Dosen Pengampu
Disusun oleh:
Kelompok 6
PENDIDIKAN BIOLOGI
1441 H/2020 M
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikumwr.wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, bahwa penulis
telah menyelesaikan tugas matakuliah Sejarah Peradaban Islam dengan membahas
tentang Pendidikan Islam Pada Masa Bani Umayyah
Dalam penyusunan dan penulisan tugas atau makalah ini, tidak sedikit
hambatan yang kami hadapi. Sehingga dalam penulisan makalah ini kami merasa
masih banyak kekurangan baik dalam penulisan maupun materi, mengingatakan
kemampuan yang dimiliki kami. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
penulis harapkan demi menyempurnakan pembuatan makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini penulis juga menyampaikan ucapan kepada
pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu dalam memberikan informasi
tentang materi yang terikat.
Semoga materi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan dan menjadi motifasi,
khususnya bagi kami.
Wassalamualaikumwr.wb
2
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
3
Pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-
orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu
melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah SWT. Pendidikan
merupakan kata kunci untuk setiap manusia agar ia mendapatkan ilmu. Hanya
dengan pendidikanlah ilmu akan didapat dan diserap dengan baik. Terutama
apabila kita mengetahui pendidikan yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw dan
para sahabatnya.
Untuk mengetahui sejauh mana pendidikan yang diajarkan oleh Rasulullah
SAW, khalafaur rasyidin dan para sahabatnya. Maka di butuhkanya sejarah
pendidikan islam. Karena sejarah pendidikan islam memiliki dua kegunaan yaitu
yang bersifat umum yaitu sebagai factor keteladanan dan bersifat akademis yaitu
memberikan perbendaharaan perkembangan ilmu pengetahuan (teori dan praktik).
Sejarah pendidikan islam pada hakikatnya tidak terlepas dari sejarah islam. Oleh
sebab itu periodisasi sejarah pendidikan islam dapat dikatakan berada pada
periode-periode sejarah islam itu sendiri. Yang dapat dibagi menjadi tiga periode,
yaitu periode klasik, pertengahan dan modern. Kemudian perinciannya dapat
dibagi lima periode, yaitu: Periode Nabi Muhammad SAW (571-632 M), periode
Khulafaur Rasyidin: Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali di Madinah(632-661 M),
periode kekuasaan Daulah Umayyah (661-750 M), periode kekuasaan Abbasiyah
(750-1250 M) dan periode jatuhnya kekuasaan khalifah di Baghdad (1250-
sekarang).
Namun pada Makalah ini penulis hanya membahas sejarah pendidikan
islam pada masa Bani Umayyah. Yang meliputi: Kurikulum pendidikan, metode
pembelajaran, profil pendidik, tempat-tempat berlangsungnya proses pendidikan,
serta kebijakan pemerintah pada masa itu.
4
4. Bagaimana pola pendidikan islam pada masa Bani Umayyah?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pendidikan pada masa Bani Umayyah!
2. Untuk mengetahui sejarah singkat awal berdirinya Bani Umayyah!
3. Untuk mengetahui perkembangan pendidikan islam pada masa Bani
Umayyah!
4. Untuk mengetahui pola pendidikan islam pada masa Bani Umayyah!
5
BAB II
ISI
1
Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, (Yogyakarta:Penerbit Ombak,
2011),h. 65
6
sehingga negara Islam bertambah luas dengan pesatnya. Negara Islam telah meliputi
seluruh Syria (Syam), Irak, Persia, Samarkand, Mesir, Maghrib (Marokko), dan
Spanyol.2
Ekspansi yang dilakukan untuk memperluas negara Islam tidaklah dengan
cara meroboh dan menghancurkan, perluasan ini bahkan diikuti oleh para ulama dan
guru-guru Agama yang ikut bersama-sama dengan tentara Islam. Pendidikan Islam
pun tidak hanya ada di Madinah saja, melainkan menyebar diberbagai kota besar,
antara lain:3
1. Di kota Makkah dan Madinah (Hijaz).
2. Di kota Basrah dan Kufah (Irak).
3. Di kota Damsyik dan Palestina (Syam).
4. Di kota Fistat (Mesir).
7
hasil. Bahkan perpecahan umat Islam semakin bertambah, dengan munculnya
kelompok ketiga yaitu khawarij yang tidak berpihak kepada muawiyah dan tidak pula
berpihak kepada Ali.
