju untuk masuk Islam. Sementara Muawiyah sendiri masuk
Islam sebelum kejadian dengan Fathu Makkah.
Selama masa Nabi Muhammad SAW, Muawiyah berpartisipasi dalam Pertempuran Hunain. Dia
adalah salah satu penulis dari wahyu. Karier politik Muawiyah yakni telah berlanjut di bawah
Khalifah Abu Bakar as-Siddiq. Dia menemani saudaranya Yazid bin Abu Sufyan ke Syam dan
menaklukkan negara itu di bawah pemerintahan Islam.

Ketika Yazid wafat, Abu Bakar telah mempercayakan Muawiyah menjadi Gubernur wilayah Syam
dan telah menggantikan Yazid. Keputusan Abu Bakar didukung dengan Umar dan teman-teman
Usman. Selama masa pemerintahan Umar, Muawiyah masih dipercaya oleh gubernur wilayah
Syam.

B. Masa kekuasaan Bani Umayyah

1.Muawiyah ibn Abi Sufyan {661-681 M}


Muawiyah ibn Abi Sufyan adalah pendiri Daulah Bani Umayyah dan menjabat sebagai Khalifah
pertama. Ia memindahkan ibu kota dari Madinah al Munawarah kekota Damaskus dalam wilayah
Suriah.
2.Yazid ibn Muawiyah {681-683 M}
Lahir pada tahun 22 H/643 M. Pada tahun 679 M,Muawiyah mencalonkan anaknya, Yazid, untuk
menggantikannya. Yazid menjabat sebagai khalifah dalam usia 34 tahun pada tahun 681 M. Ketika
Yazid naik tahta, sejumlah tokoh di Madinah tidak mau menyatakan setia kepadanya. Pada tahun
680 M, ia pindah ke Kufah atas permintaan golongan Syi’ah yang ada di Irak.
3.Muawiyah ibn Yazid {683-684 M}
Muawiyah ibn Yazid menjabat sebagai khalifah pada tahun 683-684 M dalam usia 23 tahun.
4. Marwan ibn Al-Hakam {684-685 M}
Ia pernah menjabat sebagai penasihat Khalifah Ustman bin Affan. Untuk mengukuhkan
jabatannya,maka ia sengaja mengawini janda Khalifah Yazid, Ummu Khalid.
5. Abdul Malik ibn Marwan {685-705 M}
Abdul Malik ibn Marwan dilantik sebagai khalifah setelah kematian ayahnya,pada tahun 685 M.
6.Al-Walid ibn Abdul Malik {705-715 M}
Masa pemerintahan Walid ibn Malik adalah masa ketentraman,kemakmuran dan ketetertiban.
7. Sulaiman ibn Abdul Malik (715-717 M)
Menjadi khalifah pada usia 42 tahun. Masa pemerintahannya berlangsung selama 2 tahun, 8 bulan.
Ia tidak memiliki kepribadian yang kuat, sehingga mudah dipengaruhi penasihat-penasihat di
sekitar dirinya.
8. Umar ibn Abdul Aziz (717-720 M)
Menjabat sebagai khalifah pada usia 37 tahun. Ia terkenal adil dan sederhana.
9. Yazid ibn Abdul Malik (720-724 M)
Masa pemerintahannya berlangsung selama 4 tahun, 1 bulan. Ia adalah seorang penguasa yang
sangat gandrung terhadap kekuasaan.
10. Hisyan ibn Abdul Malik (724-743 M)
Menjabat sebagai khalifah pada usia yang ke 35 tahun. Ia terkenal sebagai seorang nearawan
yangcakap dan ahli militer.
11. Walid ibn Yazid (743-744 M)
Masa pemerintahannya selama 1 tahun, 2 bulan. Ia adalah salah seorang khalifah yang berkelakuan
buruk.
12. Yazid ibn Walid (Yazid II) (744 M)
Masa pemerintahannya berlangsung selama 16 bulan dan dia wafat pada usia 46 tahun. Selain itu,
masa pemerintahannya penuh kemelut dan kekacauan.
13. Ibrahim ibn Malik (744 M)
Pada masa pemerintahannya keadaan negara semkin kacau dan dia memerintah selama 3 bulan dan
wafat pada tahun 132 H.
14. Marwan ibn Muhammad (745-750M)
Beliau seorang ahli negar yang bijaksana dan seorang pahlawan. Beberapa pemberontak berhasil
ditumpasnya , tetapi dia tidak mampu menghadapi gerakan Bani Abbasiyah yang telah kuat
pendukungnya.

