Anda di halaman 1dari 18

PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA BANI UMAYYAH

(Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam)

Dosen Pengampu

Okta Dwi Kartika Ratu, M.Pd

Disusun oleh:

Kelompok 6

1. Delvia Erika Putri            (1911060045)


2. Eka Meilina                (1911060064) 
3. Imaniar Dwi Lestari            (1911060333)
4. Rizky Amanda Arlina            (1611060057)

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

1441 H/2020 M

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikumwr.wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, bahwa penulis
telah menyelesaikan tugas matakuliah Sejarah Peradaban Islam dengan membahas
tentang Pendidikan Islam Pada Masa Bani Umayyah
Dalam penyusunan dan penulisan tugas atau makalah ini, tidak sedikit
hambatan yang kami hadapi. Sehingga dalam penulisan makalah ini kami merasa
masih banyak kekurangan baik dalam penulisan maupun materi, mengingatakan
kemampuan yang dimiliki kami. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
penulis harapkan demi menyempurnakan pembuatan makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini penulis juga menyampaikan ucapan kepada
pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu dalam memberikan informasi
tentang materi yang terikat.
Semoga materi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan dan menjadi motifasi,
khususnya bagi kami.

Wassalamualaikumwr.wb

                    Bandar Lampung, 07 maret 2020

                            Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.                                i


KATA PENGANTAR                            ii
DAFTAR ISI                                    iii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang                                1
2. Rumusan Masalah                                2
3. Tujuan                                    3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Ilustrasi Pendidikan Masa Islam                        3
2.2 Berdirinya Dinasti Umayyah                        8
2.3 Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Bani Umayyah        9
2.4 Pola Pendidikan Islam Pada Masa Bani Umayyah            11
BAB II PENUTUP
3.1 Kesimpulan                                14
3.1 Saran                                    14
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk mengenalkan Islam
ini diutus Rasulullah SAW. Tujuan utamanya adalah memperbaiki manusia untuk
kembali kepada Allah SWT. Oleh karena itu selam kurang lebih 23 tahun
Rasulullah SAW membina dan memperbaiki manusia melalui pendidikan.

3
Pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-
orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu
melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah SWT. Pendidikan
merupakan kata kunci untuk setiap manusia agar ia mendapatkan ilmu. Hanya
dengan pendidikanlah ilmu akan didapat dan diserap dengan baik. Terutama
apabila kita mengetahui pendidikan yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw dan
para sahabatnya.
Untuk mengetahui sejauh mana pendidikan yang diajarkan oleh Rasulullah
SAW, khalafaur rasyidin dan para sahabatnya. Maka di butuhkanya sejarah
pendidikan islam. Karena sejarah pendidikan islam memiliki dua kegunaan yaitu
yang bersifat umum yaitu sebagai factor keteladanan dan bersifat akademis yaitu
memberikan perbendaharaan perkembangan ilmu pengetahuan (teori dan praktik).
Sejarah pendidikan islam pada hakikatnya tidak terlepas dari sejarah islam. Oleh
sebab itu periodisasi sejarah pendidikan islam dapat dikatakan berada pada
periode-periode sejarah islam itu sendiri. Yang dapat dibagi menjadi tiga periode,
yaitu periode klasik, pertengahan dan modern. Kemudian perinciannya dapat
dibagi lima periode, yaitu: Periode Nabi Muhammad SAW (571-632 M), periode
Khulafaur Rasyidin: Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali di Madinah(632-661 M),
periode kekuasaan Daulah Umayyah (661-750 M), periode kekuasaan Abbasiyah
(750-1250 M) dan periode jatuhnya kekuasaan khalifah di Baghdad (1250-
sekarang).
Namun pada Makalah ini penulis hanya membahas sejarah pendidikan
islam pada masa Bani Umayyah. Yang meliputi: Kurikulum pendidikan, metode
pembelajaran, profil pendidik, tempat-tempat berlangsungnya proses pendidikan, 
serta kebijakan pemerintah pada masa itu.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pendidikan pada masa Bani Umayyah?
2. Bagaimana sejarah singkat awal berdirinya Bani Umayyah?
3. Bagaimana perkembangan pendidikan islam pada masa Bani Umayyah?