1. Lembaga Pendidikan.
Pada masa ini lembaga pendidikan adalah masjid dan Kuttab. Masjid
telah memegang peran sebagai lembaga pendidikan sejak zaman Rasulullah.
8
Di masjid lah Rasulullah menyampaikan ajaran ajaran keislaman. Kemudian
para Khulafaur Rasyidin juga memfungsikan masjid sebagai tempat
pendidikan begitu juga sampai kepada zaman Bani Umayyah.
Di masjid para ulama memberikan pendidikan agama dalam berbagai
cabang ilmu keagamaan. Dalam masjid terdapat 2 tingkatan sekolah, tingkatan
menengah dan perguruan tinggi. Pelajaran yang diberikan dalam tingkatan
menengah dilakukan secara perorangan, sedangkan pada tingkat perguruan
tinggi dilakukan secara halaqah, murid duduk bersama mengelilingi guru.
Hasan langgulung menyebutkan bahwa diantara jasa besar kerajaan Umayyah
dalam perkembangan ilmu pengetahuan adalah menjadikan masjid sebagai
pusat aktivitas ilmiah, teermasuk syair, sejarah bangsa-bangsa terdahulu,
perdebatan dan akidah.
Masjid masjid dijadikan sebagai sentra pendidikan. Pada pemerintahan
Walid Bin Abdul Malik didirikan masjid Umayyah di damaskus yang
merupakan Universitas terbesar di zaman itu. Pada zaman ini pula didirikan
Masjid Az zaitunah di Tunisia yang dianggap sebagai Universitas tertua di
dunia yang masih hidup sampai sekarang yang didirikan oleh Al-Habhab
pada tahun 114 H. Pada masa ini juga didirikan masjid Qairawan di Afrika
Utara oleh Uqbah bin Nafi'i.
Selain dari masjid maka lembaga pendidikan berikutnya adalah
Kuttab. Kuttab adalah tempat pendidikan anak-anak selain dari rumah tangga
dan masjid. Sebetulnya aku tetap telah ada sebelum datangnya agama Islam,
akan tetapi belum tersebar luas dan orang yang masuk Kuttab masih sangat
sedikit. Dengan adanya hutab maka sebagian kecil dari bangsa Arab bisa
membaca dan menulis. Pada waktu datangnya Islam yang pandai membaca
dan menulis baru 17 orang saja di antara penduduk Mekkah.
Telah diuraikan sepintas di atas, Shalaby mengatakan bahwasanya
Kuttab adalah jenis tempat belajar yang mula-mula lahir di dunia Islam.
Perkataan Kuttab diambil dari kata taktib (mengajar menulis), dan mengajar
menulis adalah fungsinya Kuttab. Dikuatkan pula oleh Apa yang tercantum
9
dalam lisanul Arab yaitu hutan ialah tempat memberi pelajaran menulis.
Karena yang belajar di Kuttab itu adalah kanak-kanak, sedangkan kanak-
kanak itu juga belajar Al-Quran dan agama pada tempat jenis lain, maka
tempat belajar Al-Quran dan agama itu juga disebut dengan Kuttab. Lalu
tersiarlah Nama Kuttab itu dengan arti tempat kanak-kanak belajar.
Jika dihubungkan dengan keterangan tentang Kuttab ini maka dapat
diambil kesimpulan bahwa sannya asal Kuttab itu adalah tempat belajar
membaca dan menulis, lalu kemudian berkembang di samping tempat belajar
membaca dan menulis juga belajar mata pelajaran lain, seperti dasar-dasar
agama, bahasa Arab, dan sa'ir. Shalaby berpendapat lagi, bahwasannya
memang ada dua jenis Kuttab yang pertama kitab yang mengajarkan
membaca dan menulis dan yang kedua kitab yang mengajarkan Al-Qur'an dan
dasar-dasar agama.4
Goldziher mengeluarkan pendapannya bahwasannya Kuttab sebagai
tempat mengajarkan Alquran dan pokok-pokok Agama Islam telah didirikan
di masa permulaan Islam. Pendapat ini dibuktikan dengab bukti-bukti sebagai
berikut:
a. Ummi Salamah, salah seorang istri Rasulullah pernah mengatakan kepada
guru pada sebuah kotak agar dia mengirimkan beberapa orang muridnya
untuk menolongnya membersihkan bulu dan memintanya.
b. Umar bin Maimun adalah penghafal mantra untuk Tangkal penyakit.
