Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SEJARAH PENDIDIKAN
“ MASA KEMUNDURAN ISLAM”
Dosen Pengampu: JEFRI KURNIAWAN M. Pdi

DISUSUN OLEH:

ADE PUJI HARYADI.

M. SYUFI.

ALIVIA NURISQIANA.

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS IBNU CHALDUN JAKARTA

2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memutuskan Rasul nya untuk menjadi saksi,
pemberian kabar gembira dan pemberi peringatan serta dan untuk penyeru kepada agama
Allah debgan izinnya dan untuk jadi cahaya yang menerangi. Ya Allah limpahkan sholawat
serta salam kepada hamba dan utusanmu Muhammad SAW keluarga serta sahabat yang
memeperoleh kebaikan.

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga bisa mempelancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Kami sadar masih banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu kami dengan ikhlas menerima kritik dan saran dari pembaca agar
dapat diperbaiki makalah ilmiah ini.

Jakarta, 29 Mei 2023


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. PENYEBAB KEMUNDURAN PENDIDIKAN ISLAM
B. CORAK KEMUNDURAN PENDIDIKAN ISLAM

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pendidikan islam merupakan suatu pendidikan yang maju pada masa jayanya
pendidikan islam ini, diawali pada masa Rasullullah SAW. Yang mana pada zaman
ini pendidikan berada pada dua masa yaitu pendidikan masa Makkah dan pendidikan
masa Madhinah sistem dari pendidikan pada zaman nabi lebih mengacu kepada
wahyu dari Allah yang dibawa oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.
Kemudian dilanjutkan pada masa sahabat atau ulafa rasidin dimana pada masa
ini, pendidikan islam sudah mengalami kemajuan dengan didirikannya lembaga
pendidikan seperti kutab sebagai tempat awal untuk belajar baca tulis Al-quran dan
dilanjutkan pendidikan menengah dan atas. Berlanjut kepada masa kerajaan atau
dinasti pendidikan Islam semakin maju dengan berkembangnya pemikiran
cendekiawan Islam yang sudah berpikir secara intelektual perpustakaan Islam sudah
mulai didirikan seperti yang ada pada dinasti Abasiah yang bernama Baitul Hikmah.
Seiring dengan berkembangnya zaman pendidikan Islam ini mulai berangsur-
angsur menurun dimulai dengan kejatuhan dinasti Abasiyah di Bakdad, Granada yang
ada di Spanyol, dan kerajaan Islam yang lainnya. Pada masa ini eropa mulai
mengalami kemajuan yang sangat pesat ditandai dengan penjelajahan pelayar-pelayar
dari eropa untuk menjelajahi Samudra luas. Pada materi kali ini akan membahas
tentang penyebab dan corak kemunduran pendidikan Islam.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Makalah ini akan membahas tentang:
a. Apa Penyebab Kemunduran Pendidikan Islam?
b. Apa Corak Kemunduran Pendidikan Islam?

1.3 TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk:
Mengetahui apa yang menjadi penyebab dan corak sehingga pendidikan Islam dapat
mengalami kemunduran.

1.4 MANFAAT
Dari pembahasan dalam makalah ini, diharapkan pembaca dapat mengambil wawasan
dan menjadi pembelajaran bagi generasi selanjutnya untuk membangkitkan
pendidikan Islam Kembali.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENYEBAB KEMUNDURAN PENDIDIKAN ISLAM.

Kemunduran umat islam terjadi pada sekitaran tahun 1250M – 1500M). Kemunduran itu
terjadi pada semua bidang, terutama dalam bidang Pendidikan Islam. Dalam Pendidikan
Islam, kemunduran itu disebabkan karena berkembangnya pola pemikiran tradisional.
Pola itu menyebabkan hilangnya kebebasan berfikir, tertutupnya pintu ijtihad dan
berakibat langsung pada menjadikan fatwa ulama masa lalu sebagai dogma yang harus di
terima secara mutlak (taken for grented). Ketika umat Islam mengalami kemunduran,
dunia Eropa mengalami kebangkitan mengejar ketertinggalan mereka, bahkan mampu
menyalib akar kemajuan Islam. Ilmu pengetahuan dan filsafat tumbuh dengan subur di
tempat tempat orang Eropa.

