Anda di halaman 1dari 12

PENDIDIKAN ISLAM PADA

MASA DINASTI UMAYYAH

Dosen Pengampu : Heru Juabdin Sada, M.Pd.I

Disusun oleh :

Kelompok 1

1. Ade Zahra Eltsani ( 2011090154 )


2. Adelia Fitri Anggraini ( 2011090001 )

PRODI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillahhirabbill ‘alamin kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Atas
limpah ramat serta karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Mata Kuliah
“Sejarah Pendidikan Islam” ini dengan lancar dan pada waktu yang telah ditentukan.

Dalam kesempatan ini tidak lupa kami ucapkan banyak trima kasih kepada Ibu.
Selaku dosen pembimbing dan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini tentunya tidak lepas dari kekurangan dan kelemahan
sehingga saran dan kritik diharapkan untuk menambah dinamika pemikiran Islam yang saat
ini mulai tampak lemah di tengah – tengah kehidupan bermasyarakat. Semoga amal baik kita
semua dalam memberikan kontribusi bagi bangkitnya pemikiran Islam di tengah masyarakat
menjadi investasi akhirat dengan keridhoan-Nya tentunya.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih dan mohon ma’af apabila ada kekurangan atau
kesalahan dalam mengerjakan tugas ini.

Pagaralam, 12 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL............................................................................................................................1

KATA PENGANTAR...................................................................................................2

DAFTAR ISI..................................................................................................................3

BAB I..............................................................................................................................4

A. Latar Belakang....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................4
C. Tujuan..................................................................................................................4

BAB II.............................................................................................................................5

A. Halaqoh...............................................................................................................6
B. Penyebaran Al-Quran..........................................................................................7
C. Lahirnya Ilmu Hadist..........................................................................................7
D. Lahirnya Ilmu Fiqih............................................................................................9
E. Lahirnya Kuttab...................................................................................................9

BAB III...........................................................................................................................11

A. Kesimpulan..........................................................................................................11
B. Saran....................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam pada masa ini berjalan seperti di
zaman permulaan Islam, hanya ada sedikit peningkatan sesuai dengan perkembangan Daulah
Islamiyah sendiri. Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa pertumbuhan dan
perkembangan pendidikan Islam dibagi dalam 5 periode, sedangkan untuk pendidikan Islam
bani Umayyah masuk dalam kategori periode 2, yaitu periode pertumbuhan pendidikan Islam
yang berlangsung sejak Nabi Muhammad saw wafat sampai masa akhir bani Umayyah.
Sehingga karena masih dalam masa pertumbuhan maka hanya ada sedikit kemajuan seperti
yang diterangkan di atas. Kamajuan ini hanya diwarnai dengan berkembangnya ilmu-ilmu
Naqliyah yaitu filsafat dan ilmu eksakta disamping juga ilmu-ilmu agama yang sudah
berkembang sebelumnya.
Faktor yang menyebabkan kurang pesatnya perkembangan ilmu-ilmu pada zaman ini
salah satunya adalah faktor pemerintahan bani Umayyah yang lebih suka pada membangun
kekuatan pemerintahan/politik yang cenderung otoriter. Untuk mengetahui pertumbuhan
pendidikan Islam pada zaman ini yang lebih rinci, baiklah kita masuk saja pada pembahasan
materi. Materi/ilmu-ilmu agama yang berkembang pada zaman ini dapat dimasukan dalam
kelompok Al-Ulumul Islamiyah yaitu ilmu-ilmu Al-Qur'an, Al-Hadits, Al-Fiqih, yang mana
akan diterangkan dimakalah ini.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Devinisi Halaqoh dan Bagaimana penjelasan Halaqah Pendidikan Pada masa
Umayyah?
b. Bagaimana penyebaran Al-Quran pada masa Umayyah?
c. Bagaimana lahirnya ilmu hadits?
d. Bagaimana lahirnya ilmu fiqih?
e. Bahgaiman lahirnya kuttab?

