Pertama-tama saya panjatkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT, karena dengan
rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menulis makalah ini sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan tanpa ada hambatan yang berarti. Shalawat serta salamnya semoga tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya dan para sahabatnya, dan juga kepada
kita semua selaku umatnya yang insya Allah selalu mengikuti ajaran sunahnya.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, dan jauh
dari sempurna, itu di karenakan keterbatasan yang kami miliki, karena kami masih tahap
belajar. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhirnya kepada ALLAH lah penulis
pasrahkan semua,karena kebenaran hanyalah milik-Nya.
Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi pembaca
sekalian Terutama untuk kelas kami tercinta.
Penyusun
DAFTAR IS
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut perlu kiranya merumuskan masalah sebagai pijakan
untuk terfokusnya kajian makalah ini. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut.
1. Bagaimana kontak umat Islam dengan filsafat Yunani?
2. Apa saja faktor yang menyebabkan kemajuan pendidikan Islam?
3. Bagaimana awal perkembangan lembaga pendidikan Islam masa kejayaan?
4. Bagaimana sistem pendidikan Islam pada masa kejayaan?
5. Siapa saja tokoh-tokoh umat Islam yang mempunyai kontribusi besar dalam kemajuan
pendidikan Islam?
3.Tujuan Penulisan
Makalah ini kami buat untuk memenuhi Tugas Agama Islam dimana yang Insya Allah akan
dipresentasikan untuk bahan diskusi menjelang semester ganjil 2014/2015. Ada pun
tujuan dari pembahasan makalah ini yaitu : Untuk mengingat kembali tentang
bagaimana masa kejayaan Islam, untuk mengetahui bagaimana masa kejayaan islam.
Dan mengetahui sederetan tokoh-tokoh masa kejayaan islam dsb
BAB II
PEMBAHASAN
“MASA KEJAYAAN PENDIDIKAN ISLAM”
Transmisi keilmuan non-Islam yang dilakukan oleh umat Islam pada masa kejayaan sebagian
besar berupa pemikiran warisan Yunani. Adapun pemikiran warisan Yunani yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab bukan hanya literatur-literatur di masa Yunani kuno,
tetapi juga literatur-literatur di masa sesudahnya.
Keluarga Barmak yang berasal dari Balkh, pusat Ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani di
Persia, mempunyai pengaruh dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani
di Baghdad. Di samping sebagai wazir, mereka juga menjadi pendidik dari anak-anak
khalifah. Kehadiran ilmuwan-ilmuwan dan dokter-dokter dari Persia mempertebal rasa
ketertarikan umat Islam terhadap ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani. Untuk mentransfer
karya-karya Yunani ke dalam Islam, al-Manshur lebih berminat kepada filsafat dan ilmu
pengetahuan dan memberikan dukungan besar serta perlindungan bagi kegiatan
penerjemahan. Pengoperan budaya warisan Yunani yang telah dirintis al-Manshur dilanjutkan
oleh khalifah al-Rasyid. Ketika berkuasa, ia mendirikan sebuah rumah sakit. Pembangunan
rumah sakit ini akhirnya mempengaruhi umat Islam untuk belajar ilmu kedokteran.
Ketika al-Makmun berkuasa, ia selangkah lebuh maju dari ayahnya dengan mendirikan Bait
al-Hikmah, suatu lembaga dan perpustakaan rasional untuk kegiatan penelitian dan
penerjemahan pada 830 M. Lembaga ini dijadikan sebagai basis pengumpulan manuskrip-
manuskrip Yunani dan pusat penerjemahan buku-buku sains dari Yunani.1
Hunain bin Ishaq, seorang Kristen Nestorian dari Hirah, telah menerjemahkan karya-karya
Yunani untuk Khalifah al-Makmun. Buku-buku yang diterjemahkan oleh Hunain adalah
hampir semua karya Galen. Dari karya Aristoteles, Hunain menerjemahkan Categories,
Phisics, Magna Moralia, dan Hermeneutics. Dari karya Plato, ia menerjemahkan Republic,
Timeus, dan Laws. Dari karya Hippocrates, ia menerjemahkan Aphorisme; dari karya
Diascorides ia menerjemahkan Materia Medica.
Selain Baghdad, Mesir juga merupakan pusat kajian keilmuan. Sebelum abad ke-9 M, Ibn
Tulun membangun sebuah rumah sakit. Seperti halnya di Baghdad, rumah sakit ini bukan
hanya berfungsi sebagai pusat pengobatan, tetapi juga sebagai lembaga pengkajian dan
penelitian serta pengembangan ilmu medicine.
Dinasti Fatimiyyah juga memiliki penghargaan yang sangat tinggi terhadap pendidikan Islam.
