Oleh Kelompok 6:
KELAS H3A1
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2020/2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Bismillahirrahmanirrahim ,
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas dan izin dan karunia-Nya,
Kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu dengan baik. Tak lupa pula kami haturkan shalawat
serta salam kepada junjungan Rasullullah Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir kepada kita
di hari akhir kelak.
Penulisan makalah berjudul “Memahami Hakekat Sejarah Peradaban Islam”. Bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah pengantar studi islam.
Akhirul kalam, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Semoga makalah ini
bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.
Wassalamualaikum wr.wb
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 TUJUAN
1.3 RUMUSAN MASALAH
BAB PEMBAHASAN
2.1 Periodesasi Peradaban Islam
2.2 Peradaban Islam masa Rasulullah
2.3 Peradaban Islam masa Khulafaur Rosyidin
2.4 Peradaban Islam masa Dinasti Umayah
2.5 Peradaban Islam masa Dinasti Abbasiyah
BAB PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
PERIODESASI SEJARAH PERADABAN ISLAM
Periodesasi merupakan pembabakan waktu yang digunakan untuk berbagai peristiwa atau kejadian
yang terjadi pada saat itu juga. Lebih lengkapnya lagi peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia
yaitu pada setiap masa memerlukan suatu pengklasifikasian pada suatu peristiwa yaitu berdasarkan
jenis maupun waktu dan tempat terjadinya peristiwa tersebut. Peristiwa-peristiwa yang terjadi itu di
susun secara kronologis atau berdasarkan waktu kejadian peristiwa, baik berdasarkan bentuk maupun
jenis peristiwa.
Periodesasi ini digunakan untuk mempermudah pemahaman dan pembahasan serta penjelasan sejarah
kehidupan tentang manusia. Periodesasi yang dibuat oleh banyak orang atau banyak peneliti berakibat
pada adanya perbedaan-perbedaan pandangan sehingga periodesasi ini besifat subjektif dimana yang di
pengaruhi subjek prmasalaham serta pribadi penelitiannya.
1.3 TUJUAN
1. Tujuan kami membuat makalah ini untuk lebih memahami dan menambah wawasan tentang
Hakekat Sejarah Peradaban Islam.
2. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam
3. Dan untuk memaparkan dan menerapkan Hakekat Sejarah Peradaban Islam dalam
kehidupan sehari – hari.
BAB PEMBAHASAN
Setelah Nabi Muhammad SAW melakukan dakwah yang bersifat rahasia, terhimpunlah pengikut
Nabi sebanyak 30 orang. Dakwah di kala itu di laksanakan secara diam-daim. Setelah fase itu,
Allah SWT memerintahkan kepada Nabi untuk berdakwah secara terang-terangan, yaitu dengan
turunnya ayat (Q.S Al Hijr15:94) yang Artinya: “ maka sampaikanlah olehmu secara terang-
terangan segala apa yang di
perintahkan (kepada mu) dan berpalinglah dari orang-orang musrik” ( hasby as-syidiq,dkk
1977:992)
Ayat inilah yang memerintahkan pada Rasulullah untuk berdakwah secara terus
terang dan terbuka.
B. Keadaan Islam Di Masa Nabi Muhammad Saw Pada Fase Madinah.
A. PENGERTIAN KHULAFAURRASYIDIN
1. Khulafaurrasyidin
Kata khulafaurrasyidin itu berasal dari bahasa arab yang terdiri dari kata khulafa dan rasyidin,
khulafa’ itu menunjukkan banyak khalifah, bila satu disebut khalifah, yang mempunyai arti
pemimpin dalam arti orang yang mengganti kedudukan Rasulullah SAW sesudah wafat
melindungi agama dan siasat (politik) keduniaan agar setiap orang menepati apa yang telah
ditentukan oleh batas-batasnya dalam melaksanakan hukum-hukum syariat agama islam.
Adapun kata Arrasyidin itu berarti arif dan bijaksana. Jadi khulafaurrasyidin mempunyai arti
pemimpin yang bijaksana sesudah nabi Muhammad wafat. Para khulafaurrasyidin itu adalah
pemimpin yang arif dan bijaksana.
Mereka itu terdiri dari para sahabat nabi Muhammad SAW yang berkualitas tinggi dan baik
adapun sifat-sifat yang dimiliki khulafaurrasyidin sebagai berikut:
a) Arif dan bijaksana
b) Berilmu yang luas dan mendalam
c) Berani bertindak
d) Berkemauan yang keras
e) Berwibawa
f) Belas kasihan dan kasih sayang
g) Berilmu agama yang amat luas serta melaksanakan hukum-hukum Islam.