4
4. Bagaimana pola pendidikan islam pada masa Bani Umayyah?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pendidikan pada masa Bani Umayyah!
2. Untuk mengetahui sejarah singkat awal berdirinya Bani Umayyah!
3. Untuk mengetahui perkembangan pendidikan islam pada masa Bani
Umayyah!
4. Untuk mengetahui pola pendidikan islam pada masa Bani Umayyah!

5
BAB II
ISI

2.1 Ilustrasi Pendidikan masa Islam


Pendidikan Islam bersumber pada al-Quran dan Hadis untuk membentuk
manusia yang tidak saja beriman kepada Allah, tetapi juga agar manusia senantiasa
memelihara nilai-nilai yang berlaku dalam menjalin hubungan dengan sesama
manusia dan masyarakat. Pendidikan Islam mengalami pertumbuhan dan
perkembangan sejalan dengan perkembangan Islam itu sendiri. Berbicara mengenai
sejarah pendidikan Islam tidak bisa dilepaskan dari sejarah peradaban Islam.
Jadi, dapat dikatakan bahwa periodesasi pendidikan Islam sama dengan
periodesasi sejarah peradaban Islam. Periodesasi tersebut terbagi dalam tiga babakan
utama, yaitu: periode klasik, periode pertengahan, dan periode modern. 1 Apabila
dirinci: pada masa Nabi Muhammad SAW (571-632 M), masa Khulafa al-Rasyidin
(632-661 M), masa dinasti Umayyah di Damaskus (661-750 M), dan masa dinasti
Abbasiyah di Baghdad dan masa dari jatuhnya kekuatan Islam di Baghdad (750-1250
M).
Pendidikan Islam pada masa Umayyah yang masuk dalam periode klasik
memiliki beberapa kesamaan dengan pendidikan pada masa Khulafa al-Rasyidin.
Pendidikan pada masa ini masuk dalam fase pertumbuhan pendudukan Islam.
Walaupun demikian, pendidikan yang ada pada masa Umayyah tetap mempunyai
perbedaan dan juga perkembangannya sendiri. Pendidikan Islam yang dimulai pada
masa Nabi Muhammad berpusat di Madinah. Ketika masa Umayyah pendidikan
Islam mengalami perkembangan. Mengingat Umayah banyak melakukan ekspansi,

1
Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, (Yogyakarta:Penerbit Ombak,
2011),h. 65

6
sehingga negara Islam bertambah luas dengan pesatnya. Negara Islam telah meliputi
seluruh Syria (Syam), Irak, Persia, Samarkand, Mesir, Maghrib (Marokko), dan
Spanyol.2
Ekspansi yang dilakukan untuk memperluas negara Islam tidaklah dengan
cara meroboh dan menghancurkan, perluasan ini bahkan diikuti oleh para ulama dan
guru-guru Agama yang ikut bersama-sama dengan tentara Islam. Pendidikan Islam
pun tidak hanya ada di Madinah saja, melainkan menyebar diberbagai kota besar,
antara lain:3
1. Di kota Makkah dan Madinah (Hijaz).
2. Di kota Basrah dan Kufah (Irak).
3. Di kota Damsyik dan Palestina (Syam).
4. Di kota Fistat (Mesir).

Penggagasan dan tokoh utama pendiri dinasti Bani Umayyah adalah


muawiyah bin Abi Sufyan. Nama dinasti ini diambil dari nama nenek mereka yang
bernama Umayyah bin Abdi Manaf. Asal mula terbentuknya dinasti ini diawali
dengan pembangkangan muawiyah untuk menyatakan bai’at kepada Ali Bin Abi
Thalib yang telah diangkat menjadi khalifah oleh para sahabat di Madinah, tetapi
muawiyah yang pada waktu itu menjabat sebagai gubernur di Syam yang
berkedudukan di damaskus, tidak mau tunduk kepada kekhalifahan Ali. Bahkan
terselip tuduhan bahwa Ali terlibat dalam pembunuhan Utsman bin Affan. Ujung dari
perseteruan ini meletusnya Perang shiffin, yakni Peperangan antara pihak Ali dengan
pihak muawiyah yang terjadi di siffin.

