Anda di halaman 1dari 18

PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA DINASTI BANI UMMAYAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok


Mata Kuliah:
Sejarah Pendidikan Islam
Dosen Pengampu:
Yoga Anjas Pratama

Oleh:
Kelompok 3:
1. Ferliana Richa Novita Sari 2211080044
2. Heni Setya Wati 2211080050
3. Tiwi Nurlina 2211080113

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN RADEN INTAN LAMPUNG
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Pendidikan Islam Pada MasaDinasti Bani Ummayah“ Shalawat serta
salam semoga terlimpah kepada baginda tercinta yaitu Nabi Muhammad
saw yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata


kuliah Sejarah Pendidikan Islam Bapak Yoga Anjas Pratama, M.Pd yang
telah membimbing penulis dalam pembuatan makalah ini. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kesalahan serta kekurangan,
untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Mohon
maaf jika terdapat kesalahan pada makalah ini. semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Demikian Terima kasih. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bandar Lampung, 16 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................2

A. Sejarah Pendidikan Pada Dinasti Bani Ummayah..........................................................2


B. Pola dan Sistem Pendidikan Pada Masa Dinasti Bani Ummayah...................................8
C. Kemunduran dan Runtuhnya Dinasti Bani Ummayah....................................................11

BAB III PENUTUP............................................................................................................14

A. Kesimpulan.....................................................................................................................14
B. Saran...............................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama yang menempatkan pendidikan dalam posisi yang


sangat vital. Bukanlah sesuatu yang kebetulan jika lima ayat pertama yang
diwahyukan Allah kepada Muhammad, dalam surat al Alaq, dimulai
dengan perintah membaca, iqra. Di samping itu, pesan-pesan al Quran
dalam hubungannya dengan pendidikan pun dapat dijumpai dalam
berbagai ayat dan surat dengan aneka ungkapan pernyataan, pertanyaan dan
kisah. Lebih khusus lagi, kata ilm dan derivasinya digunakan paling
dominan dalam al Quran untuk menunjukan perhatian Islam yang luar biasa
terhadap pendidikan. Menegaskan kenyataan di atas, pasangan sarjana
muslim kontemporer. Pendidikan Islam laksana mata uang uang mempunyai
dua muka. Pertama,sisi keagamaan yang merupakan wahyu illahi dan
sunnah Rasul, berisikan hal-hal muthlak dan berada di luar jangkauan
indera dan akan (keterbatasan akal dan indera). Di sini wahyu dan sunnah
berfungsi memberikan petunjuk dan mendekatkan jangkauan indera dan
akal budi manusia untuk memahami segala hakekat kehidupan. Kedua, sisi
pengetahuan berisikan hal-hal yang mungkin dapat diindra dan diakali,
berbentuk pengalaman-pengalaman faktual maupun pengalaman pikir, baik
yang berasal dari wahyu dan sunah maupun dari para pemeluknya
(kebudayaan).

B. Rumusan Masalah
1. Apa Sejarah Pendidikan Pada Dinasti Bani Ummayah?
2. Apa Saja Pola dan Sistem Pendidikan Pada Masa Dinasti Bani
Ummayah?
3. Apa Penyebab Kemunduran dan Runtuhnya Dinasti Bani
Ummayah?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pendidikan Pada Dinasti Bani Ummayah

1
2. Mengetahui Pola dan Sistem Pendidikan Pada Masa Dinasti Bani
Ummayah
3. Mengetahui Kemunduran dan Runtuhnya Dinasti Bani
Ummayah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Pendidikan Pada Masa Dinasti Bani Ummyah