Para sahabat yang disebut khulafaurrasyidin terdiri dari empat orang khalifah yaitu:
1) Abu Bakar Shiddiq khalifah yang pertama (11–13 H/632–634 M)
2) Umar bin Khattab khalifah yang kedua (13–23 H/634–644 M)
3) Utsman bin Affan khalifah yang ketiga (23–35 H/644–656 M)
4) Ali bin Abi Thalib khalifah yang keempat (36–41 H/656–661M)
2. Tugas-tugas Khulafaurrasyidin
Tugas Rasulullah SAW meliputi dua hal, yaitu tugas kenabian dan tugas kenegaraan. Para khalifah
hanya menggantikan Rasulullah dalam tugas kenegaraan, yaitu sebagai kepala negara, kepala
pemerintahan, dan pemimpin umat. Tugas beliau sebagai Nabi dan Rasul tidak digantikan oleh
siapapun, karena tugas kenabian yang dimilikinya itu bersifat khusus atas pemilihan langsung oleh
Allah SWT di samping itu, beliau adalah nabi dan rasul terakhir. Tidak ada nabi dan rasul yang
diangkat setelah beliau wafat.
Masa kekhalifaan beliau kurang lebih selama 30 tahun. Waktu yang sekian lama itu Islam meluas
ke daerah Syam, Irak, Palestina, Mesir, Sudan dan beberapa daerah di Benua Afrika. Panglima
perang pada masa khulafaurrasyidin yang terkenal diantaranya ialah Khalid bin Walid, Abu
Ubaidah, Amr bin Ash, Mutsanna bin Haritsah, Sa’ad bin Abu Waqqosh.
Umar bin Khaththab nama lengkapnya adalah Umar bin Khaththab bin Nufail keturunan Abdul
Uzza Al-Quraisy dari suku Adi; salah satu suku terpandang mulia. Umar dilahirkan di Mekah
empat tahun sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW. Ia adalah seorang yang berbudi luhur,
fasih dan adil serta pemberani.[3]
Beberapa keunggulan yang dimiliki Umar, membuat kedudukannya semakin dihormati dikalangan
masyarakat Arab, sehingga kaum Quraisy memberi gelar ”Singa padang pasir”, dan karena
kecerdasan dan kecepatan dalam berfikirnya, ia dijuluki ”Abu Faiz”. Itulah sebabnya pada saat-
saat awal penyiaran Islam, Rasulullah SAW berdoa kepada Allah, ”Allahumma Aizzul Islam bi
Umaraini” artinya: ”Ya Allah, kuatkanlah Agama Islam dengan salah satu dari dua Umar” yang
dimaksud dua Umar oleh Rasulullah SAW adalah Umar bin Khattab dan Amru bin Hisyam (nama
asli Abu Jahal).
Setelah mendapat persetujuan dari para sahabat dan baiat dari semua anggota masyarakat Islam
Umar menjadi Khalifah. Umar bin Khathtab menyebut dirinya “Khalifah Khalifati Rasulillah”
(pengganti dari pengganti Rasulullah). Ia juga mendapat gelar Amir Al-Mukminin (komandan
orang-orang beriman) sehubungan dengan penaklukan-penaklukan yang berlangsung pada masa
pemerintahannya.
Khalifah Umar memerintah selama 10 tahun lebih 6 bulan 4 hari. Kematiannya sangat tragis,
seorang budak Persia bernama Fairuz atau Abu Lu’lu’ah secara tiba-tiba menyerang dengan
tikaman pisau tajam ke arah khalifah yang akan menunaikan shalat subuh yang telah di tunggu
oleh jama’ahnya di masjid Nabawi di pagi buta itu. Khalifah terluka parah, dari pembaringannya ia
mengangkat “Syura” (komisi pemilih) yang akan memilih penerus tongkat kekhalifahannya.
Khalifah Umar wafat tiga hari setelah peristiwa penikaman atas dirinya, yakni 1 Muharam 23
H/644 M.[4]
Atas persetujuan Siti Aisyah istri rasulullah Jenazah beliau dimakamkan berjajar dengan makam
Rasulullah dan makam Abu Bakar. Demikianlah riwayat seorang khalifah yang bijaksana itu
dengan meninggalkan jasa-jasa besar yang wajib kita lanjutkan.
Masa kekuasaan khulafaur rasyidin yang dimulai sejak Abu Bakar Ash-Shiddiq hingga Ali bin Abi
Thalib, merupakan masa kekuasaan khalifah Islam yang berhasil dalam mengembangkan wilayah
Islam lebih luas. Nabi Muhammad SAW yang telah meletakkan dasar agama Islam di Arab,
setelah beliau wafat, gagasan dan ide-idenya diteruskan oleh para khulafaur rasyidin.