Dalam peperangan itu, pihak muawiyah hampir mengalami kekalahan dan


memohon berdamai. BH Aleh merespon permohonan itu dengan terbelah dua. Pihak
Ali terbelah, satu pendapat setuju berdamai dan satunya lagi tidak. Kesimpulan yang
diambil berdamai, dilanjutkan dengan tahkim (arbitrase), tetapi tidak membuahkan
2
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam dari Zaman Nabi SAW Khalifah-khalifah
Rasyidin, Bani Umayyah dan Abbasiyah sampai Zaman Mamkuls dan Usmaniyah,(Jakarta:PT
Hidakarya Agung,1990),h. 33
3
Khoiriyah, Reorientasi Wawasan Sejarah Islam dari Arab Sebelum Islam Hingga Dinasti-
dinasti islam,(Yogyakarta:Penerbit Teras, 2012),h. 69

7
hasil. Bahkan perpecahan umat Islam semakin bertambah, dengan munculnya
kelompok ketiga yaitu khawarij yang tidak berpihak kepada muawiyah dan tidak pula
berpihak kepada Ali.

Dalam hal seperti itu khawarij merencanakan membunuh 3 orang yang


menjadi penyebab timbulnya perpecahan umat. Yaitu, Ali, muawiyah, dan Amru bin
‘Ash, yang terbunuh hanya ali saja, sedangkan dua diantaranya tidak. Setelah
wafatnya Ali Bin Abi Thalib, Hasan bin Ali diangkat oleh para pengikutnya
menggantikan Ali, tetapi kemudian Hasan menyerahkan kekuasaan itu kepada
muawiyah dengan syarat-syarat tertentu. Maka, dengan demikian setelah muawiyah
lulus menjadi khalifah seterusnya di zaman Yazid Bin muawiyah Husein pun
terbunuh di Karbala maka Bani Umayyah tidak lagi memiliki musuh politik dalam
bentuk nyata. Karena itu, 1 Bani Umayyah dapat melakukan pembangunan dan
perluasan wilayah. Wilayah Islam pada masa kerajaan ini berkuasa terbentang dari
Andalusia (Spanyol) sampai ke India.

Masyarakat muslim pun tumbuh menjadi masyarakat multikultural, beragam


etnis, dan bangsa setelah menjadi pemeluk Islam. Kontak peradaban semakin intensif.
Kaum muslimin Arab pun mendapat pengaruh dari berbagai peradaban tersebut.
Dinamisasi kehidupan menjadi muncul. Riak-riak zaman kemajuan Islam pun telah
mulai terlihat dengan saling adanya kontak peradaban tersebut. Di tengah
pertumbuhan Islam yang sedemikian rupa dan munculnya masyarakat yang pluralis,
maka kebutuhan kepada pendidikan pun semakin diperlukan.

Dinasti Bani Umayyah berkuasa sejak tahun 41 H sampai dengan 132 H.


Dengan 14 orang khalifah nya silih berganti. Ditinjau dari segi pendidikan pada masa
kerajaan Bani Umayyah telah berlangsung beberapa aktivitas pendidikan sebagai
berikut:

1. Lembaga Pendidikan.
Pada masa ini lembaga pendidikan adalah masjid dan Kuttab. Masjid
telah memegang peran sebagai lembaga pendidikan sejak zaman Rasulullah.