History Dinasti Bani Umayyah Dinasti Bani mayyah merupakan


kesultanan Islam pertama yang berdiri setelah berakhirnya masa Khulafaur-
Rasyidin. Oleh Ibnu Khaldun dalam kitab Tarikhnya menuturkan "sejarah
muawiyah harus disatukan dengan sejarah Khulafaur-Rasyidin" sebab
kesultanan tersebut menempati posisi setelah kepemimpinan Khulafaur-
Rasyidin, baik dari segi keutamaan, keadilan, maupun persahabatan.Dinasti
ini didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sofyan yang bernama lengkap
Muawiyah bin Abi Harb bin Umayyah bin Abdi Syam bin Manaf. Ia adalah
sosok dari keturunan bani Umayyah dari suku Quraisy. Pada tahun 41
M/661 H Muawiyah bin Abi Sofyan mengukuhkan dirinya sebagai khalifah
pertam dengan gelar Amir al-Mu'minin. Masyarakat Islam saat itu sepakat
atas kekhalifannya sehingga dikenal dengan istilah 'Aam al-Jama'ah dan
sekaligus dijadikan sebagai pembatas pemisah antara masa Khulafaur-
Rasyidin dengan masa Dinasti Bani Umayyah. Setelah Muawiyah bin Abi
Sofyan resmi menjadi Khalifah, dia mengganti sistem pemerintahan Islam
yang mulanya bersifat Thea Demokratis menjadi Monarchinenidetis
(Anwar, 2015: 53)Menurut catatan sejarah. Kekuasaan dinasti Umayyah
berlangsung dalam dua periode. Periode pertama dinasti umayyah berpusat
di Damaskus selama kurang lebih 90 tahun dimulai dari tahun 41 sampai
132 H atau 661 sampai 750 M dengan pergantian khalifah sebanyak 14 kali.
Dari sekian banyak khalifah, perlu digarisbawahi hanya terdapat beberapa
tokoh saja yang memiliki pengaruh cukup besar terhadap pemberdayaan
umat Islam masa itu, di antaranya Muawiyah bin Abi Sofyan, Abd al Malik
ibn Marwan, al Walid ibn Abdul Malik, Umar bin Abd Aziz, dan Hasyim
ibn abd al Malik. Sepeninggal Hasyim ibn abd al Malik, khalifahkhalifah
Bani Umayyah yang menjabat semakin lemah kepemimpinannya sehingga
akhir tahun 750 M dinasti ini digulingkan oleh dinasti Abbasiyah.Kemudian

3
periode dinasti Bani Umayyah kedua didirikan Abd Rahman al-Dakhil pada
tahun 755- 1031 M berpusat di Andalusia. Kekuasaan ini mencapai
puncaknya dalam kepemimpinan khalifah Abd Rahman al-Ausath ditandai
kemajuan umat mm Andalusia dalam bidang pendidikan Islam dikarenakan
sang khalifah adalah pemimpin yang sangat mencintai Ilmu. Kecintaan
ilmu ini terbukti ketika la mengajak para cendekiawan dari dunia Islam
lainnya ke negeri Andalusia/Spanyol. Maka di situlah tampak aktivitas
keilmuan disana kian semarak dan maju.1

1. Pendidikan Islam Pada Masa Dinasti Bani Umayyah (661 M-750 M)

Kemajuan dalam bidang pendidikan yang dicapai pada masa Dinasti


Bani Umayyah berkaitan erat dengan stabilnya situasi politik dalam negeri
pemerintahan Islam yang dikendalikan oleh Dinasti Bani Umayyah. Dalam
negara yang stabil perhatian kaum muslimin diarahkan untuk membangun
peradaban, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. Hal ini tidak lain karena
adanya hubungan atau persentuhan dan kontak budaya dengan bangsa-
bangsa lain yang telah ditaklukkan. Perhatian terhadap ilmu-ilmu lisaniyah
seperti ilmu bahasa, sastra, nahwu, balaghah serta ilmu-ilmu agama sudah
tumbuh dengan subur dan dipelihara dengan sungguh-sungguh. Kedudukan
ilmu yang berasal dari dalam lebih tinggi nilainya bagi mereka
dibandingkan dengan ilmu-ilmu yang berasal dari luar Islam. Sebab itu
masa Bani Umayyah ini terkenal dengan fanatisme Arab dan fanatisme
Islam.