C. Masa kejayaan Bani Umayyah

Islam pada masa Dinasti Umayyah  banyak  mencapai  kemajuan,  perkembangan serta


mampu memperluas  wilayah  kekuasaan, Ini  berlangsung  pada masa pemerintahan
khalifah  Walid bin Abdul Malik. Pada awal pemerintahan Muawiyah bin  Abi Sufyan telah
mengadakan  perluasan  wilayah  kekuasaan  hingga  daerah  sebelah  timur  India  dengan  mengut
us  Mushallab  bin Abu  Sufrah dan  wilayah  barat  hingga  Byzantium,  di
bawah  pimpinan  Yazid  bin Muawiyyah.  Selain  itu juga  berhasil menguasai  Afrika Utara.
Dalam usaha perluasan wilayah ke Byzantium ada tiga motivasi bagi Muawiyyah untuk
menguasainya, yaitu:
1.    Byzantium merupakan basis agama Kristen Ortodok,  yang  sangat berbahaya bagi perkembangan
agama Islam.
2.    Orang-orang Byzantium sering mengadakan perampokan sampai ke daerah Islam.  
3.    Byzantium merupakan wilayah yang mempunyai kekeyan yang melimpah.        
Pada masa pemerintahan berikutnya dibawah kekuasaan Walid bin Abdul Malik, berhasil
memperluas wilayah kekuasaannya sampai Afrika Utara yaitu ke Magrib al-Aqsho dan Andalusia
(Spanyol). Atas kegigihan dan keberanian Musa bin Nushair dalam menguasai wilayah tersebut
maka beliau diangkat oleh Walid sebagai gubernur untuk wilayah Afrika Utara. Dan ia terus
melanjutkan usahanya dalam memperluas wilayah Islam sampai tepi lautan Atlantik dengan di
pimpin Thariq bin ziad yang di bantu oleh Gran Julian. mereka juga diutus  untuk merebut wilayah
Andalusia dan tepatnya pada tahun 711 M Thariq mendarat di sebuah Selat yang sekarang di sebut
sebagai Selat Jabal Thariq atau Selat Gibraltar.           
Keberhasilan ini membuat peta perjalanan sejarah baru bagi umat Islam. Sebab satu persatu
wilayah yang di lewati Thariq dapat dengan mudah di kuasainya, seperti kota Cordova, Granada
dan Toledo, sehingga Agama Islam tersebar ke berbagai penjuru. Islam juga mampu memotivasi
para pemeluknya untuk mengembangkan diri dalam berbagai bidang kehidupan seperti bidang
social, ekonomi, politik, budaya dan sebagainya, sehingga di bawah kekuasaan Islam, Andalusia
mampu mencapai puncak kejayaan.                                 
Selain dalam memperluas wilayah kekuasaan, Dinasti Umayyah juga mengalami
perkembangan dalam bidang kebudayaan di bandingkan dengan perkembangan pada masa
sebelumnya, yaitu pada masa Khulafaur Rasyidin. Demikian pula perkembangan ilmu pengetahuan
mengalami perkembangan dengan baik. Diantara kebudayaan Islam yang mengalami perkembngn
pada masa ini adalah seni sastra, seni rupa, seni suara, seni bangunan, seni ukir, dan sebagainya.
Pada masa ini telah banyak bangunan hasil rekayasa umat Islam dengan mengambil pola Romawi,
Persia, dan Arab. Salah satu dari bangunan itu adalah masjid Damaskus yang di bangun pada masa
pemerintahan Walid bin Abdul Malik dengan hiasan dinding dan ukiran yang sangat indah. Contoh
lain adalah bangunan masjid-masjid di Cordova yang terbuat dari batu pualam.
[3]                                        
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, tidak hanya meliputi ilmu pengetahuan agama
saja, tetapi juga ilmu pengetahuan umum, seperti ilmu kedokteran, filsafat, astronomi, ilmu pasti,
ilmu bumi, ilmu sejarah, dan sebagainya. Kota yang menjadi pusat pusat kajian ilmu pengetahuan
antara lain adalah Damaskus, Kufah, Mekkah, Madinah, Mesir, Cordova, Granada, dan lainnya.
Dengan Masjid sebagai pusat pengajarannya, selain madrasah atau lembaga pendidikan yang ada.
D. Faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran Bani Umayyah
Terdapat beberapa sebuah faktor yang dapat menyebabkan dinasti Bani Umayah lemah dan
menyebabkan kehancuran. Faktor-faktor tersebut diantaranya ialah sebagai berikut:

 Sistem dalam penggantian khalifah dengan keturunan merupakan sesuatu yang baru untuk
tradisi Arab, yang telah menekankan dalam sebuah aspek senioritas.