8
Di masjid lah Rasulullah menyampaikan ajaran ajaran keislaman. Kemudian
para Khulafaur Rasyidin juga memfungsikan masjid sebagai tempat
pendidikan begitu juga sampai kepada zaman Bani Umayyah.
Di masjid para ulama memberikan pendidikan agama dalam berbagai
cabang ilmu keagamaan. Dalam masjid terdapat 2 tingkatan sekolah, tingkatan
menengah dan perguruan tinggi. Pelajaran yang diberikan dalam tingkatan
menengah dilakukan secara perorangan, sedangkan pada tingkat perguruan
tinggi dilakukan secara halaqah, murid duduk bersama mengelilingi guru.
Hasan langgulung menyebutkan bahwa diantara jasa besar kerajaan Umayyah
dalam perkembangan ilmu pengetahuan adalah menjadikan masjid sebagai
pusat aktivitas ilmiah, teermasuk syair, sejarah bangsa-bangsa terdahulu,
perdebatan dan akidah.
Masjid masjid dijadikan sebagai sentra pendidikan. Pada pemerintahan
Walid Bin Abdul Malik didirikan masjid Umayyah di damaskus yang
merupakan Universitas terbesar di zaman itu. Pada zaman ini pula didirikan
Masjid Az zaitunah di Tunisia yang dianggap sebagai Universitas tertua di
dunia yang masih hidup sampai sekarang yang didirikan oleh Al-Habhab
pada tahun 114 H. Pada masa ini juga didirikan masjid Qairawan di Afrika
Utara oleh Uqbah bin Nafi'i.
Selain dari masjid maka lembaga pendidikan berikutnya adalah
Kuttab. Kuttab adalah tempat pendidikan anak-anak selain dari rumah tangga
dan masjid. Sebetulnya aku tetap telah ada sebelum datangnya agama Islam,
akan tetapi belum tersebar luas dan orang yang masuk Kuttab masih sangat
sedikit. Dengan adanya hutab maka sebagian kecil dari bangsa Arab bisa
membaca dan menulis. Pada waktu datangnya Islam yang pandai membaca
dan menulis baru 17 orang saja di antara penduduk Mekkah.
Telah diuraikan sepintas di atas, Shalaby mengatakan bahwasanya
Kuttab adalah jenis tempat belajar yang mula-mula lahir di dunia Islam.
Perkataan Kuttab diambil dari kata taktib (mengajar menulis), dan mengajar
menulis adalah fungsinya Kuttab. Dikuatkan pula oleh Apa yang tercantum

9
dalam lisanul Arab yaitu hutan ialah tempat memberi pelajaran menulis.
Karena yang belajar di Kuttab itu adalah kanak-kanak, sedangkan kanak-
kanak itu juga belajar Al-Quran dan agama pada tempat jenis lain, maka
tempat belajar Al-Quran dan agama itu juga disebut dengan Kuttab. Lalu
tersiarlah Nama Kuttab itu dengan arti tempat kanak-kanak belajar.
Jika dihubungkan dengan keterangan tentang Kuttab ini maka dapat
diambil kesimpulan bahwa sannya asal Kuttab itu adalah tempat belajar
membaca dan menulis, lalu kemudian berkembang di samping tempat belajar
membaca dan menulis juga belajar mata pelajaran lain, seperti dasar-dasar
agama, bahasa Arab, dan sa'ir. Shalaby berpendapat lagi, bahwasannya
memang ada dua jenis Kuttab yang pertama kitab yang mengajarkan
membaca dan menulis dan yang kedua kitab yang mengajarkan Al-Qur'an dan
dasar-dasar agama.4
Goldziher mengeluarkan pendapannya bahwasannya Kuttab sebagai
tempat mengajarkan Alquran dan pokok-pokok Agama Islam telah didirikan
di masa permulaan Islam. Pendapat ini dibuktikan dengab bukti-bukti sebagai
berikut:
a. Ummi Salamah, salah seorang istri Rasulullah pernah mengatakan kepada
guru pada sebuah kotak agar dia mengirimkan beberapa orang muridnya
untuk menolongnya membersihkan bulu dan memintanya.
b. Umar bin Maimun adalah penghafal mantra untuk Tangkal penyakit.
Menurut Umar bin Maimun mantra ini berasal dari Saad bin Abi waqqas.
Saat ini pernah menuliskan dan mengajarkan mantra itu kepada putra-
putranya sebagai seorang guru yang mengajarkan kepada murid-muridnya.
c. Sekali peristiwa Ibnu Umar dan Abu Usaid berlalu di hadapan sebuah
Kuttab. Murid-murid Kuttab itu tertarik perhatiannya kepada Ibnu Umar
dan Abu Usaid itu.