Pada masa Bani Umayyah berkuasa, pelaksanaan pendidikan Islam


semakin meningkat dari masa-masa sebelumnya. Kalau pada masa Nabi
dan Khulafa al-Rasyidin pendidikan Islam dilaksanakan di kuttab, di rumah-
rumah dan di masjid-masjid, maka pada masa Dinasti Bani Umayyah
penguasa Dinasti ini sering menyelenggarakan majelis - majelis keilmuan,
Syalabi menjelaskan bahwa Khalifah pertama Dinasti Bani Umayyah,
Muawiyah bin Abu Sofyan sering menyelenggarakan majelis dengan
mengundang ulama, sastrawan dan ahli sejarah untuk menerangkan

1
Abd Haris, Sejarah Sosial Pendidikam Islam, Guepedia, Hlm.54

4
kepada khalifah sejarah bangsa Arab melalui syair-syair Arab, cerita-cerita
Persia dan sistem penmerintahan dan administrasi Kerajaan Persia. Usaha
ini mendorong berkembangnya sya’ir-sya’ir Arab dan munculnya buku
Akhbar alMadin (buku tentang rajaraja dan sejarah orang-orang kuno). Pada
masa ini sudah mulai ada perhatian terhadap pembidangan ilmu tafsir,
hadist, fikih dan ilmu kalam. Di bidang hadist muncul seorang ahli hadis,
seperti Hasan Basri. Dalam bidang fiqih muncul seorang ahli fiqih Ibn
Sihab al-Zuhri. Di bidang ilmu kalam muncul nama Wasil bin Atha sebagai
pendiri aliran Mu’tazilah yang muncul sebagai reaksi dari aliran Khawarij
dan Murji’ah yang telah berkembang pada masa itu. Di samping itu
berkembang juga bahasa Arab. Kecendrungan untuk memahami al-Qur’an
dan ajaran Islam lainnya, membuat orangorang yang ditaklukkan umat
Islam membutuhkan bahasa Arab. Dan banyaknya orang - orang non Arab
yang menimbulkan dialek-dialek yang bisa merusak bahasa Arab,
mendorong umat Islam untuk mengembangkan bahasa Arab. Faktor-faktor
ini menyebabkan besarnya tuntutan mempelajari bahasa Arab sehingga
lahirlah ilmu bahasa Arab. Tokoh-tokohnya yang terkenal antara lain Abu
al-Aswad al-Duali dan Sibawaih 2Adapun Corak Pendidikan Pada Dinasti
Umayyah Yang Dikutif Dari Hasan Langgulung yaitu;

a. Bersifat Arab dan Islam tulen

artinya pada periode ini pendidikan masih didominasi orang-orang arab,


karna pada saat itu unsur-unsur Arab yang memberi arah pemerintahan
secara politis, agama dan budaya.

b. Menempatkan pendidikan dan penempatan birokrasi lainnya, yang


sebagai ditempati oleh orang-orang non-muslim dan non-arab.

3. Berusaha Meneguhkan Dasar-Dasar Agama

Islam yang Baru Muncul Hal ini berawal dari pandangan mereka
bahawa Islam adalah agama, negara, sekaligus sebagai budaya, maka wajar

2
Choirun Niswah, Pendidikan Islam pada Masa Khulafa Al-Rasyidin dan Bani Umayyah,
journal Tadrib , Vol. 1,
No. 2, 2015, Hlm.183-184

5
dalam periode ini banyak melakukan penaklukan wilayah-wilayah dalam
rangka menyiarkan dan memperkokoh ajaran Islam.

c. Perioritas pada Ilmu Naqliyah dan Bahasa.