Kejatuhan Baghdad dan penghancuran pusat kebudayaan Islam sejak tahun 132H / 750M,
daulah Abbasiyah dengan Khalifah pertamanya Abu Abbas As-Shafah menguasai
pemerintahan Islam daulah ini berlangsung hingga tahun 656H / 1258M. Masa yang
Panjang ini dilaluinya dengan pola pemerintahan yang berubah – ubah sesuai dengan
perubahan politik, budaya, sosial, dan penguasa. Walaupun Abu Abbas adalah pendiri
daulah ini, pembinaan sebenarnya adalah Abu Ja’far Al- Mansur yang dengan keras
menghadapi lawan-lawanya dari Bani Umayyah, Kawarij, dan Syi’ah yang merasakan
dikucilkan dari kekuasaan (hassan Muarif Ambari dkk.,2001 : 5). Penghancuran pusat
kebudayaan Islam juga berakibat hilang dan putusnya akar sejarah intelektual yang telah
dengan susah payah dibangun pada masa awal- awal islam. Adanya kekalah politik itu
sangat berpengaruh pada cara pandang dan berfikir umat Islam yang mulai mengalihkan
pandangan dan pemikiran yang semula berpaham dinamis berubah menjadi berfaham
fatalis.

Penaklukan Cordove (Spanyol) penakluk Spanyol tidak lepas dari jasa 3 orang pemimpin
pasukan mereka, seperti Tharif bin Malik, Tharik bin Ziyad Musa bin Nusair. Tharif
dapat disebut perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang ada di antara Maroko
dan Benua Eropa dengan pasukan perang berkekuatan lima ratus orang, yang diantaranya
adalah pasukan berkuda. Mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian.
Dalam penyerbuan itu, Tharif tidak mendapat perlawanan yang berarti. Ia menang dan
Kembalike Afrika Utara membawa harta rampasan perang yang berlimpah. Islam masuk
ke spanyol pada tahun 711 dengan merebut kekuasaan dari Goth Barat yaitu Visigoth
(419-711) pada saat itu, Tariq bin Ziyad melakukan ekspensi ke Spanyol atas perintah
Musa bin Nusair, Gubernur Afrika Utara yang pada saat itu di bawah pemerintahan Walid
bin Abdul Malik atau Al- Walid I (705-715) dari dinasti Umayyah yang berkedudukan di
damaskus.

a. KEMUNDURAN PENDIDIKAN ISLAM PASCA-KEJATUHAN BAGHDAD DAN


CORDOVA.
Masa kemunduran politik dan peradaban Islam jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258
M ke tangan Bangsa Mongol tidak hanya mengakhiri khalifah Abbasiyah, tetapi juga
merupakan awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam. Bangsa mongol berasal
dari daerah pegunungan Mongoliayang membentang dari Asia Tengah sampai ke Siberia
Utara, Tibet Selatan dan Manchuria Barat serta Turkistan Timur. Nenek moyang mereka
yang mempuyai dua putra kembar , Tartar dan Mongol. Kedua putra itu melahirkan dua suku
bangsa besar, yaitu Mongol dan Tartar. Mongol melahirkan seorang anak keturunan
pemimpin Bangsa Mongol pada kemudian hari.

b. KEHIDUPAN BANGSA MANGOL TETAP SEDERHANA


Dalam rentang waktu yang sangat panjang, kehidupan bangsa Mongol tetap
sederhana. Mereka mendirikan kemah – kemah dan berpindah pindah dari satu tempat
ketempat yang lain, menggembala kambing, dan hidup dari hasil buruan. Mereka juga hidup
dari hasil perdagangan tradisional, yaitu mempertukarkan kulit binatang dengan Binatang
lain, baik secara sesame maupun dengan bangsa Turki dan Cina yang menjadi tetangga
mereka. Sebagian orang Mongol memiliki waktu yang kasar, suka perang, dan berani dalam
menggapai keinginan. Akan tetapi mereka sangat patuh terhadap pemimpinannya, mereka
menganut agama Syamaniah (syamanisme) menyembah binatang dan ujud kepada matahari
yang sedang terbit.

c. KEMAJUAN BANGSA MONGOL SECARA BESAR-BESARAN


Kemajuan Bangsa Mongol secara besar – besaran terjadi pada masa kepemimpinan
Yasugi Bahadur khan. Ia berhasil menyatukan 13 kelompok suku yang ada waktu itu. Pada
saat Yasugi Bahadur meninggal yang menggantikan posisinya adalah Timujin yaitu putranya
yang menggantikan sebagai pemimpin. Pada tahun 1206 Ia mendapat gelar Jengis Khan,
yaitu raja yang perkasa. Ia menetapkan suatu undang – undang yang disebutnya untuk
mengatur kehidupan rakyatnya. Wanita mempunyai kewajiban sama dengan laki – laki dalam
kemiliteran. Pasukan perang yang dibagikan dengan beberapa kelompok dan tiap kelompok
dipimpin oleh seorang komandan. Dengan demikian, Bangsa Mongol mengalami kemajuan
pesat dibidang militer.

d. PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KEMUNDURAN


Kehancuran total yang dialami sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan Islam pada saat
itu menandai runtuhnya sendi – sendi pendidikan dan kebudayaan Islam. Mengenai kondisi
pendidikan Islam pada masa kemunduran ini antara lain:
1. Kurangnya perhatian para pemimpin
Kurangnya perhatian para pemimpin (khalifah) terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
dan kesejatraan ulama sehingga intelektual agak tersendat sendat. Para pemimpin terlalu
sibuk memikirkan pemerintahan (zuhairi,2000:110).
2. Terbakarnya perpustakaan dan lembaga pendidikan.
Terbakarnya perpustakaan dan Lembaga pendidikan yang ada menyebabkan banyaknya
Khazanah intelektual Islam yang hilang dan hangus terbakar
3. Pengaruh bangsa Eropa yang mencapai kejayaan suasana gelap dan mencekam yang
dialami oleh dunia Islam benar – benar memprihatinkan. Pada saat yang bersamaan,
bangsa Eropa justru sedang mencapai kejayaan perkembangannya paham Renaisans dan
sibuk melakukan misi penjajahan ke negara negara Islam. Oleh karena itu banyak umat
Islam yang frustasi dan berusaha menjauhi kehidupan duniawi, termasuk meninggalkan
kehidupan intelektual. Mereka lebih menutup diri dan menjalani kehidupan sebagai
seorang sufi. Akhirnya perkembangan ilmu pendidikan tidak dapat berkembang dengan
baik.

B. CORAK KEMUNDURAN PENDIDIKAN ISLAM.


Kehidupan intelektual pada masa pertengahan Islam dapat dikatakan sudah mengalami
kemunduran (pasang surut). Hal tersebut terlihat pada kuantitas yaitu berkurangnya para
ahli yang muncul dalam bidang ilmu pengetahuan dan penurunan kualitas ilmiah yang
dimiliki oleh para ahli dengan sulitnya ditemukan para Mujtahid. Di antara penyebab
melemahnya pemikiran keIslaman antara lain dikemukakan oleh Syarif:
1. Telah banyaknya Filsafat Islam (yang bercorak sufistis) yang dimasukkan Al-Ghazali
di Timur, demikian pula Ibnu Rusyd dalam memasukkan filsafat Islamnya (yang
bercorak rasionalistis) ke dunia Islam di Barat yang akhirnya keduanya bermuara ke
arah bidang rohaniah hingga menghilang dalam Mega Alam Tasauf, sedangkan Ibnu
Rusyd menuju ke jurang materialisme.
2. Umat Islam terutama para pemerintahnya (Khalifah, Sultan, Amir – Amir) melalaikan
ilmu pengetahuan dan kebudayaan, dan tidak memberi kesempatan bidang – bidang
tersebut untuk berkembang.