4
Haidar Putra Daulay. Pendidikan islam Dalam Lintasan Sejarah. (Jakarta: Prenadamen A
Group. 2013), h.

10
d. Batu Tulis telah ada sejak zaman Bahari Islam. Ada Diceritakan
bahwasannya Ummud Darda’ pernah menuliskan hikmah-hikmah pada
batu tulis agar dicontoh oleh murid-muridnya yang sedang diajarnya
menulis dan membaca.

2.2 Berdirinya Dinasti Umayyah.

Dinasti Umayyah adalah dinasti pertama dalam sejarah Islam. Dinasti ini
berlangsung pada tahun 661-750 M yang berpusat di Damaskus. Nama Umayyah
diambil dari nama Umayyah ibn Abdi Syam ibn Abdi Manaf yang merupakan
seorang pemimpin suku Qurays di jaman jahiliyah. Umayyah mulai menyusun
kekuatan pada masa Usman ibn Affan. Ketika itu Umayyah yang memang memiliki
hubungan dekat dengan Usman ibn Affan. Muawiyah ibn Abu Sufyan diberi jabatan
sebagai gubernur Syria (Damaskus) ketika itu.5

Pasca terbunuhnya Usman, Ali dibaiat menjadi khalifah menggantikan


Usman. Muawiyah yang merupakan oposisi menjadi musuh dan lawan kekuasaan
Ali. Konflik antara Muawiyah dan Ali pecah dalam perang Siffin. Ketika pasukan Ali
hampir menang, Amr ibn ‘ash menasehati Muawiyah agar pasukannya mengangkat
mushaf-mushaf al-Quran untuk melakukan perdamaian. Akhirnya Ali menerima
tahkim, sehingga terjadi perpecahan diantara pendukung Ali. Keputusan yang
dihasilkan oleh wakil pihak Ali (Abu Musa al-Asy’ari) dan pihak Mu’awiyah (Amr
ibn ‘Ash) justru memperkuat kedudukan Muawiyah dan golongan yang
mendukungnya. Umat Islam pada saat itu terbagi menjadi tiga golongan:

1. Bani Umayyah dan pendukungnya dipimpin oleh Muawiyah.


2. Syiah atau pendikung Ali, yaitu golongan yang mendukung kekhalifahan Ali.
3. Khawarij yang menjadi lawan dari kedua partai tersebut.

5
Siti Maryam, dkk. Sejarah Peradaban Islam: dari Masa Klasik Hingga Modern.
(Yogyakarta:Penerbit Lesfi, 2012),h.68

11
Setelah kematian Ali, Muawiyah mengambil alih kekuasaan. Ia melakukan
konsolidasi kekuasaan di Syiria yang rakyatnya memang sudah solid terhadap
Muawiyah, dengan memindahkan ibu kota ke Damaskus. Dari sinilah kemudian
babak baru dinasti bani Umayyah dimulai.[9] Umayyah yang berpusat di Damaskus
berlangsung selama 91 tahun dan diperintah oleh 14 orang khalifah. Mereka itu
adalah: Muawiyah (41 H/661 M), Yazid I (60 H/680 M), Muawiyah II (64 H/683 M),
Marwan I (64 H/685 M), Abdul Malik (65 H/685 M), Walid I (86 H/705 M),
Sulaiman (96 H/715 M), Umar II (99 H/717 M), Yazid II (101 H/720 M), Hisyam
(105 H/724 M), Walid II (125 H/743 M), Yazid III (126 H/744 M), Ibrahim (126
H/744 M), dan Marwan II (127-132 H/744-750).