Pada periode ini pendidikan Islam memprioritaskan pada ilmu-ilmu


naqliyah seperti baca tulis al-Quran, pemahaman fiqih dan tasyri, kemudian
dengan ilmu-ilmu yang berhubungan dengan ilmu-ilmu tersebut yaitu ilmu
bahasa, seperti nahwu, sastra

d. Menunjukan bahan tertulis pada bahasa tertulis sebagai bahan media


komunikasi

Pada masa Umayyah tuga menulis semakin banyak, seperti membagi


penulis dalam bidang pemerintahan, seperti, penulis surat-surat, harta-harta,
dan pada bidang pemerintahan lainnya termasuk penulis dalam kalangan
intelektual, (penerjemah). Hal ini di buktikan dengan membuka jalan
Pengajaran Bahasa Asing.3

Tokoh-Tokoh Pendidikan

Tokoh-tokoh Pendidikan Islam Tokoh-tokoh pendidikan pada masa Bani


Umayyah terdiri dari ulama-ulama yang menguasai bidangnya masing-
masing seperti dalambidang tafsir, hadist, dan Fiqh. Selain para ulama juga
ada ahli bahasa/sastra.

a. Ulama-ulama Tafsir, yaitu: Mujahid, ‘Athak bin Abu Rabah,


‘Ikrimah, Sa’id bin Jubair,

Masruq bin Al-Ajda’, Qatadah. Pada masa tabi’intafsirAl-Qur’an bertambah


luas dengan memasukkan Israiliyat danNasraniyat, karena banyak orang-
orang Yahudi dan Nasrani memelukagama Islam. Di antara mereka yang
termasyhur: Ka’bul Ahbar, Wahab bin Munabbih, Abdullah bin Salam,
Ibnu Juraij

3
Ahmad M Yusnadi, Pendidikan Islam Pada Masa Daulah Bani Umayyah, Jurnal Ilmiah
Prodi Pendidikan Agama Islam

6
b. Ulama-ulama Hadist. Kitab bacaan satu-satunya ialah al-Qur’an.
Sedangkan hadishadis belumlah dibukukan. Sahabat-sahabat yang banyak
meriwayatkanhadis-hadis ialah: Abu Hurairah (5374 hadist), ‘Aisyah (2210
hadist), Abdullah bin Umar (± 2210 hadist), Abdullah bin Abbas (± 1500
hadist), Jabir bin Abdullah (±1500 hadist), Anas bin Malik (±2210 hadist)

c. Ulama-ulama Fiqh. Ulama-ulama tabi’in Fiqih pada masa bani


Umayyah diantaranya

adalah:, Syuriah bin Al-Harits, ‘alqamahbinQais, Masuruq Al-Ajda’,Al-


Aswad bin Yazid. Kemudian diikuti olehmurid-murid mereka, yaitu:
Ibrahim An-Nakh’l (wafat tahun95H) dan ‘Amir bin Syurahbil As Sya’by
(wafat tahun 104 H). sesudahitudigantikan oleh Hammad bin Abu Sulaiman
(wafat tahubn 120H), guru dari Abu Hanafiah.

d. Ahli bahasa/sastra. Seorang ahli bahasa seperti Sibawaih


yangkaryatulisnya Al-Kitab,

menjadi pegangan dalam soal berbahasa arab. Sejalan dengan itu, perhatian
pada syair Arab jahiliahpun muncul kembali sehingga bidang sastra arab
mengalami kemajuan. Di zamanini muncul penyair-penyair seperti Umar
bin Abu Rabiah, Jamil al-uzri, Qys bin Mulawwah yang dikenal dengan
nama Laila Majnun, Al-Farazdaq.4

2. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Bani Umayyah

Perkembangan pengetahuan pada masa ini berjalan seperti zaman


permulaan islam,hanya ada sedikit peningkatan sesuai dengan daulah
islamiyah itu sendiri. Pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam di
bagi menjadi 5 periode,sedangkan perkembangan pengetahuan bani
umayyah berada di periode 2 yaitu periode perkembangan yang
berlangsung sejak nabi Muhammad SAW. wafat sampai masa akhir bani
umayyah. Maka hanya ada sedikit yang di warnai dengan berkembang nya

4
Yusnadi, Pendidikan Islam Pada Masa Daulah Bani Umayyah, Jurnal Ilmiah Prodi
Pendidikan Agama Islam
Vol. 12, No. 02, Desember 2020:168-171.