 Pengaturannya tidak jelas. Gelapnya sistem penggantian Khalifah menyebabkan persaingan


tidak adil di antara anggota keluarga kerajaan.

 Latar belakang dalam munculnya sebuah dinasti Umayyah yakni tidak lepas dari sebuah konflik
politik di masa Ali.

 Penyebab langsung dari penggulingan dinasti Umayyah yakni munculnya dalam sebuah
kekuatan yang dipimpin dengan keturunan Abd Al-Muttalib dan Al-Abbas ibn.

 Selama periode Umayyah, konflik etnis antara suku-suku Arab (Bani Qays) dan Arabia selatan
(Bani Kalb), yang telah ada sejak zaman sebelum Islam, menjadi semakin tegang.

 Pemerintahan kedaulatan Bani Umayah yang lemah serta disebabkan oleh perasaan mewah
kehidupan di lingkungan istana, sehingga anak-anak khalifah tidak mau memikul beban berat
kenegaraan ketika mereka akan mewarisi sebuah kekuasaan.

E. Masa Akhir Bani Umayyah

Selain kelompok Syiah, pemerintahan Dinasti Umayyah juga mendapat penentangan dari orang-
orang Khawarij. Kelompok Khawarij ini merupakan orang-orang yang keluar dari barisan Ali bin
Abi Thalib, karena mereka merasa tidak puas terhadap hasil tahkim atau arbitrase dalam perkara
penyelesaian persengketaan antara Ali bin Abi Thalib dan Mu'awiyah.

Usaha menekan kelompok oposisi terus dijalankan oleh penguasa Umayyah bersamaan dengan
usaha memperluas wilayah kekuasaan Islam hingga Afrika Utara dan Spanyol.

Selain menghadapi persoalan eksternal, para penguasa Umayyah juga menghadapi persoalan
internal, yaitu pemberontakan dan pembangkangan yang dilakukan oleh para orang-orang dekat
khalifah di berbagai wilayah kekuasaan Umayyah, seperti di Irak, Mesir, Palestina, dan Yaman.

Pemberontakan yang terjadi selama pemerintahan Dinasti Umayyah umumnya dipicu oleh faktor
ketidakpuasaan terhadap kepala daerah yang ditunjuk oleh khalifah.  Pada masa pemerintahan
Khalifah Marwan bin Muhammad (Marwan II), misalnya, terjadi sejumlah pemberontakan di
wilayah kekuasaannya.

Di Mesir, kerusuhan terjadi karena gubernur yang diangkat Marwan II menghentikan pemberian
tunjangan yang dulu diperintahkan oleh Yazid III untuk diberikan kepada para anggota baru dalam
angkatan darat dan laut. Sementara di Yaman, kerusuhan timbul antara lain karena pemerintah
setempat memungut pajak sangat tinggi dari orang Arab.

Kesibukan Marwan II dalam menumpas pemberontakan membuat  wilayah Khurasan dikuasai


Bani Abbas (dinasti yang didirikan Abu Abbas as-Saffah). Gerakan Bani Abbas ini merupakan
ancaman terbesar bagi kelangsungan hidup Dinasti Umayyah.

Setelah Khurasan dapat dikuasai, gerakan Bani Abbas bergerak menuju Irak dan dapat merebut
wilayah itu dari pejabat Bani Umayyah. Setelah menguasai wilayah Irak sepenuhnya, pada tahun
132 H/750 M, Abu Abbas as-Saffah dibaiat sebagai khalifah yang menandai berdirinya Dinasti
Abbasiyah.