C. Tujuan
Untuk Mengetahui Perkembangan Pendidikan Pada Masa Bani Umayyah. Baik dari
Halaqoh, Penyebaran Al-Quran dan Lahirnya Ilmu-ilmU.
BAB II
PEMBAHASAN

Secara etimologi sejarah berasal dari kata syajarotun yang berarti pohon. Dalam bahasa
arab disebut dengan tarih, yang menurut bahasa berarti ketentuan masa. Sedang menurut
termonologi berarti keterangan yang telah terjadi dikalanganya pada masa yang telah lampau
atau pada masa yang masih ada. Dalam bahasa inggris sejarah di sebut history, yang
mempunyai arti pengalaman masa lampau dari pada umat manusia (the past experience of
mankind). Menurut Ibnu Khaldun, sejarah didefinisikan sebagai catatan tentang masyarakat
umum manusia atau peradaban manusia yang terjadi pada watak/sifat masyarakat itu.
Sedangkan Roeslan Abdulgani berpendapat Ilmu sejarah adalah salah satu cabang ilmu
pengetahuan yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan
masyarakat serta kemanusiaan di masa lampau beserta kejadian-kejadian dengan maksud
untuk kemudian menilai secara kritis seluruh hasil penelitiannya tersebut, untuk selanjutnya
dijadikan perbendaharaan pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan sekarang serta arah
proses masa depan.
Melihat dari beberapa uraian sejarah diatas, maka dapat dirumuskan bahwa sejarah
pendidikan islam yaitu keterangan mengenai pertumbuhan dan perkembangan islam dari
waktu ke waktu, sejak lahirnya agama islam sampai sekarang. Atau dengan kata lain sejarah
pendidikan islam yaitu suatu cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam, baik dari segi ide dan konsepsi maupun
segi institusi dan operasionalisasi mulai dari zaman Nabi Muhammad SAW sampai saat ini
yang mampu menjadikan pelajaran bagi kita di zaman ini.
Nama Bani Umayyah berasal dari nama “Umayyah Ibn Abdi Syams Ibnu Abdi
Manaf, yaitu salah seorang pemimpin-pemimpin kabilah Quraisy di zaman Jahiliyah. Dinasti
Umayyah didirikan oleh Mu’awiyah bin Aby Sufyan, dan berkuasa sejak tahun 661 sampai
tahun 750 Masehi dengan ibukota Damaskus. Ia juga mengganti sistem pemerintahan muslim
yang semula bersistem musyawarah (demokrasi) menjadi sistem Monarchy Herdity
(Kekuasaan turun-temurun).
Pendirian Bani Umayyah dilakukanya dengan cara menolak Ali menjadi khalifah,
berperang melawan Ali dan melakukan perdamaian (tahkim) dengan pihak Ali yang secara
politik menguntungkan Mu’awiyah. Keberuntungan Muawiyyah berikutnya adalah
keberhasilan pihak Khawarij membunuh khalifah Ali r.a. sehingga jabatan khalifah setelah
Ali dipegang oleh putranya yaitu Hasan ibn Ali selama beberapa Bulan akan tyetapi karena
tidak didukung pasukan yang kuat sedangkan pihak Muawiyah semakin kuat akhirnya dia
melakukan perjanjian dengan Hasan ibn Ali, isi perjanjian itu adalah bahwa pergantian
pemimpin akan di serahkan kepada umat islam setelah masa kepemimpinan Muawiyah
berakhir. Perjanjian ini dibuat pada tahun 661 M (41 H.) dan tahun ini disebut ‘am jamaat,
karena perjanjian ini mempersatukan umat islam menjadi satu kepemimpinan politik yaitu
kepemimpinan muawiyyah.
Dinasti Umayyah dibedakan menjadi dua: pertama, Dinasti umayyah yang dirintis
oleh Muawiyah Bin Abi Sufyan (661-680M) yang berpusat di Damaskus (Syiria). Fase ini
berlangsung sekitar satu abad yang mengubah system pemerintahan dari khilafah menjadi
monarki (mamlakat). Kedua, Dinasti Umayah di Andalusia, yang awalnya merupakan
wilayah taklukan Umayyah yang di pimpin seorang gubernur pada zaman Walid Bin Abdul
Malik (86-96 H/705-715 M) yang kemudian menjadi kerajaan.