Terjadinya pemberontakan yang dibarengi dengan serangan dari luar, sehingga


menimbulkan kehancuran – kehancuran yang mengakibatkan berhentinya
kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan di dunia Islam. Penulis
mencoba untuk melihat penyebab kemunduran pendidikan intelektual kita yang tidak bisa
terlepas dari pola – pola pendidikan yang telah dilakukan sejak munculnya Islam sampai
ke masa kemunduran. Dalam perjalanan sejarah Islam terlihat ada dua pola dalam
pemikiran Islam yang saling berlomba mengembangkan diri dan mempunyai pengaruh
besar dalam pengembangan pola pendidikan umat Islam yaitu: pola pemikiran yang
bersifat tradisional yang selalu mendasarkan diri pada wahyu dan pola pemikiran rasional
yang mementingkan akal fikiran.
Dari pola yang pertama berkembang menjadi pola pemikiran Sufistik dan
mengembangkan pola pendidikan Sufi; yang kedua menimbulkan pola pendidikan
empiris rasional, dan pola pendidikan ini lebih memperhatikan pendidikan intelektual dan
penguasaan materi. Berkembangnya pola pendidikan menuju dua kutub yang berlawanan
adalah dengan munculnya kecenderungan rasional yang kuat pada Ikhwanussafa yang
memandang pendidikan dari sudut pandangan Aqliah bukan dari segi Amaliah. Mereka
berpendapat bahwa cara memperoleh pengetahuan melalui tiga jalan, pertama melalui
panca indra. Kedua, memperoleh pengetahuan dengan mendengarkan berita – berita yang
hanya manusia sanggup. Ketiga, memperoleh pengetahuan melalui tulisan dan bacaan,
memahami arti kata-kata bahasa dan pembicaraan orang dengan melihat tulisan-tulisan
itu. Pengetahuan semuanya dipelajari bukan secara naluri, dan semua pengetahuan
melalui panca indra. Untuk menaggapi kecenderungan rasionalisme ini muncul suatu
mazhab yang menentang kecenderungan rasionalisme sebagai sumber satu – satunya
pengetahuan. Hal ini terjadi pada zaman Abbasiyah. Selanjutnya, mazhab Sufi yang
melalui jalan lain untuk sampai pada hakikat, (jalan selainrasional), jalan itu ialah hati
sesudah dibersihkan dari kotoran dan jalan jiwa setelah ia bebas dari nafsu. suatu gerakan
Syi'ah di bawah tanah yang muncul pada zaman Abbasiyah yang cenderung pada ilmu –
ilmu asing yang mempunyai kecenderungan Rasionalisme tulen.
Sebagai dua pola yang berpadu dan saling melengkapi, setelah pola pemikiran rasional
diambil alih pengembangannya oleh dunia Barat (Eropa) dan dunia Islam pun
meninggalkan pola berfikir tersebut, maka dalam dunia Islam tinggal pola pemikiran
sufistik, yang sifatnya memang memperhatikan kehidupan batin yang mengabaikan
perkembangan dunia material. Pola Pendidikan yang dikembangkannya pun tidak Iagi
menghasilkan perkembangan budaya Islam yang bersifat material, dari aspek inilah
dikatakan pendidikan dan kebudayaan Islam mengalami kemunduran, atau setidaknya
dapat dikatakan pendidikan Islam mandeg.
Setelah ditinggalkannya pendidikan intelektual, maka semakin statis perkembangan
kebudayaan Islam, karena daya intelektual dari generasi penerus tidak mampu
mengadakan kreasi – kreasi budaya baru, bahkan telah menyebabkan ketidak mampuan
untuk mengatasi persoalan – persoalan baru yang dihadapi sebagai akibat perubahan dan
perkembangan zaman. Ketidakmampuan intelektual tersebut muncul dalam "pernyataan"
bahwa pintu ijtihad telah tertutup, terjadilah kebekuan intelektual secara total. Gejala –
gejala kemunduran dan kemacetan intelektual ini juga diungkapkan oleh
Fazlurrahman, bahwa tertutupnya pintu ijtihad (yakni pemikiran yang orisinil dan bebas)
selama abad ke-4 H/10 M dan 5 H/11 M telah membawa kemacetan umum dalam ilmu
hukum dan ilmu intelektual khususnya yang pertama. Ilmu – Ilmu intelektual yakni
teologi, dan pemikiran keagamaan, sangat mengalami kemunduran dan menjadi miskin
karena pengucilan mereka yang disengaja dari intelektualisme sekuler dan karena
kemunduran yang disebut terakhir ini, khususnya filsafat, dan juga pengucilannya dari
bentuk-bentuk pemikiran keagamaan seperti yang dibawa oleh sufisme.
Sejak itulah ilmu – ilmu agama yang seharusnya lebih banyak dikembangkan untuk
menjawab tantangan zaman boleh dikatakan sudah pudar. Kegiatan kaum muslimin boleh
dikatakan sudah berhenti, sekalipun tidak sama sekali. Ini sejalan dengan kehancuran
Bagdad dan Spanyol, dua wilayah yang dianggap sebagai pusat pengembangan
pendidikan dan kebudayaan Islam. Dengan hancurnya secara total Bagdad dan Granada di
Spanyol sebagai pusat Pendidikan dan kebudayaan Islam menandai runtuhnya sendi –
sendi pendidikan dan kebudayaan Islam. Musnahnya lembaga pendidikan dan semua
buku ilmu pengetahuan dari kedua pusat pendidikan di bagian Timur dan Barat dunia
Islam tersebut, menyebabkan pula kemunduran pendidikan Islam yang sangat cepat.

BAB III
PENUTUP

Pendidikan Islam mengalami kemunduran semenjak kejatuhan dinasti Abasiyah


ditangan tentara Mongol, dan telah banyaknya Filsafat Islam (yang bercorak sufistis) yang
dimasukkan Al-Ghazali di Timur, demikian pula Ibnu Rusyd dalam memasukkan filsafat
Islamnya (yang bercorak rasionalistis) ke dunia Islam di Barat yang akhirnya keduanya
bermuara ke arah bidang rohaniah hingga menghilang dalam mega alam tasauf, dan tempat
yang dianggap sebagai pusat penddikan Islam pun hancur seperti Granadadi Spanyol dan
perpustakaan Islam yang dijadikan acuan dalam ilmu pengetahuan Islam pada masa itu
hancur tak bersisa.

DAFTAR PUSTAKA

dewan redaksi Ensiklopedia islam 1999 ; Abuddin Nata,2004:156)

Drs. Badri Yatim, M.A.,Sejarah Peradaban Islam Jakarta : Rajawali Press, 1993, h. 35-59.

HasanLanggulung, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta Pustaka Alhusna, 1987, hlm. 123-
124.

Zuhairini dkk.,Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta .992,


Prof. Dr. Hasan lenggulung, Asas– asasPendidikan Islam, Jakarta : Pustaka Alhusna, h.125-
1269

Zuhairini dkk,op.cit .10912

Anda mungkin juga menyukai