2.3 Perkembangan Pendidikan Islam pada Masa Bani Umayyah

Pada masa Umayyah berkembangnya pendidikan Islam tidak lepas dari


perluasan wilayah negara Islam yang diikuti oleh para ulama dan guru-guru agama
yang juga ikut bersama-sama tentara Islam. Pendidikan yang berkembang bersifat
desentrasi, kajian ilmu yang ada tersebar dan terpusat di kota-kota besar,
diantaranya:6

1. Madrasah Makkah.
Muaz bin Jabal adalah guru pertama yang mengajar di Makkah,
sesudah pendudukan Makkah takluk. Ia mengajarkan al-Quran dan mana yang
halal dan haram. Pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwa, Abdullah bin
Abbas pergi ke Makkah dan mengajar di masjidil Haram, ia mengajar ilmu
tafsir, fiqhi dan sastera. Ia adalah pembangun madrasah Makkah. Kemudian ia
digantikan murid-muridnya yaitu Mujahid bin Jabar (meriwayatkan tafsir al-
Qur’an dari Ibnu Abbas), ‘Athak bin Abu Rabah (ilmu fiqih terutama manasik
haji), dan Thawus (seorang Fukaha dan Mufti). Ketiga guru itu meninggal dan
digantikkan oleh Sufyan bin ‘Uyainah dan muslim bin Khalid Az-Zanji.

6
Athiyya Albrasi, Tarbiyah Al Islamiyah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993),h. 56

12
Keduanya adalah guru imam Syafi’i yang pertama. Kemudian ia hijrah ke
Madinah berguru pada Imam Malik.
2. Madrasah Madinah.
Madrasah Madinah adalah tempat para sahabat menuntut ilmu.
Adapun ulama-ulama di Madinah adalah Umar bin Khattab, Ali bin Abi
Thalib, Zaid bin Sabit, dan Abdullah bin Umar bin Khattab. Namun, yang
aktif mengajar agama Islam adalah Zaid bin Sabit (ahli qiraat dan ahli fiqih,
khususnya dalam faraid), dan Abdullah bin Umar (ahli hadis). Setelah para
ulama wafat digantikan oleh murid-muridnya, tabi’in, yaitu Sa’id bin Al-
Musaiyab (murid Zaid bin Sabit), dan ‘Urwah bin Az-Zubair bin Al-Awam.
Sesudah tingkat tabi’in digantikan oleh Ibnu Syihab Az-Zuhri al-Quraisyi
(ahli fiqhi dan hadis). Madrasah Madinah ini melahirkan Imam Malik bin
Anas, imam Madinah.
3. Madrasah Basrah.
Ulama sahabat yang terkenal di Basrah adalah Abu Musa Al-Asy’ari
(ahli fiqih, ahli hadis, dan ahli al-Qura’an) dan Anas bin Malik (ilmu hadis).
Madrasah Basrah melahirkan ulama terkenal, besar, berbudi tinggi, saleh,
fasih lidahnya, dan berani mengeluarkan pendapatnya, ia adalah Al-Hasan
Basry (ahli fiqih, ahli pidato dan kisah, ahli fikir, serta ahli tasawuf). Ada pula
Ibnu Sirin yang pernah belajar pada Zaid bi Sabit, Anas bin Malik, dan lain-
lain. Ia ahli hadis dan hidup semasa dengan al-Hasan Basry.
4. Madrasah Kufah.
Ulama di Kufah ialah Ali bin Abu Talib dan Abdullah bin Mas’ud. Ali
lebih banyak menangani politik dan urusan peperangan. Sedangkan Ibnu
Mas’ud mengajarkan ilmu al-Qur’an dan ilmu agama, ia juga ahli tafsir dan
ahli fiqih. Madrasah Kufah melahirkan Nu’man, Abu Hanifah.
5. Madrasah Damsyik (Syam)
Madrasah Agama di Syam didirikan oleh Mu’az bin Jabal, ‘Ubadah
dan Abud-Dardak. Ketiganya mengajar al-Qur’an dan ilmu agama di negeri
Syam pada tiga tempat, yaitu Abud-Dardak di Damsyik, Mu’az bin Jabal di