Sejak saat itu, Bani Abbas mulai melakukan ekspansi untuk memperluas wilayah kekuasaannya.
Wilayah-wilayah yang dahulu dikuasai oleh Dinasti Umayyah pun berhasil direbut. Bahkan,
pasukan Bani Abbas berhasil membunuh Marwan II dalam sebuah pertempuran kecil di wilayah
Bushair, Mesir. Kematian Marwan II menandai berakhirnya Dinasti Umayyah yang berkuasa dari
tahun 41 H/661 M-133 H/750 M.

2.5 Peradaban Islam masa Dinasti Abbasiyah

PERADABAN ISLAM MASA DINASTI ABASIYAH


Peradaban islam mengalami puncak kejayaan pada masa daulah Abbasiyah. Perkembangan ilmu
pengetahuan sangat maju yang diawali dengan penerjemahan naskah asing terutama yang
berbahasa Yunani ke dalam bahasa Arab, pendirian pusat pengembangan ilmu dan perpustakaan
dan terbentuknya mazhab ilmu pengetahuan dan keagamaan sebagai buah dari kebebasan
berfikir. Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti Islam yang paling berhasil dalam mengembangkan
peradaban Islam. Para ahli sejarah tidak meragukan hasil kerja para pakar pada masa
pemerintahan dinasti Abbasiyah dalam memajukan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam.
Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah adalah melanjutkan kekuasaan Dinasti Bani Umayyah.
Dinamakan Daulah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa Dinasti ini adalah keturunan
Abbas, paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah Ibn
Muhammad Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn al-Abbass. Dia dilahirkan di Humaimah pada tahun 104 H.
Dia dilantik menjadi Khalifah pada tanggal 3 Rabiul awwal 132 H. Kekuasaan Dinasti Bani
Abbasiyah berlangsung dari tahun 750-12 ( Ratu Suntiah dan Maslani, 1997:44). Pada abad
ketujuh terjadi pemberontakan diseluruh negeri. Pemberontakan yang paling dahsyat dan
merupakan puncak dari segala pemberontakan yakni perang antara pasukan Abbul Abbas
melawan pasukan Marwan Ibn Muhammad (Dinasti Bani Umayyah) yang akhirnya dimenangkan
oleh pasukan Abbul Abbas. Dengan jatuhnya negeri Syiria,berakhirlah riwayat Dinasti Bani
Umayyah dan bersama dengan itu bangkitlah kekuasaan Abbasiyah (A. Syalabi. 2008: 175). Pada
masa inilah masa kejayaan Islam yang mengalami puncak keemasan pada masa itu berbagai
kemajuan dalam segala bidang mengalami peningkatan seperti bidang pendidikan, ekonomi,
politik dan sistem pemerintahannya.
A. Sejarah Berdirinya Bani Abbasiyah
Dinasti Abbasiyah didirikan pada tahun 132 H/750 M oleh Abul Abbas Ash-shaffah, dan
sekaligus sebagai khalifah pertama. Kekuasaan Bani Abbas melewati rentang waktu yang sangat
panjang, yaitu lima abad dimulai dari tahun 132-656 H/750-1258 M. Berdirinya pemerintahan ini
dianggap sebagai kemenangan pemikiran yang pernah dikumandangkan oleh bani Hasyim
(alawiyun ) setelah meninggalnya Rasulullah dengan mengatakan bahwa yang berhak berkuasa
adalah keturunan Rasulullah dan anak-anaknya.
Kelahiran bani Abbasiyah erat kaitannya dengan gerakan oposisi yang di lancarkan oleh
golongan syi'ah terhadap pemerintahan  Bani Umayyah. Golongan Syi'ah  selama pemerintahan
Bani Umayyah merasa tertekan dan tersingkir  karena kebijakan-kebijakan yang di ambil
pemerintah. Hal ini bergejolak sejak pembunuhan terhadap Husein Bin Ali dan pengikutnya di
Karbela.
Gerakan oposisi terhadap Bani Umayyah dikalangan orang syi'ah dipimpin oleh Muhammad Bin
Ali, ia telah di bai'ah oleh orang-orang syi'ah sebagai imam. Tujuan utama dari perjuangan
Muhammad Bin Ali untuk merebut kekuasaan dan jabatan khalifah dari tangan Bani Umayyah,
karena menurut keyakinan orang syi'ah keturunan Bani Umayyah tidak berhak menjadi imam
atau khalifah, yang berhak adalah keturunan dari Ali Bin Abi Thalib, sedangkan bani umayyah
bukan berasal dari keturunan Ali Bin Abi Thalib. Pada awalnya  golongan ini memakai nama
Bani Hasyim, belum menonjolkan nama Syi'ah atau Bani Abbas, tujuannya adalah untuk mencari
dukungnan masyarakat. Bani Hasyim yang tergabung dalam gerakan ini adalah keturunan Ali Bin
Abi Thalib dan Abbas Bin Abdul Muthalib. Keturunan ini bekerjasama untuk menghancurkan
Bani Umayyah.
Strategi yang digunakan untuk menggulingkan Bani Umayyah ada dua tahap :
         Gerakan secara rahasia
Propoganda Abbasiyah dilaksakan dengan strategi yang cukup matang sebagai gerakan rahasia,
akan tetapi Imam Ibrahim pemimpin abbasiyah yang berkeinginan mendirikan kekuasaan
Abbasiyah, gerakannya diketahui oleh khalifah Umayyah terakhir, Marwan bin
Muhammad. Ibrahim akhirnya tertangkap oleh pasukan dinasti umayyah dan dipenjarakan di
Haran sebelum akhirnya di eksekusi. Ia mewasiatkan kepada adiknya Abul Abbas untuk 
menggantikan kedudukannya ketika ia telah mengetahui bahwa ia akan di eksekusi dan
memerintahkan untuk pindah ke kuffah.