Pengembangan agama Islam yang dilakukan pemerintahan khulafaur rasyidin dalam waktu yang
relatif singkat telah membuahkan hasil yang gilang-gemilang. Dari hanya wilayah Arabia, ekspansi
kekuasaan Islam menembus luar Arabia memasuki wilayah-wilayah Afrika, Syiria, Persia, bahkan
menembus ke Bizantium dan Hindia. Ekspansi ke negeri-negeri yang sangat jauh dari pusat
kekuasaan, dalam waktu tidak lebih dari setengah abad merupakan kemenangan menakjubkan dari
suatu bangsa yang sebelumnya tidak pernah memiliki pengalaman politik yang memadai.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan ekspansi itu demikian cepat, antara lain sebagai berikut :
1. Islam, di samping merupakan ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, juga
agama yang mementingkan soal pembentukan masyarakat.
2. Dalam dada para sahabat Nabi SAW tertanam keyakinan yang sangat kuat tentang kewajiban
menyerukan ajaran-ajaran Islam (dakwah) keseluruh penjuru dunia.
3. Bizantium dan Persia, dua kekuatan yang menguasai Timur Tengah pada waktu itu mulai
memasuki masa kemunduran dan kelemahan, baik karena sering terjadi peperangan antara
keduanya maupun karena persoalan-persoalan dalam negeri masing-masing.
4. Pertentangan aliran agama di wilayah Bizantium mengakibatkan hilangnya kemerdekaan
beragama bagi rakyat.
5. Islam datang kedaerah-daerah yang dimasukinya dengan sikap simpatik dan toleran, tidak
memaksa rakyat untuk mengubah agamanya dan masuk Islam.
6. Bangsa Sami di Syiria dan Palestina, dan bangsa Hami di Mesir memandang bangsa Arab
lebih dekat daripada bangsa Eropa, Bizantiun, yang memerintah mereka.
7. Mesir, Syiria dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya. Kekayaan intu membantu penguasa
Islam untuk membiayai ekspansi ke daerah yang lebih jauh.[8]
Pada masa kekuasaan para khulafaur rasyidin, banyak kemajuan peradaban telah dicapai. Di
antaranya adalah muculnya gerakan pemikiran dalam Islam. Di antara gerakan pemikiran yang
menonjol pada masa khulafaur rasyidin adalah sebagai berikut :
1. Menjaga keutuhan Al-Qur’an Al-Karim dan mengumpulkan dalam bentuk mushaf pada masa
Abu Bakar.
2. Memberlakukan mushaf standar pada masa Utsman bin Affan.
3. Keseriusan mereka untuk mencari serta mengajarkan ilmu dan memerangi kebodohan
berIslam pada penduduk negeri. Oleh sebab itu, para sahabat pada masa Utsman dikirim ke
berbagai pelosok untuk menyiarkan Islam. Mereka mengajarkan Al-Qur’an dan As-sunnah kepada
banyak penduduk negeri yang sudah dibuka.
4. Sebagian orang yang tidak senang kepada Islam, terutama dari pihak orientalis abad ke-19
banyak mempelajari fenomena futuhat al-Islamiyah dan menafsirkan dengan motif bendawi.
5. Islam pada masa awal tidak mengenal pemisahaan antara dakwah dan Negara, antara da’I
maupun panglima.
Dr. Hasan Ibrahim dalam bukunya “Tarikh Al-Islam As-Siyasi”, menjelaskan bahwa organisasi-
organisasi atau lembaga-lembaga negara yang ada pada masa Khulafaur rasyidin, diantaranya
sebagi berikut :
1. Lembaga Politik.
Termasuk dalam lembaga politik khilafah (jabatan kepala negara), wizarah (kementerian negara),
dan kitabah (sekretaris negara.
2. Lembaga Tata Usaha Negara
Termasuk dalam urusan lembaga tata usaha negara, Idaratul Aqalim (pengelolaan pemerintah
daerah) dan diwan (pengurusan departemen) seperti diwan kharaj (kantor urusan
keuangan), diwan rasail (kantor urusan arsip), diwanul barid (kantor urusan pos), diwan
shyurtah (kantor urusan kepolisian) dan departemen lainnya.
3. Lembaga Keuangan Negara.
Termasuk dalam lembaga keuangan negara adalah urusan-urusan keuangan dalam masalah
ketentaraan, baik angkatan perang maupun angkatan laut, serta perlengkapan dan persenjataannya.