Penguasa-penguasa sangat memperhatikan pelaksanaan pendidikan dengan berusaha
melengkapi fasilitas kegiatan keilmuan. Mereka berusaha keras untuk mengadakan koleksi
manuskrip-manuskrip dan mendirikan perpustakaan yang diberi nama Dar al-‘Ilm. Pada 1005
M, Khalifah al-Hakim mendirikan sebuah lembaga penelitian sekaligus perguruan tinggi
yang diberi nama Dar al-Hikmah. Selain itu, al-Hakim juga membangun gedung
observatorium di puncak di balik Kairo.2
Masa kejayaan pendidikan Islam dimulai dengan berkembang pesatnya kebudayaan Islam
yang ditandai dengan berkembang luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam dan
madrasah-madrasah formal serta universitas dalam berbagai pusat kebudayaan Islam.
Pendidikan tersebut sangat berpengaruh dalam membentuk pola kehidupan, budaya dan
menghasilkan pembentukan dan perkembangan dalam berbagai aspek budaya kaum
muslimin. Masa dulu pendidikan hanya sebagai jawaban terhadap rintangan dan pola budaya
yang berkembang dari bangsa yang baru memeluk agama Islam. Tapi sekarang terus
merupakan jawaban tiap tantangan kemajuan budaya Islam itu sendiri yang berjalan pesat.
Ada dua faktor yang mempengaruhi kebudayan, yaitu Faktor Intern dan Faktor Ekstern.
Faktor Intern adalah faktor yang dibawa dari ajaran Islam itu sendiri sedangkan Faktor
Ekstern adalah faktor yang dibawa dari luar ajaran Islam. Tetapi sebenarnya pengaruh dari
luar tersebut, hanyalah berupa sekedar sebagai rangsangan atau tantangan saja, agar potensi
pembawaan dari ajaran Islam itu sendiri bisa berkembang. Yang paling menentukan adalah
jiwa dan semangat kaum muslimin, terutama para ahlinya dalam penghayatan dan
pengamalan ajaran Islam.3
C. Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Masa Kejayaan
Sebelum timbulnya sekolah dan universitas yang kemudian dikenal sebagai lembaga
pendidikan formal, dalam dunia Islam sebenarnya telah berkembang lembaga-lembaga
pendidikan islam yang bersifat nonformal.
Diantara pendidikan Islam yang bersifat nonformal tersebut adalah
Kuttab atau maktab berasal dari kata dasar kataba yang berarti menulis atau tempat belajar
menulis. Sebelum datangnya islam kutab telah ada di negeri arab, walaupun belum banyak
dikenal, diantara penduduk mekkah yang mula-mula belajar huruf arab ialah Sufyan Ibnu
Umayah Ibnu Abdu Syams dan Abu Qhais Ibnu Abdi Manaf Ibnu Zuhro Ibnu Kilat.
Keduanya mempelajarinya di negeri Hira.
Sewaktu agama Islam diturunkan Allah sudah ada diantara sahabat yang pandai menulis dan
membaca. Kemudian tulis baca itu mendapat tempat dan dorongan yang kuat dalam Islam,
sehingga berkembang sangat luas dalam kalangan umat Islam. Ayat Al-Quran yang pertama
diturunkan telah memerintahkan untuk membaca dan memberikan gambaran bahwa
membaca dan menulis merupakan sarana utama dalam pengembangan ilmu pengetahuan
dalam pandangan Islam.
Timbulnya pendidikan rendah di istana untuk anak-anak para pejabat adalah berdasarkan
pemikiran bahwa pendidikan itu harus bersifat menyiapkan anak didik agar mampu
menyiapkan tugas-tugasnya kelak setelah ia dewasa. Atas pemikiran tersebut Khalifah dan
keluarganya serta para pembesar istana lainnya berusaha menyiapkan agar anak-anaknya
sejak kecil sudah diperkenalkan dengan lingkungan dan tugas-tugas yang akan diembannya
nanti.
Contoh dari rencana pelajaran dan petunjuk-petunjuk yang dikemukakan oleh para pembesar
istana kepada pendidik anak-anaknya agar dijadikan pedoman sebagai berikut ;
· Berkata Amru Ibnu Utbah kepada pendidik putranya ; “Kerjamu yang pertama untuk
memperbaiki putra-putriku ialah memperbaiki dirimu sendiri karena mata mereka selalu
tertuju kepadamu”.
· Harun Al-Rasyid telah mengajukan rencana pelajaran bagi putranya (Al-Amin) dengan
mengatakan sebagai berikut ; ”Hai Ahmar sesungguhnya Amirul Mu’minin telah
memberikan kepadamu buah hatinya, maka jadikanlah tanganmu terbuka kepadanya dan
ketaatannya kepadamu wajib”.
3. Toko-toko kitab
Pada permulaannya masa Daulah Bani Abasiyah dimana ilmu pengetahuan dan kebudayaan
Islam sudah tumbuh dan berkembang dan diikuti oleh penulisan kitab-kitab dalam berbagai
cabang ilmu pengetahuan, maka berdirilah toko-toko kitab. Pada mulanya toko-toko kitab
tersebut berfungsi sebagai tempat berjual beli kitab yang telah ditulis dengan berbagai macam
ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa itu. Dengan demikian toko-toko kitab
tersebut telah berkembang fungsinya bukan hanya sebagai tempat berjual-beli kitab saja,
tetapi juga merupakan tempat berkumpulnya para ulama, pujangga dan ahli-ahli ilmu
pengetahuan lainnya untuk berdiskusi, berdebat dan bertukar pikiran dalam berbagai masalah
ilmiah.