7
ilmu Naqliyah yaitu filsafat dan ilmu agama yang sudah berkembang
sebelumnya.Selain kemajuan seperti di atas ilmu pengetahuanyang
berkembang pada masa ini adalah:

• Ilmu agama, seperti: Al-Qur’an, Haist, dan Fiqh. Proses


pembukuanHadist terjadi pada

masa Khalifah Umar ibn Abdul Aziz sejaksaat itulah hadis mengalami
perkembangan pesat. Ilmu sejarah dan geografi, yaitu segala ilmu yang
membahas tentangperjalanan hidup, kisah, dan riwayat. Ubaid ibn Syariyah
Al Jurhumi berhasil menulis berbagai peristiwa sejarah.

• Ilmu pengetahuan bidang bahasa, yaitu segla ilmu yang mempelajari


bahasa, nahu, saraf, dan lain-lain.

• Bidang filsafat, yaitu segala ilmu yang pada umumnya berasal dari
bangsa asing, seperti ilmu mantik, kimia, astronomi, ilmu hitung dan lmu
yang berhubungan dengan itu, serta ilmu kedokteran Faktor yang
menyebabkan kurang pesatnya perkembangan ilmu-ilmu pada zaman ini
salah satunya adalah faktor pemerintahan bani Umayyah yang lebih suka
pada membangun kekuatan pemerintahan/politik yang cenderung otoriter.5

B. Pola dan Sistem Pendidikan Pada Masa Dinasti Bani Ummyah

Pola pendidikan Islam pada periode Dinasti Umayyah telah berkembang


bila dibandingkan pada masa Khulafa ar Rasyidin yang ditandai dengan
semaraknya kegiatan ilmiah di mesjid-mesjid dan berkembangnya Khuttab
serta Majelis Sastra. belajar menulis dan membaca, menghafal Al Quran
serta belajar pokok-pokok ajaran Islam (Yunus, 1981). Adapun cara yang
dilakukan oleh pendidik disamping mengajarkan Al Quran mereka juga
belajar menulis dan tata bahasa serta tulisan. Perhatian mereka bukan
tertumpu mengajarkan Al Quran semata dengan mengabaikan pelajaran
yang lain, akan tetapi perhatian mereka pada pelajaran sangat pesat. Al

5
Muhammad Zainal Abidin, Rz. Ricky Satria Wiranata, Perbandingan Sistem Pendidikan
Pada Masadinasti
Umayah Dan Sistem Pendidikan Pada Masadinasti Abasiyyah, Journal Tarbiyah Islamiyah
Vol. 6, 2021, Hlm. 30-31

8
Quran dipakai sebagai bahasa bacaan untuk belajar membaca, kemudian
dipilih ayat-ayat yang akan ditulis untuk dipelajari. Disamping belajar
menulis dan membaca murid-murid juga mempelajari tatabahasa Arab,
cerita-cerita Nabi, hadist dan pokok agam (Zuhairini, 1992). Kalau dilihat
di dalam sejarah pendidikan Islam pada awalnya dikenal dua bentuk

Kuttab, yaitu:

a. Kuttab berfungsi sebagai tempat pendidikan yang memfokuskan pada


tulis baca (Nizar, 2005).

b. Kuttab tempat pendidikan yang mengajarkan Al Quran dan dasar-dasar


keagamaan (Nizar, 2005).