4. Lembaga Kehakiman Negara.
Termasuk dalam lembaga kehakiman negara, urusan-urusan mengenai Qadhi (pengadilan
negeri), Madhalim (pengadilan banding), dan Hisabah (pengadilan perkara yang bersifat lurus dan
terkadang juga perkara pidana yang memerlukan pengurusan segera.
Dinasti inilah yang pertama kali menerobos sebuah sistem pemilihan dalam para pemimpin, yang
diubah melalui konsensus menjadi sistem keluarga atau monarki sejak awal.
Dalam peristiwa ini saat masa depan merupakan awal dari munculnya pemahaman yang sangat
beragam tentang masalah-masalah teologis, termasuk tiga kelompok kekuatan yang telah muncul
sejak akhir masa pemerintahan Ali yakni Mu’awiyah, Syiah, dan Khawarij.
Dinasti Umayyah telah didirikan dengan Muawiyah bin Abu Sufyan bin Harb bin Umayyah bin
Abdul Syams bin Abdul Manaf bin Qusay bin Kilab. Dia berasal dari pemimpin suku Quraisy.
Muawiyah yakni telah dianggap sebagai pemimpin, berasal dari keluarga bangsawan kaya dan
dihormati dengan komunitasnya. Dalam awal perkembangan Islam, sebagian besar dalam anggota
dinasti Umayyah yakni telah menentang dakwah Nabi Muhammad SAW. Namun, ketika ia dan
kaum Muslim telah berhasil menduduki kota Mekah dalam tahun 8 H/630 M, dari keluarga Bani
Umayyah telah menyerah dan setuju untuk masuk Islam. Sementara Muawiyah sendiri masuk
Islam sebelum kejadian dengan Fathu Makkah.
Selama masa Nabi Muhammad SAW, Muawiyah berpartisipasi dalam Pertempuran Hunain. Dia
adalah salah satu penulis dari wahyu. Karier politik Muawiyah yakni telah berlanjut di bawah
Khalifah Abu Bakar as-Siddiq. Dia menemani saudaranya Yazid bin Abu Sufyan ke Syam dan
menaklukkan negara itu di bawah pemerintahan Islam.
Ketika Yazid wafat, Abu Bakar telah mempercayakan Muawiyah menjadi Gubernur wilayah Syam
dan telah menggantikan Yazid. Keputusan Abu Bakar didukung dengan Umar dan teman-teman
Usman. Selama masa pemerintahan Umar, Muawiyah masih dipercaya oleh gubernur wilayah
Syam.
Sistem dalam penggantian khalifah dengan keturunan merupakan sesuatu yang baru untuk
tradisi Arab, yang telah menekankan dalam sebuah aspek senioritas.
Latar belakang dalam munculnya sebuah dinasti Umayyah yakni tidak lepas dari sebuah konflik
politik di masa Ali.
Penyebab langsung dari penggulingan dinasti Umayyah yakni munculnya dalam sebuah
kekuatan yang dipimpin dengan keturunan Abd Al-Muttalib dan Al-Abbas ibn.
Selama periode Umayyah, konflik etnis antara suku-suku Arab (Bani Qays) dan Arabia selatan
(Bani Kalb), yang telah ada sejak zaman sebelum Islam, menjadi semakin tegang.
Pemerintahan kedaulatan Bani Umayah yang lemah serta disebabkan oleh perasaan mewah
kehidupan di lingkungan istana, sehingga anak-anak khalifah tidak mau memikul beban berat
kenegaraan ketika mereka akan mewarisi sebuah kekuasaan.
Selain kelompok Syiah, pemerintahan Dinasti Umayyah juga mendapat penentangan dari orang-
orang Khawarij. Kelompok Khawarij ini merupakan orang-orang yang keluar dari barisan Ali bin
Abi Thalib, karena mereka merasa tidak puas terhadap hasil tahkim atau arbitrase dalam perkara
penyelesaian persengketaan antara Ali bin Abi Thalib dan Mu'awiyah.
Usaha menekan kelompok oposisi terus dijalankan oleh penguasa Umayyah bersamaan dengan
usaha memperluas wilayah kekuasaan Islam hingga Afrika Utara dan Spanyol.
Selain menghadapi persoalan eksternal, para penguasa Umayyah juga menghadapi persoalan
internal, yaitu pemberontakan dan pembangkangan yang dilakukan oleh para orang-orang dekat
khalifah di berbagai wilayah kekuasaan Umayyah, seperti di Irak, Mesir, Palestina, dan Yaman.