Menurut Umar bin Maimun mantra ini berasal dari Saad bin Abi waqqas.
Saat ini pernah menuliskan dan mengajarkan mantra itu kepada putra-
putranya sebagai seorang guru yang mengajarkan kepada murid-muridnya.
c. Sekali peristiwa Ibnu Umar dan Abu Usaid berlalu di hadapan sebuah
Kuttab. Murid-murid Kuttab itu tertarik perhatiannya kepada Ibnu Umar
dan Abu Usaid itu.
4
Haidar Putra Daulay. Pendidikan islam Dalam Lintasan Sejarah. (Jakarta: Prenadamen A
Group. 2013), h.
10
d. Batu Tulis telah ada sejak zaman Bahari Islam. Ada Diceritakan
bahwasannya Ummud Darda’ pernah menuliskan hikmah-hikmah pada
batu tulis agar dicontoh oleh murid-muridnya yang sedang diajarnya
menulis dan membaca.
Dinasti Umayyah adalah dinasti pertama dalam sejarah Islam. Dinasti ini
berlangsung pada tahun 661-750 M yang berpusat di Damaskus. Nama Umayyah
diambil dari nama Umayyah ibn Abdi Syam ibn Abdi Manaf yang merupakan
seorang pemimpin suku Qurays di jaman jahiliyah. Umayyah mulai menyusun
kekuatan pada masa Usman ibn Affan. Ketika itu Umayyah yang memang memiliki
hubungan dekat dengan Usman ibn Affan. Muawiyah ibn Abu Sufyan diberi jabatan
sebagai gubernur Syria (Damaskus) ketika itu.5
5
Siti Maryam, dkk. Sejarah Peradaban Islam: dari Masa Klasik Hingga Modern.
(Yogyakarta:Penerbit Lesfi, 2012),h.68
11
Setelah kematian Ali, Muawiyah mengambil alih kekuasaan. Ia melakukan
konsolidasi kekuasaan di Syiria yang rakyatnya memang sudah solid terhadap
Muawiyah, dengan memindahkan ibu kota ke Damaskus. Dari sinilah kemudian
babak baru dinasti bani Umayyah dimulai.[9] Umayyah yang berpusat di Damaskus
berlangsung selama 91 tahun dan diperintah oleh 14 orang khalifah. Mereka itu
adalah: Muawiyah (41 H/661 M), Yazid I (60 H/680 M), Muawiyah II (64 H/683 M),
Marwan I (64 H/685 M), Abdul Malik (65 H/685 M), Walid I (86 H/705 M),
Sulaiman (96 H/715 M), Umar II (99 H/717 M), Yazid II (101 H/720 M), Hisyam
(105 H/724 M), Walid II (125 H/743 M), Yazid III (126 H/744 M), Ibrahim (126
H/744 M), dan Marwan II (127-132 H/744-750).
1. Madrasah Makkah.
Muaz bin Jabal adalah guru pertama yang mengajar di Makkah,
sesudah pendudukan Makkah takluk. Ia mengajarkan al-Quran dan mana yang
halal dan haram. Pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwa, Abdullah bin
Abbas pergi ke Makkah dan mengajar di masjidil Haram, ia mengajar ilmu
tafsir, fiqhi dan sastera. Ia adalah pembangun madrasah Makkah. Kemudian ia
digantikan murid-muridnya yaitu Mujahid bin Jabar (meriwayatkan tafsir al-
Qur’an dari Ibnu Abbas), ‘Athak bin Abu Rabah (ilmu fiqih terutama manasik
haji), dan Thawus (seorang Fukaha dan Mufti). Ketiga guru itu meninggal dan
digantikkan oleh Sufyan bin ‘Uyainah dan muslim bin Khalid Az-Zanji.
6
Athiyya Albrasi, Tarbiyah Al Islamiyah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993),h. 56
12
Keduanya adalah guru imam Syafi’i yang pertama. Kemudian ia hijrah ke
Madinah berguru pada Imam Malik.
2. Madrasah Madinah.
Madrasah Madinah adalah tempat para sahabat menuntut ilmu.