Peserta didik dalam Khutab adalah anak-anak, tidak dibatasi baik miskin
ataupun kaya. Para guru tidak membedakan murid-murid mereka, bahkan
ada sebagian anak miskin yang belajar di Khuttab memperoleh pakaian dan
makanan secara cuma-cuma. Anak-anak perempuan pun memperoleh hak
yang sama dengan anak-anak laki-laki dalam belajar (Al Abrasi, 1993).
Namun tidak tertutup kemungkinan bagi orang yang mampu mendidik
anakanak mereka di tempat khusus yang mereka inginkan dengan guru-guru
yang khusus pula seperti: Hajjad ibn Yusuf yang pernah menjadi guru bagi
putra Sulaiman Nasuh seorang Menteri dari khalifah Abdul Malik ibn
Marwan (Fahmi, 1990 ).

b. Mesjid

Setelah pelajaran anak-anak di khutab selesai mereka melanjutkan


pendidikan ke tingkat menengah yang dilakukan di mesjid. Peranan Mesjid
sebagai pusat pendidikan dan pengajaran senantiasa terbuka lebar bagi
setiap orang yang merasa dirinya tetap dan mampu untuk memberikan atau
mengajarkan ilmunya kepada orang-orang yang haus akan ilmu
pengetahuan. Pada Dinsti Umayyah, Mesjid merupakan tempat pendidikan
tingkat menengah dan tingkat tinggi setelah khuttab. Pelajaran yang
diajarkan meliputi Al Quran, Tafsir, Hadist dan Fiqh. Juga diajarkan
kesusasteraan, sajak, gramatika bahasa, ilmu hitung dan ilmu perbintangan

9
(Al Abrasi, 1993). Diantara jasa besar pada periode Dinasti Umayyah dalam
perkembangan ilmu pengetahuan adalah menjadikan Mesjid sebagai pusat
aktifitas ilmiah termasuk sya’ir. Sejarah bangsa terdahulu diskusi dan
akidah. Pada periode ini juga didirikan Mesjid ke seluruh pelosok daerah
Islam. Mesjid Nabawi di Madinah dan Masjidil Haram di Makkah selalu
menjadi tumpuan penuntut ilmu diseluruh dunia Islam dan tampak juga
pada pemerinath Walid ibn Abdul Malik 707-714 M yang merupakan
Universitas terbesar dan juga didirikan Mesjid Zaitunnah di Tunisia yang
dianggap Universitas tertua sampai sekarang (Langgulung, 1980). Pada
Dinasti Umayyah ini, mesjid sebagai tempat pendidikan terdiri dari dua
tingkat yaitu: tingkat menengah dan tingkat tinggi. Pada tingkat menengah
guru belumlah ulama besar sedangkan pada tingkat tinggi gurunya adalah
ulama yang dalam ilmunya dan masyhur kealiman dan keahliannya.
Umumnya pelajaran yang diberikan guru kepada murid-murid seorang
demi seorang, baik di Khuttab atau di Mesjid tingkat menengah. Sedangkan
pada tingkat pelajaran yang diberikan oleh guru adalah dalam satu Halaqah
yang dihadiri oleh pelajar bersama-sama.

c. Majelis Sastra

Majelis sastra merupakan balai pertemuan yang disiapkan oleh khalifah


dihiasi dengan hiasan yang indah, hanya diperuntukkan bagi sastrawan dan
ulama terkemuka. Menurut M. Al Athiyyah Al Abrasy “Balai-balai
pertemuan tersebut mempunyai tradisi khusus yang mesti diindahkan
seseorang yang masuk ketika khalifah hadir, mestilah berpakaian necis
bersih dan rapi, duduk di tempat yang sepantasnya, tidak tertawa terbahak-
bahak, tidak meludah, tidak mengingus dan tidak menjawab kecuali bila
ditanya. Ia tidak boleh bersuara keras dan harus bertutur kata dengan sopan
dan memberi kesempatan pada sipembicara menjelaskan pembicaraannya
serta menghindari penggunaan kata kasar dan tawa terbahak-bahak. Dalam
balai-balai pertemuan seperti ini disediakan pokok-pokok persoalan untuk
dibicarakan, didiskusikan dan diperdebatkan” (Al Abrasi, 1993). Hal diatas
sesuai dengan wasiat Abdul Malik ibn Harman kepada pendidik puteranya
dengan pesan “Ajarkan kepada mereka berkata benar disamping
10
mengajarkan Al Quran. Jauhkanlah mereka dari orang-orang jahat yang
tidak mengindahkan perintah Allah dan tidak berlaku sopan, dan jauhkan
juga mereka chadam dan pekerjaannya karena bergaul dengan mereka akan
dapat merusak moralnya. Gunakanlah perasaan mereka agar badannya kuat,
dan serahkanlah mereka bersufi dan air dengan menghisabnya pelan-pelan
dan jangan minum tidak senonoh bila memerlukan teguran hendaklah
secara tertutup, jangan sampai diketahui oleh pelayan dan tamu agar
mereka tidak dipandang rendah (Salabi, 1972). Majelis sastra merupakan
tempat berdiskusi membahas masalah kesusasteraan dan juga sebagai
tempat berdiskusi mengenai urusan politik. 6