Pemberontakan yang terjadi selama pemerintahan Dinasti Umayyah umumnya dipicu oleh faktor
ketidakpuasaan terhadap kepala daerah yang ditunjuk oleh khalifah. Pada masa pemerintahan
Khalifah Marwan bin Muhammad (Marwan II), misalnya, terjadi sejumlah pemberontakan di
wilayah kekuasaannya.
Di Mesir, kerusuhan terjadi karena gubernur yang diangkat Marwan II menghentikan pemberian
tunjangan yang dulu diperintahkan oleh Yazid III untuk diberikan kepada para anggota baru dalam
angkatan darat dan laut. Sementara di Yaman, kerusuhan timbul antara lain karena pemerintah
setempat memungut pajak sangat tinggi dari orang Arab.
Setelah Khurasan dapat dikuasai, gerakan Bani Abbas bergerak menuju Irak dan dapat merebut
wilayah itu dari pejabat Bani Umayyah. Setelah menguasai wilayah Irak sepenuhnya, pada tahun
132 H/750 M, Abu Abbas as-Saffah dibaiat sebagai khalifah yang menandai berdirinya Dinasti
Abbasiyah.
Sejak saat itu, Bani Abbas mulai melakukan ekspansi untuk memperluas wilayah kekuasaannya.
Wilayah-wilayah yang dahulu dikuasai oleh Dinasti Umayyah pun berhasil direbut. Bahkan,
pasukan Bani Abbas berhasil membunuh Marwan II dalam sebuah pertempuran kecil di wilayah
Bushair, Mesir. Kematian Marwan II menandai berakhirnya Dinasti Umayyah yang berkuasa dari
tahun 41 H/661 M-133 H/750 M.
Pada waktu penghancuran kota Baghdad, khalifah dan keluarganya dibunuh disuatu daerah dekat
Baghdad sehingga berakhirlah Bani Abbasiyah. Penaklukan itu hanya membutuhkan beberapa
hari saja, tentara Mongol tidak hanya menghancurkan kota Baghdad tetapi mereka juga
menghancurkan peradaban ummat Islam yang berupa buku-buku yang terkumpul di Baitul
Hikmah hasil karya ummat Islam yang tak ternilai harganya. Buku-buku itu dibakar dan dibuang
ke sunagi Tigris sehingga berubah warna air sungai tersebut, dari yang jernih menjadi hitam
kelam karena lunturan air tinta dari buku-buku tersebut.
BAB PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan makalah di atas, dapat kami simpulkan :
Hasil pemikiran Islam ini berkembang seiring zaman. Tentu, pemikiran Islam, memiliki
karakteristiknya masing – masing di setiap zaman. Periodesasi sejarah Islam penting untuk
dilakukan dan dikaji, agar dapat membedakan dengan mudah, karakteristik – karakteristik
pemikiran yang dimaksud di setiap zaman, serta lebih sistematis.
Periodesasi sejarah Islam menurut Harun Nasution, dibagi menjadi tiga: periode klasik (650 – 1250
Masehi), pertengahan (1250 – 1800 M), dan modern (1800 – sekarang). Periode klasik dibagi lagi
menjadi masa kemajuan Islam 1 (650-1000 M) dan masa Disintegrasi (1000-1250 M).
Namun, perlu diketahui, para sejarawan memiliki perbedaan pandangan mengenai dimulainya
sejarah peradaban Islam.
DAFTAR PUSTAKA
https://umma.id/post/periodisasi-sejarah-islam-665048?lang=id
http://fikriyogi.wordpress.com/2011/07/28/masa-nabi-muhammad-saw-pada-periode-makkah-dan-
madinah//
http://khamr28.blogspot.com/2016/01/peradaban-islam-pada-masa.html
https://www.slideshare.net/sholihalovessmnnclalu/diupload-acadeniu
https://penungguhkhilafah.wordpress.com/2014/01/26/sejarah-peradaban-islam-pada-masa-khulafa-al-
rayidin/
https://ruangguru.co/sejarah-dinasti-umayyah/
https://sites.google.com/site/satuuntukkitasemua/khalifah-khalifah-daulah-umayyah
http://tsu-basith.blogspot.com/2012/01/perkembangan-islam-pada-masa-bani.html
https://guruakuntansi.co.id/runtuhnya-dinasti-umayyah/
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/03/03/m0aliu-runtuhnya-kekuasaan-dinasti-
umayyah#:~:text=Kematian%20Marwan%20II%20menandai%20berakhirnya,%2D133%20H%2F750%20M.
https://republika.co.id/berita/qburdn430/mengenal-dinasti-abbasiyah
https://tm-rahasia.blogspot.com/2012/12/makalah-peradaban-islam-pada-masa.html