Adapun ulama-ulama di Madinah adalah Umar bin Khattab, Ali bin Abi
Thalib, Zaid bin Sabit, dan Abdullah bin Umar bin Khattab. Namun, yang
aktif mengajar agama Islam adalah Zaid bin Sabit (ahli qiraat dan ahli fiqih,
khususnya dalam faraid), dan Abdullah bin Umar (ahli hadis). Setelah para
ulama wafat digantikan oleh murid-muridnya, tabi’in, yaitu Sa’id bin Al-
Musaiyab (murid Zaid bin Sabit), dan ‘Urwah bin Az-Zubair bin Al-Awam.
Sesudah tingkat tabi’in digantikan oleh Ibnu Syihab Az-Zuhri al-Quraisyi
(ahli fiqhi dan hadis). Madrasah Madinah ini melahirkan Imam Malik bin
Anas, imam Madinah.
3. Madrasah Basrah.
Ulama sahabat yang terkenal di Basrah adalah Abu Musa Al-Asy’ari
(ahli fiqih, ahli hadis, dan ahli al-Qura’an) dan Anas bin Malik (ilmu hadis).
Madrasah Basrah melahirkan ulama terkenal, besar, berbudi tinggi, saleh,
fasih lidahnya, dan berani mengeluarkan pendapatnya, ia adalah Al-Hasan
Basry (ahli fiqih, ahli pidato dan kisah, ahli fikir, serta ahli tasawuf). Ada pula
Ibnu Sirin yang pernah belajar pada Zaid bi Sabit, Anas bin Malik, dan lain-
lain. Ia ahli hadis dan hidup semasa dengan al-Hasan Basry.
4. Madrasah Kufah.
Ulama di Kufah ialah Ali bin Abu Talib dan Abdullah bin Mas’ud. Ali
lebih banyak menangani politik dan urusan peperangan. Sedangkan Ibnu
Mas’ud mengajarkan ilmu al-Qur’an dan ilmu agama, ia juga ahli tafsir dan
ahli fiqih. Madrasah Kufah melahirkan Nu’man, Abu Hanifah.
5. Madrasah Damsyik (Syam)
Madrasah Agama di Syam didirikan oleh Mu’az bin Jabal, ‘Ubadah
dan Abud-Dardak. Ketiganya mengajar al-Qur’an dan ilmu agama di negeri
Syam pada tiga tempat, yaitu Abud-Dardak di Damsyik, Mu’az bin Jabal di
13
Palestina dan ‘Ubadah di Hims. Selanjutnya mereka di gantikan oleh murid-
muridnya, tabi’in, seperti Abu Idris al-Khailany, Makhul Ad-Dimasyki, Umar
bin Abdul Aziz dan Rajak bin Haiwah. Madrasah ini melahirkan imam
penduduk Syam, yaitu Abdurrahman al-Auza’iy yang ilmunya sederajat
dengan imam Malik dan Abu Hanifah. Namun, mazhabnya yang tersebar di
Syam sampai ke Maghrib dan Andalusia lenyap karena pengaruh mazhab
Syafi’i dan Maliki.
6. Madrasah Fistat (Mesir)
Ketika Mesir telah menjadi negara Islam, Mesir menjadi pusat ilmu-
ilmu agama. Di Mesir mempunyai madrasah yang didirikan oleh Abdullah bin
‘Amr bin al-‘As. Ulama-ulama yang ada di Mesir yaitu Yazid bin Abu Habib
An-Nuby. Ia menyiarkan ilmu fiqhi dan menjelaskan apa saja yang haram dan
halal dalam agama Islam. selain itu ada pula Abdullah bin Abu Ja’far bin
Rabi’ah. Yazid mempunyai murid bernama Abdullah bin Lahi’ah dan al-Lais
bin Said. Abdullah tidak hanya belajar kepada Yazid, tetapi juga kepada
tabi’in. Sedangkan al-Lais pernah menuntut ilmu di Mesir, Makkah, Baitul-
Maqdis, dan Baghdad. Ia bahkan berhubungan dengan imam Malik dan
berkiriman surat.
Pola pendidikan yang berkembang pada masa ini sebenarnya sama dengan
pendidikan yang berkembang pada masa sekarang. Pendidikan yang ada pada waktu
itu terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu, tingkat pertama, tingkat menengah, dan
tingkat tinggi. Adapun tempat belajar pada waktu itu terbagi menjadi tiga, yaitu
Kuttab, Masjid, dan Majelis Sastra.