B. Masa kekuasaan Bani Abbasiyah


Selama dinasti Bani Abbasiyah berdiri pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai
dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Berdasarkan pola pemerinthan itu, para sejarawan
biasanya membagi kekuasaan Bani Abbasiyah pada empat periode :
         Masa Abbasiyah I, yaitu semenjak lahirnya dinasti Abbasiyah tahun 132 H/750 M sampai
meninggalnya khalifah Al-Watsiq 232 H/847 M.
         Masa Abbasiayah II, yaitu mulai khalifah Al-Mutawakkil pada tahun 232 H/847 M sampai
berdirinya Daulah Buwaihiyah di Baghdad tahun 334 H/946 M.
         Masa Abbasiyah III, yaitu dari berdirinya Daulah Buwaihiyah tahun 334 H/946 M sampai
masuknya kaum Saljuk ke Baghdad Tahun 447 H/1055 M
         Masa Abbasiyah IV, yaitu masuknya kaum saljuk di Baghdad tahun 447 H/1055 M sampai
jatuhnya Baghdad ketangan bangsa Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun 656
H/1258 M.
C. Masa Kejayaan Peradaban Bani Abbasiyah
Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai masa keemasan, secara politis
para khalifah memang orang-orang yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik sekaligus
Agama. Disisi lain kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil
menyiapkan landasan bagi perkembangan Filsafat dan ilmu pengetahan dalam Islam.
Peradaban dan kebudayyan Islam berkembang dan tumbuh mencapai kejayaan pada masa Bani
Abbasiyah. Hal tersebut dikarenakan pada masa ini Abbasiyah lebih menekankan pada
perkembangan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada perluasan wilayah. Disinilah letak
perbedaan pokok dinasti Abbasiyah dengan dinasti Umayyah.
Puncak kejayaan dinasti Abbasiyah terjadi pada masa khalifah Harun Al- Rasyid (786-809 M)
dan anaknya Al-Makmun (813-833 M). Ketika Al-Rasyid memerintah, negara dalam keadaan
makmur, kekayaan melimpah, keamanan terjamin walaupun ada juga pemberontakan dan luas
wilayahnya mulai dari Afrika Utara sampai ke India.
D. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kemunduran Bani Abbasiyah
Menurut W. Montgomery, bahwa beberapa faktor penyebab kemunduran Bani Abbasiyah
adalah :
1.      Luasnya wilayah kekuasaan Bani Abbasiyah, sementara komunikasi pusat dengan daerah
sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya antara penguasa dan pelaksana
pemerintah sudah sangat rendah.
2.      Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata, ketergantungan khalifah kepada mereka
sangat tinggi.
3.      Keuangan negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk tentara bayaran sangat
besar. Pada saat iu kekuatan militer menurun, khalifah tidak sanggup memaksa pengiriman pajak
ke Baghdad.
E. Masa Akhir Kekuasaan Bani Abbasiyah
Akhir dari kekuasaan Bani Abbasiyah adalah saat Baghdad dihancurkan oleh pasukan Mongol
yang dipimpin oleh Hulagu Khan (656 H/1258 M). Ia adalah saudara dari Kubilay Khan yang
berkuasa di Cina sampai ke Asia Tenggara, dan saudaranya Mongke Khan yang menugaskannya
untuk mengembalikan wilayah-wilayah sebelah barat dari Cina kepangkuannya. Baghdad
dihancurkan dan diratakan dengan tanah. Pada mulanya Hulagu Khan mengirim suatu tawaran
kepada  Khalifah Bani Abbasiyah yang terakhir Al-Mu'tashim billah untuk bekerja sama
menghancurkan gerakan Assassin. Tawaran tersebut tidak dipenuhi oleh khalifah. Oleh karena itu
timbullah kemarahan dari pihak Hulagu Khan. Pada bulan september 1257 M, Khulagu Khan
melakukan penjarahan terhadap daerah Khurasan, dan mengadakan penyerangan didaerah itu.
Khulagu Khan memberikan ultimatum kepada khalifah untuk menyerah, namun khalifah tidak
mau menyerah dan pada tanggal 17 Januari 1258 M tentara Mongol melakukan penyerangan.