Walaupun sebenarnya rumah bukanlah tempat yang baik untuk tempat memberikan pelajaran
namun pada zaman kejayaan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayan Islam, banyak
juga rumah-rumah para ulama dan para ahli ilmu pengetahuan menjadi tempat belajar dan
pengembangan ilmu pengetahuan.
Diantara rumah para ulama terkenal yang menjadi tempat memberikan pelajaran adalah
rumah Ibnu Sina, Al-Ghazali, Ali Ibnu Muhammad Al-Fasihi, Yakub Ibnu Killis, Wazir
Khalifah Al-Aziz Billah Al-Fatimy dan lainnya. Dan Ahmad Syalabi mengemukakan bahwa,
dipergunakannya rumah-rumah tersebut adalah karena terpaksa dalam keadaan darurat.
Contoh rumah Al-Ghazali berhenti mengajar karena ingin menjalankan kehidupan sufi.
5. Majelis
Dengan majelis atau salon kesusasteraan, dimaksudkan adalah suatu majelis khusus yang
diadakan oleh khalifah-khalifah untuk membahas dalam berbagai macam ilmu pengetahuan.
Majelis ini dimulai pada masa khalifah Al-Rasyidin yang biasa memberikan fatwa dan
musyawarah serta diskusi dengan para sahabat untuk memecahkan masalah yang dihadapi
pada masa itu. Pada masa Harun Al-Rasyid (170-193H) majelis sastra ini mengalami
kemajuan yang luar biasa karena khalifah sendiri adalah ahli ilmu pengatahuan dan juga
cerdas sehingga khalifah aktif didalamnya. Disamping itu dunia Islam juga diwarnai dengan
perkembangan dan negara aman tenang dan dalam zaman pembangunan.
Sejak berkembang kuatnya Islam dan bahasa arab digunakan sebagai bahasa pengantar.,
maka bahasa arab cenderung kehilangan keasliannya. Disamping itu di badi’ah berdiri ribat-
ribat atau zawiyah yang merupakan pusat kegiatan dari ahli sufi . Disanalah para sufi
mengembangkan metode khusus dalam mencapi ma’rifat, suatu tingkat ilmu pengetahuan
yang paling tinggi tingkatannya.
7. Rumah sakit
8. Perpustakaan
Pada zaman perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam, buku mempunyai nilai
yang sangat tinggi. Buku digunakan sebagai sumber informasi, berbagai macam ilmu
pengetahuan yang ada dan telah dikembangkan oleh para ahlinya. Disamping itu
perkembangan perpustakaan yang bersifat umum yang diselenggarakan oleh pemerintah atau
wakaf dari ulama sarjana di Baitul Baghdad yang didirikan oleh khalifah Harun Al-Rasyid
adalah merupakan suatu contoh dari perpustakaan Islam yang lengkap yang berisi ilmu-ilmu
agama Islam dan berbagai macam ilmu pengetahuan.
9. Masjid
Masjid dalam dunia Islam sepanjang sejarahnya tetap memegang peranan yang pokok,
disamping fungsinya sebagai tempat berkomunikasi dengan Tuhan juga sebagai tempat
lembaga pendidikan dan tempat berkumpulnya umat muslim.4
D. Sistem Pendidikan Islam Masa Kejayaan
A. Simpulan
Kejayaan umat Islam di bidang pendidikan tidak lepas dari pengaruh pemikiran warisan
Yunani yang mana pemikiran-pemikiran tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, lalu
dipelajari oleh umat Islam. Kontak umat Islam dengan filsafat Yunani sangat berpengaruh
dalam perkembangan ilmu pengetahuan dalam dunia Islam.
Masa kejayaan pendidikan Islam dimulai dengan berkembang pesatnya kebudayaan Islam.
Ada dua faktor yang mempengaruhinya yaitu faktor Intern dan faktor Ekstern.
Lembaga pendidikan Islam ada yang bersifat formal dan ada yang bersifat nonformal.
Pendidikan Islam yang bersifat formal memiliki sistem antara lain kurikulum, metode
pengajaran, dan Rihlah Ilmiyah. Pada masa kejayaan ini terdapat banyak tokoh yang
mempunyai kontribusi besar dalam kemajuan pendidikan Islam.
Demikianlah dunia Islam di masa jayanya, yang dihiasi dengan berbagai unsur budaya dan
ilmu pengetahuan yang beraneka ragam dapat diibaratkan sebagai taman yang indah penuh
dengan berbagai macam tanaman dengan buah dan bunga yang beraneka warna, dilengkapi
dengan berbagai sarana rekreasi yang mengasyikkan.
DAFTAR PUSTAKA