13
Palestina dan ‘Ubadah di Hims. Selanjutnya mereka di gantikan oleh murid-
muridnya, tabi’in, seperti Abu Idris al-Khailany, Makhul Ad-Dimasyki, Umar
bin Abdul Aziz dan Rajak bin Haiwah. Madrasah ini melahirkan imam
penduduk Syam, yaitu Abdurrahman al-Auza’iy yang ilmunya sederajat
dengan imam Malik dan Abu Hanifah. Namun, mazhabnya yang tersebar di
Syam sampai ke Maghrib dan Andalusia lenyap karena pengaruh mazhab
Syafi’i dan Maliki.
6. Madrasah Fistat (Mesir)
Ketika Mesir telah menjadi negara Islam, Mesir menjadi pusat ilmu-
ilmu agama. Di Mesir mempunyai madrasah yang didirikan oleh Abdullah bin
‘Amr bin al-‘As. Ulama-ulama yang ada di Mesir yaitu Yazid bin Abu Habib
An-Nuby. Ia menyiarkan ilmu fiqhi dan menjelaskan apa saja yang haram dan
halal dalam agama Islam. selain itu ada pula Abdullah bin Abu Ja’far bin
Rabi’ah. Yazid mempunyai murid bernama Abdullah bin Lahi’ah dan al-Lais
bin Said. Abdullah tidak hanya belajar kepada Yazid, tetapi juga kepada
tabi’in. Sedangkan al-Lais pernah menuntut ilmu di Mesir, Makkah, Baitul-
Maqdis, dan Baghdad. Ia bahkan berhubungan dengan imam Malik dan
berkiriman surat.

2.4 Pola Pendidikan Islam pada Masa Bani Umayyah.

Pola pendidikan yang berkembang pada masa ini sebenarnya sama dengan
pendidikan yang berkembang pada masa sekarang. Pendidikan yang ada pada waktu
itu terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu, tingkat pertama, tingkat menengah, dan
tingkat tinggi. Adapun tempat belajar pada waktu itu terbagi menjadi tiga, yaitu
Kuttab, Masjid, dan Majelis Sastra.
Kuttab adalah tingkat pertama untuk belajar menulis, membaca atau
menghafal al-Qur’an dan mempelajari pokok-pokok dari agama Islam. Disamping itu
murid-murid juga mempelajari tata bahasa Arab, cerita-cerita nabi, hadis dan pokok
agama. Peserta yang dididik terdiri dari anak-anak dari lapisan sosial manapun.

14
Bahkan, sebagian anak-anak yang kurang mampu diberi makan dan pakaian dengan
cuma-cuma. Anak-anak perempuan pun diberi hak belajar yang sama dengan laki-
laki. Setalah lulus, maka murid-murid melanjutkan pendidikan ke Masjid.
Masjid merupakan pusat pendidikan yang terdiri dari tingkat menengah dan
tingkat tinggi. Pendidikan tingkat menengah kembali mendalami al-Qur’an, Tafsir,
Hadis, dan Fiqih. Selain itu, murid-murid juga diajarkan kesusasteraan, sajak,
gramatika bahasa, ilmu hitung, dan ilmu perbintangan. Masjid dijadikan sebagai pusat
aktifitas ilmiah. Pada tingkat menegah gurunya belumlah ulama besar, berbeda
halnya dengan tingkat tinggi yang diberi pengajaran oleh ulama yang memiliki ilmu
yang mendalam dan termasyhur kealiman dan kesalehannya.7
Umumnya pelajaran yang diberikan guru kepada muridnya pada tingkat
pertama dan menengah dilakukan satu persatu atau perseorangan. Sedangkan pada
tingkat tinggi pelajaran diberikan dalam satu halaqah yang dihadiri oleh para pelajar
secara bersama-sama. Selain itu, adapula Majelis Sastra yang merupakan tempat
berdiskusi membahas masalah kesusasteraan dan juga sebagai tempat berdiskusi
mengenai urusan politik. Perhatian penguasa Umayyah sangat besar pada pencatatan
kaidah-kaidah nahwu, pemakaian Bahasa Arab dan mengumpulkan syair-syair Arab
dalam bidang Syariah, kitabah dan berkembangnya semi prosa. Bahkan dilakukan
pula penterjemahan ilmu-ilmu dari bahasa lain kedalam bahasa Arab.
Berdasarkan uraikan diatas dapat dikatakan bahwa perkembangan pendidikan
Islam tidak lepas dari peranan ulama-ulama yang begitu giat mempelajari ilmu. Para
ulama mendirikan madrasah-madrasah pada tiap-tiap kota. Kecintaan para ulama
terhadap ilmu membuat mereka tergerak mempelajari ilmu tidak hanya pada satu
ulama. Sehingga mereka melakukan pengembaraan ke berbagai tempat untuk
menambah ilmu agama.
Ulama-ulama yang ada memiliki murid-murid, jadi ketika ulama tersebut
wafat murid-muridnya, ulama tabi’in akan melanjutkan perjuangan untuk menuntut
ilmu. Begitu seterusnya sampai kepada kita sekarang. Dengan adanya interaksi yang
baik antara guru dan murid inilah yang menciptakan suatu keharmonisan dalam