C. Kemunduran dan Runtuhnya Dinasti Bani Ummyah

Dinasti Bani Umayyah mengalami masa kemunduran, ditandai dengan


melemahnya sistem politik dan kekuasaan karena banyak persoalan yang
dihadapi para penguasa dinasti ini. Diantaranya adalah masalah polotik,
ekonomi, dan sebagainya 7adapun sebab-sebab kemunduran dinasti Bani
Umayyah adalah sebagai berikut:

1. Khalifah memiliki kekuasaan yang absolute. Khalifah tidak


mengenal kompromi. Menentang khalifah berarti mati.
Contohnya adalah peristiwa pembunuhan Husein dan para
pengikutnya di Karbala. Peritiwa ini menyimpan dendam
dikalangan para penentang Bani Umayyah. Sehingga selama
masamasa kekhalifahan Bani Umayyah terjadi pergolakan
politik yang menyebabkan situasi dan kondisi dalam negeri dan
pemerintahan terganggu.

2. Gaya hidup mewah para khalifah. Kebiasaan pesta dan berfoya-


foya dikalangan istana, menjadi faktor penyebab rendahnya

6
Langgulung, Hasan. (1980) Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21, Jakarta: Pustaka al-
Husna
Nizar, Samsul. (2005).
7
Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam,(Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2009) hal. 26.

11
moralitas mereka, disamping mengganggu keuangan Negara.
Contohnya, Khalifah Abdul Malik bin Marwan dikenal sebagai
seorang khalifah.
3. yang suka berfoya-foya dan memboroskan uang Negara.
Sifatsifat inilah yang tidak disukai masyarakat, sehingga lambat
laun mereka melakukan gerakan pemberontakan untuk
menggulingkan kekuasaan dinasti Bani Umayyah.
4. Tidak adanya ketentuan yang tegas mengenai sistem
pengangkatan khalifah. Hal ini berujung pada perebutan
kekuasaan diantara para calon khalifah.
5. Banyaknya gerakan pemberontakan selama masa-masa
pertengahan hingga akhir pemerintahan Bani Umayyah. Usaha
penumpasan para pemberontak menghabiskan daya dan dana
yang tidak sedikit, sehingga kekuatan Bani Umayyah
mengendur.
6. Pertentangan antara Arab Utara (Arab Mudhariyah) dan Arab
Selatan (Arab Himariyah) semakin meruncing, sehingga para
penguasa Bani Umayah mengalami kesulitan untuk
mempertahankan kesatuan dan persatuan serta keutuhan Negara.
Banyaknya tokoh agama yang kecewa dengan kebijaksanaan
para penguasa Bani Umayah, karena tidak didasari dengan
syari’at Islam8.

Akhirnya pada tahun 750 M, daulat Umayyah digulingkan Bani


Abbasiyah yang bersekutu dengan Abu Muslim Al-Khurasani. Marwan bin
Muhammad, khalifah terakhir Bani Umayyah, melarikan diri ke Mesir,
ditangkap dan dibunuh di sana. Pada akhirnya daulat Bani Umayyah runtuh
dan keruntuhannya menjadi pelajaran bagi kaum muslimin. Barangkali di
antara sebabsebabnya yang terpenting ialah dampak pembunuhan yang
dilakukan oleh Yazid ibn Muawiyyah terhadap al-Husein, cucu Rasulullah.