 
Pada waktu penghancuran kota Baghdad, khalifah dan keluarganya dibunuh disuatu daerah dekat
Baghdad sehingga berakhirlah Bani Abbasiyah. Penaklukan itu hanya membutuhkan beberapa
hari saja, tentara Mongol tidak hanya menghancurkan kota Baghdad tetapi mereka juga
menghancurkan peradaban ummat Islam yang berupa buku-buku yang terkumpul di Baitul
Hikmah hasil karya ummat Islam yang tak ternilai harganya. Buku-buku itu dibakar dan dibuang
ke sunagi Tigris sehingga berubah warna air sungai tersebut, dari yang jernih menjadi hitam
kelam karena lunturan air tinta dari buku-buku tersebut.

BAB PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan makalah di atas, dapat kami simpulkan :
Hasil pemikiran Islam ini berkembang seiring zaman. Tentu, pemikiran Islam, memiliki
karakteristiknya masing – masing di setiap zaman. Periodesasi sejarah Islam penting untuk
dilakukan dan dikaji, agar dapat membedakan dengan mudah, karakteristik – karakteristik
pemikiran yang dimaksud di setiap zaman, serta lebih sistematis.
Periodesasi sejarah Islam menurut Harun Nasution, dibagi menjadi tiga: periode klasik (650 – 1250
Masehi), pertengahan (1250 – 1800 M), dan modern (1800 – sekarang). Periode klasik dibagi lagi
menjadi masa kemajuan Islam 1 (650-1000 M) dan masa Disintegrasi (1000-1250 M).
Namun, perlu diketahui, para sejarawan memiliki perbedaan pandangan mengenai dimulainya
sejarah peradaban Islam.

DAFTAR PUSTAKA
 https://umma.id/post/periodisasi-sejarah-islam-665048?lang=id
 http://fikriyogi.wordpress.com/2011/07/28/masa-nabi-muhammad-saw-pada-periode-makkah-dan-
madinah//

 http://khamr28.blogspot.com/2016/01/peradaban-islam-pada-masa.html
 https://www.slideshare.net/sholihalovessmnnclalu/diupload-acadeniu
 https://penungguhkhilafah.wordpress.com/2014/01/26/sejarah-peradaban-islam-pada-masa-khulafa-al-
rayidin/

 https://ruangguru.co/sejarah-dinasti-umayyah/

 https://sites.google.com/site/satuuntukkitasemua/khalifah-khalifah-daulah-umayyah

 http://tsu-basith.blogspot.com/2012/01/perkembangan-islam-pada-masa-bani.html

 https://guruakuntansi.co.id/runtuhnya-dinasti-umayyah/
 https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/03/03/m0aliu-runtuhnya-kekuasaan-dinasti-
umayyah#:~:text=Kematian%20Marwan%20II%20menandai%20berakhirnya,%2D133%20H%2F750%20M.

 https://republika.co.id/berita/qburdn430/mengenal-dinasti-abbasiyah
 https://tm-rahasia.blogspot.com/2012/12/makalah-peradaban-islam-pada-masa.html

Anda mungkin juga menyukai