A. Halaqoh
Halaqah adalah sebuah istilah yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan,
khususnya pendidikan atau pengajaran Islam. Halaqah adalah sekumpulan orang yang ingin
mempelajari dan mengamalkan Islam secara rutin dan serius. Jumlah peserta dalam kelompok
kecil tersebut berkisar antara 3-12 orang. Biasanya mereka terbentuk karena kesadaran
mereka sendiri untuk mempelajari dan mengamalkan Islam secara bersama-sama (amal
jama’i). Kesadaran itu muncul setelah mereka bersentuhan dan menerima dakwah dari orang-
orang yang telah mengikuti halaqah terlebih dahulu, baik melalui forum-forum umum, seperti
tabligh, seminar, pelatihan atau dauroh, maupun karena dakwah interpersonal (dakwah
fardiyah). forum-forum ini juga diilhami oleh forum pembinaan intensif yang dahulu
dilakukan oleh Nabi saw di rumah sahabat Arqam bin Abil Arqam. Dengan forum intensif
inilah Nabi saw telah berhasil mencetak para As-Sabiqunal Awwalun, yang kemudian
senantiasa mendampingi Nabi saw dalam dakwah
Halaqah bisa didefinisikan sebagai sebuah wahana tarbiyah (pembinaan), berupa
kelompok kecil yang terdiri dari murabbi (pembina) dan sejumlah mutarabbi (binaan),
dengan manhaj (kurikulum) yang jelas, dan diselenggarakan melalui berbagai macam sarana
(perangkat) tarbiyah. Dengan demikian, elemen-elemen halaqah adalah (1) murabbi, (2)
mutarabbi, (3) manhaj tarbiyah, dan (4) sarana (perangkat) tarbiyah. Dalam sebuah halaqah,
murabbi dan mutarabbi bekerjasama untuk melaksanakan manhaj yang ada melalui sarana-
sarana (perangkat-perangkat) yang sesuai.
Adapun sarana (perangkat) tarbiyah yang dimaksud antara lainadalah liqo’ atau
pertemuan rutin pekanan, abit rihlah, mukayyam, dan daurah (pelatihan). Gerakan ilmiyah
pada Adapun sarana (perangkat) tarbiyah yang dimaksud antara lain adalah liqa’ atau
pertemuan. Gerakan ilmiah pada masa umayyah gencar dan dapat dianggap sebagai tonggak
kemajuan ilmu-ilmu keislaman. Apabila dilihat dari rangkaian riwayat ibnu jarir ath-thabari
dan ulama yang hidup pada masa umayyah daulah bani abbasiyyah,maka akan ditemukan
bahwa mereka mendapatkan sumber riwayat dari orang yang hidup sebelum mereka yaitu
ulama yang hidup pada masa daulah bani umayyah atau pada masa khalifah rasyidin.
Gerakan ilmiah ini selalu bersamaan dengan gerakan futuhut islamiah,setiap kali pasukan
menundukkan pasukan baru,selalu di tindak lanjuti oleh para ulama dengan mengajarkan
fiqh,tafsir,hadits dan ilmu keislaman lainnya,mereka mengajarkan dan menjelaskan
problematika yang yang sedang dihadapi,para ulama menyebar keseluruh pelosok negeri ada
yang berangkat kemesir,shafam dan afrika. Menyebarnya ulama keberbagai negeri
membuahkan berbagai gerakan ilmiah dinegeri tersebut,berdirlah kelompok-kelompok kajian
dan halaqah-halaqah ilmu.