8
Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam.hal. 27-28.

12
Bahwa situasi sosial politik pada masa Ali ibn Abi Thalib dan Muawiyyah
tidak jauh berbeda.9

Karena pada masa kepemimpinan mereka terjadi pemberontakan.


Meski pemberontakan Muawiyyah tidak sebanyak pada masa Ali. Yang
membedakan antara keduanya adalah system pemerintahannya, di mana
khalifah Ali menggunakan system demokrasi dan Muawiyyah menggunakan
system kerajaan. Bahwa pemberontakan -pemberontakan yang terjadi
disebabkan karena keinginan untuk memperoleh kekuasaan dalam
pemerintahan. Baik itu pada masa khalifah Ali maupun bani Umayyah.
Selain itu juga kurangnya persatuan antara umat islam itu dalam ukhuwah
islamiyah.10

9
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. hal.48.
10
Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002) hal.78.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan Islam merupakan suatu hal yang paling utama bagi warga
suatu negara, karena maju dan keterbelakangan suatu negara akan
ditentukan oleh tinggi dan rendahnya tingkat pendidikan warga negaranya.
Kekuasaan Bani Umayyah berumur kurang lebih 90 tahun. Ibu kota negara
dipindahkan Muawiyyah dari Madinah ke Damaskus, tempat ia berkuasa
sebagai gubernur sebelumnya. Muawwiyah Ibn Abi Sofyan adalah pendiri
Dinasti Umayyah yang berasal dari suku Quraisy keturunan Bani Umayyah
yang merupakan khalifah pertama dari tahun 661-750 M, nama lengkapnya
ialah Muawwiyah bin Abi Harb bin Umayyah bin Abdi Syam bin Manaf.
Pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam pada masa ini berjalan
seperti di zaman permulaan Islam, hanya ada sedikit peningkatan sesuai
dengan perkembangan Daulah Islamiyah sendiri.Pola pendidikan pada masa
Bani Umayyah melanjutkan pendidikan semasa Khulafa ar Rasyiddin,
walaupun ada sisi perbedaan dan perkembangan tersendiri. Perkembangan
tempattempat perkembangan pendidikan Islam pada masa Bani Umayyah
ada tiga macam yaitu: 1) Kuttub, 2) Mesjid, 3) Masjelis Sastra.

B. Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan


makalah ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang
perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan
penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya.
Sehingga bisa terus menghasilkan penelitian dan karya tulis yang
bermanfaat bagi banyak orang.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abd Haris, Sejarah Sosial Pendidikam Islam, Guepedia, Hlm.54

Choirun Niswah, Pendidikan Islam pada Masa Khulafa Al-Rasyidin dan


Bani Umayyah, journal Tadrib , Vol. 1, No. 2, 2015, Hlm.183-184

Ahmad M Yusnadi, Pendidikan Islam Pada Masa Daulah Bani Umayyah,


Jurnal Ilmiah Prodi Pendidikan Agama Islam

Yusnadi, Pendidikan Islam Pada Masa Daulah Bani Umayyah, Jurnal


Ilmiah Prodi Pendidikan Agama Islam
Vol. 12, No. 02, Desember 2020:168-171.

Muhammad Zainal Abidin, Rz. Ricky Satria Wiranata, Perbandingan


Sistem Pendidikan Pada Masadinasti Umayah Dan Sistem Pendidikan
Pada Masadinasti Abasiyyah, Journal Tarbiyah Islamiyah Vol. 6,
2021, Hlm. 30-31

Langgulung, Hasan. (1980) Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21,


Jakarta: Pustaka al-Husna Nizar, Samsul. (2005).

Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam,(Semarang: PT. Karya Toha Putra,


2009) hal. 26.

Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam.hal. 27-28

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. hal.48.

Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra,


2002) hal.78.

15

Anda mungkin juga menyukai