Kuttab adalah tingkat pertama untuk belajar menulis, membaca atau
menghafal al-Qur’an dan mempelajari pokok-pokok dari agama Islam. Disamping itu
murid-murid juga mempelajari tata bahasa Arab, cerita-cerita nabi, hadis dan pokok
agama. Peserta yang dididik terdiri dari anak-anak dari lapisan sosial manapun.
14
Bahkan, sebagian anak-anak yang kurang mampu diberi makan dan pakaian dengan
cuma-cuma. Anak-anak perempuan pun diberi hak belajar yang sama dengan laki-
laki. Setalah lulus, maka murid-murid melanjutkan pendidikan ke Masjid.
Masjid merupakan pusat pendidikan yang terdiri dari tingkat menengah dan
tingkat tinggi. Pendidikan tingkat menengah kembali mendalami al-Qur’an, Tafsir,
Hadis, dan Fiqih. Selain itu, murid-murid juga diajarkan kesusasteraan, sajak,
gramatika bahasa, ilmu hitung, dan ilmu perbintangan. Masjid dijadikan sebagai pusat
aktifitas ilmiah. Pada tingkat menegah gurunya belumlah ulama besar, berbeda
halnya dengan tingkat tinggi yang diberi pengajaran oleh ulama yang memiliki ilmu
yang mendalam dan termasyhur kealiman dan kesalehannya.7
Umumnya pelajaran yang diberikan guru kepada muridnya pada tingkat
pertama dan menengah dilakukan satu persatu atau perseorangan. Sedangkan pada
tingkat tinggi pelajaran diberikan dalam satu halaqah yang dihadiri oleh para pelajar
secara bersama-sama. Selain itu, adapula Majelis Sastra yang merupakan tempat
berdiskusi membahas masalah kesusasteraan dan juga sebagai tempat berdiskusi
mengenai urusan politik. Perhatian penguasa Umayyah sangat besar pada pencatatan
kaidah-kaidah nahwu, pemakaian Bahasa Arab dan mengumpulkan syair-syair Arab
dalam bidang Syariah, kitabah dan berkembangnya semi prosa. Bahkan dilakukan
pula penterjemahan ilmu-ilmu dari bahasa lain kedalam bahasa Arab.
Berdasarkan uraikan diatas dapat dikatakan bahwa perkembangan pendidikan
Islam tidak lepas dari peranan ulama-ulama yang begitu giat mempelajari ilmu. Para
ulama mendirikan madrasah-madrasah pada tiap-tiap kota. Kecintaan para ulama
terhadap ilmu membuat mereka tergerak mempelajari ilmu tidak hanya pada satu
ulama. Sehingga mereka melakukan pengembaraan ke berbagai tempat untuk
menambah ilmu agama.
Ulama-ulama yang ada memiliki murid-murid, jadi ketika ulama tersebut
wafat murid-muridnya, ulama tabi’in akan melanjutkan perjuangan untuk menuntut
ilmu. Begitu seterusnya sampai kepada kita sekarang. Dengan adanya interaksi yang
baik antara guru dan murid inilah yang menciptakan suatu keharmonisan dalam
7
Ahmad Salabi, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1972),h. 72
15
proses pembelajaran berbagai ilmu pengetahuan. Pencarian ilmu yang dilakukan oleh
pencinta ilmu yang dilakukan dengan mengembara ke berbagai wilayah atau negara
lain untuk belajar kepada ulama tertentu juga mengindikasikan adanya percampuran
budaya setempat dengan Islam.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
16
dan pembaharuan sistem pendidikan pada zaman Bani Umayyah sudah terlihat.
Karena pemerintahan Bani Umayyah menaruh perhatian yang sangat luas dalam
bidang pendidikan. Memberi dorongan yang kuat terhadap dunia pendidikan
dengan penyediaan sarana dan prasarana.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Khoiriyah, Reorientasi Wawasan Sejarah Islam dari Arab Sebelum Islam Hingga
Dinasti-dinasti islam, Yogyakarta:Penerbit Teras, 2012
17
Maryam, dkk. Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern .
Yogyakarta: Penerbit Lesfi, 2012.
Yunus, Mahmud. Sejarah Pendidikan Islam dari zaman Nabi SAW Khalifah-khalifah
Rasyidin, Bani Umaiyah dan Abbasiyah sampai zaman Mamluks dan
Usmaniyah. Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1990.
18