B. Penyebaran Al-Qur’an
Penyebaran Al-quran pada Masa ini sangat berkembang luas, sekalipun setelah khalifah
pada masa Sahabat, Rasulpun mengizinkan pada sahabat untuk menulis Al-Quran, hal yang
berhubungan dengan itu tetap berdasarkan pada prosedur. Sampai pada masa kekhalifahan
Usman. Keadaan menghendaki yaitu bahwasannya Alquran pada satu mushaf. Yang mana
mushaf itu disebut mushaf Imam, salinan salinan mushaf itu juga dikirimkan di berbagai
profinsi. Penulisan Mushaf itu dinamakan mushaf Rasmul Usmani. Dan ssekarang pada masa
ini berkembang ilmu-ilmu dalam mempelajari Al-Quran. Diantaranya;
Ilmu Qiraat, yaitu ilmu cara membaca Al-Qur'an. Orang yang pandai membaca Al-
Qur'an disebut Qurra. Pada zaman ini pula yang memunculkan tujuh macam bacaan Al-
Qur'an yang terkenal dengan " Qiraat Tujuh " yang kemudian ditetapkan menjadi dasar
bacaan ( Ushulul Lil Qira'ah ). Pelopor bacaan ini terdiri dari kaum Malawy yaitu antara
lain : Abdulloh bin Katsir, Ashim bin Abu Nujud, Abdulloh bin Amir, Ali bin Hamzah dan
lain-lain.

C. Lahirnya Ilmu Hadits


Allah telah menganugerahkan kepada umat kita para pendahulu yang selalu menjaga
Alquran dan hadis Nabi SAW. Mereka adalah orang-orang jujur, amanah, dan memegang
janji. Sebagian di antara mereka mencurahkan perhatiannya terhadap Alquran dan ilmunya
yaitu para mufassir. Dan sebagian lagi memprioritaskan perhatiannya untuk menjaga hadis
Nabi dan ilmunya, mereka adalah para ahli hadis.

Salah satu bentuk nyata para ahli hadis ialah dengan lahirnya istilah Ulumul Hadis(Ilmu
Hadis) yang merupakan salah satu bidang ilmu yang penting di dalam Islam, terutama dalam
mengenal dan memahami hadis-hadis Nabi SAW. Karena hadis merupakan sumber ajaran
dan hukum Islam kedua setelah dan berdampingan dengan Alquran. Namun begitu perlu
disadari bahwa hadis-hadis yang dapat dijadikan pedoman dalam perumusan hukum dan
pelaksanaan ibadah serta sebagai sumber ajaran Islam adalah hadis-hadis yang Maqbul (yang
diterima), yaitu hadis sahih dan hadis hasan. Selain hadis maqbul, terdapat pula
hadis Mardud, yaitu hadis yang ditolak serta tidak sah penggunaannya sebagai dalil hukum
atau sumber ajaran Islam. Bahkan bukan tak mungkin jumlah hadis mardud jauh lebih banyak
jumlahnya daripada hadis yang maqbul.

Untuk itulah umat Islam harus selalu waspada dalam menerima dan mengamalkan ajaran
yang bersumber dari sebuah hadis. Artinya, sebelum meyakini kebenaran sebuah hadis, perlu
dikaji dan diteliti keotentikannya sehingga tidak terjerumus kepada kesia-siaan. Adapun salah
satu cara untuk membedakan antara hadis yang diterima dengan yang ditolak adalah dengan
mempelajari dan memahami Ulumul Hadis yang memuat segala permasalahan yang berkaitan
dengan hadis.