7
Ahmad Salabi, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1972),h. 72

15
proses pembelajaran berbagai ilmu pengetahuan. Pencarian ilmu yang dilakukan oleh
pencinta ilmu yang dilakukan dengan mengembara ke berbagai wilayah atau negara
lain untuk belajar kepada ulama tertentu juga mengindikasikan adanya percampuran
budaya setempat dengan Islam.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan.

Dinasti Bani Umayyah berkuasa cukup lama selama kurang lebih 91


tahun lamanya. Kebijakan dan perubahan yang dilakukan oleh para khalifah
tersebut menjadi pelajaran penting bagi pemimpin-pemimpin islam saat ini. Bani
Umayyah dalam pengembangan pola pendidikan islam memang masih sama
dengan periode sebelumnya tetapi sudah ada reformasi yang dilakukan baik dari
segi kurikulumnya maupun tata cara yang dilakukan oleh para pendidiknya.
Salah satu kemajuan pendidikan selama pemerintahan Bani Umayyah yakni
pengembangan kurikulum pengajaran dan pendidiknya. Kemajuan pengetahuan

16
dan pembaharuan sistem pendidikan pada zaman Bani Umayyah sudah terlihat.
Karena pemerintahan Bani Umayyah menaruh perhatian yang sangat luas dalam
bidang pendidikan. Memberi dorongan yang kuat terhadap dunia pendidikan
dengan penyediaan sarana dan prasarana.

3.2 Saran

Dalam hal ini disarankan untuk memperbanyak referensi dan membaca


agar lebih banyak mengetahui tentang pendidikan yang pada kali ini membahas
tentang pendidikan islam pada masa Bani Umayyah.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Dudung. Metodologi Penelitian Sejarah Islam . Yogyakarta: Penerbit


Ombak, 2011.

Al Abrasi, Athiyya. Tarbiyah Al Islamiyah, terj. Bustami A.Ghani. Jakarta: Bulan


Bintang,  1993

Haidar Putra Daulay. Pendidikan islam Dalam Lintasan Sejarah. Jakarta:


Prenadamen A Group. 2013

Khoiriyah, Reorientasi Wawasan Sejarah Islam dari Arab Sebelum Islam Hingga
Dinasti-dinasti islam, Yogyakarta:Penerbit Teras, 2012

17
Maryam, dkk. Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern .
Yogyakarta: Penerbit Lesfi, 2012.

Salabi, Ahmad. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1972.

Yunus, Mahmud. Sejarah Pendidikan Islam dari zaman Nabi SAW Khalifah-khalifah
Rasyidin, Bani Umaiyah dan Abbasiyah sampai zaman Mamluks dan
Usmaniyah. Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1990.

18

Anda mungkin juga menyukai