Ilmu Hadis atau yang sering diistilahkan dalam bahasa Arab dengan Ulumul Hadis yang
mengandung dua kata, yaitu ‘ulum’ dan ‘al-Hadis’. Kata ulum dalam bahasa Arab adalah
bentuk jamak dari ‘ilm, jadi berarti ilmu-ilmu, sedangkan al-Hadis dari segi bahasa
mengandung beberapa arti, diantaranya baru, sesuatu yang dibicarakan, sesuatu yang sedikit
dan banyak. Sedangkan menurut istilah Ulama Hadits adalah “apa yang disandarkan kepada
Nabi SAW baik berupa ucapan, perbuatan, penetapan, sifat, atau sirah beliau, baik sebelum
kenabian atau sesudahnya”. Sedangkan menurut ahli ushul fiqh, hadis adalah: “perkataan,
perbuatan, dan penetapan yang disandarkan kepada Rasulullah SAW setelah kenabian.”
Adapun sebelum kenabian tidak dianggap sebagai hadis, karena yang dimaksud dengan hadis
adalah mengerjakan apa yang menjadi konsekuensinya. Dan ini tidak dapat dilakukan kecuali
dengan apa yang terjadi setelah kenabian. Adapun gabungan kata ulum dan al-Hadis ini
melahirkan istilah yang selanjutnya dijadikan sebagai suatu disiplin ilmu, yaitu Ulumul Hadis
yang memiliki pengertian “ilmu-ilmu yang membahas atau berkaitan dengan Hadits Nabi
SAW”.
Pada mulanya, ilmu hadis memang merupakan beberapa ilmu yang masing-masing
berdiri sendiri, yang berbicara tentang Hadis Nabi SAW dan para perawinya, sepertiIlmu al-
Hadis al-Sahih, Ilmu al-Mursal, Ilmu al-Asma’ wa al-Kuna, dan lain-lain. Penulisan ilmu-
ilmu hadis secara parsial dilakukan, khususnya, oleh para ulama abad ke-3 H. Umpamanya,
Yahya ibn Ma’in (234H/848M) menulis Tarikh al-Rijal, Muhammad ibn Sa’ad (230H/844)
menulis Al—Tabaqat, Ahmad ibn Hanbal (241H/855M) menulis Al-‘Ilaldan Al-Nasikh wal
Mansukh, serta banyak lagi yang lainnya.

D. Lahirnya Ilmu Fiqih


Agaknya tidaklah berlebihan apabila dikatakan bahwa dasar-dasar ilmu fiqh disusun
pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Ilmu tersebut disusun oleh ulama-ulama terkenal
pada masanya dan memiliki pengaruh yang cukup besar hingga saat sekarang ini. Dikalangan
ulama Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah, muncul tokoh-tokoh seperti Imam Abu Hanifah (80-150
H.), yang dalam ijtihadnya lebih cenderung memakai akal. Imam Anas ibn Malik (93-179
H.), lebih cenderung memakai hadits dan menjauhi pemakaian rasio sampai batas tertentu.
Imam Anas ibn Malik (93-179 H.) lebih cenderung memakai hadits dan menjauhi pemakaian
rasio sampai batas-batas tertentu. Imam Syafii (150-204 H.) yang berusaha
mengkompromikan antara ahl al-ra’yi dengan ahl al-hadits dalam fiqh yang keras, ketat dan
kurang luwes dibandingkan dengan aliran-aliran fiqh yang lainnya. Kitab-kitab fiqh karangan
ulama-ulama tersebut hingga hari ini masih dapat ditemukan, seperti al-Muwatha’, al-Um, al-
Risalah dan sebagainya. Buku-buku fiqh yang telah dihasilkan pada masa ini menjadi
patokan bagi para ulama fiqh berikutnya.

E. Lahirnya Kuttab
Kuttab dalam pengertianya yaitu; Sebuah lembaga yang mengajarkan baca-tulis Al-Quran
kepada anak-anak. Sistem Kuttab yang mengajarkan membaca, menulis Al-Qur’an dan
agama Islam lainnya tetap dilanjutkan pada zaman Umayyah ini. Hanya saja tempatnya selain
di masjid dan rumah guru juga diselenggarakan di istana. Kuttab di istana bertujuan
mengajarkan anak-anak dari keluarga yang berada di istana Khalifah. Guru istana dinamakan
muaddib. Pendidikan istana mengajarkan Al-Qur’an, hadits, syair, riwayat hukama, menulis,
membaca, dan adab sopan santun.
Lahirnya lembaga Al-kuttab dapat ditelusuri dari zaman Rasulullah. Al-Kuttab berperan
besar pada permulaan sejarah Islam ketika Nabi memerintahkan pada tawanan perang Badar
yang dapat menulis dan membaca untuk mengajar sepuluh anak-anak Madinah (bagi setiap
orang tawanan). Awal adanya Al-kuttab dulu itu karena tempat pembelajaran yang mana
pada saat itu belum dibangun sebuah masjid, sehingga AL-Kuttab pads waktu itu sangat
bersejarah. Al-Kuttab dijadikan tempat pembelajaran dan pengajian anak-anak madinah.
Sehingga untuk Peranan Al-Kuttab tetap besar dalam jiwa kita, dan besar pengaruhnya
dalam sistem pendidikan Islam. Karena dalam Al-Kuttab berkumpulah anak-anak dari
berbagai ragam lingkungan keluarga baik yang kaya ataupun yang miskin, sehingga tidak
terjadi unsur-unsur pendidikan yang bersifat diskriminatif. Semuanya sama dalam pemberian
pengajarannya, didalam lembaga Al-Kuttab semua anak-anak diajari dan diberi pengarahan
pendidikan seperti halnya mengaji seperti didalam masjid ataupun lembaga-lembaga yang
lain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dinasti daulah Bani Umayyah berkuasa cukup lama selama kurang lebih 91 tahun
lamanya. Kebijakan dan perubahan yang dilakukan oleh para khalifah tersebut menjadi
pelajaran penting bagi pemimpi-pemimpin Islam saat ini. Bani Umayyah dalam
pengembangan pola pendidikan Islam memang masih sama dengan periode sebelumnya
tetapi sudah ada reformasi yang dilakukan baik dari segi kurikulumnya maupun tata cara
yang dilakukan oleh para pendidiknya. Salah satu kemajuan yang pendidikan selama
pemerintahan Bani Umayyah yakni pengembangan kurikulum pengajaran dan pendidiknya
meskipun hal-hal tersebut belum terlalu formal seperti saat sekarang ini. Pembangunan sarana
prasarana pendidikan baik pendidikan di khutab,ruang sastra dan bahasa, perpustakaan serta
rumah sakit untuk praktik bagi calon dokter sudah tersedia pada saat itu. Kemajuan
pengetahuan dan pembaharuan sistem pendidikan pada zaman Daulah Bani Umayah sudah
terlihat. Karena Pemerintah Bani Umayyah menaruh perhatian yang sangat dalam bidang
pendidikan. Memberikan dorongan yang kuat terhadap dunia pendidikan dengan penyediaan
sarana dan prasarana. Hal ini dilakukan agar para ilmuan, para seniman, dan para ulama mau
melakukan pengembangan bidang ilmu yang dikuasainya serta mampu melakukan kaderisasi
ilmu.

B. Saran
Dengan mengetahui sejarah pendidikan pada masa Bani Umayyah ini diharapkan kita
yang notabenenya sebagai mahasiswa ataupun calon pendidik, mampu mengambil pelajaran
dan hikmah dari sejarah pendidikan ini. Sehingga kita bisa mengaplikasikan dan
mengembangkan pada lembaga-lembaga pendidikan yang kita bina nantinya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan dan
kesalahan. maka dari itu kami meminta kritik dan saran dari para pembaca sekalian.
DAFTAR PUSTAKA

Dra. Zuhairini dkk, 2010. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Mubarok, Jaih. 2004. Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Langgulung, Hasan. 1992. Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna.
Rahman, Fazrul. 1994. Islam, Bandung: Penerbit Pustaka,.
http://id.wikipedia.org

Anda mungkin juga menyukai